Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anak Agung Adik Sri Utari

Nim : 2004551113

Kelas : B/Reguler Pagi

TUGAS TUTORIAL 2
HUKUM DAN HAM LANJUTAN

1. Bagaimanakah pandangan saudara terhadap persoalan tersebut di atas?

Jawab:

Menurut pandangan saya terkait persoalan di atas ibaratkan dua sisi mata uang logam
yaitu memiliki sisinya masing-masing namun tetap dalam satu tatanan. Hal tersebut dapat
dilihat Ketika polemik untuk menunjukkan sertifikat vaksin yang ingin berlibur ke Kota Baru.
Jika ditinjau dari aspek kesehatan, maka penunjukan sertifikat vaksin merupakan salah satu
alas an untuk melindungi kesehatan dan kepentingan publik. Secara tidak langsung diharapkan
dapat mendorong percepatan vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
Kemudian jika ditinjau dari masalah sosialnya, menunjukkan sertifikat vaksin untuk
mengunjungi tempat wisata merupakan hal yang ribet dan tidak jarang membuat beberapa
orang merasa tertekan. Alasan tersebut dikarenakan kredibilitas vaksin yang masih banyak
orang tidak percaya terhadap virus covid-19 bahkan mereka menolak untuk divaksin. Maka
dari itu, sangat jelas terlihat bahwa kewajiban menunjukkan sertifikat vaksinasi covid-19 di
tempat wisata atau ruang publik menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat yang pro
menyatakan, persyaratan tersebut dinilai untuk melindungi kepentingan publik. Namun di sisi
lain menimbulkan persoalan atas kepercayaan masyarakat untuk melaksanakan vaksin.

2. Apakah status vaksinasi menjadi syarat mutlak seseorang untuk berwisata?

Jawab:

Tidak. Memang secara prinsip persyaratan sertifikat vaksinasi Covid-19 di ruang


publik memang perlu diterapkan karena bertujuan melindungi kepentingan publik, dan juga
menjadi jalan tengah agar dunia usaha dan ekonomi tetap berjalan. Terlebih, masyarakat kini
sudah mulai menyadari pentingnya vaksinasi di tengah pandemi Covid-19, sehingga hal ini
sesuai dengan amanah Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan, bahwa setiap orang wajib mematuhi dan ikut serta dalam
penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan. Kegiatan vaksinasi sendiri termasuk dalam
pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan akibat pandemi. Hal tersebut kemudian
diperkuat di dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Corona Virus Disease 2019 Di
Wilayah Jawa dan Bali, pada bagian Ketiga Huruf L angka (1) bahwa pelaku perjalanan
domestik yang menggunakan mobil pribadi, sepeda motor dan transportasi umum jarak jauh
(pesawat udara, bis, kapal laut dan kereta api) harus: 1) menunjukkan kartu vaksin (minimal
vaksinasi dosis pertama);….dst. Selain itu, syarat untuk menunjukkan kartu vaksin minimal
dosis pertama untuk pelaku perjalanan jarak jauh dengan moda transportasi udara dari dan ke
Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta daerah yang ditetapkan melalui instruksi Mendagri sebagai
daerah kategori PPKM level 4 dan PPKM Level 3 ini termuat dalam huruf F (Protokol) angka
(3) Surat Edaran No. 16 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada
Masa Pandemi Covid-19. Kemudian perlu dilihat pula dibagian penutup yang menegaskan
bahwa SE berlaku efektif mulai tanggal 26 Juli 2021 sampai waktu yang telah ditentukan
kemudian akan dievaluasi lebih lanjut sesuai dengan perkembangan terakhir dilapangan.
Melihat hal tersebut sudah jelas bahwa Faktanya, berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Surat Edaran (SE)
bukan termasuk jenis peraturan perundang-undangan (regeling), bukan pula keputusan tata
usaha negara (beschikking). SE merupakan sebuah peraturan kebijakan (beleidsregel) atau
peraturan perundang-undangan semu (pseudo wetgeving). SE dikategorikan sebagai
instrumen administratif yang bersifat internal. SE ditujukan untuk
memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai suatu norma peraturan perundang-
undangan yang bersifat umum.

Selain itu, persyaratan sertifikat vaksinasi Covid-19 di ruang publik cenderung


menimbulkan diskriminasi dan melanggar asas keadilan sebagaimana berdasarkan Pasal 2 UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa penyelenggara kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata. Ditambah dengan kondisi bahwa tidak semua
orang dapat divaksin karena sejumlah alasan tertentu seperti riwayat penyakit (komorbid), dan
orang yang baru pulih dari Covid-19 pun baru dapat mengikuti vaksinasi setelah tiga bulan.
Pelaksanaan vaksinasi juga merupakan suatu hak untuk setiap orang apakah memilih
melakukan vaksinasi ataupun tidak sesuai dengan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap orang berhak secara mandiri
dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan Kesehatan yang diperlukan baginya.

Namun Faktanya adalah, secara tidak langsung bahwa sertifikat vaksin menjadi syarat
mutlak bagi seseorang untuk berwisata. Hal tersebut diakibatkan karena factor budaya dan
kebiasaan yang sudah terjadi sebelumnya melalui Surat Edaran maupun Instruksi Menteri
Dalam Negeri. Padahal, jika hal tersebut memang terbukti sah untuk menjadi syarat mutlak
akan banyak mengakibatkan suatu akibat hukum seperti dapat mengakibatkan bias
pemahaman, bahwa dengan memiliki sertifikat vaksinasi maka dapat dengan bebas beraktivitas
tanpa menghiraukan protocol kesehatan karena merasa sudah kebal, tindak pidana pemalsuan
kartu vaksin terutama bagi mereka yang belum divaksin dan menginginkan untuk berwisata

3. Apakah penolakan kunjungan wisata yang dilakukan oleh manajemen telah melanggar hak
berwisata?

Jawab:

Penolakan kunjungan wisata yang dilakukan oleh manajemen terhadap hak berwisata
menjadi suatu permasalahan yang krusial. Jika secara kasat mata, penolakan tersebut memang
telah melanggar hak berwisata. Namun berbeda kondisi ketikan terdapat suatu peraturan-
perundang-undangan yang mewajibkan seseorang untuk memenuhi syarat-syarat tertentu
untuk berwisata, maka penolakan tersebut tidak melanggar hak berwisata karena pihak
manajemen hanya melaksanakan perintah yang sudah diatur. Hal ini juga dapat dikaitkan
dengan konteks Fundamental rights bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak- hak menurut
hukum, yang dibuat melalui proses pembentukan hukum. Dalam Pasal 28 J ayat (2)
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis. Jadi terkait persoalan di atas menurut saya tidak dapat dikatakan
sebagai melanggar hak berwisata karena penerapan HAM di Indonesia tidk serta merta bebas
hanya penuntutan hak, tetapi adanya kewajiban yang harus dijalani yaitu menaati aturan yang
berlaku.
4. Apakah berwisata memang Hak Asasi Manusia?

Jawab:

Iya, bahwa berwisata memang Hak Asasi manusia. Hal tersebut sudah sangat jelas diatur dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang dapat dilihat dalam bagian
menimbang huruf b yaitu bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu
luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hal tersebut
menunjukkan bahwa landasan filosofis tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 5 huruf b bahwa
Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi hak asasi manusia,
keragaman budaya, dan kearifan lokal. Kemudian Pasal 18 ayat 1 butir a disebutkan, setiap
orang berhak memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata. Selanjutnya dalam Pasal
18-22 mengatur mengenai hak-hak wisatawan dan pengusaha pariwisata. Kemudian yang
terakhir dapat dilihat di bagian penutup bahwa terdapat Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia untuk mengundangkan undang-undang tentang kepariwisataan
ini. Hal tersebut sudah jelas bahwa hak berwisata merupakan bagian dari HAM karena
pengakuan hak asasi manusia dalam kegiatan berwisata juga merupakan representasi
pengakuan terhadap hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat dari pemerintah sejalan dengan
The International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR).

Anda mungkin juga menyukai