Anda di halaman 1dari 8

NASKAH SEMINAR1

ANALISIS EROSI TEBING SUNGAI MENGGUNAKAN HECRAS 5.0.


(Studi Kasus Sungai Sesayap, Kab. Malinau, Prov. Kalimantan Timur)
Egis Abdul Aziz2, Puji Harsanto3

INTISARI
Sungai Sesayap mengalir melalui Kota Kabupaten Malinau, di mana di bagian hulunya terdapat
berbagai permasalahan erosi dan sedimentasi, sebagai akibat dari berbagai aktivitas di DAS sebelah
hulu sehingga respon yang ditimbulkan akibat beban hidrologi telah menyebabkan timbulnya
pergerakan meander sungai yang semakin intensif. Meningkatnya intensitas pertumbuhan meander telah
menyebabkan adanya fenomena erosi dan sedimentasi di sekitar sungai, terutama di kota Malinau.
Beberapa usaha telah dilakukan dalam menanggulangi erosi tebing sungai tersebut, salah satunya ialah
pembangunan sheet file pada sisi Seluwing, namun dengan dibangunnya konstruksi tersebut diperlukan
juga kajian yang mempelajari dampak yang akan terjadi terhadap sungai bagian hilir pada waktu yang
akan datang dimana bangunan sheet file sudah ada, mengingat letak dari bangunan tersebut berada
dibelokan sungai.
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya bangunan sheet file tersebut, kajian
model matematik bisa diterapkan. Model matematik yang dapat digunakan adalan model BSTEM (Bank
Stability and Toe Erosion Model) pada software HECRAS versi 5.0.0. Data yang dibutuhkan untuk
pemodelan tersebut yaitu : data debit (digunakan sebesar 500 m3/s dalam penelitian ini), data geoteknik
(gradasi butiran dan jenis lapisan tanah) kemudian dianalisis dengan waktu analisis selama 100 hari.
Hasil simulasi menggunakan model BSTEM pada software HECRAS versi 5.0.0 bahwa pada sisi
Seluwing dalam keadaan eksisting terjadi erosi dan hal yang sama ditunjukan oleh sisi Malinau Seberang
. Setelah digunakan sheet file sebegai perkuatan tanah sisi Seluwing, sisi Seluwing tidak mengalami erosi
pada tebing sungai namun pada kaki dan dasar sungai erosi masih tetap terjadi. Adanya sheet file juga
berpengaruh pada sisi Malinau seberang yaitu terjadinya pengurangan erosi tebing.
Kata kunci : erosi tebing, sheet file, BSTEM, HECRAS 5.0
1
Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir
2
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
NIM : 20120110309, e-mail : egisabdulaziz@gmail.com
3
Dosen pembimbing I

1. PENDAHULUAN bagian hilir pada waktu yang akan datang


1.1 Latar Belakang dimana bangunan revetment sudah ada,
Sungai Sesayap merupakan sungai mengingat letak dari bangunan tersebut berada
dengan Daerah Tangkapan Sungai (DAS) dibelokan sungai.
berada di wilayah Kabupaten Malinau dan Untuk mengetahui dampak yang
Serawak, Malaysia (Peraturan Pemerintah No. ditimbulkan oleh adanya bangunan revetment
11-A/PRT/MEN/2006 tentang penetapan tersebut, kajian model matematik bisa
wilayah sungai). Sungai Sesayap mengalir diterapkan. Model matematik yang dapat
melalui Kota Kabupaten Malinau, di mana di digunakan adalan model BSTEM (Bank
bagian hulunya terdapat berbagai permasalahan Stability and Toe Erosion Model) pada
erosi dan sedimentasi, sebagai akibat dari software HECRAS versi 5.0.0
berbagai aktivitas di DAS sebelah hulu
sehingga respon yang ditimbulkan akibat beban 1.2 Tujuan Penelitian
hidrologi telah menyebabkan timbulnya
pergerakan meander sungai yang semakin Tujuan dari penelitian ini adalah :
intensif. Meningkatnya intensitas pertumbuhan a. Untuk mengetahui keadaan tebing
meander telah menyebabkan adanya fenomena sungai sebelum dibangunnya revetment
erosi dan sedimentasi di sekitar sungai,
terutama di kota Malinau. b. Membandingkan keadaan tebing sungai
Beberapa usaha telah dilakukan dalam sebelum dan sesudah dibangunnya
menanggulangi erosi tebing sungai tersebut, revetment
salah satunya ialah pembangunan revetment, c. Mengetahui dampak pembangunan
namun dengan dibangunnya konstruksi tersebut revetment terhadap tebing sungai
diperlukan juga kajian yang mempelajari bagian hilir.
dampak yang akan terjadi terhadap sungai

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 1


2. TINJAUAN PUSTAKA seperti cantilever wall atau dari susunan buis
2.1 Morfologi Sungai beton yang diperkuat tulangan. Untuk
Morfologi sungai merupakan ilmu yang kemudahan pelaksanaan, dipilih alternatif kedua
mempelajari tentang perubahan bentuk sungai, yaitu konstruksi revetment dari buis beton
penjelasan lebih spesifik morfologi sungai diameter 1 m dan tinggi 1 m yang disusun 3
adalah merupakan hal yang menyangkut lajur. Di antara buis beton tersebut diberikan
tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, perkuatan angkur dan bagian atas dan bawah
sifat, dan perilaku sungai dengan segala aspek diperkuat dengan slab beton bertulang. Di
perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. belakang konstruksi ini diperkuat dengan
(Pratama :2015) geosintetik untuk mencegah kelongsoran lokal
Kawasan DAS Sesayap adalah suatu satuan dan berfungsi sebagai filter.
morfologi pedataran dan perbukitan rendah
sampai sedang. Pada daerah perbukitan, 2.4 BSTEM (Bank Stability and Toe Erosion
kemiringan berkisar antara 10 – 40, sedangkan Model)
Gibson (2013) mengkaji bahwa softwere
pada daerah di tepi Sungai Sesayap kemiringan
HEC-RAS bisa memodelkan gerusan yang
berkisar antara 0 – 2 dan pada daerah hulu
terjadi pada tebing sungai dengan istilah Bank
dapat mencapai 20. Sungai utama adalah
Stability and Toe Erosion Model (BSTEM) yang
Sungai Sesayap dan anak-anak sungai yang disebabkan oleh proses hidrodinamika yang
mengalir di daerah sekitarnya dengan pola aliran bertujuan untuk bisa mengetahui resiko
Sub Dendritik atau bercabang-cabang. Debit kegagalan pada tebing sungai. HECRAS
aliran sungai cukup tinggi dan tidak pernah menyediakan model BSTEM dimulai pada
kering sepanjang tahun. Vegetasi yang tumbuh HECRAS versi 4.3.0.
di tepi Sungai Sesayap maupun di sekitar andras
berupa tanaman keras, tanaman produksi skala
3. LANDASAN TEORI
kecil dan semak belukar. Di sekitar DAS
3.1 Tinjauan Umum
Sesayap umumnya merupakan pemukiman
penduduk, pertokoan, dermaga kapal kecil Sungai adalah wadah atau penampung
sampai sedang, jalan kabupaten dan beberapa dan penyalur alamiah dari aliran air dengan
lokasi penambangan pasir dan batu koral segala yang terbawa dari DAS (daerah aliran
(Legono dkk,. 2008). sungai) ke tempat yang lebih rendah dan
berakhir di laut.
2.2 Erosi Tebing Sungai Selama pengalirannya sungai membawa
bahan sedimen yang berasal dari lahan atau
Dengan informasi morfologi seperti catchment area yang tererosi dan atau dari
diatas, sungai Sesayap berpotensi menimbulkan
gerusan tebing maupun dasar sungai. Bahan
masalah sedimentasi dan erosi. Menurut Legono sedimen tersebut akan menimbulkan perubahan
(2008) dari hasil bathimetri diperoleh kontur morfologi sungai. Perubahan morfologi sungai
elevasi dasar sungai yang bisa menggambarkan
misalnya terjadinya gosong sungai atau proses
volume sedimen Sungai Sesayap di sekitar meandering sungai. Pada belokan sungai akan
Seluwing. Dari peta kontur elevasi dasar tebing terjadi erosi sisi luar belokan dan akan terjadi
sungai sisi kiri berkisar +20.00 m, elevasi ini sedimentasi pada sisi dalam belokan.
harus dipertahankan. Di Seluwing, Malinau Kelongsoran yang terjadi di sepanjang
Kota, yang terkikis sekitar 50 meter. Di lokasi alur Sungai Sesayap daerah Malinau, Provinsi
tersebut telah dipasang beronjong untuk Kalimantan Timur, disebabkan oleh proses
mengurangi pengikisan. hidrodinamika (pola arus dan kecepatan) di
Abernethy dan Rutherfurd (1998) dalam sungai. Dengan demikian, untuk membuat solusi
Tilston (2005) dalam Legono (2008) penanganan memerlukan kajian hidroninamika
menyatakan bahwa erosi tebing sungai yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
digolongkan dalam 4 tipe menurut kejadiannya Yang dimaksud kondisi yang akan datang adalah
longsorannya, yaitu shallow slides, toppling kondisi dimana bangunan penanganan sungai
slabs, deep-seated rotational dan deepseated sudah ada.

2.3 Metode Penanganan Erosi 3.2 HEC-RAS Versi 5.0.0


Berdasarkan hasil analisis terhadap data HEC-RAS adalah sebuah program
primer dan sekunder sepanjang Sungai Sesayap, aplikasi yang didesain untuk melakukan
kerusakan dan longsoran tebing sungai dapat berbagai analisis hidrolika terhadap pemodelan
diatasi dengan konstruksi dinding penahan tanah aliran satu dimensi pada saluran atau sungai,
(revetment) yang bertumpu pada tumpukan batu River Analysis System (RAS). Software ini
dengan diameter lebih besar dari 60 cm. dibuat oleh Hydrologic Engineering Center
Konstruksi revetment dapat dibuat dari (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam
konstruksi beton bertulang dengan bentuk Institute for Water Resources (IWR), di bawah

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 2


US Army Corps of Engineers (USACE). HEC
RAS Versi 5.0.0 memiliki empat komponen
hitungan hidrolika satu dimensi yaitu a)
hitungan profil muka air aliran permanen, b)
simulasi aliran tidak permanen, c) hitungan
angkutan sedimen, d) analisis kualitas air.

3.3 BSTEM ((Bank Stability and Toe Erosion


Model)
BSTEM (Bank Stability and Toe Erosion
Model) merupakan model pada software
HECRAS 5.0 yang dapat digunakan sebagai alat Lokasi Penelitian
untuk membuat estimasi erosi hidrolik tebing
dan kaki tebing dengan parameter tegangan
geser hidrolik . Model ini terutama dimaksudkan
untuk digunakan dalam studi pengendalian erosi
pada kaki tebing.
Model ini memperkirakan tegangan geser
batas dari saluran geometri , dan menganggap
tegangan geser kritis dan erodibilitas dari dua
zona terpisah dengan bahan yang berbeda, yaitu
: tebing dan dasar sungai.
Adapun metode yang digunakan dalam
model BSTEM ini adalah metode Vertical Slice
(Langendoen dan Simon,2008). Metode vertikal
slice mengevaluasi gaya normal dan geser aktif Gambar 4.1 Lokasi Penelitian berada di Sungai
disegmen tebing. Gaya yang bekerja sangat Sesayap, Kabupaten Malinau, Provinsi
bergantung pada aliran air pada saluran yang Kalimantan Timur
dimodelkan semakin tinggi muka air maka
4.2 Pengumpulan Data
semakin besar gaya hidrostatik yang bekerja
Data yang di butuhkan pada penelitian ini untuk
pada permukaan tebing.
analisa berupa data sekunder. Data sekunder
pada penelitian ini diperoleh dari berbagai
4. METODOLOGI PENELITIAN
sumber. Data Sekunder pada penelitian ini di
4.1 Lokasi Penelitian
antaranya adalah sebagai berikut :
Lokasi penelitian berada di Sungai 4.2.1 Data Topografi
Sesayap di Kabupaten Malinau, Provinsi Data Topografi diperoleh dari laporan
Kalimantan Timur (lihat Gambar 4.1). Untuk pekerjaan (legono dkk, 2008) tentang studi
analisis pada penelitian ini, titik kontrol terletak perencanaan konstruksi penahan longsor dan
di daerah Malinau pada koordinat X: 458000 normalisasi Sungai Sesayap kabupaten Malinau.
dan Y: 397000 UTM. Pada data topografi diperoleh data informasi
layout sungai meliputi, trace sungai, lebar
sungai, dan kontur pada Sungai Sesayap.
4.2.2 Data Batimetri
Data Bathimetri diperoleh dari laporan
pekerjaan (Legono dkk, 2008) tentang studi
perencanaan konstruksi penahan longsor dan
normalisasi Sungai Sesayap kabupaten Malinau.
Data pengukuran bathimetri atau pemeruman
(sounding) dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi rupa bumi dasar perairan. Survei
dilakukan dengan menggunakan alat
echosounder sebagai pengukur kedalaman
sungai yang dilengkapi dengan GPS untuk
pengukuran arah (x,y) dengan hasil seperti pada
Gambar 4.2.

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 3


Bentuk Geometri hasil penguran GPS Sungai
berbutir halus. Nilai nilai konis (qc) cukup
Sesayap, Kabupaten Malinau, Provinsi tinggi yaitu lebih besar dari 50 kg/cm2.
Kalimantan Utara Lapisan pasir umumnya dijumpai pada
4000 kedalaman 3,00 – 4,00 m di bawah
permukaan tanah. Di daerah Tanjung
3500 Lapang, di bawah lapisan ini pada
kedalaman 5,50 m ditemukan lapisan batu.
3000
4.3 Bagan Alir Penelitian
2500

2000
Mulai

1500
Studi Literatur
1000

500 Pengumpulan Data Sekunder

0  Data topografi
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
 Data bathimetri
-500
 Data hidrometri

Gambar 4.2 Titik-titik koordinat XYZ dilokasi  Data geoteknik dan penyelidikan lapangan
penelitian.
4.2.2 Data Geoteknik dan penyelidikan
lapangan
Data Geoteknik dan penyelidikan tanah di Simulasi Pemodelan BSTEM
beberapa lokasi sepanjang Sungai Sesayap di menggunakan HECRAS 5.0
dapat dari PT. KJI pada tahun bulan Juni-Juli
2008. berupa hasil pemboran dan sondir, kondisi
geologi dan geoteknik di bawah permukaan Simulasi BSTEM
tanah menunjukkan susunan lapisan tanah
sebagai berikut:
1. Top soil berupa lempung dan lempung Hasil dan Pembahasan
kelanauan, coklat muda, semi plastis –
plastis, lunak sampai agak padat. Dari hasil
uji sondir, lapisan ini mempunyai nilai Kesimpulan
konis (qc) dibawah 10 kg/cm2. Pada daerah
Seluwing dan Jembatan Malinau I, lapisan
ini dijumpai sampai dengan kedalaman 1,00
Selesai
– 1,50 m di bawah permukaan tanah. Di
daerah Tanjung Lapang, lapisan ini
dijumpai sampai dengan kedalaman 3,20 m Gambar 4.3 Bagan Alir Penelitian
di bawah permukaan tanah.
2. Lempung (clay), abu-abu kecoklatan atau 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
kehitaman, semi plastis – plastis. Di daerah
Seluwing bagian hilir, lapisan ini Hasil dari simulasi BSTEM (Bank
ditemukan bercampur lumpur, sedangkan di Stability Toe-Bank Erotion Model) softwere
daerah Jembatan Malinau I bagian lapisan HEC-RAS 5.0 dapat melihat bagaimana keadaan
ini bercampur sedikit pasir. Lapisan ini titik-titik yang ditinaju (sisi Seluwing dan
memiliki kapasitas dukung yang rendah Malinau Seberang) dalam keadaan eksisting dan
dengan nilai konis (qc) pada uji sondir di keadaan setelah adanya bangunan revetment
bawah 10 kg/cm2. Tebal lapisan berkisar yang dipasang pada belokan sungai sisi Seluing,
antara 1,50 – 3,00 m. Kabupaten Malinau, Prov. Kalimantan Utara.
3. Lanau kepasiran (sandy silt), cokelat muda Simuasi BSTEM pada softwere HEC-RAS
sampai abu-abu kehitaman, non plastis 5.0 dapat menampilkan hasil dari simulasi dalam
sampai semi plastis, agak kenyal (stiff). bentuk dua dimensi yang dapat menampilkan
Kapasitas dukung sedang, dengan nilai dalam gambar potongan melintang. Selain dalam
konis (qc) antara 15 – 50 kg/cm2. Tebal bentuk dua dimensi model BSTEM
lapisan ini sekitar 1,0 – 2,0 m. menampilkannya dalam bentuk tabel yang
4. Pasir, atau pasir berlanau, abu-abu berfungsi sebagai penjelasan dari gambar
kehitaman, padat sampai agak padat, potongan melintang. Pembacaan hasil simulasi

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 4


BSTEM berdasarkan leber keruntuhan yang
terjadi pada tebing sungai dan tinggi erosi yang 32.5
terjadi pada kaki tebing.
Analisis pada studi ini dilakukan dua 30

skenario pemodelan, pertama pemodelan dalam

Elevation (m)
27.5
keadaan eksisting atau keadaan sebelum adanya
25
bangunan revetment dan pemodelan kedua yaitu Existing
30Des2015
setelah adanya bangunan revetment dengan 22.5 BSTEM
01Feb2016
tujuan supaya dapat mengetahui berapa besar BSTEM
01Mar2016
20
pengaruh adanya bangunan revetment terhadap BSTEM
01Apr2016
sungai bangian hilir yang ditinjau. Analisa di 17.5
0 100 200 300 400 500 600
lakukan selama tiga bulan, dari tanggal 30 Station (m)
Desember-1 April dengan debit rata-rata 500 Gambar 5.2 Kondisi tebing sungai sisi
m3/s. Seluwing cross-section 77
Hasil dari sekenario pemodelan diambil
tiga sampel cross section (potongan melintang)
pada sisi Seluwing dan tiga sampel cross
37.5
section.
35
5.1 PEMODELAN KEADAAN Existing
30Des2015
EKSISTING 32.5 BSTEM
01Feb2016
Pemodelan keadaan eksisting adalah Elevation (m) 30 BSTEM
01Mar2016
pemodelan dimana sungai masih dalam keadaan 27.5
sebenarnya atau dalam kondisi awal tanpa 25
memasukan bangunan bangunan penanganan 22.5
seperti dinding pengaman tebing (Revetment) 20
yang pada skenario ke dua terletak pada sisi
17.5
Seluwing. Gambar 5.1 menunjukan geometri 0 200 400 600 800 1000
Station (m)
sungai tanpa bangunan pengaman tebing dan
Gambar 5.3 Kondisi tebing sungai sisi
lokasi yang ditinjau.
Seluwing cross-section 65

32.5
Existing
30Des2015
30 BSTEM
01Feb2016
BSTEM
27.5 01Mar2016
Elevation (m)

25 473.32
492.51
22.5

20 20.1141
19.5678

17.5
0 100 200 300 400 500 600
Station (m)

Gambar 5.4 Kondisi tebing sungai sisi


Gambar 5.1 Geometri Sungai dengan keadaan Seluwing cross-section 57
eksisting dan titik-titik yang ditinjau.
Setelah dilakukan analisis, terjadi
5.1.1 Lokasi tinjauan sisi Seluwing perubahan dinding sungai yang menunjukan
Lokasi ini adalah awal lokasi tinjauan bahwa pada dinding sungi tersebut terjadi
dimana pada lokasi tersebut akan dibangun keruntuhan.
dinding penahan tebing dikarenakan terjadi Selain keruntuhan pada tebing, elevasi
masalah gerusan pada kaki tebing sisi Seluwing. dasar saluran juga terjadi penurunan yang
Adapun Contoh hasil pemodelan BSTEM pada diakibatkan oleh transfort sedimen. Pada
lokasi ini terletak pada cross-section nomor 77, cross section 77 (Gambar 5.2) terjadi
65 dan 57 ditunjukan dengan Gambar 5.2, perubahan stasiun setelah running 3 bulan,
Gambar 5.3 dan Gambar 5.4.
pada kondisi eksisting tebing berada di
stasiun 426,83 m dan setelah running tebing
berada di stasiun 441,99 hal itu menunjukan
bahwa pada tebing tersebut terjadi
keruntuhan dengan lebar 15.16 m. Hal yang
sama ditunjukan oleh cross section 65

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 5


(Gambar 5.3) yang berada di tengah daerah
yang ditinjau sampai cross section 57 27.5
(Gambar 5.4) yang berada diujung daerah
25
yang ditinjau.
22.5
5.1.2 Lokasi tinjau sisi Malinau Seberang

Elevation (m)
20
Pada penelitian ini, selain meninjau
17.5
daerah Seluwing ditinjau pula daerah Existing
30Des2015
Malinau Seberang yang merupakan tebing 15 BSTEM
01Feb2016
sungai yang terletak pada sisi luar belokan 12.5 BSTEM
01Mar2016
sungai dan bagian hilir dari tebing sungai 10
0 100 200 300 400 500 600
yang berada di Seluwing. Belokan sungai Station (m)

pada sisi malinau sebrang ini berlawanan Gambar 5.7 Kondisi tebing sungai sisi
dengai belokan sungai yang ada di Seluwing Seluwing cross-section 31
sehingga jika terjadi perubahan pola aliran
pada sisi Seluwing maka akan sangat
berdampak pada tebing bagian Malinau 5.2 PEMODELAN MENGGUNAKAN
sebrang. Gambar (5.5), (5.6) dan (5.7) REVETMENT
merupakan contoh keruntuhan yang terjadi Pada simulasi ke dua ini penguji
pada tebing sisi Malinau Sebrang yang menambahkan revetment sebagai perkuatan
diperoleh dari pemodelan BSTEM. tebing. Posisi revetment terletak di
sepanjang belokan sungai sisi Seluwing
dengan adanya revetment ini pola aliran
31.5
pada bagian yang dipasang revetment
29.5
menjadi berubah sehingga perlu diteliti atau
27.5
dimodelkan juga dengan menggunakan
Elevation (m)

25.5
BSTEM. Gambar 5.8 menunjukan lokasi
23.5
Existing revetment dan titik-titik yang ditinjau akibat
30Des2015
21.5 BSTEM dari adanya revetment tersebut. Untuk
01Feb2016
19.5 BSTEM potongan melintang sungai yang
01Mar2016
17.5
0 100 200 300 400 500 600
menggunakan revetment ditunjukan oleh
Station (m) Gambar (5.9). (5.10) dan (5.11)
Gambar 5.5 Kondisi tebing sungai sisi
Seluwing cross-section 49

27

25 Existing
30Des2015
23
Elevation (m)

BSTEM
01Feb2016
21
BSTEM
01Mar2016
19
BSTEM
17 01Apr2016

15
-50 50 150 250 350 450 550
Station (m)

Gambar 5.6 Kondisi tebing sungai sisi Gambar 5.8 Letak Revetment yang dimodelkan
Seluwing cross-section 41 dengan menggunakan softwere HECRAS 5.0.0
1 Plan: Plan 05 07/05/2016

.03 .03 .03


32 Legend

EG 01Mei2016 0000
WS 01Mei2016 0000

30 Ground
Levee
Bank Sta

28

26
Elevation (m)

24

22

20

18
0 100 200 300 400 500 600 700
Station (m)

Gambar 5.9 letak revetment cross-section 77

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 6


1 Plan: Plan 05 07/05/2016

.03 .03 .03


36 Legend

EG 01Mei2016 0000
32.5
34
WS 01Mei2016 0000
Ground
Existing
32
Levee
Bank Sta
30 30Des2015
30
BSTEM
27.5

Elevation (m)
01Feb2016
Elevation (m)

28

26 25
24

22.5
22

20 20
18
0 200 400 600 800 1000
Station (m)
17.5
Gambar 5.10 letak revetment cross-section 65 0 100 200 300 400 500 600 700
Station (m)

34
.03 .03
1 Plan: Plan 05 07/05/2016

.03
Legend
Gambar 5.14 Kondisi tebing sungai sisi
32
EG 01Mei2016 0000
WS 01Mei2016 0000
Ground
Seluwing cross-section 57
Pada gambar 5.12 merupakan penampang
Levee
Bank Sta
30

28
hasil pemodelan BSTEM pada cross section 77
Elevation (m)

26

dengan menggunakan revetment sebagai


24

22
bangunan penahan tebing saluran yang terletak
20
pada sisi. Dari hasil hasil tersebut dapat dilihat
18
0 100 200 300
Station (m)
400 500 600
bahwa tebing sungai pada sisi seluwing tidak
Gambar 5.11 letak revetment cross-section 57 terjadi keruntuhan, tetapi pada kaki revetment
masih tetap terjadi gerusan. Kondisi eksisting (
5.2.1 Lokasi tinjauan sisi Seluwing 30 Desember 2015) elevasi dasar saluran pada
Pembangunan revetment diharapkan kaki revetment 20.02 m dan setelah di running
mengurangi masalah erosi yang terjadi pada sisi selama tiga bulan sampai 01 April 2016 elevasi
Seluwing. Pada Gambar 5.8 lokasi sisi Seluwing dasar saluran dibawah revetment berada pada
berada di sebelah kiri saluran dengan titik elevasi 18.73 m, artinya selama 3 bulan elevasi
tinjauan ditunjukan oleh cross section 77, 65 dan dasar saluran terjadi erosi hingga 1.29 m.
57. Hasil dari pemodelan dengan tambahan Gerusan yang sangat signifikan terjadi pada dua
revetment dapat dilihat pada Gambar (5.9), bulan pertama dimana penurunan elevasi dasar
(5.10) dan (5.11). saluran setinggi 1.02 m.
Hal yang sama ditunjukan oleh cross
section 65 (Gambar 5.13) dan 57 (Gambar5.14)
31.5
yaitu tebing sungai tidak terjadi keruntuhan
29.5 tetapi pada kaki tebing terjadi gerusan dan pada
27.5 cross section 65 terjadi pergeseran sedimen.
Elevation (m)

25.5 Existing
30Des2015
23.5 BSTEM
01Feb2016
5.2.2 Lokasi Tinjauan sisi Malinau Seberang
21.5 BSTEM
01Mar2016
Dengan dibangunnya dinding revetment
BSTEM
19.5
01Apr2016 yang berada disisi Seluwing maka terjadi
17.5 perubahan besar erosi pada sisi Malinau
0 100 200 300 400 500 600
Station (m)
Seberang. Sisi Malinau Sebrang merupakan
lokasi yang ditinjau dari akibat dibangunnya
Gambar 5.12 Kondisi tebing sungai sisi
revetment pada sisi Seluwing. Gambar (5.15),
Seluwing cross-section 77
(5.16) dan (5.17) menunjukan keruntuhan pada
tebing sisi Malinau Seberang. Hasil dari simulasi
BSTEM selama durasi running 3 bulan, besar
37.5
Existing keruntuhan pada tebing sisi Malinau Seberang
35 30Des2015
BSTEM sangat bervariasi dengan rata-rata keruntuhan 16
32.5 01Feb2016
BSTEM m.
Elevation (m)

30 01Mar2016

27.5
32.5
25 Existing
30 30Des2015
22.5
BSTEM
20 27.5 01Feb2016
Elevation (m)

17.5
0 200 400Station (m)600 800 1000 25

Gambar 5.13 Kondisi tebing sungai sisi 22.5


Seluwing cross-section 65
20

17.5
0 100 200 300 400 500 600
Station (m)

Gambar 5.15 Kondisi tebing sungai sisi


Seluwing cross-section 49

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 7


1. Untuk keakuratan hasil output pemodelan,
input debit perlu disesuaikan dengan debit
hasil perhitungan debit harian.
27.5
2. Untuk menambah keamanan tebing sisi
25 Malinau Sebrang, perlu dibangun revetment
pada tebing tersebut dan dianalisis lagi
Elevation (m)

22.5 stabilitasnya dengan BSTEM ataupun


20
dengan model lain.
Existing
30Des2015 3. Perlu dilakukan pemodelan dengan metode
BSTEM
17.5 01Feb2016 yang lain dengan tujuak dapat
BSTEM
01Mar2016 membandingkan hasil dari pemodelan
15
0 100 200 300 400 500 600 BSTEM pada HECRAS 5.0 dan hasil dari
Station (m) pemodelan tersebut, rekomendasi peneliti
Gambar 5.16 Kondisi tebing sungai sisi yaitu melakukan pemodelan secara fisik.
Seluwing cross-section 41

DAFTAR PUSTAKA

Aprilianto, M.D., (2016), “Analisis Dampak


27.5

25
Pengerukan Sedimen (Dredging) pada Sungai
22.5 Progo Menggunakan Aplikasi Hec-Ras
Elevation (m)

20 5.0.0”,Seminar Tugas Akhir. Yogyakarta, 2016.


17.5 Existing
30Des2015
BSTEM
Chow, Ven Te., 1959, Open-Channel
15
01Feb2016
BSTEM
Hydraulics, International Student.
12.5
01Mar2016
10
Davis. C.A(2010) USHEC-RAS River Analisis
0 100 200 300 400 500 Sistem, US Army Corps of Engineers, version
Station (m)
4.1
Gambar 5.17 Kondisi tebing sungai sisi
Seluwing cross-section 31 Gibson.,(2013) USDA‐ARS Bank Stability and
Toe Erosion Model (BSTEM) in HEC‐RAS.,
6. KESIMPULAN DAN SARAN User Manual ‐ Draft v 1.11
John Shelley, Ph.D., P.E., 2011, Modeling Bed
6.1 Kesimpulan Degradation Of A Large, Sand-Bed River With
Dari hasil pemodelan pada tebing sungai In-Channel Mining With Hec-Ras 5.0 U.S. Army
Sesayap pada sisi Seluwing dan Malinau Corps Of Engineers, Kansas City District, USA.
Seberang, peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut : Legono, Djoko., (2008), “Studi Perencanaan
1. Model BSTEM (Bank Stability and Toe Konstruksi Penahan Longsor dan Normalisasi
Erosion Model) pada software HECRAS Sungai Sesayap Kabupaten Malinau” Dinas
versi 5.0.0 telah mampu memodelkan erosi Pekerjaan Umum Kabupaten Malinau dengan
pada kaki tebing sungai dan keruntuhannya Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik
pada tebing bagian atas. Universitas Gadjah Mada No. 602.1/184/DPU-
2. Pemodelan BSTEM tanpa menggunakan MAL/IX/2008, 15 September 2008”.
sheet file pada sisi Seluwing, tebing pada Muntohar, A.S.,(2013), “Dasar dan Metode
sisi Seluwing terjadi erosi dengan rata-rata Penelitian”,Bahan Ajar Kuliah Teknik
erosi 15 m dari kondisi awal. Sipil.Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
3. Pemodelan kondisi setelah ada sheet file, Yogyakarta.
tebing sisi Seluwing tidak terjadi
Simon, Andrew., Langendoen, E.J,. dan
keruntuhan, tetapi pada kaki sheet file
Thomas, Robert (2006)“Incorporating Bank Toe
terjadi erosi dengan erosi rata-rata 1 m
Erosion by Hydraulic Shear into a Bank-
4. Setelah dibangun dinding sheet file pada
Stability Model, Missouri River, Eastern
sisi Seluwing, tebing sungai sisi Malinau
Montana”, pp : 70-76
seberang terjadi pengurangan erosi rata-rata
1.5 m Simon, Andrew (2007) “Development and
Application of a Deterministic Bank Stability
6.2 Saran and Toe Erosion Model for Stream Restoration”,
Dari penelitian ini dapat diperoleh National Sedimentation Laboratory,
beberapa saran untuk penelitian selanjutnya Agricultural Research Service, USDA,. Oxford,
yaitu sebagai berikut : Mississippi, USA

Egis Abdul Aziz (20120110309) Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai