Di susun oleh :
Nama : Ekhsan Dicky Fratista
Kelas : B22/221101100
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Lurik Kurnia merupakan salah satu home industry lurik yang berada di kampung krapyak
wetan, D.I Yogyakarta. Lurik kurnia mempunyai beberapa mesin tenun lurik, alat pewarna
benang, dan pemintalan benang. Hal itu membuatnya menjadi salah satu potensi wisata yang
berada di kampung Krapyak wetan.
Penulisan artikel ini membahas mengenai cara mengalokasikan dan pengelolaan sebuah
daya Tarik wisata yang berbasis sejarah, untuk membantu mengembangkan daya Tarik atau
potensi wisata tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini ditujukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
(UAS) Take home mata kuliah Bahasa Indonesia. Dengan adanya artikel ini, penulis berharap
akan berguna bagi penulis maupun pembaca sebagai sarana untuk menambah wawasan
mengenai pengembangan Lurik Kurnia sebagai tempat wisata.
PEMBAHASAN
1.1Pengertian Lurik
Kain lurik dalam istilah jawa kuna disebut larik yang berarti baris, deret, garis atau lajur.
(Adji, 2018). Motif tenun lurik yang berbentuk kotak-kotak (terbentuk dari garis vertical dan
horizontal yang bertemu) merupakan inspirasi dari buah Nangka yang belum matang dan
dicacah-cacah sehingga membentuk motif kotak-kotak yang dalam tenun lurik terdapat motif
cacah gori atau dam-daman (Martono, 1998)
3.1Krapyak Wetan
Krapyak wetan sendiri memiliki beberapa potensi wisata yang dapat di kembangkan,
antara lain Batik ukel, Home industri lurik Kurnia & Dibyo lurik, dan Panggung krapyak
yang sudah di resmikan oleh UNESCO. Kali ini penulis akan membahas mengenai Home
industri Lurik Kurnia.
4.1Potensi wisata
Home industri Lurik Kurnia memiliki potensi wisata berupa wisata sejarah dan minat
khusus. Di Kurnia lurik, wisatawan dapat meng-eksplor berbagai macam lurik, dapat melihat
bagaimana pembuatan lurik dari awal hingga akhir, melihat saat para pekerja menenun kain
lurik. Selain itu, Lurik Kurnia juga memiliki nilai sejarah dan budaya Yogyakarta, yaitu kain
lurik nya, dan juga sejarah berdirinya Lurik Kurnia.
5.1Upaya pengembangan Lurik Kurnia sebagai tempat wisata
Menurut (Yoeti, 1996) yang dimaksud prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses perekonomian setempat dapat berjalan dengan lancer, sehingga dapat
memudahkan warga local untuk memenuhi kebutuhannya.
Lurik Kurnia saat ini sudah mulai di Kembangkan oleh pemuda setempat dan mulai
dikelola oleh Turutkampung. Turutkampung sendiri merupakan suatu bisnis local yang
bergerak di bidang travel agent. Turutkampung sedang berupaya untuk mengelola dan
mengembangkan potensi wisata yang berada di krapyak wetan, yaitu home industry Lurik
Kurnia. Dalam upaya mengembangkannya Turutkampung sudah mulai memberikan sarana
dan prasarana berupa tempat sampah, tanda sapta pesona, dan nantinya akan terdapat toilet
umum. Karena saat ini masih menggunakan toilet pribadi milik home industry itu. Sendiri.
Selain itu, Turutkampung juga sudah mulai branding atau mempromosikan dan
mengenalkan pada khalayak umum mengenai daya Tarik wisata yang berada pada kampung
krapyak wetan, khususnya home industry Lurik Kurnia. Media yang digunakan untuk
branding atau promosi merupakan media digital, yaitu Instagram. Pada laman Instagram
@turutkampung sudah terdapat beberapa postingan dan penjelasan mengenai Lurik Kurnia
sebagai tempat wisata. Hal itu dilakukan untuk mempromosikan dan mengenalkan potensi
wisata yang ada. Meski sedang mengalokasikan home industry lurik tersebut, tetapi sudah
ada beberapa wisatawan yang berminat untuk berkunjung. Belum lama ini, “lurik kurnia”
kedatangan wisatwan dari kementrian yang di handle oleh tim Turutkampung. Saat ini tim
pengelola kampung wisata Krapyak wetan juga sedang sounding dengan pengerus desa
setempat, yaitu bapak dukuh dusun krapyak wetan.
Dalam mengembangkan suatu kampung wisata, peran masyarakat local dan lingkungan
sangatlah membantu dan juga perlu untuk berkontribusi. Oleh karena itu, diperlukan izin oleh
pengurus desa setempat dan juga masyarakat local sebagai partisipan untuk mengelola,
menggerakan, dan juga merawat serta menumbuh sumber ekonomi daerah (PAD).
6.1Peran masyarakat dalam mengembangkan Kurnia Lurik sebagai
tempat wisata
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa saat ini masyarakat belum banyak terlibat dan
berkontribusi dalam mengembangkan potensi wisata “Lurik Kurnia” yang berada di Krapyak
Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, D.I Yogyakarta. Keterlibatan masyarakat sangatlah
penting dalam mengembangkan dan melestarikan potensi wisata yang ada serta nilai sejarah
budaya yang di miliki daerah setempat. Menurut (sunaryo, 2013) Untuk mewujudkan
pengembangan pariwisata berjalan dengan baik dan dikelola dengan baik maka hal dasar
yang dilakukan adalah memfasilitasi keterlibatan yang luas dari masyarakat local dalam
proses pengembangan dan memaksimalkan nilai sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata
untuk masyarakat setempat.
Masyarakat setempat juga memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai salah satu
kepentingan (stakeholder) dalam membangun dan mengembangkan suatu potensi wisata,
selain pihak pemerintah, industry pariwisata, akademisi, dan industry swasta.
Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi lebih mendalam kepada masyarakat setempat agar
sadar akan potensi wisata yang berada di sekitar lingkungan. Dengan berpartisipasinya
masyarakat setempat, mengembangkan dan membangun daya Tarik wisata budaya berupa
Home industry Lurik Kurnia akan lebih ter-struktur dan juga lebih efisien.
Masyarakat berperan sebagai pengurus harian dalam mengelola potensi yang ada. Tidak
hanya itu saja, tetapi masyarakat setempat juga bisa turut menggerakan perputaran ekonomi
agar berputar di kampung wisata ini dan menjadi penghasilan daerah (PAD) . Dengan begitu,
masyarakat mendapatkan lapangan pekerjaan dan juga turut membantu mengembangkan
daya Tarik wisata setempat. Selain mendapat sumber penghasilan dan menciptakan lapangan
pekerjaan masyarakat setempat juga bisa mendapatkan ilmu baru saat berpartisipasi
mengelola potensi wisata yang ada.
Agar pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka perlu diperhatikan kode etik
dalam mengembangkan daya Tarik wisata seperti menjamin sumber daya alam (SDA) yang
menjadi salah satu sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan serta adat
istiadat, budaya dan sejarah yang ada dari dampak buruk kegiatan bisnis pariwisata.
Menurut (Waluyo, 2013) ada beberapa kode etik dalam pengembangan pariwisata, seperti
dibawah ini:
Dalam mengembangkan potensi daya Tarik wisata yang berada di kampung krapyak
wetan, yaitu potensi wisata home industry Lurik Kurnia kurang membantu mengembangkan
cross cultural learning karena pengelola desa atau dusun krapyak wetan kurang membina
hubungan yang seimbang antara wisatawan dengan masyarakat setempat dan kurangnya
pemerintah desa memberikan dukungan yang memotivasi bagi masyarakat setempat.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu potensi wisata harus melibatkan
masyarakat dan memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan dan budaya serta sejarah
di dalam mewujudkan mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan, melalui hubungan
yang seimbang anatara wisatawan, masyarakat setempat, dan juga industry pariwisata.
KESIMPULAN
Dari artikel di atas, dapat di Tarik kesimpulan bahwa dalam upaya mengembangkan
potensi daya Tarik wisata memerlukan banyak metode pengembangan. Tidak hanya metode
saja, tetapi juga memerlukan berbagai arah kontribusi penggiat wisata atu stakeholder seperti
Akademisi, Pemerintah, Masyarakat, Media, Komunitas. Fasilitas sarana dan prasarana juga
di perlukan dalam upaya mengembangkan suatu potensi daya Tarik wisata.
Keberlanjutan lingkungan juga merupakan peran yang penting dalam upaya membangun
potensi daya Tarik wisata, agar potensi wisata tersebut tetap berjalan dan berkelanjutan serta
perputaran ekonomi stabil di daerah dan menjadi pendapatan asli daerah yang di kembangkan
(PAD).
DAFTAR PUSTAKA
Adji, P. S. (2018). KAIN LURIK: UPAYA PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL. ISBI Bandung.
Martono. (1998). Kain Tenun: Koleksi Museum Sono Budoyo. Yogyakarta: Museum Negeri Provinsi D.I
Yogyakarta Sonobudoyo.
darma putra, i. n. (2015 ). Pariwisata Ber- basis Masyarakat Model Bali. Buku Arti.
nyoman, I. (2015). Pariwisata Ber- basis Masyarakat Model Bali. Buku Arti.