Anda di halaman 1dari 92

ASESMEN KERUSAKAN DAN REHABILITASI STRUKTUR

BANGUNAN PASCA GEMPA LOMBOK 2018


(STUDI KASUS GEDUNG TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA
BANGSAL LOMBOK UTARA)

ASSESSMENT OF DAMAGE AND REHABILITATION OF


BUILDING STRUCTURES AFTER THE 2018 LOMBOK
EARTHQUAKE
(CASE STUDY OF TEMPORARY EVACUATION SITE FOR
NORTH LOMBOK BANGSAL)

TESIS
Untuk memenuhi Sebagian persyaratan
Mencapai derajat Magister S-2 Teknik Sipil

Oleh :

PANDU P.J.A KARLENGIE

I2I016024

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
TESIS

ASESMEN KERUSAKAN DAN REHABILITASI STRUKTUR


BANGUNAN PASCA GEMPA LOMBOK 2018
(STUDI KASUS GEDUNG TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA
BANGSAL LOMBOK UTARA)

ASSESSMENT OF DAMAGE AND REHABILITATION OF BUILDING


STRUCTURES AFTER THE 2018 LOMBOK EARTHQUAKE
(CASE STUDY OF TEMPORARY EVACUATION SITE FOR NORTH
LOMBOK BANGSAL)

Diajukan oleh:

PANDU PJA KARLENGIE


I2I 016 024

Telah dipertahankan dalam Sidang Ujian Tesis


Program Studi Magister Teknik Sipil
Pada tanggal 21 Januari 2021

1. Pembimbing Utama

Ni Nyoman Kencanawati, S.T., M.T., Ph.D. Tanggal: 27 Januari 2021


NIP. 19760804 200003 2 001

2. Pembimbing Pendamping

Ir. Suryawan Murtiadi, M.Eng., Ph.D. Tanggal: 27 Januari 2021


NIP. 19580718 199303 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Ir. Heri Sulistiyono., M.Eng., Ph.D.


NIP. 19651113 199403 1 001
TESIS

ASESMEN KERUSAKAN DAN REHABILITASI STRUKTUR


BANGUNAN PASCA GEMPA LOMBOK 2018
(STUDI KASUS GEDUNG TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA
BANGSAL LOMBOK UTARA)

ASSESSMENT OF DAMAGE AND REHABILITATION OF BUILDING


STRUCTURES AFTER THE 2018 LOMBOK EARTHQUAKE
(CASE STUDY OF TEMPORARY EVACUATION SITE FOR NORTH
LOMBOK BANGSAL)

Diajukan oleh:

PANDU PJA KARLENGIE


I2I 016 024

Telah dipertahankan dalam Sidang Ujian Tesis


Program Studi Magister Teknik Sipil
Pada tanggal 21 Januari 2021

1. Penguji I

Dr. Ngudiyono, S.T., M.T. Tanggal: 27 Januari 2021


NIP. 19740505 199903 1 003

2. Penguji II

Prof. Buan Anshari, S.T., M.Sc(Eng)., Ph.D. Tanggal: 27 Januari 2021


NIP. 19710703 199802 1 001

3. Penguji III

Dr. Eng. Hariyadi, S.T.,M.Sc(Eng) Tanggal: 25 Januari 2021


NIP. 19731027 199802 1 001

Mataram, 27 Januari 2021


Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Akmaluddin,S.T., M.Sc(Eng).,PhD.
NIP. 19681231 199412 1 001
v

INTISARI

Bencana Gempa bumi yang terjadi berturut-turut dari Bulan Juli 2018 sampai pada
akhir Agustus 2018 tidak hanya menimbulkan korban harta dan korban jiwa, tetapi
juga menimbulkan kerusakan Bangunan Gedung di banyak tempat. Salah satu
Bangunan Gedung yang mengalami kerusakan adalah Bangunan Gedung Tempat
Evakuasi Sementara (TES) Bangsal yang berada di Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara. Pasca Gempa Bumi 7.0 SR pada tanggal 5 Agustus
2018, gedung TES mengalami kerusakan sehingga masyarakat tidak bisa
dievakuasi ke gedung tersebut dan memilih untuk evakuasi ke bukit/dataran tinggi
karena adanya peringatan dini tsunami dari BMKG. Oleh sebab adanya kerusakan
tersebut, diperlukan adanya analisa mengenai penyebab terjadinya kerusakan
bangunan akibat gempa bumi. Setelah mendapatkan data-data bangunan Gedung
TES Bangsal dilakukan evaluasi kelaikan struktur bangunan dengan melakukan
pengamatan secara visual (Visual Check), baik dengan mata telanjang maupun
dengan bantuan kamera dan pemeriksaaan kerusakaannya, khususnya retak-retak.
Investigasi cacat struktur yang lain dan dilakukan uji sample Hammer Test di
beberapa titik kolom bangunan. Hasil dari evaluasi kelaikan bangunan didapat
bahwa Gedung TES Bangsal mengalami kerusakan tingkat sedang, dengan adanya
kerusakan berupa retak geser di beberapa kolom dan balok (struktural) dan
rubuhnya tangga, dinding dan ramp (Non Struktural) di Lantai 1 dan Lantai 2
bangunan. Sehingga bangunan Gedung TES Bangsal tidak perlu di runtuhkan dan
di rekomendasikan perbaikan dengan Metode Concrete Jacketing pada kolom
bangunan.Berdasarkan hasil analisa struktur kolom bangunan dengan kondisi
sebelum dan sesudah di jacketing terjadi peningkatan gaya aksial sebesar 12.6 %.
Metode perbaikan jacketing kolom dilakukan dengan menambah jumlah tulangan
dan sengkang di luar kolom beton dengan menambah tulangan 12 mm, sengkang 8
mm, jarak antar tulangan Sengkang 100 mm dan tebal selimut beton 100 mm.
Kata kunci: Gempa Lombok 2018, Evaluasi Kelaikan Struktur, Metode Concrete
Jacketing, Gedung Tempat Evakuasi Sementara, Hammer Test.
vi

ABSTRACT

Earthquakes that occurred consecutively from July 2018 to the end of August 2018
not only caused casualties and fatalities, but also caused damage to buildings in
many places. One of the buildings that was damaged was the Temporary Evacuation
Place (TES) Bangsal building in Pemenang District, North Lombok Regency. After
the 7.0 SR Earthquake on August 5, 2018, the TES building was damaged so that
the community could not be evacuated to the building and chose to evacuate to the
hills / highlands due to a tsunami early warning from BMKG. Because of the
damage, it is necessary to analyze the causes of building damage due to the
earthquake. After obtaining the building data for the TES Bangsal Building, an
evaluation of the feasibility of the building structure was carried out by making a
visual check, either with the naked eye or with the aid of a camera and checking for
damage, especially for cracks. Other structural defect investigations and hammer
test samples were carried out at several points of the building column. The results
of the building feasibility evaluation showed that the TES Bangsal Building
suffered moderate level damage, with damage in the form of shear cracks in several
columns and beams (structural) and the collapse of stairs, walls and ramps (non-
structural) on the 1st and 2nd floor of the building. So that the TES Bangsal building
does not need to be collapsed and it is recommended to repair it with the Concrete
Jacketing Method on the building column. Based on the analysis of the building
column structure with conditions before and after jacketing there is an increase in
axial force by 12.6 %. The repair method of column jacketing is done by increasing
the number of reinforcement and stirrups outside the concrete column by adding 12
mm of reinforcement, 8 mm of stirrup, 100 mm of spacing between stirrups and
100 mm of thick concrete covers.
Keywords: 2018 Lombok Earthquake, Structural Feasibility Evaluation, Concrete
Jacketing Method, Temporary Evacuation Place Building, Hammer Test.
vii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT karena


berkat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Asesmen Kerusakan Dan Rehabilitasi Struktur Bangunan Pasca Gempa Lombok
2018 (Studi Kasus Gedung Tempat Evakuasi Sementara Bangsal Lombok Utara)”.
Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program
Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Mataram.

Tesis ini mengangkat permasalahan tentang asesmen kekuatan struktur pada


bangunan gedung dengan mengambil studi kasus pada Bangunan Gedung Tempat
Evakuasi Sementara (TES) Bangsal, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok
Utara, NTB, sehingga dapat diketahui penyebab kerusakannya serta alternatif
desain yang tepat untuk menangani kerusakan struktur bangunan gedung tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan kajian judul tesis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tesis tersebut.

Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam memberikan


sumbangan pengetahuan bagi para pembaca.

Mataram, Januari 2021

Penulis
viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI .............................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................ iv
INTISARI .............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1


1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ....................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI............. 5
2.1 Kajian Pustaka .......................................................................... 5
2.2 Landasan Teori.......................................................................... 7
2.2.1. Pengertian Gempa Bumi ................................................. 7
2.2.2. Sumber Energi Gempa .................................................... 7
2.2.3. Karateristik Gempa Bumi ............................................... 8
2.2.4. Parameter Dasar Gempa Bumi........................................ 9
2.2.5. Kerugian Akibat Terjadinya Gempa ............................... 9
2.2.6. Kerusakan Struktur Akibat Gempa ................................. 11
2.2.7 Panduan Pemeriksaan Bangunan Menurut Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat........................ 12
2.3 Kolom ....................................................................................... 16
ix

2.3.1. Kekuatan Kolom yang dibebani Eksentris ...................... 16


2.3.2. Sistem Perkuatan dan Perbaikan Struktur pada Kolom .. 17
2.3.3. Pemilihan Bahan Perbaikan dan Kekuatan ..................... 19
2.4 Sistem Perkuatan Concrete Jacketing ....................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 22
3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 22
3.2. Data Umum Bangunan ................................................................ 25
3.3. Alur Penelitian............................................................................. 26
3.4. Peralatan Penelitian ..................................................................... 29
3.4.1. Pengujian Lapangan .......................................................... 29
3.5. Standar Acuan Kelaikan Struktur Rangka
Beton Bertulang .......................................................................... 31
3.5.1. Peraturan dan Standart Acuan yang
Digunakan ......................................................................... 31
3.5.2. Bahan Struktur................................................................... 31
3.5.3. Faktor Reduksi Kekuatan .................................................. 32
3.5.4. Analisis Struktur Portal Beton Bertulang
Tiga Dimensi ..................................................................... 33
3.5.5. Evaluasi Kelaikan/Keamanan Elemen
Struktur .............................................................................. 33
3.6. Merencanakan perkuatan struktur kolom dengan
concrete jacketing ....................................................................... 33
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ............................................. 37
4.1 Data Hasil Field Investigation..................................................... 37
4.1.1 Data Pengamatan Visual Check.......................................... 37
4.1.1.1 Masalah Struktur ............................................................. 37
4.1.1.2 Masalah Non- Struktur .................................................... 44
4.1.2 Pemeriksaan Bangunan Menurut Kementerian
PUPR ................................................................................. 48
4.1.2.1 Detail Survey dan Kesimpulan Kondisi Struktur ............ 48
4.2 Metode Perbaikan Concrete Jacketing ........................................ 50
4.2.1 Analisa Kekuatan Kolom Beton Bertulang
x

(Sebelum di Jacketing) .................................................... 50


4.2.1.1 Kolom Dengan Concrete Jacketing ................................ 50
4.2.1.2 Analisa Kekuatan Kolom Beton Sebelum di Jacketing . 52
4.2.1.3Analisa Kekuatan Kolom Beton Bertulang
(Setelah di Jacketing) ....................................................... 56
4.2.2.Perbaikan Balok ............................................................... 59
Perbaikan Non-Struktural ................................................ 59
4.2.2.1 Perbaikan Dinding ........................................................... 59
4.2.2.2 Perbaikan Tangga dan Ramp ........................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 62
5.2 Kesimpulan ........................................................................ 62
5.3 Saran .................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES)
di Bangsal, Pemenang, Kecamatan Lombok Utara .... 2
Gambar 2.1 Tampak atas Kolom dengan perkuatan
Concrete Jacketing ..................................................... 20
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Lombok Utara ................................. 22
Gambar 3.2 Gambar Potongan Memanjang Bangunan Tempat
Evakuasi Sementara (TES) Bangsal, Pemenang,
Lombok Utara ............................................................. 23
Gambar 3.3 Gambar Potongan Melintang Bangunan Tempat
Evakuasi Sementara (TES) Bangsal, Pemenang,
Lombok Utara ............................................................. 24
Gambar 3.4 Site Plan Bangunan Tempat Evakuasi Sementara ...... 25
Gambar 3.5 Diagram Alur Penelitian ............................................. 28
Gambar 3.6 Grafik pembacaan Schmidt Rebound Hammer Test ... 29
Gambar 3.7 Peralatan Schmidt Rebound Hammer Test ................. 30
Gambar 3.8 Variasi ∅ dengan regangan tarik neto dalam baja tarik
terluar, 𝜀t, dan c/dt untuk tulangan Mutu 420
dan untuk baja prategang ............................................ 32
Gambar 3.9 Detail Penjangkaran (Sumber: Okakpu, 2013) ........... 35
Gambar 3.10 Detail Penjangkaran (Sumber: Okakpu, 2013) ........... 36
Gambar 4.1 Kerusakan Struktural yang terlihat pada elemen
kolom lantai I pada bangunan TES Bangsal
(Sumber : Survey lapangan, 2018) ............................. 38
Gambar 4.2 Kerusakan Struktural yang terlihat pada elemen
balok pada bangunan TES Bangsal
(Sumber : Survey lapangan, 2018) ............................. 39
Gambar 4.3 Kerusakan Struktural yang terlihat pada elemen
plat pada bangunan TES Bangsal
(Sumber : Survey lapangan, 2018) ............................. 40
xii

Gambar 4.4 Denah Kolom LT. dasar yang dilingkari merah


merupakan sample kolom yang dilakukan uji
hammer test beton....................................................... 41
Gambar 4.5 Proses Pengujian Hammer Test pada kolom .............. 41
Gambar 4.6 Gedung Tempat Evakuasi Sementara sebelum
rusak akibat gempa (Sumber ;
Dokumentasi lapangan, 2014) .................................... 45
Gambar 4.7 Keruntuhan Dinding pada bangunan TES Bangsal.
(Sumber:Survey Lapangan, 2018) ............................. 45
Gambar 4.8 Kerusakan non struktur pada Tangga pada bangunan
TES Bangsal. (Sumber:Survey Lapangan, 2018) ....... 47
Gambar 4.9 Pemeriksaan Bangunan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
(Sumber: Satgas Tanggap Darurat PUPR,2018)) ....... 48
Gambar 4.10 Hasil pemeriksaan banguna oleh Kemen PUPR
Sumber : Satgas Tanggap Darurat PUPR, 2018)........ 49
Gambar 4.11 Detail Kolom Eksisting .............................................. 51
Gambar 4.12 Detail Potongan Kolom Eksisting .............................. 51
Gambar 4.13 Kolom yang mengalami kerusakan ............................ 52
Gambar 4.14 Pemodelan 3D Bangunan Gedung TES BAngsal ...... 53
Gambar 4.15 Diagram Interaksi Kolom Beton Eksisting................. 55
Gambar 4.16 Diagram Interaksi Kolom Setelah di Jacketing .......... 58
Gambar 4.17 Bar Chart Gaya Tekan Aksial Kolom ........................ 58
Gambar 4.18 Gambar Rencana Perbaikan Dinding ......................... 59
Gambar 4.19 Gambar Rencana Perbaikan Tangga .......................... 60
Gambar 4.20 Gambar Rencana Perbaikan Ramp ............................. 61
xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Skala intensitas gempa bumi (BMKG, 2016) .................... 10


Tabel 2.2. Jenis kerusakan bangunan (DPU, 2000) ............................ 13
Tabel 2.3. Form Penilaian Kerusakan Bangunan sesuai PERMEN PU
No. 16 Tahun 2010 ............................................................. 15
Tabel 3.1. Arah Pengujian Schmidt Rebound Hammer Test ............... 30
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan
Menggunakan Alat Hammer Test (Sample 1)................... 42
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan
Menggunakan Alat Hammer Test (Sample 2)................... 42
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan
Menggunakan Alat Hammer Test (Sample 3)................... 43
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan
Menggunakan Alat Hammer Test (Sample 4)................... 43
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan
Menggunakan Alat Hammer Test (Sample 5)................... 44
Tabel 4.6 Pu dan Mu terbesar yang diterima oleh kolom .................... 53
1
Bab I. Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gempa bumi biasa dinyatakan sebagai goncangan tanah yang disebabkan
oleh pelepasan energi kulit bumi secara tiba-tiba (Elnashai dan Sarno, 2008). Energi
ini berawal dari berbagai sumber yang berbeda, seperti pergeseran lempeng, erupsi
gunung api, atau kejadian yang disebabkan oleh tangan manusia seperti ledakan di
bawah tanah untuk proses penambangan. Pada tanggal 29 Juli 2018 pukul 06.47.39
WITA, wilayah Lombok, Bali dan Sumbawa telah diguncang gempa bumi tektonik
dengan kekuatan M=6,4 SR berpusat di Lombok Timur. Episenter gempa bumi
terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada
jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
kedalaman 24 km. Hingga pukul 15.00 WITA, hasil monitoring BMKG
menunjukkan telah terjadi 133 gempa bumi susulan (aftershock) dengan kekuatan
yang paling dirasakan adalah M=5,7. Hingga tanggal 4 Agustus 2018 pukul 20.00
WITA telah terjadi 570 kali gempa bumi susulan, diantaranya terdapat 51 gempa
bumi yang dirasakan. Pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19:46:35 WITA, wilayah
Lombok, Bali, Sumbawa dan Jawa Timur bagian timur kembali diguncang gempa
bumi dengan kekuatan M=7.0 SR di Lombok Utara pada koordinat 8.3 LS, 116.48
BT dengan kedalaman 15 km. BMKG mengaktivasi peringatan dini tsunami di
Lombok Timur bagian utara dan Lombok Barat bagian Utara dengan status
waspada. Tsunami terjadi di beberapa tempat dengan ketinggian tsunami 2-13,5 cm.
Peringatan dini tsunami berakhir pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 21.25 WITA
(Satgas Penanggulangan Bencana PUPR, 2019).
Gempa tektonik yang terjadi secara berurutan tersebut telah menimbulkan
banyak bangunan hancur atau roboh dan rusak berat pada konstruksi bangunan,
baik perumahan rakyat, fasilitas umum, bangunan milik pemerintah maupun
swasta. Salah satu bangunan milik pemerintah yang mengalami kerusakan adalah
Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) Tsunami di daerah Bangsal,
Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2
Bab I. Pendahuluan

Bangunan yang dibangun pada tahun 2014 ini difungsikan untuk


perlindungan sementara saat evakuasi masyarakat korban tsunami yang dilengkapi
dengan prasarana/fasilitas dasar minimal yang diperlukan di tempat-tempat
evakuasi seperti air bersih, toilet, dapur, tempat pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat yang aman dari ancaman tsunami dan dilengkapi dengan jalur
evakuasi yang efektif serta jalan akses yang baik merupakan kebutuhan mendesak
di daerah daerah yang memiliki potensi tsunami. Struktur utama gedung Tempat
Evakuasi Sementara terdiri atas 3 (tiga) lantai menggunakan tipe struktur rangka
yang terdiri atas elemen kolom, balok dan pelat lantai. Geometrik bangunan gedung
TES ini berbentuk persegi panjang dengan dimensi gedung 50 m × 24 m (denah
dan tampak bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1. Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Bangsal, Pemenang,


Kecamatan Lombok Utara

Pada waktu gempa 6.4 SR tanggal 29 Juli 2018, masyarakat melakukan


evakuasi ke Gedung TES karena khawatir terjadi tsunami, karena kondisi gedung
aman dari kerusakan akibat gempa sehingga masyarakat menggunakan gedung ini
untuk evakuasi. Namun ketika gempa 7.0 SR pada tanggal 5 Agustus 2018, gedung
TES mengalami kerusakan (tangga runtuh) sehingga masyarakat tidak bisa
dievakuasi ke gedung tersebut dan memilih untuk evakuasi ke bukit/dataran tinggi
karena adanya peringatan dini tsunami dari BMKG. Oleh sebab adanya kerusakan
3
Bab I. Pendahuluan

tersebut, diperlukan adanya analisa mengenai penyebab terjadinya kerusakan


bangunan akibat gempa bumi Lombok 2018.
Secara umum, kerusakan struktur terjadi pada kolom bangunan, namun
secara kasat mata tidak mengalami pelendutan atau kerusakan tetapi terjadi retak,
concrete dismantling hingga tulangan terkspose. Mengingat kerusakan yang terjadi
cukup signifikan yang menyebabkan disfungsi bangunan maka diperlukan asesmen
kerusakan secara detail untuk mengetahui dan metode perbaikan yang tepat untuk
penanganan bangunan gedung TES tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bangunan Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) Bangsal pasca
Gempa Bumi Lombok 2018 mengalami keretakan-keretakan struktur yang
menyebar ke hampir keseluruhan elemen/komponen struktur bangunan, baik kolom
dan balok struktur maupun plat lantainya. Selain itu secara visual juga terlihat
adanya lendutan pada balok struktur yang sangat terlihat jelas secara kasat mata,
sehingga dalam penyusunan tesis ini disusun rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi dan tingkat kerusakan dan keamanan struktur bangunan
Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) pasca gempa bumi Lombok 2018.
b. Bagaimana metode perbaikan pada bagian bangunan Gedung TES yang
mengalami kerusakan.

1.3 BATASAN MASALAH


Karena begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi pada bangunan
gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES), maka dalam penyusunan tesis ini
akan dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut
a. Tidak melakukan analisis struktur bawah secara lebih mendetail;
b. Tidak melakukan analisis perkuatan struktur secara lebih mendetail
c. Tidak melalukan analisis biaya / cost untuk perbaikan bangunan
d. Menggunakan Sistem Perkuatan Concrete Jacketing sebagai metode perbaikan.
4
Bab I. Pendahuluan

1.4 TUJUAN PENELITIAN


a. Untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan dan keamanan struktur
bangunan Gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) pasca gempa bumi
Lombok 2018.
b. Memperoleh Metode Perbaikan Bangunan Gedung Tempat Evakuasi
Sementara (TES) yang memiliki struktur tahan gempa dan tetap dapat berfungsi
ketika bencana.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Ada dua manfaat yang diperoleh didalam penelitian ini yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis adalah dapat memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya tentang rehabilitasi struktur beton
bertulang. Adapun manfaat praktis di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pertimbangan bagi perbaikan gedung Tempat Evakuasi
Sementara) Bangsal kepada pemerintah dan masyarakat.
b. Kontribusi bagi ilmu pengetahuan terhadap metode perbaikan kerusakan
bangunan gedung.
5
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN
TEORI

2.1. KAJIAN PUSTAKA


Perbaikan atau retrofit adalah salah satu usaha untuk mengembalikan
kemampuan dan penampilan suatu bangunan yang telah mengalami kerusakan ke
kondisi normal atau mendekati normal, sehingga bangunan tersebut akan mampu
mendukung beban yang bekerja sesuai rencana awal dengan tingkat keamanan dan
kenyamanan yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan teknik perbaikan, yaitu :
a. Perbandingan biaya terhadap keutamaan struktur.
b. Ketersediaan tenaga kerja.
c. Jangka waktu pekerjaan.
d. Fungsi dan estetika bangunan yang ada.
e. Tingkat pengawasan mutu.
f. Kecukupan kekakuan, kekuatan, dan daktilitas.
g. Kapasitas pondasi yang masih mencukupi.
h. Perbaikan material dan teknologi yang tesedia. (Thermou dan Elnashai ,
2002)

Untuk mendapatkan hasil perkuatan struktur beton yang optimal, maka


harus dilakukan tiga tahapan penting yaitu: Investigasi, Evaluasi dan Pelaksanaan.
Ketiga tahapan ini sangat penting dilakukan dan tidak ada satu tahapanpun yang
lebih penting dari tahapan lainnya, karena tanpa investigasi yang baik tidak dapat
dilakukan evaluasi yang benar, demikian juga tanpa evaluasi yang benar maka
perkuatan yang dilakukan tidak mencapai sasaran. ( Hartono, 2003)

Suatu struktur yang sudah mengalami beberapa penurunan kekuatan


struktur (structural deterioration) yang salah satunya ditandai dengan adanya
kerusakan berupa retak pada komponen struktural maupun non struktural,
6
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

memerlukan suatu proses asesmen dan perbaikan/perkuatan. Langkah awal untuk


memahami kondisi aktual di lapangan untuk mengetahui penyebab dan kekuatan
sisa (residual stress), maka diperlukan rangkaian metodologi pengamatan awal
berupa visual investigation, dilanjutkan dengan investigasi detail dengan
menggunakan pengujian non-destructive maupun semi destructive. (Imran. dkk,
2009)

Untuk mengembalikan kinerja struktur dan memperpanjang umur masa


layan suatu struktur yang telah mengalami degradasi struktur akibat kondisi
kerusakan pada sebagian besar komponen strukturnya yang dapat menimbulkan
rasa kekuatiran, maka diperlukan langkah-langkah penanggulangan.
Penanggulangan ini untuk mengatasi seluruh permasalahan yang ada, termasuk
perkuatan (strengthening) untuk peningkatan kapasitas penampang jika memang
dipersyaratkan. Pemilihan material perbaikan dan/atau perkuatan pada struktur
beton adalah penting dan komplek. Hal ini harus memahami apa yang
dipersyaratkan oleh pemilik/pengguna, dan harus memperhatikan kondisi
lingkungan serta kemudahan dalam metode pelaksanaan. Tergantung kepada
ukuran, lokasi serta kondisi, pertimbangan pemilihan material perbaikan dicirikan
antara lain oleh beberapa faktor yaitu: material perbaikan (repair) sesuai/cocok
dengan lapisan dasar material lama, mutu sama atau lebih dari material lama,
kecukupan nilai kekuatan lekat dengan lapisan dasar material lama, biaya yang
efektif. Bahan perbaikan yang digunakan sebagai perbaikan yang bersifat struktur
atau tidak struktur (kosmetik) dibagi dalam dua kelompok yaitu : material semen
(Cement-based) dan material polimer (polymer-based). Bilamana suatu struktur
beton setelah dilakukan re-analisis menunjukkan bahwa kekuatan nominal struktur
atau elemen tidak cukup, dapat dilakukan improvisasi dengan berbagai
teknik/variasi perkuatan (strengthening).

Perkuatan merupakan suatu cara perbaikan sehingga dapat meningkatkan


kemampuan kapasitas/kinerja penampang untuk dapat memikul beban seperti yang
direncanakan. Berbagai teknik/metoda perkuatan yang lazim dilakukan adalah : (a)
Dengan memperbesar penampang dan menambah tulangan, (b) Dengan
7
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

memberikan pelapisan lembaran metalic atau non-metalic), (c) Dengan kombinasi


keduanya. (Munaf, 2003)

Beberapa tindakan yang dihasilkan dari evaluasi terhadap kapasitas/kinerja


penampang dapat berupa: tidak melakukan tindakan apapun, penurunan kapasitas
struktur (menurunkan beban operasional), melakukan perkuatan struktur,
melakukan pembongkaran. Apabila ditentukan tindakan perkuatan, maka evaluasi
yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan metode dan material perkuatan.

2.2 LANDASAN TEORI


2.2.1 Pengertian Gempa Bumi
Menurut Pujianto, (2007) gempa bumi merupakan salah satu fenomena
alam yang dapat disebabkan oleh buatan/akibat kegiatan manusia maupun akibat
peristiwa alam. Akibat dari kedua tersebut tanah menjadi bergetar sebagai efek dari
menjalarnya gelombang energi yang memancar dari pusat gempa/fokus. Energi
yang memancar dari fokus adalah akibat dari peristiwa mekanik (tumbukan,
gesekan, tarikan) ataupun peristiwa khemis (ledakan akibat peristiwa reaksi kimia),
energi yang terjadi akibat peristiwa-peristiwa tersebut menyebar kesegala arah pada
media tanah.

2.2.2 Sumber Energi Gempa


Menurut Pujianto, (2007) menjelaskan tentang sumber gempa antara lain
sebagai berikut:
a. Pergerakan Lempeng Tektonik (Tectonic Movement)
Tectonic movement adalah gerakan plat tektonik dunia yang akan
mengakibatkan dua plat tektonik saling bertubrukan , saling menggeser, saling tarik
dan kombinasi diantaranya. Gempa seperti ini disebut dengan Tectonic
Earthquakes. Dua pelat yang saling membentur, menggeser, menarik yang akan
mengakibatkan terjadinya akumulasi energi, sedangkan gerakan pelat tektonik
disebabkan oleh adanya driving force atau gerakan magma panas yang membentuk
suatu siklus yang disebut conective flow.
b. Sumber Panas bumi
8
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

1. Tumbukan antar material pada rotasi Nebula (awan, gas, hidrogen, helium,
debu, dan material-material lainnya)
2. Proses memadatnya/menyusutnya bumi karena adanya gaya gravitasi,
sebagaimana diketahui bahwa tekanan batuan akibat gaya gravitasi akan
menimbulkan panas.
3. Reaksi kimia akibat disintegrasi zat-zat radioactive seperti uranium dan
thorium yang ada didalam bumi. Reaksi kimia atas zat-zat radioactive
tersebut telah berlangsung milyaran tahun sehingga mengakibatkan
akumulasi panas.
c. Material Bumi
Material bumi yang besar biasanya cenderung tenggelam dalam inti bumi
dan menyimpan panas yang besar, akibat dari kejadian tersebut adalah
adanya panas yang akan menimbulkan gerakan.
d. Aktifitas meletusnya Gunung Berapi (Volcanic Eruption)
Letusan gunung berapi juga dapat mengakibatkan gempa bumi,
sebagaimana jika pada kedalam lebih dari 250 km suhu batuan sudah
mencapai 1400° C, maka pada suhu tersebut batuan akan meleleh yang akan
terjadi lapisan astherosphere dan lithospher relatif lemah yang
memungkinkan adanya retakan-retakan atau pecahan-pecahan pada daerah
tersebut, peristiwa tersebut magma dapat muncul keatas membuat daerah
retakan-retakan menjadi ikut leleh dan bercampur dengan magma yang
akhirnya mencapai permukaan tanah dan terjadilah lava, aktifitas naiknya
atau munculnya magma kepermukaan secara lambat dan cepat ataupun
dinamik fluktuatif itulah yang akan mengakibatkan getaran tanah sebagai
volcanic earthquake atau gempa vulkanik.

2.2.3 Karateristik Gempa Bumi


Berbagai Karakteristik gempa bumi yang biasa terjadi ketika adanya
bencana gempa bumi ini menyebabkan timbulnya sifat dan kebiasaan yang terjadi,
berikut adalah karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:
a. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat atau bisa dihitung dengan
satuan detik.
9
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

b. Lokasi kejadian tertentu atau random tidak mengenal tempat kejadian, dan
biasanya terjadi diwilayah patahan dan juga jalur sesar tanah.
c. Akibatnya gempa bumi yang berlangsung akan menimbulkan bencana
alam.
d. Gempa bumi berpotensi terulang lagi atau biasa disebut kala ulang dalam
gempa bumi yang menunjukan rentang waktu antara satu gempa dengan
gempa berikutnya yang memiliki skala yang sama.
e. Bencana gempa bumi sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan dan
dimana akan terjadi gempa bumi.
f. Bencana gempa bumi tidak dapat dicegah, namun bencana yang timbul
akibat gempa bumi dapat dikurangi.

2.2.4 Parameter Dasar Gempa Bumi


Beberapa parameter dasar gempa bumi adalah sebagai berikut:
a. Hypocenter, adalah pusat terjadinya gempa atau pergeseran lempeng atau
tanah di dalam bumi.
b. Epicenter, adalah pusat titik yang ditujukan tepat berada di atas
hypocenter pada permukaan bumi.
c. Bedrock, adalah tanah keras tempat mulai bekerjanya gaya gempa.
1) Ground acceleration, adalah percepatan pada lapisan permukaan bumi
akibat gempa bumi.
2) Amplification factor, adalah faktor pembesaran percepatan gempa yang
terjadi pada permukaan tanah akibat jenis tanah tertentu.
3) Skala gempa, adalah suatu ukuran kekuatan gempa yang dapat diukur
dengan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kekuatan gempa
secara kuantitatif dilakukan pengukuran dengan skala Richter yang
umumnya dikenal sebagai pengukuran magnitudo gempa bumi

1.2.5 Kerugian Akibat Terjadinya Gempa


Pada umumnya kerusakan akibat gempa adalah sebagai berikut:
a. Hilangnya nyawa seseorang dan kecacatan.
b. Kerusakan alam dan bangunan struktur yang terdampak gempa bumi.
c. Kerugian secara finansial yang biasanya tidak sedikit.
10
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Dari beberapa kerugian akibat gempa bumi, perlu adanya indikasi dan
konklusi agar meminimalisir banyaknya korban dari bencana gempa bumi. Adanya
perencanaan struktur adalah untuk mengurangi dampak dari keruntuhan struktur
dan dampak dari gempa bumi yang besar seperti kerusakan struktur, kebakaran
struktur, dan kehilangan konstruksi. Untuk mengetahui ukuran gempa bumi
dijelasin dalam skala MMI (Modified Mercalli Intensity), menurut BMKG Skala
MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan
oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun
1902. Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-
orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta
membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu skala
Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan
magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter
lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala
Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan
Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat peralatan
seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Dalam mengukur gempa diatur dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Skala intensitas gempa bumi (BMKG, 2016)
Skala MMI Keterangan

I Tidak dirasakan getarannya kecuali dalam keadaan khusus beberapa


orang bisa merasakannya.
II Bisa dirasakan getarannya oleh beberapa orang saja, ditunjukan dgn
benda-benda sekitar yang digantung bergerak atau goyang.
III Bisa dirasakan getarannya didalam rumah seakan-akan ada kendaraan
besar lewat.
IV Jika terjadi disiang hari bisa dirasakan getarannya didalam rumah oleh
banyak orang, pada saat diluar beberapa orang akan merasakan
getarannya, ditandai oleh perabotan rumah seperti guci pecah, pintu dan
jendela berbunyi decitan, dan dinding juga berbunyi.
V Bisa dirasakan getarannya oleh hampir semua penduduk, getaran tersebut
bisa membuat guci pecah, perabotan rumah berjatuhan, tiang-tiang listrik
bergoyang dan membangunkan orang.
VI Bisa dirasakan getarannya oleh semua penduduk baik dirumah ataupun
diluar ruangan, penduduk berlari keluar, dinding rusak ringan.
VII Bisa dirasakan getarannya oleh semua penduduk, tiap penduduk berlari
keluar rumah, dinding rusak sedang pada rumah, jika kontruksi bangunan
tidak baik akan roboh bahkan hancur.
VIII Jika bangunan dengan konstruksi yang kuat kerusakan yang terjadi ringan
11
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

jika konstruksi bangunan kurang baik maka bangunan maka terjadi retak-
retak, dinding roboh dan menyebabkan air menjadi keruh.
IX Jika bangunan dengan konstruksi yang kuat kerusakan yang terjadi ringan
jika konstruksi bangunan kurang baik maka bangunan maka terjadi retak-
retak, dinding roboh dan menyebabkan air menjadi keruh. Monumen-
monumen roboh, bisa dirasakan orang yang naik kendaraan.
X Rumah roboh, tetapi masih banyak yang berdiri, kerangka rel kereta api
melengkung, terjadi tanah longsor didaerah sungai-sungai atau ditanah
yang curam.
XI Rumah roboh dan sedikit yang berdiri hanya bangunan yang tahan gempa,
rel melengkung, jembatan bisa roboh atau rusak.
XII Jenis banguna hancur rata, gelombang tsunami kedaratan, barang-barang
akan terlempar, langit gelap.

2.2.6 Kerusakan Struktur Akibat Gempa


Pada saat terjadi gempa bumi banyak sekali korban meninggal dunia,
kehilangan harta, traumatik dan berbagai kerugian lainnya, namun peristiwa gempa
bumi yang terjadi bukanlah penyebab dari hilangnya korban tersebut, melainkan
akibat kegagalan struktur atau tidak kuatnya bangunan untuk menopang beban
gempa yang diakibatkan oleh gempa bumi, kegagalan struktur ini yang
menyebabkan timbulnya banyak korban, dari beragam kerusakan yang terjadi
akibat gempa bumi masyarakat harus mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi
prioritas rehabilitas bangunan setelah terjadi gempa bumi, namun kerusakan
bangunan terhadap gempa bumi tergantung dari skala gempa tersebut, dari riwayat
gempa bumi yang terjadi di Indonesia banyak sekali kerusakan yang ditimbulkan
antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kerusakan bangunan bawah atau soft story, biasanya terjadi pada bangunan
lebih dari satu lantai, lunaknya bangunan dibagian bawah menyebabkan
bangunan langsung roboh atau bisa dikatakan bangunan lantai bawah lebih
getas dari pada bangunan atasnya yang lebih kaku, banyak peristiwa gempa
bumi yang terjadi kerusakan bangunan atas baik-baik saja, akan tetapi
bangunan bawah rata dengan tanah, namun ada juga kerusakan soft story
pada bagian tengah bangunan dan bagian lantai tiga tetap kaku atau kokoh.
b. Detail bangunan yang kurang tepat, banyak bangunan berlantai lebih dari
satu tidak memahami sejarah terjadinya gempa bumi, misalkan kolom yang
didesign tidak boleh hancur terlebih dahulu dibandingkan dengan bangunan
non-struktur, namun banyak keruntuhan terjadi akibat kolom yang tidak
12
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

bisa menahan beban terlebih dahulu, seperti yang dikatakan dalam SNI
Beton 2002 yang menyebutkan bahwa diameter minimum suatu tulangan
kolom sengkang bangunan adalah 10 mm, tulangan tersebut haruslah ulir,
walaupun diperboleh polos alangkah baiknya digunakan tulangan ulir.
c. Kerusakan bangunan non-struktur, biasanya dinding bangunan yang roboh
karena tidak terikat dengan baik. Ikatan dinding bata ke kolom beton atau
bangunan beton tidak kuat sehingga bata tidak bisa menahan beban gempa.
d. Kerusakan selanjutnya adalah mutu beton yang kurang pas, dari beberapa
kejadian gempa bumi ada beberapa bangunan yang tulangan utama,
tulangan sengkang masih terlihat masih dalam kondisi baik, namun beton
hancur lebur. Hal ini dilihat dari kualitas mutu beton yang kurang baik atau
jelek.

2.2.7 Panduan Pemeriksaan Bangunan Menurut Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat
Secara umum bangunan gedung terdiri dari tiga komponen utama, yaitu;
komponen non-struktur, komponen struktur dan komponen arsitektur. Kerusakan
pada struktur bangunan disebabkan berbagai faktor. Kondisi tanah, misalnya,
sangat mempengaruhi kerusakan pada bangunan. Karakteristik goncangan gempa
akan dipengaruhi oleh jenis lapisan tanah yang mendukung bangunan. Faktor lain
penyebab kerusakan struktur bangunan adalah kualitas bahan dan cara pengerjaan
konstruksinya, kerusakan bangunan juga bisa disebabkan oleh faktor alam yaitu
seperti bencana gempa bumi, tsunami tanah longsor, tanah bergerak dan lain
sebagainya. Kerusakan bangunan juga terjadi akibat hal lain misalnya terjadi
kebakaran bangunan dan kerusakan yang diakibatkan oleh banjir. Kerusakan
bangunan bisa dilihat pada Tabel 2.2
13
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Tabel 2.2 Jenis kerusakan bangunan (DPU, 2000)


Jenis Kerusakan Kerusakan Yang Terjadi Tindakan Yang Dianjurkan
0 Tidak Rusak Tidak Ada yang rusak Tidak mmerlukan tindakan
Bangunan tidak perlu dikosongkan, hanya
Non- Struktur Dinding retak halus, terdapat
I perlu perbaikan dibeberapa kerusakan
rusak ringan kerusakan diplesteran dinding
yang terjadi
Dinding retak kecil, plesteran rusak,
Struktur rusak plafon dan lisplank rusak, Bangunan tidak perlu dikosongkan, perlu
II
ringan kemampuan struktur untuk memikul tindakan perbaikan struktur yang rusak
beban sedikit berkurang
Dinding rusak besar dan meluas,
retakan juga terjadi didinding Bangunan harus dikosongkan, perlu
Struktur rusak
II pemikul beban, kolom dan balok, tindakan perbaikan dan penguatan stuktur
sedang
kemampuan struktur untuk memikul sebelum dihuni kembali.
beban berkurang
Dinding pemikul beban terbelah dan
runtuh, kegagalan unsur-unsur Bangunan harus dikosongkan, perlu
Struktur rusak
IV pengikat berakibat pada terpisahnya tindakan perbaikan dan penguatan stuktur
berat
komponen struktur untuk memikul sebelum dihuni kembali.
beban berkurang
Sebagian atau seluruh bangunan Bersihkan lokasi dan perlu dibangun
IV Runtuh
runtuh kembali.

Pemeriksaan Bangunan gedung dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat NOMOR : 16/PRT/M/2010 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA BANGUNAN GEDUNG.
Pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan visual dengan menggunakan Daftar
Simak.
a. Pemeriksaan Penampilan Bangunan Gedung.
Dilakukan terhadap bagian dari bangunan gedung atau bangunan gedung
secara keseluruhan dengan menggunakan Daftar Simak.
b. Pemeriksaan Ruang dalam :
• Pemeriksaan kondisi ruang berkaitan dengan pemenuhan syarat-syarat
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan tata ruang dalam.
• Pemeriksaan penggunaan, tata letak, dan keterkaitan ruang dalam yang
memiliki risiko tinggi bagi keselamatan pengguna bangunan.
b. Pemeriksaan Mutu Bahan
Dilakukan untuk memeriksa mutu dan kekuatan bahan struktur dengan
menggunakan peralatan yang sesuai, terutama setelah terjadinya bencana
kebakaran, gempa bumi atau fenoma alam lainnya.
14
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

c. Analisa Model
Dilakukan untuk menguji daya dukung struktur, baik untuk seluruh atau
sebagian bangunan gedung, khusuanya untuk bangunan yang mengalami
perubahan fungsi atau tata letak ruangan, atau setelah terjadi bencana alam,
dengan cara:
• Analisa struktur statis, untuk bangunan dengan konfigurasi beraturan
dan/atau bangunan yang tingginya kurang dari 40 meter.
• Analisa dinamik, untuk bangunan dengan konfigurasi tidak beraturan
dan/atau bangunan yang tingginya lebih dari 40 meter.
d. Uji Beban
• Bilamana analisa model dianggap masih kurang memadai atau diinginkan
mengukur kekuatan dan kekakuan komponen struktur dan/atau keseluruhan
struktur secara langsung, maka dilakukan pemeriksaan dengan metode
pembebanan.
• Beban uji dapat berupa beban titik atau beban merata.
• Rincian tahapan uji beban mengikuti SNI-03-2847-1992 tentang
• Evaluasi Kekuatan dari Struktur yang Telah Berdiri.
15
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Tabel 2.3 Form Penilaian Kerusakan Bangunan sesuai Permen PU No16 Tahun
2010
LEMBAR 1
PEMERIKSAAN KERUSAKAN BANGUNAN (Diringkas dari Permen 16/PRT/M/2010)
I NAMA BANGUNAN TGL PEMERIKSAAN TINGKAT KERUSAKAN

1 ALAMAT

2 PEMILIK BANGUNAN

3 FUNGSI BANGUNAN

4 JENIS STRUKTUR

5 JUMLAH LANTAI BANGUNAN

6 PERKIRAAN LUAS BANGUNAN

TINGKAT KERUSAKAN RINGAN SEDANG BERAT CATATAN


II KERUSAKAN BAGIAN LUAR BANGUNAN
1 Penurunan Lantai Bangunan <0.2 m 0.2 -1.00 m >1 m
2 Kemiringan Bangunan <1◦ 1-2 ◦ >2◦
3 Jumlah Kolom Rusak <10 % 10-20% >20%
4 Jumlah Dinding Rusak <10% 10 -20% >20%
5 Jumlah Balok Rusak <10% 10 -20% >20%
6 Jumlah Atap Rusak <10 % 10 -20% >20 %
7 Jatuhan Dinding/ Jendela <1% 1 -10 % >10 %
8 Kerusakan Tangga/ kelengkapan Bang Lainnya <1 % 1 -10% >10 %
III KERUSAKAN BAGIAN DALAM BANGUNAN
1 Jumlah Kolom Rusak <10% 10-20 % >20%
2 Jumlah Dinding Rusak <10% 10-20 % >20%
3 Jumlah Balok Rusak <10% 10-20 % >20%
4 Jumlah Plafon Rusak <10% 10-20 % >20%
5 Jumlah Partisi,lampu, tangga <10% 10-20 % >20%
6 Jumlah instalasi dan Saluran <10% 10-20 % >20%

IV CATATAN DAN REKOMENDASI DOKUMENTASI KERUSAKAN


16
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

2.3 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)struktural yang
memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke
elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu
kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse(runtuh) lantai
yang bersangkutan dan juga runtuh batas total (ultimit total collapse) seluruh
strukturnya. Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sangat berarti
ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu lebih waspada, yaitu dengan memberikan
kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok
dan elemen struktural horizontal lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan
tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas.
Kolom bersengkang merupakan jenis yang paling banyak digunakan karena
murahnya harga pembuatannya. Sekalipun demikian, kolom segiempat maupun
bundar dengan tulangan berbentuk spiral kadang-kadang digunakan juga,
terutama apabila diperlukan daktilitas kolom yang cukup tinggi seperti pada
daerah-daerah gempa. Kemampuan kolom berspiral untuk menahan beban
maksimum pada deformasi besar mencegah terjadinya collapse pada struktur
secara keseluruhan sebelum terjadinya redistribusi total momen dan tegangan
selesai.

2.3.1 Kekuatan Kolom yang Dibebani Eksentris


Analisa beban dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban aksial
maksimum dan beban lateral maksimum yang mampu diterima oleh
sampel uji kolom hingga mengalami kegagalan. Rumus yang digunakan
untuk perhitungan beban aksial untuk kolom bulat dari beton bertulang
Pnmaks= 0,8 φ [ 0,85 f'c (Ag –Ast) + fy Ast ] …………….. (1)
Rumus yang digunakan untuk perhitungan beban lateral adalah :
Untuk kolom bulat dari beton bertulang :
Pnmaks= 0,85 φ f'c b a + A's f's –As fs …………… (2)
17
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

2.3.2 Sistem Perkuatan dan Perbaikan Struktur pada Kolom


Pada umumnya bangunan gedung direncanakan dapat berfungsi selama
masa layan tertentu. Namun selama masa layannya, bangunan rentan
terhadap kerusakan akibat berbagai hal. Setiap kerusakan diusahakan dapat
dideteksi sedini mungkin, sebab satu kerusakan dapat merembet, memicu
dan memperparah kerusakan lainnya.
Triwiyono (2005) menyatakan bahwa perbaikan atau perkuatan struktur
atau elemen-elemen struktur diperlukan apabila terjadi degradasi bahan
yang berakibat tidak terpenuhi lagi persyaratan-persyaratan yang bersifat
teknik yaitu : kekuatan (strength), kekakuan (stiffness), stabilitas (stability)
dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan (durability). Tidak terpenuhinya
persyaratan-persyaratan tersebut tidak hanya disebabkan karena kerusakan
saja akan tetapi perubahan peraturan (code) dengan persyaratan yang lebih
ketat, mungkin saja struktur yang sebelumnya dianggap memenuhi
persyaratan, menjadi tidak lagi, sehingga diperlukan tindakan perkuatan.
Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan dalam pekerjaan retrofitting
yaitu repairing dan strengtheing. Istilah repairing diterapkan pada
bangunan yang sudah rusak, dimana telah terjadi penurunan kekuatan,
untuk dikembalikan seperti semula. Sedangkan strengtheing adalah suatu
tindakan modifikasi struktur, mungkin belum terjadi kerusakan, dengan
tujuan untuk menaikkan kekuatan atau kemampuan bangunan untuk
memikul beban-beban yang lebih besar akibat perubahan fungsi bangunan
dan stabilitas.
Adanya Perkuatan kolom beton adalah tindakan untuk mengantisipasi
kolom dari kerusakan yang dapat terjadi, misalnya kerusakan akibat
pengaruh lingkungan yang disebabkan karena cuaca dan suhu, kesalahan
dalam perencanaan, adanya perubahan fungsi bangunan dari rencana
semula (disain) dan akibat beban yang berlebihan dari kapasitas yang
direncanakan serta akibat beban sementara seperti gempa, beban hidup
yang besar yang tidak terduga, dan lain sebagainya.
18
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Perkuatan kolom dilakukan dengan tujuan antara lain:


1. Meningkatkan kapasitas beban hidup yang dapat ditanggung oleh
kolom
2. Menambah perkuatan pada kolom untuk mengatasi kesalahan
perencanaan maupun konstruksi.
3. Meningkatkan ketahanan kolom bangunan terhadap gaya gempa
yang akan terjadi dilihat dari tingkat kepentingan bangunan,
lokasi bangunan, dan lain sebagainya.
4. Menambah atau menggantikan penulangan yang berkurang
akibat kerusakan karena tumbukan atau korosi
Perkuatan struktur diperlukan apabila kerusakan yang terjadi menyebabkan
degradasi terhadap hal-hal berikut ini: Kekuatan, kekakuan, stabilitas,
ketahanan terhadap kinerja tertentu, dan fungsi struktur. Tahapan kegiatan
dalam melakukan perbaikan dan perkuatan terhadap struktur beton
bertulang, diantaranya kajian kerusakan, struktural, ekonomi dan kajian
lainnya.
Dalam kajian kerusakan diperlukan langkah-langkah yang mesti dilakukan:
1. Pengamatan Lapangan, yang dilakukan di lokasi bangunan untuk
mendapatkan informasi aktual mengenai : lokasi kerusakan pada
struktur, jenis kerusakan, kondisi beton dan baja/tulangan.
2. Informasi dan catatan mengenai struktur, sangat diperlukan
dalam hal perbaikan/perkuatan struktur, kondisi yang akurat
mengenai struktur bangunan yang diperoleh dari gambar
pelaksanaan (as built drawing) serta dokumen/catatan yang dibuat
semasa pelaksanaan pembangunan maupun masa pemeliharaan.
3. Pengujian struktur, dilakukan untuk memperoleh informasi lebih
jelas mengenai tingkat kerusakan dan kondisi struktur, dilakukan
beberapa pengujian terhadap elemen beton bertulang yang rusak
maupun terhadap struktur secara keseluruhan. Pengujian yang
dilakukan dapat berupa pengujian merusak (destructive testing) atau
pengujian tak merusak (Nondestructive testing), adapun informasi
yang diperoleh melalui pengujian ini diantaranya: lebar dan
19
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

kedalaman retak, kondisi beton, potensi korosi baja, kuat tekan


beton, modulus elastisitas beton, daya dukung struktur.
4. Diagnosa penyebab kerusakan, penyebab kerusakan harus dapat
dinyatakan secara jelas sebelum dilakukan kajian lanjut mengenai
upaya perbaikan/perkuatan yang akan dilakukan. Diagnosa yang
kurang tepat mengenai penyebab kerusakan akan mengurangi
efektifitas upaya perbaikan bahkan memperburuk kondisi struktur.

2.3.3 Pemilihan Bahan Perbaikan dan Perkuatan


Setelah melakukan kajian mendalam dan mengetahui jenis perkuatan yang
dibutuhkan dan dimungkinkan struktur dapat diperkuat, maka langkah
selanjutnya adalah pemilihan metoda perbaikan untuk masing-masing
elemen struktur. Didalam pemilihan ini juga terkait pemilihan bahan
agar diperoleh hasil perbaikan yang kekuatannya sesuai dengan yang
diinginkan dan tahan lama. Secara umum persyaratan bahan untuk
perbaikan/perkuatan adalah :
1. Susut kecil.
2. Melekat secara baik.
3. Muaian dan modulus elastisitas tidak jauh dengan bahan yang
diperbaiki.
4. Permeabilitas rendah.
5. Tahan lama.

2.4 SISTEM PERKUATAN CONCRETE JACKETING


Konsep dasar metode ini adalah pembesaran dimensi dan penambahan
tulangan pada elemen struktur untuk meningkatkan kinerja elemen tersebut.
Pembesaran tersebut dilakukan dengan Jacketing. Jacketing dari bahan beton telah
terbukti sebagai solusi perkuatan yang efektif untuk meningkatkan kinerja seismik
kolom. Teknik perkuatan struktur ini digunakan pada kolom bangunan yang
bertujuan untuk memperbesar penampang kolom, maka penampang kolom menjadi
besar dari pada sebelumnya sehingga kekuatan geser beton menjadi meningkat.
Keuntungan utama dari metode ini adalah memberikan peningkatan dan
20
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

pertambahan batas daripada kekuatan dan duktilitas beton, dan keuntungan kedua,
bahwasannya jacket dalam melindungi dari kerusakan fragment dan struktur yang
diperbaiki memiliki kemampuan dalam menerima beban, karena jacket dapat
mengurangi kegagalan geser langsung (direct shear), namun dapat juga
menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri. Agar perkuatan concrete
jacketing ini dapat bekerja secara maksimal, maka ada beberapa spesifikasi
minimum yang harus dipenuhi. Menurut dokumen CED 39 (7428), spesifikasi
minimum yang harus dipenuhi antara lain :

a. Mutu beton pembungkus yang harus lebih besar atau sama dari mutu beton
existing.
b. Untuk kolom yang tulangan longitudinal tambahan tidak dibutuhkan,
minimum harus diberikan tulangan 12 mm di keempat ujungnya dengan
sengkang 8 mm.
c. Minimum tebal jacketing 100 mm
d. Diameter tulangan sengkang minimum 8 mm tidak boleh kurang 1/3
tulangan longitudinal.
e. Jarak maksimal tulangan sengkang pada daerah ¼ bentang adalah 100 mm,
dan jarak vertikal antar tulangan sengkang tidak boleh melebihi 100 mm.

Gambar 2.1 Tampak atas Kolom dengan


perkuatan Concrete Jacketing (Arifi Soenaryo, dkk. 2009)
21
Bab II. Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Metode concrete jacketing memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun


sebagai berikut :

a. Kelebihan
1) Mampu meningkatkan daktalitas struktur dan kekuatan struktur (kapasitas
aksial, kapasitas lentur, dan kemampuan geser).
2) Mampu menambah kekakuan struktur.
3) Mampu meningkatkan stabilitas Struktur.
4) Biaya lebih ekonomis dibandingkan metode perkuatan lainnya.
b. Kekurangan
1) Ukuran kolom setelah dipasang perkuatan akan menjadi lebih besar
sehingga akan mengurangi ruang kosong yang ada.
2) Jika penempatan concrete jacketing ini tidak perhatikan dengan baik maka
dapat menyebabkan kekakuan yang tidak merata.
3) Kemampuan kapasitas dari concrete jacketing lebih rendah dibandingkan
perkuatan dengan steel jacketing, CFRP, GFRP, AFRP.
22
Bab III. Metodologi Penelitian

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Lokasi penelitian untuk bahan kajian/asesmen ini dilaksanakan pada
Bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) Bangsal, Desa Pemenang Barat,
Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

Lokasi penelitian

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Lombok Utara

(Sumber : sippa.ciptakarya.pu.go.id, 2020)


23
Bab III. Metodologi Penelitian

Gambar 3.2 Gambar Potongan Memanjang Bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) Bangsal, Pemenang, Lombok Utara
24
Bab III. Metodologi Penelitian

Gambar 3.3 Gambar Potongan Melintang Bangunan Tempat Evakuasi Sementara


(TES) Bangsal, Pemenang, Lombok Utara
25
Bab III. Metodologi Penelitian

3.2 DATA UMUM BANGUNAN

Gambar 3.4 Site Plan Bangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) Bangsal,
Pemenang, Lombok Utara

a. Nama Bangunan : Gedung Tempat Evakuasi Sementara


(TES) Bangsal
b. Alamat/Lokasi : Jalan Bangsal Baru Desa Pemenang Barat,
Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara Provinsi NTB
c. Fungsi : untuk perlindungan sementara saat
evakuasi masyarakat korban tsunami yang
dilengkapi dengan prasarana/fasilitas dasar.
d. Luas Bangunan : 1200 m2
e. Jumlah Lantai : 4 (empat)
f. Tanah Dasar : Tanah Keras
g. Pemilik : BPBD Kabupaten Lombok Utara
h. Tahun Pembangunan : 2014
26
Bab III. Metodologi Penelitian

i. Perencana : Tahun 2012 oleh BNPB

3.3 ALUR PENELITIAN


Tahapan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian
lapangan dan pengujian di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil Universitas Mataram dan menggunakan standart pengujian menurut
ASTM.

Dalam rangka evaluasi kelaikan struktur bangunan Gedung Tempat


Evakuasi Sementara, Desa Bangsal, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok
Utara ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan secara visual (Visual Check), baik dengan mata telanjang


maupun dengan bantuan kamera dan pemeriksaaan kerusakaannya,
khususnya retak-retak. Investigasi cacat struktur yang lain seperti keropos,
berlobang, mengelupas dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan terutama
terhadap komponen yang berfungsi memikul beban-beban, baik beban
vertical maupun beban horizontal.
Hasil dari kegiatan ini berupa penggambaran pola-pola keretakan pada
elemen balok struktur “Crack Pattern”. Selanjutnya gambar pola-pola
keretakan ini dibahas lebih mendalam pada bab IV dan lampiran.

2. Pemeriksaan gambar-gambar yang ada. dikarenakan pada kasus ini tidak


ada dokumen “as built drawing” secara lengkap, maka digunakan juga
gambar perencanaan untuk dibandingkan dengan kondisi eksisting
lapangan dan sebagai bahan masukan/input dalam evaluasi struktur.

3. Analisis struktur dalam rangka evaluasi kelaikan struktur yang didasarkan


pada ukuran dan kondisi eksisting yang ada, untuk mendapatkan gaya-gaya
dalam akibat berbagai kombinasi pembebanan. Alat yang digunakan adalah
computer yang telah dilengkapi dengan software analisis struktur dalam
bentuk program ETABS 18.02 student version.
Pada tahap kegiatan ini dilakukan analisis terhadap perencanaan (mengacu
pada gambar-gambar bestek perencanaan) dan analisis terhadap
pelaksanaan (dikarenakan tidak lengkapnya dokumen “as built drawing”,
27
Bab III. Metodologi Penelitian

maka digunakan juga data condition drawing dan hasil data pengujian
lapangan maupun laboratorium yang didapatkan pada tahapan kegiatan
sebelumnya.

4. Rekomendasi penanganan agar bangunan secara structural bisa berfungsi


dan bisa diteruskan pembangunan dan penggunaannya.

Untuk memudahkan dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam


penelitian ini, maka dibuat diagram alur penelitian sebagai berikut:
28
Bab III. Metodologi Penelitian

Gambar 3.5 Diagram Alur Penelitian


29
Bab III. Metodologi Penelitian

3.4 PERALATAN PENELITIAN


3.4.1 Pengujian Lapangan
Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian di
lapangan adalah sebagai berikut:
a. Schmidt Rebound Hammer Test
Schmidt Rebound Hammer Test adalah salah satu jenis pengujian untuk
mengetahui kuat tekan permukaan beton (Compressive strength) dengan palu
beton. Alat palu beton ini berbentuk silinder, dimana bagian tengahnya terdiri dari
poros yang dilengkapi dengan cincin yang dapat ditembakkan dan membentur
ujung poros dan menyalurkannya pada beton yang diperiksa dengan menekan
tombol pelontar. Pada alat ini juga dilengkapi besaran angka tertentu yang
kemudian dikonversikan terhadap perkiraan mutu beton. Gambar 3.6. berikut ini
menunjukkan gambar grafik konversi pembacaan Schmidt Rebound Hammer Test.

Gambar 3.6 Grafik pembacaan Schmidt Rebound Hammer Test (Sumber : ACI
Committee 228 Report, 2003)
Cara pengujian dengan alat Hammer Test ini telah diatur dalam British
Standart Bab 4 dan SNI 03-4430-1997. Selain dilengkapi dengan jarum penunjuk,
alat ini juga dapat dipasang alat perekam otomatis faktor kekerasan permukaan
beton yang diuji. Perlu diperhatikan, bila pengujian dilakukan dengan sudut
tertentu, maka hasil pembacaan harus diberi faktor koreksi, karena lapangan, seperti
yang diberikan pada Tabel 3.1. berikut ini.
30
Bab III. Metodologi Penelitian

Tabel 3.1. Arah Pengujian Schmidt Rebound Hammer Test.

Sudut Pengambilan Arah Pengujian


0° Tegak lurus horisontal
-90° Tegak lurus vertikal ke bawah
+90° Tegak lurus vertikal ke atas
45° Bidang miring 45°
Sumber: Sjafei Amri, 2006
Berikut Gambar 3.7. di bawah ini memperlihatkan contoh peralatan dan
aplikasi pengujiannya di lapangan.

Gambar 3.7. Peralatan Schmidt Rebound Hammer Test (Sumber: Survei


Lapangan, 2020).
Untuk penjelasan mengenai alat, bahan, prinsip, persiapan, tata cara, dan
prosedur pengujian secara lebih mendetail dari berbagai peralatan yang digunakan
bisa dilihat pada Lampiran A.
b. Alat Ukur Panjang
Agar diketahui ukuran dimensi kolom dan balok struktur, maka dilakukan
pengukuran penampang yang terpasang di lapangan dengan menggunakan meteran
panjang 5 meteran. Ukuran ini nantinya akan digunakan sebagai input dalam
analisis kelaikan/keamanan struktur rangka utama bangunan. Pengukuran dimensi
kolom dan balok struktur tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu mengupas
plesterannya, sehingga diperoleh ukuran beton yang sebenarnya. Sedangkan untuk
pengukuran panjang retakan dan kebutuhan pengukuran-pengukuran yang lain
digunakan alat roll-meter.
31
Bab III. Metodologi Penelitian

3.5. STANDAR ACUAN KELAIKAN STRUKTUR RANGKA BETON


BERTULANG
3.5.1. Peraturan dan Standar Acuan yang Digunakan
Peraturan atau standart acuan yang dijadikan referensi dalam perhitungan
adalah peraturan struktur beton untuk gedung (untuk pengecekan kapasitas
penampang elemen struktur beton bertulang), peraturan kegempaan (untuk
perhitungan gaya-gaya gempa dan penentuan permodelan struktur dan analisis yang
sesuai), dan peraturan pembebanan (untuk ketentuan besarnya beban-beban yang
diterapkan pada struktur). Selengkapnya referensi-referensi yang digunakan
tersebut adalah:
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI
2847-2013)
b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI
1726-2012)
c. Beban Minimum untuk perancangan Bangunan Gedung dan Struktur lain.
(SNI 1727-2013)
d. Control of Deflection in Concrete Structure (ACI 435R-95)
e. Handbook for the Seismic Evaluation of Buildings – A Prestandart (Federal
Emergency Management Agency / FEMA 310, Januari 1998)

3.5.2. Bahan Struktur


Bahan yang digunakan dalam analisis struktur meliputi beton bertulang
untuk elemen kolom, balok, dan plat lantai serta material baja untuk tulangan.
a. Beton
• Kuat tekan beton sesuai dengan hasil pengujian di lapangan sebesar K250
• Modulus elastisitas beton terkoreksi (Ec terkoreksi) akibat retak sesuai
dengan Peraturan ACI 435R-95 sebesar 4700 √fc.
• Angka Poisson’s ratio, ν = 0,2
• Berat jenis bahan, ρ = 2400 kg/m3
32
Bab III. Metodologi Penelitian

3.5.3. Faktor Reduksi Kekuatan


Angka faktor reduksi kekuatan yang digunakan adalah nilai faktor reduksi
untuk keperluan evaluasi struktur sesuai SNI 2847-2013 dengan nilai-nilai sebagai
berikut:
• Penampang terkendali tarik = 0,90
• Penampang dengan terkendali tekan
Komponen struktur dengan tulangan spiral = 0,75
Komponen struktur bertulang lainnya =0.65

Gambar 3.8 – Variasi ∅ dengan regangan tarik neto dalam baja tarik terluar, 𝜀t,
dan c/dt untuk tulangan Mutu 420 dan untuk baja prategang
• Geser dan torsi = 0.75
• Tumpuan pada beton (kecuali untuk daerah angkur pasca tarik dan
model strat dan pengikat = 0.65
• Daerah angkur pasca Tarik = 0.85
33
Bab III. Metodologi Penelitian

3.5.4. Analisis Struktur Portal Beton Bertulang Tiga Dimensi

Dalam analisis struktur untuk mengetahui kelaikan/keamanan struktur


secara keseluruhan pada bangunan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Permodelan struktur 3 dimensi dilakukan dengan program komputer
(ETABS 18.02 student version);
b. Elemen balok dan kolom dimodelkan sebagai elemen frame;
c. Pelat lantai sebagai beban pada balok-balok pendukung dihitung
otomatis oleh program dengan permodelan elemen shell (pelat);
d. Beban atap dilimpahkan sebagai beban titik pada ringbalk;
e. Tumpuan (pondasi) telapak/footplat dimodelkan sebagai tumpuan
sendi;
f. Beban gempa dihitung berdasarkan peraturan standart gempa SNI 1726-
2012;
g. Dinding batu bata dibebankan sebagai beban merata pada balok-balok;
h. Pembebanan mati dan hidup mengacu pada peraturan pembebanan SNI
1727-1989F.

3.5.5. Evaluasi Kelaikan/Keamanan Elemen Struktur

Perhitungan kapasitas elemen balok dan kolom dilakukan dengan program


ETABS 18.02. Kapasitas (resistant) R komponen struktur ini dibandingkan dengan
kuat perlu U akibat berbagai kombinasi beban. Jika kapasitas lebih besar
dibandingkan dengan kuat perlu maka dikatakan elemen struktur aman, sedangkan
jika kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan kuat perlu maka dikatakan elemen
struktur tidak aman. Elemen struktur yang dinyatakan kurang/tidak aman perlu
dilakukan perbaikan/perkuatan agar bangunan dapat diteruskan penggunaannya.

3.6. MERENCANAKAN PERKUATAN STRUKTUR KOLOM DENGAN


CONCRETE JACKETING
Perkuatan struktur kolom dengan concrete jacketing yang direncanakan
terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Beton pembungkus yang direncanakan memiliki mutu K 250.
2. Tulangan pembungkus yang rencanakan adalah D16, BJTD 40.
34
Bab III. Metodologi Penelitian

3. Tulangan sengkang yang direncanakan adalah Ø8 mm.


4. Tebal beton pembungkus yang direncanakan minimal 100 mm.
5. Bila tidak diperlukan tulangan ekstra atau pembungkus, maka minimal
diletakan tulangan Ø12 mm di empat sudut dan sengkang Ø8 mm dengan
tekukan 135° dan panjang 10 kali diameter.
6. Jarak vertikal sengkang tidak melebihi 200 mm, sedangkan jarak pada
daerah tumpuan tidak boleh melebihi 100 mm.
7. Angkur untuk mengaitkan tulangan lama dan baru (komposit) diberikan
dengan tulangan Ø10 dengan tekukan siku 90˚ pada tulangan baru dan 135˚
pada tulangan lama dengan panjang hook 6db dipasang setiap jarak 300 mm.
8. Sebagai sambungan antara kolom dengan pondasi atau pelat dilakukan
penjangkaran. Penjangkaran dilakukan dengan cara menyalurkan tulangan
longitudinal kolom ke pelat dan pondasi.
9. Penjangkaran dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu dengan
membor pelat sebesar diameter angkur ditambah 6 mm. Pengeboran
dilakukan sedalam panjang penjangkaran.
10. Lubang penjangkaran terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran.
11. Cairan epoxy sebagai bahan grouting dimasukkan ke dalam lubang setinggi
setengah lubang. Lubang yang terisi dengan epoxy tidak boleh terdapat
rongga udara.
12. Tulangan untuk penjangkaran dimasukkan dengan cara diputar secara
perlahan ke dasar lubang sampai cairan epoxy meluap.
13. Sebelum dilakukan pembungkusan dengan beton baru, permukaan kolom
terlebih dahulu di chipping hingga ke tulangan.
14. Campuran beton untuk perkuatan dengan concrete jacketing adalah
berbahan micro concrete yang mana sifatnya dapat memadat sendiri tanpa
bantuan vibrator, sehingga disebut juga dengan self compaction concrete
(SCC).
35
Bab III. Metodologi Penelitian

Gambar 3.9 Detail Penjangkaran (Sumber: Okakpu, 2013)

Perhitungan perkuatan concrete jacketing untuk perkuatan kolom


berdasarkan IS 15988 2013. Tahapan perhitungan dijabarkan sebagai berikut:

1. Menentukan nilai Pu dan Mu yang dibutuhkan.


2. Menentukan ukuran kolom dan tulangan berdasarkan nilai Pu dan Mu secara
komputasi.
3. Menghitung luas concrete jacketing pembungkus (A’c) dengan cara
mengurangi ukuran kolom yang dibutuhkan dengan ukuran kolom eksisting.
Nilai A’c minimal 100 mm.
4. Menghitung luas tulangan longitudinal ekstra (A’s) dengan cara mengurangi
luas tulangan longitudinal kolom yang dibutuhkan dengan luas tulangan
longitudinal kolom eksisting.
5. Menghitung luas concrete jacketing pembungkus aktual (Ac).
6. Menghitung luas tulangan longitudinal ekstra aktual (As).
7. Menghitung jarak antar sengkang.

Berdasarkan IS 15988 2013 ketentuan tebal minimum jaket beton adalah


100 mm, tulangan longitudinal minimum berjumlah 4 dengan tulangan sengkang
yang lebih rapat. Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
tersebut. Apabila kapasitas kolom masih belum mencukupi, maka tebal akan
ditambah. Asumsi ini diperkirakan akan menambah kapasitas kolom sebesar kurang
lebih 4 kali liat dengan acuan Jirsa dan Alcocer (1991).
36
Bab III. Metodologi Penelitian

Gambar 3.10 Reinforced Concrete Jacketing (Sumber IS 15988, 2013)


37
Bab IV. Pembahasan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Site Investigation


4.1.1 Data Pengamatan Visual / Visual Check

Tahapan pelaksanaan evaluasi pada bangunan Gedung Tempat Evakuasi


Sementara (TES) Bangsal, Kecamatan Pemenang dimulai dengan tinjauan
lapangan, untuk mengumpul data-data primer pada sebagian besar bangunan.
Dalam pelaksanaan, evaluasi ini hanya dilakukan terbatas pada bagian kolom dan
balok yang terlihat langsung (ekspose). Sedangkan bagian yang tertutup dengan
plafond dan bahan penutup lainnya, tidak dilihat agar tidak merusak bagian non-
struktural yang sudah ada tersebut. Dari hasil tinjauan lapangan dapat dijelaskan
bahwa kondisi gedung secara struktural masih baik dan layak digunakan. Secara
keseluruhan elemen struktural masih baik, hanya beberapa titik pada kolom lantai
dasar dan balok lantai I yang mengalami kerusakan. Kerusakan berat terjadi pada
elemen tangga pada elemen struktural konstruksi gedung tersebut. Berdasarkan
persyaratan keselamatan bangunan, kondisi bangunan Gedung Tempat Evakuasi
Sementara (TES) Bangsal dapat diuraikan beberapa masalah sebagai berikut:

4.1.1.1 Masalah Struktur


Hasil tinjauan terhadap struktur bangunan pada umumnya masih baik.
Tinjauan secara langsung yang dilakukan pada bagian elemen struktur bangunan,
hanya beberapa bagian elemen struktur yang mengalami retak pada kolom lantai
dasar, balok lantai I.
38
Bab IV. Pembahasan
A. Kolom
Kerusakan yang terjadi dominan retak lentur dan retak geser pada kolom
seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Gambar tersebut diambil dari bagian
gedung lantai I gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES).

Gambar 4.1 Kerusakan structural yang terlihat pada elemen kolom lantai pada
bangunan TES Bangsal. (Sumber: Survey Lapangan, 2018)

B. Balok
Seperti yang terlihat pada gambar 4.2, dari luar bangunan terlihat kolom lantai
II mengalami retak-retak berupa retak geser dipertemuan antara kolom dengan
balok. Seseperti yang terlihat juga pada pada gambar 4.2, bahwa retak geser
berbentuk garis persis dipertemuan dengan kolom bangunan tersebut juga
terlihat dari arah dalam bangunan gedung.
39
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.2 Kerusakan structural yang terlihat pada elemen balok pada bangunan
TES Bangsal. (Sumber:Survey Lapangan, 2018)

C. Plat
Secara visual tidak terjadi kerusakan yang sangat structural pada plat lantai 1,
kondisi plat lantai masih dalam kondisi baik, tidak terjadi pergeseran pada plat
dan tidak ada retakan pada plat. Untuk di lantai 2 dan lantai atap kondisi plat
beton diperkirakan sama seperti di lantai 1.
40
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.3 Kerusakan structural yang terlihat pada elemen plat pada bangunan
TES Bangsal. (Sumber:Survey Lapangan, 2018)

D. Hasil Uji Hammer Test Pada Kolom Beton


Pengujian mutu beton pada beberapa elemen struktur bangunan dengan
menggunakan alat uji “concrete hammer test” type N/NR. Hasil uji mutu beton
merupakan data pengujian yang diambil secara acak pada bangunan gedung,
mengingat jika dilakukan pengujian pada keseluruhan bangunan gedung, akan
merusak sebagian besar elemen non struktural/arsitektural bangunan. Hasil ini
bukan merupakan acuan utama untuk menentukan mutu beton secara keseluruhan
bangunan. Untuk kebutuhan hasil keseluruhan bangunan gedung, perlu dilakukan
pengujian terhadap seluruh elemen bangunan pada setiap lantai bangunan gedung
tersebut dan dianalisa oleh para tenaga ahli yang profesional di bidang pemeriksaan
krusakan bangunan gedung.
41
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.4 Denah Kolom LT. dasar, yang dilingkari merah merupakan sample
kolom yang dilakukan uji hammer test beton

Gambar 4.5 Proses pengujian Hammer Test Beton pada kolom


42
Bab IV. Pembahasan
Adapun rekapitulasi hasil pengujian mutu beton dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan Menggunakan Alat
Hammer Test (Sample 1)

PEMBACAAN σ bi
No. SUDUT PERHITUNGAN
2
HORIZONTAL ( KG/cm )
1 22 126
2 20 101 N = 8
3 24 152
2
4 26 180 ∑ X = 1285 kg/cm
5 28 210
6 28 210 σ bm = 160.63 kg/cm2
7 22 126 Kesimpulan :
8 26 180 σ bm 160.63 kg/Cm2 < K 250 kg/cm2
(Tidak Memenuhi syarat mutu yang direncanakan)

Dari sample 1 Kolom beton diperoleh nilai Rata-rata sebesar 160.63 kg/cm2, terjadi
penurunan sebesar 35.75 %.

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan Menggunakan Alat
Hammer Test (Sample 2)

PEMBACAAN σ bi
No. SUDUT PERHITUNGAN
HORIZONTAL ( kg/cm2 )
1 26 180
2 34 307 N = 8
3 40 413
2
4 28 210 ∑ X = 2495 kg/cm
5 44 488
6 32 274 σ bm = 311.88 kg/cm2
7 40 413 Kesimpulan :
8 28 210 σ bm 311.88 kg/cm2 > K 250 kg/cm2
( Memenuhi syarat mutu yang direncanakan)

Dari sample Kolom kedua beton diperoleh nilai Rata-rata sebesar 311.88 kg/cm2,
mutu beton memenuhi syarat yang direncanakan.

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan Menggunakan Alat
Hammer Test (Sample 3)
43
Bab IV. Pembahasan
PEMBACAAN σ bi
No. SUDUT PERHITUNGAN
HORIZONTAL ( kg/cm2 )
1 24 152
2 22 126 N = 8
3 28 210
2
4 24 152 ∑ X = 1332 kg/cm
5 26 180
6 26 180 σ bm = 166.50 kg/cm2
7 26 180 Kesimpulan :
8 24 152 σ bm 166.50 kg/Cm2 < K 250 kg/cm2
( Tidak Memenuhi syarat mutu yang direncanakan)

Dari sample Kolom ketiga beton diperoleh nilai Rata-rata sebesar 166.50 kg/cm2,
terjadi penurunan sebesar 33.40 %.

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan Menggunakan Alat
Hammer Test (Sample 4)

PEMBACAAN σ bi
No. SUDUT PERHITUNGAN
HORIZONTAL ( kg/cm2 )
1 32 274
2 28 210 N = 8
3 28 210
4 24 152 ∑ X = 1352 kg/cm2
5 20 101
6 24 152 σ bm = 169.00 kg/cm2
7 24 152 Kesimpulan :
8 20 101 σ bm 169.0 kg/cm2 < K 250 kg/cm2
(Tidak Memenuhi syarat mutu yang direncanakan)

Dari sample Kolom keempat beton diperoleh nilai Rata-rata sebesar 169.0 kg/cm2,
terjadi penurunan sebesar 32.4 %.

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan / Test Uji Beton Dengan Menggunakan Alat
Hammer Test (Sample 5)
44
Bab IV. Pembahasan
PEMBACAAN σ bi
No. SUDUT PERHITUNGAN
HORIZONTAL ( kg/cm2 )
1 24 152
2 22 126 N = 8
3 22 126
4 24 152 ∑ X = 1141 kg/cm2
5 26 180
6 24 152 σ bm = 142.63 kg/cm2
7 20 101 Kesimpulan :
8 24 152 σ bm 142.63 kg/cm2 < K 250 kg/cm2
(Tidak Memenuhi syarat mutu yang direncanakan)

Dari sample Kolom kelima beton diperoleh nilai Rata-rata sebesar 142.63 kg/cm2,
terjadi penurunan sebesar 42.95 %.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa mutu beton karakteristik rata-rata di


bawah 250 kg/cm2. Hasil uji mutu beton ini hanya merupakan acuan dasar pada
bagian luar beton dan tidak bisa dijadikan sebagai pedoman mutlak untuk
penentuan mutu beton pada struktur bangunan. Hasil pengujian mutu beton yang
lebih pasti dapat dilakukan dengan metode Destructive Test baik dengan cara core
drill ataupun metode lainnya, dan bisa merusak kondisi beton.

4.1.1.2 Masalah non-struktural


Masalah lain yang terjadi pada bangunan gedung TES Bangsal Kecamatan
Pemenang ini adalah pada elemen non-struktural. Hasil tinjauan lapangan terhadap
elemen non-struktural pada bagian dinding bangunan terbuat dari batu bata.
A. Dinding
45
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.6 Gedung Tempat Evakuasi Sementara sebelum rusak akibat gempa
(Sumber ; Dokumentasi lapangan, 2014)

Gambar 4.7 Keruntuhan Dinding pada bangunan TES Bangsal. (Sumber:Survey


Lapangan, 2018)

Sebelum terjadi gempa, bangunan Gedung Tempat Evakuasi Sementara


(TES) masih berdiri koko, seperti yang terlihat pada foto dokumentasi tahun 2014.
Pada gambar 4.4. terlihat bahwa dinding bangunan tersebut masih utuh, toilet serta
gudang pada masing-masing lantai masih baik.
46
Bab IV. Pembahasan
Berbeda halnya dengan gambar 4.5, setelah terjadi gempa, bisa dilihat
bahwa rata-rata bagian sisi dinding di lantai 1 dan lantai atap sebelah kiri dan kanan
mengalami keruntuhan. Di lantai 1 terdapat ruangan toilet dan gudang, sedangkan
di lantai atap terdapat gudang dan dapur. Keruntuhan yang terjadi pada dinding bata
dan lepas ikatan antara dinding bata dengan elemen struktur kolom dan balok di
atasnya. Hal ini kemungkinan terjadi akibat tidak ada penghubung geser antara
dinding dengan kolom. Kemungkinan lain juga akibat luasnya area dinding tersebut
yang tidak dipisahkan oleh kolom praktis atau balok latai. Beberapa bagian
struktural dan non struktural bangunan tersebut tidak dapat dilihat secara langsung
karena ditutup dengan elemen non struktural yang berfungsi sebagai bagian
arsitektural bangunan. Sehingga untuk memperoleh informasi yang lebih akurat dan
menyeluruh, disarankan agar dapat melibatkan pihak tenaga ahli untuk melakukan
kajian lebih lanjut terhadap kerusakan bangunan tersebut.

B. Tangga dan Ramp


Kerusakan non-struktural lainnya adalah kerusakan pada elemen tangga dan
ramp bangunan. Dilihat dari denah bangunan yang ada, bagian tangga terdapat di
sisi kiri bangunan sedangkan ramp terdapat di sisi kanan bangunan. Bentuk
kerusakan yang terjadi sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
47
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.8 Kerusakan non struktur pada Tangga pada bangunan TES Bangsal.
(Sumber:Survey Lapangan, 2018)

Pada gambar 4.6 diatas, terlihat bahwa elemen tangga mengalami gagal
konstruksi akibat gempa yang diduga karena adanya kesalahan dalam metode
pekerjaan yang tidak sesuai dengan spek yang direncanakan. Hal ini bisa dilihat
pada besi dudukan tangga yang hanya menempel pada balok disebelahnya.

Beberapa metode perbaikan dinding rusak yang dapat digunakan adalah:

a. Merubuhkan sebagian / seluruh permukaan dinding. Dinding yang


mengalami kerusakan cukup besar dapat dirubuhkan lalu dibangun kembali
dinding baru.
48
Bab IV. Pembahasan
b. Menggunakan metode injeksi. Retak pada dinding yang mengalami
kerusakan dilakukan tindakan injeksi campuran pasta semen dengan
expanding agent lalu dilakukan pelapisan pada permukaan dinding dengan
bahan polymer mortar. Metode injeksi ini dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan mesin bertekanan, tergantung pada besar dan dalamnya
keretakan.
c. Menggunakan kawat anyam. Kawat anyam digunakan untuk memperbaiki
dinding dengan keretakan > 5 mm. Kawat anyam dipasang pada kedua sisi
dinding dengan cara mengikatnya satu sama lain. Untuk dinding retak < 5
mm, cukup dengan mengisi retak dengan air semen kemudian diplester
kembali.
4.1.2 Pemeriksaan Bangunan Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat

4.1.2.1 Detail Survey dan Kesimpulan Kondisi Struktur

Gambar 4.9 Pemeriksaan Bangunan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat. (Sumber : Satgas Tanggap Darurat PUPR,2018)

Setelah memperoleh gambaran tentang tingkat kerusakan bangunan gedung,


maka disusun rekapitulasi/ringkasan atas kondisi bangunan gedung yang diperiksa.
Hasil Pemeriksaan bisa dilihat sebagai berikut :
49
Bab IV. Pembahasan
PEMERIKSAAN KERUSAKAN BANGUNAN (Diringkas dari Permen 16/PRT/M/2010)
I NAMA BANGUNAN TGL PEMERIKSAAN TINGKAT KERUSAKAN

GEDUNG TES BANGSAL 07 Agustus 2018 RUSAK SEDANG


1 ALAMAT Dusun Bangsal, Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang

Kabupaten Lombok Utara

2 PEMILIK BANGUNAN PEMDA KLU

3 FUNGSI BANGUNAN TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA

4 JENIS STRUKTUR KONVENSIONAL

5 JUMLAH LANTAI BANGUNAN 3 (TIGA)

6 PERKIRAAN LUAS BANGUNAN 1200 m2

TINGKAT KERUSAKAN RINGAN SEDANG BERAT CATATAN


II KERUSAKAN BAGIAN LUAR BANGUNAN
1 Penurunan Lantai Bangunan x <0.2 m 0.2 -1.00 m >1 m
2 Kemiringan Bangunan x <1◦ 1-2 ◦ >2◦
3 Jumlah Kolom Rusak <10 % x 10-20% >20%
Dinding di lantai 1 dan di
4 Jumlah Dinding Rusak <10% 10 -20% x >20%
atap mengalami
5 Jumlah Balok Rusak <10% x 10 -20% >20% keruntuhan
6 Jumlah Atap Rusak <10 % x 10 -20% >20 %
7 Jatuhan Dinding/ Jendela <1% 1 -10 % x >10 %
8 Kerusakan Tangga/ kelengkapan Bang Lainnya <1 % 1 -10% x >10 %
III KERUSAKAN BAGIAN DALAM BANGUNAN
1 Jumlah Kolom Rusak <10% x 10-20 % >20%
2 Jumlah Dinding Rusak <10% 10-20 % x >20%
3 Jumlah Balok Rusak <10% x 10-20 % >20% Tangga dan Ramp
4 Jumlah Plafon Rusak <10% x 10-20 % >20% mengalami keruntuhan
5 Jumlah Partisi,lampu, tangga <10% 10-20 % x >20%
6 Jumlah instalasi dan Saluran x <10% 10-20 % >20%

IV CATATAN DAN REKOMENDASI DOKUMENTASI KERUSAKAN


1 Bangunan mengalami kerusakan sedang
Bangunan bisa di rehab dengan perkuatan
2 struktur kolom, perkuatan struktur tangga
dan ramp
Pemasangan dinding di sisi kiri dan kanan
3
bangunan

Gambar 4.10 Hasil Pemeriksaan Bangunan oleh Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat.(Sumber: Satgas Tanggap Darurat PUPR,2018)

Dari Hasil Pemeriksaan Bangunan TES Bangsal yang dilakukan oleh


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat secara visual Bangunan TES
50
Bab IV. Pembahasan
Bangsal mengalami kerusakan dengan tingkat sedang dan direkomendasikan untuk
dilakukan rehab terhadap bangunan tersebut.

4.2 Metode Perbaikan Concrete Jacketing


4.2.1 Bagian Struktur
4.2.1.1 Kolom Dengan Concrete Jacketing
Metode perbaikan kolom yang dapat digunakan adalah:
a. Menambah jumlah tulangan dan melakukan penjangkaran sambungan
kolom-balok serta merapatkan jarak sengkang kolom. Pada metode ini
bagian kolom atau balok yang mengalami kerusakan dibobok. Kemudian
dilakukan penjangkaran sambungan kolom balok, sepanjang 40D.
Sengkang kolom dan balok juga dirapatkan. Metode ini mudah untuk
dilakukan dan tidak membutuhkan pekerja yang banyak dan juga peralatan
yang sederhana.
b. Menambah jumlah tulangan dan sengkang di luar kolom / balok beton,
kemudian ditutup kembali dengan coran beton/jacketing. Dengan
penambahan dimensi kolom akan menambah kapasitas dukung kolom.
Dalam penelitian Kawashima et.al (1997), metode jacketing dapat
meningkatkan kapasitas aksial kolom metode jacketing ini banyak
digunakan apalagi telah dikembangkan dengan bahan material komposit
seperti FRP (Fiber Reinforced Polymer), GFRP (Glass Fiber Reinforced
Polymer), dan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polyimer.).
51
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.11 Detail Kolom Eksisting

Gambar 4.12 Detail Potongan Kolom Eksisting


52
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.13 Kolom yang mengalami kerusakan

4.2.1.2 Analisa Kekuatan Kolom Beton Bertulang (Sebelum di Jacketing)

Pemodelan Struktur Gedung TES Bangsal menggunakan program ETABS 18.02


student version dalam bentuk 3 dimensi yang sebelumnya dilakukan dengan
membuat spesifikasi material dan penampang struktur. Setelah dilakukan proses
input material dan penampang struktur, dilakukan pemodelan struktur beserta
kondisi pembebanan. Pemodelan struktur dapat diperlihatkan pada gambar 4.13
berikut :

Gambar 4.14 Pemodelan 3D Bangunan Gedung TES Bangsal


53
Bab IV. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis desain (outcome) dari proses running software ETABS
18.02 student version, diperoleh beban ultimit terbesar yang diterima oleh kolom
yang diperlihatkan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Pu dan Mu terbesar yang diterima kolom

Design Pu Design Mu2 Design Mu3 Minimum M2 Minimum M3 Rebar % Capacity Ratio
kN kN-m kN-m kN-m kN-m % Unitless
1806.944 176.052 209.1966 81.7461 81.7461 2.52 0.171

Gambar 4.14 Potongan Portal Ekstrim memanjang pada program ETABS

PERHITUNGAN DIAGRAM INTERAKSI

INPUT DATA KOLOM

Kuat tekan beton, fc' = 20 MPa

Tegangan leleh baja, fy = 390 MPa

Diameter kolom, D= 1000 mm

Tebal brutto selimut beton, ds = 100 mm

Jumlah tulangan, n= 40 buah

Diameter tulangan, D= 25 mm
54
Bab IV. Pembahasan
Modulus elastis baja, Es = 2.E+05

β1 = 0.85 untuk fc' £ 30 MPa

β1 = 0.85 - 0.008 (fc' - 30) untuk fc' > 30 MPa

Faktor distribusi tegangan, β1 = 0.85

Luas baja tulangan total, As = n * p / 4 * D2 = 19635

Rasio tulangan, r = As / Ag = 2.50 %

Faktor reduksi kekuatan,

f = 0.65 untuk Pn ≥ 0.1 * fc' * p/4 * D2

f = 0.80 untuk Pn = 0

Untuk : 0 ≤ Pn ≤ 0.1 * fc' * /4 * D2 →  = 0.65 + 0.15 * ( Pno - Pn ) / Pno

Sudut antara tulangan terhadap pusat penampang,

 = 2* / n = 0.157

No Luas masing-masing tulangan Jarak tul. thd. pusat tampang mm Jarak tul.thd.sisi beton mm
1 As1 = 1/n * A s = 491 mm2 x 1 = ( D/2 - ds ) = 400 d1 = D/2 + x 1 = 900.0
2 As2 = 2/n * A s = 982 mm2 x 2 = ( D/2 - ds ) * cos () = 395 d2 = D/2 + x 2 = 895.1
3 As3 = 2/n * A s = 982 mm2 x 3 = ( D/2 - ds ) * cos (2*) = 380 d3 = D/2 + x 3 = 880.4
4 As4 = 2/n * A s = 982 mm2 x 4 = ( D/2 - ds ) * cos (3*) = 356 d4 = D/2 + x 4 = 856.4
5 As5 = 2/n * A s = 982 mm2 x 5 = ( D/2 - ds ) * cos (4*) = 324 d5 = D/2 + x 5 = 823.6
6 As6 = 2/n * A s = 982 mm2 x 6 = ( D/2 - ds ) * cos (5*) = 283 d6 = D/2 + x 6 = 782.8
7 As7 = 2/n * A s = 982 mm2 x 7 = ( D/2 - ds ) * cos (6*) = 235 d7 = D/2 + x 7 = 735.1
8 As8 = 2/n * A s = 982 mm2 x 8 = ( D/2 - ds ) * cos (7*) = 182 d8 = D/2 + x 8 = 681.6
9 As9 = 2/n * A s = 982 mm2 x 9 = ( D/2 - ds ) * cos (8*) = 124 d9 = D/2 + x 9 = 623.6
10 As10 = 1/n * A s = 491 mm2 x 10 = ( D/2 - ds ) * cos (9*) = 63 d10 = D/2 + x 10 = 562.6
As = 8836 mm2

Jumlah interval jarak


garis netral = 140 → c = 7.14

Pada kondisi tekan aksial sentris (Mno = 0) :


Pno = 0.80*[ 0.85*fc' * p/4*D2 + As*(fy - 0.85*fc')]*10-3 = 16540 kN
55
Bab IV. Pembahasan
0.1 * fc' * p/4 * D2 *10-3 = 1571 kN

Pada kondisi balance : c = cb = 600 / (600 + fy) * d1 = 545.5 mm

Gambar 4.15 Diagram Interaksi Kolom Beton Eksisting

Gambar 4.15 menunjukkan Diagram Interaksi yang menunjukkan hubungan


antara Pu dan Mu terhadap kapasitas struktur kolom sebelum diperkuat dengan
concrete jacketing. Hasil diagram interaksi juga menunjukkan kolom eksisting
dinyatakan aman dengan gaya dalam yang dimasukan berada dalam diagram
interaksi kolom.
56
Bab IV. Pembahasan
4.2.1.3 Analisa Kekuatan Kolom Beton Bertulang (Setelah di Jacketing)

Komponen struktur beton pembungkus yang digunakan K 250 setebal 100


mm, tulangan pembungkus 40 D12 dan tulangan sengkang pembungkus Ø 8 mm.

Menghitung luas concrete jacketing pembungkus (A′c ) dengan cara mengurangi


ukuran kolom yang dibutuhkan dengan ukuran kolom eksisting.

Økolom eksisting = 1000 mm

Økolom dibutuhkan = 1100 mm

A′c = 0,25 × 3.14 × ( Økolom dibutuhkan - Økolom eksisting)2

= 0.25 × 3.14 × ( 1100 – 1000)2

= 7850 mm2

Menghitung luas tulangan longitudinal ekstra (A′s) dengan cara mengurangi luas
tulangan longitudinal kolom yang dibutuhkan dengan luas tulangan longitudinal
kolom eksisting.

Tulangan Ekstra = 40 D12

A′s = 0,25 × 3,14 × d2 × n

= 0,25 × 3,14 × 122 × 40

= 4521,6 mm2

Menghitung luas concrete jacketing pembungkus aktual ( Ac)

Ac = (3/2) × A′c

= (3/2) × 7850

= 11775 mm2 → yang dipakai 100 mm

Menghitung luas tulangan longitudinal ekstra actual (As)

As = (4/3) × A′s

= (4/3) × 4521,6

= 6027,3 mm2
57
Bab IV. Pembahasan
DIAGRAM INTERAKSI

DATA KOLOM

Kuat tekan beton, fc' = 20 MPa

Tegangan leleh baja, fy = 390 MPa

Diameter kolom, D= 1100 mm

Tebal brutto selimut beton, ds = 100 mm

Jumlah tulangan, n= 40 buah

Diameter tulangan, D= 25 mm

Pada kondisi tekan aksial sentris (Mno = 0) :


Pno = 0.80*[ 0.85*fc' *b*h + As*(fy - 0.85*fc')]*10-3
→ Pno = 18973 kN
0.1 * fc' * b * h *10-3 = 1929 kN
Pada kondisi balance :
c = cb = 600 / (600 + fy) * d1 = 545.5 mm
58
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.16 Diagram Interaksi Kolom Beton Setelah di Jacketing

Dari hasil analisis dilihat dari Diagram Interaksi Kolom di atas,


menunjukkan bahwa kolom yang sudah diperkuat (jacketing) mampu mencukupi
kebutuhan gaya aksial dan momen. Hal ini ditandai dengan letak semua kombinasi
Pu-Mu masih berada di dalam batas aman Pn-Mn yang mampu ditahan oleh kolom
setelah diberi penguatan concrete jacketing.

Gambar 4.17 Bar Chart Gaya Tekan Aksial Kolom


59
Bab IV. Pembahasan
Dari bar chart di atas besaran P mengalami kenaikan sebesar 12.6 % setelah kolom
di jacketing. Hal ini disebabkan karena menambah jumlah tulangan dan sengkang
di luar kolom beton dengan menambah tulangan 12 mm, sengkang 8 mm, jarak
antar tulangan Sengkang 100 mm dan tebal selimut beton 100 mm

4.2.2 Perbaikan Non Struktural


4.2.2.1 Perbaikan Dinding
a. Merubuhkan seluruh permukaan dinding di lantai 1 bangunan dengan
dimensi 24 x 4 m di kedua sisi bangunan (sisi timur dan sisi barat). Setelah
dinding di dirubuhkan lalu dibangun kembali dinding baru. Hal serupa juga
dilakukan di dinding lantai atap sisi barat yang mengalami kerusakan,
dinding dirubuhkan dengan dimensi 12 x 3 m kemudian di bangun Kembali
dinding yang baru.
b. Menggunakan metode injeksi. Metode ini dilakukan pada dinding yang
mengalami keretakan (tidak ada yang rubuh). Ini terjadi di lantai satu
bangunan Gedung sisi timur dan barat serta dinding di lantai atap sisi timur
bangunan. Dilakukan tindakan injeksi campuran pasta semen dengan
expanding agent lalu dilakukan pelapisan pada permukaan dinding dengan
bahan polymer mortar. Metode injeksi ini dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan mesin bertekanan, tergantung pada besar dan dalamnya
keretakan.

Dinding yang retak


diperbaiki dengan
metode injeksi

Dinding dimensi 24 x
4 m dirubuhkan dan
dibangun baru

Gambar 4.18 Gambar Rencana Perbaikan Dinding


60
Bab IV. Pembahasan
4.2.2.2 Perbaikan Tangga dan Ramp

Berdasarkan hasil dari investigasi visual, maka perilaku perbaikan pada tangga dan
ramp pada bangunan Gedung TES Bangsal dilakukan secara re-build. Sebelum di
rebuild perlu dilakukan kajian ulang dan perhitungan ulang untuk tangga dan ramp.
Hal ini dilakukan karena diindikasi ada kesalahan dalam perencanaan tangga dan
ramp atau kesalahan dalam metode pekerjaannya. Ini dilihat dari runtuhnya
konstruksi tangga dan ramp sehingga membuat bangunan Gedung TES Bangsal
tidak bisa berfungsi.

Setelah tangga dan ramp dibongkar, dilakukan pembangunan ulang tangga dan
ramp dengan dimensi yang sama dari sebelumnya. Pembangunan dilakukan sampai
tahap pengecatan menggunakan bahan epoxy.

Gambar 4.19 Gambar Rencana Rebuild Tangga


61
Bab IV. Pembahasan

Gambar 4.20 Gambar Rencana Rebuild Ramp


62
Bab V. Kesimpulan dan Saran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pemeriksaan Bangunan Gedung Tempat


Evakuasi Sementara (TES) Bangsal Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara pasca Gempa Bumi Tahun 2018 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :

1. Bangunan Gedung TES Bangsal mengalami kerusakan dengan tingkat


sedang. Kerusakan Struktural seperti retak kolom, balok serta tangga dan
ramp yang megalami keruntuhan. Kerusakan Non Struktural berupa
runtuhnya dinding bata yang berada di lantai 1 dan lantai atap bangunan
Gedung TES Bangsal.
2. Metode perbaikan jacketing kolom dapat menambah kapasitas dukung dan
kapasitas aksial kolom dengan menambah jumlah tulangan dan sengkang di
luar kolom beton. Dari hasil Analisa struktur sebelum di jacketing diperoleh
nilai P sebesar 16540 kN dan setelah di jacketing diperoleh nilai P sebesar
18973 kN. Sehingga metode jacketing bisa direkomendasikan sebagai
metode perbaikan untuk Bangunan Gedung TES Bangsal Kecamatan
Pemenang Kabupaten Lombok Utara

5.2 Saran

1. Agar penelitian selanjutnya bisa melakukan analisis struktur secara


mendetail dan juga bisa melakukan analisis biaya perbaikan bangunan
2. Saran dan masukan terhadap Pemda Kabupaten Lombok Utara selaku
pengelola bangunan Gedung TES Bangsal untuk melakukan perbaikan
Gedung TES dengan Metode Jacketing Kolom.
3. Bangunan Gedung TES Bangsal memiliki manfaat yang sangat besar bagi
masyarakat terutama ketika terjadi gempa dan bencana tsunami. Oleh
karena itu di penelitian selanjutnya bisa dilakukan Analisa Perencanaan
Bangunan Gedung TES menggunakan System Base Isolation. Agar bisa
63
Bab V. Kesimpulan dan Saran
memiliki bangunan Gedung yang tahan gempa secara struktur serta
berfungsi pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami.
64
.

DAFTAR PUSTAKA
Alcocer, S.M. and Jirsa, J.O., Reinforced concrete frame connections rehabilitated
by jacketing. PMFSEL report no. 91-1, 1991, University of Texas at Austin, p. 221

Arifi Soenaryo, M.Taufik H dan Hendra Siswanto, 2009, Perbaikan Kolom Beton
Bertulang menggunakan Concrete Jacketing dengan Prosentase Beban Runtuh
yang Bervariasi. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.2, 2009. Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.

ACI 228.1R-03, 2003, “In-Place Methods to Estimate Concrete Strength”, ACI 228
Committee Report.

American concrete Institute (ACI), Control of Deflection in Concrete Structure,


ACI 435R-95, Detroid, Mich.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2016. Skala Modified Mercalli
Intensity (MMI). www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-mmi.bmkg, 24 Desember
2016.
Departemen Pekerjaan Umum 2000, Tata Cara Perbaikan Kerusakan Bangunan
Perumahan Rakyat Akibat Gempa Bumi, Pt. T-04-2000-C, Jakarta, Maret 2000.
Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering,
Wiley, Hongkong.
FEMA (Federal Emergency Management Agency), 1998, Handbook for the
Seismic Evaluation of Buildings – A Prestandart, FEMA 310.

Hartono, 2003 Perkuatan Struktur Beton Dengan FRP, Concrete Repair &
Maintenance, Jakarta, Yayasan John Hi-tech Iditama, Edisi pertama.

https://sippa.ciptakarya.pu.go.id “Profil Kabupaten Lombok Utara”, 2020, diakses


Juni 2020

Imran, S. Darmawan, I. Sulaiman, C. Lie, Aryantho, 2009, Assessment and


Repair/Strengthtening of a Settlement Damaged Office Building, Proceeding of 1st
International Conference on Rehabilitation and Maintenance in Civil Engineering
(ICRMCE), Solo, Maret 2009.

IS 15988. (2013): Seismic evaluation and strengthening of existing reinforced


concrete buildings - guidelines. Indian Standard.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Satgas Penanggulangan


Bencana PUPR, 2019. Penanganan Pasca Gempa Lombok 2018, Mataram, 2019

Munaf, R. 2003, Diagnosa dan perbaikan untuk peningkatan Kinerja struktur


Beton, Concrete Repair & Maintenance, Jakarta, Yayasan John Hi-tech Iditama,
Edisi pertama, 2003.
65
.

Okakpu, A. I. (2013): Evaluation and comparison of strengthening methods to


deliver a safe, efficient and economical solution. Master Thesis. Eastern
Mediterranean University. Gazimağusa. North Cyprus.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/10 2010. Tentang


Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.

Pujianto, 2007. Bahan Kuliah Perencanaan Struktur Tahan Gempa. Yogyakarta:


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SNI 1726:2012: “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional.
SNI 2847:2002: “Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung”,
Badan Standarisasi Nasional.
SNI 1727:2013: “Beban Minimum untuk perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur lain”, Badan Standarisasi Nasional.
SNI 4430:1997: “Metode pengujian kuat tekan elemen struktur beton dengan alat
palu beton tipe N dan NR.”, Badan Standarisasi Nasional.
Thermou, R. and Elnashai, A., 2002, Performance Parameters and Criteria for
Assessment and Rehabilitation. Seismic Performance Evaluation and Retrofit of
Structure (SPEAR), European Earthquake Engineering Research Network
Report, Imperial College, UK
66
.

LAMPIRAN
FOTO FOTO KERUSAKAN GEDUNG TES
67
.
68
.

ASBUILT DRAWING BANGUNAN GEDUNG TES


69
.
70
.
71
.
72
.
74
.

LAMPIRAN ANALISA PERHITUNGAN ETABS

Material kolom di ETABS

Pembebanan di ETABS
75
.

Pembebanan di ETABS

Pembebanan di ETABS
76
.

Pembebanan di ETABS
77
.

ETABS Concrete Frame Design


ACI 318-14 Column Section Design

Column Element Details (Summary)


Level Element Unique Name Section ID Combo ID Station Loc Length (mm) LLRF Type
Story1 C25 25 K1 1000 Max 0 4500 0.446 Sway Special

Section Properties
d (mm) h0 (mm) dc (mm) Cover (Torsion) (mm)
1000 935.5 64.5 27.3

Material Properties
Ec (MPa) f'c (MPa) Lt.Wt Factor (Unitless) fy (MPa) fys (MPa)
25742.96 20 1 250 240

Design Code Parameters


ΦT ΦCTied ΦCSpiral ΦVns ΦVs ΦVjoint Ω0
0.9 0.65 0.75 0.75 0.6 0.85 2

Axial Force and Biaxial Moment Design For Pu , Mu2 , Mu3


Design Pu Design Mu2 Design Mu3 Minimum M2 Minimum M3 Rebar % Capacity Ratio
kN kN-m kN-m kN-m kN-m % Unitless
1806.944 176.052 209.1966 81.7461 81.7461 2.52 0.171

Axial Force and Biaxial Moment Factors


Cm Factor δns Factor δs Factor K Factor Effective Length
Unitless Unitless Unitless Unitless mm
Major Bend(M3) 1 1.058993 1 1 8300
Minor Bend(M2) 1 1.058993 1 1 8300

Shear Design for Vu2 , Vu3


Shear Vu Shear ΦVc Shear ΦVs Shear ΦVp Rebar Av /s
kN kN kN kN mm²/m
Major, Vu2 34.9841 0 34.9841 0 303.68
Minor, Vu3 24.7991 0 24.7991 0 215.27
78
.

Hasil Perhitungan Kolom dalam ETABS

Gambar 3D dan Nilai Gaya pada kolom dalam ETABS


79
.

Gambar Potongan dalam ETABS

Gambar Potongan dalam ETABS

Anda mungkin juga menyukai