Anda di halaman 1dari 5

Rekayasa Sipil

Vol. 17 No. 03 (2023)

REKAYASA SIPIL

Journal homepage: https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs

Original research article

Slope Stability Analysis of Alterated Dasit Rock on Ponorogo Pacitan Road


Using Hoek-Brown Failure Criteria
Retno Puspa Rini a*, Arief Rachmansyah a, Eko Andi Suryo a
a Civil Engineering Department, Universitas Brawijaya, 65145, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT

Keywords: To mitigate landslide on rock slopes the information on adequate safety factors is needed. The
Hoek and Brown criteria strength of rock and soil is one of the important parameters on a slope stability analysis. This
Rock mass clasification paper discussed the stability of the altered and dissected dacite rock. To make it easier to
Roclab software determine the Hoek-Brown failure criteria, the GSI rock mass classification is used. By using the
Hoek-Brown failure criterion and supporting by the Rocsience software the analysis of safety
factor of rockslide has been conducted. From field and laboratory observations of the rock
masses that make up the slopes at the study site, a Geological Strength Index value of 25 was
obtained. Base on GSI and some field condition can be obtained the Hoek-Brown parameter are
γ = 2.6 t/m3, mi = 25, Disturbance Factor (D) = 1.0, mb = 0.118, s = 3.73e-6, 𝑎 = 0.531. The rock
mass strength of the sample was brittle so that it can easily collapse. The purpose of this
analysis is to do further study to overcome the problems that occur in most rocks, especially
those related to transportation routes next to the slope.

1. Introduction oleh diskontinuitas batuan, sebagian besar oleh kekar,


bidang pelapisan, intrusi memanjang, dan patahan. Bidang
Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi
pelapisan, kekar mendatar, dan patahan tidak begitu umum
Jawa Timur. Infrastruktur jalan yang dapat diandalkan
dibandingkan dengan kekar akibat tektonik. Sistem
untuk mencapai wilayah tersebut adalah jalan raya
klasifikasi massa batuan memungkinkan penggunaan untuk
Ponorogo – Pacitan. Sebagian besar jalan raya tersebut
perencanaan sebuah infrastruktur, tetapi tidak untuk detail
terletak pada lereng batuan yang terjal, sehingga berpotensi
engineering design bangunan di atas dan di bawah
longsor, khususnya pada lereng batuan yang mengalami
permukaan [2].
pelapukan lanjut, alterasi, dan ketidakmenerusan. Dari
Banyak ahli dan praktisi mengusulkan klasifikasi massa
sekian banyak lokasi yang berpotensi longsor dan menarik
batuan, diantarnaya Rock Structure Rating / RSR [3], Rock
untuk dikaji adalah lokasi yang terletak di kilometer 226.
Mass Rating / RMR [4], Rock Mass Quality / Q System [5],
Untuk merencanakan penanganan longsoran, maka perlu
Unified Rock Mass Classification System / URCS [6], dan
dilakukan penyelidikan lapangan dan laboratorium untuk
Geology Strength Index / GSI [7].
mengetahui factor yang paling berpengaruh dan status
stabilitas lereng.
2.2. Kriteria Keruntuhan Hoek – Brown
Untuk keperluan perancangan suatu proyek infrastruktur
2. Literature Review
dan penggalian hasil klasifikasi massa batuan yang bersifat
2.1. Klasifikasi Massa Batuan
semi kualitatif diperlukan analisis lebih rinci, sehingga
Menurut Bieniawski klasifikasi massa batuan / rock mass didapatkan angka yang dapat dimasukkan dalam metode
classification adalah proses penentuan massa batuan ke perhitungan secara langsung [8]. Untuk mendapatkan index
dalam suatu kelompok atau kelas berdasarkan hubungan atau nilai massa batuan yang dapat dilihat secara langsung
yang ditentukan, dan memberikan deskripsi (atau nilai) dilakukan dengan menambah beberapa parameter yang
berdasarkan sifat atau karakteristik, sehingga perilaku massa dibutuhkan [9].
batuan tersebut dapat diperkirakan [1]. Massa batuan Pada analisis kuantitatif massa batuan sesuai
mengacu pada kumpulan material batuan yang dipisahkan kriteria keruntuhan Hoek-Brown ada beberapa parameter
*Corresponding author: Civil Engineering Department, Universitas Brawijaya, 65145, Indonesia
E-mail address: rinipusparetno@gmail.com (Retno Puspa Rini)
doi: 10.21776/ub.rekayasasipil.2023.017.03.10
Received: 15 December 2022; Revised: 3 May 2023 Accepted: 3 May 2023
E-ISSN: 2502-6348 © 2023 rekayasasipil@ub.ac.id. All rights reserved.
Rekayasa Sipil
Rini et al.
Vol. 17 No.03 pp. 289-293, 2023

yang perlu ditentukan, sehingga dapat digunakan untuk Ada ketentuan dalam menentukan faktor kamanan yang
menghitung nilai faktor keamanan. Dalam menentukan dianalisis, biasanya semakin kecil faktor keamanan yang
analisis keruntuhan Hoek-Brown diperlukan beberapa didapat maka kondisi lereng dikatakan tidak stabil tetapi
parameter yaitu nilai GSI, kuat tekan batuan (σci) dari hasil sebaliknya jika nilai angka faktor keamanan semakin besar
uji laboratorium, konstanta massa batuan (mi) berdasarkan maka stabilitas lereng tersebut semakan aman. Banyak yang
jenis batuan, dan nilai faktor gangguan (D) berdasarkan menggunakan metode ini untuk menganalisis runtuhan
relaksasi tegangan. pada bidang baji ataupun bidang planar yang dikontrol
Beberapa nilai tersebut didapatkan dengan persamaan bidang yang takmenerus. Longsorang dapat terjadi
sebagai berikut [10]: diberbagai bidang atau lazimnya tidak adanya gaya rotasi.
𝐺𝑆𝐼−100
mb = mi exp ( ) (1) Kekuatan geser material dan gaya yang bekerja yang
28−14𝐷
terdapat runtuhan dapat menjadi perhitngan untuk
Untuk mendapatkan nilai konstanta massa batuan yang mendapatkan nilai faktor keamanan pada lereng tersebut
meliputi nilai s dan a adalah dengan persamaan berikut: [11].
𝐺𝑆𝐼−100
𝑠 = exp ( ) (2) 𝑐 ′ (𝐻−𝑧)𝑐𝑠𝜓𝑝 +(𝑊 𝑐𝑜𝑠𝜓𝑝 −𝑈−𝑉 sin 𝜓𝑝 ) tan 𝜙′
9−3𝐷
𝑆𝐹 = (4)
𝑉 𝑐𝑜𝑠𝜓𝑝 + 𝑊 sin 𝜓𝑝
𝐺𝑆𝐼 20
1 1 − −
𝑎 = + (𝑒 15 −𝑒 3 ) (3)
2 6
3. Methodology
3.1. Objek Penelitian
2.3. Analisis Stabilitas Lereng Massa Batuan (Metode
Keseimbangan Batas) Object penelitian adalah tubuh batuan beku dasitik yang
terkekarkan dan teralterasi (Fig. 2). Tubuh batuan ini terletak
Untuk menghitung stabilitas lereng menggunakan
di tebing sisi barat dari jalan Ponorogo – Pacitan km 226.
softwere (Perangkat Lunak) untuk memudahkan dalam
Pada tersebut dapat terlihat struktur kekar yang relatif rapat.
perencanaan dan juga dasar dari perangkat lunak
Sampel batuan untuk uji laboratorium diambil dari bagian
menggunakan metode keseimbangan batas. Metode
yang masih utuh, meskipun sudah teralterasi sebagaimana
kesimbangan batas sangat banyak dipakai oleh engineer
ditunjukkan oleh kandungan mineral lempung.
untuk menganalisis stabilitas pada lereng tertama model
gelinciran tansional dan juga rotasi (Fig. 1) dikarenakan
metodenya yang mudah dipahami. Metode keseimbangan
batas hanya menggunakan keseimbangan statik tetapi
regangan dan juga tekanan dapat diabaikan, untuk dapat
menemukan geometri pada bidang yang runtuh dapat
ditentukan dari awal. Keseimbangan batas dapat
menentukan faktor keamanan pada lereng harus
menentukan keseimbangan gaya, momen atau
penggabungan dari keduanya.

Fig. 2. Kenampakan batu dasit yang teralterasi dan struktur


kekar yang cukup rapat

3.2. Estimasi Hasil Uji Laboratorium


Contoh batuan yang akan diuji kuat tekannya dipilih
yang dapat dipotong dengan ukuran 9x9x9 cm (Fig. 3).
Pengujian kuat tekan batuan dilakukan di laboratorium
beton jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang
yang dilakukan menggunakan sampel batuan utuh yang
telah dipotong kubus. Sampel batuan dasit yang diuji
disajikan pada Table 1.

Fig. 1. Metode kesetimbangan batas untuk bidang runtuh


planar (Saifuddin 2007)

290
Rekayasa Sipil
Rini et al.
Vol. 17 No.03 pp. 289-293, 2023

Berdasarkan pengujian sampel batuan dapat diinput nilai


sebesar 2.5 pada program Roclab sebagaimana disajikan
pada Table 2. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan,
bahwa batuan yang mempunyai nilai 1-5 merupakan batuan
yang rapuh, sehingga dapat mudah hancur jika dipukul
menggunakan palu geologi ataupun menggunakan pisau
saku.
A B
Fig. 2. Sampel batu Dasit sebelum (A) dan sesudah (B) uji 4.2. Konstanta Massa Batuan
kuat tekan bebas
Dalam menentukan konstanta batuan (mi) dengan jenis
batuan dasit maka didapatkan nilai mi sebesar 25 sesuai
Table 1. Hasil uji kuat tekan bebas batu Dasit dari km 226
dengan Table 3. Sesuai tabel dapat disimpulkan bahwa
jalan Ponorogo Pacitan
batuan jenis dasit ini merupakan batuan yang masuk dalam
Ukuran Benda Uji (cm) 9x9x9
golongan tipe batuan igneus atau tipe batuan beku yang
Luas (cm2) 81 berasal dari magma yaitu cairan mengandung silikat pekat
Berat Benda Uji (Kg) 1.66 [13] yang suhunya mengalami pendinginan sehingga batuan
Kuat tekan UCS (MPa) 2,5 dapat mengeras, pada batuan jenis ini tidak mengalami
proses kristalisasi baik letaknya di dalam ataupun di atas
Jika dilihat secara kasat mata sampel batuan dasit telah permukaan tanah (bumi) [14].
mengalami alterasi sedang. Dapat dilihat pada sampel
bahwa batuan tersebut sangat lapuk atau telah mengalami 4.3. Faktor Gangguan (D) dan Parameter
alterasi. Pada batuan yang diambil pada lapangan warna Dalam menentukan faktor gangguan dapat menentukan
dari batuan tersebut mempunyai warna yang cerah sehingga baik atau buruknya suatu batuan yang akan dianalasis.
ketika dipukul dengan palu geologi mudah hancur. Sehingga didapatkan deskripsi batuan merupakan batuan
yang buruk (Poor Blasting) yang merupakan kerusakan
4. Result and Discussions massa batuan pada sebuah lereng yang dapat dilihat pada
4.1. Kekuatan Batuan Utuh tabel. Untuk mendapatkan nilai Disturbance Factor (D)
Kekuatan batuan utuh dicerminkan oleh kuat tekan dapat di lakukan dengan pedoman niai factor (D) dalam
batuan (σci) yang ditentukan dengan menggunakan uji Table 4 menurut Hoek and Brown. Sehingga didapat nilai: D
laboratorium yaitu Uniaxial Compressive Strength (UCS). = 1.0 (Poor Blasting).
Pengukuran ini bertujuan untuk memperkirakan nilai kuat
tekan batuan. Contoh batuan yang diuji merupakan Batu Table 3. Nilai konstanta mi untuk batuan utuh menurut
Dasit yang teralterasi, sehingga diperoleh nilai UCS sebesar Duncan and Christoper (2004)
2.5 MPa (Fig. 3). Dari hasil pengamatan di lapangan
berdasarkan standar GSI penilaian batuan yang merupakan
teknik pengolah data agar dapat mengetahui sifat sampel
batuan tersebut [12].

Table 2. Pemberian nilai UCS pada Program Roclab

291
Rekayasa Sipil
Rini et al.
Vol. 17 No.03 pp. 289-293, 2023

Table 4. Penentuan nilai disturbance factor (D) Hoek and Hasil dari perhitungan modulus deformasi pada massa
Brown 2002 batuan sesuai kriteria Hoek and Brown dengan memasukkan
nilai faktor pengganggu (D) yaitu sebagai berikut :
𝐷 𝜎𝑐𝑖 (𝐺𝑆𝐼−10)
( )
𝐸𝑚 = (1 − ) √ 10 40
2 100
1.0 2.5 (25−10)
( )
𝐸𝑚 = (1 − )√ 10 40
2 100
𝐸𝑚 = 187.474 MPa

Dalam analisis dari Program Roclab didapat serupa


dengan nilai sesuai dengan perhitungan di atas. Penginputan
data Fig. 4 dan nilai parameter bisa dilihat pada Fig. 5. dan
dari hasil Input data pada program Roclab didapatkan
gambar berupa grafik major dan minor sesuai input data
melalui kriteria parameter Hoek and Brown pada Fig. 6.

Fig. 4. Input data klasifikasi Hoek & Brown pada program


Roclab

4.4. Parameter Keruntuhan Hoek – Brown


Beberapa perhitungan parameter lainnya yang
diperlukan yaitu Hoek-Brown Criterion yang diketahui dari Fig. 5. Hasil input data klasifikasi Hoek & Brown pada
nilai yang telah didapat yaitu Mb, s dan a berdasarkan nilai program Roclab
yang telah didapat dari GSI dan faktor gangguan (D) dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hoek &
Brown (2002). Perhitungan nilai m_b yaitu batuan utuh yang
memiliki pengurangan pada nilai konstanta. Didapatkan
dengan cara persamaan sebagai berikut.
25 − 100
mb = 25 × exp ( ) = 0.118
28 − 14(1)

Untuk mendapatkan nilai konstanta massa batuan yang


meliputi nilai s dan a dengan cara perhitungan berikut.
25 − 100
𝑠 = exp ( ) = 3.73𝑒 −6
9 − 3(1)
Dan perhitungan nilai a adalah sebagai berikut.
1 1 25 20
𝑎 = + (𝑒 −15 − 𝑒 − 3 ) = 0.531
2 6
kuat tekan uniaksial massa batuan disesuaikan dengan
perhitungan σ’3 = 0 dengan hasil sebagai berikut.
𝜎𝑐 = 𝜎𝑐𝑖 . 𝑠 𝑎
𝜎𝑐 = 2.5 . (3.73𝑒 −6 )0.531
𝜎𝑐 = 0.00326483 Mpa
dan, kuat tarik dengan persamaan sebagai berikut.
𝑠𝜎𝑐𝑖
𝜎𝑡 = −
𝑚𝑏
3.73𝑒 −6 (2.5)
𝜎𝑡 = − Fig. 6. Grafik major dan minor pada program Roclab
0.118
𝜎𝑡 = −7.9049e−005 Mpa

292
Rekayasa Sipil
Rini et al.
Vol. 17 No.03 pp. 289-293, 2023

5. Conclusion geologic predictions,” N Am Rapid Excav & Tunnelling


Conf Proc, 1972.
Hasil dari analisis penelitian yang telah dikerjakan pada
[4] Z. T. Bieniawski, “Engineering classification of jointed
batuan dasit dapat disimpulkan bahwa batuan yang
rock masses,” Civil Engineering= Siviele Ingenieurswese,
didapatkan merupakan batuan yang telah lapuk/teraltrasi.
vol. 12, 1973.
Dengan menggunakan metode Hoek-Brown yaitu wajib
[5] N. Barton et al., “Engineering classification of rock
mendapatkan nilai parameter pada batuan. Nilai parameter
masses for the design of tunnel support,” Rock mechanics,
yang diperoleh yaitu γ = 2.6 t/m3; UCS = 255 t/m2; mi = 25; D
vol. 6, 1974.
= 1.0; mb = 0.118; s = 3.73e^(-6); a = 0.531. Perlu dilakukan
[6] D. A. Williamson, “Unified rock classification,” Bulletin
penelitian selanjutnya untuk mendapatkan nilai dari faktor
of the Association of Engineering Geologists, vol. 21, no. 3,
keamanan dan dapat digunakan untuk mengatasi
1984.
permasalahan yang terjadi.
[7] Hoek E. dan Brown E. T., “Practical estimates of rock
mass strength,” International journal of rock mechanics and
Author Declaration mining sciences, vol. 34, no. 8, 1997, doi:
Authors’ contributions and responsibilities 10.22487/gravitasi.v17i2.12418.
[8] A. Yunanto, “Evaluasi Kondisi Geologi Teknik Bagi
The authors made substantial contributions to the
Perancangan Terowongan Saluran Pengelak Bendungan
conception and design of the study. The authors took
Cipanas Provinsi Jawa Barat, Disertasi, 2019.
responsibility for data analysis, interpretation, and
[9] M. Ardyansyah, “Analisis Kelas Massa Batuan Dengan
discussion of results. The authors read and approved the
Metode Rock Mass Rating Dan Rock Structure Rating Di
final manuscript.
Tambang Batubara Bawah Tanah Cv. Air Mata Emas
Sawahlunto,” Skripsi, 2020.
Availability of data and materials
[10] E. Hoek et. al., “Hoek-Brown failure criterion-2002
All data are available from the authors. edition,” Proceedings of NARMS-Tac , vol. 1, no. 1, 2002.
[11] S. Arief, “Konsep Dasar Analisis Kestabilan Lereng,”
Competing interests 2007.
The authors declare no competing interest. [12] R. I. Sophian dan D. Muslim., “Pengaruh Geological
STrength Index (GSI) Terhadap Nilai Faktor Keamanan
References Melalui Simulasi Kestabilan Lereng Tambang,
Kecamatan Batu Kajang, Kabupaten Paser, Kalimantan
[1] Z. T. Bieniawski, “Engineering rock mass classifications:
Timur,” Geoscience Journal, vol. 2, no. 6, 2018.
a complete manual for engineers and geologists in
[13] T. Takeda et al., “Reinforced concrete response to
mining, civil, and petroleum engineering, John Wiley &
simulated earthquakes,” Journal of the structural division,
Sons, USA, 1989.
vol. 96, no. 70, 1970.
[2] A. Khanifa, “The Influence of Structural Structures on
[14] F. G. Bell, “Engineering in rock masses,” Elsevier,
Slope Stability at PT. Energi Batubara Lestari, South
Netherland, 2013.
Kalimantan,” Promine, vol. 7, no. 1, 2019.
[3] G. E. Wickham et al., “Support determinations based on

293

Anda mungkin juga menyukai