i.
BAB I
PENDAHULUAN
High rise building atau bangunan tinggi merupakan istilah yang sering digunakan
merujuk kepada bangunan yang memiliki struktur menjulang tinggi atau bangunan dengan
jumlah tingkat yang banyak.Sejatinya penambahan ketinggian sebuah bangunan dilakukan
untuk memperluas ruang fungsi dari bangunan tersebut. Beberapa tipologi bangunan tinggi
diantaranya adalah bangunan apartemen dan perkantoran. Hal ini karena dengan
penambahan jumlah lantai maka akan mengurangi luas bijak bangunan tersebut sehingga
lebih sedikit memakan lahan.Bangunan tinggi akan ideal ditinggali jika ada lift atau elevator
dan tentunya didukung oleh struktur bangunan yang kuat dan tahan lama.Tanpa adanya live
otomatis ini maka akan sangat melelahkan bagi penghuni untuk naik ke lantai yang paling
tinggi.
1.2. Tujuan
1. Siswa mengetahui pekerjaan pada bangunan bawah dan bertingkat dengan metode yang
digunakan
PEMBAHASAN
1. Pondasi Telapak
Pondasi telapak ialah pelebaran alas kolom atau dinding dengan tujuan
untuk meneruskan beban pada tanah suatu tekanan yang sesuai dengan sifat-
sifat tanah yang bersangkutan. Pondasi telapak yang mendukung kolom
tunggal disebut telapak kolom individual, telapak tersendiri atau telapak sebar.
(Hardiyatmo, 2010)
Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM)
Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari Sistem Cakar Ayam Prof. Sediyatmo. Pengembangan yang
telah dilakukan didasarkan pada evaluasihasilhasil penelitian yang dilakukan
secara intensif sejak tahun 1990 oleh tim pengembangan Sistem Cakar Ayam
Modifikasi. Pengembangan yang dilakukan mencakup:
Perubahan bahan cakar yang semula dibuat dari bahan pipa beton
diameter 1 ,20 m, panjang 2 m dan teba1 8 cm, digantikan dengan pipa
baja yang sangat ringan (berat sekitar 35 kg) dengan tebal 1 ,4 mm,
diameter berkisar 0,60 - 0,80 m dan panjang 1 ,0 - 1 ,2 m. Pipa baja ini
harus galvanized dan dilapisi dengan bahan pelindung anti karat. Bahan
cakar yang lebih ringan mempermudah dan mempercepat pelaksanaan
Pengembangan pada metode analisis, perancangan, metode
pelaksanaan, dan metode evaluasi perkerasan.
Aplikasi Sistem CAM pada perkerasan jalan yang tanah dasarnya
berupa tanah ekspansif (tanah dasar mudah mengalami kembang susut,
sehingga merusakkan perkerasan). Sistem Cakar Ayam yang baru ini,
yang kemudian disebut Sistem Cakar A yam Modifikasi (CAM), dan
telah dipatentkan oleh Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc, Ph.D., Dr.
Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA., Ir. Maryadi
Darmokumoro.
b. Pondasi Dalam (Deep Foundation).
Pondasi dalam merupakan struktur bawah suatu konstruksi yang
berfungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras yang
berada jauh dari permukaan tanah. Suatu pondasi dapat dikategorikan sebagai
pondasi dalam apabila perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi
lebih dari sepuluh (Df/B 10). Pondasi dalam dapat dibedakan menjadi:
1. Pondasi dalam dengan pile didesakkan ke dalam tanah. Pondasi tipe ini
memakai pile berupa tiang pancang, sheet pile, dll. Pekerjaan pondasi tipe
ini membutuhkan bantuan crane dan hammer pile untuk mendesakkan pile
ke dalam tanah.
2. Pondasi dalam dengan pile ditempatkan pada ruang yang telah disediakan
dengan cara dibor (bored pile). Pondasi tipe ini membutuhkan mesin bor
untuk membuat lubang dengan kedalaman rencana kemudian pile dirangkai.
3. Pondasi caisson. Pondasi caisson merupakan bentuk dari pondasi sumuran
dengan diameter yang relatif lebih besar.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas,
pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih
dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi atau instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.
Pelaksana Pekerjaan atau Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila ternyata
penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus
mengisi/ mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan
syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis,
sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan
tanahnya maupun jenis tanah bekas galian tersebut.
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban
tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga
berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap
juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang
diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan
diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4
buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Pile cap merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan beban
dari kolom ke tiang-tiang. Metode pelaksanaan pile cap adalah sebagai berikut
a. Menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass
berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile
cap.
b. Pekerjaan Galian, kedalaman penggalian disesuaikan dengan dimensi pile cap.
c. Pekerjaan Potongan Kepala Bored Pile
Kepala bored pile dibobok sampai dengan elevasi yang diinginkan
d. Pekerjaan Urugan Pasir, Lantai Kerja, Bekisting
Pekerjaan urugan pasir setebal 5 cm dilanjutkan dengan pekerjaan lantai
kerja setebal 10 cm. Kemudian pekerjaan bekisting dengan batako putih
dilakukan setelahnya.
e. Pekerjaan Penulangan Pile Cap
Penulangan pile cap dikerjakan berdasarkan spesifikasi dan gambar rencana.
f. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran menggunakan beton K-350 dengan nilai slump 12 cm.
Sebuah pondasi rakit bisa digunakan di mana tanah dasar mempunyai daya
dukung yang rendah dan/atau beban kolom yang begitu besar, sehingga lebih dari 50
% dari luas bangunan diperlukan untuk pondasi telapak sebar konvensional agar
dapat mendukung pondasi. Disarankan penggunaan pondasi rakit sebab lebih
ekonomis karena dapat menghemat biaya penggalian dan penulangan beton. Pondasi
rakit biasanya juga dipakai untuk ruang-ruang bawah tanah (basement) yang dalam,
baik untuk menyebarkan beban kolom menjadi distribusi tekanan yang lebih seragam
dan untuk memberikan lantai buat ruang bawah-tanah.
Pondasi rakit bisa ditopang oleh tiang-pancang, di dalam keadaan seperti air
tanah yang tinggi (untuk mengontrol gaya apung) atau di mana tanah dasar mudah
terpengaruh oleh penurunan yang besar. Perencana harus memperhatikan bahwa
sebagian dari tegangan sentuh pondasi telapak yang akan menembus tanah ke
kedalaman yang lebih besar, atau mempunyai intensitas yang lebih besar pada
kedalaman yang lebih dangkal.
Jenis - jenis Pondasi Rakit Pondasi rakit terbagi lagi dalam beberapa jenis
yang sering digunakan, yaitu:
Pelat rata
Pelat yang ditebalkan di bawah kolom
Balok dan pelat
Pelat dengan kaki tiang
Dinding ruang bawah tanah sebagai bagian pondasi telapak
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai
secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah
yang mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai
macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan
efisiensi lahan perkotaan sehingga daya tampung suatu kota dapat ditingkatkan,
namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang
semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
2.2.2 KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT
Berbeda dengan bangunan yang lain , maka proyek gedung bertingkat
memiliki karakteristik yang spesifik, khususnya dalam teknologi pelaksanaannya.
Beberapa hal yang spesifik antara lain sebagai berikut :
a. Urutan pekerjaan
Tiap bagian pekerjaan sangat terkait dengan bagian pekerjaan yang lain ,
sehingga perlu disusun urutan pelaksanaannya.
b. Jenis Pekerjaan
Bangunan gedung, dikenal memiliki banyak jenis kegiatan dan memerlukan
banyak jenis material dengan berbagai macam spesifikasi.
c. Kegiatan Pengangukan Vertikal
Angkutan vertikal ini merupakan jantungnya kegiatan dari proyek gedung
bertingkat dan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran pelaksanaan.
d. Keselamatan kerja
Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan , baik disebabkan
oleh manusia , alat , material, maupun desain dan metode yang tidak aman.
e. Keterbatasan Lokasi
Pada umumnya letak lokasi proyek ada ditengah kota yang terbatas areal
kerjanya.
f. Air Tanah
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang
tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan
adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-
sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
Off Site Access. Jaringan jalan yang ada di luar lokasi dimanfaatkan sebagai
access road. Untuk ini perlu diketahui hal-hal sebagai:
a. apakah ada yang perlu pelebaran.
b. apakah ada yang perlu perkuatan.
c. apakah ada peraturan lalu lintas atau peraturan daerah yang perlu
diperhatikan.
On Site Access. Di dalam lokasi sendiri, diperlukan juga jalan untuk
transportasi dalam lokasi dan pergerakan dari peralatan yang digunakan. On
site access ini perlu direncanakan sebaik-baiknya, terutama untuk
menghindari gangguan yang ada di dalam lokasi seperti:
2. Site Plan
Lahan pada lokasi proyek, perlu direncanakan sebaik-baiknya untuk
keperluan menampung dan mengatur seluruh kegiatan yang ada di lokasi
meliputi:
a. kantor (office)
b. gudang (terbuka dan tertutup )
c. barak kerja/tempat fabrikasi
d. on site access
e. fasilitas-fasilitas kerja lain, seperti car wash misalnya.
Bila lahan lokasi proyek sangat terbatas, maka perlu pemanfaatan lahan
lain yang berdekatan atau bila terpaksa menggunakan lahan bangunan permanen
secara sementara dengan penjadwalan yang detail dan rinci, agar tidak terlalu
mengganggu kelancaran pekerjaan.
3. Pedoman Pengukuran
a. Pedoman titik koordinat, hal ini diambil dari "Bench Mark" (BM) yang ada
di sekitar/di dekat lokasi atau berpedoman pada bangunan yang telah ada.
b. Pedoman elevasi, untuk dapat menetapkan elevasi ± 0 untuk bangunan
tersebut.
Kedua pedoman tersebut harus selalu dijaga agar tidak mengalami
perubahan dan senantiasa harus dicek kernbali, sampai dengan pedoman tersebut
telah dipindahkan pada bagian bangunan yang telah dilaksanakan, secara tetap.
2.2.4.2 STRUKTUR ATAS
Struktur atas atau upper structure adalah elemen bangunan yang berada di
atas permukaan tanah, meliputi : atap, pelat, kolom, balok, balok anak, dan tangga.
a. Atap
Atap adalah struktur yang berfungsi melindungi bangunan beserta apa
yang ada di dalamnya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap tergantung
dari beberapa faktor, misalnya : iklim, arsitektur, modelitas bangunan, dan
menyerasikannya dengan rangka bangunan atau bentuk daerah agar dapat
menambah keindahan dari bangunan tersebut.
b. Pelat
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin tulangannya
dua arah atau satu arah saja, tergantung pada sistem strukturnya. Kontinuitas
penulangan pelat diteruskan ke dalam balok-balok dan diteruskan ke dalam
kolom. Dengan demikian sistem pelat secara keseluruhan menjadi satu-kesatuan
bentuk rangka struktur bangunan kaku statis tak tentu yang sangat kompleks.
Perilaku masing-masing komponen struktur dipengaruhi oleh hubungan kaku
dengan komponen lainnya. Beban tidak hanya mengakibatkan timbulnya
momen, gaya geser, dan lendutan langsung pada komponen struktur yang
menahannya, tetapi komponen-komponen struktur lain yang juga berhubungan
juga ikut berinteraksi karena hubungan kaku antar komponen. (Dipohusodo,
1994) Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek
pelat dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua
arah (two way slab).
1. Pelat Satu Arah Pelat satu arah (one way slab)
pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan saja sehingga
lendutan yang timbul hanya satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus
terhadap arah dukungan tepi. Dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat
yang mempunyai perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang
saling tegak lurus lebih besar dari dua dengan lendutan utama pada sisi yang
lebih pendek. (Dipohusodo, 1994). SNI beton 2002 memberikan tinggi
penampang (h) minimal pada balok maupun pelat, apabila pemeriksaan
terhadap lendutan tidak dihitung.
Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur, beban geser
maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja tulangan untuk menahan beban-
beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan memanjang atau tulangan
longitudinal (yang menahan beben lentur) serta tulangan geser/begel (yang
menahan beban geser/torsi). (Ali Asroni, 2010).
e. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes
dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.
Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah
horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah
(Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),
dan tangga melayang (Free Standing Stairs).
f. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya, dan
biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral
tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
g. Atap
bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan
penghuninya. Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus
dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah
tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi
rangka atap dan penopang rangka atap.
2.2.4.3 PEKERJAAN FINISHING
2.2.5.1 PERALATAN
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus
didukung oleh peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias
berfungsi secara optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam
manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek terdiri dari
penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan
keberadaan alat dilapangan.
Alat – alat Berat
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah
khususnya galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator ,
karena badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari
penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan
lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan
dengan Dump Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini
digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP
dengan mengguanakan bahan bakar solar.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa
yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa
berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa klem penyambung pipa-
pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efisien untuk ketinggian 4-
5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa besar dapat
menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar efisiensi
biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-
bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor,
pengangkutan material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower crane
harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan
yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan
tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang
dapat diangkut 2 ton.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin
pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah
pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa klem penyambung
pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efisien untuk
ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa
besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas
agar efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.
e. Dum Truck
Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk
memindahkan atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke
lokasi proyek yang telah ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang /
dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dum
truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan
raya dan debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat
pekerjaan galian dan mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar
proses pemindahan / pengiriman material dapat lebih cepat dan lancar.
Alat – alat Survey
a. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil
lantai, balok, lain – lain yang membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk
mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan
dapat datar. Selain itu, waterpass juga dapat digunakan untuk pengecekan
bekisting pada kolom.
b. Sipatan ( Marker )
Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah
pengukuran untuk marking setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah
tinta yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini dapat bertahan dalam waktu yang
lamadan tidak mudah hilang atau luntur.
Alat – alat fabrikasi
a. Bar Bender
Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan
tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan sengkang,
pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada tulangan
balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter haruslah ada dalam
suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.
b. Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk
keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap
tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu
gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia.
Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan.
Menurut tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak
tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar
Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu
baja cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu pengerjaan.
Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10
mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan diameter 16
mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm.
\
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
vertikal.
yang diinginkan.
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk
mencampur dan mengaduk material beton agar lebih homogen. Adanya sirip –
sirip pada bagian dalam drum, memungkinkan teraduknya material dari adukan
beton secara merata pada waktu berputar. Alat ini digunakan khusus untuk
volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai
kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum pengaduk mempunyai
dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak
untuk mencampur adukan.
c. Trowel
Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada
plat lantai yang menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya.
Permukaan beton yang telah ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam,
kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan permukaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok dan
dinding geser, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
Pondasi dangkal.
Pondasi dalam.
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai
secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah
yang mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai
macam kegiatan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang
tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan
adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-
sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Das, Braja, M., 1998, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid-
1,Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, H. C, 2010, Teknik Pondasi 2, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sumayadi, 2012. Teknik Pondasi, Yogyakarta
Asroni,Ali.2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang edisi pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dipohusodo, Istimawan. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia pustaka
utama.
Gideon Kusuma, Takim Andriono, 1993, Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di
Daerah Rawan Gempa, Jakarta, Erlangga.