Anda di halaman 1dari 343

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SOEKARNO


HATTA SEMARANG

Diajukan untuk melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir Program S-1


Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang

Disusun Oleh :

MAYA WIDYANINGRUM ( C.111.18.0176 )


LUCKY ATHO’UL AHYARI ( C.111.18.0207 )

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS


SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Perencanaan
Struktur Pembangunan Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang”
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat akademis yang diwajibkan kepada
mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang. Proposal ini mempunyai proses
penyusunan yaitu bimbingan yang diberikan dosen pembimbing dan juga pihak yang lainnya
sehingga kesulitan – kesulitan selama penyusunan proposal dapat diselesaikan. Oleh karena
itu kesempatan kali ini, turut disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian Laporan Tugas Akhir (TA) ini, antara lain :
1. Bapak Ngudi Hari Crista, ST MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Semarang yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir (TA).
2. Ibu Anik Kustirini, S.T.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan secara teknis maupun non teknis dalam
pembuatan Laporan Tugas Akhir (TA).
3. Ibu Trias Widorini, S.T.,M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan secara Teknik maupun non teknis dalam
pembuatan Laporan Tugas Akhir (TA).
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Sipil di Universitas Semarang.
5. Seluruh keluarga yang selalu menudkung dan memberikan semangat.
6. Rekan – rekan se-angkatan di Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang atas segala
kenangan, memori dan kisah uniknya.
7. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (TA)
yang tidak dapat disebutkan satu demi satu.

v
Penyusun menyadari dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir (TA) ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penusun memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir (TA) ini.
Penyusun berharap semoga Laporan Tugas Akhir (TA) ini bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca yang Budiman guna meningkatkan semagat dalam belajar dan bekerja.

Semarang, Februari 2022

Penyusun

vi
Abstrak
Pembangunan tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
berkembang sangat pesat di Indonesia. Perencanaan pembangunan tempat penginapan yang berupa bangunan
bertingkat atau rumah susun tidak dapat disamakan seperti pembangunan bangunan biasa, sebab rumah susun
perlu memperhatikan faktor keamanan struktur yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan
membahas perencanaan struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang dengan ketahanan terhadap gempa.
Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang, berlokasi di Jl. Soekarno Hatta, Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang. Dengan kemajuan zaman dan perkembangan dibidang teknik sipil maka proyek
ini direncanakan dengan mempertimbangkan aspek arsiktektural. Fungsional kestabilan struktur, ekonomi
dan kemudahan pelaksaan kemampuan struktur mengakomondasi sistem gedung serta aspek lingkungan
sekitar proyek sebagai suatu tempat tinggal atau hunian yang baru di kota semarang. Perencanaan struktur
sangat diperlukan untuk mendapat Gedung yang sesuai dengan aturan Standar Nasional Indonesia.
Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang ini mengacu pada peraturan Standar Nasional
Indonesia (SNI), SNI 1726:2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non-Gedung), SNI-03-1729-2019 (Tata Cara Perencanan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung), Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987, I.Wahyudi (Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang).
Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang ini meliputi perencanaan struktur atas dan
struktur bawah. Dalam perencanan struktur dimodelkan melalui SAP 2000 V.22 dan Autodesk Revit 2022,
Struktur atas yang dimaksud meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom sedangkan untuk struktur bawah
meliputi perencanaan pondasi. Pembebanan yang di input seperi beban mati, beban hidup, beban angin dan
beban gempa.
Hasil perencanaan menggunakan kombinasi beban gempa sebanyak 32 kombinasi. Didapat 7 tipe balok yaitu
B64A, B67, B56A, B45A, B34A, B32A dan B22A. Terdapat 3 tipe kolom yaitu K88, K97 dan K33A.
Terdapat 6 tipe plat lantai yaitu S12 A, S12 A1, S12 B, S12 B1, S12 C dan S12 C1. Serta menggunakan
pondasi tiang pancang dengan diameter 60 cm.
Kata Kunci : Struktur Gedung, Balok, Atap, Pondasi.

vii
Abstract
The Construction of lodging places such as vi Residential development is increasing along with the
increasing number of people who are growing very rapidly in Indonesia. Planning for the
construction of lodging places in the form of multi-storey buildings or flats cannot be equated with
the construction of ordinary buildings, because flats need to pay attention to the safety factor of a
higher structure. Therefore, this final project will discuss the structural planning of the Soekarno
Hatta Flats in Semarang with earthquake resistance.
Structure Planning of the Soekarno Hatta Flats Semarang, located on Jl. Soekarno Hatta,
Pedurungan District, Semarang City. With the progress of the times and developments in the field of
civil engineering, this project was planned by considering the architectural aspects. Functional
stability of the structure, economy and ease of implementation, the ability of the structure to
accommodate the building system and environmental aspects around the project as a new residence
or residence in the city of Semarang. Structural planning is very necessary to get a building that
complies with the rules of the Indonesian National Standard. The structural planning of the Soekarno
Hatta Semarang Flats refers to the regulations of the Indonesian National Standard (SNI), SNI
1726:2019 (Procedures for Planning Earthquake Resistance for Building and Non-Building
Structures), SNI-03-1729-2019 (Structure Planning Procedures) Steel for Buildings), Loading
Planning Regulations for Houses and Buildings 1987, I.Wahyudi (Charts and Tables for Reinforced
Concrete Calculations).
The structural planning of the Soekarno Hatta Semarang Flats includes the planning of the upper
and lower structures. In planning the structure modeled through SAP 2000 V.22 and Autodesk Revit
2022, the upper structure in question includes the planning of roofs, plates, beams, columns while
for the lower structure includes foundation planning. The input loads are dead load, live load, wind
load and earthquake load.
The results of the planning used a combination of 32 earthquake loads. There are 7 types of beams,
namely B64A, B67, B56A, B45A, B34A, B32A and B22A. There are 3 types of columns, namely K88,
K97 and K33A. There are 6 types of floor plates, namely S12 A, S12 A1, S12 B, S12 B1, S12 C and
S12 C1. As well as using a pile foundation with a diameter of 60 cm.
Keywords: Building Structure, Beams, Roof, Foundation., wind load and earthquake load.
Keywoards : Building Structure, Beams, Columns, Plates, Foundations, Roofs

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. ii


LEMBAR ASISTENSI ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ix
SURAT TUGAS DOSEN PEMBIMBING ..................................................................... xiv
LEMBAR SOAL ................................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xx
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................................. xxiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xxviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Judul Tugas Akhir ............................................................................................ 1
1.2 Bidang Ilmu ...................................................................................................... 1
1.3 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.4 Perumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.6 Maksud Perencanaan ........................................................................................ 2
1.7 Tujuan Perencanaan ......................................................................................... 2
1.8 Manfaat Perencanaan ....................................................................................... 2
1.9 Lokasi Perencanaan .......................................................................................... 3
1.10 Sistematika Penyusunan ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Umum .................................................................................................. 5
2.2 Pedoman yang Digunakan Dalam Perencanaan Struktur Rumah Susun
Soekarno Hatta ................................................................................................. 5
2.3 Mutu Beton ......................................................................................................... 6
2.4 Konsep Perancangan Gedung ............................................................................. 6
2.4.1 Pengecekan Ketidakberaturan .................................................................... 6
2.4.2 Pengecekan Terhadap Simpangan (SNI 1726-2019) ................................ 7
2.5 Kombinasi Pembebanan ..................................................................................... 8

ix
2.5.1 Jenis Pembebanan ..................................................................................... 8
2.5.2 Kombinasi Pembebanan.......................................................................... 15
2.5.3 Faktor Reduksi Kekuatan Bahan ............................................................. 16
2.6 Analisis Struktur Terhadap Gempa................................................................... 17
2.6.1 Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan (SNI 1726-
2019)........................................................................................................ 17
2.6.2 Klasifikasi Situs untuk Desain Seismik (SNI 1726-2019 Pasal 5).......... 20
2.6.3 Wilayah Gempa dan Parameter Percepatan Gempa (SNI 1726-2019 Pasal
6).............................................................................................................. 22
2.6.4 Faktor Situs dan Parameter Respon Spektral Percepatan Gempa
Maksimum............................................................................................... 23
2.6.5 Parameter Percepatan Spektral Desain ................................................... 25
2.6.6 Spektral Respons Desain ......................................................................... 25
2.6.7 Kategori Desain Seismik......................................................................... 27
2.6.8 Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, Ω0).............. 27
2.6.9 Geser Dasar Seismik ............................................................................... 28
2.6.10 Perioda Pendekatan Fundamental (SNI 1726-2019 Pasal 7.8.2.1) ....... 29
2.6.11 Skala Nilai Desain untuk Respons Terkombinasi ................................. 31
2.6.12 Kombinasi Pembebanan........................................................................ 31
2.6.13 Faktor Reduksi ...................................................................................... 32
2.7 Perencanaan Struktur Atas (Upper Struktur) .................................................... 32
2.7.1 Perencanaan Atap .................................................................................... 32
2.7.2 Perencanaan Pelat Lantai ........................................................................ 38
2.7.3 Perencanaan Balok .................................................................................. 43
2.7.4 Perencanaan Tangga ............................................................................... 55
2.7.5 Perencanaan Kolom ................................................................................ 57
2.8 Perencanaan Struktur Bawah (Lower Structure) .............................................. 68
2.8.1 Tie beam .................................................................................................. 68
2.8.2 Pondasi .................................................................................................... 69
BAB III METODOLOGI .................................................................................................. 78
3.1 Tinjauan Umum.............................................................................................. 78
3.2 Pengumpulan Data ......................................................................................... 78

x
3.2.1 Data Sekunder ......................................................................................... 78
3.3 Metode Analisis .............................................................................................. 79
3.4 Rencana Teknis Pelaksanaan Studi ................................................................ 81
3.4.1 Tahap Pelaksanaan Studi ......................................................................... 81
3.5 Time Schedule Penyusunan Tugas Akhir ....................................................... 84
BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR ......................................................................... 85
4.1 Perencanaan Struktur Atap ............................................................................. 85
4.1.1. Pedoman Perhitungan Atap ..................................................................... 88
4.1.2. Dasar Perencanaan .................................................................................. 88
4.1.3. Perhitungan Beban .................................................................................. 89
4.1.4. Perhitungan Dimensi Gording ................................................................. 92
4.1.5. Perhitungan Dimensi Sagrod ................................................................... 98
4.1.6. Perencanaan Kuda-kuda .......................................................................... 99
4.2 Perencanaan Tangga ..................................................................................... 123
4.2.1. Perhitungan Tangga............................................................................... 125
4.2.2. Perhitungan Pembebanan Tangga ......................................................... 127
4.2.3 Analisa Perhitungan Plat pada Struktur Tangga .................................... 128
4.3 Beban Gempa ............................................................................................... 142
4.3.1. Menentukan Faktor Keutamaan Gedung............................................... 142
4.3.2. Menentukan Klasifikasi Situs................................................................ 142
4.3.3. Parameter Respons Spektral Perecepatan Gempa Maksimum yang
Dipertimbangkan Risiko Tertarget (MCER) ......................................... 143
4.3.4. Menentukan Parameter Percepatan Desain Spektral ............................. 144
4.3.5. Menentukan Spektrum Respons Desain ................................................ 145
4.3.6. Menghitung spektrum response percepatan desain ............................... 145
4.3.7. Menentukan Kategori Desain Seismik (SDC = Seismic Design
Category)............................................................................................... 147
4.3.8. Menetukan Struktur dan Parameternya ................................................. 147
4.3.9. Input Tipe Beban Gempa Statis ............................................................ 148
4.3.10. Input Tipe Beban Gempa Dinamis ................................................... 149
4.3.11. Modal Analisis ................................................................................. 150
4.3.12. Analisis ............................................................................................. 151

xi
4.3.13. Pemeriksaan Berat Struktur .............................................................. 152
4.3.14. Penentuan perioda Desain ................................................................ 152
4.3.15. Pemeriksaan Jumlah Ragam............................................................. 154
4.3.16. Pemilihan jenis Analisa ragam ......................................................... 155
4.3.17. Perbandingan Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis ........... 155
4.3.18. Pemeriksaan Simpangan Antarlantai................................................ 156
4.3.19. Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (HBK) ................................. 157
4.4 Perencanaan Plat Lantai ............................................................................... 160
4.4.1. Plat Lantai S12 A .................................................................................. 160
4.4.2. Plat Lantai S12 A1 ................................................................................ 168
4.4.3. Plat Lantai S12 B................................................................................... 175
4.4.4. Plat Lantai S12 B1................................................................................. 183
4.4.5. Plat Lantai S12 C................................................................................... 191
4.4.6. Plat Lantai S12 C1................................................................................. 199
4.5 Perhitungan Struktur Portal .......................................................................... 207
4.5.1 Portal (Balok dan Kolom) ...................................................................... 207
4.5.2 Pedoman Perhitungan Balok dan Kolom ............................................... 207
4.5.3 Perhitungan Balok dan Kolom ............................................................... 208
4.5.4 Desain Penulangan Balok ...................................................................... 211
4.5.5 Desain Penulangan Kolom ..................................................................... 235
4.5.6 Perencanaan Tie beam............................................................................ 242
4.6 Perencanaan Pondasi .................................................................................... 246
4.6.1 Penyelidikan Tanah ................................................................................ 246
4.6.2 Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang ....................................................... 246
4.6.3 Menentukan Tahanan Aksial Tiang ....................................................... 247
4.6.4. Perencanaan Jumlah Tiang dan Konfigurasi Titik Tiang...................... 250
4.6.5 Menghitung Daya Dukung Pile Group .................................................. 252
4.6.6 Distribusi Beban Gempa pada Kelompok Tiang ................................... 253
4.6.7 Cek Terhadap Geser Pons dan Geser Lentur ......................................... 258
4.6.8 Perhitungan Penulangan Pilecap ............................................................ 260
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 264
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 264

xii
5.2 Saran ............................................................................................................... 265
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 266

xiii
SURAT TUGAS DOSEN PEMBIMBING

xiv
LEMBAR SOAL

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Perencanaan Rumah Susun ................................................................... 3


Gambar 2. 1 Peta Wilayah Gempa Indonesia ...................................................................... 22
Gambar 2. 2 Parameter gerak tanah Ss, MCER wilayah Indonesia .................................... 22
Gambar 2. 3 Parameter gerak tanah S1, MCER wilayah Indonesia .................................... 23
Gambar 2. 4 Peta Transmisi periode panjang TL, wilayah Indonesia ................................. 23
Gambar 2. 5 Spektrum Respons Desain .............................................................................. 26
Gambar 2. 6 Prinsip Desain Pelat ........................................................................................ 39
Gambar 2. 7 Tegangan, Regangan dan Gaya yang terjadi pada balok Segi 4 Tulangan
Rangkap ............................................................................................................................... 45
Gambar 2. 8 Lebar Flens Efektif Balok T dan L ................................................................. 47
Gambar 2. 9 Ukuran Penampang, Distribusi Regangan dan Gaya Internal ........................ 48
Gambar 2. 10 Ukuran Penampang, Distribusi Regangan dan Gaya Internal ...................... 49
Gambar 2. 11 Keseimbangan Gaya Internal pada Balok T ................................................. 50
Gambar 2. 12 Faktor Panjang Efektif k ............................................................................... 58
Gambar 2. 13 Ilustrasi momen yang bekerja pada joint ...................................................... 59
Gambar 2. 14 Kombinasi Beban Aksial Dan Momen (Aksial) Kolom Simetris 2 Sisi ...... 64
Gambar 2. 15 Regangan Baja Kondisi Balance .................................................................. 64
Gambar 2. 16 Keseimbangan Momen ................................................................................. 66
Gambar 2. 17 Kapasitas Dukung Tiang............................................................................... 75
Gambar 2. 18 Distribusi Beban Struktur Atas ke Kelompok Tiang .................................... 76
Gambar 3. 1 Bagan Metodologi Rencana Pelaksanaan/Penyusunan Tugas Akhir. ............ 83
Gambar 4. 1 Prespektif Rangka Kuda-Kuda ....................................................................... 85
Gambar 4. 2 Rencana Atap .................................................................................................. 86
Gambar 4. 3 Rencana Kuda – Kuda1 .................................................................................. 86
Gambar 4. 4 Rencana Kuda-Kuda 2 .................................................................................... 87
Gambar 4. 5 Rencana Kuda-Kuda 3 .................................................................................... 87
Gambar 4. 6 Rencana Kuda-Kuda 4 .................................................................................... 87
Gambar 4. 7 Rencana Kuda-Kuda 4 .................................................................................... 87
Gambar 4. 8 Rencana Kuda-Kuda Utama ........................................................................... 88
Gambar 4. 9 Profil Lipped Channel 125.50.20.2,3.............................................................. 92
Gambar 4. 10 Pembebanan pada gording ............................................................................ 93
xvi
Gambar 4. 11 Posisi Pendistribusian Beban ...................................................................... 100
Gambar 4. 12 Input Beban Hidup ...................................................................................... 101
Gambar 4. 13 Input Beban Mati ........................................................................................ 102
Gambar 4. 14 Input Beban Angin ...................................................................................... 103
Gambar 4. 15 Dimensi Profil Baja .................................................................................... 104
Gambar 4. 16 Detail Profil Baja Siku ................................................................................ 107
Gambar 4. 17 Asumsi Sambungan Baut ............................................................................ 107
Gambar 4. 18 Detail Profil Baja Siku ................................................................................ 113
Gambar 4. 19 Potongan SNI 1729 Pasal E6 ...................................................................... 116
Gambar 4. 20 Jarak antar baut ........................................................................................... 121
Gambar 4. 21 Tampak Atas Base Plate ............................................................................. 123
Gambar 4. 22 Permodelan tangga (tampak samping) ........................................................ 124
Gambar 4. 23 Tangga (tampak atas) .................................................................................. 125
Gambar 4. 24 Dimensi Tangga .......................................................................................... 126
Gambar 4. 25 Pemodelan Analisa Struktur Tangga .......................................................... 128
Gambar 4. 26 Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M11) ............................................... 129
Gambar 4. 27 Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M22) ............................................... 129
Gambar 4. 28 Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga ............................................................... 130
Gambar 4. 29 Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga ............................................................... 136
Gambar 4. 30 Potongan tangga.......................................................................................... 141
Gambar 4. 31 Detail Trap Tangga ..................................................................................... 142
Gambar 4. 32 Mencari nilai Fa dan Fv .............................................................................. 143
Gambar 4. 33 Kurva Response Spektrum ......................................................................... 146
Gambar 4. 34 Tipe beban gempa statis.............................................................................. 148
Gambar 4. 35 Modify lateral load pattern ......................................................................... 149
Gambar 4. 36 Beban respons spektrum ............................................................................. 150
Gambar 4. 37 Tipe beban dinamis ..................................................................................... 150
Gambar 4. 38 Modify modal load case.............................................................................. 151
Gambar 4. 39 Pilihan menjalankan program ..................................................................... 151
Gambar 4. 40 Hasil dari berat struktur .............................................................................. 152
Gambar 4. 41 Hasil time period........................................................................................ 154
Gambar 4. 42 Partisipas Rasio Mass ................................................................................. 154

xvii
Gambar 4. 43 Partisipas Rasio Mass ................................................................................. 155
Gambar 4. 44 Hubungan Balok Kolom ............................................................................. 157
Gambar 4. 45 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 160
Gambar 4. 46 Plat Dengan 3 Sisi Terjepit ......................................................................... 161
Gambar 4. 47 Koefisien Momen Plat Tipe A .................................................................... 162
Gambar 4. 48 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 168
Gambar 4. 49 Plat Dengan 3 Sisi Terjepit ......................................................................... 169
Gambar 4. 50 Koefisien Momen Plat Tipe A .................................................................... 170
Gambar 4. 51 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 175
Gambar 4. 52 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit ......................................................................... 177
Gambar 4. 53 Koefisien Momen Plat Tipe C .................................................................... 177
Gambar 4. 54 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 183
Gambar 4. 55 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit ......................................................................... 184
Gambar 4. 56 Koefisien Momen Plat Tipe C .................................................................... 185
Gambar 4. 57 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 191
Gambar 4. 58 Plat Dengan 2 Sisi Terjepit ......................................................................... 192
Gambar 4. 59 Koefisien Momen Plat Tipe D .................................................................... 193
Gambar 4. 60 Penulangan Plat Lantai ............................................................................... 198
Gambar 4. 61 Denah Plat Lantai ....................................................................................... 199
Gambar 4. 62 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit ......................................................................... 200
Gambar 4. 63 Koefisien Momen Plat Tipe C .................................................................... 201
Gambar 4. 64 Perspektif rangka portal struktur beton....................................................... 207
Gambar 4. 65 Beban Mati Pelat......................................................................................... 210
Gambar 4. 66 Beban Hidup Pelat ...................................................................................... 210
Gambar 4. 67 Grafik Tension controlled tumpuan ............................................................ 216
Gambar 4. 68 Grafik Tension controlled lapangan ........................................................... 218
Gambar 4. 69 Geser Desain untuk Balok .......................................................................... 220
Gambar 4. 70 Panjang Penyaluran Kait............................................................................. 223
Gambar 4. 71 Penyaluran Tulangan Momen Negatif ........................................................ 224
Gambar 4. 72 Detail balok B64A 60 x 45 ......................................................................... 224
Gambar 4. 73 Detail Balok B.3B 300x600 Lantai 3 ......................................................... 226
Gambar 4. 74 Detail Balok B.4C 250x500 ........................................................................ 227

xviii
Gambar 4. 75 Detail Balok B.4C 250x500 ........................................................................ 229
Gambar 4. 76 Detail Balok B.4C 250x500 ........................................................................ 231
Gambar 4. 77 Detail Balok B.4C 250x500 ........................................................................ 233
Gambar 4. 78 Detail Balok B.4C 250x500 ........................................................................ 234
Gambar 4. 79 Kontrol Desain Kolom Menggunakan Aplikasi spColumn ........................ 236
Gambar 4. 80 Pengecekan Tulangan Tumpuan Tie beam 35x60 dengan sP-Column ...... 243
Gambar 4. 81 Pengecekan Tulangan lapangan Tie beam 35x60 dengan sP-Column ....... 244
Gambar 4. 82 Spesifikasi Tiang Pancang .......................................................................... 247
Gambar 4. 83 Pondasi Tipe P4 .......................................................................................... 255
Gambar 4. 84 Pondasi Tipe P5 .......................................................................................... 257

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Simpangan antar tingkat ijin ................................................................................. 8


Tabel 2. 2 Berat Sendiri Material Konstruksi ........................................................................ 9
Tabel 2. 3 Berat Sendiri Komponen Gedung ...................................................................... 11
Tabel 2. 4 Beban Hidup pada Struktur Lantai ..................................................................... 12
Tabel 2. 5 Beban Hidup pada Struktur Atap ....................................................................... 13
Tabel 2. 6 Reduksi Kekuatan ............................................................................................... 17
Tabel 2. 7 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa ...... 18
Tabel 2. 8 Faktor Keutamaan Gempa .................................................................................. 20
Tabel 2. 9 Klasifikasi situs .................................................................................................. 20
Tabel 2. 10 Koefisien situs, Fa ............................................................................................ 24
Tabel 2. 11 Koefisien situs, Fv ............................................................................................ 24
Tabel 2. 12 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan perioda
pendek.................................................................................................................................. 27
Tabel 2. 13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons ................................. 27
Tabel 2. 14 Faktor R, Cd, Ω0, untuk Sistem Penahan Gaya Gempa ................................... 28
Tabel 2. 15 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang di hitung .................................. 30
Tabel 2. 16 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x .................................................. 31
Tabel 2. 17 Tebal Minimun Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan
Tidak Dihitung..................................................................................................................... 41
Tabel 4. 1 Baja Lipped Channels......................................................................................... 88
Tabel 4. 2 Sifat Mekanis Baja Struktural ............................................................................ 89
Tabel 4. 3 Koefisien Tekanan Atap (Cp) ............................................................................. 91
Tabel 4. 4 Pembebanan pada Gording ................................................................................. 93
Tabel 4. 5 Beban dan Momen yang Terdistribusi Pada Gording ........................................ 94
Tabel 4. 6 Kombinasi Beban ............................................................................................... 94
Tabel 4. 7 Klasifikasi Penampang ....................................................................................... 95
Tabel 4. 8 Cek Kekuatan Gording ....................................................................................... 96
Tabel 4. 9 Beban Geser........................................................................................................ 98
Tabel 4. 10 Kombinasi Beban Geser ................................................................................... 98
Tabel 4. 11 Tipe Sagrod ...................................................................................................... 99
Tabel 4. 12 Kombinasi Beban ........................................................................................... 104
xx
Tabel 4. 13 Kombinasi beban pada batang bawah ............................................................ 104
Tabel 4. 14 Kombinasi beban pada batang atas................................................................. 105
Tabel 4. 15 Kombinasi beban pada batang vertikal ........................................................... 105
Tabel 4. 16 Kombinasi beban pada batang diagonal ......................................................... 105
Tabel 4. 17 Beban Maksimum Batang Tarik ..................................................................... 106
Tabel 4. 18 Data profil baja untuk batang Tarik................................................................ 106
Tabel 4. 19 Rasio Tebal terhadap Lebar Elemen Tekan Komponen Struktur yang Menahan
Tekan Aksial ...................................................................................................................... 109
Tabel 4. 20 Data Baut ........................................................................................................ 111
Tabel 4. 21 Beban Maksimum Batang Tekan ................................................................... 112
Tabel 4. 22 Data Profil Baja untuk Batang Tekan ............................................................. 113
Tabel 4. 23 Rasio Tebal terhadap Lebar Elemen............................................................... 114
Tabel 4. 24 Kebutuhan Baut Batang Bawah...................................................................... 120
Tabel 4. 25 Kebutuhan Baut Batang Atas ......................................................................... 120
Tabel 4. 26 Kebutuhan Baut Batang Vertikal.................................................................... 120
Tabel 4. 27 Kebutuhan Baut Batang Diagonal .................................................................. 121
Tabel 4. 28 Reaksi Tumpuan & Kombinasi Gaya pada Tumpuan .................................... 121
Tabel 4. 29 Sifat Mekanis Baja Struktural ........................................................................ 125
Tabel 4. 30 Momen Pelat Tangga Dan Bordes .................................................................. 130
Tabel 4. 31 Rekap Tulangan Tangga ................................................................................. 141
Tabel 4. 32 Perhitungan Nilai SPT rata-rata...................................................................... 142
Tabel 4. 33 Nilai Ss dan S1 Respon Spektra ..................................................................... 143
Tabel 4. 34 Koefisien Situs (Fv) ........................................................................................ 144
Tabel 4. 35 Koefisien Situs (Fv) ........................................................................................ 144
Tabel 4. 36 Spektrum Respon Desain Rusun Soekarno Hatta .......................................... 146
Tabel 4. 37 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan perioda
pendek................................................................................................................................ 147
Tabel 4. 38 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan 1 detik . 147
Tabel 4. 39 Faktor R, Cd, Ω0, untuk Sistem Penahan Gaya Gempa ................................. 148
Tabel 4. 40 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang di hitung ................................ 153
Tabel 4. 41 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x ................................................ 153
Tabel 4. 42 Kontrol simpangan akibat respons spektrum arah X ...................................... 157

xxi
Tabel 4. 43 Kontrol simpangan akibat respons spektrum arah Y ...................................... 157
Tabel 4. 44 Rekapitulasi Dimensi Balok ........................................................................... 158
Tabel 4. 45 Rekapitulasi Dimensi Kolom ......................................................................... 158
Tabel 4. 46 Rekapitulasi Dimensi Balok ........................................................................... 208
Tabel 4. 47 Rekapitulasi Dimensi Kolom ......................................................................... 209
Tabel 4. 48 Gaya Dalam Balok B64A-60x45.................................................................... 212
Tabel 4. 49 Gaya Geser Desain Balok B64A 60x45 ......................................................... 220
Tabel 4. 50 Rekapitulasi Balok Tipe B64A 60 x 45 cm .................................................... 224
Tabel 4. 51 Gaya Dalam Balok B-60x70 .......................................................................... 225
Tabel 4. 52 Rekapitulasi Balok Tipe B67 60x70 cm ......................................................... 226
Tabel 4. 53 Gaya Dalam Balok B56A-50x65.................................................................... 227
Tabel 4. 54 Rekapitulasi Balok Tipe B56A 50X65 cm ..................................................... 228
Tabel 4. 55 Gaya Dalam Balok B45A-40x55.................................................................... 229
Tabel 4. 56 Rekapitulasi Balok Tipe B45A 40X55 cm ..................................................... 229
Tabel 4. 57 Gaya Dalam Balok B34A-30x45.................................................................... 231
Tabel 4. 58 Rekapitulasi Balok Tipe B34A 30X45 cm ..................................................... 231
Tabel 4. 59 Gaya Dalam Balok B32A-30x25.................................................................... 232
Tabel 4. 60 Rekapitulasi Balok Tipe B32A 30X20 cm ..................................................... 233
Tabel 4. 61 Gaya Dalam Balok B22A-20x25.................................................................... 234
Tabel 4. 62 Rekapitulasi Balok Tipe B22A 20X25 cm ..................................................... 235
Tabel 4. 63 Rekapitulasi Kolom Tipe K88 80 x 80 cm ..................................................... 241
Tabel 4. 64 Rekapitulasi Kolom Tipe K97 90 x 70 cm ..................................................... 241
Tabel 4. 65 Rekapitulasi Kolom Tipe K33A 35 x 35 cm .................................................. 242
Tabel 4. 66 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB1 30 x 60 cm ................................................ 245
Tabel 4. 67 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB2 25 x 50 cm ................................................ 245
Tabel 4. 68 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB3 25 x 40 cm ................................................ 245
Tabel 4. 69 Perhitungan hasil pengujian SPT.................................................................... 248
Tabel 4. 70 Perhitungan hasil pengujian SPT.................................................................... 250
Tabel 4. 71 Jumlah Tiang Pancang Perlu .......................................................................... 251
Tabel 4. 72 Efisiensi Pile Group ........................................................................................ 252
Tabel 4. 73 Pemeriksaan Daya Dukung Pile Group .......................................................... 253
Tabel 4. 74 Kombinasi Beban Gempa Pondasi ................................................................. 254

xxii
Tabel 4. 75 Data Joint Reaksi Gempa Nominal Tipe P4 ................................................... 255
Tabel 4. 76 Koordinat Pile Tipe P4 ................................................................................... 256
Tabel 4. 77 Distribusi Beban Gempa Nominal ke-kelompok Pile Tipe P4....................... 256
Tabel 4. 78 Data Joint Reaksi Gempa Nominal Tipe P5 ................................................... 256
Tabel 4. 79 Koordinat Pile Tipe P5 ................................................................................... 257
Tabel 4. 80 Distribusi Beban Gempa Nominal ke-kelompok Pile Tipe P5....................... 258

xxiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Ach = luas penampang dari sisi luar ke sisi luar tulangan tranversal, mm 2
= luas bruto penampang beton yang dibatasi oleh tebal badan dan
Acv
panjang penampang dalam arah gaya geser yang ditinjau, mm 2,
Aj = luas efektif joint, mm2,
Ag = luas bruto, mm2,
As = luas tulangan tarik non-prategang, mm2,
Ash = luas tulangan sengkang, mm2,
Av = luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, mm 2,
B = lebar penampang, mm,
Bw = lebar bagian badan, mm,
C1 = nilai faktor respons gempa,
Cm = koefisien momen,
d = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik, mm,
d’ = jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan, mm,
DF = faktor distribusi momen untuk kolom,
di = simpangan horisontal lantai tingkat ke-i, mm,
Ec = modulus elastisitas beton, MPa,
EI = kekakuan lentur komponen struktur tekan, N-mm2,
Es =modulus elastisitas tulangan, MPa,
fc’ = kuat tekan beton karakteristik, MPa,
Fi = gaya gempa tiap lantai, kN,
fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang,
MPa, g = gaya gravitasi, m/detik2,
h = tinggi penampang, mm,
= dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu
hc
tulangan pengekang, mm,
hi = tinggi lantai tingkat ke-i struktur atas suatu gedung, mm,
hw = tinggi dinding keseluruhan atau segmen dinding yang ditinjau, mm,
= spasi horizontal maksimum untuk kaki – kaki sengkang tertutup atau
hx
sengkang ikat pada semua muka kolom, mm,

xxiv
I = faktor keutamaan gedung,
Ib = momen inersia balok, mm4,
Ig = momen inersia bruto, mm4,
Ik =momen inersia kolom, mm4,
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan,
klx = koefisien lapangan arah x,
kly = koefisien lapangan arah y,
ktx = koefisien tumpuan arah x,
kty = koefisien tumpuan arah y,
L = panjang bentang, mm
= panjang minimum diukur dari muka join sepanjang sumbu
lo komponen struktur, dimana harus disediakan tulangan transversal,
mm,
lu = panjang bersih antar lantai, mm,
= panjang keseluruhan dinding atau segmen dinding yang ditinjau
lw
dalam arah gaya geser, mm,
lx = panjang bentang pendek, mm,
ly = panjang bentang panjang, mm
Me = momen akibat gaya aksial, kNm,
Mg = momen kapasitas akibat gempa, kNm,
Mn = kuat momen nominal pada penampang, kNm,
Mpr = momen kapasitas positif pada penampang, kNm,
Mnr = momen kapasitas negatif pada penampang, kNm,
Mu = momen terfaktor pada penampang, kNm,
n = jumlah lantai tingkat struktur gedung,
NDL = gaya aksial akibat beban mati, kN,
NLL = gaya aksial akibat beban hidup, kN,
Nu = beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan dengan Vu, kN,
Pc = beban kritis, kN,
Pn = kuat nominal penampang yang mengalami tekan, kN,
Pu = beban aksial terfaktor, kN,

xxv
QDL = beban mati per satuan luas, kN/m2,
QLL = beban hidup per satuan luas, kN/m2,
R = faktor reduksi gempa,
Rn = tahanan momen nominal, kN/mm2,
r = radius girasi, mm,
s = jarak antar tulangan, mm,
T1,T2 = gaya tarik tulangan, kN,
T1 = waktu getar alami fundamental struktur gedung, detik,
Ux = simpangan arah x, mm,
Uy = simpangan arah y, mm,
= gaya geser dasar nominal statik ekuivalen akibat pengaruh gempa
V
rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur, kN,
= gaya geser dasar nominal yang bekerja di tingkat dasar struktur
V1
gedung dengan tingkat daktilitas umum, kN,
Vc = gaya geser nominal yang disumbangkan oleh beton, kN,
Ve = gaya geser akibat gempa, kN,
Vg = gaya geser akibat beban gravitasi, kN,
Vh = gaya geser horizontal, kN,
Vj = gaya geser pada joint, kN,
Vn = kuat geser nominal, kN,
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser, kN,
Vu = gaya geser terfaktor pada penampang, kN,
Vu-d = gaya geser terfaktor pada penampang sejauh d dari muka kolom, kN,
Vu-2h = gaya geser terfaktor pada penampang sejauh 2h dari muka kolom,kN,
Wu = beban terfaktor per unit panjang dari balok atau per unit luas pelat kN/m,
Wi = berat lantai tingkat ke-i struktur atas suatu gedung, kN,
Wt = berat total gedung, kN,
= koefisien yang mendefinisikan kontribusi relative dari tahanan beton
ߙc
terhadap tahanan dinding,
∆s = selisih simpangan antar tingkat, mm,
Φ = faktor reduksi kekuatan,
ρ = rasio tulangan tarik non-prategang,

xxvi
ρn = rasio luas tulangan yang tersebar pada bidang yang paralel bidang
= terhadap luas beton bruto yang tegak lurus terhadap tulangan
Acv
tersebut,
= rasio luas tulangan yang tersebar pada bidang yang tegak lurus
ρv
bidang Acv terhadap luas beton bruto Acv,
= koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang
ζ
membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung,

ψ = faktor kekangan ujung kolom,

xxvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 3D Architecture
Lampiran 2 3D Architecture
Lampiran 3 Tampak Depan Arsitektur
Lampiran 4 Tampak Samping Arsitektur
Lampiran 5 Potongan Portal A-A
Lampiran 6 Potongan Portal B-B
Lampiran 8 Kuda-kuda 4
Lampiran 9 3D Kuda-kuda
Lampiran 10 Denah Lantai 1
Lampiran 11 Denah Lantai 2
Lampiran 12 Denah Lantai 3
Lampiran 13 Denah Lantai 4
Lampiran 14 Denah Lantai 5
Lampiran 15 Denah Lantai 6
Lampiran 16 Denah Lantai 7
Lampiran 17 Denah lantai 8
Lampiran 18 Denah Balok Atap
Lampiran 19 Denah Kolom Lantai 1
Lampiran 20 Denah Kolom Lantai 2
Lampiran 21 Denah Kolom Lantai 3
Lampiran 22 Denah Kolom Lantai 4
Lampiran 23 Denah Kolom Lantai 5
Lampiran 24 Denah Kolom Lantai 6
Lampiran 25 Denah Kolom Lantai 7
Lampiran 26 Denah Kolom Lantai 8
Lampiran 27 Denah Kolom Lantai Atap
Lampiran 28 Denah Struktur Pile Cap
Lampiran 29 Denah Tie beam Lantai 1
Lampiran 30 Denah Balok Lantai 2
Lampiran 31 Denah Balok Lantai 3
Lampiran 32 Denah Balok Lantai 4
xxviii
Lampiran 33 Denah Balok Lantai 5
Lampiran 34 Denah Balok Lantai 6
Lampiran 35 Denah Balok Lantai 7
Lampiran 36 Denah Balok Lantai 8
Lampiran 37 Denah Balok Atap
Lampiran 38 Denah Balok Lantai Rangkap Atap
Lampiran 39 Denah Plat Lantai 2-8
Lampiran 40 Detail Tangga
Lampiran 41 Pile Cap 4
Lampiran 42 Pile Cap 5
Lampiran 43 Detail Plat Lantai
Lampiran 44 Detail Balok, Tie beam dan Kolom

xxix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Tugas Akhir


Perencanaan Struktur Pembangunan Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang
1.2 Bidang Ilmu
Teknik Sipil (Struktur Gedung)
1.3 Latar Belakang
Salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan mahasiswa sebagai
salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana
Program Strata 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang
adalah Tugas Akhir dengan bobot 4 SKS. Tugas Akhir ini diambil oleh
mahasiswa setelah mengikuti Kerja Praktek yang telah selesai dilaksanakan.
Dengan adanya Tugas Akhir ini diharapkan mahasiswa dapat
merencanakan suatu konstruksi gedung sesuai dengan keahlian yang telah
didapat selama mengikuti perkuliahan. Tugas Akhir yang dipilih berjudul
“PERENCANAAN STRUKTUR PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA SEMARANG”.
Pesatnya perkembangan di Kota Semarang menjadikan kota ini sebagai
salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia yang berdampak pada
perkembangan ekonomi global di kota ini. Maraknya kegiatan ekonomi yang
terjadi di Kota Semarang turut menyerap kebutuhan Sumber Daya Manusia
(SDM) atau tenaga kerja yang cukup banyak, bahkan dari kota-kota lain di
sekitarnya. Kebutuhan SDM atau tenaga kerja yang cukup banyak di Kota
Semarang membuat arus migrasi di kota ini terus mengalami peningkatan
sehingga berdampak pada kepadatan dan peningkatan jumlah penduduk yang
ada. Di sisi lain, peluang Kota Semarang juga tercipta karena menjadi salah satu
destinasi utama bagi ribuan mahasiswa baru dari berbagai daerah di Indonesia
yang ingin meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi di Semarang.
Besarnya peningkatan jumlah penduduk di suatu kota tentunya turut berdampak
pada kebutuhan akan tempat tinggal.

1
2

Dalam laporan ini, penyusun menguraikan tentang struktur bawah dan


struktur atas gedung. Tetapi penyusun tetap mendapat intisari bangunan, seperti
konstruksi struktur beton dan pondasi serta bentuk dan estetika bangunan.
1.4 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dihadapi dalam perencanaan struktur Rumah
Susun di Kota Semarang adalah sebagai berikut.
a) Bagaimana merencanakan Rumah Susun di Kota Semarang?
b) Apa standar/acuan yang akan digunakan dalam perencanaan struktur
bangunan Rumah Susun di Kota Semarang?
c) Apakah perencanaan gedung tersebut layak dipergunakan?
1.5 Batasan Masalah
Perencanaan gedung dalam Laporan Tugas Akhir ini, pembahasannya
dibatasi pada struktur utama saja dengan tidak mengabaikan pembahasan lain
yang menunjang. Jadi selain permasalahan struktur utama, pembahasan dibuat
secukupnya. Perencanaan ini mencakup pembahasan dari tahap pra-desain,
perencanaan dan konstruksi (analisa dan perhitungan struktur).
1.6 Maksud Perencanaan
Perencanaan struktur bangunan Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang
ini bermaksud untuk menyediakan sarana dan prasarana tempat tinggal bagi
masyarakat warga di kota Semarang, demi menunjang kota Semarang lebih
tertata dan rapi.
1.7 Tujuan Perencanaan
Tujuan dari Perencanaan struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang
ini adalah:
1. Dapat merencanakan elemen-elemen struktur beton bertulang yang aman dan
ekonomis
2. Dapat merancang dan mendesain bangunan atas dan pondasi yang digunakan
3. Membangun tempat tinggal atau yang nyaman dan nyaman untuk masyarakat.
1.8 Manfaat Perencanaan
Manfaat yang diharapkan dari Perencanaan Struktur Rumah Susun
Soekarno Hatta Semarang ini adalah :
1. Memberikan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu
gedung sesuai dengan kebutuhan pengguna dan fungsi ruang yang ada
3

2. Untuk dapat lebih memahami dalam merencanakan dan memecahkan


masalah yang ada dalam perencanaan proyek gedung rumah susun
3. Untuk mendapatkan gelar strata 1 (satu) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Semarang.
1.9 Lokasi Perencanaan
Lokasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang,
berlokasi di Jl. Soekarno Hatta Semarang, Kelurahan, Kecamatan Pedurungan,
Kota Semarang. Adapun batas-batas dari proyek ini adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Perkampungan Warga
Sebelah Timur : Jalan Tol Kaligawe-Srondol
Sebelah Selatan : Jalan Arteri Soekarno Hatta
Sebelah Barat : Pom Bensin

RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA SEMARANG

Sumber : Google Maps Tahun 2021


Gambar 1. 1 Lokasi Perencanaan Rumah Susun
1.10 Sistematika Penyusunan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai Judul Tugas Akhir, Bidang Ilmu, Latar
Belakang, Perumusan dan Batasan Masalah, Maksud, Tujuan dan Manfaat
Perencanaan, Lokasi Perencanaan Proyek serta Sistematika Penyusunan.
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini dikemukakan kajian-kajian teori berdasarkan studi pustaka,
diantaranya mencakup Tinjauan Umum, Aspek-aspek Perencanaan dan
Perancangan Analisa Pembebanan Struktur yang merupakan landasan teori yang
digunakan sehingga dapat dijadikan dasar teoritis analisis selanjutnya.
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini dijelaskan mengenai pendekaatan metode yang digunakan
dalam mengerjakan Tugas Akhir. Metodologi yang digunakan meliputi
pengumpulan data, metode analisis dan perumusan masalah.
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR
Pada bab ini menguraikan tentang perhitungan struktur atap, struktur pelat,
balok, kolom, dinding geser dan pondasi serta perhitungan gempa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi simpulan dan saran yang bisa diberikan dari hasil
Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Strukur bangunan adalah wadah untuk menyalurkan beban yang diakibatkan
penggunaan bangunan di atas tanah. Struktur terdiri dari unsur-unsur atau elemen-
elemen yang teritegrasi dan fungsi sebagai satu kesatuan utuh untuk menyalurkan
semua jenis beban yang diantisipasi ke tanah. Perencanaan suatu struktur harus selalu
memperhatikan hal-hal berikut, yaitu :
1. Dari segi kekuatan struktur, harus dapat diandalkan kekuatan strukurnya.
2. Dari segi estetika, memiliki dan memenuhi syarat keindahan.
3. Dari segi finansial, struktur tersebut harus ekonomis.
Apabila semua persyaratan tersebut terpenuhi dapat disimpulkan bahwa
struktur yang direncanakan menenuhi persyaratan teknis. Oleh karena itu dibutuhkan
perencaan yang tepat agar perencanaan tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Maka, Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang
mengacu kepada peraturan peraturan SNI pembangunan gedung yang berlaku.
2.2 Pedoman yang Digunakan Dalam Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno
Hatta
Pada perencanaan struktur gedung bertingkat harus berpedoman pada syarat-
syarat dan ketentuan yang berlaku di negara tempat proyek tersebut. Proyek
Pembangunan Perencanaan Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang
dilaksanakan di negara Indonesia maka harus berpedoman pada Standar Nasional
Indonesia mengenai perencanaan gedung dan buku refensi lain yang dirasa sesuai.
Apabila syarat-syarat pada ketentuan ini terdapat pada buku pedoman yang terbaru,
antara lain :
1. Tata Cara Perencanaan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung SNI2847 : 2019.
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur bangunan Gedung
dan NonGedung SNI 1726-2019.
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah Sakit dan Gedung
(PPURG1987).

4. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2020).


5. Peraturan – peraturan lain yang relevan.

5
6

2.3 Mutu Beton


Struktur Rumah Susun Soekarno Hatta ini direncanakan dengan mutu beton
K 420 guna struktur umumnya. Sedangkan untuk baja tulangan menggunakan mutu
fy = 420 MPa untuk tulangan pokok dan untuk fy = 250 MPa untuk tulangan
sengkangnya.
2.4 Konsep Perancangan Gedung
Perencanaan struktur gedung umumnya terdiri dari dua bagian utama,
yaitu perencanan struktur bawah (sub structure) dan perencanaan struktur atas (upper
structure). Pada pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan
yang sangat tergantung dengan sistem fungsional gedung. Sedangkan pemilihan
struktur bawah (sub structure) didasarkan kepada beberapa pertimbangan seperti
keadaan tanah pondasi, batasan akibat struktur di atasnya, keadaan lingkungan
disekitarnya, serta biayadan waktu pelaksanaan pekerjaannya.
Struktur gedung rumah sakit ini terdiri dari beberapa elemen struktur yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Struktur Primer
Pada perencanaan struktur gedung rumah sakit diperlukan kolom
dan balok sebagai elemen primer struktur. Balok merupakan struktur yang
berfungsi memikul beban yang diterima oleh plat seta meneruskannya ke
kolom yang dibebani secara aksial oleh balok dan mentransfer beban tersebut
ke pondasi dan tanah
2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder sebagai satu komponen dari struktur gedung yang
dirancang hanya menerima gaya lentur dan tidak dirancang untuk menerima
gaya lateral akibat gempa yang diperoleh, sehingga dalam perhitungan
analisisnya dihitung secara terpisah dengan struktur primer. Struktur
sekunder meliputi balok anak, tangga, pelat lantai, balok lift dan lain-lain.

2.4.1 Pengecekan Ketidakberaturan


Ketidakberaturan horizontal pada struktur (SNI 1726-2019):
a. Ketidakberaturan torsi
Didefinisikan ada jika simpangan antar tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk torsi tak terduga dengan Ax= 1,0 di salah satu
7

ujung strukturmelintang terhadap suatu sumbu adalah lebih dari 1,2 kali
simpangan antar tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
b. Ketidakberaturan torsi berlebih
Didefinisikan ada jika simpangan antar tingkat maksimum yang
dihitung termasuk torsi tak terduga dengan Ax= 1,0 di salah satu ujung
struktur melintang terhadap suatu sumbu adalah lebih dari 1,4 kali
simpangan antar tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.

2.4.2 Pengecekan Terhadap Simpangan (SNI 1726-2019)


a. Penentuan simpangan antar lantai
Penentuan simpangan antar tingkat desain (δ𝑥 ) harus dihitung
sebagai perbedaan simpangan pada pusat massa di atas dan di bawah
tingkat yang ditinjau. Jika desain tegangan ijin digunakan, δ𝑥 harus
dihitung menggunakan gaya seismik desain yang ditetapkan dalam 0 tanpa
reduksi untuk desain tegangan ijin.
Simpangan pusat massa di tingkat-x harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
𝐶𝑑 δ𝑥𝑒
δ𝑥
𝑙𝑒
𝐶𝑑 = faktor pembesaran simpangan lateral
𝛿𝑥𝑒 = defleksi di tingkat-x yang disyaratkan, ditentukan dengan analisis
elastik
𝐼𝑒 = faktor kekuatan gempa
b. Nilai perioda untuk menghitung simpangan antar lantai
Untuk menentukan kesesuaian dengan Batasan simpangan antar
tingkat, diijinkan untuk menentukan simpangan antar tingkat elastik (𝛿𝑥𝑒),
menggunakan gaya desain seismik berdasarkan pada periode
fundamental Struktur yang dihitung tanpa Batsan atas (CuTa).
c. Batasan simpangan antar lantai
Simpangan antar tingkat desain () tidak boleh melebihi simpangan
antartingkat ijin (a) untuk semua tingkat.
8

Tabel 2. 1 Simpangan antar tingkat ijin


Kategori risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding 0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simoangan antar tingkat
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,020hsx
Sumber: Tabel 20 SNI 1726-2019
Dimana: hsx adalah tinggi tingkat dibawah tigkat-x
2.5 Kombinasi Pembebanan
Struktur harus mampu menahan beban yang bekerja diatasnya yaitu
dengan bermacam-macam kondisi yang mungkin akan terjadi. Kesalahan di dalam
perencanaan akan berakibat fatal tidak hanya pada bangunan tetapi juga akan
memberikan kerugian material maupun non material. Kesalahan dalam perencanaan
juga akan menjadi salah satu faktor utama dalam kegagalan struktur. Oleh karena itu
sebelum melakukan analisa dan desain struktur sangat perlu adanya gambaran
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur beserta karakteristik
atau melihat fungsi dari dibangunan gedung tersebut. Dalam konsep tersebut
merupakan dasar toeri perencanaan dan perhitungan struktur yang meliputi desain
terhadap beban lateral (gempa) dan metode analisis struktur yang digunakan.

2.5.1 Jenis Pembebanan


Jenis pembebanan yang dipakai dalam perencanaan ini digolongkan
dalam 2 bagian yaitu beban statis dan beban dinamik.
2.5.1.1 Beban Statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus-menerus
pada suatu struktur dan bersifat tetap, baik besarnya atau
intensitasnya, titik tempat bekerjadan arah garis kerjanya. Beban statis
pada umumnya dapat dibagi menjadi beban mati dan beban hidup.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai beban mati dan beban hidup:
9

a. Beban Mati
Beban mati (dead load) adalah berat sendiri dari semua
bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap. Beban mati
dihitung dari berat unsur struktur sendiri dan beban-beban tetap,
seperti kelengkapan bangunan, genteng/atap, barang-barang yang
tidak bergerak, lemari, langit-langit dan lain-lain (Nasution,
2008).
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur terbagi
menjadi 2, yaitu beban mati akibat material konstruksi misalnya:
balok, plat, kolom, dinding geser, kuda-kuda dan lainnya serta
beban mati akibat komponen gedung misalnya: bata ringan,
penggantung plafon, plafon, keramik, kaca, kusen dan lainnya.
Pada Tabel 2.2 dapat dilihat Berat Sendiri Material Konstruksi.
Sedangkan berat sendiri komponen gedung dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2. 2 Berat Sendiri Material Konstruksi
Bahan Bangunan Berat
Baja 7850 kg/m3
Batu Alam 2600 kg/m3
Batu Belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg/m3
Batu Karang 700 kg/m3
Batu pecah 1450kg/m3
Besi tuang 7250 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton bertulang 2400 kg/m3
Kayu kelas 1 1000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1650 kg/m3
Pasangan bata merah 1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
Pasangan batu karang 1450 kg/m3
1600 kg/m3
10

Pasir (kering udara sampai lembap) 1800 kg/m3


Pasir (jenuh air) 1850 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 2000 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 11400 kg/m3
Tanah hitam
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan
Gedung (PPPURG 1987)
11

Tabel 2. 3 Berat Sendiri Komponen Gedung

Komponen Gedung Berat


1. Adukan ,per cm tebal :
 Dari semen 21 kg/m2
 Dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
2. Aspal, termasuk bahan–bahan mineral tambahan per cm tebal 14 kg/m2
3. Dinding pasangan Bata merah :
 Satu batu 450 kg/m2

 Setengah batu 250 kg/m2

4. Dinding pasangan batako :


Berlubang :
 Tebal dinding 20 cm (HB20) 200 kg/m2

 Tebal dinding 10 cm (HB10) 120 kg/m2

Tanpa lubang :
300 kg/m2
 Tebal dinding 15 cm
200 kg/m2
 Tebal dinding 20 cm
5. Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa
penggantung langit-langit atau paku), terdiri dari :
 Semen asbes, dengan tebal maksimum 4 mm 11 kg/m2
 Kaca, dengan tebal 3-5 mm 10 kg/m2
6. Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan 40 kg/m2
bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2
7. Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5m7 kg/m2
dan jarak s.k.s minimum 0,80 m
8. Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 50 kg/m2
9. Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 40 kg/m2
10. Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng 10 kg/m2
11. Penutup lantai dari ubin semen Portland,eraso dan beton,tanpa aduan24 kg/m2
per cm tebal
12. Semen asbes gelombang (tebal 5 mm ) 11 kg/m2
Sumber :Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung
(PPPURG 1987)
12

b. Beban Hidup
Beban hidup (live load) merupakan beban yang besar dan
posisinya dapat berubah-ubah. Beban hidup yang dapat bergerak
dengan tenaganya sendiri disebut beban bergerak, seperti
kendaraan, manusia dan crane. Sedangkan beban yang dapat
dipindahkan diantaranya furniture, material gedung serta barang-
barang lain yang berada dalam gedung itu sendiri. Padatabel 2.4
dapat dilihat beban hidup pada struktur.
Tabel 2. 4 Beban Hidup pada Struktur Lantai
No Penggunaan Berat
1 Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut No.2 200 kg/m2
Lantai & tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-
2 125 kg/m2
gudang selain untuk toko, pabrik, bengkel
Lantai Sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
3 250 kg/m2
restoran, hotel, asrama, rumah sakit

4 Lantai Ruang olahraga 400 kg/m2

5 Lantai Ruang dansa 500 kg/m2


Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan kecuali yang

6 disebutkan no 1-5 masjid, gereja, ruang pagelaran/rapat, 400 kg/m2


bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap
Panggung penonton tempat duduk tidak tetap / untuk
7 500 kg/m2
penonton yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang (no 3) 300 kg/m2

9 Tangga, bordes tangga dan gang (no 4,5,6,7) 500 kg/m2

10 Ruang pelengkap (no. 3, 4, 5, 6, 7) 250 kg/m2


- Pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
400 kg/m2
11
buku, toko besi, ruang alat dan mesin (minimum)
Gedung parkir bertingkat :

12 - Lantai bawah 800 kg/m2


- Lantai tingkat lainnya 400 kg/m2

13 Balkon menjorok bebas keluar (minimum) 300 kg/m2


Sumber : PPPURG 1987
13

Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban


hidup dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung
pada penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban
hidup untuk perencanaan portal, dapat dilihat pada Tabel 2.5:
Tabel 2. 5 Beban Hidup pada Struktur Atap

No Bagian Atap Berat Keterangan


1 Atap / bagiannya dapat dicapai 100 kg/m2 atap dak
orang, termasuk kanopi

2 Atap / bagiannya tidak dapat


dicapai orang (diambil min.) : α = sudut atap, min. 20
- beban hujan (40-0,8.α) kg/m2, tak perlu
kg/m2 ditinjau bila α > 50o
- beban terpusat 100 kg
3 Balok/gording tepi kantilever 200 kg
Sumber : PPPURG 1987
2.5.1.2 Beban Dinamik
Beban dinamik adalah gaya yang bekerja secara tiba–tiba pada
struktur. Kemudian pada umumnya beban ini tidak bersifat tetap
(unsteady state) serta mempunyai karakteristik besar dan lokasinya
berubah–ubah secara cepat. Deformasi pada struktur akibat beban ini
juga berubah–ubah sevara cepat. Gaya dinamis dapat menyebabkan
terjadinya osilasi pada struktur hingga deformasi puncak tidak terjadi
besamaan dengan terjadinya gaya terbesar. Beban dinamik yang
dimaksud dalam hal ini adalah beban akibat getaran gempa, getaran
mesindan akibat angin.
a. Beban Gempa (Earthquake)
Beban Gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang
bekerja padayang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Pengaruh gempa pada struktur gedung di tentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka dapat diartikan beban
gempa di sini adalah gaya–gaya di dalam struktur tersebut terjadi
oleh tanah akibat gerakan gempa itu. Fenomena getaran yang
14

diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate


tectonic)
Bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Gempa
yang terjadi di daerah patahan ini pada umumnya merupakan
gempa dangkal karena patahanumumnya terjadi pada lapisan bumi
dengan kedalaman antara 15 sampai 50 km. Gerak tanah gempa
rencana harus digunakan untuk menghitung perpindahan rencana
total sistem isolasi dan gaya gaya lateral serta perpindahan pada
struktur dengan isolasi. Gempa maksimum yang dipertimbangkan
harus digunakan untuk menghitung perpindahan maksimum total
dari sistem isolasi.
Pada saat bangunan bergetar akibat adanya gempa, timbul
gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecendurungan
massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan, gaya
yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut
bergantung pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor
lain adalah bagaimana massa tersebut terdistribusi, kekakuan
stuktur, kekakuan tanah, jenis pondasi, adanya mekanisme redaman
pada bangunan dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu sendiri.
b. Beban Angin (Wind Load)
Semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban tersebut
berasal dari adanya tekanan positif dan negatif yang bekerja tegak
lurus terhadap bidang- bidang yang ditinjau. (Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987).
Menurut Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung,
(1987), besarnya tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25
kg/m2 luas bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut
sampai sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil
minimum 40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di dekat laut dan
daerah-daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin
yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar
15

dari yang ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus
dihitung dengan rumus:
p = V2/16 (kg/m2)
Dimana :
p = tekanan tiup angin (kg/m2).
V2= kecepatan angin (m/detik).
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya
tekanan positif (angin tekan) dan tekanan negatif (angin hisap),
yang bekerja tegak lurus padabidang-bidang yang ditinjau.
c. Beban Khusus
Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu,
pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-
gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem
yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang
berasal deri mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
(Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987).

2.5.2 Kombinasi Pembebanan


Pada buku “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung” SNI 03-1726-2012, disebutkan bahwa
perencanaan struktur bangunan gedung dan struktur lainnya dirancang
menggunakan kombinasi pembebanan. Sedangkan untuk kombinasi
pembebanan (U) terdapat dalam SNI 03-2847-2019 (hal; 84). Kombinasi -
kombinasi tersebutantara lain :
1. U = 1,4 D
2. U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)
3. U = 1,2 D + 1,6(Lr atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)
3. U = 1,2 D + 1,0W + 1,0L + 0,5 (Lr atau R)
4. U = 1,2 D + 1,0 E +1,0L
5. U = 0,9 D + 1,0 W
6. U = 0,9 D + 1,0 E
dimana: D = Beban Mati
16

L = Beban Hidup
Lr = Beban Hidup Atap
R = Faktor Reduksi Gempa
W = Beban Angin
E = Beban Gempa

2.5.3 Faktor Reduksi Kekuatan Bahan


Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang bersifat
mereduksi kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling
buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang
ditetapkan sesuai standar bahan yang ditetapkan dalam perencanaan
sebelumnya.SNI 03-2847-2019 menetapkan berbagai nilai faktor reduksi
(table 2.6. Reduksi kekuatan )) untuk berbagi jenis besaran gaya yang
didapat dan perhitungan struktur.
Dalam mendesain kekuatan komponen struktur atau penampang perlu
dipahami pengertian dari:
1. Kuat Nominal adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan
sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.
2. Kuat Perlu adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang
yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya
dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu
kombinasiditetapkan dengan caraini.
3. Kuat Desain adalah kekuatan nominal setelah dikalikan dengan nilai faktor
reduksi kekuatan yang sesuai.
Kuat Desain ≥ Kuat Perlu
Pn ≥ Pu
Mn ≥ Mu
Vn ≥ Vu
17

Jenis–jenis kuat rencana dan faktor reduksinya :


Tabel 2. 6 Reduksi Kekuatan
Kekuatan Rencana untuk Faktor
Reduksi
Lentur tanpa beban aksial 0,85
Penampang terkontrol tarik 0,90
Komponen struktur dengan tulangan spiral (terkontrol tekan) 0,75
Komponen struktur bertulang lainnya (terkontrol tekan) 0,70
Geser dan Torsi 0,85
Sumber: SNI 03- 2847-2019
2.6 Analisis Struktur Terhadap Gempa
Analisis struktur gedung tahan gempa ditentukan berdasarkan konfigurasi
struktur dan fungsi bangunan yang berkaitan dengan tanah dasar dan peta zonasi
gempa sesuai dengan SNI 1726-2019 untuk Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Berikut adalah tata cara
penentuan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan
evaluasi bangunan Gedung.

2.6.1 Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan (SNI 1726-
2019)
Berbagai kategori resiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk
tabel 2.7. tergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung
selama umur rencana tersebut yang diharapkan. Menurut SNI 1726-2019
kategori resiko bangunan sebagai berikut:
18

Tabel 2. 7 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain:
I
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV,
yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
19

dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari III


bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang
mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana
jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup berbahaya bagi masyarakat jika
terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas IV
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan
untuk beroperasi pada keadaan darurat
20

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi


struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.

Sumber: SNI-1726-2019
Sedangkan untuk faktor keutamaan struktur bangunan dijelaskan pada tabel 2.8
sebagai berikut :
Tabel 2. 8 Faktor Keutamaan Gempa

No Kategori Risiko Faktor keutamaan gempa, Ie

1. I atau II 1,0
2. III 1,25
3 IV 1,50
Sumber : SNI-1726-2019

2.6.2 Klasifikasi Situs untuk Desain Seismik (SNI 1726-2019 Pasal 5)


Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan dipermukaan
tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan
dasar ke permukaan tanah suatu situs, harus diklasifikasikan sesuai dengan SNI
1726-2019 berdasarkan profil tanah lapisan 30 meter paling atas.
Tabel 2. 9 Klasifikasi situs

Kelas situs ̅𝒗̅𝒔 (m/detik) ̅ atau 𝑵


𝑵 ̅ 𝒄𝒉 𝒔̅ 𝒖 (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3m tanah
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Indeks plastisitas, PI>20
2. Kadar air, w≥40%
3. Kuat geser niralir 𝑠𝑢̅ < 25 kPa
21

SF (tanah khusus, yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
membutuhkan dari karakteristik berikut:
investigasi geoteknik - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
spesifik dan analisis seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
respons spesifik-situs tersementasi lemah
yang mengikuti) - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3m)

Sumber: Tabel 5 SNI 1726-2019


22

2.6.3 Wilayah Gempa dan Parameter Percepatan Gempa (SNI 1726-2019 Pasal 6)
Besar kecilnya beban gempa yang diterima suatu struktur tergantung
padalokasi dimana struktur bangunan tersebut akan dibangun seperti terlihat
pada Gambar 2.1.

Sumber : SNI 1726-2019


Gambar 2. 1 Peta Wilayah Gempa Indonesia

Terdapat 2 buah parameter percepatan gempa yaitu parameter batuan


dasar pada periode pendek (Ss) dan parameter percepatan batuan dasar pada
perioda 1 detik (S1). Parameter percepatan batuan ini harus ditetapkan masing-
masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak
tanah seismik. Peta gerak seismik dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap
percepatan gravitasi yang digunakan berdasarkan SNI 1726-2019 dengan
kemungkinan 2% terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2% dalam 50 tahun).

Sumber : SNI 1726-2019


Gambar 2. 2 Parameter gerak tanah Ss, MCER wilayah
Indonesia
23

Sumber :SNI 1726-2019


Gambar 2. 3 Parameter gerak tanah S1, MCER wilayah Indonesia

Sumber : SNI 1726-2019


Gambar 2. 4 Peta Transmisi periode panjang TL, wilayah Indonesia

2.6.4 Faktor Situs dan Parameter Respon Spektral Percepatan Gempa Maksimum
Faktor amplifikasi seismik diperlukan untuk penentuan respons
spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah. Faktor amplikasi
seismik yang digunakan yaitu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik
dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi getaran terkait percepatan pada
getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan pada
getaran perioda 1 detik(Fv).
24

Tabel 2. 10 Koefisien situs, Fa


Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas situs dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada periode
pendek, T=0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = 1,25 Ss ≥ 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
SF SS(a)
Sumber: Tabel 6 SNI 1726-2019
Tabel 2. 11 Koefisien situs, Fv
Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang
Kelas situs dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) terpetakan pada periode
0,2 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 = 0,5 S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 15 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SS(a)
Sumber: Tabel 7 SNI 1726-2019
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS)
danperioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs,
harusditentukan dengan perumusan berikut ini:
SMS = Fa x SS
SM1 = Fv x S1
Keterangan:
Fa= Percepatan pada getaran perioda pendek
Fv= Percepatan pada getaran perioda 1 detik
25

Ss= Parameter respons spektrum perceoatan gempa MCE R terpetakan


untukperioda pendek
S1= Parameter respons spektrum perceoatan gempa MCE R terpetakan
untukperioda 1 detik

2.6.5 Parameter Percepatan Spektral Desain


Menentukan parameter percepatan spektral desain untuk perioda
pendek(SDS) dan untuk perioda 1 detik (SD1), dengan persamaan:
2
SDS = 3 x SMS
2
SD1 = 3 x SM1

Keterangan:
SDS= Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek
SD1= Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik
SMS= Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek
SM1= Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek

2.6.6 Spektral Respons Desain


Bila pektrum respons desain di perlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons
desain harus di kembangkan dengan mengacu gambar 2.3 dan mengikuti
ketentuan di bawah ini :
1. Untuk perioda yang lebih dari T0 , spektrum respons percepatan desain
Sa , harus di ambil dari persamaan :
𝑻
Sa = SDS (0,4 + 0,6 𝑻𝟎)

2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts , spektrum respons percepatan desain, Sa sama
dengan SDS
3. Untuk perioda lebih besar dari Ts, tetapi lebih kecil dari atau sama dengan
TL, spektrum respons percepatan desain, Sa, di ambil berdasarkan
persamaan :
26

𝑺𝑫𝟏
Sa = 𝑇

4. Untuk perioda lebih besar dari TL, spektrum respons percepatan desain,
Sa, di ambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1 𝑥 𝑇𝐿
Sa = 𝑇2

Keterangan :
SDS = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda
pedek
SD1 = Parameter respons spectral percepatan desain pada perioda
1 detik
T = Perioda getar fundamental struktur
𝑆𝑑1
T0 = 0,2 𝑆𝑑𝑠
𝑆𝑑1
Ts = 𝑆𝑑𝑠
TL = Peta transisi periode panjang

Sumber : SNI-1726-2019
Gambar 2. 5 Spektrum Respons Desain
27

2.6.7 Kategori Desain Seismik


Dalam menentukan kategori desain seismik berdasarkan kategori
risikodana parameter respons spectral percepatan desainnya, Sds dan Sd1.
Tabel 2. 12 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan perioda
pendek

Kategori risiko
Nilai 𝐒𝐝𝐬
I atau II atau III IV
Sds < 0,167 A A
0,167 ≤ Sds < 0,33 B C
0,33 ≤ Sds < 0,50 C D
0,50 ≤ Sds D D
Sumber: Tabel 8 SNI 1726-2019
Tabel 2. 13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons

Kategori risiko
Nilai Sd1
I atau II atau III IV
Sd1 < 0,167 A A
0,067 ≤ Sd1< 0,133 B C
0,133 ≤ Sd1 < 0,20 C D
0,20 ≤ Sd1 D D
Sumber: Tabel 9 SNI 1726-2019

2.6.8 Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, Ω0)
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi
salah satu tipe yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
28

Tabel 2. 14 Faktor R, Cd, Ω0, untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

Batasan Sistem
Koefisien Faktor Struktur Termasuk
Sistem Penahan Respons Kuat Faktor Batasan Tinggi
Gaya Gempa Modifikasi, Lebih, Pembesaran Struktur
R Ω0 Defleksi, Cd Kategori Desain
Seismik
B C D E F
Sistem Rangka Pemikul Momen
1. Rangka beton
bertulang
pemikul 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
momen
khusus
2. Rangka beton
bertulang
pemikul TB TB TI TI TI
5 3 4,5
momen
menengah
3. Rangka beton
bertulang
3 3 2,5 TB TI TI TI TI
pemikul
momen biasa
Sumber : Tabel 12 SNI 1726:2019

2.6.9 Geser Dasar Seismik


Gaya geser dasar adalah penyederhanaan getaran gempa bumi yang
bekerja pada dasar bangunan. Gaya geser pada struktur Gedung beraturan dapat
ditentukan dengan metode statik ekuivalen, sedangkan pada struktur Gedung
tidak beraturan ditinjau dengan metode dinamik. (Cornelis, Bunganaen, &
Umbu Tay, 2014)
Gaya geser dasar seismic (V) dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukansesuai dengan pasal 7.8.1 SNI 1726-2019.
29

V = Cs x W
Keterangan:
Cs = koefisien respons seismik
W = berat bangunan
𝑆
Cs = 𝐷𝑆
𝑅
( 𝑙𝑒 )

Keterangan:
𝑆𝐷𝑆 = parameter percepaatan spectral respons desain perioda
pendek
R = faktor modifikasi respons
𝐼𝑒 = faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi:
Untuk T ≤ TL
𝑆
Cs = 𝐷1
𝑅
T ( 𝑙𝑒 )

Untuk T > TL
𝑆
C = 𝐷1𝑇𝐿
𝑅
𝑇 2 ( 𝑙𝑒 )

Keterangan:
𝑆𝐷1 = parameter percepaatan spectral respons desain perioda 1
detik
T = perioda fundamental struktur
Cs tidak harus kurang dari: Cs = 0,044𝑆𝐷𝑆 x 𝐼𝑒 ≥ 0,01

2.6.10 Perioda Pendekatan Fundamental (SNI 1726-2019 Pasal 7.8.2.1)


Pencegahan penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai waktu
getar struktur fundamental harus dibatasi. Dalam SNI 1726- 2019 diberikan
batasan perioda fundamental struktur T, dalam arah yang di tinjau harus di
peroleh menggunakan properti struktur dan karakteristik deformasi elemen
penahan dalam analisis yang teruji. Perioda fundamental struktur, T, tidak boleh
melebihihasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang di hitung (Cu)
dari tabel 2.10. dan sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk
30

menetukan periode fundamental struktur, T, di ijinkan secara langsung


menggunakan perioda bangunan perioda fundamental pendekatan, Ta , yang di
tentukan :

Ta = Ct Hn x
Sebagai alternatif dijijinkan untuk menentukan perioda fundamental
pendekatan (Tu) dalam detik. Dari persamaan berikut untuk struktur dengan
ketinggian tidak boleh melebihi 12 tingkat dimana sistem penahan gaya gempa
terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan
tinggitingkat paling sedikit 3 m.
0,1
Ta = 𝑁
x
Periode fundamental dari 2 cara tersebut tidak boleh melebihin Cu x Ct x hn
Keterangan:
N = Jumlah tingkat
hn = ketinggian struktur dalam (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur
Ct dan x di tentukan tabel 2.16.
Tabel 2. 15 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang di hitung

Parameter percepatan respons sprektral desain Koefisien Cu

pada 1 detik, SD1


≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : SNI-1726-2019
31

Tabel 2. 16 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x

Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
% gaya seismik yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya seismik:
 Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
 Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI-1726-2019
2.6.11 Skala Nilai Desain untuk Respons Terkombinasi
Kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Vt) yang lebih kecil
85% darigeser dasar yang dihitung (V) meggunakan prosedur gaya lateral
ekuivalen sehingga gaya harus dikalikan dengan 0,85V / Vt.
Keterangan:
V = geser dasar prosedur gaya lateral ekuivalen
Vt= geser dasar dari kombinasi ragam yang disyaratkan

2.6.12 Kombinasi Pembebanan


Menurut SNI 1726:2019 pasal 4.2.2.1 struktur, komponen dan
pondasi harus dirancang sedimikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama
atau melebihi efek dari baban terfaktor dalam kombinasi berikut :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + (Lr atau S atau R)
3. 1,2D +1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,5S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
32

Keterangan :
D : Beban mati L : Beban Hidup
Lr : Beban hidup atap R : Faktor Reduksi
E : Beban gempa W : Beban angin
Untuk kombinasi beban gempa jika pengaruh gaya gempa yang
ditetapkan, E, yang didefinisikan dalam SNI 1726:2019 dikombinasikan
dengan pengaruh lainnya. Untuk kombinasi dasar untuk desain kekuatan
yaitu :
1. (1,2 + 0,2SDS)D + ρQE + L
2. (0,9 + 0,2SDS)D + ρQE + 1,6 H
Untuk kombinasi dasar untuk desain tegangan ijin yaitu :
1. (1,0 + 0,14SDS)D + F + 0,7 ρQE
2. (1,0 + 0,10SDS)D + F + 0.525 ρQE + 0,75 L + 0,75(Lr atau R)
3. (0,6 + 0,14SDS)D + 0,7 ρQE

2.6.13 Faktor Reduksi


Faktor reduksi kekuatan (ϕ), jika dikalikan dengan kuat nominal
penampang (ϕ Rn) menghasilkan kuat rencana. Adapun besarnya ϕ
tergantung kondisi regangan dan jenis tulangan tranversalnya.
2.7 Perencanaan Struktur Atas (Upper Struktur)
Perencanaan struktur atas terdiri dari perencanaan atap, pelat, balok dan
kolom. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perencanaan- perencanaan yang
merupakan bagian dari perencanaan struktur atas:

2.7.1 Perencanaan Atap


Perencanaan atap harus memperhatikan prinsip dasar sebuah
struktur yaitu harus kuat, presisi, cukup ringan, dan tidak over design. Atap
yang kuat harus mampumenahan beban yang bekerja pada elemen struktur
atap.
Analisa beban atap dibebankan terhadap beban mati, beban hidup,
beban hujan,dan beban angin. Beban mati meliputi berat sendiri, rangka dan
penutup atap, sedangkan beban hidup terdiri dari orang yang bekerja dan
alat kerja dan air hujan. Sedangkan beban angin ditinjau dari kanan-kiri,
yaitu tegak lurus terhadap bidang atap.
33

Konstruksi atap berbentuk pelana digunakan profil baja dengan alat


sambung las BJ 37 (σ = 1600 kg/m2) dan baut mutu A325. Perencanaan
struktur atap baja dibuat berdasarkan SNI 1729:2020 tentang Pedoman
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), dan standar lain yang
berlaku di Indonesia.
Perencanaan konstruksi atap perlu disesuaikan besaran
pembebanannya, kombinasi beban berdasarkan SNI 1729:2020 adalah
sebagai berikut :
1. U = 1,4D
2. U = 1,2D + 0,5 (L atau R)
3. U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + 0,5W
4. U = 1,2D + 1W + 0,5 (Lr atau R)
5. U = 0,9D + 1,0W
Keterangan :
D : Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen
Lr : Beban hidup atap, yang diakibatkan akibat pekerja, peralatan
W : Beban angin
R : Beban hujan, tidak termasuk diakibatkan oleh genangan air
2.7.1.1 Perencanaan Gording
a. Mendimensi Gording
Gording dianggap sebagai gelagar yang menumpu bebas di
atas dua tumpuan. Desain gording berdasarkan teori elastisitas
(Abdat,2012), sebagai berikut:
Pembebanan yang terjadi pada rangka atap Antara lain :
 Beban mati (D)
D = q = berat sendiri profil (qs) + berat atap / genteng (qa)
 Beban hidup (L) = p
 Beban hujan (R) = qr
 Beban angin (W)
b. Momen yang terjadi akibat pembebanan
 Akibat beban mati
My = 1/8 x qx x sin α x l2
Mx = 1/8 x qy x cos α x l2
34

 Akibat beban hidup


My = ¼ x px x sin α x l2
Mx = ¼ x py x cos α x l2
 Akibat beban hujan
My = 1/8 x qr x sin α x l2
Mx = 1/8 x qr x cos α x l2
 Akibat beban angin
- Angin tekan
My = 1/8 x w1 x l2 x (0,02α – 0,04)
- Angin hisap
Mx = 1/8 x w2 x l2 x (– 0,04)
c. Kontrol Kuat Tekan Lentur yang terjadi
Mu ≤ Φ.Mn
Keterangan :
Mu : Kombinasi beban momen terfaktor
Φ : Faktor reduksi kekuatan
Mn : Kekuatan momen nominal
d. Kontrol tahanan geser yang terjadi
Vu ≤ Φ.Vn
Keterangan :
Vu : Kombinasi beban geser terfaktor
Φ : Faktor reduksi kekuatan
Vn : Kekuatan geser nominal
e. kontrol lendutan (δ) yang terjadi

5. 𝑞𝑥 ⋅ 𝑙4 𝑝𝑥 ⋅ 𝑙3
+
𝛿x= 384 ⋅ 𝐸 ⋅ 𝐼𝑦 48 ⋅ 𝐸 ⋅ 𝑙𝑦
5. 𝑞𝑥 ⋅ 𝑙4 𝑝𝑥 ⋅ 𝑙3
𝛿𝑦= +
384 ⋅ 𝐸 ⋅ 𝐼𝑥 48 ⋅ 𝐸 ⋅ 𝑙𝑥

𝛿 = √(𝑓𝑥2 + 𝑓𝑦2) < 𝛿 ijin = l/240 x 1


35

2.7.1.2 Batang kuda-kuda


Menurut peraturan tata cara perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung standar nasional Indonesia SNI 03-1729:2020,
perencanaan dimensi
batang harus memenuhi syarat.
a. Batang Tarik
Pada perencanaan batang Tarik sesuai dengan BAB D pasal
D2. Komponen struktur yang memikul gaya Tarik aksial terfaktor
Pu harus memenuhi :
Pu ≤ Φ Pn
Dengan Φ Pn adalah kuat Tarik desain dapat dihitung sesuai
persamaandibawah ini :
- Untuk penampang bruto
Φ = 0,9 dan Pn = Ag x Fy
Keterangan :
Ag = luas penampang bruto (mm2) Fy = tegangan leleh (MPa)
- Untuk penampang efektif
Φ = 0,75 danPn = Ae x Fu
Keterangan :
Ae = luas penampang netto (mm2) Fu = tegangan Tarik putus
(MPa)
- Cek lendutan batang Tarik
Menurut SNI 03-1729:2015 pasal D1, untuk komponen struktur
yangdirencanakan Tarik, rasio kelangsingan L/r dimana r adalah
Imin tidak boleh lebih dari 300.
λ tarik ≤ 300
𝐿
λ tarik =
𝑙𝑚𝑖𝑛

b. Batang Tekan
Perencanaan struktur tekan sesuai dengan SNI 03-
1729:2020 BAB E pasal E1. Suatu komponen struktur yang
36

mengalami gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor, Pu harus


memenuhi.
Pu ≤ Φ Pn
Keterangan :
Φ = 0,9 (faktor reduksi kekuatan)
Kondisi batas yang harus diperhitungkan:
 Kelelehan penampang
 Tekuk lokal
 Tekuk torsi
Menghitung stabilitas aksial

𝜋2 𝑥 𝐸 𝑥𝑙
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2

𝑃𝑐𝑟 𝑥 𝐿2
𝐼=
𝜋2 𝑥 𝐸

Dimana :
Pcr = Gaya tekan pada batang
E = Modulus elastisitas baja
L = Panjang batang
Tekuk Lentur
𝐾𝑥𝐿 𝐸
Tegangan kritis = ≥ 4,71√
𝑟 𝐹𝑦
Dimana :

K = faktor panjang efektif (SNI 03-1729:2015 pasal E2)


L = panjang batang
r = radius girasi
Panjang efektif =K x L< 200
r
Kelangsingan Penampang
b 𝐸
≥ 0,45√
t 𝐹𝑦
37

Dimana :
K = faktor panjang efektif (SNI 03-1729:2020 pasal E2)
b = lebar penampang baja yang dipakai
t = tebal penampang baja yang dipakai
2.7.1.3 Perhitungan Sambungan Baut
a. Tahanan geser baut
Rn =  x m x r1 x fub x Ab
Dimana :
m = Bidang geser
r1 = Jumlah irisan
fub = Tegangan tarik putus baut (MPa)
Ab = Luas dimensi baut (mm2)
b. Tahan tumpu baut
 Rn = x 2,4 x db x tp x fup
Dimana :
db = Diameter baut
tp = Tebal plat
fup= Tegangan tarik putus plat (MPa)
c. Jumlah Baut
Cek menggunakan Rn geser atau tumpu t/d, bila t/d ≤
0.628, maka perhitungan jumlah baut menggunakan kekuatan
tumpu baut, Jika:
t ≥ 0.628
𝑑
Maka menggunakan kekuatan geser baut
n = Pu
Rn
Keterangan :
n = jumlah baut
Pu = gaya batang terfaktor
Rn = kekuatan baut
d. Jarak Antar Baut Syarat :
3db < S < 15 tp / 200 mm
1.5db < S1 < (4tp + 100 mm) / 200 mm
38

Dimana :
db = diameter baut
tp = tebal plat
e. Jarak tepi minimum
Penentuan jarak tepi minimum baut ssesui dengan SNI 03-
1729:2015 Tabel J3.4M.
Desain kuda-kuda didesain dengan memperhatikan batasan-
batasan sebagai berikut dan untuk menghindari tekuk pada tahap
pelaksanaan maupun akibat gaya yang bekerja, kelangsingan
maksimum batang hars memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Konstruksi utama tidak boleh lebih dari 150
Konstruksi sekunder tidak lebih dari 200
Angka kelangsingan
𝐿𝑘
(𝜆) =
𝑙
𝑚𝑖𝑛

Dimana:
i min = 1/12 x bh3
keterangan:
Lk = panjang tekuk (m)
i min = jari-jari kelembaman minimum batang ( m)
Menurut PPPURG 1978 beban hidup pada struktur atap yang
menggunakan dak memiliki berat 100 kg/m2.

2.7.2 Perencanaan Pelat Lantai


Pelat lantai merupakan suatu konstruksi yang menumpu langsung
pada balok dan atau dinding geser. Pelat lantai dirancang dapat menahan
beban mati dan beban hidup secara bersamaan sesuai kombinasi
pembebanan yang bekerja diatasnya.
Penggunaan mutu material beton yang digunakan dalam struktur
pemikul beban gempa SRPMK ditentukan dalam SNI 2847:2019 Pasal
18.2.6 bahwa kuat tekan beton tidak boleh kurang dari K0. Persyaratan mutu
tulangan untuk SRPMK yang dijelaskan dalam Pasal 18.2.6 menyatakan
bahwa tulangan pemikul lentur dan aksial atau kombinasi keduanya yang
39

timbul akibat beban gempa bumi harus berupatulangan ulir yang memenuhi
ASTM A706M mutu 420 MPa (𝑓𝑦=420 𝑀𝑃𝑎).

Sumber: Dokumen Pribadi, 2021


Gambar 2. 6 Prinsip Desain Pelat

Pelat merupakan bidang tipis menahan beban-beban transversal


dengan aksi lentur ke masing-masing tumpuan atau balok. Bentuk pelat
berupa panel segiempat dan panel tak beraturan. Perhitungan pelat
dikembangkan dari Metode Numerik untuk menghitung berbagai macam
bentuk pelat. Jenis atau tipe-tipe Pelat:
1. Pelat Slab
Pelat dengan pembebanan pada kepala kolom/capital. Pelat tanpa
balok, beban ringan / tidak kuat, bentangan kecil. Sering digunakan
pada bangunan apartemen, hotel dengan tebal 12-25 cm, bentang 4,5-7
m.
2. Pelat Plate
Pelat ini tebal sama, tanpa drop panel dan tanpa capital.
Digunakan sebagai plafon langsung untuk keperluan estetika dengan
tebal 12-25 cm, bentang 4,5-7 m.
3. Pelat Lantai Grid 2 Arah
Pelat ini dengan balok grid / bersilang rapat pada 2 arah dengan
pelat tipis, mengurangi berat sendiri pelat dengan bentang 9-12 m.
4. Pelat Sistem Lajur
Pelat ini mengutamakan ketinggian lantai dengan sistem balok
lajur (band beam) dengan balok lurus menyambung pada kolom dan
balok dibuatlebih lebar kearah lebarnya (b > h).
40

5. Pelat Sistem Pelat dan Balok


Pelat ini ditumpu pada balok dengan bentang balok 3-6 m dan
tebal pelat dihitung sesuai fungsi pelat juga keamanannya. Pelat ini
banyak dipakai, bisa diplafon/tidak diplafon. Beban lantai yang diterima
besar, bisauntuk pelat, untuk fungsi estetika.
Adapun langkah – langkah dalam merencanakan struktur pelat beton
bertulangadalah sebagai berikut :
1. Menetukan Bentang Teoritis
Panjang bentang teoritis dalam perancangan pelat terdapat 2
jenis antara lain:
a. Pelat satu arah (One Way Slab) adapun syarat dari pelat satu
arah adalahmemenuhi persamaan:
𝐿𝑦
B= 𝐿𝑥 > 3

Dimana Ly > Lx
b. Pelat dua arah (Two Way Slab) adapun syarat dari pelat dua
arah adalahmemenuhi persamaan:
𝐿𝑦
B= 𝐿𝑥 < 3

Dimana Ly > Lx
2. Menentukan Tebal Pelat
Berdasarkan SNI 03-2847-2019 pasal 7.3.1(hal 120) dan
pasal 9.3.1(180) tebal pelat minimum ditentukan berdasarkan
kontrol defleksi satu arah atau dua arah seperti berikut :
a. Satu arah
Berdasarkan SNI 03-2847-2019 pasal 7.3.1(hal 120) dan
pasal 9.3.1(180) tebal minimum balok non-prategang atau
pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung adalah:
41

Tabel 2. 17 Tebal Minimun Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan
Tidak Dihitung

Tebal minimum, h
Komponen struktur Tertumpu Satu ujung Kedua ujung kantilever
Sederhana menerus menerus
Komponen struktur tidak menumpu atau dihunbungkan
dengan partisi atau konstruksi lainnya yg mungkin rusak oleh
lendutan besar.
Pelat masih satu arah e / 20 e/ 24 e / 28 e / 10
Balok atau pelat rusuk
satu arah e / 16 e / 18,5 e / 21 e/8

CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton
normal dan tulangan tulangan Mutu
420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut:
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), wc, di antara
1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc)
tetapi tidak kurang dari 1,09.
(b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

Sumber : SNI 03- 2847-2019


b. Dua arah
Berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 9.5.2 dan pasal 9.5.3 (hal;
72)tebal pelat lantai adalah :
αm ≤ 0,2 maka h ≥ 125mm

0,2 < αm ≤ maka h =


dan
h ≥ 125 mm αm > 2 maka h =
dan h ≥ 100 mm
dimana :
h = tebal pelat lantai
42

ln = panjang bentang sisi terpanjang pelat lantai


β = rasio bentang bersih dalam arah memanjang terhadap arah
memendek
αm= nilai rata- rata α oleh semua balok pada tepi–tepi suatupanel.
α =

3. Menentukan Tebal Selimut Beton


Berdasarkan SNI 03-2847-2019 pasal 7.7.1, tebal selimut betonnon
prategang sebagi berikut :
Pada beton yang tidak berhubungan langsung dengan tanah
maupun cuaca
Balok dan kolom, tebal selimut minimum 40 mm
Untuk batang D ≤ 36, tebal selimut minimum 20 mm
Pada beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca,
tebalselimut beton 75 mm
4. Menentukan Sistem Pembebanan Pelat
Wu = 1,2D +1,6L + beban gempa
Dimana:
L : beban hidup
D : beban mati
Wu : beban sistem pelat
5. Menghitung Tulangan Pelat
a. Menentukan momen
Pada tumpuan dan tengah bentang

M- tipe interior = Wu . Ln2


1
M+ tengah =4Wu . Ln2
1
M-tipe eksterior = 24Wu . Ln2

b. Menentukan Jumlah dan Jarak Antar Tulangan Pelat


Mencari kapasitas momen nominal
Mn = ρ .fy . bh2 (1-0,59 )

Mu =ø . Mn atau Mn = dengan nilai ø = 0,9


43

Mu= As. Fy (h-0,5a)


Mencari nilai Rn
𝑀𝑛 𝑀𝑛
Rn1 = 𝑏.𝑑2 = 𝑏.ℎ2

Misal, fc’ = 35 Mpa


Fy= 400 Mpa
ρ𝑓𝑦
Rn1 = 𝜌𝑓𝑦 (1-0,59 𝑓′𝑐 =400 𝜌-4495ρ2 MPa

 Mencari rasio penulangan


1 2(𝑚)(𝑅𝑛)
Rasio 𝜌 = 𝑚 [1 − √1 − 𝑓𝑦

𝑓𝑦
Dimana m = 0,85 𝑥 𝑓𝑐
0,85.𝑓𝑐.β1 600
Dengan nilai = ( )(600+𝑓𝑦)
𝑓𝑦
𝑓𝑦
𝜌max = 0,85 𝑥 𝑓𝑐

1,4 √𝑓𝑐
𝜌min = ( ) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜌min =
𝑓𝑦 4 𝑥 𝑓𝑦

𝜌 perlu= rencana yang dihitung dari langkah ke 7 tadi


Batasan rasio tulangan (𝜌)
ρmin < ρperlu < ρ max, Runtuh tarik/lentur
 Mencari luas tulanganAs = 𝜌𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛.b . d

2.7.3 Perencanaan Balok


Langkah-langkah perencanaan balok pada suatu struktur bangunan
adalahsebagai berikut:
1. Menentukan momen desain dengan cara mengambil nilai momen
terbesar darimasing-masing lokasi.
2. Cek syarat komponen struktur yang harus dipenuhi balok yang di
desain,yaitu:
a. Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada balok tidak
melebihi 0,1Agfc’.
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari
empat kalitinggi efektif elemen struktur.
c. Tebal minimum (h) untuk komponen balok yang tertumpu
1
sederhana adalah 16
44

d. Lebar balok tidak boleh kurang dari 250 mm.


e. Lebar balok tidak boleh lebih dari lebar kolom penumpu (diukur
pada bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal komponen
struktur lentur).
f. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran
dalamarah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,3.
3. Perbandingan Tulangan Longitudinal
𝑀𝑛
Mn = ( )

𝑀𝑛
Rn = (𝑏 𝑥 𝑑2 )
𝑓𝑦
M = (0,85 𝑥 𝑓′𝑐)

a. Mencari rasio tulangan


1 2(𝑚)(𝑅𝑛)
𝜌 = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦

1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 𝑓𝑦

ρmaks = 0,75 x ρb
Checking ρmin < ρ < ρmaks
Jika ρ < digunakan tulangan tunggal dengan ρmin
Jika ρ min < ρ < ρmaks digunakan tulangan tunggal dengan p
Jika ρ > ρ maks, maka digunakan tulangan rangkap
Jika ρ > ρb ,maka penampang diperbesar
b. Luas Tulangan yang dibutuhkan
Ast = ρ x b x d
Luas tulangan tekan (As’) diambil 50% dari
AstAs’ = 50% . Ast
Tulangan yang dibutuhkan (n)
𝐴𝑠𝑡
n = 𝐴𝑠

c. Cek Momen Nominal (Mn)


Asumsi dalam perencanaan berdasarkan SNI 03-2847-
2019 pasal mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung adalah:
45

1. Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan


berbanding lurus dengan jarak dari sumbu netral.
2. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat
tekanbetonterluar harus diambil sama dengan 0,003.
3. Regangan yang nilainya lebih kecil daripada regangan leleh,
fy harus diambil sebesar Es dikalikan regangan baja.
Sedangkan, regangan yang nilainya lebih besar sama dengan
regangan leleh, tegangannya diambil sama dengan fy.
4. Prinsip Desain Balok Segiempat Tulangan Rangkap
Konsep dasar perencanaan beton bertulang suatu penampang
persegidengan tulangan ganda pada kondisi plastis, diagram distribusi
regangan, dantegangan yang terjadi ditampilkan pada gambar:

Sumber: L. Wahyudi, Struktur Beton Bertulang, 1997


Gambar 2. 7 Tegangan, Regangan dan Gaya yang terjadi pada balok Segi 4 Tulangan
Rangkap

a. Sudah ditemtukan dulu fc’, fy,


Sudah dhitung Mu dan Mneg
b. b, d didesain dengan syarat b : d = 0,4 s/d 0,6
c. Hitung sebagai balok tulangan tunggal

ρb= 0,85 𝑥 𝑓′𝑐 x 𝛽 𝛽1 600 , 𝛽 1 = 0,85

fy 600+fy
ρmax ρmax = 0,75 x ρb, ρmin = ( 1,4 )
fy
ρmax = 0,75 x ρb, maka memenuhi balok tulangan rangkap
𝐴𝑠 = 𝜌𝑏. 𝑏 . 𝑑 = ….. (mm2), cari di tabel
𝐴𝑠⋅𝑓𝑦
𝑎= ∅⋅𝑓𝘍⋅𝑏
46

Dimana :
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
d. Momen
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 ⋅ 𝑓𝑦 ⋅ (𝑑 − 2 )

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑀𝑢
= 𝜙 ⋅ 𝑀𝑛 > momen (+) hasil hitungan struktur
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝜙 ⋅ 𝑀𝑛1, 𝑀𝑛1= momen negatif, hitungan struktur
𝑀𝑚𝑎𝑥 1
As’ = 0,080 𝑓𝑦.(ℎ−𝑑 𝐹

𝐴𝑠′ = tulangan tekan


e. As tarik direduksi sesuai rasio momen
à menuhi M ( + ) pada tulangan tunggal
𝑀+ . As = …. mm2 (tabel tulanga
𝐴𝑠 =
𝑀𝑚𝑎𝑥

ρ = 𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
𝑏. 𝑑

ρ’ = 𝐴𝑠1 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
𝑏. 𝑑
ρ - ρ’ > ρb
f. Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
𝑎−0,85.d𝗙
Cs= A’s . 600
𝑎
𝐶𝑐 = 0,85 . fc’ . ab
Solusi :
−𝑏±√𝑏2 −4𝑎𝑐
𝑎1,2 = 2𝑎

−𝑏+√𝑏2 −4𝑎𝑐
𝑎1 = 2𝑎

−𝑏−√𝑏2 −4𝑎𝑐
𝑎2 = , nilai a diambil (+)
2𝑎
47

g. Regangan tulangan tarik


510−𝑎
𝜀𝑠 = 0,003 . 𝑎
𝑓𝑦
𝜀y = 𝑎 , nilai 𝜀𝑠 > 𝜀y

h. Regangan tulangan tekan

𝜀𝑠’ = 0,003 . 𝑎−0,85.d


𝗙

f𝑠’ = 𝜀𝑠’ . 𝜀𝑠
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
𝑎
𝑀𝑛 = 0,85 . 𝑓𝑐 ⋅ 𝑎𝑏 (𝑑- 2 ) + 𝐴’𝑠 ⋅ 𝑓’𝑠 (𝑑 – 𝑑’ )

𝑀 𝐷 = 𝑀 𝑢= 𝜙 ⋅ 𝑀 𝑛
i. Cek kesetimbangan
Cs + Cc = T
T = As . fy
5. Prinsip Desain Balok T dan L (SNI)

Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997


Gambar 2. 8 Lebar Flens Efektif Balok T dan L

Balok T à lebar efektif


be ≤ 16 . hf + bw
be < ln + bw
1
be < 4 L, diambil nilai terkecil

Dengan L = bentang balok


Balok L
be ≤ 6 . hf + bw
48

be < 0,5 ln + bw
1
be < L + bw ,diambil nilai terkeci
4

a. qn ≤ hf , didesain balok dengan bw = be


a ≤ hf dan c ≤ 𝛽1. hf

Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997


Gambar 2. 9 Ukuran Penampang, Distribusi Regangan dan Gaya Internal

Kesetimbangan gaya internal, c= T atau c – T = 0


T = As . fy
e = 0,85 . fc . ab = As . fy
𝐴𝑠 .𝑓𝑦
a = ∅.𝑓𝑐′ .𝑏𝑒 = 1,18 . ωd
𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝜌 = 𝑏𝑒.𝑑 dan ω 𝜌 𝑓𝑐′

Maka momen nominal penampang :


𝑎
Mn = As . fy ( d 2 )

Karena a < hf sebagai balok segi empat


a < ab
𝜌 < 𝜌𝑏
0,85 𝑥 𝑓𝘍𝑐 .𝛽1 𝐸𝑠
𝜌b = 𝑓𝑦 𝐸𝑠+𝑓𝑦

b. qn pada badan balok didesain sebagai balok T dan L


a > hf dan c > 𝛽1 . hf
49

Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997


Gambar 2. 10 Ukuran Penampang, Distribusi Regangan dan Gaya Internal

 Bagian flens :
T1 = Asf . fy
Asf = luas tulangan kondisi leleh
Cf = 0,85 . fc’ . hf (be – bw)
 Keseimbangan internal :
T1 = Cf
𝑎0,85.𝑓𝑐′.ℎ𝑓(𝑏𝑒−𝑏𝑤)
Asf = 𝑓𝑦

Mn1 =:𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦. (𝑑 − 1 ℎ𝑓 )


2

 Bagian web ( badan ):


As - Asf , pada kondisi leleh
T2 = (As - Asf )fy
Cw = 0,85. fc’ . bw . a
Keterangan
Cw = gaya badan balok
 Keseimbangan internal:
T2 = Cw
(𝐴𝑠−𝐴𝑠𝑓)𝑓𝑦
a =0,85 . 𝑓′ 𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑎
𝑎
Mn2 = (As – Asf)fy.(d-2 )

Mn = Mn1 + Mn2
1 𝑎
= Asf . fy (d - 2hf) + (As – Asf)fy (d - 2 )

Mu = 0,8 Mn
50

c. Kondisi seimbang balok (balance)

Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997


Gambar 2. 11 Keseimbangan Gaya Internal pada Balok T
𝑐 𝑆𝑢
=
𝑑 𝑆𝑢+𝑆𝑦

Keseimbangan horizontal
T = T1 + T2 = cf + cw
As . fy = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓′𝑐. 𝑏𝑤 . 𝑐 + 0,85 . 𝑓𝑐′(𝑏 − 𝑏𝑤) ℎ𝑓
As . fy = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓′𝑐. 𝑏𝑤 . 𝑐 + 𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦
Definisi :
𝐴𝑠
𝜌𝑤 = 𝑏𝑤.𝑑
𝐴𝑠 . 𝑓
𝜌𝑤 = 𝑏𝑤.𝑑
𝑓𝑐 ′ 𝐸𝑢
𝜌𝑤b =0,85. 𝛽1. ( 𝑓𝑦 ) (𝐸𝑢+𝐸𝑦) + 𝜌𝑦
𝑓𝑐 ′ 0,003+𝐸𝑠
𝜌b =0,85. 𝛽1. ( 𝑓𝑦 ) (0,003 𝐸𝑠+𝑓𝑦) + 𝜌𝑓

𝜌𝑤𝑏 𝑚𝑎𝑥 = 0,75 (𝜌̅𝑏 + 𝜌𝑓)


𝜌𝑤 𝑚𝑎𝑥 = 0,75 (𝜌𝑏 + 𝜌𝑓), agar tak runtuh (geser mendadak)
Catatan :
a. 𝑎 ≤ ℎ𝑓, untuk balok persegi
b. 𝜌𝑓 = 𝐴𝑠 𝑏𝑤⋅𝑑 dengan 𝜌𝑚𝑖𝑛= 1,4 𝑓𝑦 MPa
6. Perhitungan Tulangan Geser ( SNI 03-2847-2013 Pasal 21.5.4.1 )
Secara singkat, langkah-langkah perencanaan penampang
terhadapgaya geser adalah :
a. Hitung gaya geser terfaktor pada penampang-penampang kritis
disepanjang batang / elemen.
51

b. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton .


c. Cara mendimensi :
 Bila (Vu -  Vc) < 0,67 . bw . d √𝑓′𝑐,ukuran balok
diperbesar.
 Bila (Vu -  Vc) < 0,67 . bw . d √𝑓′𝑐, tentukan jumlah
tulangangeser untuk menahan kelebihan tegangan.
 Bila Vu > 0,5 .  Vc, gunakan tulangan geser minimum.
Vu =  Vn
Dengan :
Vu = gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang
yangditinjau
Vn = kuat geser nominal yang dihitung dari:
Vn = Vc + Vs
dengan:
Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton.
Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh tulangan
badan.
d. Harga Vc dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut:
 Untuk kombinasi geser dan lentur :
1 𝑉𝑢.𝑑
Vc=7 (√𝑓 ′𝑐 + 120. ρw 𝑏𝑤. 𝑑
𝑀𝑢
𝐴𝑠 𝑉𝑢.𝑑
Dengan 𝜌w-𝑏𝑤.𝑑 ; 𝑀𝑢
tidak perlu > 1

Alternatifnya, sebagai penyederhanaan persamaan diatas, sering


digunakan persamaan:

Vc = 0,17 √𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑 = MPa


 Untuk kombinasi geser dan aksial tekan :
1 𝑉𝑢.𝑑
Vc=7 (√𝑓 ′𝑐 + 120. ρw 𝑀𝑚 𝑏𝑤. 𝑑
1
Dengan : Mm = Mu - 8 𝑁𝑢(4ℎ − 𝑑)
52

Atau melalui persamaan :


0,3 𝑁𝑢
Vc=0,3(√𝑓 ′𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑 √1 + = MPa
𝐴𝑔

 Untuk kombinasi geser dan aksial tarik


𝑁𝑢
Vc=0,17(1 − 0,3 𝐴𝑔 (√𝑓 ′𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑 = MPa

Dengan :
𝑁𝑢
= 𝑀𝑝𝑎
𝐴𝑔
Gaya tarik yang mempunyai harga Vc=0
e. Untuk kondisi tersebut diatas, berlaku ketentuan sebagai berikut:
 Jika Vu > Vc, perlu tulangan badan/sengkang dengan
gaya yangharus ditahan oleh sengkang sebesar:
𝑉𝑢
Vs = ∅−𝑉𝑐

Untuk sengkang vertikal:


𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
Vs = 𝑠

Untuk sengkang miring:


𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 (𝑆𝑖𝑛α+𝐶𝑜𝑠α)
Vs = 𝑠

Untuk tulangan miring:


Vs = Av . fy . sin𝛼
Khusus untuk tulangan miring, Harga Vs harus < 0,25√𝑓′𝑐 .
𝑏𝜔 . 𝑑
Dengan : s = jarak sengkang
𝛼 = sudut kemiringan sengkang
Nilai dari ke-2 persamaan diatas, harus < 0,67 √𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 .
𝑑
1
 Jika Vu < Vc, dan jika Vu ≥ 2Vc, secara teoritis tidak

perlu
tulangan badan, tetapi hanya disarankan sengkang minimum.
1
Jika Vu ≥ Vc, tidak memerlukan sengkang
2
53

7. Perhitungan Tulangan Geser Minimum


Bila pada suatu komponen beton bertulang bekerja gaya geser
yang nilainya lebih kecil dari kekuatan geser beton Vc, tetapi > 0,5
Vc, maka harus dipasang tulangan minimum:
𝑏𝑤.𝑆
Minimum Av = 50 𝑓𝑦

Ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat pondasi setapak,


struktur beton rusak, dan untuk balok yang memiliki tinggi total tidak
lebih dari nilai terbesarantara 250 mm, 2,5 x tebal flens 0,5 x lebar
badan.
8. Jarak Tulangan Geser
Berdasarkan SNI 2847-2019 pasal 3.4.5(4), jarak tulangan
geser harus mengikuti ketentuan berikut:
Jarak tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap
1
sumbu aksial komponen struktur tidak lebih dari d atau smaks = 600
2

mm.
9. Perhitungan Tulangan Torsi
Perhitungan tulangan torsi non prategang dapat diabaikan
apabilamemenuhi syarat sebagai berikut (SNI 03-2847-2019):
𝐴𝑐𝑝2
Tc =  . 0,083 . λ √𝑓′𝑐 ( ) > Tu
𝑃𝑐𝑝

Jika, Tu < Tc, tidak perlu tulangan puntir


Tu ≥ Tc, perlu tulangan puntir
Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi
syarat :
2
𝑉𝑢 2 𝑇𝑢𝑃ℎ 2 𝑉𝑐 √𝑓′ 𝑐
√( ) + (1,7 𝐴2 < (𝑏𝑤 .𝑑) + ( )
𝑏𝑤 𝑜ℎ 3

Dimana :
√𝑓′𝑐
Vc = bw . d
6

a. Menentukan tulangan torsi transversal


Tn = dimana = 0,85
Tulangan torsi longitudinal yang harus dipasang untuk
menahan puntir dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
54

 Luas 1 tulangan torsi yang dibutuhkan


𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
𝐴1 = 𝑃ℎ( )𝐶𝑜𝑡 2 θ
𝑠 𝑓𝑦𝑡
Dengan nilai 𝐴𝑡 = 𝑇𝑛
𝑠 2 .𝐴𝑜 .𝑓𝑦𝑣.𝐶𝑜𝑡θ

Dengan nilai 𝜃 = 45° untuk komponen struktur non-


prategang (SNI 03-2847-2019 pasal 11.5.3.6)
 Dan luas total tulangan torsi longitudinal minimum
ditentukan rumus:
5√𝑓𝑐.𝐴𝑐𝑝 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
Min 𝐴1 = ( ) − ( 𝑃ℎ )
12.𝑓𝑦1 𝑠 𝑓𝑦1
𝐴𝑡 𝑏𝑤
Dengan 𝑆𝑚𝑖𝑛 ≥ 6𝑓𝑦𝑣

 Banyaknya tulangan torsi yang dibutuhkan


𝐴𝑚𝑖𝑛
n= 𝐴1

b. Menghitung tulangan Sengkang torsi


75√𝑓𝑐.𝑏𝑤𝑠
Av + 2𝐴𝑡 = 1200.𝑓𝑦𝑣
1𝑏𝑤𝑠
Dengan : Av + 2𝐴𝑡 ≥ 3𝑓𝑦𝑣

𝐴𝑣 75√𝑓𝑐. 𝑏𝑤 𝐴𝑡
= 2
𝑠 1200. 𝑓𝑦𝑣 𝑠
𝐴𝑣 75√𝑓𝑐. 𝑏𝑤 𝐴𝑡
= 2
𝑠 1200. 𝑓𝑦𝑣 𝑠
c. Jarak Sengkang torsi
𝐴𝑣
𝑆=
75√𝑓𝑐 𝑏𝑤 𝐴𝑟
−2 𝑠
1200. 𝑓𝑦𝑣
Syarat spasi maksimum tulangan sengkang adalah :
 s ≥ Ph / 8
 s ≥ 300 mm
Keterangan :
Aep = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton
(mm2)
Ao = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm2)
55

Aoh= luas yang dibatasi garis pusat tulangan sengkang torsi


terluar (mm2)
At = luas kaki sengkang tertutup yang menahan punter sejarah s
(mm2) Al = luas tulangan longitudinal yang memikul punter
(mm2)
yh = kuat Ieleh yang disyaratkan untuk tulangan geser (MPa)
fyt = kuat Ieleh tulangan torsi longitudinal (MPa)
fy = kuat Ieleh tulangan sengkang torsi (MPa)
Pcp = keliling luar penampang beton (mm)
Ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar
(mm)
S = spasi tulangan geser arah paralel tulangan longitudinal (mm)

2.7.4 Perencanaan Tangga


Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas antar lantai
pada struktur gedung bertingkat tinggi yang mempunyai tingkat lebih dari
satu, serta memiliki beda elevasi dan dua bidang horisontal pad bangunan
dengan lantai bangunan yang berbeda. Perhitungan optrede dan antrede
tangga menggunakan rumus:

2 x optrede + antrede = 61 cm s/d 65 cm

keterangan :
optrede = langkah tegak
antrede = langkah datar
sudut tangga (α) = arc tan (x/y)
jumlah anterde =A
jumlah optred =O=A+1
Desain struktur sama dengan desain pelat dan balok persegi. Tinggi dari
pelat tangga minimal (hmin) adalah sebagai berikut:
𝐿
hmin =
28
0
tinggi h’ adalah h’ = hmin + 2 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝑎

langkah – langkah perencanaan penulangan tangga adalah:


56

1. Menghitung kombinasi pembebanan (Wu) dari beban mati (D) dan


bebanhidup (L)
2. Menentukan tebal selimut beton (p), diameter tulangan rencana (D),
dantinggi efektif arah-x (dx) dan arah –y (dy)6
3. Dari perhitungan SAP2000 v.14 didaparkan nilai momen pada tumpuan
danlapangan baik pada pelat tangga maupun pada bordes
4. Menghitung penulangan pelat tangga dan bordes
5. Perhitungan tulangan longitudinal
𝑓𝑦
𝑚=( )
0,85 𝑥 𝑓𝑐
Mu = ø.Mn atau Mn = 𝑀𝑢 dengan nilai ø = 0,8
ø
𝑀𝑛 𝑀𝑛
Rn1 = =
𝑏.𝑑2 𝑏.ℎ2

a. Rasio tulangan minimum min


b. Rasio tulangan balance

𝜌b=(0,85 𝑥𝑓𝑦𝑓 𝑐β1) 𝑥 (600+𝑓𝑦
600
)

Besarnya nilai β untuk mutu beton berikut:


fc’ ≤ 28 Mpa, β = 0,85
fc’ > 30 Mpa, β = 0,85 – 0,008 (fc’-28)
c. Rasio tulangan maksimum (𝜌max)
𝜌𝑚𝑎𝑥= 0,75𝜌𝑏
d. Mencari rasio penulangan (𝜌) dengan persamaaan:

𝜌=𝑚1 [1 − √1 − 2(𝑚)(𝑅𝑛)
𝑓𝑦

Pemeriksaan syarat rasio penulangan: ( < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑥 )


e. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan(As)
As = 𝜌𝑑𝑒 . b . d
f. Menentukan jarak antar tulangan
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝑜2 𝑥 𝑏
S= 𝑎𝑠
57

2.7.5 Perencanaan Kolom


Perencanaan kolom struktur bangunan berdasarkan pada SNI03-
2847-2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Adapun
langkah-langkahperhitungannya antara lain:
1. Menentukan gaya yang bekerja seperti: gaya aksial, gaya geser, dan
momen maksimum dan didapatkan dari analisis struktur dengan
menggunakanprogram SAP2000.v14.
2. Menentukan jenis portal struktur termasuk portal bergoyang atau portal
tidakbergoyang berdasarkan SNI 03-2847-2019 Pasal. 10.10.5.2, dimana
portal struktur dapat dianggap tidak bergoyang apabila nilai Q pada
persamaan tidak melebihi 5%.
∑𝑃𝑢∆
Q = ∑𝑉𝑢𝑠 𝑙𝐶𝑎 ≤ 0,05

Dimana :
Q = Pembesaran momen-momen kolom akibat pengaruh orde-dua.
Σpu = Beban vertikal terfaktor total.
Δo = Defleksi lateral relative orde pertama pada tingkat tertentu akibat
Vus.
Σvus = Gaya geser tingkat horizontal pada tingkat yang ditinjau.
Lc = Panjang komponen struktur tekan pada system rangka yangdiukur
dari sumbu ke sumbu joint.
3. Cek kelangsingan kolom berdasarkan SNI 03-2847-2019 Pasal 10.10.1
terhadap sistem rangka tanpa bracing untuk komponen struktur tekan
dengan persamaan :
𝑘, 𝑙𝑢
≤ 22
𝑟
Dimana:
Lu = tinggi bersih kolom
1
r = jari-jari girasi = √𝐴

k = rasio kelangsingan yang didapat dari grafik monogram pada


(gambar2.10) penentuan faktor panjang efektif.
58

Gambar 2. 12 Faktor Panjang Efektif k

Nilai faktor tinggi efektif k harus ditentukan dengan menggunakan


persamaan:
𝐸𝑙
∑( 𝑘 )
𝐼𝑛𝑘
Ψ= 𝐸𝑙
∑( 𝑏 )
𝐼𝑛𝐵

Dimana :
Ψ = ratio dari EI/Ψ kolom terhadap EI/Ψ balok
l nk = jarak bersih antar kolom
l nb = jarak bersih antar balok
Ik = momen inersia kolom
Ib = momen inersia balok
E = Ec = 4700 √𝑓𝑐 (Mpa)
EI kolom berdasarkan SNI 03-2847-2019 pasal 10.10.6.1 dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.58) dengan
mempertimbangkan retak dan rangkak.
𝐸𝑐 𝐼𝑔
EI kolom =
1+𝛽𝑑

Dimana:
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
≤1
βd = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
59

4. Cek syarat komponen struktur kolom yang akan didesain berdasarkan SNI
03-2847-2019 Pasal 21.6, yaitu berupa :
a. Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada kolom melebihi 0,1
Agfc’.
b. Ukuran penampang terkecil kolom tidak kurang dari 300 mm.
c. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran
dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.
d. Menentukan tulangan Longitudinal
5. Tulangan longitudinal yang digunakan harus memenuhi syarat
konfigurasi tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2019 Pasal l21.6.3.1,
yaitu:
Syarat rasio tulangan : 0,01 < pg < 0,06
Sehingga :
0.01 Ag fc’ < Ast < 0,06. Ag fc’
6. Menentukan Kapasitas Kolom
Kuat kolom direncanakan harus memenuhi 20% lebih kuat
dari jumlah momen balok yang bertemu dijoint,atau memenuhi
persamaan:
ΣMc ≥ 1,2 ΣMb
Adapun momen-momen yang bekerja pada joint dapat dilihat padai
lustrasi gambar2.11

Mc

Mb

Gambar 2. 13 Ilustrasi momen yang bekerja pada joint


60

Dimana:
Ma = Momen kolom atas
Mb = Momen kolom desain
Mc = Momen balok kiri
Md = Momen balok kanan
Momen yang bekerja pada kolom bersesuaian dengan gaya aksial
kolom, Pn, pada diagram interaksi.
7. Perhitungan Tulangan Transversal
Menurut SNI 03-2847-2019 Pasal 21.5.4.1, gaya geser desain Ve
ditentukan dari peninjauan gaya yang bekerja pada komponen struktur
antar muka joint, sesuai dengan persamaan:
𝑀𝑢𝑡+𝑀𝑢𝑏
Ve = 𝐼𝑛

Dimana:
Mut dan Mub = Momen terfaktor yang bekerja pada muka ujung
kolom
In = Tinggi bersih kolom
a. Dalam batang lo
1. Perhitungan Ve
Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis.
2. Perhitungan Vc
Vc Dapat diambil =0, jika:
a) Ve Akibat gempa lebih besar dari 0,5Vu
b) Gaya aksial terfaktor tidak melampaui Agfc’/20 Jika salah satu
syatart tidak dipenuhi, maka Vc diperhitungkan.
61

𝑁𝑢 √𝑓′𝑐
Vn = (1 + 14𝐴 )( ) x bw x d
𝑔 6

Trial spasi dan diameter tulangan melalui persamaan:


Vsterpasang = = 𝐴𝑠+𝑓𝑦
𝑠
𝑏𝑤
Syarat Av > 𝑥s
3 𝑓𝑦

b. Diluar bentang lo
𝑁𝑢 √𝑓′𝑐
Vc = (1 + 14𝐴 )( x bw x d
𝑔 6

𝑉𝑒
Jika ≤ ∅ 𝑉𝑐 untuk bentang di luar 𝑙𝑜 maka sengkang dibutuhkan untuk
𝜑 𝜑
𝑉𝑒
geser. Dan apabila ≤ ∅ 𝑉𝑐 maka sengkang tidak dibutuhkan untuk geser
𝜑

tapi hanya untuk tulangan transversal.


Bedasarkan SNI 03-2847-2019 Pasal 21.6.4.4 diterangkan bahwa luas
total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang daripada salah
satu terbesar antara:
Ash=0,09 𝑠ℎ𝑐𝑥𝑓′𝑐
𝑓𝑦ℎ

Dimana
hc = dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu
tulangan pengekang (mm)
Ach = luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi
luartulangan transversal (mm)
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara:
1. ¼ cross section dimensi kolom
2. 6 kali diameter tulangan longitudinal
350− ℎ𝑥
3. Sx menurut persamaan adalah: Sx = 100 +
3

Dimana:
hx = spasi horisontal maksimum untuk kaki-kaki sengkang
tertutup atau semhkang ikat pada semua muka kolom(mm).
Untuk nilai sx tidak perlu lebih besar sari 150 mm dan tidak lebihkecil
dari 100 mm. Tulangan sengkang tersebut diperlukan sepanjang dari
lo ujung-ujung kolom. Dimana lo dipilih yang tersebar diantara:
1. Tinggi elemen struktur di joint (d)
2. 1/6 tinggi bersih kolom 3)
3. 500 mm
62

Dengan demikian ambil nilai tersebar. Menurut SNI 03-2847-


2019 Pasal 21.6.4.5 dinyatakan bahwa sepanjang sisa tinggi kolom bersih
(tinggi kolom total dikurangi lo dari ujung-ujung kolom) diberi sengkang
dengan spasi tidak lebih daripada nilai terkecil dari enam kali diameter
tulangan longitudinal kolom atau 150 mm.
8. Konsep Kolom Sentris dan Eksentris
Berdasarkan posisi beban, kolom di bedakan menjadi 2 yaitu
kolomdengan beban sentris dan kolom dengan beban eksentris. Kolom
dengan beban sentris mengalami gaya aksial dan tidak mengalami
momen lentur.Keruntuhan kolom dapat terjadi pada beton hancur karena
tekan / baja tulangan leleh karena tarik. Kolom pendek adalah kolom
yang runtuh karena materialnya, yaitu lelehnya baja tulangan / hancurnya
beton. Kolom langsing adalah kolom yang runtuh karena tekuk yang
besar. Perencanaankolom pendek didasarkan pada 2 kondisi, yaitu:
a. Kolom Sentris
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah
kontribusi beton yaitu (Ag – Ast) 0,85 fc’ dan kontribusi baja tulangan
yaitu Ast . fy.
Dimana:
Ag = luas penampang bruto
Ast = luas total tulangan baja
Kapasitas sentris maksimum:
P0 = (Ag - Ast) 0,85fc’ + Ast . fy
Pada kenyataannya, beban eksentrisitas sebesar 0 sangat sulit
terjadidalam struktur aktual. Hal tersebut disebabkan karena ketidak
tepatan ukuran kolom, tebal plat yang berbeda dan ketidak
sempurnaan lainnya. Batas eksentrisitas minimal untuk kolom
sengkang dalam arah tegak lurussumbu lentur adalah 10% dari tebal
kolom dan 55 untuk kolom bulat.
Berdasarkan SNI 03-2847-2019 tentang tata cara perencanaan
betonuntuk bangunan gedung, kuat rencana kolom tidak boleh lebih
dari:
63

 Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral /


komponen struktural tekan komposit:
 . Pn maks = 0,85 .  (Ag - Ast) 0,85fc’ + Ast . fy
 Untuk konponen struktur non-prategang dengan tulangan
pengikat:
 . Pn maks = 0,80 .  (Ag - Ast) 0,85fc’ + Ast . fy
Dengan faktor reduksi ɸ untuk kolom sengkang sebesar 0,65 dan
ɸuntuk kolom bulat 0,70.
b. Kolom Eksentris
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi
yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap
kurang dari tinggi efektif penampang (d). Apabila angka kelangsingan
keluar ≤ 22, maka tergolong kolom pendek. Berdasarkan regangan
yang terjadi pada baja tulangan yang tertarik, kondisi awal keruntuhan
digolongkan menjadi 2, yaitu :
 Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan
tarikdimana Pn < Pnb.
 Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton
dimana Pn > Pnb.
Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh
bersamaan dengan regangan beton. Beton mencapai kekuatan
maksimumfc’ pada saat regangan desak beton maksimal 0,003.
Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan 2 cara antara lain:
o Metode pendekatan Pn - Mn
Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukan
ragam kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom
secara aman. Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi 2 daerah yaitu
daerah keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan tarik dengan
pembatasnyaadalah titik balance.
Tulangan dipasang simetris untuk mempermudah pelaksanaan,
mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik/tulangan tekan
dan mengantisipasi perubahan tegangan akibat beban gempa. Jika beban
64

Pu bekerja pada penampang kolom dan berjarak dari sumbu kolom, maka
akibat yang ditimbulkan oleh beban tersebut adalah sama dengan apabila
suatu pasangan yang terdiri atas beban Pu sentris dan momen Mu = Pu.e
bekerja serentak pada penampang tersebut.

Gambar 2. 14 Kombinasi Beban Aksial Dan Momen (Aksial) Kolom


Simetris 2 Sisi

Tinjauan kolom dengan diagram Pn–Mn diperhitungkan pada 3


kondisi,yaitu :
 Pada kondisi eksentrisitas kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana
memilikinilai sebesar kuat rencana maksimum.
. 𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑃𝑛 =

Sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :
 Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh
danbeton mengalami batas regangan dan mulai hancur.

Gambar 2. 15 Regangan Baja Kondisi Balance


65

Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan


persamaan sumbu netral pada kondisi balance (Cb) yaitu:
0,003
𝐶𝑏 =
𝑓𝑦
0,003 +
𝐸𝑠
600
Atau dengan Es = 200000, maka: Cb =600+𝑓𝑦

Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance:


Pn . b = Cc . b + Cs . b – Ts . b
Dengan:
Cc . b = 0,85 . fc’ . ab . bCs . b = A’s . fs’
Ts . b = As . fs
Momen pada kondisi balance (eb):
Mn . b = Pn . b . e
𝑎
= 𝐶𝑐𝑏 (𝑦 − ) + 𝐶𝑠𝑏 (𝑦 − 𝑑 ′) + 𝑇𝑠𝑏 (𝑑 − 𝑦)
2
 Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum
luluhsedangkan tulangan tekan telah luluh dimana Fs = tegangan
tulangan
tekan pada kondisi luluh. Pada kondisi momen murni
keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn = Pu = 0).
66

Gambar 2. 16 Keseimbangan Momen

Untuk fs dan fs’ harus menggunakan nilai aktualnya, jika


regangan baja mencapai regangan lelehnya ( ), maka untuk
dan digunakan tegangan leleh baja fy.
Regangan baja tarik:
𝑑−𝑐
𝜀 = . 0,003
𝑐

Jika ɛs ≥ ɛy à fs = fy
Jika ɛs < ɛy à fs = ɛs . Es
Regangan baja desak:
𝑐−𝑑′
𝜀 ′= .0,003
𝑐

Jika ɛ’s ≥ ɛy à f’s = fy


Jika ɛ’s < ɛy à f’s = ɛ’s . Es
Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu :
Cc + Cs = Ts
Dimana :
Cc = 0,85 . fc’ .b .ab
Cs = F’s . A’s
67

Ts = fs . As
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Persamaan yang diperoleh dari segitiga sebangun
dengantinggi sumbu netral pada c yaitu :
0,003(𝑐−𝑑′ )
fs’= Es. 𝜀s’ = Es. 𝑐

Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance:


Pn.b = Cc.b + Cs.b - Tsb
Dengan:
Cc.b = 0,85 . fc’ . ab . b
Cs.b = A’s . fs’
Ts.b = As . fs
Momen pada kondisi balance (eb) dapat ditulis sebagai berikut:
Mn = Cc (y-𝑎) + Cs(y-d’)+Ts(d-y)
2

o Metode pendekatan Whitney (kolom bulat)


Persamaan-persamaan yang disarankan Whitney digunakan
sebagai solusi alternatif dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu
konservatifkhususnya apabila beban rencana terlalu dekat dengan beban
balance.
Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan tekan
dan balance yang disarankan berdasarkan asumsi-asumsi:
 Transformasi kolom bulat menjadi kolom segi empat ekivalen.
 Tebal penampang segi empat ekivalen diambil sebesar 0,8 h dimana
h adalah diameter kolom bulat.
 Lebar kolom segi empat ekivalen diambil sebesar Ag/0,8h.
 Luas total segi empat ekivalen pada 2 lapis yang sejajar berjarak 2Ds
/ 3 dalam arah lentur dimana Ds adalah diameter tulangan terluar dari
as ke as.
Persamaan Whitney untuk keutuhan tekan :
𝐴𝑠𝑡.𝑓𝑦 𝑏.ℎ.𝑓′𝑐
Pn = 𝑒 + 3.ℎ.𝑒
( )+0,5 ( 2 )+1,18
𝑑−𝑑′ 𝑑

Persamaan Whitney untuk keutuhan Tarik :


0,85𝑒 2 𝑃𝑔.𝑚.𝐷𝑠 0,85 𝑒
Pn = 0,85.fc’.ℎ2 [√( − 0,38) + −( − 0,38)
ℎ 2,5 ℎ ℎ
68

Dimana :
H = diameter penampang
Ds = diameter tulangan terluar dari as ke as
e = eksentrisitas terhadap pusat plastis
Ρg = Ast/Ag
m = fy/0,85 . fc’
2.8 Perencanaan Struktur Bawah (Lower Structure)
Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas
muka tanah. Dalam perencanaan Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang ini di
bagian struktur bawah bangunan berupa tie beam, tiang pancang, dan pile cap.

2.8.1 Tie beam


Perencanaan tie beam (balok pengikat) meliputi perencanaan
tulangan utama dan tulangan geser (sengkang). Tie beam didesain dan
ditempatkan pada dasar-dasar kolom struktur yang berfungsi untuk
mengantisipasi tarikan atau tekanan yang terjadi pada kolom yang bergoyang.
2.8.1.1 Gaya Aksial
Penulangan tie beam didasarkan pada kondisi pembebanan dimana
bebanyang diterima adalah beban aksial dan lentur. Gaya aksial Tarik yang
diterima diasumsikan sebesar 10% dari gaya tekan pada dasar kolom.
a. Besar gaya aksial pada kolom
Pu = 10% x Pmaks
b. Tegangan tarik beton
frijin = 0,70 x √𝑓′𝑐
c. Tegangan tarik yang terjadi
𝑃𝑢
Fr=∅xbxh

d. Kontrol keamanan
Tegangan tarik (fr) < tegangan izin (frijin)
2.8.1.2 Pembebanan tie beam
Gaya dalam yang bekerja pada tie beam didapat dari output
SAP2000.
69

2.8.1.3 Perhitungan tulangan utama


Perencanaan tulangan tie beam didapatkan dari perhitungan praktis
darisP-Column.
2.8.1.4 Perhitungan tulangan transversal
 Besarnya gaya geser yang bekerja pada tie beam
Gaya geser nominal
𝑉𝑢
Vn = ∅

 Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen


struktur yang dibebani Tarik aksial
𝑁𝑛 √𝑓𝑐
Vn = ( 1 + )𝑥 ( ) 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
14xAg 6

 Jika 0,5 Vc ≤ Vn ≤ Vc, maka menggunakan persamaan:


𝐴𝑣 𝑏𝑤
=
𝑠 3 𝑥 𝑓𝑦
Apabila tulangan geser terdiri dari tulangan tunggal satu
kumpulan tunggal pararel tunggal yang semuanya
dibengkokkan pada jarak sama dari perletakan dmana (V-Vc)
3
tidak boleh melebihi √𝑓𝑐 Sedangkan pada tempat-tempat
8
1
tertentu pada komponen struktur dimana nilai Vu > Vc
perlu dipasang sejumlah tulangan geser minimum:
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Vs= 𝑠

Persamaan jarak tulangan


𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
S= 𝑉𝑠
𝑑
Syarat spasi maksimum tulangan geser adalah S <
2

2.8.2 Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar bangunan (sub-
structure) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur
bangunan(upper-structure) ke lapisan tanah yang berada di bawahnya. Pondasi
harus diperhitungkan untuk menjamin kestabilan bangunan terhadap berat
sendiri, beban-beban bangunan, gempa, dan lain-lain.
Jenis pondasi yang digunakan dalam perencanaan struktur Rumah
Susun Soekarno Hatta Semarang merupakan pondasi tiang. Pondasi tiang
70

merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk meneruskan beban ke tanah


dalam arah vertical maupun horizontal. Selain itu pondasi tiang digunakanuntuk
memikul beban dari struktur atas, menahan gaya angkat (up-lift force) pada
pondasi, untuk memadatkan tanah, mengurangi penurunan, dan untuk menahan
longsoran atau sebagai soldier piles.
Faktor keamanan biasanya digunakan untuk menahan penurunan
berlebihan yang dapat membahayakan struktur di atasnya. Podasi tiang juga
digunakan untuk menahan beban miring, beban lateral atau gaya angkat (up-
lift)dan momen.
Daya dukung pondasi tiang didapatkan dari gesekan antar selimut
tiang dengan tanah dan dari tahanan ujungnya. Kedua komponen tersebut
dapatbekerja secara bersamaan maupun terpisah, namun umumnya hanya
salah satu komponen tersebut yang lebih dominan. Tiang yang memiliki
tahanan ujung lebih besar disebut tahanan tiang ujung (tip bearing piles) dan
tiang yang memiliki tahanan selimut lebih besar disebut tiang gesekan
(friction piles).
2.8.2.1 Klasifikasi Pondasi Tiang
Berdasarkan metoda instalasinya, pondasi tiang diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Tiang pancang
Pondasi tiang pancang merupakan sebuah tiang yang dipancang
pada kedalaman tanah yang cukup untuk menimbulkan tahanan
gesek pada selimut maupun tahanan ujungnya.
b. Tiang bor
Tiang bor dibangun dengan cara penggalian sebuah lubang bor
yang kemudian diisi dengan material beton dengan memberikan
tulangan terlebih dahulu.
2.8.2.2 Persyaratan Pondasi Tiang
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pondasi tiang
adalah sebagaiberikut:
a. Beban yang diterima tidak melebihi daya dukung tanah
b. Batasan penurunan pada bangunan berada di nilai yang dapat
diterima dantidak merusak struktur
71

c. Pengendalian atau pencegahan dampak dari pelaksanaan


konstruksi pondasi
2.8.2.3 Penyelidikan tanah
Penyelidikan tanah diperlukan untuk menentukan jenis
pondasi, daya dukung, dan menentukan metode konstruksi yang
efisien. Informasi penyelidikan tanah pada suatu proyek diperoleh
untuk membuat perencanaan yang aman dan ekonomis pada masa
konstruksi. Adapun salah penyelidikan tanah di lapangan antara
lain:
a. Uji sondir
Uji sondir digunakan untuk menunjukkan dugaan profil atau
lapisan (stratifikasi) tanah, karena jenis perilaku tanah dapat
diidentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan
gesekan selimutnya. Sondir standar memiliki luas penampang
ujung konus sebesar 10 cm2 sudut puncak600. Luas selimut 150
cm2. Kecepatan penetrasi 2 cm/detik.
Pengujian awal pada sondir dapat digunakan untuk pemilihan
jenis uji berikutnya dan dapat membantu menentukan posisi
(kedalaman) untuk uji lapangan yang lain.
b. Standard penetration test (SPT)
Secara konvensional, uji SPT dilakukan dengan interval
kedalaman 1,5m sampai 3 m dan sampel tanah yang diperoleh dari
tabung SPT digunakanuntuk klasifikasi.
2.8.2.4 Kapasitas Aksial Pondasi Tiang Pancang
1) Berdasarkan Kekuatan Bahan
Pn = 0,30 x fc’ x A -1,2 x Wp
Keterangan:
Pn = Kapasitas dukung nominal tiang pancang
Fc’ = kuat tekan beton tiang pancang
A = luas penampang tiang pancang
Wp = berat tiang pancang
Tahanan aksial tiang pancang = f x Pn
72

Keterangan:
F = factor reduksi kekuatan
Pn = Kapasitas dukung nominal tiang pancang
2) Berdasarkan Data Bor Tanah (Skempton)
 Tahanan Ujung
Tahanan ujung nominal tiang pancang dihitung dengan rumus:
Pb = Ab x Cb x Nc
Keterangan:
Ab = Luas penampang ujung di bwah tiag (m2)
Cb = kohesi tanah di bawah dasar tiang (kN/m2)
Nc = Faktor daya dukung
 Tahanan Gesek
Tahanan gesek nominal menurut skempton,
Ps = S (ad x cu x As)
Keterangan:
ad = faktor adhesi
cu = kohesi tanah disekitar tiang (kN/m2)
As = Luas permukaan dinding tiang (m2)
Faktor adhesi untuk jenis tanah lempung pada tiang
pancang yang nilainya tergantung dari nilai kohesi tanah,
menurut skepmton, diambil:
ad = 0,2 (0,98)cu
Luas permukaan didning segmen tiang,
As = p x D x L1, dengan L1 merupakan panjang segmen
tiang pancangyang ditinjau (m).
 Tahanan Aksial Tiang Pancang
Tahanan nominal tiang pancang, Pn = Pb + Ps
Tahanan aksial tiang pancang= f x Pn
3) Berdasarkan Hasil Uji Sondir (Bagemann)
 Tahanan Ujung
Tahanan ujung nominal ditulis dengan rumus:
Pb = w x Ab x qc
Keterangan:
73

w = factor reduksi nilai tahanan ujung nominal tiang


Ab= luas ujung bawah tiang (m2)
qc = tahanan penetrasi kerucut statis yang merupakan nilai
rata-rata dihitung dari 8.D di atas dasar tiang sampai 4.D di
bawah dasar tiang(kN/m2)
 Tahanan Gesek
Tahanan gesek Skempton dihitung dengan rumus:
Ps = S (As x qf)
As = p x D x L1
Keterangan:
As = luas permukaan segmen dinding tiang (m2)
qf = tahanan gesek kerucut statis rata-rata kN/m
 Tahanan Aksial Tiang Pancang
Tahanan nominal tiang pancang, Pn = Pb + Ps
Tahanan aksial tiang pancang= f x Pn
4) Berdasarkan Hasil Uji SPT (Mayerhoff)
Kapasitas normal tiang pancang secara empiris dari nilai
N hasilpengujian SPT menurut Meyerhoff dinyatakan dengan
rumus:
̅ x As
Pn = 40 x Nb x Ab + 𝑁
Dan harus kurang dari
̅ x Ab
Pn = 380 x 𝑁
Keterangan:
Nb = nilai SPT di sekitar tiang
̅ = nilai SPT rata-rata di sepanjang tiang Ab = luas dasar tiang
𝑁
(m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Kemudian dari tahanan aksial tiang pancang dari
persamaan tersebut diambil nilai daya dukung untuk
dimasukkan dalam perhitungan pondasi.
74

2.8.2.5 Tahanan Lateral Pondasi Tiang Pancang


1) Berdasarkan Defleksi Tiang Maksimum (Broms)
Tahanan lateral tiang (H) kategori tiang Panjang, dapat dihitung
denganpersamaan:
H = yo x kh x D / (2 x b x (e x b + 1)
Keterangan:
D= Diameter tiang pancang (m)
L = Panjang tiang pancang (m)
Kh = Modulus subgrade horizontal
Ec = Modulus elastis tiang
Ic = Momen inersia penampang
e = Jarak beban lateral terhadap muka tanah
yo = Defleksi tiang maksimum
Koefisien defleksi tiang,
b = (kh x D / (4 x Ec x Ic)0,25
jika b x L > 2,5 maka termasuk tiang panjang
Tahanan lateral tiang pancang = f x Hn = kN
2) Berdasarkan Momen Maksimum (Brinch Hansen)
Kuat lentur beton tiang pancang,
Fb = 0,40 x fc’ x 103 = kN/m2
Tahanan momen, W = Ic / (D/2) = m3
Momen maksimum, My = fb x W= kNm
Kohesi tanah rata-rata, 𝐶𝑢 = ∑𝐶𝑢 𝑥 𝐿1 /𝐿1
F = Hn/[9x Cu x D] pers. (1)
g = L-(f+1,5 x D ) pers. (2)
My = Hn x (e + 1,5xD + 0,5xf) pers. (3)
My = 9/4 x D x 𝐶𝑢 x g2 pers. (4)
M max = Hn x (e +1,5xD + 0,5xf)
Jika Mmax > My, maka termasuk kategori tiang Panjang Tahanan
lateral tiang pancang = f x Hn
Berdasarkan defleksi tiang maksimum dan momen maksimum,
defleksilateral tiang yang digunakan adalah yang terkecil.
75

2.8.2.6 Kapasitas Dukung Tiang dan Konfigurasi Titik Tiang


1) Kapasitas dukung tiang kelompok (Pijin)

Sumber: A., Hanggoro Tri Cahyo, 2006


Gambar 2. 17 Kapasitas Dukung Tiang

Kapasitas dukung kelompok tiang harus dikalikan dengan efisiensi


kelompok tiang sebagai berikut :
∅ (𝑛−1)𝑥𝑚+(𝑚−1)𝑥𝑛
Eff =1-90 𝑥( )
𝑚𝑥𝑛

Dimana :
n = jumlah baris tiang
m = jumlah tiang dalam satu baris
𝐷
𝜙 = tan-1 𝑆

s = jarak antar tiang (m)


2) Distribusi beban struktur atas ke kelompok tiang
Beban yang didukung oleh tiang ke I (Qi) akibat beban P, Mx,
dan Mydalam sebuah pile cap adalah:
76

Sumber: A., Hanggoro Tri Cahyo. 2006


Gambar 2. 18 Distribusi Beban Struktur Atas ke Kelompok Tiang
𝑃 𝑀𝑦 𝑥𝑋𝑖 𝑀𝑥 𝑥𝑌𝑖
Qi = 𝑛 ± ±
∑(𝑋 2 ) ∑(𝑌 2 )

Dimana:
n = jumlah tiang dalam satu pile cap
∑(𝑋2)= jumlah kuadrat jarak X terhadap titik pusat berat kelompok
tiang
∑(𝑌2) = jumlah kuadrat jarak Y terhadap titik pusat berat kelompok
tiang
𝑋𝑖 = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu X
𝑌𝑖 = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu Y
2.8.2.7 Perencanaan Pile cap
Pile cap merupakan pengikat antara pondasi dan kolom.
Pile cap berfungsi menyalurkan beban dari beban di atasnya
kemudian diteruskan ke tiang pancang. Analisis desain pile cap
adalah sebagai berikut:
1) Cek Terhadap Geser Pons
Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui tebal pile cap
kuat atau tidak dalam menahan beban terpusat yang terjadi. Bidang
kritis untuk perhitungan geser pons dapat dianggap tegak lurus terhadap
bidang plat yang terletak pada jarak 0,5d dari keliling beban reaksi
terpusat tersebut dimana d adalah tinggi efektif plat.
Keliling bidang kritis geser pons (bo):
77

bo = 2 x (b+d) + 2 x (h+d)
ϕVc pons = 0,75 x 0,33 x √𝑓𝑐′ x bo x dVu pons < ϕVc pons
2) Cek Terhadap Geser Lentur
Pengecekan geser lentur dilakukan apabila tiang pancang berada
diluar bidang geser yang terbentuk.
Vu geser lentur = total Qu di luar bidang geser yang terbentuk
ϕVc geser lentur = 0,75 x 0,17 x √𝑓𝑐′ x B x d
Vu geser lentur < ϕVc geser lentur
Sehingga tebal pilecap (th):
th = d +15 cm + selimut beton + 0,5 diameter tulangan pile cap
2.8.2.8 Perhitungan Penulangan Pile cap
 Menghitung momen terhadap titik berat kolom
Mu
 Mencari nilai Mn = ϕ

 Mencari nilai β1,


Jika fc’ > 56 MPa, maka β1 = 0,85
fc’ > 56 MPa, maka β1 = 0,65
𝑓′ 𝑐−28
f,c > 28 MPa, maka β1 = 0,85 – 0,005( )
7

 Mencari jenis penulangan


𝑀𝑛
K = 𝐵𝑥𝑑2 𝑥0,85𝑥𝑓′𝑐

F ≤ Fmax, maka digunakan tulangan tunggal


F > Fmax, maka digunakan tulangan rangkap
𝐹 𝑥 𝐵 𝑥 𝑑 0,85 𝑥 𝑓′𝑐
As = 𝑓𝑦

Asmin = ρmin x B x d
Untuk tulangan (As’) = 0,15 x B x d
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tinjauan Umum
Metodologi diartikan sebagai studi sistematis kualitatif atau kuantitatif
dengan berbagai metode dengan teknik analisis. Beberapa analisis ilmiah
diterapkan melalui analisis kualitatif dan dapat pula menggunakan analisis
kuantitatif. Kedua analisis tersebut digunakan untuk saling melengkapi dan
saling mengkoreksi sejauh mana ketepatan analisisnya.
3.2 Pengumpulan Data
Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini dapat diklasifikasikan menjadi 1 (Satu) menurut jenis datanya, yaitu
data sekunder.
3.2.1 Data Sekunder
Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir, dimana data tersebut diperoleh dari instansi tertentu yang digunakan
langsung sebagai sumber dalam Perancangan Perencanaan Struktur
Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang. Klasifikasi data yang menunjang
penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah literatur- literatur penunjang,
grafik, tabel dan peta-peta yang berkaitan erat dengan proses perancangan
studi.
Secara garis besar data yang dibutuhkan dalam perancangan dan
perhitungan struktur utama gedung ini adalah :
1. Deskripsi umum bangunan
Deskripsi umum bangunan meliputi fungsi bangunan dan lokasi
yang akan didirikan. Fungsi bangunan berkaitan dengan perencanaan
pembebanan sedangkan lokasi bangunan adalah untuk mengetahui
keadaan tanah dan lokasi bangunan yang akan didirikan sehingga bisa
direncanakan struktur bangunan bawah yang akan dipakai.
2. Denah dan sistem struktur bangunan
Yang dimaksud sistem bangunan struktur meliputi rencana struktur
yang akan direncanakan, seperti atap, portal dan lain-lain sebagainya
yang berfungsi sebagai perhitungan perencanaan lebih lanjut.

78
79

Sedangkan rencana denah tersebut di atas merupakan studi awal


yang berkaitan dengan perencanaan posisi
dan kondisi bangunan, seperti dinding, letak tangga dan lain-lain
sebagainya.
3. Wilayah gempa bangunan sekitar
Merencanakan suatu bangunan membutuhkan ketelitian dalam
perhitungan pembebanan, salah satunya pembenanan yang
diakibatkan oleh gempa. Oleh karena itu perlu diketahui wilayah
gempa dari struktur yang akan dibangun. Menurut data yang ada
struktur Gedung Kantor di Kota Semarang yang akan dibangun
termasuk dalam wilayah zone 3.
4. Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah
Data tanah berfungsi untuk merencanakan struktur bangunan
bawah yang akan digunakan (pondasi). Data tanah tersebut meliputi :
a. Sondir
Untuk mengetahui kedalaman tanah keras di lokasi tersebut
berdasarkan nilai conus resistance (qc).
b. Soil test
Digunakan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah (γ).
c. Direct shear test
Data direct shear test digunakan untuk mengetahui nilai kohesi tanah
(c) dan untuk mengetahui sudut geser tanah .
Nilai-nilai yang diperoleh dari penyelidikan tanah tersebut di atas
digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diijinkan
untuk dipikul pondasi.
3.3 Metode Analisis
Pada bagian sub bab ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah
(metode yang digunakan) dalam perencanaan bangunan dan perancangan
strukturnya. Langkah-langkah yang dimaksud meliputi komponen bangunan
non-struktural (atap), komponen bangunan struktur utama portal dan struktur
pondasi.
1. Langkah perencanaan dan perancangan komponen non-struktural (atap) :
a. Tentukan denah dan konfigurasi atap beserta sistem strukturnya.
80

b. Estimasi dimensi elemen strukturnya.


c. Tentukan beban yang bekerja pada struktur.
d. Analisis struktur bangunan atap.
e. Desain elemen struktur termasuk detail joint dan perletakan serta alat
sambungnya.
2. Langkah-langkah perencanaan dan perancangan komponen struktural (pelat,
balok dan kolom) :
a. Kumpulkan data perencanaan.
b. Kumpulkan data beban.
c. Lakukan perhitungan struktur sebagai berikut :
1) Tentukan denah dan konfigurasi bangunan berikut sistem strukturnya.
2) Tentukan daktilitas struktur yang akan datang.
3) Tentukan faktor jenis struktur.
4) Tentukan batas dimensi dari komponen struktur (pelat, balok, kolom).
5) Hitung pelat lantai.
6) Rencanakan balok portal.
7) Rencanakan kolom portal.
8) Tentukan penulangan pada portal.
3. Langkah-langkah dalam perencanaan dan perancangan pondasi sub structure
(struktur bawah) :
a. Analisis dan penentuan parameter tanah.
b. Pemilihan jenis pondasi.
c. Analisis beban yang bekerja pada pondasi.
d. Estimasi dimensi pondasi.
e. Perhitungan daya dukung pondasi.
f. Desain pondasi
Langkah-langkah tersebut di atas merupakan acuan dalam menyelesaikan
analisis perhitungan. Dengan demikian diharapkan langkah-langkah tersebut
dapat terlaksana dengan runtut, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir
dapat berjalan dengan lancar.
81

3.4 Rencana Teknis Pelaksanaan Studi


Penyusunan Tugas Akhir “Perencanaan Struktur Pembangunan Rumah
Susun Soekarno Hatta Semarang” dibatasidalam waktu 6 bulan. Oleh karenanya,
untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya
diperlukan perencanaan kerja yang tepat.

3.4.1 Tahap Pelaksanaan Studi


Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang akan dilakukan meliputi
berbagai tahapan, diantaranya :
1. Persiapan dan Perijinan
Sebagai langkah awal dilakukan persiapan dan perijinan yaitu persiapan
dan perijinan dalam pengajuan pembuatan Tugas Akhir menurut bidang
ilmu masing-masing (dalam hal ini adalah bidang ilmu struktur). Pada
langkah ini, hal yang perlu dilakukan adalah permohonan soal (tugas)
yang diberikan pembimbing utama.
2. Studi Literatur
Studi literatur meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
struktur/konstruksi bangunan gedung. Struktur bangunan gedung yang
dimaksud adalah struktur utama yang tidak menutup kemungkinan
untuk pembahasan lain yang menunjang.
3. Survai Lapangan
Survai dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder.
4. Kompilasi Data
Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data yang dibutuhkan
untuk melengkapi laporan. Data tersebut adalah data masukkan yang
siap dianalisis.
5. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
mengetahui apakah perencanaan bangunan tersebut telah sesuai / layak.
6. Penyusunan Laporan
Diharapkan pada tahap ini telah sampai pada hasil analisa, sehingga
dapat diambil suatu simpulan dan dapat memberikan rekomendasi
walaupun bersifat sementara.
82

7. Penyusunan Laporan Akhir


Tahapan ini merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan studi, lengkap
dengan simpulan akhir dan direkomendasi Bagan Alir
Dalam pembuatan laporan ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang
diinginkan dan selesai tepat pada waktunya. Secara sistematis rencana
penyusunan (bagan alir) dapat di lihat dalam Gambar 3.1, berikut ini :
83

MULAI

Data Gambar Arsitektur dan Data Tanah

Denah Struktur

Tafsir Dimensi

“Tata Cara Perhitungan “Beban Minimum Untuk


PEMBEBANAN Perencanaan Bangunan
Struktur Beton untuk
(Atap, Pelat, Tangga, Kolom, Balok) Gedung” ( SNI 1727 : 2019 )
Bangunan Gedung”
(SNI 03-2847-2019)

“Pedoman Perencanaan Perhitungan Mekanika Struktur


Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan “Persyaratan Beton
Non Gedung” Struktural Untuk Bangunan
(SNI 1726:2019) Perhitungan Struktur : Gedung” ( SNI 2847 – 2019 )
Atap, Pelat, Balok, Kolom, Pondasi

YA

Cek Kekakuan
TIDAK

YA

TIDAK
Cek Dimensi
Struktur

SELESAI

Gambar 3. 1 Bagan Metodologi Rencana Pelaksanaan/Penyusunan Tugas Akhir.


84

3.5 Time Schedule Penyusunan Tugas Akhir


Rencana waktu pelaksanaan penyusunan laporan Tugas Akhir ini diselesaikan
selama 5 Bulan terhitung sejak tanggal 08 September 2021 – 08 Maret 2021.

Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan


No Kegiatan Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Ke - 4 Ke-5 Ke -6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1. Denah Gambar
Gedung
Pembuatan
Proposal TA
2.
(BAB I, BAB II,
BAB III)
Perhitungan/Pere
3. ncanaan Struktur
( Bab IV )
Gambar dan
4.
Detail Struktur
Penutupan (
5.
BAB V)
6. Penjilid dan TA
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR

4.1 Perencanaan Struktur Atap


Pada perencanaan atap ini menggunakan struktur baja dengan bentuk
atapperisai. Dimana pada rangka atap limasan terdiri dari kuda-kuda penuh,
setengah kuda-kuda, kuda-kuda trapesium, dan setengah kuda-kuda
trapesium. Perhitungan didasarkan pada panjang bentang kuda-kuda.
Dalam perhitungan perencanaan struktur atap ini hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah pembebanan (beban mati, beban hidup, beban angin),
kemudian berlanjut pada pendimensian rangka batang kuda-kuda tersebut,
cek kekuatan, dan yang terakhir perhitungan sambungan antar rangka
batang kuda - kuda itu. Adapun permodelan struktur atap untuk lebih
jelasnya terilustrasi dalamgambar berikut :

Sumber : Data Analisis, 2021


Gambar 4. 1 Prespektif Rangka Kuda-Kuda

85
86

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 2 Rencana Atap

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 3 Rencana Kuda – Kuda1
87

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 4 Rencana Kuda-Kuda 2

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 5 Rencana Kuda-Kuda 3

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 6 Rencana Kuda-Kuda 4

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 7 Rencana Kuda-Kuda 4
88

4.1.1. Pedoman Perhitungan Atap


Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut :
a. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, PPPURG 1987.
b. Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, SNI 1727:2020.
c. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 1729:2020.

4.1.2.Dasar Perencanaan
Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah
sebagai berikut

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 8 Rencana Kuda-Kuda Utama

1. Panjang kuda-kuda : 10,308 m


2. Jarak antar Gording (L1) : 1,351 m
3. Jarak antar kuda-kuda (L2) : 1,05 m
4. Jenis penutup atap : Galvalum
5. Berat penutup atap : 11 kg/m2
6. Bahan penutup atap : Baja Siku-siku sama kaki
7. Bahan gording : Baja Lipped Channels
Tabel 4. 1 Baja Lipped Channels
Size Section
Weight Ix Iy Ix iy Sx Sy
(mm) Area
Axbxc t cm2 Kg/m cm4 cm cm3
125x50x20 2,3 5,747 4,517 137 20,6 4,88 1,89 21,9 6,22
Sumber: Tabel Profil Konstruksi Baja, hal 50
89

8. Kemiringan atap : 20°


9. Alat Sambung : Baut ASTM A325
10. Mutu Baja : BJ 37
11. Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa
12. Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa
13. Peregangan Minimum = 20 %
Tabel 4. 2 Sifat Mekanis Baja Struktural

(Sumber : Tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 11)

4.1.3.Perhitungan Beban
a. Beban mati
Berat sendiri gording = 4,517 kg/m
Berat penutup atap = berat jenis atap x L1
= 11 kg/m2 x 1,351 m
= 14,861 kg/m

Berat sargod = 10% x (berat sendiri gording)


= 10% x 4,517 kg/m
= 0,4157 kg/m
Total beban mati = berat gording + berat atap + berat sargod
= 4,517 kg/m + 14,861 kg/m + 0,4157 kg/m
= 19,830 kg/m
b. Beban hidup
Beban pekerja = 100 kg
c. Beban Hujan
Berdasarkan Pasal 8.3 SNI 1727:2013,
Beban hujan = 0,0098 x (ds + dh)
= 0,0098 x (25 mm)
= 0,245 kN/m2 = 24,5 kg/m2
90

d. Beban Angin
Beban angin struktur bangunan ditentukan sebagai berikut :
 Beban angin harus diambil dengan prosedur sesuai SNI 1727:2020 Pasal
29.1.2.1. berdasarkan Pasal berikut ditetapkan prosedur pengaruh
untuk pemilihan perhitungan beban angin pada tugas akhir ini. Prosedur
pengaruh inidiperuntuknan untuk semua ketinggian bangunan.
 Prosedur pengaruh disyaratkan dalam Pasal 27
Berikut langkah – langkah untuk menentukan beban angin pada SPBAU
Bangunan Gedung dari Semua Ketinggian :
Langkah 1 : Tentukan kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain,
lihatTabel 1.5-1
 Sesuai persyaratan yang ada bangunan gedung tergolong kategori
resiko II
Langkah 2 : Tentukan kecepatan angin dasar, V, untuk kategori risiko sesuai
 V = 6,9 m/s (dataonline.bmkg.go.id/data_iklim)
Langkah 3: Tentukan parameter beban angin :
a. Faktor arah angin, Kd, lihat Pasal 26.6 dan Tabel 26.6-1
 Kd = 0,85
b. Kategori eksposur B, C, atau D, lihat Pasal 26.7
 Eksposur B (daerah perkotaan dan pinggiran kota)
c. Faktor topografi, Kzt, lihat Pasal 26.8 dan Tabel 26.8-1
 Kzt = 1,0 (Pasal 26.8.2)
d. Klasifikasi ketertutupan, lihat Pasal 26.10
 Bangunan tergolong tertutup
e. Faktor efek tiupan angin, G, lihat Pasal 26.9
 G = 0,85 (Pasal 26.9.1)
f. Koefisien tekanan internal, (GCpi) lihat Pasal 26.11 dan Tabel 26.11-1
 GCpi = + 0,18 ; - 0,18
Langkah 4 : Tentukan koefisien eksposur tekanan velositas Kz atau Kh,
Tabel 27.3.1
 Kz = 0,85
Langkah 5 : Tentukan tekanan velositas, qz atau qh persamaan 27.3-2
 qz = 21,09 N/m2
91

Langkah 6 : Tentukan koefisien tekanan, Cp atau CN


Sebelum menentukan beban angin ketika datang dan pergi, terlebih
dahulu tentukan nilai Cp (koefisien tekan atap). Sesuai pada SNI
1727:2020 Pasal 27.4.1, Cp angin datang dan angin pergi ditentukan
dari 2 (dua) komponen, yaitu : sudut (θ) dan h/L.
Tabel 4. 3 Koefisien Tekanan Atap (Cp)

Sumber : SNI 1727:2020

Atap ini memiliki sudut (θ) sebesar 200 dan h/L sebesar 0,17 (≤ 0,25)

Karena nilai h/L (≤ 0,25) dan sudut (θ) sebesar 200, sehingga
didapatkan untuk Cp sisi angin datang, bagian atas sebesar -0,3
sedangkan bagian bawah didapat 0,2 . Untuk Cp sisi angin pergi
didapat -0,6.
Langkah 7 : Hitung tekanan angin, P, dari persamaan 27.4-1
Dengan demikian untuk menentukan sisi angin datang (Windward)
sebagai berikut.
P1 = qGCp atas – q(GCpi)
= 21,09 x 0,85 x (-0,3) – 21,09 x 0,18

= -9,1741 N/m2

P2 = qGCp bawah – q(GCpi)

= 21,09 x 0,85 x (0,2) – 21,09 x (-0,18)

= 0,211 N/m2
92

Nilai P untuk angin datang merupakan nilai terbesar antara P1 dan P2


sehingga didapatkan nilai P sebesar 0,569 N/m2. Untuk sisi angin pergi
(Leeward).
P1 = qGCp atas – q(GCpi)

= 21,09 x 0,85 x (-0,6) – 21,09 x 0,18

= -14,552 N/m2

P2 = qGCp bawah – q(GCpi)

= 21,09 x 0,85 x (-0,6) – 21,09 x (-0,18)

= -6,960 N/m2
Nilai P untuk angin pergi merupakan nilai terkecil antara P1 dan P2
sehingga didapatkan nilai P sebesar -12,759 N/m2 Tetapi, menurut
SNI 1727:2020 Pasal 27.1.5 terdapat minimum beban angina sebesae
0,38 kN/m2 untuk windward dan leeward.

4.1.4.Perhitungan Dimensi Gording


Struktur gording pada atap ini menggunakan profil baja Lipped Channel dengan
dimensi 125.50.20.2,3 dan data sebagai berikut :

Sumber : Tabel Katalog Gunung Garuda


Gambar 4. 9 Profil Lipped Channel 125.50.20.2,3
Data profil gording Lipped Channel 125.50.20.2,3
Cy =16,9 mm
𝐻
Zx = H x T x ( 4 + 𝐵)
125
= 125 x 2,3 x ( + 50)
4

= 23359 mm3
𝑡
Zy = (H x (Cy - 2) + (Cy – t)2 + (B – Cy)2) x t
2,3
= (125 𝑥 (16,9 − ) + (16,9 − 2,3)2 + (50 − 16,9)2 )𝑥 2,3
2

= 7538,296 mm3
93

Sx = 21900 mm3
Sy = 6220 mm3
Ix = 1370000 mm4
Iy = 206000 mm4
Tabel 4. 4 Pembebanan pada Gording

BEBAN MATI
Beban Gording 4.517 kg/m
Sagrod + wind breaser 0.4157 kg/m
Beban atap 19.830 kg/m
24.798 kg/m
BEBAN HIDUP
100 kg
BEBAN ANGIN
Windward 38 kg/m
Leeward 38 kg/m
BEBAN HUJAN
24.5 kg/m
Sumber: Data Analisis, 2022

Sumber : Data Pribadi, 2021


Gambar 4. 10 Pembebanan pada gording
Asumsi : perletakan sendi – sendi
Karena sumbu X-X merupakan sumbu lemah, maka digunakan trekstang untuk
memperpendek bentang gording searah sumbu X-X dengan jarak = ½ x jarak antar
kuda –kuda. Dipasang 1 trekstang pada tengah bentang, maka :
Lx = ½ x jarak kuda-kuda = 0,525 m (dipasang 1 trekstang pada tengah bentang)
Ly = 1,05 meter
1. Akibat beban mati
q = 24.798kg
qx = q x cos 20° = 24.798x cos 20° = 23,310 kg/m
94

qy = q x sin 20° = 24.798 x sin 20° = 8,431 kg/m


1 1
Mx = 4 x qx x LY2 = 4 x 23,310 x 1,052 = 6,425 kg.m
1 1
My = 8 x qx x Lx2 = 8 x 8,431 x 0,5252 = 0,581 kg.m

2. Akibat beban hidup


P = 100 kg
Px = q x cos 20° = 100 x cos 20° = 94 kg/m
Py = q x sin 20° = 100 x sin 20° = 34 kg/m
1 1
Mx = 4 x Px x LY = 4 x 94 x 1,05 = 24,675 kg.m
1 1
My = 4 x Px x Lx = 4 x 34 x 0,525 = 4,463 kg.m

3. Akibat beban angin


Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x sehingga hanya ada Mx
qx = 38 kg/m
1 1
Mx = x qx x Ly2 = x 38 x 1,052 = 5,237 kg/m
8 8

4. Akibat beban hujan


q = 24,5 kg
qx = q x cos 20° = 24,5 x cos 20° = 23,5 kg/m
qy = q x sin 20° = 24,5 x sin 20° = 8,33 kg/m
1 1
Mx = 8 x qx x LY2 = 8 x 23,5 x 1,052 = 3,174 kg.m
1 1
My = 8 x qx x Lx2 = 8 x 8,33 x 0,5252 = 0,287 kg.m

Tabel 4. 5 Beban dan Momen yang Terdistribusi Pada Gording


Beban Terdistribusi (q) Momen
Jenis Beban q qx (kg/m) qy (kg/m) Mx (kg.m) My (kg.m)
Mati 24.798 23,310 8.431 6.425 0.581
Hujan 24.500 23.030 8.330 3.174 0.287
Windward 38 38 0 5.237 0
Leeward 38 38 0 5.237 0
Point (P) Momen
Jenis Beban P Px (kg) Py (kg) Mx (kg.m) My (kg.m)
Hidup 100 94 34 24.675 4.463
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 6 Kombinasi Beban
95

No. Kombinasi Beban Mux (kg.m) Muy (kg.m)


1 U = 1,4D 8.995 0.813
U = 1,2D + 0,5Lr 20.047 2.928
2
U = 1,2D + 0,5R 9.297 0.841
U = 1,2D + 1,6R + 0,5W 15.406 1.156
U = 1,2D + 1,6R - 0,5W 10.170 1.156
3 U = 1,2D + 1,6Lr + 0,5W 49.808 7.837
U = 1,2D + 1,6Lr - 0,5W 44.572 7.837
U = 1,2D + 1,0W + 0,5R 14.534 0.841
U = 1,2D - 1,0W + 0,5R 4.060 0.841
4 U = 1,2D + 1,0W + 0,5Lr 25.284 2.928
U = 1,2D - 1,0W + 0,5Lr 14.811 2.928
U = 0,9D + 1,0 W 11.019 0.523
5
U = 0,9D - 1,0 W 0.546 0.523
Maks 228.549 31.154
Sumber : Data Analisis, 2021
Nilai Mux dan Muy diambil yang terbesar dari keseluruhan kombinasi
beban. Kemudian, cek klasifikasi penampang sesuai dengan SNI
1729:2020 Tabel B4.1b. pada kasus ini yang sesuai adalah kasus 10 dan
15.
Tabel 4. 7 Klasifikasi Penampang

Sumber : SNI 1729:2020 hal 17-18


Kasus 10, uji terhadap sayap
𝑩 𝟓𝟎
λ = = 𝟐,𝟑 = 21,729 mm
𝒕

𝑬
λp = 0,38√𝒇𝒚 = 10,969 mm
96

𝑬
λr = 1√𝒇𝒚 = 28,867 mm

Kasus 10 menyatakan bahwa penampang sayap tak kompak (λp < λ < λr) Kasus
15, uji terhadap web
𝑯 𝟏𝟐𝟓
λ = 𝒕𝒘 = = 54,34 mm
𝟐,𝟑

𝑬
λp = √𝒇𝒚 = 108,542 mm

𝑬
λr = √𝒇𝒚 = 164,545 mm

Kasus 15 menyatakan bahwa penampang web kompak (λ < λp)


Dengan demikian dapat ditentukan kekuatan lentur nominal (Mn) sesuai SNI
1729:2015 pasal F6 mengenai tekuk sayap tekan untuk penampang dengan sayap
non-kompak
𝛌 − 𝛌𝒑
𝑀𝑛𝑥 = (𝑧𝑥 × 𝑓𝑦) − {[(𝑧𝑥 × 𝑓𝑦) − (0,7 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑆𝑥 )] 𝑥 (𝛌𝐫 − 𝛌𝐩)}
𝟐𝟏,𝟕𝟑𝟗 − 𝟏𝟎,𝟗𝟔𝟗
= (23359 × 240) − {[(23359 × 240) − (0,7 𝑥 240 𝑥 21900)] 𝑥 (𝟐𝟖,𝟖𝟔𝟕 − 𝟏𝟎,𝟗𝟔𝟗 )}

= 4446624 N.mm = 444 kg.m


𝛌 − 𝛌𝒑
𝑀𝑛𝑦 = (𝑧𝑦 × 𝑓𝑦) − {[(𝑧𝑦 × 𝑓𝑦) − (0,7 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑆𝑦)] 𝑥 (𝛌𝐫 − 𝛌𝐩)}

= (7538,296 × 240) − {[(7538,296 × 240) − (0,7 𝑥 240 𝑥 21900)] 𝑥


𝟐𝟏,𝟕𝟑𝟗 − 𝟏𝟎,𝟗𝟔𝟗
( )}
𝟐𝟖,𝟖𝟔𝟕 − 𝟏𝟎,𝟗𝟔𝟗

= 2940098,235 N.mm = 294 kg.m


Cek kekuatan gording terhadap persyaratan cek lentur dua arah
𝑴𝒖𝒙 𝑴𝒖𝒚
+ ≤𝟏
𝛗𝑴𝒏𝒙 𝝋𝑴𝒏𝒚
𝟐𝟐𝟖, 𝟓𝟒𝟗 𝟑𝟏, 𝟏𝟓𝟒
+ ≤𝟏
𝟎, 𝟗 𝒙 (𝟒𝟒𝟒) 𝟎, 𝟗 𝒙 (𝟐𝟗𝟒)
Sehingga 0,690 ≤ 𝟏
Tabel 4. 8 Cek Kekuatan Gording
Cek Kekuatan Gording (kg.m)
Mnx 444 > 228.549 Mux
Mny 294 > 31,154 Muy
Cek Lentur 2 Arah
0.690 < 1 (Aman)
Sumber : Data Analisis,2021
97

Sumbu X,
𝟓 𝒒𝒙 𝒙 𝑳𝒚𝟒 𝟏 𝑷𝒙 𝒙 𝑳𝒚𝟑
∆𝒙 = 𝒙[ ]+ 𝒙[ ]
𝟑𝟖𝟒 𝑬 𝒙 𝒍𝒚 𝟒𝟖 𝑬 𝒙 𝒍𝒙
𝟓 𝟐𝟑, 𝟑𝟏𝟎𝒙𝟏𝟎−𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟓𝟎 𝟏 𝟗𝟒𝒙𝟏𝟎𝟏 𝒙 𝟏𝟎𝟓𝟎𝟑
= 𝒙[ ] + 𝒙 [ ]
𝟑𝟖𝟒 𝟐. 𝟏𝟎𝟓 𝒙 𝟐𝟎, 𝟔𝒙𝟏𝟎𝟒 𝟒𝟖 𝟐. 𝟏𝟎𝟓 𝒙 𝟐𝟎, 𝟔𝒙𝟏𝟎𝟒
= 𝟔, 𝟔𝟎𝟑 𝒄𝒎 = 𝟎, 𝟔𝟔 𝒎𝒎
Sumbu Y,
𝟓 𝒒𝒚 𝒙 𝑳𝒙𝟒 𝟏 𝑷𝒚 𝒙 𝑳𝒙𝟑
∆𝒚 = 𝒙[ ]+ 𝒙[ ]
𝟑𝟖𝟒 𝑬 𝒙 𝒍𝒙 𝟒𝟖 𝑬 𝒙 𝒍𝒙
𝟓 𝟖, 𝟒𝟑𝟏𝒙𝟏𝟎−𝟑 𝒙 𝟓𝟐𝟓𝟒 𝟏 𝟑𝟒𝒙𝟏𝟎𝟏 𝒙 𝟓𝟐𝟓𝟑
= 𝒙[ ]+ 𝒙[ ]
𝟑𝟖𝟒 𝟐. 𝟏𝟎𝟓 𝒙 𝟏𝟑𝟕. 𝟏𝟎𝟒 𝟒𝟖 𝟐. 𝟏𝟎𝟓 𝒙 𝟏𝟑𝟕. 𝟏𝟎𝟒
= 𝟎, 𝟎𝟒𝟓 𝒄𝒎 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟒𝟓 𝒎𝒎

∆𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = √∆𝒙𝟐 + ∆𝟐𝒚

= √𝟎, 𝟔𝟔𝟐 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟒𝟓𝟐


= 𝟎, 𝟔𝟔𝟎 𝒎𝒎

Kontrol :
𝑳
∆𝒊𝒋𝒊𝒏 = 𝟐𝟒𝟎 ≥ ∆𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝟏𝟎𝟓𝟎
∆𝒊𝒋𝒊𝒏 = ≥ 𝟐, 𝟏𝟖𝟕 𝒎𝒎
𝟐𝟒𝟎

∆𝒊𝒋𝒊𝒏 = 𝟒, 𝟑𝟕𝟓 𝒎𝒎 ≥ 𝟐, 𝟏𝟖𝟕𝒎𝒎 (AMAN)


Selanjutnya pengecekan terhadap tahanan geser berdasarkan SNI 1729:2020 Pasal
G2
Aw = H x tw = 125 x 2,3 = 287,5
𝑯
= 54,34 mm < 260 mm, sehingga kv = 5
𝒕𝒘

𝒌𝒗 𝒙 𝑬 𝟓 𝑿 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑯
110 √ = 1,10√ = 71,004 mm, 𝒕 < 71,004 mm
𝒇𝒚 𝟐𝟒𝟎 𝒘

Maka Cv =1
Vn = 0,6 x fy Aw x Cv = 0,6 x 240x 287,5x 1 = 41400 N
ØVn = 0,9 x Vn = 0,9 x 41400 N = 37260 N
Beban terhadap sumbu x,
98

Tabel 4. 9 Beban Geser


Jenis Vux
Beban (kg) Vux (N)
Mati 6.425 63.029
Hujan 3.174 31.135
Angin 5.237 51.374
Hidup 24.675 242.062
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 10 Kombinasi Beban Geser

No. Kombinasi Beban Vux (kg.m)


1 U = 1,4D 88.240
U = 1,2D + 0,5Lr 196.655
2
U = 1,2D + 0,5R 91.202
U = 1,2D + 1,6R + 0,5W 151.138
U = 1,2D + 1,6R - 0,5W 99.764
3 U = 1,2D + 1,6Lr + 0,5W 488.620
U = 1,2D + 1,6Lr - 0,5W 37.247
U = 1,2D + 1,0W + 0,5R 142.576
U = 1,2D - 1,0W + 0,5R 39.828
4 U = 1,2D + 1,0W + 0,5Lr 248.039
U = 1,2D - 1,0W + 0,5Lr 145.292
U = 0,9D + 1,0 W 108.100
5
U = 0,9D - 1,0 W 5.352
Maks 2242.064
Sumber : Data Analisis, 2021
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahanan geser dalam batasan aman
(ϕVn = 37260 N > Vu = 2242,064 N). Dari perhitungan diatas menyatakan bahwa
desain penampang Lipped Channel 125.50.20.2,3 telah lulus uji kekuatan gording,
lentur dua arah, lendutan, serta tahanan geser. Sehingga, aman untuk digunakan.

4.1.5.Perhitungan Dimensi Sagrod


TD = q x sin𝜃 x L2
= 24,798 x sin 20 x 1,05
= 8,853 kg
TL = P x sin𝜃
= 100 x sin 20
= 34 kg
Tu = 1,2 TD + 1,6 TL
99

= (1,2 x 8,853) + (1,6 x 34)


= 65,024 kg = 637,666 N
𝑇
Ab = 0,75 𝑥 ( 0,75
𝑢
𝑥 𝐹𝑢)
637,666
= 0,75 𝑥 (0,75 𝑥 370)

= 3,06 mm
𝐴𝑏 3,06
D = √1 = √1 22 = 1,97 mm
𝑥𝜋 𝑥
4 4 7

Perhitungan ini menyatakan bahwa ukuran sagrod pada kasus ini hanya dengan
berdiameter 1,97 mm sudah aman. Tetapi yang ada dipasaran berdiameter 12 mm
dengan demikian digunakan sagrod berukuran 12 mm. untuk tipenya ditinjau dari
panjang gording maka digunkan tipe SR-01-03.
Tabel 4. 11 Tipe Sagrod

Sumber : Tabel katalog baja Gunung Garuda

4.1.6.Perencanaan Kuda-kuda
Pada perencanaan kuda-kuda, tahapan dalm perencanaan meliputi data–data
teknis, pembebanan kuda–kuda, dan kontrol kekuatan profil pada kuda–kuda.
4.1.6.1 Data-Data Perencanaan
1. Bentang kuda-kuda = 10,308 m
2. Jarak kuda-kuda (L2) = 1,05 m
3. Sudut Kemiringan = 20°
4. Jarak gording (L1) = 1,351 m
5. Penutup atap = Galvalum
6. Sambungan = Baut ASTM A325
100

7. Berat gording = 4,517 kg/m


8. mutu baja = BJ 37
9. Tegangan leleh (fy) = 240 Mpa
10. Tegangan ultimit (fu) = 370 Mpa
11. peregangan minimum = 20% (Tabel 5.3, SNI 03-1729-2002, hal 11)
12. Berat penutup atap galvalum = 11 kg/m2 (PPURG 1987, hal 6)
13. Berat per unit volume = 780 kg/m3 (PPURG 1987, hal 5)
14. Beban hidup pada gording = 100 kg (PPURG 1987, hal 7)
15. Beban angin = 38 kg/m2
(Sesuai dengan perhitungan sebelumnya)
4.1.6.2 Pembebanan kuda-kuda

Sumber : Data Pribadi, 2022


Gambar 4. 11 Posisi Pendistribusian Beban

1. Pembebanan akibat beban hidup (Lr)


Beban hidup merupakan beban terpusat. Dimana beban yang bekerja
yaitu beban pekerja sebesar 100 kg pada saat pekerjaan atap
dilaksanakan. Namun karena beban air hujan lebih besar dari beban
pekerja, sehingga dipakai beban air hujan. Berdasarkan Pasal 8.3 SNI
1727:2019,
Beban hujan = 0,0098 x (ds + dh)
= 0,0098 x (25 mm)
= 0,245 kN/m2 = 24,5 kg/m2
P1 = Beban hujan x L1 x L2 X 0,5
= 24,5 x 1,351 x 1,05 x 0,5
= 17,377 kg = 170,412 N
101

P2 = Beban hujan x L1 x L2 X 1
= 24,5 x 1,351 x 1,05 x 1
= 34,754 kg = 340,824 N
P3 = Beban hujan x L1 x L2 X 1
= 24,5 x 1,351 x 1,05 x 1
= 34,754 kg = 340,824 N

Sumber : Data Pribadi, 2021


Gambar 4. 12 Input Beban Hidup

2. Pembebanan akibat beban mati (D)


a. Beban akibat gording = 4,51 kg/m
P1 = Beban gording x L2 x 1
= 4,51 x 1,05 x 1
= 4,743 kg = 46,512 N
P2 = Beban gording x L2 x 1
= 4,51 x 1,05 x 1
= 4,743 kg = 46,512 N
P3 = Beban gording x L2 x 2
= 4,51 x 1,05 x 2
= 9,486 kg = 93,024 N
b. Beban akibat penutup atap galvalum = 11 kg/m 2
P1 = Beban penutup atap x L1 x L2 x 0,5
= 11 x 1,351 x 1,05 x 0,5
= 7,802 kg = 76,513 N
P2 = Beban penutup atap x L1 x L2 x 1
= 11 x 1,351 x 1,05 x 1
= 15,604 kg = 153,025 N
102

P3 = Beban penutup atap x L1 x L2 x 1


= 11 x 1,351 x 1,05 x 1
= 15,604 kg = 153,025 N
c. Beban akibat sargod
P1 = 10% x (P1 beban gording)
= 10% x (76,513)
= 7,651 N
P2 = 10% x (P2 beban gording)
= 10% x (76,513)
= 7,651 N
P3 = 10% x (P3 beban gording)
= 10% x (153,025)
= 15,303 N
Sehingga,
P1 = P1 beban gording + P1 beban penutup atap + P1 sagrod
= 46,512 + 76,513 + 7,651
= 130,676 N
P2 = P2 beban gording + P2 beban penutup atap + P2 sagrod
= 46,512 + 153,025 + 7,651
= 207,189 N
P3 = P3 beban gording + P3 beban penutup atap + P3 sagrod
= 93,024 + 153,025 + 15,303
= 261,352 N

Sumber : Data Analisis, 2021


Gambar 4. 13 Input Beban Mati
103

3. Pembebanan akibat angin (W)


Beban angin tekan dan hisap = 38 kg/m2
P1 = Beban angin x L1 x L2 x 0,5
= 38 x 1,351 x 1,05 x 0,5
= 26,952 kg = 264,382 N
= Sin 20 x 264.382 = 89,890 N
=Cos 20 x 264.382 = 248,519 N
P2 = Beban angin x L1 x L2 x 1
= 38 x 1,351 x 1,05 x 1
= 53,905 kg = 528,753 N
= Sin 20 x 528,753 = 179,780 N
= Cos 20 x 528,753 = 497,038 N
P3 = Beban angin x L1 x L2 x 0,5
= 38 x 1,351 x 1,05 x 0,5
= 26,952 kg = 264,382 N
= Sin 20 x 264.382 = 89,890 N
= Cos 20 x 264.382 = 248,519 N

Sumber : Data Analisis, 2021


Gambar 4. 14 Input Beban Angin

4. Beban akibat berat sendiri kuda-kuda


Adalah beban permanen yang timbul sebagai akibat dari profil
baja itu sendiri. Dimana pada perhitungan di SAP 2000 sudah terhitung
secara otomatis. Dalam perencanaan ini menggunakan profil baja Double
Angel Shape.
104

4.1.6.3 Kombinasi Beban


Output gaya batang yang diperoleh dikombinasikan dengan
kombinasi pembebanan DFBK
Tabel 4. 12 Kombinasi Beban
No. Kombinasi Beban DFBK
1 U = 1,4D
2 U = 1,2D + 0,5R
3 U = 1,2D + 1,6R + 0,5W
4 U = 1,2D + 1,6R - 0,5W
5 U = 1,2D + 1,0 W + 0,5R
6 U = 1,2D - 1,0 W + 0,5R
7 U = 0,9D + 1,0W
8 U = 0,9D - 1,0W
Sumber : Data Analisis, 2021

Sumber : Data Analisis, 2021


Gambar 4. 15 Dimensi Profil Baja

Berikut adalah output gaya kombinasi pembebanan (beban terfaktor)


menggunakan SAP 2000.
Tabel 4. 13 Kombinasi beban pada batang bawah
No P (N)
Bagian
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 Max Max Min Min
batang
H1 -521,91 -690,42 -1494,04 -956,32 -1228,14 -152,7 -873,23 202,21 -1494,04 -152,7
H2 -521,91 -690,42 1907,29 -4357,66 5574,52 -6955,37 5929,43 -6600,45 -4357,66 -521,91
H3 1241,23 1793,14 6175,18 619,66 7348,66 -3762,38 6353,46 -4757,58 7348,66 619,66
H4 1553,12 2222,51 6624,98 1741,64 7105,85 -2660,83 5881,77 -3884,91 7105,85 1553,12
H5 1502,19 2138,35 6103,33 1916,71 6324,97 -2048,27 5152,31 -3220,93 6324,97 1502,19

BAWAH H6 1502,19 2138,35 5428,76 2591,27 4975,84 -699,15 3803,19 -1871,81 5428,76 7348,66 -699,15 103,11

H7 1553,12 2222,51 5243,01 3123,61 4341,92 103,11 3117,84 -1120,97 5243,01 103,11
H8 1241,23 1793,14 4099,67 2695,18 3197,63 388,65 2202,43 -606,55 4099,67 388,65
H9 -521,91 -690,42 -941,76 -1508,61 -123,57 -1257,27 231,34 -902,36 -1508,61 -123,57
H10 -521,91 -690,42 -956,32 -1494,04 -152,7 -1228,14 202,21 -873,23 -1494,04 -152,7

Sumber : Data Analisis, 2021


105

Tabel 4. 14 Kombinasi beban pada batang atas


No P (N)
Bagian
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 Max Max Min Min
batang
A1 553,04 731,61 1449,6 1146,95 1034,27 428,95 658,18 52,87 1449,6 52,87
A2 -1315,28 -1900,11 -3389,72 -3810,49 -1479,34 -2320,88 -424,77 -1266,31 -3810,49 -424,77
A3 -1645,77 -2355,11 -4230,99 -4634,76 -1951,34 -2758,87 -654,23 -1461,76 -4634,76 -654,23
A4 -1591,81 -2265,92 -4102,01 -4396,48 -1971,44 -2560,4 -728,82 -1317,78 -4396,48 -728,82
A5 -1384,05 -1959,06 -3607,08 -3711,02 -1855,12 -2062,99 -785,81 -993,68 -3711,02 -785,81
A6 -1384,05 -1959,06 -3819,71 -3498,39 -2280,38 -1637,73 -1211,07 -568,43 -3819,71
ATAS -4725,34 -568,43 52,87
A7 -1591,81 -2265,92 -4498,39 -4000,11 -2764,2 -1767,64 -1521,58 -525,02 -4498,39 -525,02
A8 -1645,77 -2355,11 -4725,34 -4140,42 -2940,03 -1770,18 -1642,92 -473,07 -4725,34 -473,07
A9 -1315,28 -1900,11 -3878,43 -3321,79 -2456,75 -1343,47 -1402,18 -288,9 -3878,43 -288,9
A10 553,04 731,61 1146,95 1449,6 428,95 1034,27 52,87 658,18 1449,6 52,87
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 15 Kombinasi beban pada batang vertikal
No P (N)
Bagian
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 Max Max Min Min
batang
V1 -1526,15 -2160,19 -3997,19 -4072,26 -2085,12 -2235,26 -906,03 -1056,17 -4072,26 -906,03
V2 -618,04 -870,58 -1511,36 -1729,41 -652,53 -1088,63 -179,26 -615,36 -1729,4 -179,26
V3 -218,65 -301,02 -366,39 -735,54 68,13 -670,18 228,59 -509,71 -735,54 68,13
V4 53,56 88,51 441,38 -76,9 606,79 -429,77 552,71 -483,85 606,79 53,56
V5 549,8 812,08 1552,9 1570,88 794,1 830,06 335,46 371,42 1570,88 335,46
VERTIKAL V6 53,56 88,51 -88,14 452,61 -452,24 629,26 -506,32 575,18 629,26 -4072,26 53,56 53,56
V7 -218,65 -301,02 -750,52 -351,4 -700,14 98,09 -539,68 258,55 -750,52 98,09
V8 -618,04 -870,58 -1751,89 -1488,89 -1133,57 -607,58 -660,31 -134,32 -1751,89 -134,32
V9 -1526,15 -2160,19 -4117,2 -3952,24 -2325,15 -1995,23 -1146,06 -816,14 -3952,2 -816,14
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 16 Kombinasi beban pada batang diagonal
No P (N)
Bagian
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 Max Max Min Min
batang
D1 1868,33 2631,72 4555,06 5241,71 1945,08 3318,37 514,42 1887,71 4555,06 514,42
D2 380,89 524,39 614,4 1305,16 -445,9 935,62 -73,91 -122,14 1305,16 -73,91
D3 -73,91 -122,14 -639,18 136,22 -897,55 653,27 -822,92 727,89 -897,55 -73,91
D4 -337,65 -498,73 -1405,36 -513,06 -1391,03 -513,06 -1391,03 393,58 -1405,36 -337,65
D5 -337,65 -498,73 -502,02 -1416,4 415,66 -1413,11 697,32 -1131,45 -1416,4 -337,65 -73,91
DIAGONAL 5309,64
D6 -73,91 -122,14 151,73 -654,69 684,28 -928,56 758,9 -853,93 -928,56 -73,91
D7 380,89 524,39 1331,26 588,3 1267,34 -218,57 987,82 -498,1 1331,26 -218,57
D8 1868,33 2631,72 5309,64 4487,13 3454,23 1809,21 2023,58 378,56 5309,64 378,56
Sumber : Data Analisis, 2021
106

4.1.6.4 Perhitungan Dimensi Batang Tarik


Berdasarkan hasil pemodelan dengan menggunakan program SAP 2000,
didapatkan gaya terfaktor maksimum tarik. Berikut adalah gaya aksial batang pada
rangka kuda – kuda atap.
Tabel 4. 17 Beban Maksimum Batang Tarik

Batang Batang P (N)


Bawah H3 7348,66
Diagonal D8 5309,64
Sumber : Data Analisis, 2021
Berikut adalah spesifikasi mutu baja yang digunakan serta data yang digunakan
untuk perhitungan pemodelan ketahanan nominal masing– masing batang :
a. Mutu baja
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
E = 200000 Mpa
b. Faktor ketahanan terhadap leleh,  = 0,90
c. Faktor ketahanan terhadap fraktur,  = 0,75
d. Faktor ketahanan terhadap tekan,  = 0,85
e. Profil yang digunakan
Batang Bawah 2L 45.45.5
Batang Diagonal 2L 40.40.5
Tabel 4. 18 Data profil baja untuk batang Tarik

Data profil rafter 2L 45.45.5 Data profil rafter 2L 40.40.5


H 45 mm H 40 mm
B 45 mm B 40 mm
T 5 mm T 5 mm
2
Ag 430 mm Ag 379 mm2
Rmin 13,5 mm Rmin 12,0 mm
x-bar 12,8 mm x-bar 11,6 mm
Jarak sisi baut terluar ke 120 mm Jarak sisi baut terluar ke 120 mm
as baut akhir as baut akhir
Jarak sisi terluar ke as Jarak sisi terluar ke as
40 mm 40 mm
baut pertama baut pertama
Sumber: Tabel Profil Konstruksi Baja Ir. Rudy Gunawan
107

Sumber: Tabel Profil Konstruksi Baja Ir. Rudy Gunawan


Gambar 4. 16 Detail Profil Baja Siku

20 40

Sumber : Data Pribadi 2021


Gambar 4. 17 Asumsi Sambungan Baut

A. Perhitungan Batang Bawah (2L 45.45.5) No. Batang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan


10
a. Pemeriksaan leleh tarik pada penampang bruto bawah
Pn =  x 2Ag x fy
= 0,9 x (2 x 430) x 240
= 185760 N = 185,760 kN
Sehingga, Pn (185,760 kN) > Pu (7,34866 kN). Profil digunakan cukup
menahan kondisi leleh.
b. Pemeriksaan keruntuhan tarik pada penampang bruto
Terlebih dahulu tentukan kasus awal untuk menentukan besar U
(factor shear lag ) pada tabel 3.2 SNI-1729-2020. Sehingga dapat
ditentukan:
Kasus awal U = 0,5
108

𝑥̅
Kasus 2 U = 1 - (80)
12,8
U = 1 - ( 80 )

U = 0,84
Kasus 8 U = 0,8
Sehingga, U yang terpilih merupakan U maksimum dari kasus-kasus diatas,
yakni U = 0,84
Kemudian hitung nilai An dengan menggunakan persyaratan SNI-1729-
2020 pasal B4.3,
An1 = Ag – n x ( dh + 2) x t
= (2 x 430) – 4 x (12 + 2) x 5
= 580 mm2
An2 = 0,85 x 2A n1
= 0,85 x (2 x 580)
= 986 mm2
Nilai An yang digunakan adalah yang terkecil. Maka, An = 438 mm2
Ae = An x U
= 580 x 0,84
= 487,2 mm2
Pn =  x Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 487,2
= 135198 N
= 135,198 kN
Sehingga, Pn (135,198 kN) > Pu (7,34866 kN). Profil yang digunakan cukup
untuk menehan keruntuhan tarik.
c. Pemeriksaan keruntuhan geser balok
Pemeriksaan ini didasari SNI 1729:2020 Pasal J4.3,
L = Jarak sisi terluar ke as baut terakhir = 120 mm
H = Jarak sisi terluar ke as pertama = 40 mm
Agv = (L x tp) x 2
= (120 x 5) x 2 = 1200 mm2
Anv = {L – [2,5 x (dh +2)]} x tp x 2
= (120 – [2,5 x (12 + 2)]} x 5 x 2 = 850 mm2
109

Ant = {H – [0,5 x (dh +2)]} x tp x 2


= {40 – [0,5 x (12 +2)]} x 5 x 2 = 50 mm2
Rn1 = (0,6 x Fu x Anv) + (Ubs x Fu x Ant)
= (0,6 x 370 x 850) + (1 x 370 x 50)
= 207200 N
Rn12 = (0,6 x Fy x Agv) + (Ubs x Fu x Ant)
= (0,6 x 240 x 1200) + (1 x 370 x 50)
= 284900 N
Rn = min (Rn1, Rn2) = 207200 N = 207,200 kN
Rn = 0,75 x Rn = 0,75 x 207,200 = 155,4 kN
Sehingga,  Rn (155,4 kN) > Pu (7,34866 kN). Profil yang digunakan
cukup untuk menehan keruntuhan geser blok.
Dengan terpenuhinya kondisi leleh, fraktur, dan geser blok seperti
yang dibuktikan pada perhitungan di atas, maka profil yang digunakan yaitu
2L 45.45.5 memenuhi persyaratan pembebanan untuk profil batang bawah
dan komponen struktur tarik di atas ditentukan oleh kekuatan geser blok.
Kekuatan tarik desain menurut DFBK yakni sebesar 155,4 kN.
B. Perhitungan Batang Diagonal (L 40.40.5) No. Batang 41, 53, 55, 57, 59, 62, 64,
66, 68
a. Akibat Tekuk Lentur
Terlebih dahulu periksa terhadap batasan lamda r sesuai dengan SNI
1729:20120 tabel B4.1a mengenai rasio tebal terhadap lebar elemen tekan
komponen struktur yang menahan tekan aksial dan didapatkan untuk kasus
ini sesuai dengan kasus 3.
Tabel 4. 19 Rasio Tebal terhadap Lebar Elemen Tekan Komponen Struktur
yang Menahan Tekan Aksial

Sumber: SNI 1729:2015


110

𝐵 𝐸
Syarat : ≤ 0,45 √𝐹𝑦
𝑡

40 200000
≤ 0,45 √
5 240

8 < 12,990
Sehingga profil yang digunakan masih aman terhadap tekuk lokal. Dan
dikarenakan single siku, bila b/t < 20 maka hanya perlu memperhitungkan
dari aspek tekuk lentur saja.
b. Menentukan rasio kelangsingan (KL/r)
K = 1, sendi-sendi
rx = ry = 18,34 mm
Sesuai dengan SNI 1729:2015 Pasal E5.1, sehingga:
𝐿 1336
= = 72,84 < 80
𝑟𝑥 15

Maka,
𝐾𝐿 𝐿
= 72 + 0,75 x 𝑟
𝑟 𝑥

= 72 + 0,75 x 72,84
= 126,68
Maka rasio kelangsingan yang digunakan sebesar 126,68
c. Menghitung tegangan tekuk Euler, Fe
𝜋2 𝑥 𝐸
Fe = 𝐾𝐿 2
( )
𝑟𝑥

3,142 𝑥 200000
= (126,682)

= 122,87 Mpa
d. Menghitung tegangan kritis, Fcr
𝐸
4,71 x √𝐹𝑦 = 4,71 x √200000
240
= 135,966 Mpa

𝐸 𝐾𝐿
4,71 x √𝐹𝑦 (135,966 Mpa) > (126,68 Mpa)
𝑟𝑥

Sehingga,
𝐹𝑦
Fcr = [0,685 𝐹𝑒 ] x Fy
240
= [0,685122,877 ] x 240

= 32,11 Mpa
111

Pn =  x 𝐹u x Ag
= 0,9 x 32,11 x 758
= 21905,442 N = 21,905 kN
Sehingga, Pn (21,905 kN) > Pu (5,30964 kN). Profil yang digunakan
cukup menahan gaya tekan.
4.1.6.5 Perhitungan Sambungan Baut
Profil baut yang digunakan untuk struktur atap ini adalah baut tanpa ulir,
berikut adalah spesfikasi baut yang digunkan :
Tabel 4. 20 Data Baut

Data Baut
Diameter Baut 12 mm
Diameter Lubang 14 mm
Mutu A325
Fy 240 Mpa
Fup 370 Mpa
Fub 825 Mpa
r1 0.4
Sumber : Data Analisis, 2021
a. Tahanan Baut (tanpa ulir) Single Siku
𝑓𝑢 𝑏 = 825 MPa (ASTM A325)
Bidang geser = 1
 Geser
Rn =  x m x r1 x 𝑓𝑢 𝑏 x Ab
= 0,75 x 1 x 0,4 x 825 x (0,25 x 3,14 x 12²)
= 27977,4 N/baut = 27,977 kN/baut
 Tumpu
Rn =  x 2,4 x db x tp x 𝑓𝑢 𝑝
= 0,75 x 2,4 x 12 x 5 x 370
= 39960 N/baut = 39,960 kN/baut
Tahanan yang digunakan untuk baut yang dipasang pada profil batang single
siku sebesar 39,960 kN.
b.Tahanan Baut (tanpa ulir) Double Siku
𝑓𝑢 𝑏 = 825 MPa (ASTM A325)
112

Bidang geser = 1
 Geser
Rn =  x m x r1 x 𝑓𝑢 𝑏 x Ab
= 0,75 x 2 x 0,4 x 825 x (0,25 x 3,14 x 12²)
= 55954 N/baut = 55,954 kN/baut
 Tumpu
Rn =  x 2,4 x db x tp x 𝑓𝑢 𝑝
= 0,75 x 2,4 x 12 x 12 x 370
= 95904 N/baut = 95,904 kN/baut
Tahanan yang digunakan untuk baut yang dipasang pada profil batang double
siku sebesar 95,904 kN. Cek kebutuhan baut setiap batang dengan syarat
minimal baut di setiap batang adalah 2 baut.
4.1.6.6 Perhitungan Dimensi Batang Tekan
Berdasarkan hasil pemodelan dengan menggunakan program SAP 2000,
didapatkan gaya terfaktor maksimum tekan. Berikut adalah gaya aksial batang
pada rangka kuda–kuda atap.
Tabel 4. 21 Beban Maksimum Batang Tekan

Batang Batang P (N)


Atas A1 -4725,34
Vertikal V5 -4072,26
Sumber : Data analisis, 2021
Berikut adalah spesifikasi mutu baja yang digunakan serta data yang
digunakan untuk perhitungan pemodelan ketahanan nominal masing–masing
batang :
a. Mutu Baja
fy = 240 Mpa
fu = 370 Mpa
E = 200000 Mpa
b. Faktor ketahanan terhadap leleh,  = 0,90
c. Faktor ketahanan terhadap fraktur,  = 0,75
d. Faktor ketahanan terhadap tekan,  = 0,85
e. Profil yang digunakan
113

Batang Atas 2L 45.45.5


Batang Vertikal 2L 40.40.5
Tabel 4. 22 Data Profil Baja untuk Batang Tekan

Data profil rafter L 45.45.5 Data profil rafter 2L 40.40.5


H 45 mm H 40 mm
B 45 mm B 40 mm
T 5 mm T 5 mm
Ag 430 mm2 Ag 379 mm2
Rmin 13,5 mm Rmin 12,0 mm
x-bar 12,8 mm x-bar 11,6 mm
Jarak sisi baut terluar ke 120 mm Jarak sisi baut terluar ke 120 mm
as baut akhir as baut akhir
Jarak sisi terluar ke as Jarak sisi terluar ke as
40 mm 40 mm
baut pertama baut pertama
Sumber: Tabel Katalog Baja Gunung Garuda

Sumber: Tabel Katalog Baja Gunung Garuda


Gambar 4. 18 Detail Profil Baja Siku

A. Perhitungan Batang Atas (2L 45.45.5) No. Batang 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
51, 52
a. Akibat tekuk lentur
Terlebih dahulu periksa terhadap batasan lamda r sesuai dengan
SNI 1729:2015 tabel B4.1a mengenai rasio tebal terhadap lebar elemen
tekan komponen struktur yang menahan tekan aksial dan didapatkan untuk
kasus ini sesuai dengan kasus 3.
114

Tabel 4. 23 Rasio Tebal terhadap Lebar Elemen


Tekan Komponen Struktur yang Menahan Tekan Aksial

Sumber: SNI 1729:2015


𝐵 𝐸
Syarat : 𝑡
≤ 0,45 √𝐹𝑦

45 200000
≤ 0,45 √
5 240

9 < 12,990
Sehingga profil yang digunakan masih aman terhadap tekuk lokal.
b. Menentukan rasio kelangsingan (KL/r)
K = 1, sendi-sendi
Ixo = 78300 mm4
Iyo = 78300 mm4
Ag = Ag x 2
= 430 x 2
= 860 mm2
Ix = { Ixo + [Ag x (CoGx) 2 ]} x 2
= { 78300 + [860 x (12,8)2 ]} x 2
= 438404,8 mm4
1
Iy = { Iyo + [Ag x (CoGy + 2 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡)2 ]} x 2
1
= { 78300 + [860 x (12,8 + 2 5)2 ]} x 2

= 189366 mm4
𝐼 438404,8
rx = √𝐴𝑥 = √ = 509,77 mm
𝑔 860
115

𝐼𝑦 189366
ry = √𝐴 = √ = 220,19 mm
𝑔 860

𝐾𝐿 1 x 1351
= = 2,65 Mpa
𝑟𝑥 509,77
𝐾𝐿 1 x 1351
= = 6,14 Mpa
𝑟𝑦 220,19

𝐾𝐿
(rasio kelangsingan efektif) diatas sudah memenuhi syarat SNI
𝑟𝑦

1792:2015 pasal E2 mengenai panjang efektif yang menyatakan bahwa


𝐾𝐿
< 200.
𝑟𝑦

c. Menghitung tegangan tekuk Euler, Fe


𝜋2 𝑥 𝐸
Fe = 𝐾𝐿 2
( )
𝑟𝑥

3,142 𝑥 200000
= (2,65)2

= 280758,1 Mpa
d. Menghitung tegangan kritis, Fcr
𝐸
4,71 x √𝐹𝑦 = 4,71 x √200000
240
= 135,966 Mpa

135,966 Mpa > 2,65 Mpa


Sehingga
𝐹𝑦
Fcr = [0,685 𝐹𝑒 ] x Fy
240
= [0,685280758,1 ] x 240

= 0,14 Mpa
116

e. Menghitung tekuk torsi

Sumber : SNI 1729:2015


Gambar 4. 19 Potongan SNI 1729 Pasal E6

Berdasarkan SNI 1729:2019 Pasal E6 ditentukan,


ri = 10,47 mm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔
∝ = , diasumsikan memiliki 2 konektor,
3
1132,5
∝ = 3
𝐾𝐿
𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠
∝ = 450,33 mm < ∝𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3ri x = 849,37 mm
4
1132,5
= 36,05 mm < 40 mm
3
𝐾𝐿 𝐾𝐿
Maka, ( 𝑟 )m = ( 𝑟 )y

𝐸
= 100,221 Mpa < 4,71 x √𝐹𝑦 (135,966 Mpa)

Sehingga
𝜋2 𝑥 𝐸
Fe = 𝐾𝐿
2
( )
𝑟𝑦

3,142 𝑥 200000
= (100,2212 )

= 196,32 Mpa
𝐹𝑦
Fcr = [0,685 𝐹𝑒 ] x Fy
240
= [0,685168,541 ] x 240
117

= 234,103 Mpa
X0 =0
𝑡𝑝
Y0 = Cy - 2
6
= 10,47 - 2

= 7,47 mm
𝐼𝑥0 + 𝐼𝑦0
̅̅̅̅
𝑟0 2 = + 𝑥02 + 𝑦02
𝐴𝑔

41400 + 41400
= + 0 +7,472
774

= 162,77 mm2
𝑥02 + 𝑦02
H =1-( )
𝑟02

0 + 7,472
= 1 - ( 162,777 )

= 0,986
1
J = (btf3 + htw3)
3
1
= 3 (35x63 + 35x63)

= 5040 mm4
𝐺𝑥𝐽
Fcrz =𝐴
𝑔 𝑥 𝑟02

77200 𝑥 5040
= 774 𝑥 162,777 = 288,024 Mpa

Dengan demikian dapat ditentukan,


𝐹𝑐𝑟𝑦 +𝐹𝑐𝑟𝑧 1 4 𝑥 𝐹𝑐𝑟𝑦 𝑥 𝐹𝑐𝑟𝑧 𝑥 𝐻
Fcr =( ) x [1 − √ ]
2𝐻 (𝐹𝑐𝑟𝑦 + 𝐹𝑐𝑟𝑧 )2

234,103+228,024 4 𝑥 234,103 𝑥 228,024 𝑥 0,135


=( ) x [1 − √ ]
2 𝑥 0,986 (234,103+228,024)2

= 206,447 Mpa
Kemudian menentukan nilai 𝐹𝑐𝑟 terendah dari tekuk lentur dan tekuk lentur
torsi, sehingga didapatkan 𝐹𝑐𝑟 = 206,447 MPa
Pn =  x 𝐹𝑐𝑟 x Ag
= 0,9 x 206,447 x 774
= 143810,98 N = 143,810 kN
Sehingga, ϕPn (143,810 kN) > Pu (4,72534 kN). Profil yang digunakan
cukup menahan tekan. Dengan terpenuhinya kondisi tekuk lentur dan
118

tekuk torsi seperti yang dibuktikan pada perhitungan di atas, maka profil
yang digunakan yaitu 2L 35.35.6 memenuhi persyaratan pembebanan
untuk profil batang atas.
B. Perhitungan Batang Vertikal (L 40.40.5) No. Batang 54, 56, 58, 60, 61, 63, 65, 67
C. Pemeriksaan leleh tarik pada penampang bruto bawah
Pn =  x 2Ag x fy
= 0,9 x (2 x 379) x 240
= 163728 N
= 163,728 kN
Sehingga, Pn ( 163,728 kN) > Pu (4,07226 kN). Profil digunakan cukup
menahan kondisi leleh.

D. Pemeriksaan keruntuhan tarik pada penampang bruto


Terlebih dahulu tentukan kasus awal untuk menentukan besar U (factor
shear lag) pada tabel 3.2 SNI-1729-2015. Sehingga dapat ditentukan:
Kasus awal U = 0,5
𝑥̅
Kasus 2 U = 1 - (80)
11,6
U = 1 - ( 80 )

U = 0,855
Kasus 8 U = 0,8
Sehingga, U yang terpilih merupakan U maksimum dari kasus-kasus
diatas, yakni U = 0,855
Kemudian hitung nilai An dengan menggunakan persyaratan SNI-1729-
2020 pasal B4.3,
An1 = Ag – n x ( dh + 2) x t
= 379 – 2 (12 + 2) x 5
= 239 mm2
An2 = 0,85 x 2Ag
= 0,85 x (2 x 239)
= 406,3 mm2
Nilai An yang digunakan adalah yang terkecil. Maka, An = 239 mm2
119

Ae = An x U
= 239 x 0,855
= 204,345 mm2
Pn =  x Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 204,345
= 56705,73 N
= 56,70573 kN
Sehingga, Pn (56,705 kN) > Pu (4,07226 kN). Profil yang digunakan
cukup untuk menehan keruntuhan tarik.
E. Pemeriksaan keruntuhan geser blok
Pemeriksaan ini didasari SNI 1729:2020 Pasal J4.3,
L = Jarak sisi terluar ke as baut terakhir = 120 mm
H = Jarak sisi terluar ke as pertama = 40 mm
Agv = (L x tp) x 2
= (120 x 5) x 2 = 12000 mm2
Anv = {L – [2,5 x (dh +2)]} x tp x 2
= (120 – [2,5 x (12 + 2)]} x 5 x 2 = 850 mm2
Ant = {H – [0,5 x (dh +2)]} x tp x 2
= {40 – [0,5 x (12 +2)]} x 5 x 2 = 330 mm2
Rn1 = (0,6 x Fu x Anv) + (Ubs x Fu x Ant)
= (0,6 x 370 x 850) + (1 x 370 x 330)
= 310800 N
Rn12 = (0,6 x Fy x Agv) + (Ubs x Fu x Ant)
= (0,6 x 240 x 1200) + (1 x 370 x 330)
= 294900 N
Rn = min (Rn1, Rn2) = 294900 N = 294,9 kN
Rn = 0,75 x Rn = 0,75 x 294,9 = 221,175 kN
Sehingga,  Rn (221,175 kN) > Pu (4,07226 kN). Profil yang
digunakan cukup untuk menehan keruntuhan geser blok.
Dengan terpenuhinya kondisi leleh, fraktur, dan geser blok seperti
yang dibuktikan pada perhitungan di atas, maka profil yang digunakan
yaitu 2L 35.35.6 memenuhi persyaratan pembebanan untuk profil batang
bawah dan komponen struktur tarik di atas ditentukan oleh kekuatan
120

geser blok. Kekuatan tarik desain menurut DFBK yakni sebesar 221,175
kN.
Tabel 4. 24 Kebutuhan Baut Batang Bawah
No Baut
Bagian Max Max Min Min Dominan Rn
Hasil Bulat
batang
1 -1494,04 -152,7 -0,02671 2
2 -4357,66 -521,91 -0,07789 2
3 7348,66 619,66 0,131355 2
4 7105,85 1553,12 0,127015 2
5 6324,97 1502,19 0,113057 2
7348,66 103,11 Tarik
BAWAH 5428,76 -699,15 55945
6 0,097037 2
7 5243,01 103,11 0,093717 2
8 4099,67 388,65 0,07328 2
9 -1508,61 -123,57 -0,02697 2
10 -1494,04 -152,7 -0,02671 2
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 25 Kebutuhan Baut Batang Atas
No Baut
Bagian Max Max Min Min Dominan Rn
Hasil Bulat
batang
43 1449,6 52,87 0,025911 2
44 -3810,49 -424,77 -0,06811 2
45 -4634,76 -654,23 -0,08284 2
46 -4396,48 -728,82 -0,07859 2
47 -3711,02 -4725,34 -785,81 52,87 Tekan -0,06633 2
ATAS 55945
48 -3819,71 -568,43 -0,06828 2
49 -4498,39 -525,02 -0,08041 2
50 -4725,34 -473,07 -0,08446 2
51 -3878,43 -288,9 -0,6933 2
52 1449,6 52,87 -0,025911 2
Sumber : Data Analisis, 2021
Tabel 4. 26 Kebutuhan Baut Batang Vertikal
No Baut
Bagian Max Max Min Min Dominan Rn
Hasil Bulat
batang
41 -4072,26 -906,03 -0,07279 2
53 -1729,4 -179,26 -0,3091 2
55 -735,54 68,13 -0,01315 2
57 606,79 53,56 0,010846 2
VERTIKAL 59 1570,88 -4072,26 335,46 53,56 Tekan 55945 0,028079 2
62 629,26 53,56 0,011248 2
64 -750,52 98,09 -0,01342 2
66 -1751,89 -134,32 -0,03131 2
68 -3952,2 -816,14 -0,07065 2
Sumber : Data Analisis, 2021
121

Tabel 4. 27 Kebutuhan Baut Batang Diagonal


No Baut
Bagian Max Max Min Min Dominan Rn
Hasil Bulat
batang
54 4555,06 514,42 0,8142 2
56 1305,16 -73,91 0,023329 2
58 -897,55 -73,91 -0,01604 2
60 -1405,36 -337,65 -0,02512 2
DIAGONAL 5309,64 -73,91 Tarik 55945
61 -1416,4 -337,65 -0,02532 2
63 -928,56 -73,91 -0,0166 2
65 1331,26 -218,57 0,023796 2
67 5309,64 378,56 0,094908 2
Sumber : Data Analisis, 2021
c. Jarak Antar Baut

S1 S S S1
Sumber : Data Pribadi, 2021
Gambar 4. 20 Jarak antar baut
3db < S < 15 tp / 200 mm
1,5 db < S1 < (4tp + 100 mm) /200 mm
3.14 < S < 15 . 12
42 < S < 180 , jadi S = 80
1,5 14 < S1 < (4.12 + 100 mm)
21 < S1 < 148 , jadi S1 = 30
4.1.6.7 Perhitungan Angkur dan Base Plate
Berikut adalah data reaksi tumpuan dan displacement yang didapatkan dari
model struktur dengan menggunakan program SAP 2000.
Tabel 4. 28 Reaksi Tumpuan & Kombinasi Gaya pada Tumpuan
Kombinasi Gaya (N) Ruv Ruh
Cb1 1526,15 0
Cb2 2160,19 0
Cb3 3997,19 -3415,9
Cb4 4072,26 3415,9
Cb5 2085,12 -6831,79
Cb6 2235,26 6831,79
Cb7 906,03 -6831,79
Cb8 1056,17 6831,79
Nilai Maks 4072,26 6831,79
122

Pu = Ruv maks = 4072,26 N


Vu = Ruh maks = 6831,79 N
Penetapan ukuran base plate dengan penegcekan syarat di bawah ini:
𝑃𝑢 ≤ 𝜑𝑐𝑃P
Dengan

𝜑𝑐 x 𝑃𝑝 = 𝑃𝑢
0,6 x 0,85 x 30 x B x N x 2 = 𝑃u
𝑃𝑢 4072,26
(B x N)perlu = 0,6 x 0,85 x 30 MPa x 2 = 0,6 x 0,85 x 30 MPa x 2

= 133,08 mm2
Diperoleh ukuran base plate perlu sebesar 133,08 mm2 , maka ukuran base plate
pake harus memenuhi syarat > (B x N) perlu, seperti di bawah ini :
B = 100 mm
N = 100 mm
B x N = 100 x 100 = 10000 mm2
Dengan menggunakan ukuran base plate :
(100 mm x 100 mm) = 10000 mm2 > 133,08 mm2
sehingga desain base plate sudah aman. Kemudian dalam menentukan jumlah
angkur, terlebih dahulu lakukan pengecekan bahwa Vu ≤ φ x 𝑓𝑣 x Ab x n
Dengan :
φ = 0,75
𝑓𝑣 = 0,6 x 240 = 144 MPa,
dengan menggunakan angkur A307 dengan diameter 12 mm
n = jumlah angkur
Maka,
Vu ≤ φ x fv x Ab x n
15878,1 = 0,75 x 144 MPa x ( 0,25 x 𝜋 x 122 ) x n
6831,79
N = 0,75 x 144 x (0,25 x π x 122 ) = 0,5 unit

Minimum penggunaan angkur dalam struktur adalah 2 unit, sehingga dipasang 2 unit
angkur A307 dengan diameter 12 mm.
123

Sumber : Data Pribadi, 2020


Gambar 4. 21 Tampak Atas Base Plate

Menentukan ukuran tebal base plate yaitu dengan langkah di bawah ini : Syaratnya
yaitu t perlu > 1,49 x c x dengan :
C = 60 (dipilih maksimum jarak tepi penampang siku ganda ke tepi base
plate)
Pu = 4072,26 N
Fy = 240 MPa
B = 100 mm
N = 100 mm

Maka,
𝑃𝑢
t perlu > 1,49 x c x √
𝐵 𝑥 𝑁 𝑥 𝐹𝑦

4072,26
t perlu = 1,49 x c x √
100 𝑥 100 𝑥 240

= 3,68 mm, sehingga dipilih t pakai sebesar 8 mm.


4.2 Perencanaan Tangga
Melihat fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung yang ada maka struktur
bangunan gedung ini menggunakan tangga sebagai alternatif lain yang berfungsi
untuk menghubungkan struktur bawah dengan struktur atas sehingga mempermudah
orang dalam mengakses atau mobilisasi dari keatas dan kebawah maupun sebaliknya.
Perencanaan tangga pada gedung ini hanya terdapat 1 tipe tangga yaitu tangga
penghubung antar lantai.
Analisa momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000. Beban
yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup orang
untuk lantai rumah sakit. Beban mati dihitung langsung oleh SAP2000 dengan
124

memasukkan nilai 1 untuk selfweight multiplier pada saat pembebanan (loadcase).


Kombinasi pembebanan yang diperhitungkan berdasarkan SNI 03-2847-2019

Sumber : Dokumen Pribadi, 2021


Gambar 4. 22 Permodelan tangga (tampak samping)
125

Sumber : Dokumen Pribadi, 2021


Gambar 4. 23 Tangga (tampak atas)

4.2.1.Perhitungan Tangga
a. Data Perencanaan Tangga
 Tinggi antar lantai = 360 cm
 Lebar tangga (l) = 330 cm
 Lebar bordes = 140 cm
 Panjang bordes = 370 cm
 Tebal pelat tangga (h) = 17,5 cm
 Tebal pelat bordes = 20 cm
 Mutu beton = K 420 atau f’c 35 MPa
 Mutu baja (fy) = 250 Mpa
Tabel 4. 29 Sifat Mekanis Baja Struktural

(Sumber : Tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 11)


126

 Berat jenis beton = 2400 kg/m3


 Tebal spesi = 4 cm
b. Menentukan Tinggi Optrade dan Panjang Antrede
Untuk menghasilkan struktur tangga yang nyaman dilalui, maka
untuk Optrede dan Antrede tangga yang digunakan pada konstruksi memakai
perkiraan acuan angka dibawah ini:
O = Optrade ( langkah tegak ) = 15 cm – 20 cm
A = Antrade ( langkah datar ) = 20 cm – 35 cm
Direncanakan :
O = 16,4, A = 30
Pengecekan kenyamanan :
2 x O + A = 60 – 65 (ideal) 2 x 16,4 + 30 = 62,8 (Oke)
Pengecekan kemiringan :
Tan 𝛼 = O/A = 16,4/30 = 0,547
𝛼 = 30 °
Syarat kemiringan 25º < 30 º < 45º “OK”

Sumber : Dokumen Pribadi, 2021


Gambar 4. 24 Dimensi Tangga

c. Menentukan Ekivalen Tebal Anak Tangga


Tebal pelat tangga (h) = 17,5 cm
𝑜𝑝𝑡𝑟𝑎𝑑𝑒
h’ =h+ cos 𝛼
2
𝑜𝑝𝑡𝑟𝑎𝑑𝑒
=h+ cos 30°
2

= 24,60 cm = 0,24 m
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,24 - 0,175 = 0,065 m
127

4.2.2.Perhitungan Pembebanan Tangga


a. Tangga( h = 0,175 m )
1. Pelat Beban Mati ( WD )
 Berat tangga = 0,175 x 2400 = 4,20 kN/m2
 Berat anak tangga = 0,065 x 2400 = 1,56 kN/m2
 Penutup lantai = 1 x 24 = 0,24 kN/m2
 Spesi (t = 4 cm) = 4 x 22 = 0,88 kN/m2
 Handrill = (asumsi) = 0,15 kN/m2 +
= 7,03 kN/m2
2. Beban Hidup (WL)
 WL = 3 kN/m2
3. Kombinasi pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= (1,2 x 7,03) + (1,6 x 3) = 13,236 kN/m2
b. Pelat bordes ( h= 0,20 m)
1.Beban mati (WD)
• Berat bordes = 0,20 x 2400 = 4,8 kN/m2
• Penutup lantai = 1 x 24 = 0,24 kN/m2
• Spesi (t= 4 cm) = 4 x 1 = 0,04 kN/m2
• Handrill = (asumsi) = 0,15 kN/m2 +
= 5,23 kN/m2
2.Beban Hidup (WL)
 WL = 3 kN/m2
3.Kombinasi pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= (1,2 x 5,23) + (1,6 x 3) = 11,076 kN/m2
c. Input Beban Tangga Pada SAP 2000
Penginputan beban tangga baik pada pelat tangga maupun pelat
bordes sebagai berikut:
a. Beban mati pada pelat tangga = 7,03 kN/m2
b.Beban hidup pada pelat tangga = 3 kN/m2
c. Beban mati pada pelat bordes = 5,23 kN/m2
d.Beban hidup pada pelat bordes = 3 kN/m2
128

4.2.3 Analisa Perhitungan Plat pada Struktur Tangga


Perhitungan analisa struktur dilakukan menggunakan bantuan program SAP
2000. Beban yang dimasukkan sebagai beban merata (Uniform Shell) dalam progam
SAP2000, Untuk pemodelan tangga pada SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Sedangan display momen M11 dan M22 pada pelat lantai dan pelat bordes dapat
dilihat pada Gambar 4.21 dan Gambar 4.22 Kombinasi pembebanan yang digunakan
adalah :
1,2 DL + 1,6 LL
Keterangan :
DL : Dead Load (beban mati)
LL : Live Load (beban hidup)

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 25 Pemodelan Analisa Struktur Tangga
129

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 26 Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M11)

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 27 Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M22)
130

Berdasarkan hasil dari analisa progam SAP2000 didapat momen maksimal pada arah
X dan Y yang dapat dilihat pada Tabel 4.20:
Tabel 4. 30 Momen Pelat Tangga Dan Bordes

Jenis Mmax (M11) Arah X Mmax (M22) Arah Y


Plat M.tumpuan M.lapangan M.tumpuan M.lapangan
KN.m KN.m KN.m KN.m
Tangga -29,8546 9,4828 -46,264 37,5189
Bordes -7,2874 28,3591 -30,6697 7,1988

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


4.2.3.1 Perhitungan Tulangan Plat Tangga

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 28 Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga

Tebal pelat (h) = 175 mm


Tebal penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm dan 12 mm
Mutu beton (fc) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 250 MPa
d=h = 175 mm
131

Pembatasan rasio tulangan (𝜌𝑏) karena mutu beton fc’ 35, maka:β1 = 0,85 (SNI 03-
2847-2013 pasal B.8.4.2)
𝜌𝑏 = (0,85 . fc’ . 𝛽1 ): 𝑓𝑦 x ( 600 : (600+ 𝑓𝑦 ))
𝜌𝑏 = (0,85 . 35 . 0,85 ): 250 x ( 600 : (600+ 250 ))
𝜌𝑏 = 0,1433
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝜌𝑏 = 0,1075
𝜌min = 1,4/fy = 1,4/250 = 0,0056
1. Perhitungan Pelat Tangga M11 (arah X)
a. Tulangan plat tangga lapangan arah X M11
Mu = 9,4828KN
9,4828
Mn = = 10,536 kNm = 10,536 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts – 0,5 x 
= 175 -40 – 0,5 x 0,9
= 134,55 mm
Mn 10,536x102
Rn = = = 0,582MPa
𝑏𝑥𝑑 1000x134,552
2

𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 = 𝑥(1 − √1 −
𝑚 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403 𝑥 0,582
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,0024
132

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0056

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0056 x 1000 x 134,55
= 753,48 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 7,86 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 7,86
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 𝑥 ℎ=100 𝑥 17,5=0,00449cm

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 7,86𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100=0,66 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,63
= 7,86 . 250 (17,5 - )
2

=33,739 kNm
Mn actual = 33,739 kNm
Mn perlu = 9,4828 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Tulangan plat tangga tumpuan arah X
Mu = -29,8546 KN
−29,8546
Mn = = 33,17178 kNm = 33,17178 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts – 0,5 x 
= 175 -40 – 0,5 x 0,9
= 134,55 mm
Mn 33,17178x102
Rn = = = 1,832 MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x134,552

𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥1,832
=8,403 𝑥(1 − √1 − = 0,0076
250
133

𝜌min < 𝜌perlu maka memakai 𝜌perlu = 0,0076

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0076 x 1000 x 134,55
= 1018,552 mm²
Dipakai tulangan Ø 12 – 150 mm (As = 11,6 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 11,6
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=100 𝑥 17,5= 0,00663

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 11,6𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100=0,97cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,97
= 11,6 . 250 (17,5 - )
2

=49,337 kNm
Mn actual = 49,337 kNm
Mn perlu = 29,8546 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
2. Perihitungan Pelat Tangga M22 (arah Y)
a. Tulangan plat tangga lapangan arah Y M22
Mu = 37,5189 KN
37,5189
Mn = = 41,6877 kNm = 41,6877 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts –  0,5 x 
= 175 -40 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 133,65 mm
Mn 41,6877x102
Rn = = = 2,334 MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x133,652
𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 = 𝑥(1 − √1 −
𝑚 𝐹𝑦

1 2𝑥8403𝑥2,334
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250
134

=0,0097

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0097

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0097 x 1000 x 133,65
= 1300,868 mm²
Dipakai tulangan Ø 14 – 150 mm (As = 15,4 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 15,4
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=17,5 𝑥 100=0,0088 cm

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 15,4𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100=1,29 cmMomen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
1,29
= 15,4 . 250 (17,5 - )
2

=64,884 kNm
Mn actual = 64,884 kNm
Mn perlu = 37,519 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Tulangan plat tangga tumpuan arah Y
Mu = -46,264 KN
−46,264
Mn = = 51,404 kNm = 51,404 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts –  0,5 x 
= 175 -40 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 134,55 mm
Mn 51,404x102
Rn = = = 2,839 MPa
𝑏𝑥𝑑 1000x134,552
2

𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥2,839
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,012
135

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌perlu = 0,012

As = 𝜌 x b x dx
= 0,012x 1000 x 134,55
= 1609,037 mm²
Dipakai tulangan Ø 16 – 150 mm (As = 20,1 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 20,1
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=100 𝑥 17,5=0,01149

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 20,1𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100= 1,69 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
1,69
= 20,1 . 250 (17,5 - )
2

=83,694 kNm
Mn actual = 83,694 kNm
Mn perlu = 46,264 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
136

4.2.3.2 Perhitungan Tulangan Plat Bordes

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 29 Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga

Tebal pelat (h) = 200 mm


Tebal penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm dan 12 mm
Mutu beton (fc) = 35 MPa
Mutu baja (fy) = 250 MPa
d=h = 200 mm
Pembatasan rasio tulangan (𝜌𝑏) karena mutu beton fc’ 20, maka:β1 = 0,85 (SNI 03-
2847-2013)
𝜌𝑏 = (0,85 . fc’ . 𝛽1 ): 𝑓𝑦 x ( 600 : (600+ 𝑓𝑦 ))
𝜌𝑏 = (0,85 . 35 . 0,85 ): 250 x ( 600 : (600+ 250 ))
𝜌𝑏 = 0,1433
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝜌𝑏 = 0,1075
𝜌min = 1,4/fy = 1,4/250 = 0,0056
1. Perhitungan Pelat Bordes M11 (arah X)
a. Tulangan plat bordes lapangan arah X M11
Mu = 28,3591 KN
28,3591
Mn = = 31,510 kNm = 31,510 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts – 0,5 x 
137

= 200 -40 – 0,5 x 0,9


= 159,55 mm
Mn 31,510x102
Rn = = = 1,238 MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x159,552
𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥1,238
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,0051

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0056

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0056 x 1000 x 159,55
= 893,48 mm²
Dipakai tulangan Ø 12 – 150 mm (As = 11,6 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑔 11,6
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=100 𝑥 20= 0,0058

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 11,6𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100= 0,97 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,97
= 11,6 . 250 (20 - )
2

=56,587 kNm
Mn actual = 56,587 kNm
Mn perlu = 28,3591 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
138

b. Tulangan plat bordes tumpuan arah X


Mu = -7,2874 KN
7,2874
Mn = = 8,097 kNm = 8,097 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts – 0,5 x 
= 200 -40 – 0,5 x 0,9
= 159,55 mm
Mn 8,097x102
Rn = = = 0,318MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x159,552
𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥0,318
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,0013

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0056

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0056 x 1000 x 159,55
= 893,48 mm²
Dipakai tulangan Ø 12 – 150 mm (As = 11,6 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑔 11,6
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=100𝑥20= 0,0058

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 11,6𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100= 0,97 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,97
= 11,6 . 250 (20 - )
2

=56,587 kNm
Mn actual = 56,587 kNm
Mn perlu = 7,2874 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
139

2. Perihitungan Pelat Bordes M22 (arah Y)


a. Tulangan plat bordes lapangan arah Y M22
Mu = 7,1988 KN
7,1988
Mn = = 7,999 kNm = 7,999 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts –  0,5 x 
= 200 -40 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 158,65 mm
Mn 7,999x102
Rn = = = 0,318 MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x158,652
𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥0,318
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,0013

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0056

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0056 x 1000 x 158,65
= 888,44 mm²
Dipakai tulangan Ø 12 – 150 mm (As = 11,6 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 11,6
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=20 𝑥 100= 0,0058 cm

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 11,6𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100= 0,97 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,97
= 11,6 . 250 (20 - )
2

=56,587 kNm
Mn actual = 56,587 kNm
Mn perlu = 7,1988 kNm. Mn actual > Mn perlu (OK)
140

b. Tulangan plat bordes tumpuan arah Y


Mu = -30,6697 KN
−30,6697
Mn = = 34,077 kNm = 34,077 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts –  0,5 x 
= 200 -40 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 159,55 mm
Mn 34,077x102
Rn = = = 1,339 MPa
𝑏𝑥𝑑2 1000x259,552
𝐹𝑦 250
M =0,85𝑥𝐹𝑐=0,85𝑥35= 8,403 MPa

1 2𝑥𝑀𝑅𝑛
𝜌 =𝑚 𝑥(1 − √1 − 𝐹𝑦

1 2𝑥8,403𝑥1,339
=8,403 𝑥(1 − √1 − 250

=0,0055

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0056

As = 𝜌 x b x dx
= 0,0056x 1000 x 159,55
= 839,48 mm²
Dipakai tulangan Ø 12 – 150 mm (As = 11,6 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 11,6
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =𝑏 . ℎ=100 𝑥 20=0,0058

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑔.𝑓𝑦 11,6𝑥250
α=0,85 .𝑓𝑐𝘍.𝑏=0,85𝑥35𝑥100=0,97 cm

3. Momen nominal
𝑎
Mn=As . fy (h-2 )
0,97
= 11,6 . 250 (20 - )
2

=56,587 kNm
Mn actual = 56,587 kNm
Mn perlu = 30,6697 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
141

Tabel 4. 31 Rekap Tulangan Tangga

AS AS
JENIS PELAT POSISI
TULANGAN TULANGAN
TANGGA TULANGAN TULANGAN
(mm2) (mm)
Pelat Tangga Tx 1018,552 Ø10 - 150 523
Lx 753,48 Ø12 - 150 1160
Ty 1609,037 Ø16 - 150 2100

Ly 1300,868 Ø14 - 150 1540


Bordes Tx 893,48 Ø12 - 150 1160
Lx 893,48 Ø12 - 150 1160
Ty 893,48 Ø12 - 150 1160
Ly 888,44 Ø12 - 150 1160
Sumber: Dokumen pribadi, 2022

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 30 Potongan tangga

Gambar 4.30 Detail Plat Bordes

Sumber: Dokumen pribadi, 2021


142

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 31 Detail Trap Tangga

4.3 Beban Gempa


Parameter Gempa mengacu pada peraturan SNI 1726:2019 dengan rincian
sebagai berikut (ketentuan tabel dalam pembahasan ini diselesaikan dengan tabel
pada SNI 1726:2019)
4.3.1. Menentukan Faktor Keutamaan Gedung
Berdasarkan pasal 4.1.2 (Tabel 1-Kategori risiko bangunan gedung
dan non gedung untuk beban gempa) gedung yang direncanakan termasuk ke
dalam kategori risiko bangunan IV. Dengan nilai faktor keutamaan gempa
Ie= 1,50 (Tabel 2.8 Faktor keutamaan gedung).
4.3.2. Menentukan Klasifikasi Situs
Berdasarkan Pasal 5.3 (Tabel 2.9 Klasifikasi situs) penentuan
klasifikasi situs dapat dilakukan dengan menentukan tahanan penetrasi rata-
rata (N) seperti diperhitungkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 32 Perhitungan Nilai SPT rata-rata

No Kedalaman N Ni
(m)
1 2 0 0
2 3 3 1
3 4,5 3 1,5
4 3,5 1 3,5
5 6 2 3
6 6 5 1,2
7 4 12 0,333
8 4,5 4 1,125
9 3,5 24 0,146
10 8 2 4
11 5 1 5
Jumlah 50 20,804
Sumber: Dokumen pribadi, 2022
143

Berdasarkan data tanah di lokasi pembangunan Rumah Sakit


Ketanggungan Brebes didapatkan nilai N = 50/20,804 = 2,403 sehingga
termasuk dalam klasifikasi situs tanah lunak (SE).
4.3.3. Parameter Respons Spektral Perecepatan Gempa Maksimum yang
Dipertimbangkan Risiko Tertarget (MCER)
Penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan
perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait
percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum
respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda satu detik (SM1)
yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs.
Berdasarkan gambar 15, gambar 16 dan gambar 20 pada SNI 1726:2019
Tabel 4. 33 Nilai Ss dan S1 Respon Spektra

VAriabel Nilai
PGA (g) 0.374498
Ss 0,7976
S1 0,3525
TL 20.000000
Fa 1,2
Fv 2,6
Sms 0,957
Sm1 0,917
Sds 0,67
Sd1 0,611
T0 (detik) 0.18
Ts (detik) 0.91

Sumber : http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021
Gambar 4. 32 Mencari nilai Fa dan Fv
144

Berdasarkan tabel 6 SNI 2019


Tabel 4. 34 Koefisien Situs (Fv)

Sumber : SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Hitung interpolasi linear:
𝐹𝑎 = 1,2
Berdasarkan tabel 7 SNI 2019
Tabel 4. 35 Koefisien Situs (Fv)

Sumber : SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Hitung interpolasi linear:
𝐹𝑣 = 2,6
4.3.4. Menentukan Parameter Percepatan Desain Spektral
Menurut pasal 6.2 sebelum menghitung parameter percepatan desain
spektral perlu dihitung nilai patameter percepatan desain periode pendek
(SMS) dan periode 1 detik (SM1)
Menghitung nilai SMS dan SM1 menggunakan rumus empiris:
SMS = Fa x Ss
= 1,2 x 0,7976
= 0,957 g
SM1 = Fv x S1
145

= 2,6 x 0,3525
= 0,917 g
Menghitung niali SDS dan SD1 menggunakan rumus empiris:
2
SDS = x SMS
3
2
= 3 x 0,957

= 0,638 g
2
SD1 = 3 x SM1
2
= 3 x 0,917

= 0,611 g
4.3.5. Menentukan Spektrum Respons Desain
Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva
spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada gambar
dan mengikuti ketentuan di bawah ini:
S
T0 = 0,2 S𝐷1
𝐷𝑆

0,611
= 0,2 0,638

= 0,255 detik
S𝐷1
TS = S𝐷𝑆
0,611
= 0,638

= 0,958 detik
4.3.6. Menghitung spektrum response percepatan desain
Bila spektum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifikasi situs tidak digunakan, maka kurva
spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 2.8
dan mengikuti ketentuan berikut ini :
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 (T < T0), spectrum respons
𝑇
percepatan desain, Sa harus diambil dari persamaan Sa = SDS(0,4 + 0,6 𝑇 )
0

2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts. (T0 ≤ T ≤ Ts),
3. Sa = SDS
146

4. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts (T > Ts), spektrum respons percepatan desain Sa
diambil berdasarkan persamaan
𝑆𝐷1 𝑋 𝑇𝐿
5. Sa =
𝑇2

Dengan perhitungan sebagai berikut


Tabel 4. 36 Spektrum Respon Desain Rusun Soekarno Hatta

Sumber : http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021

Sumber : http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021
Gambar 4. 33 Kurva Response Spektrum
147

4.3.7. Menentukan Kategori Desain Seismik (SDC = Seismic Design Category)


Berdasarkan pasal 6.5 penentuan kategori desain sesimik berdasarkan
parameter respons percepatan SDS dan SD1. SDS = 0,638 dengan kategori
risiko IV maka sesuai Tabel 2.13 masuk Kategori Desain Seismik D. nilai
SD1 = 0,611 dengan kategori resiko IV maka sesuai dengan Tabel 2.14
masuk dalam Kategori Desain D. maka Kategori Desain Seismik yang
digunakan dalam perencanaan adalah KDS D.
Tabel 4. 37 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
perioda pendek
Kategori risiko
Nilai 𝐒𝐝𝐬
I atau II atau III IV
Sds < 0,167 A A
0,167 ≤ Sds < 0,33 B C
0,33 ≤ Sds < 0,50 C D
0,50 ≤ Sds D D
Sumber: Tabel 8 SNI 1726-2019
Tabel 4. 38 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan 1
detik

Kategori risiko
Nilai Sd1
I atau II atau III IV
Sd1 < 0,167 A A
0,067 ≤ Sd1< 0,133 B C
0,133 ≤ Sd1 < 0,20 C D
0,20 ≤ Sd1 D D
Sumber: Tabel 8 SNI 1726-2019
4.3.8. Menetukan Struktur dan Parameternya
Pemilihan system struktur berhubungan dengan elemen penahan
beban lateral dan juga kategori desain seismik yang direncanakan, pada
perencanaan ini akan digunakan rangka beton bertulang pemikul momen
khusus.
148

Tabel 4. 39 Faktor R, Cd, Ω0, untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

Batasan Sistem
Struktur Termasuk
Koefisien Faktor
Batasan Tinggi
Respons Kuat Faktor
Sistem
Modifikasi, Lebih, Pembesaran Struktur
Penahan Gaya
R Ω0 Defleksi, Cd Kategori
Gempa Desain
Seismik
B C D E F
Sistem Rangka Pemikul Momen
1. Rangka beton
bertulang pemikul
momen 8 3 5,5
Khusus TB TB TB TB TB

Sumber: SNI 1726-2019


4.3.9. Input Tipe Beban Gempa Statis
Tipe beban yang ditambahkan dalam beban gempa statis adalah
sebagai berikut:

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 34 Tipe beban gempa statis

Ca = Sa pada saat T= 0 (0,18)


Cv = Sa pada saat T= 1 (0,67)
Perkiraan waktu getar alami gedung, method A dengan nilai 0,035)
149

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 35 Modify lateral load pattern

4.3.10. Input Tipe Beban Gempa Dinamis


Tipe beban yang ditambahkan dalam beban gempa dinamis adalah
sebagai berikut:
150

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 36 Beban respons spektrum

Scale factor = g/R = 9,81/8 = 1,22625

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 37 Tipe beban dinamis

4.3.11. Modal Analisis


Analisis harus dilakukan untuk menentukan jumlah ragam getar alami
untuk struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk
mendapatkan partisipasi massa terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari
151

massa actual dalam masing- masing arah horizontal ortogonal dari respos
yang ditinjau oleh model.

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 38 Modify modal load case

4.3.12. Analisis
Sebelum memulai menjalankan perhitungan model dengan program
SAP2000, model portal dianalisis secara 3 dimensi kemudian dilakukan Run
Analysis.

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 39 Pilihan menjalankan program
152

4.3.13. Pemeriksaan Berat Struktur


Berat struktur terdiri dari hasil penjumlahan beban mati struktur,
beban mati tambahan dan beban hidup yang tereduksi. Perhitungan manual
beban mati = 78036,31 KN dan beban hidup= 2790,34 KN.
Perbedaan besar beban mati dikarenakan perhitungan manual tidak
mempertimbangkan overlap pada hubungan balok-kolom, sementara
perhitungan SAP2000 mempertimbangkannya.

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 40 Hasil dari berat struktur

4.3.14. Penentuan perioda Desain


Waktu getar / perioda alami fundamental struktur merupakan waktu
yang dibutuhkan struktur untuk menempuh satu siklus gerakan yang nilainya
dipengaruhi oleh fungsi massa dan kekakuan. Nilai perioda desain akan
digunakan untuk mendapatkan beban gempa rencana.
Pada SNI 1726:2019 nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah
perioda (Perioda fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda (perioda
maksimum). Penentuan perioda diatur pada Pasal 7.8.2 Periode fundamental
pendekatan atau batas perioda minimum adalah:
Ta = Ct Hn x
Keterangan:
hn = ketinggian struktur dalam (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur
Ct dan x di tentukan tabel 2.11.
153

Tabel 4. 40 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang di hitung

Parameter percepatan respons sprektral desain Koefisien Cu

pada 1 detik, SD1


≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : SNI-1726-2019
Tabel 4. 41 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x

Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100

% gaya seismik yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau

dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan


mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya seismik:
 Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8

 Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9


Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI-1726-2019
Tipe struktur yang digunakan adalah “Rangka beton pemikul momen”
dan ketinggian Gedung dari dasar= 32 m.
Periode Fundamental atau time period ragam pertama, T= 0,526227 (SAP
2000) Sementara itu, jika dihitung menggunakan rumus sesuai pasal 7.8.2.1
SNI 1726-2019:
Ta = Ct Hn x
= 0,0466 x 320,9
=1,054
Tmax = 1,054x 1,4 = 1,476
154

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 41 Hasil time period

4.3.15. Pemeriksaan Jumlah Ragam


Sesuai pasal 7.9.1 yang menyatakan analisa harus menyertakan
jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa actual yang dimodelkan.
Dari hasil analisa struktur menggunakan program bantu didapatkan jumlah
respons ragam sebagai berikut:

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 42 Partisipas Rasio Mass
155

Berdasarkan hasil analisis pada table diatas menunjukkan pada ragam


mode ke-7 pasrisipasi rasio kedua arah sudah melebihi 90% , sehingga model
sudah memenuhi syarat.
4.3.16. Pemilihan jenis Analisa ragam
Dari hasil SAP2000 dapat ditentukan mode ragam yang sesuai untuk dipilih.
1,06571−0,928
T1-T2 = x 100% = 0,14 < 15%
1,06571

Sehingga waktu getar alami dianggap berdekatan karena nilainya


kurang dari 15%. Metode CQC digunakan untuk masing-masing ragam
dimana ragam berjarak dekat dan berkorelasi silang yang signifikan diantara
respons transisi dan rotasi.
4.3.17. Perbandingan Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis
Sesuai pasal 7.9.4.1 mengenai skala gaya, peraturan ini
mengisyaratkan bahwa gaya geser statis dan dinamis harus lebih besar dari
85% gaya geser statis. Dirumuskan VD > 85% Vs. Bila hal tersebut tidak
terpenuhi maka perlu diberikan gaya skala pada model struktur Gedung.
Berdasarkan data dari program SAP 2000 didapatkan data sebagai berikut:

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 43 Partisipas Rasio Mass

Gaya geser statis arah-X = VSX = 286282,63 kg


Gaya geser dinamis arah-X = VDX = 1600,41 kg
Cek,
85% x 286282,63 = 1600,41 > VDX (OK)
156

Gaya geser statis arah-Y = VSY = 1460,93 kg


Gaya geser dinamis arah-Y = VDY = 260002,01 kg
Cek,
85% x 126639,38 = 243340,235 > VDY (OK)
Keterangan: Jika menemui kasus dimana rumus V D < 85% VS maka harus
membuat skala gaya.
Skala gaya S diambil dari rumus
85% Vs
S= =
𝑉𝐷
9,81
Scale factor = xS
8

pada SAP metode yang digunakan diubah menjadi SRSS.


4.3.18. Pemeriksaan Simpangan Antarlantai
Penentuan simpangan antarlantai harus dihitun sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Batasan simpangan lantai diatur dalam pasal 7.8.6:
(δ2−δ1 ) x Cd
∆x = <𝑎
𝑙

Keterangan:
∆x = simpangan antar lantai
𝛿 = defleksi yang terjadi
𝐼 = factor keutamaan gempa
hx = tinggi tingkat di bawah tingkat x
Cd = factor pembesaran defleksi
Jenis Gedung adalah rumah sakit (kategori risiko IV)
Jenis struktur bukan struktur yang menggunakan dinding geser
Sedangkan untuk syarat simpangan antar lantai ijin sesuai tabel 20
SNI-1726-2019, ∆𝑎 = 0,015 hx dengan ∆ merupakan selisih antara defleksi
yang ditunjukkan pada analisis struktur dengan defleksi akibat pembesaran.
Sehingga nilai ∆𝑎 pada tiap lantai adalah:
• Atap = 0,015 x 3600 = 54 m
• Lantai 1-8 = 0,015 x 3600 = 54 m
Hasil control simpangan pada analisis struktur akibat gempa dinamik arah X
(SPEC-X) adalah sebagai berikut:
157

Tabel 4. 42 Kontrol simpangan akibat respons spektrum arah X

Story Titik ẟ (mm) ∆I (mm) ∆ijin (mm) Ket


Atap 1229 12,54 8,6515 54 OK
lantai 8 452 12,08 13,36 54 OK
lantai 7 677 11,56 13,36 54 OK
lantai 6 238 11,12 13,36 54 OK
lantai 5 549 10,967 13,36 54 OK
lantai 4 888 8,538 17,336 54 OK
lantai 3 653 5,386 18,458 54 OK
lantai 2 387 2,03 11,165 54 OK
lantai 1 47 0
Sumber: Data Analisis, 2022
Sedangkan hasil control simpangan pada analisis struktur akibat
gempa dinamik arah Y (SPEC-X) adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 43 Kontrol simpangan akibat respons spektrum arah Y

Story Titik ẟ (mm) ∆I (mm) ∆ijin (mm) Ket


Atap 1229 1,896 1,957 54 OK
lantai 8 452 1,578 1,5645 54 OK
lantai 7 677 1,404 1,5675 54 OK
lantai 6 238 1,359 1,4674 54 OK
lantai 5 549 1,208 1,3665 54 OK
lantai 4 888 0,923 1,9525 54 OK
lantai 3 653 0,568 1,991 54 OK
lantai 2 387 0,206 1,133 54 OK
lantai 1 47 0
Sumber: Data Analisis, 2022
4.3.19. Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (HBK)

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 44 Hubungan Balok Kolom
158

Setelah diperoleh dimensi balok dan kolom maka selanjutnya


dilakukan pengecekan dimensi hubungan balok dan kolom menggunakan
SNI 2847:2019. Adapun pasal yang digunakan sebagai berikut :
Pasal 18.6.2: Lebar Balok ≤ 0,75 x Sisi Kolom
Pasal 18.8.2.3: Sisi Kolom ≥ 20 x Diameter besi utama Balok
Tabel 4. 44 Rekapitulasi Dimensi Balok

No Balok Dimensi Balok (mm)


b (mm) h (mm)
1. B64A 450 600
2. B56A 500 650
3. B67 600 700
4. B45A 400 550
5. B34A 300 450
6. B32A 250 300
7. B22A 200 250
Sumber: Data Analisis, 2022
Tabel 4. 45 Rekapitulasi Dimensi Kolom

No Kolom Dimensi Kolom (mm)


b (mm) h (mm)
1. K88 800 800
2. K97 900 700
3. K33A 350 350
Sumber: Data Analisis, 2022
Analisis Kontrol Hubungan Balok Kolom diambil berdasarkan tipe
Kolom dan Balok terbesar yang berhubungan dengan Kolom
tersebut.
a. Analisis Kontrol Hubungan Balok(B56) dengan Kolom(K88)
Ukuran rencana tulangan utama (D) = 22 mm
Lebar balok(B56) = 500 mm
Lebar Kolom(K88) = 800 mm
1. Cek HBK
0,75 x Lebar Kolom = 0,75 x 800 = 600 mm
Cek HBK
Lebar Balok ≤ 0,75 x Sisi Kolom
500 mm ≤ 600 mm (OK)
2. Cek HBK
20 x Diamater Utama Balok = 20 x 22 = 440 mm
159

Cek HBK
Sisi Kolom ≥ 20 x Diameter besi utama Balok
800 mm ≥ 440 mm (OK)
b. Analisis Kontrol Hubungan Balok(B32Atap) dengan Kolom(K33A)
Ukuran rencana tulangan utama (D) = 16 mm
Lebar balok(B32A) = 250 mm
Lebar Kolom(K33A) = 350 mm
1. Cek HBK
0,75 x Lebar Kolom = 0,75 x 350 = 262,5 mm
Cek HBK
Lebar Balok ≤ 0,75 x Sisi Kolom
262,5 mm ≤ 350 mm (OK)
2. Cek HBK
20 x Diamater Utama Balok = 20 x 16 = 320 mm
Cek HBK
Sisi Kolom ≥ 20 x Diameter besi utama Balok
350 mm ≥ 320 mm (OK)
160

4.4 Perencanaan Plat Lantai


4.4.1.Plat Lantai S12 A

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 45 Denah Plat Lantai

4.4.1.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
161

= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)


= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804 x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V = 1 x 8 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
= 8,428 KN/m2
4.4.1.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan Plat Lantai S12 A
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 46 Plat Dengan 3 Sisi Terjepit
162

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
𝑙𝑦 300
= = 1,4 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 210

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 47 Koefisien Momen Plat Tipe A

a. Momen tumpuan arah x


Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 89
= -3,06 kNm
b. Momen tumpuan arah y
Mty = -0,001 . q . ly2 . x
= -0,001 x 7,804 x (3)2 x 74
= -5,20 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 40
= 1,38 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . ly2 . x
163

= 0,001 x 7,804 x (3)2 x 27


= 1,90 kNm
4.4.1.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai
Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 3,06 kNm
Mty = 5,20 kNm
Mlx = 1,38 kNm
Mly = 1,90 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . 600+𝑓𝑦 . 0,8 . 600+400 = 0,035
𝑓𝑦

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = = 0,003
400

4.4.1.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 3,06 KNm
3,06
Mn = = 3,403 kNm = 3,403 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 3,403 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,424 MPa
1000 𝑥 89,552
164

𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑥 (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦

1 2 𝑥 14,12 𝑥 0,424
= 14,12 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00107
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 305,78 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 = 0,00436
12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,71 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,71
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,396 kNm
Mn actual = 24,396 kNm
Mn perlu = 3,063 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Desain tulangan tumpuan arah y
Mu = 5,197 kNm
5,197
Mn = = 5,775 kNm = 5,775 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 88,65mm
𝑀 5,775 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = 1000 𝑥 88,652
= 0,72 MPa
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa
165

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,72
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,002
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 88,65 = 310,275 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,004
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,396 kNm
Mn actual = 24,396 kNm
Mn perlu = 5,197 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 1,377 kNm
1,377
Mn = = 1,53 kNm = 1,53 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,53 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,191MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦
166

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,191
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0005
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 305,78 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,0045
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,995 kNm
Mn actual = 24,986 kNm
Mn perlu = 1,377 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 1,9 kNm
1,9
Mn = 0,9 = 2,11 kNm = 2,11 x 106 Nmm

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 - 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 2,11 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,263 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45𝑥 0,263
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0016
400
167

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 305,78 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0044

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 7,86 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - )
2
0,704
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 1,896 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
168

4.4.2.Plat Lantai S12 A1

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 48 Denah Plat Lantai

4.4.2.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)
169

= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804) x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V =1x 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2
8

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
= 8,428 KN/m2
4.4.2.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 49 Plat Dengan 3 Sisi Terjepit

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
𝑙𝑦 210
= = 1 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 210
170

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 50 Koefisien Momen Plat Tipe A

a. Momen tumpuan arah x


Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 55
= -3,06 kNm
b. Momen tumpuan arah y
Mty = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (4,2)2 x 60
= -10,19 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 21
= 1,38 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (4,2)2 x 26
= 3,72 kNm
171

4.4.2.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai 3


Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 3,06 kNm
Mty = 10,19 kNm
Mlx = 1,38 kNm
Mly = 3,72 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . 600+𝑓𝑦 . 0,8 . 600+400 = 0,035
𝑓𝑦

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


1,4 1,4
ρmin = = = 0,003
𝑓𝑦 400

4.4.2.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan plat lantai 3


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 3,063 KNm
3,063
Mn = = 3,403 kNm = 3,403 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 3,403 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,424 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa
172

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,424
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00107
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,00436
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 3,063 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Desain tulangan tumpuan arah y
Mu = 10,187 kNm
10,187
Mn = = 11,319 kNm = 11,319 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 89,55mm
𝑀 11,319 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 1,411 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦
173

1 2 𝑥 13,45 𝑥 1,411
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0036
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,00436
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 10,187 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 1,377 kNm
1,377
Mn = = 1,53 kNm = 1,53 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,53 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,191 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,191
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,000478
400
174

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00436

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - )
2
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 1,377 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah y
Mu = 3,717 kNm
3,716
Mn = = 4,13 kNm = 4,13 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀𝑛 4,13 𝑥 106
Rn = = = 0,515 MPa
𝑏𝑥 𝑑2 1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,515
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00129
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
175

= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²


Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00436

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 3,717 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
4.4.3.Plat Lantai S12 B

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 51 Denah Plat Lantai
176

4.4.3.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)
= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804) x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V = 1 x 8 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
177

= 8,428 KN/m2
4.4.3.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan Plat Lantai 4
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 52 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
𝑙𝑦 300
= = 1,4 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 210

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 53 Koefisien Momen Plat Tipe C

a. Momen tumpuan arah x


Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 73
= -2,51 kNm
178

b. Momen tumpuan arah y


Mty = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (3)2 x 57
= -4,0 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 34
= 1,17 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (3)2 x 18
= 1,26 kNm
4.4.3.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai 4
Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 2,51 kNm
Mty = 4,00 kNm
Mlx = 1,17 kNm
Mly = 1,26 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . 600+𝑓𝑦 . 0,8 . 600+400 = 0,035
𝑓𝑦

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


179

1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = = 0,003
400

4.4.3.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 2,51 KNm
2,51
Mn = = 2,79 kNm = 2,79 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 2,79 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = 1000 𝑥 89,552
= 0,348 MPa
𝐹𝑦 400
M = = = 13,45 MPa
0,85 𝑥 𝐹𝑐 0,85 𝑥 35

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑥 (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,348
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0009
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00655

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,703 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,703
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 2,51 kNm
180

Mn actual > Mn perlu (OK)


b. Desain tulangan tumpuan arah y
Mu = 4,00 kNm
4,00
Mn = = 4,45 kNm = 4,45 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 89,55mm
𝑀 4,45 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,55 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − 𝐹𝑦
)

1 2 𝑥 13,45 𝑥 1,25
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − 400
) = 0,0014

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0043

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,395 kNm
Mn actual = 24,395 kNm
Mn perlu = 4,00 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
181

Mu = 1,17 kNm
1,17
Mn = = 1,30 kNm = 1,30 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,30 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,162 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,162
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0004
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,004

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,703 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,703
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,17 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah y
Mu = 1,26 kNm
1,26
Mn = = 1,4 kNm = 1,4 x 106 Nmm
0,9
182

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,4 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,175 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,175
= 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0004
13,45 400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0044

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,26 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
183

4.4.4.Plat Lantai S12 B1

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 54 Denah Plat Lantai

4.4.4.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)
184

= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804) x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V =1x 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2
8

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
= 8,428 KN/m2
4.4.4.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan Plat Lantai 5
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 55 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
185

𝑙𝑦 210
= = 1 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 210

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 56 Koefisien Momen Plat Tipe C
a. Momen tumpuan arah x
Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (3,5)2 x 52
= -2,86 kNm
b. Momen tumpuan arah y
Mty = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (4)2 x 52
= -5,09 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (3,5)2 x 21
= 1,41 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (4)2 x 21
= 1,65 kNm
186

4.4.4.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai 5


Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 2,86 kNm
Mty = 5,09 kNm
Mlx = 1,41 kNm
Mly = 1,65 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . 600+𝑓𝑦 . 0,8 . 600+400 = 0,035
𝑓𝑦

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


1,4 1,4
ρmin = = = 0,003
𝑓𝑦 400

4.4.4.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 2,86 KNm
2,86
Mn = = 3,17 kNm = 3,17 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 3,17 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,396 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa
187

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45𝑥 0,396
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0009
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,004


As = 𝜌 x b x dx
= 0,004 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,0044
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 2,86 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Desain tulangan tumpuan arah y
Mu = 5,09 kNm
5,09
Mn = = 5,65 kNm = 5,65 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 89,55mm
𝑀 5,65 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,706 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦
188

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,706
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0044
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,004


As = 𝜌 x b x dx
= 0,004 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,0044
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 5,09 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 1,411 kNm
1,411
Mn = = 1,56 kNm = 1,56 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,56 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,195 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,195
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00049
400
189

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,004


As = 𝜌 x b x dx
= 0,004 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0044

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - )
2
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,41 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah y
Mu = 1,65 kNm
1,65
Mn = = 1,83 kNm = 1,83 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,83 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,229 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,229
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0006
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,004


As = 𝜌 x b x dx
190

= 0,004 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²


Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 = 0,0044
12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,65 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
191

4.4.5.Plat Lantai S12 C

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 57 Denah Plat Lantai

4.4.5.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)
192

= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804) x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V =1x 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2
8

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
= 8,428 KN/m2
4.4.5.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan Plat Lantai 6
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2021


Gambar 4. 58 Plat Dengan 2 Sisi Terjepit

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
𝑙𝑦 300
= = 1,4 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 210
193

Sumber: Struktur Beton Bertulang, L. Wahyudi, 1997. Halamn :121

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 59 Koefisien Momen Plat Tipe D

a. Momen tumpuan arah x


Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 98
= -3,37 kNm
b. Momen tumpuan arah y
Mty = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 7,804 x (3)2 x 77
= -5,41 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (2,1)2 x 45
= 1,55 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 7,804 x (3)2 x 26
= 1,83 kNm
194

4.4.5.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai 6


Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 3,37 kNm
Mty = 5,41 kNm
Mlx = 1,55 kNm
Mly = 1,83 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . 600+𝑓𝑦 . 0,8 . 600+400 = 0,035
𝑓𝑦

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


1,4 1,4
ρmin = = = 0,003
𝑓𝑦 400

4.4.5.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 3,37 KNm
3,37
Mn = = 3,747 kNm = 3,747 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 3,747 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,467 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa
195

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,467
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0012
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,0044
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 3,37 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Desain tulangan tumpuan arah Y
Mu = 5,41 kNm
5,41
Mn = = 6,009 kNm = 6,009 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 89,55mm
𝑀 6,009 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,749 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦
196

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,749
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0019
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = = = 0,0044
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎= = = 0,704 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 5,41 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 1,55 kNm
1,55
Mn = = 1,72 kNm = 1,72 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 1,72 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,215 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,44 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,215
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00054
400
197

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 150 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0044

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - )
2
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,55 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah y
Mu = 1,83 kNm
1,83
Mn = = 2,029 kNm = 2,029 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀𝑛 32,029 𝑥 106
Rn = = = 0,253 MPa
𝑏𝑥 𝑑2 1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,45 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,45 𝑥 0,253
= 13,45 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,00063
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,003


As = 𝜌 x b x dx
198

= 0,003 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²


Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 5,24 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 5,24
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,0044

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 5,24 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 0,704 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
0,704
= 5,24 x 400 (12 - )
2

= 24,39 kNm
Mn actual = 24,39 kNm
Mn perlu = 1,83 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
Hasil Perhitungan Tulangan

Sumber : Data Pribadi 2022


Gambar 4. 60 Penulangan Plat Lantai
199

4.4.6.Plat Lantai S12 C1

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 61 Denah Plat Lantai

4.4.6.1 Perhitungan Beban-Beban yang Bekerja Pada Plat Lantai


Data material
Mutu beton fc’ = 35 Mpa
Mutu baja fy = 400 Mpa
Berat isi beton γb = 24 kN/m3
Beban mati
Berat sendiri pelat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Berat penutup atap = 0,11 kN/m2
Berat plafond +penggantung = (11+7) = 0,18 kN/m2
ΣWD = 3,17 kN/m2
Beban hidup
Beban hidup pelat lantai = 2,5 kN/m2 (rumah susun)
Tebal pelat lantai = 12 cm
Beban ultimit (Wu)
Wu = (1,2D + 1,6L)
= (1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5)
200

= 7,804 KN/m2
Beban gempa (V) :
𝑆𝑎 𝑥 𝑡𝑒
V= 𝑥𝑤
𝑅

Dimana
Sa = Akselerasi Spektrum
Dicari dari data tanah menurut
Sa = Sd1/T = 0,64/1 = 0,64 ketahanan GempaSNI-1726- 2019,
hal 35)

Rumah sakit menurut ketahanan


Ie = 1,0 ( faktor keutamaan gempa)
GempaSNI-1726-2019, hal23)

1 = faktor reduksi untuk rumah susun


W = beban terfaktor (wu) x 1 menurut ketahanan Gempa SNI- 1726-
2019, hal 25)
= (7,804) x 1
= 7,804 kN/m2
R = 8 (modifikasi respon untuk model pembebanan momen khusus)
1
V =1x 𝑥 7,804 = 0,624 𝑘𝑁/𝑚2
8

U = 1,2 D + 1,6 L + V
= 1,2 x 3,17 + 1,6 x 2,5+ 0,624
= 8,428 KN/m2
4.4.6.2 Menentukan Momen Tumpuan Dan Lapangan Plat Lantai 5
Rasio perbandingan pelat

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 62 Plat Dengan 4 Sisi Terjepit
201

ly = plat dengan bentang paling panjang


lx = plat dengan bentang paling pendek
𝑙𝑦 420
= = 3,5 < 2 (𝑝𝑙𝑎𝑡 1 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝑙𝑥 120

Sumber: PBI 1971


Gambar 4. 63 Koefisien Momen Plat Tipe C

a. Momen tumpuan arah x


Mtx = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 8,512 x (3,5)2 x 59
= -6,152 kNm
b. Momen tumpuan arah y
Mty = -0,001 . q . lx2 . x
= -0,001 x 8,512 x (4)2 x 54
= -7,354 kNm
c. Momen lapangan arah x
Mlx = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 8,512 x (3,5)2 x 25
= 2,606 kNm
d. Momen lapangan arah y
Mly = 0,001 . q . lx2 . x
= 0,001 x 8,512 x (4)2 x 21
202

= 2,806 kNm
4.4.6.3 Perencanaan Penulangan Plat Lantai 7
Dari hitungan momen pada plat lantai yaitu:
Mtx = 6,152 kNm
Mty = 7,354 kNm
Mlx = 2,606 kNm
Mly = 2,860 kNm
Data perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :
a) Mutu beton (fc’) = 35 MPa
b) Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
c) Tebal pelat lantai (h) = 12 cm = 120 mm
d) Tebal selimut beton (p) = 30 mm
e) b = 100 cm
f) d=h = 12 cm = 120 mm
Pembatasan rasio tulangan (ρb)
Karena mutu beton fc’ 35, maka :
Tata Cara Perencanaan Struktur
0,05 𝑥 (𝑓𝑐−28)
β1 = 0,85 - Beton Untuk Bangunan Gedung,
7
SNI 03-2847-2013, (21.1.4)
0,05 𝑥 (35−28)
β1 = 0,85 - = 0,8
7
0,85 .𝑓𝑐 600 600
ρb = . 𝛽1 . . 0,8 . = 0,035
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 600+400

ρmaks = 0,5 ρb = 0,5 x 0,035 = 0,0180


1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = = 0,0035
400

4.4.6.4 Desain tulangan tumpuan dan lapangan


a. Desain tulangan tumpuan arah x
Mu = 6,152 KNm
6,152
Mn = = 6,835 kNm = 6,835 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30– 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀𝑛 6,835 𝑥 106
Rn = = = 0,852 MPa
𝑏 𝑥 𝑑2 1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,44 MPa
203

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,44 𝑥 0,852
= 13,44 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0021
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0035


As = 𝜌 x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 7,86 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 7,86
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00655

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 7,86 x 400
𝑎= = = 1,05 cm
0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 0,85 x 35 x 100

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
1,05
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 36,077 kNm
Mn actual = 36,077 kNm
Mn perlu = 6,152 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
b. Desain tulangan tumpuan arah y
Mu = 7,354 kNm
7,354
Mn = = 8,171 kNm = 8,171x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 – 0,5 x 0,9
= 88,65mm
𝑀 8,171 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 1,039 MPa
1000 𝑥 88,652
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,44 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦
204

1 2 𝑥 13,44 𝑥 1,039
= 13,44 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0027
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0035


As = 𝜌 x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 88,65 = 310,275 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 7,86 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 7,86
𝜌 actual = = = 0,00655
𝑏𝑥ℎ 100 𝑥 𝑥 12

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 7,86 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 1,05 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
1,05
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 36,077 kNm
Mn actual = 36,077 kNm
Mn perlu = 7,354 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
c. Desain tulangan lapangan arah x
Mu = 2,606 kNm
2,606
Mn = = 2,895 kNm = 2,895 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,5 x 0,9
= 89,55 mm
𝑀 2,895 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,361 MPa
1000 𝑥 89,552
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,44 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,44 𝑥 0,361
= 13,44 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0009
400
205

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0035


As = 𝜌 x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 89,55 = 313,425 mm²
Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 7,86 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 7,86
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00655

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 7,86 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 1,05 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
1,05
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 36,077 kNm
Mn actual = 36,077 kNm
Mn perlu = 2,606 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
d. Desain tulangan lapangan arah y
Mu = 2,860 kNm
2,860
Mn = = 3,177 kNm = 3,177 x 106 Nmm
0,9

dx = h – ts– 0,5 x 
= 120 -30 – 0,9 - 0,5 x 0,9
= 88,65 mm
𝑀 3,177 𝑥 106
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 0,404 MPa
1000 𝑥 88,652
𝐹𝑦 400
M = 0,85 𝑥 𝐹𝑐 = 0,85 𝑥 35 = 13,44 MPa

1 2 𝑥 𝑀 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 = 𝑚 𝑥 (1 − √1 − )
𝐹𝑦

1 2 𝑥 13,44 𝑥 0,404
= 13,44 𝑥 (1 − √1 − ) = 0,0010
400

𝜌min > 𝜌perlu maka memakai 𝜌min = 0,0035


As = 𝜌 x b x dx
206

= 0,0035 x 1000 x 88,65 = 310,275 mm²


Dipakai tulangan Ø 10 – 100 mm (As = 7,86 cm²)
Cek nominal penampang
1. Rasio actual
𝐴𝑠 7,86
𝜌 actual = 𝑏 𝑥 ℎ = 100 𝑥 𝑥 12 = 0,00655

2. Lengan momen dalam


𝐴𝑠 .𝑓𝑦 7,86 x 400
𝑎 = 0,85 𝑥 𝑓𝑐 𝑙 𝑥 𝑏 = 0,85 x 35 x 100 = 1,05 cm

3. Momen nominal
a
Mn = As . fy (h - 2 )
1,05
= 7,86 x 400 (12 - )
2

= 36,077 kNm
Mn actual = 36,077 kNm
Mn perlu = 3,677 kNm
Mn actual > Mn perlu (OK)
207

4.5 Perhitungan Struktur Portal


4.5.1 Portal (Balok dan Kolom)

Sumber: Program SAP2000


Gambar 4. 64 Perspektif rangka portal struktur beton

4.5.2 Pedoman Perhitungan Balok dan Kolom


Dalam perencanaan Balok dan Kolom, pedoman yang dipakai:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG
1987).
2. SNI 03-1726-2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
3. SNI 2847:2019. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
4. Beban minimum untuk perancangan bangunan Gedung dan struktur lain (SNI
1727:2020).
5. Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI 1971).
208

4.5.3 Perhitungan Balok dan Kolom


4.5.3.1 Data Teknis Portal
1. Material Beton
Berat per unit volume = 2400 kg/m3
Fc (balok dan kolom) = 35 Mpa
Modulus elastisitas (Ec) = 4700√𝑓𝑐 = 4700√35 = 27805,575 Mpa
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-2013) pasal 8.5.1, hal 61
2. Besi tulangan
Besi ulir, Fy = 400 Mpa
Fu = 550 Mpa
Besi polos, Fy = 280 Mpa
Fu = 500 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3
Modulus elastistias = 200000 Mpa
4.5.3.2 Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang
Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang
bentang 420 cm, 600 cm.
4.5.3.3 Menentukan Dimensi
1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi
awal, 1/10 dari jarak kolom.
Tabel 4. 46 Rekapitulasi Dimensi Balok

No Balok Dimensi Balok (mm)


b (mm) h (mm)
1. B64A 450 600
2. B67 600 700
3. B56A 500 650
4. B45A 400 550
5. B34A 300 450
6. B32A 250 300
7. B22A 200 250
Sumber: Data Analisis, 2022
2. Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang
terjadi dengan asumsi awal,
K88 = 80 x 80 cm
209

K33A = 35 x 35 cm
Tabel 4. 47 Rekapitulasi Dimensi Kolom

No Kolom Dimensi Kolom (mm)


b (mm) h (mm)
1. K88 800 800
2. K97 900 700
3. K33A 350 350
Sumber: Data Analisis, 2022
4.5.3.4 Pembebanan Portal
Sesuai dengan Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (PPPURG 1987), ada empat pembebanan yang ditinjau dalam
portal,yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. Sesuai
dengan kegunaannya, diperoleh beban sebagai berikut:
 Beban pada plat lantai
1. Beban mati (WD)
• Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
• Berat spaci lantai = 0,03 x 1800 = 54 Kg/m2
• penutup lantai = 24 Kg/m2
• Berat plafond = 18 Kg/m2 +
• Total Pembebanan (WD) = 384 Kg/m2
210

Sumber: Program SAP2000


Gambar 4. 65 Beban Mati Pelat

2. Beban Hidup (WL)


Beban hidup rumah susun = 250 Kg/m2

Sumber: Program SAP2000


Gambar 4. 66 Beban Hidup Pelat
211

Beban Pada Balok


Berat dinding ( batu bata merah) = 3,6 m x 250 Kg/m3
= 900 kg/m
Berat kuda-kuda =beban atap langsung
didistribusikan pada pembebanan portal sesuai koordinat dari
tumpuan pada atap
Untuk menentukan momen, perhitungan dilakukan
menggunakan bantuan program aplikasi komputer ( SAP 2000 ). Hasil
momen yang didapat sesuai dengan data masukan. Hasil momen
berbentuk tabel terlampir sebagai lampiran.

4.5.4 Desain Penulangan Balok


Perhitungan penulangan balok menggunakan system ganda ditinjau
berdasarkan momen, geser, dan punter terbesar. Ketentuan perhitungan
penulangan balok dengan metode SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus), perhitungan serta hasil akhir gambar penulangan balok adalah
sebagai berikut:
4.5.4.1 Balok 60x45 (B64A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 450x600 mm
Panjang balok (L) = 6000 mm
Lebar balok (b) = 450 mm
Tinggi balok (h) = 600 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019)
212

Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan


= 600 – 30 – 12 – (1/2 x 22)
= 547 mm
Tabel 4. 48 Gaya Dalam Balok B64A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
52,33 427,81 244,687 247,524 181,261
Sumber: Data Analisis, 2022
2. Persyaratan Gaya Geometri Balok
Berdasarkan SNI 2847:2019 mengenai ketentuan perhitungan
balok dengan menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) sebagai berikut:
a. Pu < 0,,1 x Ag x fc
Pu < 0,1 x (450 mm x 600 mm) x (35 N/mm2 )
Pu < 945000 N (memenuhi)
b. Ln ≥ 4d
(6000 mm – 450 mm) ≥ 4 x 547 mm
5550 mm ≥ 2188 mm (memenuhi)
c. b ≥ 0,3 h
450 mm ≥ 0,3 x 600
450 mm ≥ 180 (memenuhi)
d. 250 mm < b < c + 2 x (3/4 h)
250 mm < 450 mm < 600 + 2 x (3/4 600)
250 mm < 450 mm < 1500 (memenuhi)
3. Perhitungan Tulangan Torsi
Perencanaan peulangan torsi mengacu pada SNI 2847:2019 Pasal
11.5 dan menurut Pasal 115.2.2, pengaruh torsi boleh diabaiakan
apabila momen torsi terfaktor kurang dari:
𝐴2 𝑐𝑝
Tu < φ0,083 x λ x √√𝑓𝑐 𝑥 )
𝑃𝑐𝑝

Dimana:
Acp = luas penampang
Pcp = keliling penampang
213

λ = 1 (beton normal)
φ = 0,75
dari hasil analisis menggunakan program bantu SAP2000, didapatkan
nilai maksimum torsi pada balok B64A-450x600 sebagai berikut:
Tu = 52,33 kN.m
Kontrol kebutuhan torsi
Acp = b x h = 400 x 600= 270000 mm2
Pcp = 2 x (b + h) = 2 x (450 + 600) = 2100 mm
Maka,
2700002
52,33 kN.m > 0,75 x 0,083 x 1 x √√35 𝑥 ( )
2100

52,33 kN.m > 12,78 kN.m (Perlu Tulangan Torsi)


Penulangan torsi sengkang
Xo = lebar as ke as tulangan sengkang
= lebar balok – 2 x (selimut beton + diameter tulangan Sengkang/2)
= 450 – 2 x (30 + 12/2)
= 378 mm
Yo = tinggi as ke as tulangan sengkang
= lebar balok – 2 x (selimut beton + diameter tulangan Sengkang/2)
= 600 – 2 x (30 + 12/2) = 528 mm
Aoh = Xo x Yo = 378 x 528 = 199584 mm2
Ao = 0,85 x Aoh = 0,85 x 199584 = 169646,4 mm2
ph = 2 x (Xo + Yo) = 2 x (378 + 528) = 1812 mm2
Menentukan kebutuhan tulangan sengkang:
𝐴𝑡 𝑇𝑛 52330000/0,75
= = = 0,514108 𝑚𝑚2 /𝑚
𝑠 2 𝑥 𝐴𝑜 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑐𝑜𝑡𝜃 2x 169646,4 x 400 x cot45
(per meter maka s= 1000 mm)
At = 0,514108 x 1000 = 514,108 mm2
Maka, luas tulangan sengkang yang diperlukan :
Atotal = Av + 2At
= (2 x ¼ x 3,14 x 102 ) + (2 x 514,108)
= 157 + 1028,22
= 1185,22 mm2
214

Digunakan sengkang ∅12


𝐴𝑣 𝑥 1000 157 x1000
S= = = 132,47 𝑚𝑚
Atotal 1185,22

Sehingga dipakai tulangan torsi tranversal 4∅12 – 85 mm


Menentukan kebutuhan tulangan longitudinal
𝐴𝑡 𝑓𝑦 400
Al = ( 𝑠 ) Ph(𝑓𝑦)1= 0,605 x 1812 x (400) 𝑥 1 = 1095,96𝑚𝑚2

Periksa terhadap Almin


0,42 √f′c x Acp At 𝐹𝑦
Almin = - Ph (𝐹𝑦)
fy 𝑠

0,42 √25 x 270000


= − 1095,96 = 581,25 𝑚𝑚2
400

Sehingga diambil Al = 1095,96 mm2


Luasan tulangan puntir untuk arah memanjang dibagi merata keempat
sisi pada penampang balok.
𝐴𝑙 1095,96
= = 273,99 mm2
4 4

Penulangan torsi pada tulangan longitudinal :


Pada sisi atas = diasumsikan ¼ pada tulangan tarik balok
Pada sisi bawah = diasumsikan ¼ pada tulangan tekan balok
Maka, sisi atas dan bawah balok masing – masing mendapatkan
tambahan luasan puntir sebesar 547,98 mm2 .
Penulangan torsi pada tulangan badan
Pada sisi samping kanan dan kiri disalurkan ½ pada kedua sisinya.
Maka, sisi samping kanan dan kiri pada badan dipasang tulangan
puntirsebesar = (2 x 273,99) = 547,98 mm2
Jumlah tulangan puntir pada badan atau sisi tengah
547,98
n= = 2,73 = 2 buah
0,25 𝑥 3,14 𝑥 162

Sehingga dipasang tulangan puntir di tumpuan, dan lapangan sebesar


4∅16.
4. Perhitungan Penulangan
Rasio Tulangan
ρmax = 0,025 (SNI 2847:2019 Pasal 21.5.2)
1,4
ρmin = 400 = 0,0035

Perhitungan Tulangan Balok pada Daerah Tumpuan


215

a. Penulangan Tumpuan Atas


Mn = 427,82 x 106 / 0,9 = 1475344444,4
𝑀𝑢 1475344444,4
Rn = 𝑏 𝑥 𝑑2 = = 3,53
450 𝑥 5472

0,85 𝑥 35 2 𝑥 3,53
Pperlu = (1 − √1 − ) = 0,0362
400 0,85 𝑥 F′ 𝑐

Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmax


0,0035 < 0,0362 < 0,025 menggunakan ρperlu
As = ρ x b x d = 0,025 x 450 x 547 = 6153,75 mm2
Luas tulangan perlu ditambah luasan tambahan puntir longitudinal
untuk lentur :
𝐴𝑙
As perlu = As + = 6153,75 + 273,99 = 6427,74 𝑚𝑚2
4

Jumlah tulangan
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 6427,74
n= = = 5,8
𝐴𝑠 0,25 𝑥 3,14 𝑥 222

Digunakan 6D16 buah (As = 6079,04)


Kontrol Jarak Spasi Tulangan Satu lapis
bw−2.decking − 2.Ø sengkang − n.Ø tul utama
Smax = > 25 mm
𝑛−1
450−(2.30) −(2x12) − 22x16
= = 0,933 𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚 (𝑜𝑘)
16−1

Kesetimbangan Gaya Internal


Cc = 0,85 x f’c x a x b
Ts = As x fy
Sehingga Cc = Ts
0,85 x f’c x a x b = As x fy
As terpasangxfy 6079,04 x 400
a= = 181,634 𝑚𝑚
0,85xf′cx𝑏 0,85 x 35 x 450

Kapasitas Momen (ϕ Mn)


𝑎
Mn = As terpasang x fy x (d - 2 )
181,634
= 6079,04 x 400 x (547 - )
2

= 1109,263 kN.m
Syarat Mu < ϕ Mn
427,81 kN.m ≤ 0,9 x 1109,253 kN.m
216

427,81 kN.m ≤ 998,336 kN.m (OK)


Kontrol Kesesuaian Penggunaan Nilai Faktor Reduksi kekuatan
c = a / β1 = 181,633 / 0,85 = 213,686 mm
d = 547 mm
𝑑−𝑐
εs = 0,003 x ( )
𝑐
547−213,686
= 0,003 x ( ) = 0,005 >0,005 (OK)
213,686

Berada di wilayah Tension Controlled ϕ = 0,9 è Asumsi Sesuai.


Dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.

Sumber : SNI 2847-2019


Gambar 4. 67 Grafik Tension controlled tumpuan

b. Penulangan Tumpuan Bawah


𝐴𝑙
As perlu = (0,5 x As perlu tump atas) + 4

= (0,5 x 6079,04) + 273,989


= 3313,509 mm2
Jumlan tulangan
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 3313,509
n= = 0,25 𝑥 3,14 𝑥 222 = 8,72
𝐴𝑠

Digunakan 6D22 buah (As = 3419,46)


Kontrol Jarak Spasi Tulangan Satu lapis
bw−2.decking − 2.Ø sengkang − n.Ø tul utama
Smax = > 25 mm
𝑛−1
450−(2.30) −(2x12) − 9x22
= = 21 𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚 (𝑜𝑘)
9−1

Perhitungan Tulangan Balok pada Daerah Lapangan


217

a. Penulangan Lapangan Bawah


Mn = 244,687 x 106 / 0,9 = 271874444,4
𝑀𝑢 271874444,4
Rn = 𝑏 𝑥 𝑑2 = 528 𝑥 514,112= 1,948

0,85 𝑥 35 2 𝑥 1,948
Pperlu = (1 − √1 − ) = 0,0269
400 0,85 𝑥 F′ 𝑐

Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmax


0,0035 < 0,0269 < 0,025 menggunakan ρperlu
As = ρ x b x d = 0,0144 x 450 x 547 = 6625,379 mm2
Luas tulangan perlu ditambah luasan tambahan puntir longitudinal
untuk lentur :
𝐴𝑙
As perlu = As + = 6625,379 + 273,989 = 6899,369 𝑚𝑚2
4

Jumlah tulangan
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 6899,369
n= = = 18,159
𝐴𝑠 0,25 𝑥 3,14 𝑥 222

Digunakan 18D22 buah (As = 6838,92)


Kontrol Jarak Spasi Tulangan Satu lapis
bw−2.decking − 2.Ø sengkang − n.Ø tul utama
Smax = > 25 mm
𝑛−1
450−(2.30) −(2x12) − 18x22
= = −27,64 𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚 (𝑜𝑘)
18−1

Kesetimbangan Gaya Internal


Cc = 0,85 x f’c x a x b
Ts = As x fy
Sehingga Cc = Ts
0,85 x f’c x a x b = As x fy
As terpasangxfy 6838,92 x 400
a= = 204,337 𝑚𝑚
0,85xf′cx𝑏 0,85 x 35 x 450

Kapasitas Momen (ϕ Mn)


𝑎
Mn = As terpasang x fy x (d - 2 )
204,337
= 6838,92 x 400 x (547 - )
2

= 1216,866 kN.m
Syarat Mu < ϕ Mn
244,687 kN.m ≤ 0,9 x 1216,866 kN.m
244,687 kN.m ≤ 1095,178 kN.m (OK)
218

Kontrol Kesesuaian Penggunaan Nilai Faktor Reduksi kekuatan


c = a / β1 = 204,337 / 0,85 = 240,397 mm
d = 547 mm
𝑑−𝑐
εs = 0,003 x ( )
𝑐
547−240,397
= 0,003 x ( ) = 0,006 >0,005 (OK)
240,397

Sumber : SNI 2847-2019


Gambar 4. 68 Grafik Tension controlled lapangan

b. Penulangan Lapangan Bawah


𝐴𝑙
As perlu = (0,5 x As perlu tump atas) + 4

= (0,5 x 6838,92) + 273,989


= 3693,449 mm2
Jumla tulangan
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 3693,449
n= = 0,25 𝑥 3,14 𝑥 222 = 7,72
𝐴𝑠

Digunakan 8D22 buah (As = 3943,75)


Kontrol Jarak Spasi Tulangan Satu lapis
bw−2.decking − 2.Ø sengkang − n.Ø tul utama
Smax = > 25 mm
𝑛−1
450−(2.30) −(2x12) − 9x22
= = 21 𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚 (𝑜𝑘)
9 −1

5. Perhitungan Tulangan Geser pada Balok


Sebagaimana diatur pada SNI 2847:2019 Pasal 21.5.4 gaya
geser rencana Ve harus ditentukan dari peninjauan gaya statik pada
bagian berlawanan dianggap bekerja bersama – sama pada muka
kolom dan komponen struktur tersebut dibebani penuh dengan beban
gravitasi terfaktor.
219

Momen Mpr dihitung dari tulangan terpasang dengan


tegangan 1,25 fydan faktor reduksi ϕ = 1.
a. Hitungan momen ujung (Mpr)
Perhitungan Mpr balok dilakukan dengan mengasumsikan sendi
plastis terbentuk di ujung – ujung balok dengan tegangan
tulangan lentur mencapai 1,25 fy.

1. Momen ujung negatif tumpuan kiri


1,25xAsxF𝑦 1,25 x 6079,04 x 400
𝑎𝑝𝑟1 = = = 227,042 𝑚𝑚
0,85xF′cxb 0,85 x 35 x 450
apr_1
𝑀𝑝𝑟1 = 1,25 x As x fy x (d - 2
227,042
= 1,25 x 6079,04 x 400 x (547 - 2
)

= 1317,569 Kn.M
2. Momen ujung positif tumpuan kiri
1,25xAsxF𝑦 1,25 x 3419,46 x 400
𝑎𝑝𝑟2 = = = 127,711 𝑚𝑚
0,85xF′ cxb 0,85 x 35 x 450
apr_1
𝑀𝑝𝑟2 = 1,25 x As x fy x (d - )
2
127,711
= 125 x 3419,46 x 400 x (547 - )
2

= 826,047 Kn.M
3. Momen ujung negative tumpuan kanan
Mpr_3 = Mpr_1
= 1317,569 kN.m
4. Momen ujung positif tumpuan kanan
Mpr_3 = Mpr_2
= 826,047 kN.m
b. Hitung gaya geser akibat Mpr
Vg = 181,261 kN (dari kombinasi 1,2DL + 1,0LL)
220

Sumber : SNI 2847-2019


Gambar 4. 69 Geser Desain untuk Balok
Mpr2+Mpr_3 826.047+1317,569
Vgempa kiri = = = 357,269 KN
𝐿𝑛 6

Vekiri = Vgempa kiri + Vg


= 357,269 + 181,261 = 538,530 kN
Ve kanan = Vgempa kiri - Vg
= 357,269 + 181,261 = 176,008 kN
Tabel 4. 49 Gaya Geser Desain Balok B.3A 45x80

Arah Gempa Vgempa Ve Tump. Kiri Ve Tump. Kanan


(kN)
(kN) (kN)
Kiri 357,269 538,530 176,008
Kanan 357,269 176,008 538,530
Sumber : Data Analisis, 2022
Berdasarkan tabel 4.56 Gaya Geser ultimit balok terbesar akibat
kombinasi gempa / envelope sebesar Vu = 247,524 kN.
Vc = 0 apabila Ve lebih besar dari 0,5 Vu dan gaya aksial terfaktor
Pu < 0,1 x Ag x f’c.
1. Ve ≥ 0,5 Vu
176,008+247,524 kN ≥ (0,5 x 247,524 kN)
423,532 kN > 123,762 kN (memenuhi)
2. Pu ≤ 0,1 x Ag x f’c
0 N < 0,1 x (450 mm x 600 mm) x 35 N/mm2
0 kN < 945 kN (memenuhi) Maka, Vc pada sendi plastis = 0.
221

c. Cek persyartan tulangan tranversal pada daerah sendi plastis (SNI


2847: 2019).
 Sengkang tertutup pertama harus ditetapkan tidak lebih dari 50
mm dari muka komponen struktur penumpu.
 Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi nilai terkecil dari
𝑑 547
1) 4 = = 136,75 mm
4

2) Enam kali diameter tulangan longitudinal terkecil


6 x 22 = 132 mm
d. Cek persyaratan tulangan tranversal diluar daerah sendi plastis
(SNI 2847:2013 Pasal 21.5.3.4).
𝑑 547
= = 273,5 mm
2 2

e. Hitungan tulangan geser di daerah sendi plastis (daerah sepanjang


2h darimuka kolom) dan daerah di luar sendi plastis.
1. Daerah sendi plastis muka kolom tumpuan kiri dan kanan
𝑉𝑒 423,532
Vs = − 𝑉𝑐 = − 0 = 564,71 𝑘𝑁
ᵠ 0,75

Digunakan sengkang 1,5Ø12, Av = 169,56 mm2


Av x Fy x d 169,56 x 400 x 547
S = = = 65,697 mm < 132 mm
Vs 564,71 x 103

Jarak yang digunakan = 65 mm


AvxFyxd 169,56 x 400 x 547
Vspasang = = = 570,765 𝑘𝑁
V𝑠 65

ϕ(Vs + Vc) = 0,75 x (570,765 + 0) = 428,074 kN


ϕ(Vs + Vc) = 428,074 kN > Ve = 423,532 kN
Maka, digunakan sengkang 1,5D12 – 65 mm.
2. Daerah di luar sendi plastis ( di luar 2h = 2 x 800 = 1600 mm
di luar muka kolom)
Untuk daerah di luar sendi plastis beton dianggap
berkontribusi menahan geser. Besar Vc adalah
Vc = 0,17 x √f'c x bw x d
= 0,17 x √35 x 450 x 547 = 247,561 kN
V𝑒 423,532
Vs = ᵠ
- Vc = 0,75
− 247,561 = 317,148 𝑘𝑁

Digunakan sengkang 1,5Ø12, Av = 169,56 mm2


222

Av x Fy x d 169,56 x 400 x 547


S = = = 116,979 mm < 273,5 mm
Vs 317,148 x 103

Jarak yang digunakan = 120 mm


AvxFyxd 169,56 x 400 x 547
Vspasang = = = 309,164 𝑘𝑁
V𝑠 120

ϕ(Vs + Vc) = 0,75 x (309,164 + 247,561) = 417,544 kN


ϕ(Vs + Vc) = 417,544 kN > Ve = 423,532 kN
Maka, digunakan sengkang 1,5D12 – 120 mm.
6. Panjang Penyaluran Tulangan Balok
Menurut SNI 2847 2019 tarik dan tekan yang dihitung pada
tulangan disetiap penampang komponen struktur harus disalurkan pada
masing – masing sisi penampang tersebut melalui panjang penaman,
kait, batang ulur kepala (headed deformed bar) atau alat mekanis atau
kombinasi darinya. Kait kepala (head) tidak boleh digunakan untuk
menyalurkan batang tulangan dalamkondisi tekan.
a. Panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik
Pengangkuran tulangan lentur balok didaerah join dapat
dilakukan dengan tulangan berkait atau tanpa kait, tergantung pada
ketersediaan space didaerah joint
1. Bila digunakan tulangan berkait maka panjang penyaluran
ditetapkan dalam SNI 2847:2019 : panjang penyaluran ldh
untuk tulangan tarik dengan kait standar 900 dalam beton
normal tidak boleh diambil lebih kecil dari 8d b, 150 mm, dan
fyxdb
𝑙𝑑ℎ = 5,4x√f𝑐

2. Bila digunakan tulangan tanpa kait maka panjang penyaluran


ditetapkan dalam SNI 2847:2019: panjang penyalurannya
tidak boleh diambil lebih kecil dari 2,5 𝑙𝑑ℎ dan 3,25 𝑙𝑑ℎ .
fyxdb 400 x 22
𝑙𝑑ℎ = = = 275,458 ≈ 300 𝑚𝑚
5,4x√f𝑐 5,4x√35
Cek syarat :
𝑙𝑑ℎ ≥ yang terbesar dari 150 mm dan 8 db
350 mm ≥ 150 mm dan 8 x (25 mm)
350 mm > 150 dan 200 mm (memenuhi)
223

Maka panjang penyaluran pada tulangan berkait dalam kondisi


tarik 300 mm
Panjang penyaluran kait

Sumber : SNI 2847-2019


Gambar 4. 70 Panjang Penyaluran Kait
12 db = 12 x (22 mm)
= 264 mm
4 db = 4 x (22 mm)
= 88 mm
4 db = 4 x (22 mm) ≥ 65 mm
= 88 mm
b. Panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan
Sesuai dengan SNI 2847:2019 Panjang penyaluran untuk batang
tulangan ulir dalam konsidi tekan tidak boleh kurang dari 200 mm
dan dari persamaan berikut:
0,24 X FY 0,24 x 400
𝐿𝑑𝑐 = 𝑥 𝑑𝑏 = 𝑥 22 = 314,838 ≈ 320 𝑚𝑚
λx√45 1 x √45
𝐿𝑑𝑐 = 0,043 x fy x db = 0,043 x 400 x 22 = 378,4 mm
Cek syarat :
Ldc ≥ 200 mm 430 mm > 200 mm (memenuhi)
Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan 430 mm.
c. Penyaluran tulangan momen negatif
Sesuai dengan SNI 2847:2019 Pasal 12.12.3 Panjang
penyaluran tulangan negative harus sebesar sebagai berikut :
224

Sumber : SNI 2847-2019


Gambar 4. 71 Penyaluran Tulangan Momen Negatif

12 db = 12 x (22 mm) = 264 mm


panjang penyaluran untuk momen negatif 300 mm.

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 72 Detail balok B64A 60 x 45
Tabel 4. 50 Rekapitulasi Balok Tipe B64A 60 x 45 cm
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 5 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 di kiri - kanan balok
225

Bawah 6 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16


Lantai 6 B.64A 60 x 45 Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 8 B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Tumpuan Atas 8 D 22 1,5 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai B.64A 60 x 45 Bawah 6 D 22
Atap Lapangan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 8 D 22
Sumber: Data Analisis, 2022
4.5.4.2 Balok 60x70 (B67)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 600x700 mm
Panjang balok (L) = 2100 mm
Lebar balok (b) = 600 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 600 – 30 – 12 – (1/2 x 25)
= 545,5 mm
Tabel 4. 51 Gaya Dalam Balok B67

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
236,28 4981,09 4981.361 2643,818 581,708
Sumber: Data Analisis, 2022
226

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 73 Detail Balok B.3B 300x600 Lantai 3
Tabel 4. 52 Rekapitulasi Balok Tipe B67 60x70 cm
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Torsi
Geser
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 5 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 6 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 8 B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai B67 60 x 70 Bawah 4 D 22
Atap Lapangan Atas 4 D 22 1,5 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Sumber: Data Analisis, 2022
4.5.4.3 Balok 50x65 (B56A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 500x650 mm
Panjang balok (L) = 6000 mm
227

Lebar balok (b) = 500 mm


Tinggi balok (h) = 650 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 500 – 30 – 12 – (1/2 x 22)
= 447 mm
Tabel 4. 53 Gaya Dalam Balok B56A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
135,019 1388,646 1383,04 684,561 200,066
Sumber: Data Analisis, 2021

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 74 Detail Balok B56A
228

*Note: Dengan perhitungan yang sama, berikut rekapitulasi penulangan balok


25x50 pada struktur lantai 2 – atap
Tabel 4. 54 Rekapitulasi Balok Tipe B56A
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 5 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Lantai 6 Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 8 B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22
Tumpuan Atas 6 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai B56A 50 x 65 Bawah 4 D 22
Atap Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 6 D 22

Sumber: Data Analisis, 2022


4.5.4.4 Balok 40x55 (B45A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 400x550 mm
Panjang balok (L) = 2100 mm
Lebar balok (b) = 400 mm
Tinggi balok (h) = 550 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
229

Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)


Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 400 – 30 – 12 – (1/2 x 19)
= 348,5 mm
Tabel 4. 55 Gaya Dalam Balok B45A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
12,252 149,292 141,9452 210,513 127,475
Sumber: Data Analisis, 2022

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 75 Detail Balok B.45A

*Note: Dengan perhitungan yang sama, berikut rekapitulasi penulangan balok


25x40 pada struktur lantai 2 – atap
Tabel 4. 56 Rekapitulasi Balok Tipe B45A
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 di kiri - kanan balok
230

Bawah 3 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16
Lantai 5 B.2A 45 x 80 Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 6 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 8 B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 4 D2 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai B.2A 45 x 80 Bawah 3 D 22
Atap Lapangan Atas 4 D 22 Ø 12 - 130 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 5 D 22

Sumber: Data Analisis, 2022


4.5.4.5 Balok 30x45 (B34A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 300x450 mm
Panjang balok (L) = 6000 mm
Lebar balok (b) = 300 mm
Tinggi balok (h) = 450 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 400 – 30 – 12 – (1/2 x 19)
= 348,5 mm
231

Tabel 4. 57 Gaya Dalam Balok B34A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (1,2 DL + 1,0 LL)
4,72 100,506 79,852 42,561 42,16
Sumber: Data Analisis, 2022

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 76 Detail Balok B34A
*Note: Dengan perhitungan yang sama, berikut rekapitulasi penulangan balok
25x40 pada struktur lantai 2 – atap
Tabel 4. 58 Rekapitulasi Balok Tipe B34A
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B34A 30 x 45 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 5 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 6 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 3 D 22
232

Lantai 8 Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok


Bawah 4 D 22
B34A 30 x 45 Tumpuan Atas 4 D 22 Ø 12 - 100 6 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai Bawah 3 D 22
Atap Lapangan Atas 3 D 22 Ø 12 - 150 6 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22

Sumber: Data Analisis, 2022


4.5.4.6 Balok 30x25 (B32A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 300x250 mm
Panjang balok (L) = 4200 mm
Lebar balok (b) = 300 mm
Tinggi balok (h) = 250 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)
Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 400 – 30 – 12 – (1/2 x 19)
= 348,5 mm
Tabel 4. 59 Gaya Dalam Balok B32A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
236,28 160,206 182,769 81,667 11,192
Sumber: Data Analisis, 2021
233

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 77 Detail Balok B32A

*Note: Dengan perhitungan yang sama, berikut rekapitulasi penulangan balok


25x40 pada struktur lantai 2 – atap
Tabel 4. 60 Rekapitulasi Balok Tipe B32A
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
B32A 30 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 120 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai Bawah 3 D 22
Atap Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 120 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22

Sumber: Data Analisis, 2022


4.5.4.7 Balok 20x25 (B22A)
1. Data perencanaan balok:
Dimensi balok = 200x250 mm
Panjang balok (L) = 4200 mm
Lebar balok (b) = 200 mm
Tinggi balok (h) = 250 mm
Tebal penutup beton(𝑝) =30 mm (SNI 2847:2019 Pasal
10.2.7.3)
Mutu beton = 25 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa (tulangan pokok)
Diameter tulangan pokok = D 22 mm
234

Mutu baja (Fy) = 280 Mpa (tulangan sengkang)


Diameter tulangan sengkang = ∅ 12 mm
Faktor reduksi lentur = 0,9 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)
Faktor reduksi geser = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.2)
Faktor reduksi puntir = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
Tinggi efektif (d) = h–decking-∅sengkang – ½ ∅tulangan
= 400 – 30 – 12 – (1/2 x 19)
= 348,5 mm
Tabel 4. 61 Gaya Dalam Balok B22A

Torsi Momen (kN.m) Geser (kN) Geser (kN)


(kN.m) Tumpuan Lapangan Envelope (Comb 1)
2,729 13,685 19,86 26,706 18,612
Sumber: Data Analisis, 2022

Sumber: Dokumen pribadi, 2022


Gambar 4. 78 Detail Balok B22A

*Note: Dengan perhitungan yang sama, berikut rekapitulasi penulangan balok


25x40 pada struktur lantai 2 – atap
235

Tabel 4. 62 Rekapitulasi Balok Tipe B22A


Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 2 B22A 20 x 25 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 3 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 4 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 5 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 6 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 7 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai 8 Bawah 3 D 22
Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22
B22A 20 x 25 Tumpuan Atas 4 D 22 D 12 - 100 2 D 16 di kiri - kanan balok
Lantai Bawah 3 D 22
Atap Lapangan Atas 3 D 22 D 12 - 130 2 D 16 di kiri - kanan balok
Bawah 4 D 22

Sumber: Data Analisis, 2022

4.5.5 Desain Penulangan Kolom


Perhitungan tulangan kolom ditinjau berdasarkan aksial, geser, dan momen
terbesar. Ketentuan perhitungan penulangan kolom dengan metode SRPMK,
perhitungan serta hasil akhir gambar penulangan kolom adalah sebagai berikut :
4.5.5.1 Data Prencanaan Kolom
Tipe Kolom = K88
Tinggi Kolom = 3600 mm
Kuat tekan beton (f’c) = 35 MPa
Kuat leleh baja tulangan (fy) = 400 MPa
Diameter tulangan utama = D 22 mm D
Diameter tulangan geser = D 16 mm
Tebal selimut beton = 30 mm (SNI 2847:2019 Pasal 7.7.1)
Faktor β1 = 0,85 (SNI 2847:2019 Pasal 10.2.7.3)
Faktor reduksi penampang tekan (φ) = 0,65 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.1)
Faktor reduksi kekuatan geser (φ) = 0,75 (SNI 2847:2019 Pasal 9.3.2.3)
236

4.5.5.2 Kontrol Syarat Komponen SRPMK


a. Pu > Ag.f’c/10
Ag = Luas penampang komponen
= 800 x 800 = 640000 mm2
Ag.f’c/10 = (640000.35)/10
= 2240000 N < Pu = 3290428 N (OK)
b. 800 mm > 300 mm (OK)
c. Rasio ukuran kolom tidak boleh < 0,4
800/800 =1 > 0,4 OK
4.5.5.3 Desain Tulangan Lentur
Ast > 0,001 Ag = 0,01 x 800 x 800 = 6400 mm²
Dipakai 20D22 ( Ast = 7598,8 mm² )
Kuat maksimal tekan rencana kolom tidak boleh diambil lebih besar dari
Pn(max)
Pn(max) = 0,80 Ø (0,85.f’c(Ag- Ast) + Ast.fy)
Pn(max) = 0,80 (0,65) (0,85.35 (640000- 7598,8) + 7598,8 x400)
= 11363,8 kN

Sumber: Data Analisis, 2022


Gambar 4. 79 Kontrol Desain Kolom Menggunakan Aplikasi spColumn
237

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kolom yang di kontrol aman,


ditunjukkan oleh tanda + yang ada di gambar terletak di dalam garis yang
tidak putus-putus.
4.5.5.4 Tulangan Transversal
Tinggi balok = 650 mm
1/6 x pj bentang = 1/6 x (4200-650) = 592 mm (Diambil nilai 600)
Spasi tulangan transversal lo diatur sebagai berikut :
¼ x dimensi kolom terkecil = ¼ x 350= 87,5 mm
6x diameter tul.longitudinal terkecil = 6x16 = 96 mm
So = 100 + (350-hx)/3
hx dipakai 200
So = 100 + (350-200)/3 = 150 mm
So tidak boleh >150 mm dan tidak boleh < 100 mm. Ambil nilai terkecil.
Dalam hal ini adalah 78 mm , namun tidak boleh kurang dari 100 , jadi
diambil nilai So = 100 mm
Kebutuhan nilai ukuran tulangan transversal dihitung berdasarkan rumus :
Sbc x f′ 𝑐 𝐴𝑔
Ash = 0,3 x 𝑥((𝐴𝑐ℎ) − 1)
𝑓𝑦𝑡
100 x (800−2x30−16)x 35 800 𝑥 800
=0,3 x 𝑥(((800−60)𝑥(800−60)) − 1)
400

=321 mm2
Sbc x f′ 𝑐
Ash = 0,09 x 𝑓𝑦𝑡
100 x (800−2x30−16)x 35
=0,3 x = 570 mm2
400

Dipakai tulangan 6Ø12 = 678,24 mm² > 321 mm²


Gaya geser akibat pengaruh gempa :
Pu > Ag x f’c /10 = (800x800)x35/10
3290428 kN > 2240000 kN (Tidak memenuhi)
Maka dari itu dihitung dengan cara :
Nu
Vc = 0,17 x (1+14 𝑥 𝐴𝑔) x λ √f ′c x b x d
3290428
= 0,17 x (1+14 𝑥 2240000) x λ √35 x 800 x 796

= 875,6474 kN
238

22
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 678,24 𝑥 400 𝑥 (850−3− 16−( ))
Vs = = 2
= 2088,979 𝑘𝑁
𝑠 100

Jadi, ϕ(Vc + Vs) = 0,75 x (875,6474 + 2088,979) = 2223,47 Kn


Kontrol
ϕ(Vc + Vs) ≥ Vu
2223,47 kN > 600,061 kN (memenuhi)
Maka, digunakan tulangan geser didalam lo = 1D16 - 100
Pada daerah luar sendi plastis (lo)
Luas penampang sengkang Av = 1 x (0,25 x π x D2)
= 1 x (0,25 x 3,14 x 162)
= 200,96 mm2
Tulangan geser beton dan baja tulangan
Nu
Vc = 0,17 x (1+ ) x λ √f ′c x b x d
14 𝑥 𝐴𝑔
3290428
= 0,17 x (1+14 𝑥 2240000) x λ √35 x 800 x 796

= 875,647 kN
22
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 200,96 𝑥 400 𝑥 (800−3− 16−( ))
Vs = = 2
= 412,638 𝑘𝑁
𝑠 150

Jadi, ϕ(Vc + Vs) = 0,75 x (875,647 + 412,638) = 966,214 Kn


Kontrol
ϕ(Vc + Vs) ≥ Vu
966,214 kN > 600,061 kN (memenuhi)
Maka, digunakan tulangan geser didalam lo = 1D16 – 150
4.5.5.5 Perhitungan Sambungan Lewatan
Sambungan tulangan kolom yang ditetuan ditengah tinggi kolom
harus memenuhi ketentuan panjang lewatan yang ditentukan berdasarkan
SNI 2847:2013 Pasal 12.2.3 dan tidak boleh kurang 300 mm.
𝑓𝑦 ψt.ψe.ψ𝑠
Ld = (1,1.λ𝑥√𝑓𝑐 𝑥 𝑐𝑏+𝐾𝑡𝑟 ) 𝑥 𝑑𝑏
( )
𝑑𝑏

Ψt = 1,3 (SNI 03-2847-2013 pasal 12.2.4(a), bila tulangan horizontal


dipasang sehingga lebih dari 300 beton segar dicor dibawah panjang
penyaluran atau sambungan)
Ψe = 1,0 (SNI 03-2847-2019, tidak dilapisi epoksi)
239

Ψs = 1,0 (SNI 03-2847-2019, beton berat normal)


λ = 1,0 (SNI 03-2847-2019, beton berat normal)
db = 22 mm
cb = 40 + 13 + 22/2 = 64 mm
ktr = 0,0 (SNI 2847:2013 Pasal 12.23)
𝑐𝑏+𝐾𝑡𝑟 57+ 0
= = 2,59 > 2,5
𝑑𝑏 22

Maka nilai yang digunakan adalah 2,5


400 1,3x1x1
Ld = (1,1.1x√35 𝑥 (2,5)
)𝑥 25 = 878,96 mm > 300 mm

Menurut SNI 2847:2013 Pasal 12.15.2 sambungan lewatan tulangan


ulir dalam kondisi tarik merupakan sambungan kelas B, sehingga dipakai
panjang penyaluran tulangan tarik, 1,3ld = 1,3 x 878,96 mm = 1142,649 mm
≈ 1145 mm.
4.5.5.6 Desain Joint / Hubungan Balok Kolom (HBK)
a. Cek syarat panjang joint
Dimensi kolom yang sejajar dengan tulangan balok tidak boleh
kurang dari 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok (SNI
2847:2013 Pasal 21.7.2.3).
b = h =800 mm
20 db = 20 (22) = 440 mm
Jadi, panjang joint b = 800 mm > 20 db = 440 mm (memenuhi)
b. Tentukan luas efektif joint, Aj
Aj merupakan perkalian tinggi joint dengan lebar joint efektif (SNI
2847:2013 Pasal 21.7.4.1)
Aj = tinggi joint x lebar efektif joint = 800 x 800 = 640000 mm2
c. Tulangan tranversal untuk confinement
Untuk joint interior, jumlah tulangan confinement setidaknya setengah
daritulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom. Spasi
vertikal tulangan confinement ini diizinkan untuk diperbesar hingga
150mm (SNI 2847:2013 Pasal 21.7.3.2). Jadi, dapat digunakan 1Ø16-
150.
240

d. Hitung gaya geser pada joint


1. Hitung Mu
Balok yang memasuki joint memiliki M + = 418,471 kNm, dan M - =
820,332 kNm. Pada joint, kekakuan kolom atas dan kolom bawah
sama, sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom.
Mu = 0,5(Mpr + + Mpr - ) = 0,5 (1016,37 + 1604,04) = 1310,210 kNm
2 𝑥 𝑀𝑢 2x1310,210
2. Vh = = =770,711 kN
𝑙𝑛 3,5

e. Hitung gaya – gaya pada tulangan balok longitudinal


Dalam perhitungan diasumsikan bahwa tegangan pada tulangan tarik
lentur adalah 1,25fy (SNI 2847:2012 pasal 21.7.2.1).
1. Gaya tarik pada tulangan balok di bagian kanan
As balok kanan 10D25 = 4906,25 mm2
T1 = 1,25As fy = 1,25 x 4906,25 x 400 = 2453,13 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan
C1 = T1 = 2453,13 kN
2. Gaya tarik pada tulangan balok di bagian kiri
As balok kiri 6D25 = 2943,75 mm2
T2 = 1,25As fy = 1,25 x 2943,75 x 400 = 1471,88 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri
C2 = T2 = 1471,88 kN
f. Hitung gaya geser pada joint
Vj = T1 + T2 – Vh = 2453,13 + 1471,88 – 770,771 = 3154,288 Kn
g. Cek kuat geser joint
Kuat geser joint yang dikekang di kempat sisinya adalah (SNI 2847:2013
Pasal 21.7.4.1)
Vn = 1,7 x √𝑓′𝑐 Aj = 1,7 x √35 x 722,500 = 7266,42 kN
φVn = 0,75 x 7266,42
= 5449,82kN > Vj = 3154,288 kN (ok)
Note : Untuk perhitungan kolom dengan tipe yang lain dilakukan dengan cara yang
sama.
241

Tabel 4. 63 Rekapitulasi Kolom Tipe K88 80 x 80 cm


Struktur Tipe Kolom Tulangan Geser Tulangan Lentur
Tumpuan D 16 - 100
Lantai 1-8 K1 80 x 80 20 D 22
Lapangan D 16 - 150

Sumber: Data Analisis, 2022

Tabel 4. 64 Rekapitulasi Kolom Tipe K97 90 x 70 cm


Struktur Tipe Kolom Tulangan Geser Tulangan Lentur
Tumpuan D 16 - 100
Lantai 1-8 K1 90 x 70 20 D 22
Lapangan D 16 - 150

Sumber: Data Analisis, 2022


242

Tabel 4. 65 Rekapitulasi Kolom Tipe K33A 35 x 35 cm


Struktur Tipe Kolom Tulangan Geser Tulangan Lentur
Tumpuan D 16 - 100
Lantai 1-8 K1 35 x 35 14 D 22
Lapangan D 16 - 150

Sumber: Data Analisis, 2022

4.5.6 Perencanaan Tie beam


Perencanaan tie beam (balok pengikat) meliputi penulangan utama dan
geser/sengkang. Balok pengikat yang didesain dan ditempatkan pada dasar
kolomkolom struktur berfungsi untuk menyeragamkan penurunan yang terjadi pada
struktur tersebut dan untuk mengantisipasi tarikan atau tekanan yang terjadi pada
kolom yang bergoyang.
4.5.6.1 Gaya Aksial yang Bekerja pada Tie beam
Menurut SNI 1726-2019 Poer (Pile-cap) tiang individu, pier bor, atau
kaison harus dihubungkan satu sama lain dengan pengikat. Sebagai
tambahan, fondasi individu yang menyebar yang terletak pada tanah yang
didefinisikan dalam pasal 5 sebagai kelas situs SE dan SF harus
dihubungkan satu sama lain dengan pengikat. Semua pengikat harus
mempunyai kuat tarik atau tekan desain palingsedikit sama dengan gaya
yang sama dengan 10 persen SDS kali beban mati terfaktor ditambah beban
hidup terfaktor pur atau kolom yang lebih besar.
Besar gaya aksial terfaktor pada kolom = 3200,176 kN
Pu = 10% x SDS x (1,2DL + 1,6LL)
= 10% x 0,67 x 3200,176
= 214,412 kN
Tegangan ijin tarik ijin beton menurut SNI 2847-2013 Pasal 9.5.2.3 :
frijin = 0,70 x √𝑓𝑐
= 0,70 x √35
= 4,141 Mpa
Tegangan tarik yang terjadi menurut SNI 2847-2013 Pasal 9.5.2.3 :
𝑃𝑈 214,412
Fr = Φxbxh = 0,8 𝑋 350 𝑋 600 = 1,28 𝑀𝑝𝑎

Kontrol keamanan :
Tegangan tarik (fr) < Tegangan ijin (frijin)
243

3,794 MPa < 4,141 MPa (OK)


4.5.6.2 Penulangan Tumpuan Tie beam menggunakan spColumn
Penampang beton:
Lebar = 350 mm
Tinggi = 600 mm
D = 25
n = 17
Øs = 22
F’c = 35
Fy = 400
Pu = 637,549 kN
Mu = 660,042 Kn

Sumber : Data Analisis, 2022


Gambar 4. 80 Pengecekan Tulangan Tumpuan Tie beam 35x60 dengan sP-Column

ρ = 3,15% S
Syarat :
1% < ρ < 6 %
1% < 3,15% < 6% (OK)
Berdasarkan aplikasi sP-Column, dengan dimensi tie beam 35x60 cm,
menggunakan tulangan total 13D22 mampu menahan besarnya Pu sebesar
637,549 kN, dan Mu 660,042 kN-m.
244

4.5.6.3 Penulangan Lapangan Tie beam menggunakan spColumn


Penampang beton:
Lebar = 350 mm
Tinggi = 600 mm
D = 25
n = 17
Øs = 22
F’c = 35
Fy = 400
Pu = 637,549 kN
Mu = 653,858 kN

Sumber : Data Analisis, 2020


Gambar 4. 81 Pengecekan Tulangan lapangan Tie beam 35x60 dengan sP-Column

4.5.6.4 Perhitungan tulangan transversal (Sengkang)


Besarnya gaya geser yang bekerja pada tie beam sebesar 812,079 kN Gaya
geser nominal:
𝑉𝑢 727,198
Vn = = 969,597 𝑘𝑁
φ 0,75

Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen struktur yang
dibebani tarik aksial menurut SNI 2847-2013 Pasal 11.2.1.2 :
𝑁𝑢
Vc = (1+ 14 𝑥 𝐴𝑔)x (√𝑓 ′𝑐/6)𝑥 𝑏 𝑥 d
4848287
= (1+ 14x210000 )x (√35/6)𝑥 350 𝑥 553

= 314,905 Kn
245

Jika Vn > Vu,


Maka di perlukan tulangan geser.
Vn > Vc, 969,597 kN > 314,905 kN (NOT OK)
Digunakan sengkang 6Ø12, Av = 678,24 mm2
Asxfyx𝑑 678,24 𝑥 400 𝑥 553
S = = = 154,703 𝑘𝑁
𝑉𝑠 969,597 𝑥 103

Jarak yang digunakan 100 mm.


Asxfyx𝑑 678,24 𝑥 400 𝑥 553
Vs terpasang = = = 1500,26 𝑘𝑁
𝑆 100

ϕ(Vs + Vc) = 0,75 x (1500,266 + 0) = 1125,200 kN


ϕ(Vs + Vc) = 1125,200 kN > Vn = 1082,772 kN
Maka, digunakan sengkang 6Ø12 – 100 mm.
Note : Untuk perhitungan tie beam dengan tipe yang lain dilakukan dengan cara yang
sama.
Tabel 4. 66 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB1 30 x 60 cm
Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi
Atas 7 D 22
Tumpuan Ø 12 - 100 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 6 D 22
Lantai 1 TB1 35 x 60 Atas 6 D 22
Lapangan Ø 12 - 150 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 7 D 22
Sumber: Data Analisis, 2022
Tabel 4. 67 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB2 25 x 50 cm

Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi


Atas 5 D 22
Tumpuan Ø 12 - 100 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 3 D 22
Lantai 1 TB2 25 x 50 Atas 3 D 22
Lapangan Ø 12 - 150 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 5 D 22
Sumber: Data Analisis, 2022
Tabel 4. 68 Rekapitulasi Tie-Beam Tipe TB3 25 x 40 cm

Struktur Tipe Balok Tulangan Lentur Tulangan Geser Torsi


Atas 4 D 22
Tumpuan Ø 10 - 100 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 3 D 22
Lantai 1 TB3 25 x 40 Atas 3 D 22
Lapangan Ø 10 - 150 4 Ø 16 di kiri - kanan tie beam
Bawah 4 D 22
Sumber: Data Analisis, 2022
246

4.6 Perencanaan Pondasi


Perencanaan pondasi menggunakan tiang pancang. Adapun perhitungannya
meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pancang,
pile cap, dan penulangannya. Pembebanan pada pondasi yang direncanakanberasal
dari beban kolom yang dimasukkan sebagai input data pada program SAP2000 V.23
yang menghasilkan output berupa gaya-gaya dalam yang bekerja pada pondasi
(reaksi perletakan pada joint tumpuan).

4.6.1 Penyelidikan Tanah


Pekerjaan penyelidikan tanah yang dilakukan adalah uji boring, dengan
hasil berupa grafik bor log beserta table data hasil pengujian berupa jenis
lapisan tanah, ketebalan masing-masing lapisan tanah, nilai SPT, dan
kedalaman muka air tanah.

4.6.2 Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang


Perencanaan pondasi tiang pancang menggunakan spesifikasi produk
dari Wika Beton sebagai berikut.
247

Sumber: wika-beton.co.id
Gambar 4. 82 Spesifikasi Tiang Pancang

Data klasifikasi pondasi tiang pancang yang digunakan adalah sebagai


berikut:
1) Pondasi type : A1
2) Diameter tiang pancang luar (DL) : 600x600 mm
3) Panjang tiang (H) : 12 m
4) Mutu beton tiang pancang : K-500
5) Berat beton bertulang (wc) : 24 kN/m3
Daya dukung berdasarkan spesifikasi pondasi tiang pancang wika
beton precast, didapatkan daya dukung tiang Pu max = 252,70 ton dengan nilai
Mu max = 25,50 ton.m.

4.6.3 Menentukan Tahanan Aksial Tiang


1. Berdasarkan Kekuatan Bahan
Luas penampang tiang pancang, A = s x s
248

= 0,60 x 0,60
= 0,36 m2
Berat tiang pancang, Wp = A x L x wc
= 0,36 x 12 x 24
= 103,58 kN
Kuat tekan beton tiang pancang = 41500 kPa
Kapasitas dukung nominal tiang pancang,
Pn = 0,30 x fc’ x A -1,2 x Wp
= 0,30 x 41500 x 0,36 – 1,2 x 103,58
= 4358,304 kN
Faktor reduksi kekuatan , f = 0,60
Tahanan aksial tiang pancang = f x Pn
= 0,60 x 4358,304
= 2614,982 Kn
2. Berdasarkan Hasil Uji SPT (Mayerhoff)
Tabel 4. 69 Perhitungan hasil pengujian SPT

Nilai
Kedalaman
SPT
No L1 L1 * N
z1 (m) z2 (m) N (m)
1 0 3 3 3 9
2 3 6 6 3 18
3 6 9 3 3 9
4 9 12 1 3 3
5 12 15 2 3 6
6 15 18 2 3 6
7 18 21 4 3 12
8 21 24 9 3 27
9 24 27 12 3 36
10 27 30 22 3 66
11 30 33 26 3 78
12 33 36 24 3 72
249

13 36 39 30 3 90
14 39 42 28 3 84
15 42 45 29 3 87
16 45 48 30 3 90
48 693
Sumber: Data analisis, 2022
Nilai SPT rata-rata di sepanjang tiang, 𝑁̅ = ΣL1xN / ΣL1= 693 / 48 = 14,437
Nb = 16
Diameter tiang pancang, D = 0,6 m
Panjang tiang pancang di kedalaman tanah, L = 48 m
Luas dasar tiang pancang, Ab = s x s = 0,6 x 0,6 = 0,36 m2
Luas selimut tiang pancang, As = 4 x s x L = 4 x 0,6 x 48 = 115,2 m2
Pn = 40 x Nb x Ab + 𝑁̅ x As
= 40 x 16 x 0,36 + 14,437x 115,2
= 1893,6 kN
Pn < 380 x 𝑁̅ x Ab
< 380 x 14,437x 0,36
< 1975,05 kN
Kapasitas nominal tiang pancang, Pn = 1893,6 kN
Faktor reduksi kekuatan, f= 0,60
Tahanan aksial tiang pancang= f x Pn
= 0,60 x 1893,6
= 1136,16 Kn
250

5. Rekap Tahanan Aksial Tiang Pancang


Tabel 4. 70 Perhitungan hasil pengujian SPT

No Uraian Tahanan Aksial Tiang Pancang f * Pn


1 Berdasarkan kekuatan bahan 2614,982

2 Berdasarkan hasil uji SPT (Meyerhoff) 1136,16

Daya dukung aksial terkecil, ∑f * Pn = 1136,16 kN

Sumber: Data analisis, 2022

4.6.4. Perencanaan Jumlah Tiang dan Konfigurasi Titik Tiang


Berdasarakan perhitungan, direncanakan jumlah tiang pancang dengan
perhitungan gaya aksial pada joint yang mewakili untuk perhitungan, didapat
data sebagai berikut:
251

Tabel 4. 71 Jumlah Tiang Pancang Perlu

Qijin Digunakan Jumlah Tiang


Joint Fz (kN)
Buah Tipe
(kN)
57 2805,113 1136,16 2,469 P4
58 4070,197 1136,16 3,582 P5
59 4073,065 1136,16 3,585 P5
60 2810,343 1136,16 2,474 P4
69 2841,366 1136,16 2,501 P4
70 4318,922 1136,16 3,801 P5
71 4323,323 1136,16 3,805 P5
72 2800,234 1136,16 2,465 P4
73 2883,529 1136,16 2,538 P4
74 4339,693 1136,16 3,820 P5
75 4322,667 1136,16 3,805 P5
76 2697,712 1136,16 2,374 P4
77 2888,649 1136,16 2,543 P4
78 4343,238 1136,16 3,823 P5
79 4351,118 1136,16 3,830 P5
80 2872,776 1136,16 2,528 P4
81 2893,649 1136,16 2,547 P4
82 4357,09 1136,16 3,835 P5
83 4362,598 1136,16 3,840 P5
84 2894,742 1136,16 2,548 P4
85 2895,083 1136,16 2,548 P4
86 4374,209 1136,16 3,850 P5
87 4380,413 1136,16 3,855 P5
88 2902,047 1136,16 2,554 P4
89 2842,047 1136,16 2,502 P4
90 4357,181 1136,16 3,835 P5
91 4346,613 1136,16 3,826 P5
92 2822,524 1136,16 2,484 P4
252

93 2804,441 1136,16 2,468 P4


94 4131,44 1136,16 3,636 P5
95 4122,326 1136,16 3,628 P5
96 2697,039 1136,16 2,374 P4
Sumber: Data Analisis, 2022
Jarak antar tiang berdasrkan daya dukung tanah, menurut syarat Dirjen Bina
Marga Departemen P.U.T.L:
S ≥ 2,5D S ≥ 3D
Smin = 60 cm
Smax = 200 cm
Keterangan:
S = jarak antar as tiang
D = diameter tiang pancang
Perhitungan jarak antar tiang pancang:
S = 3D = 3 x 60
= 180 cm
Perhitungan jarak antar tepi pile cap dengan tiang pancang:
S=1xD
= 1 x 60 = 60 cm

4.6.5 Menghitung Daya Dukung Pile Group


Tabel 4. 72 Efisiensi Pile Group

Tipe arc
D S
tan
No Pile m n Eff
(m) (m) D/S
cap
1 P4 0,6 1,8 18,43 2 2 0,79
2 P5 0,6 1,8 18,43 2 2,5 0,77
Sumber: Data Analisis, 2022
253

Tabel 4. 73 Pemeriksaan Daya Dukung Pile Group

Daya
Tipe
Dukung
Pile Qijin n Pu
No Eff Group Check
cap tian
(kN) (kN) (kN)
g
1 P4 0,79 1136,16 4 4544,64 > 2902,05 OK!
2 P5 0,77 1136,16 5 5680,8 > 4380,41 OK!
Sumber: Data Analisis, 2022

4.6.6 Distribusi Beban Gempa pada Kelompok Tiang


Pada perhitungan distribusi beban kelompok tiang menggunakan
kombinasi gempa nominal dan ultimit, dikarenakan struktur bawah didesain
tidak boleh runtuh terleih dulu daripada struktur atas pada saat terjadi gempa.
Kombinasi gempa dapat dilihat beriku ini.
1. Kombinasi beban gempa nominal:
a. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ Ex ± 0,3 ρ Ey
b. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± 0,3 ρ Ex ± ρ Ey
c. (0,9 – 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ Ex ± 0,3 ρ Ey
d. (0,9 – 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± 0,3 ρ Ex ± ρ Ey
2. Kombinasi beban gempa ultimit:
a. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± Ω0 Ex ± 0,3 Ω0 Ey
b. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± 0,3 Ω0 Ex ± Ω0 Ey
c. (0,9 – 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± Ω0 Ex ± 0,3 Ω0 Ey
d. (0,9 – 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± 0,3 Ω0 Ex ± Ω0 Ey
Dimana nilai :
SDS = 1,013, diperoleh dari perhitungan analisa sebelumnya.
ρ = 1,3 (faktor redundasi sesuai pasal 7.3.4.2 karena kategori desain
seismic masuk di kategori D)
Ω0 = 3 (Faktor Kuat leleh Sistem sesuai dengan berhitungan sebelumnya).
254

Tabel 4. 74 Kombinasi Beban Gempa Pondasi

No Kombinasi Nominal
1 = 1,33 DL + 1 L + 1,3 Ex + 0,39 Ey
2 = 1,33 DL + 1 L + 1,3 Ex - 0,39 Ey
3 = 1,33 DL + 1 L - 1,3 Ex + 0,39 Ey
4 = 1,33 DL + 1 L - 1,3 Ex - 0,39 Ey
5 = 1,33 DL + 1 L + 1,3 Ex + 0,39 Ey
6 = 1,33 DL + 1 L + 1,3 Ex - 0,39 Ey
7 = 1,33 DL + 1 L - 1,3 Ex + 0,39 Ey
8 = 1,33 DL + 1 L - 1,3 Ex - 0,39 Ey
9 = 0,77 DL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
10 = 0,77 DL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
11 = 0,77 DL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
12 = 0,77 DL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
13 = 0,77 DL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
14 = 0,77 DL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
15 = 0,77 DL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
16 = 0,77 DL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
No Kombinasi Ultimit
1 = 1,33 DL 1 L 3 Ex 0,9 Ey
2 = 1,33 DL 1 L 3 Ex 0,9 Ey
3 = 1,33 DL 1 L 3 Ex 0,9 Ey
4 = 1,33 DL 1 L 3 Ex 0,9 Ey
5 = 1,33 DL 1 L 0,9 Ex 3 Ey
6 = 1,33 DL 1 L 0,9 Ex 3 Ey
7 = 1,33 DL 1 L 0,9 Ex 3 Ey
8 = 1,33 DL 1 L 0,9 Ex 3 Ey
9 = 0,77 DL 3 Ex 0,9 Ey
10 = 0,77 DL 3 Ex 0,9 Ey
11 = 0,77 DL 3 Ex 0,9 Ey
12 = 0,77 DL 3 Ex 0,9 Ey
255

13 = 0,77 DL 0,9 Ex 3 Ey
14 = 0,77 DL 0,9 Ex 3 Ey
15 = 0,77 DL 0,9 Ex 3 Ey
16 = 0,77 DL 0,9 Ex 3 Ey
Sumber: Data Analisis, 2022
4.6.6.1 Distribusi Beban Gempa Nominal pada Kelompok Tiang
1. Pengecekan pondasi tipe P4
Tabel 4. 75 Data Joint Reaksi Gempa Nominal Tipe P4

Joint FZ MX MY
(Kn) (kN-m) (kN-m)
label
88 2902,047 1539,647 695,913
Sumber: Data Analisis, 2022

Sumber: Dokumen Pribadi, 2022


Gambar 4. 83 Pondasi Tipe P4

Dimensi kolom = 80 x 80 cm
Dimensi pondasi = 60 x 60 cm
Kapasitas 1 pile, Pijin = 1136,16 kN
Jumlah tiang (n) = 4 buah
256

Tabel 4. 76 Koordinat Pile Tipe P4

Pile X Y X2 Y2
(m) (m) (m) (m)
No.
P1 -0,65 0,65 0,4225 0,4225
P2 0,65 0,65 0,4225 0,4225
P3 -0,65 -0,65 0,4225 0,4225
P4 0,65 -0,65 0,4225 0,4225
Σ (jumlah) 1,69 1,69
Sumber: Dokumen Pribadi, 2022
Tabel 4. 77 Distribusi Beban Gempa Nominal ke-kelompok Pile
Tipe P4

Pile P/n Mx*Y / ΣY2 My*X / ΣX2 P tiang


(kN) (kN) (kN) (kN)
No.
P1 725,5118 592,172 -267,659 1050,025
P2 725,5118 592,172 267,659 1585,342
P3 725,5118 -592,172 -267,659 -134,319
P4 725,5118 -592,172 267,659 400,999
Sumber: Dokumen Pribadi, 2022
Dari table di atas diambil P tiang terbesar yaitu terjadi pada P3 =
1174,7880 kN
Pijin = Pijin x 2,5
= 1136,16x 2,5
= 2840,4 kN
Ptiang = 1585,342kN < Pijin = 2840,4 kN (memenuhi)
2. Pengecekan pondasi tipe P5
Tabel 4. 78 Data Joint Reaksi Gempa Nominal Tipe P5

Joint FZ MX MY
(Kn) (kN-m) (kN-m)
label
87 4380,413 1477,865 826,75
Sumber: Data Analisis, 2022
257

Sumber: Dokumen Pribadi, 2022


Gambar 4. 84 Pondasi Tipe P5

Dimensi kolom = 90 x 70 cm
Dimensi pondasi = 60 x 60 cm
Kapasitas 1 pile, Pijin = 1136,16 kN
Jumlah tiang (n) = 5 buah
Tabel 4. 79 Koordinat Pile Tipe P5

X Y X2 Y2
Pile No.
(m) (m) (m) (m)

P1 -0,9 0,625 0,81 0,39

P2 0,9 0,625 0,81 0,39

P3 -0,9 -0,625 0,81 0,39

P4 0,9 -0,625 0,81 0,39

P5 0 0 0 0

Σ (jumlah) 3,24 1,5625

Sumber: Dokumen Pribadi, 2022


258

Tabel 4. 80 Distribusi Beban Gempa Nominal ke-kelompok Pile Tipe


P5

P/n Mx*Y / ΣY2 My*X / ΣX2 P tiang


Pile No.
(kN) (kN) (kN) (kN)

P1 876,082 591,146 -229,653 1237,576

P2 876,082 591,146 229,653 1696,881

P3 876,082 -591,146 -229,653 55,284

P4 876,082 -591,146 229,653 514,589

P5 876,082 0 0 0

Sumber: Dokumen Pribadi, 2022


Dari table di atas diambil P tiang terbesar yaitu terjadi pada P2 =
1017,41 kN
Pijin = Pijin x 2,5
= 1136,16 x 2,5
= 2840,4 kN
Ptiang = 1696,881 kN < Pijin = 2840,4 kN (memenuhi)

4.6.7 Cek Terhadap Geser Pons dan Geser Lentur


4.6.7.1 Pile Cap Tipe P4
1. Cek terhadap geser spons
Besarnya tinggi efektif (d) pile cap dicoba 60 cm
Vu pons = Pu
= 4070,175 kN
Keliling bidang kritis geser pons (bo)
bo = 2 x (b+d) + 2 x (h+d)
= 2x(2250+600) + 2x(600+600)
= 8100 mm
ϕVc pons = 0,75 x 0,33 x √35 x bo x d
= 0,75 x 0,33 x √35 x 8100 x 600
= 7116156,567 N
259

= 7116,156 kN
Kontrol: Vu pons < ϕVc pons
4070,175 kN < 7116,156 kN (memenuhi)
2. Cek Tehadap Geser Lentur
Cek terhadap geser lentur tidak dilakukan karena untuk d= 60 cm
tiang pancang berada di dalam bidang geser yang terbentuk.
Sehingga,
Tebal pile cap (th) = d+ 15 cm+selimut beton + ½ dia. tul. pile cap
= 60 + 15 + 5 + (0,5x1,9)
= 80,95 cm ≈ 100 cm
4.6.7.2 Pile Cap Tipe P5
1. Cek terhadap geser spons
Besarnya tinggi efektif (d) pile cap dicoba 60 cm
Vu pons = Pu
= 4584,503 kN
Keliling bidang kritis geser pons (bo)
bo = 2 x (b+d) + 2 x (h+d)
= 2x(1900+600) + 2x(600+600)
= 7400 mm
ϕVc pons = 0,75 x 0,33 x √35 x bo x d
= 0,75 x 0,33 x √35 x 7400 x 600
= 6501180,074 N
= 6501,180 kN
Kontrol: Vu pons < ϕVc pons
4584,503 < 6501,180 kN (memenuhi)
2. Cek Tehadap Geser Lentur
Cek terhadap geser lentur tidak dilakukan karena untuk d= 60 cm
tiang pancang berada di dalam bidang geser yang terbentuk.
Sehingga,
Tebal pile cap (th) = d+ 15 cm+selimut beton + ½ dia. tul. pile cap
= 60 + 15 + 5 + (0,5x1,9)
= 80,95 cm ≈ 90 cm
260

4.6.8 Perhitungan Penulangan Pilecap


4.6.8.1 Pilecap Tipe P4
Momen terhadap titik berat kolom:
Mu = P4 x 0,425
= 2902,047 x 0,425
= 1233,37 kN.m
= 1233370000 N.mm
B = 2000 mm
d = 600 mm
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Mencari nilai β1,
Jika f’c > 56 MPa, maka β1 = 0,85
f’c > 56 MPa, maka β1 = 0,65
𝑓`𝑐−28
f`c > 28 MPa, maka β1 = 0,85 – 0,005 ( )
7
35 −28
Untuk f`c = 35 MPa, maka β1 = 0,85 – 0,005 ( ) = 0,845
7
𝑀𝑢 1233,37 𝑥 106
Mn = = = 1541,714 x 106 N.mm
8 0,8
𝑀𝑛
K = 𝐵 𝑥 𝑑2 𝑥 0,85 𝑥 𝑓`𝑐
1541,714 x 106
= 2000 𝑥 6002 𝑥 0,85 𝑥 35 = 0,072

F = 1- √1 − 2 𝑥 𝑘
= 1- √1 − 2 𝑥 0,072 = 0,074
β1 x 450 0,845 𝑥 450
Fmax = 600+𝑓𝑦
= 600+400
= 0,38025

F ≤ Fmax, maka digunakan tulangan tunggal


F > Fmax, maka digunakan tulangan rangkap
Karena kondisi F < Fmax, maka digunakan perhitungan untuk tulangan
tunggal
F x B x d x 0,85 x f′𝑐
As = 𝑓𝑦
0,074 x 2000 x 600 x 0,85 x 35
= 400

= 6673,285 mm2
261

ρmin = 0,0025
Asmin = ρmin x B x d
= 0,0025 x 2000 x 600
= 3000 mm2
Karena As > Asmin, maka digunakan As = 3000 mm2
Digunakan tulangan D = 19, As tulangan = ¼ x 𝜋 x 19 = 283,385 mm2
283,385
Jumlah tulangan (As) = 283,385 = 10,586 ≈ 14 buah
2000
Jarak tulangan = = 142,587 ≈ 150 cm
16

Dipakai tulangan, 14D19-150


Untuk tulangan atas (As’) = 0,15 x B x d
= 0,15% x 2000 x 600
= 1800 mm2
Digunakan tulangan D = 13, As tulangan = ¼ x 𝜋 x 13 = 132,665 mm2
1800
Jumlah tulangan (As) = 132,665 = 13,568 ≈ 14 buah
2000
Jarak tulangan = = 142,857 ≈ 150 cm
14

Dipakai tulangan, 14D13-150


4.6.9.2 Pilecap Tipe P5
Momen terhadap titik berat kolom:
Mu = P5 x 0,425
= 4380,413 x 0,425
= 1861,675 kN.m
= 1861675000 N.mm
B = 3000 mm
d = 600 mm
f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
Mencari nilai β1,
Jika f’c > 56 MPa, maka β1 = 0,85
f’c > 56 MPa, maka β1 = 0,65
𝑓`𝑐−28
f`c > 28 MPa, maka β1 = 0,85 – 0,005 ( )
7
262

35 −28
Untuk f`c = 35 MPa, maka β1 = 0,85 – 0,005 ( ) = 0,845
7
𝑀𝑢 1861,675 𝑥 106
Mn = = = 2327,094 x 106 N.mm
8 0,8
𝑀𝑛
K = 𝐵 𝑥 𝑑2 𝑥 0,85 𝑥 𝑓`𝑐

2327,094 x 106
= 3000 𝑥 6002 𝑥 0,85 𝑥 35 = 0,072

F = 1- √1 − 2 𝑥 𝑘
= 1- √1 − 2 𝑥 0,072 = 0,0743
β1 x 450 0,845 𝑥 450
Fmax = = = 0,38025
600+𝑓𝑦 600+400

F ≤ Fmax, maka digunakan tulangan tunggal


F > Fmax, maka digunakan tulangan rangkap
Karena kondisi F < Fmax, maka digunakan perhitungan untuk tulangan
tunggal
F x B x d x 0,85 x f′𝑐
As =
𝑓𝑦
0,0743x 3000 x 600 x 0,85 x 35
= 400

= 10075.359 mm2
ρmin = 0,0025 (nilai ρmin untuk plat)
Asmin = ρmin x B x d
= 0,0025 x 3000 x 600
= 4500 mm2
Karena As > Asmin, maka digunakan As = 4500 mm2
Digunakan tulangan D = 19, As tulangan = ¼ x 𝜋 x 19 = 283,385 mm2
4500
Jumlah tulangan (As) = 283,385 = 15,88 ≈ 21 buah
4500
Jarak tulangan = = 142,85 ≈ 150 cm
21

Dipakai tulangan, 21D19-150


Untuk tulangan atas (As’) = 0,15 x B x d
= 0,15% x 3000 x 600
= 2700 mm2
Digunakan tulangan D = 13, As tulangan = ¼ x 𝜋 x 13 = 132,665 mm2
2700
Jumlah tulangan (As) = 132,665 = 20,35 ≈ 21 buah
263

3000
Jarak tulangan = = 142,857 ≈ 150 cm
21

Dipakai tulangan, 21D13-150


BAB V
PENUTUP

Penyusunan Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Delapan


Lantai dan Lantai Atap Rumah Susun Soekarno Hatta Semarang ini masih banyak
kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman serta pengetahuan
penyusun dalam bidang perencanaan struktur. Sehingga diperlukan kritik dan saran
yang membangun guna meningkatkan kualitas laporan tugas akhir ini.
Penyusun telah berusaha untuk menyelesaikan laporan ini dengan
menerapkan aturan-aturan dalam perencanaan struktur gedung sesuai dengan
peraturan perencanaan struktur Gedung yang berlaku. Bimbingan tugas akhir kepada
dosen yang ahli dibidang struktur selalu dilaksanakan oleh penyusun untuk
menambah referensi dan berkonsultasi jika terjadi hambatan, kesulitan maupun
kesalahan dalam pengerjaan laporan perencanaan struktur ini.
Ilmu teknik sipil yang penulis peroleh di bangku perkuliahan dari semester
awal sampai semester akhir diaplikasikan dalam laporan tugas akhir ini. Serta sebagai
modal awal penyusun untuk terjun dalam dunia kerja bidang Teknik sipil. Pada
bagian penutup ini penulis memberikan beberapa kesimpulan mengenai Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Gedung Rumah Susun Soekarno Hatta.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir penyusunan laporan tugas akhir ini dapat diambil
beberapa kesimpulan:
1. Perhitungan Perencanaan Struktur Gedung Rumah Susun Soekarno Hatta
Semarang ini mengacu pada bebrapa pedoman, antara lain:
a. Tata Cara Perencanaan Persyartan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung SNI 2847 : 2019
b. Standar Perencanaan Gempa untuk Struktur bangunan Gedung dan
Non Gedung SNI 1726 : 2020
c. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI
1729:2020)
d. Pedoman Perencaaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) SNI
1729:2020
e. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971)
264
265

2. Perhitungan tulangan pada struktur atap, plat lantai, balok, tie beam, dan
kolom dibantu menggunakan program aplikasi SAP2000. Sehingga
diperoleh nilai momen, gaya lintang dan torsi yang berbeda-beda. Dari hasil
tersebut diambil nilai terbesar dan dikelompokkan untuk memudahkan
dalam perhitungan.
3. Perhitungan struktur pondasi menggunakan perhitungan manual dengan
data N-SPT, data penyelidikan tanah berupa sondir dan boring dari hasil
penyelidikan tanah di lokasi proyek pembangunan Rumah Susun Soekarno
Hatta Semarang.
5.2 Saran
Penyusun mengalami banyak permasalahan dari penyusunan laporan tugas
akhir ini. Berdasarkan hal itu kami memberikan saran dalam perencanaan struktur
gedung sehingga dalam proses pengerjaannya lebih efisien, antara lain:
1. Penyusunan tugas akhir disarankan harus mengikuti perkembangan
peraturan dan pedoman-pedoman standar dalam perencanaan struktur
Gedung yang terbaru, sehingga bangunan yang dihasilkan dari proses
perencanaan memenuhi standar yang berlaku.
2. Mencari referensi ilmiah lebih banyak untuk menambah pengetahuan
mengenai dasar-dasar dalam perencanaan struktur Gedung.
3. Penyusun tugas akhir harus sudah menguasai program bantu dalam
perencanaan struktur Gedung, seperti SAP2000, PCACOL, RSA, E-TABS
dan lain-lain.
4. Rutin melaksanakan bimbingan tugas akhir untuk mendapatkan masukan
dan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Google Earth. 2021. Lokasi Soekarno Hatta Semarang. http//www.earthgoogle.com


Badan Standarisasi Nasional. 2019. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung SNI 2847-2019.
Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Rumah Dan Gedung SNI 1726-2019.
Departemen Pekerjaan Umum, PedomanPerencanaan Pembangunan Untuk Rumah Dan
Gedung (PPPUG).
Badan Standarisasi Nasional. 2019. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
SNI 1729-2020.
Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Rumah Dan Gedung SNI 1729-2020.
Badan Standarisasi Nasional. 2020. Beban Desain Minimum Dan Driteria Derkait Untuk
Bangunan Gedung Dan Struktur Lain SNI 1727-2020.
L. Wahyudi, 1997, Struktur beton Bertulang, 1997
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung SNI 1726-2019
Karisoh, Patrisko Hirel, Servie O. Dapas, and Ronny E. Pandaleke. "Perencanaan
Struktur Gedung Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus." Jurnal Sipil Statik 6.6 (2018).

266
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
DEN
AH Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
LANT KOLOM
AI AT
AP
3180 Nama Gambar :
0

DEN
AH B
ALOK
RUMAH SUSUN
ATAP
2880
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
0

DEN
AH B
AL
LANT OK Judul Gambar :
AI 8
2520
0
3D ARSITEKTUR
DEN
AH B
AL
LANT OK
AI 7
2160
0

DEN
AH L
Keterangan :
ANTA
I
6
1800
0

DEN
AH L
ANTA
I
5
1440
0

DEN
AH L
ANTA
I
4
1080
0

DEN
AH L
ANTA
I 3
7200

DEN
AH L
ANTA Dibuat Oleh :
I 2 MAYA WIDYANINGRUM
3600
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207
AH
TAN DEN
KA AH L
MU ANTA
I 1
-90
0 DOSEN PEMBIMBING UTAMA
0
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
11/13/21

3D ARCHITECTURE NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR


1

10/02/2022 08:01:13
A01
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
DENA RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA
HK
LANT OLOM
AI ATA
P Lokasi :
31800
Jalan Soekarno Hatta,
DENA
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
H BAL
OK
ATAP
Nama Gambar :
28800

RUMAH SUSUN
DENA
H BAL
LANT K
O
SOEKARNO HATTA
AI 8
25200 SEMARANG

DENA
Judul Gambar :
H BAL
O
LANT K
AI 7
21600
3D STRUKTUR

DENA
H LAN
TAI 6
18000

Keterangan :

DENA
H LAN
TAI 5
14400

DENA
H LAN
TAI 4
10800

DENA
H LAN
TAI 3
7200

DENA
H LAN
TAI 2
3600

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
DENA C.111.18.0176
H LAN
TAI 1 LUCKY ATHO'UL AHYARI
MUKA
TANA 0
C.111.18.0207
H
-900
DOSEN PEMBIMBING UTAMA
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:01:21
3D STRUCTURE
1 A02
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
A B C D E F G H FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
DENAH KOLOM
LANTAI ATAP PERENCANAAN BANGUNAN
31800 RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
DENAH BALOK
ATAP
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
28800

Nama Gambar :

DENAH BALOK
LANTAI 8
RUMAH SUSUN
25200 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
DENAH BALOK
LANTAI 7 Judul Gambar :
21600
TAMPAK DEPAN
ARSITEKTUR
DENAH LANTAI 6
18000

Keterangan :
DENAH LANTAI 5
14400

DENAH LANTAI 4
10800

DENAH LANTAI 3
7200

DENAH LANTAI 2
3600

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
DENAH LANTAI 1 LUCKY ATHO'UL AHYARI
0
C.111.18.0207
MUKA TANAH
-900
DOSEN PEMBIMBING UTAMA
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

TAMPAK DEPAN ARSITEKTUR SKALA TANGGAL


1 1 : 100 1 : 100 11/17/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:01:35
A03
1 2 3 4 UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DENAH KOLOM
LANTAI ATAP
Nama Pekerjaan :
31800
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA
DENAH BALOK
ATAP Lokasi :
28800
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

DENAH BALOK Nama Gambar :


LANTAI 8
25200 RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
DENAH BALOK
SEMARANG
LANTAI 7
21600
Judul Gambar :

TAMPAKSAMPING
DENAH LANTAI 6 ARSITEKTUR
18000

DENAH LANTAI 5 Keterangan :


14400

DENAH LANTAI 4
10800

DENAH LANTAI 3
7200

DENAH LANTAI 2
3600

Dibuat Oleh :
DENAH LANTAI 1 MAYA WIDYANINGRUM
0 C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152
TAMPAK SAMPING ARSITEKTUR
1 1 : 100
SKALA TANGGAL
1 : 100 11/17/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:01:48
A04
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
A B C D E F G H
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

DENAH KOLOM Lokasi :


LANTAI ATAP
Jalan Soekarno Hatta,
31800
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

DENAH BALOK Nama Gambar :


ATAP
28800 RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
DENAH BALOK
SEMARANG
LANTAI 8
25200
Judul Gambar :

POTONGAN A-A
DENAH BALOK
LANTAI 7
21600

DENAH LANTAI 6 Keterangan :


18000

DENAH LANTAI 5
14400

DENAH LANTAI 4
10800

DENAH LANTAI 3
7200

Dibuat Oleh :
DENAH LANTAI 2 MAYA WIDYANINGRUM
3600
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


DENAH LANTAI 1
0 ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
MUKA TANAH
NIS. 06557003102198
-900

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
POTONGAN A-A 1 : 100
1 1 : 100
11/17/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:02:10
A05
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

4 3 2 1 Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA
DENAH KOLOM
LANTAI ATAP
Lokasi :
31800
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
DENAH BALOK
ATAP Nama Gambar :
28800

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
DENAH BALOK
LANTAI 8
25200

Judul Gambar :

DENAH BALOK
LANTAI 7
POTONGAN B-B
21600

DENAH LANTAI 6
18000
Keterangan :

DENAH LANTAI 5
14400

DENAH LANTAI 4
10800

DENAH LANTAI 3
7200

DENAH LANTAI 2 Dibuat Oleh :


3600 MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DENAH LANTAI 1
DOSEN PEMBIMBING UTAMA
MUKA TANAH0
-900
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/17/21

POTONGAN B-B
1 1 : 100
NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:02:38
A06
BATANG PENYANGGA 2L 40 40 5
BATANG KUDA-KUDA 2L 45 45 5
BATANG DIAGONAL 2L 40 40 5
1
135 BATANG TARIK 2L 45 45 5

360 360 360 360


1 UNIVERSITAS SEMARANG
4 135 YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
540 FAKULTAS TEKNIK
1 JURUSAN TEKNIK SIPIL
135
Nama Pekerjaan :
1
135 PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :
1027 1027 1027 1027 2054 1027 1027 1027 1027
10308 RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
KUDA-KUDA 1
1 1 : 25
Judul Gambar :

ATAP KUDA-KUDA
360
360
360

Keterangan :
360

1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027
10271 10271

KUDA-KUDA 2 KUDA-KUDA 3
2 1 : 50 3 1 : 50

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 1027 LUCKY ATHO'UL AHYARI
10271 C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
KUDA-KUDA 4 KUDA-KUDA 5 NIS. 06557003102198
4 1 : 50 5 1 : 50
DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

As
SKALA TANGGAL
indicated 11/18/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:02:44
A07
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG

Judul Gambar :

3D KUDA-KUDA

Keterangan :

3D KUDA-KUDA
1
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:02:51
A08
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
SOEKARNO HATTA
A06
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :

1 DENAH LANTAI 1

ATM GALERY
6000

MUSHOLA

LOBBY

Keterangan :

2 - -
2100

3
1
A05
6000

GUDANG R.SERBAGUNA

4
DN

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
DENAH LANTAI 1
1 1 : 100
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:02:54
A100
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

1 RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
A06

4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

1 Judul Gambar :

DENAH LANTAI 2
TIPE 45 TIPE 45
6000

31 m² 31 m²

2 Keterangan :
2100

3
1
A05
6000

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

DENAH LANTAI 2
1 1 : 100 Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 01/23/07

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:00
A101
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
A06
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

Judul Gambar :
1
DENAH LANTAI 3
6000

TIPE 45 TIPE 45
31 m² 31 m²

Keterangan :
2
2100

3
1
A05
6000

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
DENAH LANTAI 3 C.111.18.0176
1 1 : 100 LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:05
A102
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
A06

4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200


SOEKARNO HATTA
SEMARANG
1
Judul Gambar :

TIPE 45 TIPE 45
DENAH LANTAI 4
6000

31 m² 31 m²

2
2100

Keterangan :

3
1
A05

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


6000

31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

DENAH LANTAI 4
1 1 : 100
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:09
A103
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
A06
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

Judul Gambar :
1
DENAH LANTAI 5
6000

TIPE 45 TIPE 45
31 m² 31 m²

Keterangan :
2
2100

3
1
A05
6000

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
DENAH LANTAI 5 C.111.18.0176
1 1 : 100 LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:13
A104
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :
1
A06
RUMAH SUSUN
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
1 Judul Gambar :

DENAH LANTAI 6
6000

TIPE 45 TIPE 45
31 m² 31 m²

2
Keterangan :
2100

3
1
A05

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


6000

31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

DENAH LANTAI 6 Dibuat Oleh :


1 1 : 100 MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:16
A105
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

1
A06 RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

Judul Gambar :
1
DENAH LANTAI 7
6000

TIPE 45 TIPE 45
31 m² 31 m²

2 Keterangan :
2100

3
1
A05

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


6000

31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
DENAH BALOK LANTAI 7 MAYA WIDYANINGRUM
1 1 : 100 C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:19
A106
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
A06

SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

1 Judul Gambar :

DENAH LANTAI 8
6000

TIPE 45 TIPE 45
31 m² 31 m²

2 Keterangan :
2100

3
1
A05

TIPE 45 TIPE 45 TIPE 45


6000

31 m² 31 m² 31 m²

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
DENAH BALOK LANTAI 8 MAYA WIDYANINGRUM
1 1 : 100 C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:23
A107
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
1
A06

4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SOEKARNO HATTA


SEMARANG

1 Judul Gambar :

DENAH LANTAI ATAP


6000

2 Keterangan :
2100

RUANG OLAH RAGA

3
1
A05
6000

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
DENAH BALOK ATAP
1 1 : 100
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:26
A108
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88
1 DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 1
6000

Keterangan :

2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97


3
6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH KOLOM LANTAI 1 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
1 1 : 100 NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:27
A201
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200

1400 Judul Gambar :


K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88
1 DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 2
6000

Keterangan :

1200
2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 3


6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

DENAH LANTAI 2 Dibuat Oleh :


1 1 : 100
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:30
A202
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88
1 Judul Gambar :

DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 3
6000

2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 Keterangan :
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97


3
6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

DENAH KOLOM LANTAI 3


1 1 : 100 Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:32
A203
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

Judul Gambar :
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88
1
DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 4
6000

Keterangan :
2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 3


6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH KOLOM LANTAI 4
1 1 : 100 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:35
A204
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 Judul Gambar :
1
DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 5
6000

Keterangan :
2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 3


6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DENAH KOLOM LANTAI 5 DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


1 1 : 100
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:37
A205
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :

K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 DENAH STRUKTUR
1 KOLOM LANTAI 6
6000

Keterangan :

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 2


2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 3


6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
DENAH KOLOM LANTAI 6 NIS. 06557003102152
1 1 : 100
SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:39
A206
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 Judul Gambar :
1
DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI 7
6000

Keterangan :
2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97


3
6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DENAH KOLOM LANTAI 7 DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


1 1 : 100
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:42
A207
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :

K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 DENAH STRUKTUR
1
KOLOM LANTAI 8
6000

Keterangan :

2
K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97
2100

K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 K97 3


6000

4
K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88 K88

A B C D E F G H
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
DENAH KOLOM LANTAI 8
1 1 : 100
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:44
A208
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
SEMARANG

K33A K33A Judul Gambar :


1
DENAH STRUKTUR
KOLOM LANTAI ATAP
K33A K33A K33A K33A K33A
6000

Keterangan :
K33A K33A 2
K33A K33A
2100

K33A K33A 3
6000

B32A

K33A K33A K33A K33A K33A

A B C D E F G H

DENAH KOLOM LANTAI ATAP


1 1 : 100 Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:46
A209
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG
P4 P4 P4 P4 P4 P4 P4 P4

Judul Gambar :
1
DENAH STRUKTUR
BAWAH
6000

P5 P5 P5 P5 P5 P5 P5 P5

Keterangan :
2
2100

3
P5 P5 P5 P5 P5 P5 P5 P5
6000

P4 P4 P4 P4 P4 P4 P4 P4

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
DENAH STRUKTUR PILE CAP
1 1 : 100
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 11/13/21

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:49
A210
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :

TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 DENAH STRUKTURTIE
1
BEAM LANTAI 1
6000

TB 35

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 35

TB 35

TB 35
B34A

B34A
Keterangan :
TB 24 TB 24

TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45
2
2100

TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45
3
6000

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35

TB 24

TB 35
4
TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45 TB 45

A B C D E F G H
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
DENAH TIE BEAM LANTAI 1
1 1 : 100
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:53
A211
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 RUMAH SUSUN


1400
SOEKARNO HATTA
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A SEMARANG
1
Judul Gambar :

DENAH STRUKTUR

B34A

B34A
6000
B22A B22A B22A B22A B22A

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
BALOK LANTAI 2

1200
B34A B34A

2
B56A
2100

B56A B56A B56A B56A B56A B56A


B45A

B45A

B45A

B45A

B45A

B45A

B45A
B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A Keterangan :
3
6000

B22A B22A B22A B22A B22A B22A B22A


B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

DENAH BALOK LANTAI 2


1 1 : 100

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:03:58
A212
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
SEMARANG
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
Judul Gambar :
1
DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 3
6000

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A
B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A
B34A B34A
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2 Keterangan :
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A
B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A

B64A
4
B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
DENAH LANTAI 3 MAYA WIDYANINGRUM
1 1 : 100 C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:01
A213
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
1 Judul Gambar :

DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 4
6000

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
B34A B34A

2 Keterangan :
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198
DENAH LANTAI 4
1 1 : 100 DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:06
A214
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
1 DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 5
6000

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
B34A B34A Keterangan :

2
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH LANTAI 5
1 1 : 100
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:09
A215
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SEMARANG

B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A Judul Gambar :


1
DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 6
6000

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
B34A

B34A B34A
Keterangan :
2
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DENAH LANTAI 6 DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


1 1 : 100
TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:14
A216
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
1 DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 7
6000

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
Keterangan :
B34A B34A

2
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH BALOK LANTAI 7 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
1 1 : 100 NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:17
A217
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
SEMARANG

Judul Gambar :

B64A
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
1 DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI 8
6000

B64A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B64A

B34A

B64A
B34A B34A Keterangan :
2
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2100

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A

B34A

B64A
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH BALOK LANTAI 8
1 1 : 100 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:21
A218
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200
Judul Gambar :
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
1 DENAH STRUKTUR
BALOK LANTAI ATAP
B34A
6000

B64A

B64A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B64A
B-45

B-45

B-45

B-45

B-45
B34A
Keterangan :

2
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
2100

8100
B-45

B-45
B67

B67

B67

B67

B67

B67
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A
3
6000

B64A

B34A

B64A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B34A

B64A
B-45

B-45

B-45

B-45

B-45
4
B56A B56A B56A B56A B56A B56A B56A

A B C D E F G H
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


DENAH BALOK ATAP TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
1 1 : 100 NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:26
A219
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
B32A
1
Judul Gambar :

DENAH STRUKTUR
6000 B32A B32A B32A B32A
BALOK RANGKA

B32A

B32A
ATAP

B32A

B32A
B32A
2
2100

Keterangan :

B32A

B32A
3

B32A

B32A
6000

B32A B32A B32A B32A

A B C D E F G H

DENAH BALOK LANTAI RANGKA ATAP


1 1 : 100
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 100 02/09/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:27
A220
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG

4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 Judul Gambar :

1400 DENAH PLAT LANTAI


1
2-8

S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12C S12A S12C
4800
6000

Keterangan :
S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12A
1200

2
2100

S12A1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12B1 S12A1

S12A S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12B S12A
6000

S12C S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12A S12C

A B C D E F G H Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152
DENAH PLAT LANTAI 2-8
1 1 : 100
SKALA TANGGAL
1 : 100 02/08/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:31
A221
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

1800
Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
Ø12 -150 mm
Nama Gambar :
Ø12 -150 mm
RUMAH SUSUN

300
300

15
B-32A SOEKARNO HATTA

0
SEMARANG

164
Ø16 -150 mm

1500
Judul Gambar :

DETAIL TANGGA

3300 1400 Keterangan :

DETAIL POTONGAN TANGGA


1 1 : 25

1200

2500
100
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176

1200
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
250300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL

DENAH TANGGA 1 : 25 01/13/22


2 1 : 25
NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:32
D01
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

Lokasi :
D16 -150 mm
Jalan Soekarno Hatta,
600 650 650 600 Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

D13 -150 mm RUMAH SUSUN


SOEKARNO HATTA
SEMARANG
600

Judul Gambar :

PILE CAP 4

1000
650

D19 -150 mm
Keterangan :
650
600

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
2500 C.111.18.0207

P4 SIDE P4
1 1 : 10 2 1 : 10
DOSEN PEMBIMBING UTAMA
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 10 01/13/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:37
D02
600 900 900 600
D19 -150 mm UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO

375
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

D13 -150 mm Nama Pekerjaan :

625
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA
D13 -150 mm
Lokasi :

625
Jalan Soekarno Hatta,
D19 -150 mm Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :
375

RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
SEMARANG

Judul Gambar :

P5 PILE CAP 5
2 1 : 20

Keterangan :

P5 SIDE
3 1 : 20

D13 -150 mm

D19 -150 mm
1200

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA

SIDE P5 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng


1 1 : 20
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 20 02/07/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:46
D03
S12B1 S12B1 S12B1

UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :

D10-150

D10-150
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

D10-150
Lokasi :

D10-150
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah
D10-150 D10-150
D10-150 D10-150
S12B S12B S12B
Nama Gambar : S12B S12B

D10-150 D10-150
RUMAH SUSUN
SOEKARNO HATTA
D10-150
SEMARANG

D10-150

D10-150
Judul Gambar :

D10-150

D10-150
DETAIL PLAT LANTAI

D10-150

D10-150
Keterangan :

D10-150 D10-150
D10-150 D10-150
S12A S12A S12A S12A

D10-150 D10-150
D10-150

D10-150
D10-150
D10-150

D10-150
D10-150

D10-150

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DOSEN PEMBIMBING UTAMA


DENAH PENULANGAN PLAT LANTAI
1 1 : 20
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 20 02/07/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:48
D04
TIPE BALOK B-64A TIPE BALOK B-67
POSISI TUMPUAN LAPANGAN POSISI TUMPUAN LAPANGAN
UNIVERSITAS SEMARANG
450 450 600 600 YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN
POTONGAN POTONGAN RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

600
600

700

700
Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
DIMENSI 600 X 450 DIMENSI 600 X 700 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
TULANGAN ATAS 8 D 22 6 D 22 TULANGAN ATAS 6 D 22 6 D 22
Judul Gambar :

TULANGAN BAWAH 6 D 22 8 D 22 TULANGAN BAWAH 6 D 22 6 D 22 A.DETAIL BALOK, TIE


BEAM,DAN KOLOM
SENGKANG 1.5∅12 - 100 1.5∅12 - 150 SENGKANG 1,5∅12 - 130 1,5∅12 - 130

TULANGAN PINGGANG 6 D 16 6 D 16 TULANGAN PINGGANG 6 D 16 6 D 16


Keterangan :

TIPE BALOK B-56A TIPE BALOK B-45A


POSISI TUMPUAN LAPANGAN POSISI TUMPUAN LAPANGAN

500 500
400 400

550
POTONGAN POTONGAN
650

650

550
Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DIMENSI 500 X 650 DIMENSI 400 X 550 DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
TULANGAN ATAS 6 D 22 4 D 22 TULANGAN ATAS 4 D 22 4 D 22 NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TULANGAN BAWAH 4 D 22 6 D 22 TULANGAN BAWAH 4 D 22 4 D 22 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SENGKANG ∅12 - 130 ∅12 - 150 SENGKANG ∅12 - 130 ∅12 - 130 SKALA TANGGAL
1 : 10 02/08/22
TULANGAN PINGGANG 6 D 16 6 D 16 TULANGAN PINGGANG 2 D 16 2 D 16
NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:52
D05
TIPE BALOK B-34A TIPE BALOK B-32A
POSISI TUMPUAN LAPANGAN POSISI TUMPUAN LAPANGAN
UNIVERSITAS SEMARANG
300 300 YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

250 250
Nama Pekerjaan :

450

450
PERENCANAAN BANGUNAN
POTONGAN POTONGAN RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

300

300
Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
DIMENSI 300 X 450 DIMENSI 300 X 250 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
TULANGAN ATAS 4 D 22 3 D 22 TULANGAN ATAS 4 D 22 4 D 22
Judul Gambar :

TULANGAN BAWAH 3 D 22 4 D 22 TULANGAN BAWAH 4 D 22 4 D 22 B.DETAIL BALOK, TIE


BEAM,DAN KOLOM
SENGKANG ∅12 - 100 ∅12 - 150 SENGKANG ∅12 - 120 ∅12 - 120

TULANGAN PINGGANG 6 D 16 6 D 16 TULANGAN PINGGANG 2 D 16 2 D 16


Keterangan :

TIPE BALOK B-22A


POSISI TUMPUAN LAPANGAN

200 200

POTONGAN
250

250

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DIMENSI 200 X 250 DOSEN PEMBIMBING UTAMA


ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
TULANGAN ATAS 4 D 22 3 D 22 NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TULANGAN BAWAH 3 D 22 4 D 22 TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SENGKANG ∅12 - 130 ∅12 - 150 SKALA TANGGAL


1 : 10 02/08/22
TULANGAN PINGGANG 2 D 16 2 D 16
NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:56
D06
TIPE KOLOM K-88 TIPE KOLOM K-97
POSISI POSISI
800 900
UNIVERSITAS SEMARANG
YAYASAN ALUMNI DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Nama Pekerjaan :
PERENCANAAN BANGUNAN

700
POTONGAN POTONGAN RUMAH SUSUN SOEKARNO HATTA

800
Lokasi :
Jalan Soekarno Hatta,
Kota Semarang, Prov. Jawa Tengah

Nama Gambar :

RUMAH SUSUN
DIMENSI 800 X 800 DIMENSI 900 X 700 SOEKARNO HATTA
SEMARANG
TULANGAN ATAS 20 D 22 20 D 22 TULANGAN ATAS 20 D 22 20 D 22
Judul Gambar :

SENGKANG D16 - 100 D16 - 150 SENGKANG D16 - 100 D16 - 150 C.DETAIL BALOK, TIE
BEAM,DAN KOLOM

Keterangan :

TIPE KOLOM K-33A


POSISI

350
350

POTONGAN

Dibuat Oleh :
MAYA WIDYANINGRUM
C.111.18.0176
LUCKY ATHO'UL AHYARI
C.111.18.0207

DIMENSI 200 X 250


TUMPUAN LAPANGAN DOSEN PEMBIMBING UTAMA
ANIK KUSTIRINI, S.T., M.Si
TULANGAN ATAS
SENGKANG ∅12
4 D-22
130 ∅12
3 D-22
150 NIS. 06557003102198

DOSEN PEMBIMBING ANGGOTA


TRIAS WIDORINI, S.T.,M,Eng
NIS. 06557003102152

SKALA TANGGAL
1 : 10 02/08/22

NO. GAMBAR JUMLAH LEMBAR

10/02/2022 08:04:58
D07

Anda mungkin juga menyukai