Anda di halaman 1dari 13

MORFOLOGI SUNGAI – RC185242

TUGAS 1
Pemodelan Angkutan Sedimen 1 Dimensi

Oleh:
Musyaffa' Ibrahim A. (6012211012)

Dosen Pengajar:
Dr.techn. Umboro Lasminto, S.T., M.Sc.

MANAJEMEN DAN REKAYASA SUMBER AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi mahluk hidup terutama bagi manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan, seiring dengan bertambahnya Mansahan ini merupakan sungai alluvial
yang terdiri dari material–material lepas (pasir, kerikil, batu dan lain–lain). Pada siklus
hidrologi menggambarkan fenomena alam yang jumlah penduduk, maka aktifitas penggunaan
sumber daya alam, khususnya sumber daya air juga semakin meningkat, maka sumber daya air
perlu ditingkatkan pelestariannya dengan menjaga keseimbangan siklus air di bumi yang
dikenal sebagai daur hidrologi. menghubungkan erosi, sedimentasi dan limpasan, terjadinya
erosi tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman
penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah
dangkal, dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan sedimentasi di sungai sehingga dapat
mengurangi daya tampung sungai, dengan berkurangnya daya tampung sungai apabila ada
aliran air yang cukup besar akan menyebabkan banjir. Sungai merupakan jaringan alur-alur
pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil dibagian hulu
sampai besar dibagian hilir. Aliran sungai merupakan sumber air yang paling dominan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sehingga sungai tersebut sepatutnya diusahakan
kelestariaannya yaitu salah satunya dengan mengusahakan agar kapasitas penampang sungai
tetap stabil dari endapan sedimen. Proses sedimentasi pada suatu sungai meliputi proses erosi,
transportasi, pengendapan dan pemadatan dari sedimentasi itu sendiri.
BAB II

PEMODELAN

2.1 Pemodelan Geometri

2.1.1 Pemodelan Geometri Sungai Eksisting

Untuk pemodelan sungai pada tugas kali ini penulis menggunakan model geometri
sederhana yang memiliki panjang aliran sebesar 200 meter dan cross section dengan
penampang persegi yang berukuran lebar 6 meter dan tinggi 8 meter. Pemodelan goemetri
sungai dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan cross section pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2.1 Geometri Sungai


Gambar 2.2 Cross Section pada Bagian Hulu

Gambar 2.3 Cross Section pada Bagian Hilir

2.1.2 Pemodelan Modifikasi Sungai

Pemodelan modifikasi sungai ini bertujuan untuk membandingkan angkutan sedimen


yang terjadi antara sungai eksisting dengan sungai modifikasi. Pada modifikasi sungai ini,
penulis menggunakan penampang persegi pada STA 0+000 sampai 0+050 dengan dimensi
lebar saluran 4 meter dan tinggi saluran 8 meter seperti pada Gambar 2.4. Pada STA 0+050
sampai STA 0+150 menggunakan penampang berbentuk trapesium dengan lebar atas 8 meter,
lebar bawah 4 meter, dan tinggi 8 meter yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Sedangkan pada
STA 0+150 sampai STA 0+200 memiliki penampang berbentuk persegi dengan lebar saluran 6
meter dan tinggi saluran 8 meter seperti pada Gambar 2.6. Dengan elevasi yang ditampilkan
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.4 Cross Section STA 0+000 sampai STA 0+050

Gambar 2.5 Cross Section STA 0+050 sampai STA 0+150


Gambar 2.6 Cross Section STA 0+150 sampai STA 0+200

Gambar 2.7 Elevasi Dasar Saluran

2.2 Pemodelan Aliran (Quasi-Unsteady Flow)


Pada pemodelan kali ini untuk pemodelan quasi-unstead flow (Gambar 2.8), penulis
menggunakan nilai yang sama antara geometri sungai eksisting dan geometri sungai
termodifikasi. Hal ini bertujan untuk membandingankan sedimen yang terjadi dengan variabel
geometri sungai yang berbeda. Pada bagian hulu menggunakan Flow Series seperti pada
Gambar 2.9 yang menghasilkan hidrograf seperti pada Gambar 2.10. Sedangkan pada bagian
hilir menggunakan Stage Series seperti pada Gambar 2.11 dan dengan temperatur aliran
seperti pada Gambar 2.12.

Gambar 2.8 Set Quasi Unsteady Flow


Gambar 2.9 Flow Series

Gambar 2.10 Data Hidrograf


Gambar 2.11 Stage Series

Gambar 2.12 Temperature Series

2.3 Angkutan Sedimen


Angkutan sedimen dimodelkan dengan menggunakan asumsi yang terdiri dari coarse
sand 90% dan medium sand 10% seperti pada Gambar 2.13. Selanjutnya melakukan setting
initial condition and transport parameters. Pada angkutan sedimen ini menggunakan metode
yang. Metode ini digunakan karena sedimen yang digunakan adalah pasir dan sorting method
menggunakan Thomas (Ex5) sedangkan untuk fall velocity menggunakan metode Ruby. Untuk
lebih detail dapat dilihat pada Gambar 2.14. Pada pemodelan Boundary Condition
menggunkan metode Rating Curve (2 set) seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2.13 Bed Gradation

Gambar 2.14 Initial Condition and Transport Parameter


Gambar 2.15 Boundary Condition
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Angkutan Sedimen Sungai Eksisting

Pada model sungai eksisting yang telah dimodelkan, didapatkan hasil bahwa sungai
mengalami sedimentasi pada hulu sungai. Pada hari pertama tidak terjadi sedimentasi secara
signifikan sedangkan pada hari kedua hingga hari keenam dapat kita lihat secara signifikan
bagaimana sedimen yang terjadi pada saluran eksisting. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Bed and Water Profile Eksisting


3.2 Angkutan Sedimen Sungai Modifikasi

Pada model sungai modifikasi yang telah dimodelkan, didapatkan hasil bahwa ada pola
angkutan sedimen yang sama antara sungai eksisting dan sungai modifikasi yaitu pada hari
pertama tidak terjadi sedimentasi secara signifikan sedangkan pada hari kedua hingga hari
keenam terjadi endapan sedimen yang signifikan. Akan tetapi untuk jumlah sedimen yang
terjadi pada sungai modifikasi lebih besar dari pada sungai eksisting. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Bed and Water Profile Sungai Modifikasi

Anda mungkin juga menyukai