TUGAS AKHIR
oleh :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
(Sumber : Geolabnemo.com)
Gerusan lokal diklasifikasikan menjadi clear water scour dan live bed
scour (Miller. 2003). Bila tidak ada perpindahan sedimen pada bed menjauhi
struktur, fenomena ini disebut clear water scour. Pada kondisi ini, tegangan
geser aliran kurang dari yang dibutuhkan untuk perpindahan sedimen (kurang
dari tegangan geser kritis). Pada struktur, periode inisial dari erosi diikuti oleh
equilibrium (keseimbangan, terjadi pada saat perubahan aliran yang
disebabkan lubang gerusan mengurangi besarnya tegangan geser yaitu bila
sedimen tidak bisa lagi bergerak dan berpindah dari lubang gerusan).
a) Untuk ( )
U
U Cr
≤ 0,5
b) Untuk 0,5 ≤ ( UU )≤ 1
Cr
2. Live-Bed Scour
Terjadi karena adanya perpindahan sedimen. yaitu jika :
( )
U
U Cr
≤1
Dimana,
Q Q
V= =
A B.Y0
Dimana,
2. Gradasi Butiran
Gradasi butiran dari sedimen transpor merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kedalaman gerusan pada kondisi air
bersih (clear water scour). Dari Gambar ... kedalaman gerusan
(ys/b) tak berdimensi sebagai fungsi dari karakteristik gradasi
sedimen material dasar (σ/d50). Dimana σ adalah standar deviasi
untuk ukuran butiran dan d50 adalah ukuran partikel butiran rerata.
Nilai kritikal dari σ/d50 untuk melindunginya hanya dapat dicapai
dengan bidang dasar, tetapi tidak dengan lubang gerusan dimana
kekuatan lokal pada butirannya tinggi yang disebabkan
meningkatnya pusaran air.
Gambar 2.5 Kedalaman gerusan setimbang di sekitar bangunan air
fungsi ukuran butir relative untuk kondisi aliran air bersih
dengan,
θc = koefisien shield
τc = tegangan geser kritik
ρs = berat jenis butiran
g = percepatan gravitasi
µc = kecepatan geser
ρs− ρw
∆= ρw
µc = √( g∗R∗S 0)
τ0 = (µc2 * ρ)
5. Bilangan Froude
V
F=
√(g∗Y 0)
dengan :
Dengan,
La : panjang bangunan (meter)
ya : kedalaman aliran (meter)
ys : kedalaman maksimum gerusan (meter)
t1 : tegangan geser dasar salura (kgmeter.detik2)
tc : tegangan kritis untuk gerak awal sedimen (kg/meter.detik2)
dimana:
2. Lacey (1989)
2. Apron Hilir : Bagian dari kolam olah yang memiliki panjang dan
ketinggian yang sudah ditentukan berdasarkan nilai ketinggian yang
diperoleh muka air hulu. Hal tersebut memiliki fungsi untuk menjaga
dasar sungai dari perputaran air secara melingkar yang terjatuh di
lantai terjunan.
L = lw + X + b2
√
1
2.(H 1+ . h 3)
lw = V0 . 2
g
V0 = q0 / h3
X = β . hj
hj = h1 / 2 . { √ 1+8. Fr 12– 1}
h1 = q1/V1
V1 = √ 2. g .( H 1+h 3)
Fr1 = V1 / √ g .h 1
Dengan,
SFgeser = (f.PV)/PH
Dengan,
Dengan:
X = jarak dari tumit bending tepi (hulu) sampau ke titik
tangkap resultan gaya (m)
E = jarak dari as sampai ke titik tangkap resultan gaya
(m)
MV = jumlah momen yang menahan (tm)
MH = jumlah momen yang menggulingkan (tm)
M = momen total (MV – MH ) (tm)
PV = gaya vertikal total (t)
σ1 = (PV /D ). (1+6.e / D)
σ2 = (PV /D ). (1-6.e / D)
Dengan:
Aliran disebut tidak seragam atau berubah (non uniform flow atau
varied flow) jika variabel saluran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi
pada jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat, sedang apabila
terjadi pada jarak yang panjang disebut aliran berubah beraturan. Di dalam
aliran tidak seragam garis tenaga tidak sejajar dengan garis muka air dan dasar
saluran. Kedalaman dan kecepatan aliran di sepanjang saluran tidak konstan,
pengaliran ini terjadi apabila tampang lintang sepanjang saluran tidak konstan,
seperti sungai.
PENGAMATA Gradasi
N Kecil Sedang Besar
Debit 1 Sampel 1 Sampel 5 Sampel 9
Debit 2 Sampel 2 Sampel 6 Sampel 10
Debit 3 Sampel 3 Sampel 7 Sampel 11
Debit 4 Sampel 4 Sampel 8 Sampel 12
Panjang : 12,24 m
Lebar Saluran : 30 cm
Tinggi Saluran : 48 cm
Dinding Saluran : fiber glass
Dasar Saluran : stainless steel
Gambar 3.1 Circulating Flume
Penjelasan :
1. Zona masuk, yaitu zona dimana aliran masuk setelah melalui pipa
proses pembuangan aliran dari bak tampung pembuangan aliran.
2. Zona sedimen, untuk pemberian sedimen setinggi 10 cm pada alat
Circulating Flume. Zona ini terletak pada hilir ambang sampai
ujung saluran atau zona pengeluaran aliran
3. Zona Ambang, yaitu zona dimana terjadinya gerusan lokal pada
hilir ambang yang akan diukur kedalaman gerusan lokalnya yang
terjadi.
4. Zona pengeluaran aliran, dimana aliran keluar dan di tampung
sebelumnya di kolam penampungan yang kemudian di alirakan
kembali menuju zona pengalir.
4. Persiapan Running
Setelah flume terisi pasir, diratakan dan dipadatkan (alami),
selanjutkan dilakukan perataan permukaan dengan ketebalan 10
cm agar diperoleh permukaan yang mendekati datar. Untuk itu
dilakukan beberapa langkah sebagai pendekatan datar.
a. Dengan panduan marking pada dinding kaca flume, elevasi
pasir diatur sehingga permukaan mendekati rata-rata.
b. Dengan bantuan kayu dan rol pada flume pasir diratakan.
Air dialirkan dengan debet kecil, untuk membasahi pasir
agar diperoleh kepadatan seragam. Selama pengaliran
tersebut berlangsung, pengatur elevasi air (Adjustable
overshoot weir) ditutup kemudian dibuka perlahan-lahan
sambil dilakukan perataan permukaan pasir. Permukaan
pasir yang telah teraliri tersebut diperbaiki kembali hingga
mendekati permukaan rata (10 cm). Permukan yang
mengalami cekungan / penurunan elevasi karena semakin
padat akibat air, ditambahkan pasir kembali. Setelah semua
rata pompa dimatikan, dilakukan penyempurnaan perataan
lagi dengan bantuan sifat permukaan air yang selalu datar.
c. Pengecekan tahap akhir yaitu dialiri air kembali dengan
debit relatif kecil, kemudian diperhatikan jalanya air. Jika air
yang datang bersamaan rata kiri kanan maka permukaan
saluran sudah rata.
5. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Hamparkan pasir dengan ketebalan 10 cm di bagian hilir
aliran, kemudian ratakan,
2) Siapkan supply air dari keran air yang ada, isi bak
penampung air hingga penuh,
3) Running debit air dengan mengatur besaran debit sesuai
variasi yang ditentukan sebelumnya
4) Setiap debit yang di runn memerlukan waktu selama 25
menit dilakukan juga pengukuran kedalaman geruasan lokal
yang terjadi pada hilir ambang
8. Dokumentasi hasil running untuk tiap variasi aliran
6. Pengambilan Data
1. Data sebelum running
a) Pengukuran awal pada alat yang meliputi ; panjang,
lebar, dan tinggi
b) Kedalaman pemasangan pasir yang harus setebal 10 cm
2. Data saat running
a) Kedalaman gerusan lokal yang terjadi tiap satuan
waktu, diukur dengan mistar dan stopwatch
b) Penandaan koordinat gerusan lokal yang terjadi dengan
benang dan grid
c) Waktu running (t) menit, diukur dengan stopwatch
3. Data setelah di running
a) Kedalaman gerusan lokal maksimum yang terjadi di
seluruh titik
b) Kontur kedalaman gerusan lokal maksimum0 yang
terjadi
c) Dokumentasi
Mulai
Pengadaan Alat
dan Bahan
Alat Bahan
OK OK
Running Aliran
Analisis Data
Selesai
Garde, R.J., Raju, K.G.R., 1985, Mechanics of Sediment Transportation and Alluvial
Stream Problems, Second Edition, Wiley Eastern Limited, Roorkee, India.
ASTM D 422, 2007, Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils.
Raudkivi, A.J. and Ettema, R.. 1983. Clear-Water Scour at Cylindrical Piers, Journal
of Hydraulic Engineering, Vol 109, No. 3, Am. Soc. Civ. Engrs., pp. 338-350.
S. Destyan, HN. Chandra. 2011. “Efek Domino Penurunan Dasar Sungai Brantas”,
https://www.antaranews.com/berita/255679/efek-domino-penurunan-dasar-
sungai-brantas/. Diakses pada 2 Mei 2021 pukul 13.10
Kementerian Pekerjaan Umum. Desember 2004. PD T-12-2004.A : Perencanaan
teknis bendung pengendali dasar sungai. Kementerian Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Laursen, E.M., 1960, Scour at Bridge Crossings, Journal Hydraulic Division, ASCE,
86: 39-54.
Richardson, E.V., Harrison, L.J., and Davis, S.R., 1991, Evaluating Scour at Bridges:
Hydraulic Engineering Circular No. 18, Publication No. FHWA-IP-90-017,
Office of Research and Development.
Froehlich, D.C., 1989, Local Scour at Bridge Abutments, San Francisco, California:
Proceedings, ASCE, National Hydraulics Conference, 922-927.
Anggara, Vickky & Arsyad, Muhammad & Putra, Mukhsan. (2020). The Spread of
Flow Patterns and Sedimentations in Estuary Area with Computational
Simulations.