Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepariwisataan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis bagi
perekonomian nasional, hal tersebut terbukti oleh peningkatan pendapatan nasional,
pendapatan daerah serta devisa negara. Pariwisata merupakan salah satu sektor
penting dalam peningkatan pendapatan daerah. Pembangunan pariwisata daerah juga
dapat berdampak pada lingkungan setempat dengan meningkatkan kesejahteraan
hidup dan perekonomian masyarakat sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Undang –
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (States et al., 2009) bahwa
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang strategis dan potensial untuk
dikelola dan dikembangkan. Dalam bidang pariwisata, pembangunan difokuskan pada
pembangunan pariwisata sebagai sector andalan dan unggulan yang berarti
pengembangan pariwisata ini diharapkan mampu menjadi salah satu penghasil devisa,
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan pendapatan asli daerah.

Pariwisata Mojokerto cukup diminati oleh wisatawan dalam negeri maupun


mancanegara. Berdasarkan data pengunjung Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga dapat dilihat adanya peningkatan terhadap angka pengunjung di dua tahun
sebelum masa pandemi.

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara


Tahun Tahun Tahun Tahun
2018 2019 2020 2021
Wisatawan Nusantara 1.823.847 1.878.457 832.321 398.240
Wisatawan Mancanegara 1.200 1.288 22 -
Sumber : Lap. Winus, Wisman & Hotel Dinas Pariwisata Kabupaten
Mojokerto Tahun 2018-2021.

Tabel angka pengunjung diatas menandakan adanya minat dari wisatawan


nusantara dan mancanegara terhadap pariwisata Mojokerto. Objek pariwisata
Mojokerto semakin beragam disetiap tahun. Saat ini banyak dibuka tempat – tempat
wisata yang baru dengan konsep yang kekinian dan dikemas untuk menarik minat
wisatawan agar berkunjung ke objek – objek wisata. Tak hanya pesona alam yang
sangat indah, keindahan Mojokerto juga terletak pada nilai sejarahnya. Mojokerto

2
memiliki peninggalan sejarah yang sangat memukau dari Kerajan Majapahit. Menurut
sejarahnya, Kabupaten Mojokerto pernah menjadi pusat Kerajaan Majapahit yang
telah berdiri sejak abad ke 13 hingga abad ke 14. Bukti fisik peninggalan jaman
Kerajaan Majapahit terdapat di wilayah Trowulan. Beberapa situs tersebut telah
dilindungi sebagai benda cagar budaya dan ditetapkan sebagai obyek wisata,
diantaranya Candi Bajang Ratu, Bangkal, Brahu, Gentong, Kedaton, Minak Jinggo,
dan banyak candi lainnya.

Kabupaten Mojokerto merupakan daerah peninggalan Kerajaan Majapahit


yang memiliki banyak budaya dan aset-aset bersejarah yang harus dilestarikan dan
terus dikembangkan agar dapat berdampak positif baik bagi aset peninggalannya
maupun bagi masyarakat sekitarnya. Pariwisata sejarah yang harus dikembangkan lagi
baik kualitas maupun fasilitas pariwisatanya lebih baik agar mampu menjadi daya
tarik tersendiri di Mojokerto.

Pengelolaan pariwisata peninggalan sejarah Kabupaten Mojokerto ditangani


oleh dua lembaga yaitu Badan Pengelolaan Cagar Budaya dan Dinas Pariwisata
Mojokerto. Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan tabel
objek wisata bidang Pariwisata terdapat 13 objek wisata alam maupun sejarah yang
pengelolaannya dibawah naungan Dinas Pariwisata antara lain Wana Wisata Padusan,
Air Terjun dlundung, Petirtaan Jolotundo, Makam Troloyo, Pemandian Air Panas,
Ekowisata Tanjungan, Museum Trowulan, Siti Inggil, Coban Canggu, Pemandian
Ubalan, Candi Tikus, Candi Brahu, dan Candi Bajang Ratu. Dari ketiga belas objek
wisata ini upaya peningkatan dan pengembangan pariwisata harus seimbang atau
bahkan dibeberapa objek wisata harus lebih maksimal.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 8 Tahun 2019 tentang


Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten tahun 2018-2023 (Daerah &
Mojokerto, 2019) pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten yang selanjutnya disingkat KSPK adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata kabupaten
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan. Dari Perda diatas dapat diterapkan
kepada objek pariwisata sejarah peninggalan Kerajaan Majapahit dimana situs-situs

3
peninggalan kerajaan Majapahit sendiri memiliki potensi yang sangat kuat bagi aspek
pariwisata dan aspek pertumbuhan ekonomi bagi sekitarnya. Pariwisata tidak hanya
berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan pariwisata,
seperti usaha perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata. Banyak
kegiatan ekonomi lainnya yang berhubungan erat dengan pariwisata, seperti
tranportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran (Ulhusna, 2017).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 pasal 1 ayat 3 pengertian


Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, serta
pemerintah daerah. Objek wisata dibagi menjadi tiga jenis yaitu (1) wisata alam (2)
wisata buatan, dan (3) wisata budaya atau sejarah dimana masing-masing objek
wisata ini memiliki daya tarik sendiri Mappi dalam Pradikta (2013). Berdasarkan data
dari Tahura Raden Soerjo, wilayah taman hutan raya di Jawa Timur secara
administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang,
Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, di
mana luas kawasan hutan raya berkembang manjadi 27.868,30 Ha, dengan rincian
luas Kawasan Hutan Lindung 22.908,3 Ha, dan Kawasan Cagar Alam Arjuno-
Lalijiwo (PHPA) 4.960 Ha. Kabupaten Mojokerto memiliki 70% dari luas wilayah
taman hutan raya yang dijadikan objek wisata alam. Wisata alam yang terdapat di
wilayah Mojokerto rata-rata berada di dataran tinggi seperti Gunung Penanggungan,
Gunung Pundak, Air Terjun Dlundung, Air Terjun Coban Canggu, Air Terjun Putuk
Truno, dan lain sebagainya. Objek wisata alam ini menyuguhkan pemandangan alam
yang masih bersih dan asli dan merupakan destinasi yang tepat bagi wisatawan yang
ingin menghabiskan akhir pekan dengan tenang bersama keluarga.

Selain wisata alamnya, Mojokerto juga memiliki banyak pilihan pariwisata


buatan yang cocok dikunjungi bersama keluarga. Objek wisata ini kebanyakan diisi
dengan wahana permainan untuk anak atau tempat-tempat yang memang sengaja
dibuat seperti caffee yang menyuguhkan konsep-konsep unik dan menarik. Beberapa
objek wisata tersebut antara lain Kampung Brenjonk, Pacet Mini Park, Joglo Park,
Jungle Camp, Landscape Café, Wisata Trawas Mojokerto dan masih banyak lagi
objek – objek wisata buatan yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto.

4
Tidak hanya unggul dalam destinasi wisata alam dan buatan, Kabupaten
Mojokerto memiliki potensi pariwisata yang besar. Sebagian wilayahnya berada di
dataran tinggi yang memiliki banyak peninggalan purbakala dari periode Hindu-
Budha. Kabupaten Mojokerto juga memiliki banyak benda purbakala peninggalan
jaman Kerajaan Majapahit yang terletak di Trowulan berupa artefak, arca dan situ-
situs lainnya seperti cand-candi maupun petirtaan para raja dan ratu saat masa
kejayaan Kerajaan Majapahit.

Beragam peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ini menjadi aset berharga


yang dapat dijadikan kesempatan untuk menarik wisatawan berkunjung ke Mojokerto
untuk mengenal dan melihat keindahan situs-situs peninggalan Majapahit. Trowulan
adalah pusat dari keberadaan situs-situs peninggalan kerajaaan Majapahit dimana
banyak sekali candi – candi maupun pemandian ratu – ratu pada zaman Kerajaan
Majapahit masih berdiri. Trowulan menjadi lokasi dimana banyak sekali situs-situs
sejarah itu tersebar. Terdapat 16 desa yang masuk wilayah Kecamatan Trowulan,
terdapat lima desa yang memiliki situs peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu Desa
Sentonorejo, Desa Trowulan, desa Bejijong, Desa Temon, dan desa Jatipasar. Ke-lima
desa tersebut memiliki beberapa situs dan 6 situs sejarah diantaranya dikelola oleh
Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga diantara lain Museum Trowulan, Candi
Tikus, Candi Brahu, Candi Bajang Ratu, Makam Troloyo, dan Petirtaan Jolotundo.
Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata Mojokerto
adalah pariwisata sejarah dan budaya. Seperti yang sudah tercantum pada Renstra
Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-
2021 dimana bidang pariwisata memiliki tujuan atau misi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sesuai potensi daerah yang dimiliki Kabupaten Mojokerto
dimana sasarannya yaitu dapat meningkatkan daya saing destinasi pariwisata dengan
meningkatkan sarana dan fasilitas kawasan wisata menggunakan pendekatan
pariwisata berbasis local, budaya, lingkungan, dan berkelanjutan. Selain itu bidang
pariwisata dibantu oleh bidang kebudayaan dimana strategi dari bidang kebudayaan
berfokus pada pengembangan budaya daerah sebagai sentra industri pariwisata yang
mendukung kunjungan daya tarik serta melestarikan nilai-nilai luhur warisan budaya
sebagai pendukung objek wisata.(Dinas Pariwisata, kepemudaan, 2017).
Kawasan situs Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat
diunggulkan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Tersedianya lahan yang masih

5
cukup luas juga menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan objek wisata
sejarah dan budaya. Akan tetapi minimnya sarana prasarana, fasilitas dan promosi
yang masih terbatas serta kondisi beberapa situs yang ada belum mengalami
pemerataan pembangunan dan pengembangan menjadi salah satu kelemahan objek
wisata sejarah. Pada kenyataannya minat pengunjung wisata sejarah tidak sebanyak
wisata alam. Dari kedua hal yang terdapat pada Rencana Strategi Dinas Pariwisata,
Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mojokerto dan adanya kerjasama antara
Bidang Pariwisata, Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), dan Bidang
Kebudayaan dalam pengembangan pariwisata peninggalan Kerajaan Majapahit
diharapkan mampu menjadikan objek wisata sejarah dan budaya ini lebih memiliki
daya tarik wisata tersendiri. Hal ini perlu diperhatikan apakah ada objek pariwisata
budaya dan sejarah harus dikembangkan dengan baik agar mampu bersaing dengan
objek wisata yang lain. Karena tidak hanya memiliki potensi, sektor pariwisata di
Kabupaten Mojokerto juga memiliki beberapa permasalahan yang menyebabkan
pengembangan dan pengelolaan pariwisatanya kurang optimal. Tidak semua obyek
wisata memiliki daya tarik dan atraksi wisata yang dapat menarik banyak wisatawan
untuk berkunjung. Selain itu, masih terdapat beberapa objek wisata yang belum
dilengkapi dengan infrastruktur pendukung, seperti jaringan jalan yang baik.

Peraturan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong
pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi
tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Peran pariwisata juga
menjadi sebuah alat pemeratan terhadap perekonomian masyarakat karena banyaknya
mobilisasi yang di lakukan dalam aktivitas di sektor pariwisata ini. Sektor pariwisata
berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, pengembangan pariwisata tidak hanya dilakukan pada sektor wisata
alam melainkan juga harus sampai pada wisata budaya dan sejarah.

Pembangunan pariwisata daerah juga berdampak pada lingkungan setempat


dengan meningkatkan kesejahteraan hidup dan perekonomian masyarakat sekitarnya.
Mojokerto menjadi salah satu kota yang menjadi tempat yang memiliki banyak objek
wisata peninggalan Kerajaan Majapahit yang memiliki banyak budaya dan aset-aset
bersejarah yang harus dilestarikan dan dikembangkan agar berdampak positif bagi
objek wisata maupun masyarakat sekitar. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

6
Mojokerto Nomor 11 tahun 2015 tentang Cagar Budaya (Mojokerto et al., 2015) yang
menyatakan bahwa Mojokerto memiliki entitas atau tata pemerintahan berbasis
kultural sekaligus identitas local berupa nilai religious, spiritual, filosofis, perjuangan,
estetika, kesejahteraan, dan nilai budaya yang harus dijaga kelestariannya. Dengan
dikeluarkannya peraturan ini menyadarkan bahwa peran masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Mojokerto sangat penting dalam pengembangan pariwisata budaya dan
sejarah peninggalan Kerajaan Majapahit.

Pariwisata menjadi salah satu aspek terbesar dalam menyumbangkan


pendapatan asli daerah untuk Kabupaten Mojokerto dimana dari peningkatan kualitas
pariwisata yang berdampak pada meningkatnya angka pengunjung dan membuat
adanya peningkatan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Mengingat besar kecilnya
pendapatan asli daerah akan sangat berpengaruh terhadap percepatan pembangunan
suatu daerah. Peran pariwisata juga menjadi sarana pemerataan ekonomi di
masyarakat, karena banyaknya mobilisasi yang dilakukan pada event-event di sektor
pariwisata. Seperti yang dijelaskan Muljadi, pariwisata adalah dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Tabel 1. 2 Angka Pengunung Objek Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto tahun
2018-2021

No. Objek Wisata 2018 2019 2020 2021

1 WANA WISATA 500.205 517.450 49.082 104.907


PADUSAN PACET
2 AIR TERJUN DLUNDUNG 71.458 97.650 16.383 51.435
3 PETIRTAAN JOLOTUNDO 86.777 197.007 13.044 29.568
4 MAKAM TROLOYO 428.607 433.276 37.558 91.395
5 PEMANDIAN AIR PANAS 431.097 349.217 36.419 88.435
6 MUSEUM TROWULAN 57.710 37.592 4.921 4.675
7 EKOWISATA 101.568 57.307 9.767 -
TANJUNGAN
8 SITI INGGIL 2.414 1.940 - -
9 COBAN CANGGU 37.647 33.691 3.237 7.225
10 PEMANDIAN UBALAN 89.816 53.394 24.041 9.280

7
PACET
11 CANDI BAJANGRATU 22.801 15.057 2.061 3.940
12 CANDI BRAHU 21.723 14.714 2.125 3.783
13 CANDI TIKUS 26.634 16.598 2.202 3.887
S

Sumber: Lap. Winus, Wisman & Hotel Dinas Pariwisata Kabupaten


Mojokerto Tahun 2018-2021

Angka pengunjung situs peninggalan Kerajaan Majapahit dari tahun ke tahun


mengalami peningkatan seiring dengan pengembangan kualitas pariwisata dari
berbagai macam faktor yang diupayakan oleh Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga Kabupaten Mojokerto. Dari kenaikan angka pengunjung di tahun 2018 dan
2019 sektor pariwisata sudah membantu meningkatkan taraf ekonomi Kabupaten
Mojokerto. Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang dapat memberikan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf
hidup dan pengaktifan sektor produktif lainnya.

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan bentuk gambaran keuangan daerah


yang terdiri dari pajak dan retribusi daerah dan keuntungan perusahaan milik daerah.
Pajak daerah merupakan bagian pendapatan asli daerah yang terbesar, kemudian
disusul dengan pendapatan yang berasal dari retribusi daerah (Suparmoko, 2002:55).
Salah satu penghasil retribusi yang cukup besar dalam menyumbangkan pendapatan
asli daerah adalah di sektor pariwisata. Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000
tentang perubahan UU No. 18 tahun 1997 bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Hal ini juga tertera dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pariwisata,
Kepemudaan, dan Olahraga kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2021 indikator kinerja
dalam peningkatan pembangunan kepariwisataan sesuai dengan potensi yang dimiliki
ialah presentasi kontribusi sector pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah.

8
Tabel 1. 3 Perolehan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata Kabupaten Mojokerto
tahun 2018-2021
Tahun Target Nilai (Rp) Perubahan (%)

2018 9.717.477.125 13.237.950.156 123,77%

2019 13.494.522.000 11.159.390.420 80,67%

2020 14.541.028.025 2.135.310.900 14,68%

2021 6.000.000.000 2.690.384.300 44,84%

Sumber : Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten


Mojokerto 2018-2021

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa perolehan Pendapatan Asli Daerah dari
sector pariwisata Kabupaten Mojokerto mengalami peningkatan, dan peningkatan
tertinggi pada empat tahun terakhir ada di tahun 2018 dimana PAD meningkat
123,77% dari target yang telah ditentukan. Sedangkan yang terendah ada di tahun
2020 dimana target awal tidak dapat dicapai karena adanya pandemi Covid-19 dan
hanya menghasilkan 14,68%. Banyaknya situs peninggalan Kerajaan Majapahit ini
juga berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata seni budaya dan sejarah. Selain itu
banyak potensi Sumber Daya Manusia dan Alam yang dapat digali lebih dalam lagi
sehingga keberagaman budaya yang dihadirkan dapat lebih menarik wisatawan untuk
berkunjung ke Trowulan. Disiniah peran penting Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan
Olahraga Kabupaten Mojokerto untuk lebih memperhatikan situs-situs peninggalan
Kerajaan Majapahit guna menciptakan objek pariwisata dengan kualitas yang baik
dan dapat lebih menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu juga
dapat memberikan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat sekitarnya.

Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mojokerto berperan


penting dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dengan terus mengembangkan
potensi pariwisata yang ada. Dalam pengembangan potensi pariwisata ini juga harus
disesuaikan dengan permasalahan kehidupan atau kebutuhan masyarakat agar
hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.

9
Tabel 1. 4 Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Terdahulu


1. Kontribusi sector pariwisata terhadap PAD Kabupaten Mojokerto yang
diperoleh dari retribusi objek wisata tahun 2004 sebesar 2,24%, tahun 2005
sebesar 2,19%, tahun 2006 sebesar 2,31%, dan rata-rata 2,25% (Joni
Maja’ah, 2007).
2. Kenaikan jumlah objek wisata sebesari 1 unit dan kenaikan jumlah wisatawan
sebesar 1% maka jumlah Pendapatan Asli Daerah maka pendapatan asli
daerah akan mengalami kenaikan. Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh
tiga aspek yaitu jumlah objek wisata, jumlah wisatawan dan tingkat hunian
hotel (R. Ulhuna, 2017).
3. Kawasan situs Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat
diunggulkan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Potensi yang dapat
dikembangkan menjadi obyek daya tarik wisata (ODTW) di kawasan situs
Trowulan berupa daya tarik wisata sejarah dan budaya. Namun terdapat
permasalahan di kawasan situs Trowulan terkait dengan keterlibatan
masyarakat, promosi daya tarik wisata, kerjasama stakeholders dan
aksesibilitas maupun sarana prasarana penunjang pariwisata. (Khusnul
Khotimah, Wilopo, Luchman Hakim. 2017).

Dari uraian diatas, saya tertarik melakukan penelitian dengan judul


“Optimalisasi Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam Pengembangan Pariwisata
Peninggalan Kerajaan Majapahit” dikarenakan pengembangan pariwisata itu perlu
ditingkatkan untuk menciptakan kehidupan yang layak bagi lingkungan sekitar,
memberikan edukasi bagi anak-anak, dan juga melestarikan apa yang sudah dimiliki
oleh Mojokerto seperti motto Dinas Pariwisata yaitu “Mewujudkan Kemandirian
Pemuda, Prestasi Olahraga, Kelestarian Budaya dan Kemajuan Pariwisata”. Karena
menurut peneliti, Candi-candi peninggalan kerajaan majapahit merupakan aset untuk
pariwisata Kabupaten mojokerto yang tidak banyak dimiliki oleh kota lain.

10
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana optimalisasi pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam pengembangan
pariwisata peninggalan Kerajaan Majapahit?”

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui apakah upaya pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh dinas
pariwisata terhadap objek pariwisata sejarah sama dengan objek pariwisata alam maupun
wisata lainnya dan sudah berjalan optimal.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada


dari sisi disiplin ilmu pemerintahan. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis
apakah upaya dan strategi pemerintahan dalam pengembangan pariwisata peninggalan
Kerajaan Majapahit sudah dilakukan dengan maksimal. Selain itu, dalam penelitian
ini berusaha untuk mengaktualisasi teori-teori yang telah dipelajari selama masa
perkuliahandengan kondisi riil di lapangan. Penelitian ini juga bermanfaat bagi
peneliti untuk menambah wawasan mengenai praktik lapangan yang dilakukn oleh
peneliti sehingga peneliti dapat melihat dan menganalisis kondisi riil di lapangan.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan saran bagi pemerintah
untuk dapat mengembangkan kebijakan yang sudah ada serta menjalankan tugasnya
dengan lebih baik. Penelitian ini nantinya akan dijadikan sebagai referensi untuk
melakukan penelitian dimasa mendatang.
1.4.3 Manfaat Akademis
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) Program
Studi Ilmu Pemerintahan
2. Menjadi referensi bahan bacaan bagai penelitiqan selanjutnya terutama
penelitian mengenai pengembangan pariwisata sejarah

11
1.5 Definisi Konseptual
1.5.1 Optimalisasi

Menurut Winardi (1996:363) optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan


tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari
yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks.
Optimalisasi merupakan proses, cara dan perbuatan untuk mengoptimalkan.
Optimalisasi juga disebut sebuah proses, cara dan perbuatan untuk mencari solusi
terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik sesuai dengan kriteria
tertentu tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan
pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang
paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan
biaya.
Ada tiga faktor yang menjadi permasalahan dari optimalisasi, yaitu tujuan,
alternatif keputusan, dan sumber daya yang dibatasi. (1) Tujuan, tujuan bisa
berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk maksimisasi digunakan jika
tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan, penerimaan, dan
sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih jika tujuan pengoptimalan
berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya. Penentuan tujuan harus
memperhatikan apa yang diminimumkan atau maksimumkan. (2) Alternatif
Keputusan, Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang tersedia tentunya
alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambil
keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, dan yang terakhir adalah Sumberdaya yang dibatasi.
Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Semua ini berdasarkan kepada tujuan sebuah
optimalisasai itu ada dan mengakibatkan dibutuhkanya proses optimalisasi
terhadap sesuatu kegiatan.

1.5.2 Pengembangan Pariwisata

Menurut Undang – Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,


daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan

12
geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
didalamnya terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait (Wilopo & Hakim, 2017). Dari upaya
pengembangan yang dilakukan Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga juga
akan berpengaruh ke beberapa hal disekitarnya.
Menurut Prideaux (1999) dalam Events in Indonesia: exploring the limits to
formal tourism trends forecasting methods in complex crisis situations terdapat
empat poin perubahan yang bisa diterapkan dalam pengembangan pariwisata.
a) Development of new trading blocks where nations join together in regional
political and economic unions such as tuhe European Union (EU). Dengan
adanya pengembangan pariwisata ini akan menghasilkan usaha baru guna
mendorong pemerataan ekonomi masyarakat sekitar objek pariwisata.
b) The future direction of capitalism. Dinas Pariwisata terus mengenalkan
keindahan peninggalan Kerajaan Majapahit secara luas dengan melakukan
pengembangan kualitas dan kuantitas tempat wisata.
c) Demographic change in terms of ageing populations in developed economies
as well as growing populations in many underdeveloped nations. Peran
penting pengembangan pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja dan
pemerataan pembangunan akan mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d) Sacristy, particularly of farming lands, water, marine resources and non-
renewable energy. Pencarian pariwisata sejarah baru terus dilakukan dan
menyebabkan lahan pertanian yang ada semakin berkurang karena biasanya
situs peninggaan Kerajaan Majapahit ditemukan di perkebunan atau lahan
milik masyarakat. (Prideaux et al., 2003).

1.6 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan bagian yang terdiri dari variable – variable
yang menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam penelitian
ini indikator-indikator yang menjadi acuan peneliti adalah indikator pengembangan
pariwisata menurut Prideaux (1999) dimana dalam pengembangan pariwisata terdapat
beberapa factor yang dapat menghasilkan perubahan signifikan dalam kepariwisataan
antara lain :

13
No. Pertanyaan Penelitian Indikator Sub Indikator
1. Optimalisasi pengembangan Tujuan a. Tujuan
pariwisata sejarah pengembangan pengembangan
pariwisata pariwisata
b. Road Map
pengembangan
Pariwisata
Inovasi a. Berapa inovasi
baru yang
diluncurkan
Dinas
Pariwisata
dalam
pengembangan
pariwisata
b. Bentuk inovasi
Dampak a. Dampak social
pengembangan b. Dampak
pariwisata ekonomi
Pengaruh a. Lahan
pengembangan pertanian
pariwisata

1.7 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana
menurut Bogda dan Taylor metode kualitatif ini merupakan prosedur yang akan
menghasilkan data deskriptif kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
perilakunya dapat diamati. Jenis penelitian ini bisa dipakai untuk meneliti tentang
kehidupan sosial, sejarah, perilaku, dll.

Penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan dan menggambarkan


bagaimana Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Mojokerto
dalam melakukan pelaksanaan upaya guna mengembangkan pariwisata peninggalan
Kerajaan Majapahit dengan optimal. Upaya ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata untuk
14
menciptakan objek pariwisata yang dikenal lebih luas serta mampu bersaing dengan
objek wisata yang lain.

1.7.1 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari kepala bidang serta staff
bidang Pariwisata dan bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan
Olahraga Kabupaten Mojokerto melalui observasi, kegiatan wawancara, catatan
tertulis, serta perekaman dan foto yang diupayakan dapat memberikan informasi
utama yang akurat dan terpercaya. Seperti data pengunjung objek pariwisata
Mojokerto dalam beberapa tahun, dokumentasi kegatan pelatihan terhadap pelaku
pariwista,dan angka pendapatan daerah yang dihasilkan dari pariwisata sejarah.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber dari data yang tidak langsung dapat
memberikan hasil bagi peneliti, misalnya dari referensi jurnal, buku, artikel, serta
peraturan perundang-undangan yang selaras dan berhubungan dengan berbagai
informasi yang berkaitan dalam penelitian. Data ini merupakan data pendukung yang
juga berperan penting dalam melengkapi data penelitian ini agar mendapat informasi
yang lebih jelas.

1.7.2 Subjek yang diteliti

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai narasumber atau


sampel dalam sebuah penelitian untuk di mintai sebuah informasi atau keterangan
keterangan yang berkaitan dengan strategi pemerintah daerah dalam
pengembangan pariwisata guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Oleh
karena itu peneliti menetapkan subjek penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kepala Seksi Daya Tarik Wisata
2. Kepala Seksi Promosi Wisata

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan untuk


mendapatkan jawaban atas masalah yang akan diteliti. Lokasi penelitian ini akan
dilakukan pada kantor Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten

15
Mojokerto dan objek wisata sejarah. Penelitian ini akan dilakukan selama ± 1
bulan.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya:


a. Observasi
Observasi diklasifikasikan menjadai tiga, yakni observasi
berpartisipasi, observasi secara terang-terangan dan tersamar, serta observasi
yang tak berstruktur, Sanafiyah dalam Dugiyono (2015:226) sebagaimana
yang dikutip oleh Subandi (2011). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi terus terang atau tersamar dalam proses pengumpulan data. Peneliti
akan datang langsung ke Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga
Kabupaten Mojokerto serta objek-objek pariwisata sejarah yang dikelola oleh
dinas.
b. Metode Wawancara
Wawancara bertujuan untuk mencari tahu segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan upaya dan strategi penembangan pariwisata peninggalan
Kerajaan Majapahit yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan
Olahraga Kabupaten Mojokerto. Menurut Creswell (2015:227) bahwa
seseorang dapat melihat wawancara sebagai salah satu langkah dalan suatu
prosedur. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti memerlukan informan
yang dapat berbicara dan berbagi ide (Habibah & Irhandayaningsih, 2017).
Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala bidang, kepala seksi
bidang pariwisata untuk mendapatkan informasi yang konkret serta
wawancara kepada beberapa wisatawan objek wisata sejarah Kabupaten
Mojokerto. Adapun beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek
penelitian
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode kualitatif dimana suatu cara
pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen yang ada, yakni berupa
catatan transkrip, buku, dan lain sebagainya. Pada dasarnya dokumentasi dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiono (2015:240) yang dikutip oleh Saputri

16
(2017) bahwa dokumentasi merupakan suatu catatan peristiwa yang telah
berlalu.

1.7.5 Teknik Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir (1998) yang dikutip oleh Rijali (2018) analisis data
merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain, sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya
mencari makna analisis data yaitu terlebih dahulu mengelompokkan data yang
telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis data dengan memberi penjelasan
lebih detail dalam pembahasan penelitian. (Rijali, 2018)
Menurut Miles & Huberman (2007:20) sebagaimana dikutip oleh Kuzairi
(2017), analisis data terdiri dari tiga tahap antara lain :
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pengeompokan
serta penyederhanaan data mentah yang ada dalam catatan-catatan
yang didapatkan selama melakukan penelitian dilapangan. Dimana
terdapat korelasi antara data yang diteliti dengan permasalahan yang
akan diteliti.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah proses dimana dalam membuat laporan
hasil penelitian yang telah dilakukan agar lebih mudah dimengerti dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan. Data
yang disajikan dikemas lebih sederhana agar lebih mudah dipahami
serta dapat menyusun data lebih rapi sehingga pemahaman tentang
data tersebut lebih mudah guna mnyusun penelitian selanjutnya.
3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan
Pada tahap ini, data-data yang ada akan diverifikasi
kebenarannya selama penelitian berlangsung. Tahap verifikasi ini
dilakukan agar peneliti lebih mudah memahami rangkaian alur
informasi dari suatu permasalahan. Selain itu dapat mempermudah
peneliti dalam menarik kesimpulan terkait permasalahan yang diteliti
dan diperoleh dilapangann.

17

Anda mungkin juga menyukai