Anda di halaman 1dari 10

Ujian Akhir Semester

Pengantar Lingkungan Lahan Basah (Rawa)


Kelompok 3
Anggota :
Citra Nurfitriani 2010811220065
Fadhli Dzil Ikram 2010811310009
Irfan Setyadin 2010811310031
Muhammad Iqbal Zamzami Romli 2010811310002
Muhammad Rendy Saifuddin 2010811310016
Muhammad Reyhan Ananda F. 2010811310006
Muhamad Riswan 2010811310014
Naura Zahira 2010811320030
1. Jelaskan hal-hal utama untuk melakukan perancangan dan pengembangan Lahan Rawa
Pasang Surut dan Lahan Rawa Lebak.

Jawab :
A. Lahan Rawa Pasang Surut

a) Kriteria teknis pengembangan tata air


1. Aspek Hidrologi – neraca air
2. Aspek Gerakan Air – banjir/luapan/penyusupan
3. Aspek Hidrotopografi – tinggi rendah permukaan
4. Aspek Mutu Air – pH 5, DAL < 4 mS
5. Aspek Ketebalan dan Kematangan Gambut/Tanahtipis/tebal, mentah/matang
6. Aspek kedalaman pirit – dangkal/dalam
7. Aspek Tata Guna Saluran – tinggi/lama genangan, laju/dimensi saluran

b) Sistem Tata Air Mikro


1. Sistem Satu Arah (one flow system) → tipe A
2. Sistem Dua Arah
3. Sistem Drainase Dangkal - palawija → tipe luapan C

c) Kriteria teknis pengembangan budidaya


1. Tipe luapan – tipe A, B, C, dan D
2. Tipologi lahan – potensial/sulfat masam/gambut/salin
3. Jenis komoditas – tan pangan/perkebunan/ternak/ikan
4. Pola tanam – monokultur/polikultur/tumpang sari
5. Skala usaha – rakyat/perusahaan.

d) Strategi pengembangan
1. Kondisi existing
2. Kesesuaian lahan ( mau dikembangkan untuk budidaya apa )
3. Teknologi pengembangan
4. Sistem tata air
5. Sarana pendukung sistem tata air
B . Lahan Rawa Lebak

1. Debit
Debit sungai merupakan laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi debit sungai diantaranya sebagai berikut :
a) Luas penampang sungai
Luas penampang sungai dipengaruhi oleh lebar sungai dan kedalaman sungai itu
sendiri. Jika salah satu atau keduanya dari dua variabel tersebut mengalami
perubahan maka luas penampang sungai akan mengalami perubahan.
b) Curah hujan
Sebagaimana dijelaskan dalam siklus hidrologi yang tejadi secara terus menerus
dari fase satu ke fase yang lain. Hujan termasuk kedalam jalur siklus hidrologi yang
merupakan perpindahan dari fase gas (uap air) menjadi fase cair.
c) Bentuk sungai
Sungai yang berkelok-kelok (meandering), akan memiliki debit sungai yang
berbeda dengan sungai yang memiliki bentuk lurus (jika diasumsikan luas
penampang kedua sungai tersebut sama ).
d) Kelerengan (Topografi)
Air akan mengalir lebih kencang pada media yang memiliki kelerengan yang besar
dari pada di media dengan kelerengan yang rendah. Demikian pula halnya pada
debit sungai, kelerengan akan memberi pengaruh pada kecepatan aliran air.
e) Geomorfologi daerah sekitar
Sungai yang dikelilingi daerah pegunungan atau perbukitan dengan hutan hujan
tropisnya yang lebat, akan berbeda dengan sungai yang berada di daerah dataran
rendah yang benar-benar datar.

2. Hidrologi sungai
Wilayah lahan rawa adalah wilayah yang sistem hidrologinya sangat
dipengaruhi oleh keberadaan sungai-sungai besar. Pada sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) tersebut terdapat pegunungan dengan discharge yang besar pada
musim-musim tertentu. Ketika discharge ini mencapai dataran pantai, maka akan
terjadi fluktuasi ketinggian muka air yang besar, akibatnya dapat membanjiri
wilayah yang berada dalam DAS tersebut. Pembagian wilayah berdasarkan
kemungkinan sumber airnya dapat dilihat seperti berikut :
a) Pluvial lands
Merupakan wilayah yang sumber airnya berasal dari curah hujan. Hampir setara
dengan rawa lebak pematang.
b) Phreatic lands
Merupakan wilayah yang sumber airnya tidak hanya dari curah hujan tetapi juga
dari air bawah tanah yang agak dangkal. Hampir setara dengan rawa lebak
tengahan.
c) Fluxial lands
Merupakan wilayah yang selalu tergenang hampir sepanjang tahun. Tergolong rawa
lebak dalam.
Berdasarkan ada atau tidaknya pengaruh sungai, rawa lebak dibagi dalam tiga
tipologi, yaitu lebak sungai, lebak terkurung, dan lebak setengah terkurung. Batasan
dan klasifikasi lebak menurut ada atau tidaknya pengaruh sungai adalah sebagai
berikut :
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Air dan Konstruksi II-11
a) Lebak sungai
Lebak yang sangat nyata mendapat pengaruh dari sungai sehingga tinggi rendahnya
genangan sangat ditentukan oleh muka air sungai.
b) Lebak terkurung
Lebak yang tinggi rendahnya genangan ditentukan oleh besar kecilnya curah hujan
dan rembesan air (seepage) dari sekitarnya.
c) Lebak setengah
Lebak yang tinggi rendahnya genangan ditentukan terkurung oleh besar kecilnya
hujan, rembesan, dan juga sungai di sekitarnya.

3. Jaringan irigasi rawa lebak


Jaringan irigasi rawa lebak adalah keseluruhan saluran baik primer, sekunder,
maupun tersier dan bangunan pelengkapnya, yang diperlukan untuk pengaturan,
pembuangan, pemberian, pembagian, dan penggunaan air.
A) Tipe jaringan irigasi rawa lebak berdasarkan tata pengaturan air dan konstruksi
bangunannya. Berdasarkan tata pengaturan air dan konstruksi bangunannya,
jaringan rawa lebak dibedakan menjadi :
(a) Jaringan irigasi rawa lebak sederhana
Merupakan jaringan irigasi rawa dengan tata pengaturan air yang belum terkendali
secara mantap dan belum terukur dengan konstruksi bangunan yang belum
permanen;
(b) Jaringan irigasi rawa lebak semi teknis
Merupakan jaringan irigasi rawa dengan tata pengaturan air yang terkendali namun
belum terukur dengan konstruksi bangunan yang seluruhnya permanen Modul 05
Kesesuaian Lahan Rawa Lebak Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air
dan Konstruksi II-12
(c) Jaringan irigasi rawa lebak teknis
Merupakan jaringan irigasi rawa dengan tata pengaturan air terkendali dan terukur
dengan konstruksi bangunan yang seluruhnya permanen;

B) Tipe jaringan irigasi rawa lebak berdasarkan posisi/tingkatannya pada jaringan


irigasi. Posisi/tingkatan saluran pada jaringan irigasi ini berkaitan dengan jalur
distribusi air mulai dari sumber air sampai petak-petak sawah. Berdasarkan
tingkatan ini, saluran dapat dibedakan menjadi
(a) Saluran primer
Merupakan saluran utama dari jaringan irigasi rawa lebak yang berhubungan
langsung dengan sungai/sumber air.
(b) Saluran sekunder
Merupakan saluran yang menghubungkan saluran primer dengan saluran tersier
(c) Saluran tersier
Merupakan saluran yang langsung melayani lahan budi daya pertanian dan/atau
perikanan Banyaknya tingkatan ini tergantung pada skema sistem distribusi yang
ada. Semakin tinggi tingkatan saluran semakin besar ukurannya.
Hal ini dikarenakan saluran harus membagi airnya ke saluran-saluran di tingkat
bawahnya, jadi saluran primer berukuran lebih besar daripada saluran sekunder dan
demikian seterusnya.
C) Jenis pintu air Pintu air merupakan bangunan fisik yang digunakan untuk
mengatur keluar masuk air di sungai maupun tanggul sungai sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang diusahakan. Jenis-jenis pintu air diantaranya adalah
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Air dan Konstruksi II-13
(a) Pintu sorong
Pintu sorong adalah pintu yang terbuat dari plat besi/kayu/fiber, bergerak vertikal
dan dioperasikan secara manual.
(b) Pintu skot
balok Pintu skot balok (stoplog) adalah balok kayu yang dapat dipasang pada alur
pintu/sponeng bangunan. Pintu ini berfungsi untuk mengatur muka air saluran pada
ketinggian tertentu. Bila muka air lebih tinggi dari pintu skot balok, akan terjadi
aliran di atas pintu skot balok tersebut.

2. Jelaskan peranan Perguruan Tinggi untuk ikut serta melaksanakan


pembangunan(Rekayasa dan Pengelolaan) di Lahan Rawa.

Jawab :
Pengembangan lahan Rawa Non Pasang surut maupun Rawa Pasang surut
meliputi berbagai kegiatan diantaranya
adalah:
• Survey , Investigasi , Studi
• Perencanaan , Perancangan
• Pelaksanaan , Pemeliharaan
Dalam setiap kegiatan Reklamasi Rawa sangat menonjol sekali akan adanya peran
Teknologi yang dominan, implikasinya adalah bahwa pengetahuan adalah bagian yang
sangat penting dalam setiap tahapan pengembangan daerah rawa. Dan oleh karenanya
Reklamasi Rawa mencakupi berbagai disiplin ilmu diantaranya adalah: Ilmu Hidrologi
, yang meliputi meteorologi, kualitas air, sangat diperlukan untuk merancang kebutuhan
dan ketersediaan air; untuk berbagai jenis tanaman, berbagai pola tanam, berbagai jenis
tanah, dan berbagai cara pengolahaan lahan. Ilmu Hidraulika , ilmu tentang gerak aliran
sangat berguna untuk memahami perilaku dan gerakan Pasang Surut, memahami
perilaku dan gerak sedimentasi, juga dapat melakukan perancangan dan perencanaan
jaringan tata air dan dimensi salurannya.
Ilmu Bangunan Air , untuk dapat merancang dan merencanakan berbagai fasilitas
bangunan air seperti pintu air, berbagai bangunan penunjang untuk menjamin
berlangsungnya keberadaan air sesuai dengan kebutuhan. Ilmu Mekanika Tanah, semua
bangunan maupun fasilitas penunjang berdiri diatas tanah oleh karenanya, fondasi
bangunan, tanggul, jalan, yang semuanya berada diatas tanah lunak membutuhkan
pengetahuan mekanika tanah, khususnya tanah lunak.
Ilmu Drainase dan Irigasi, untuk dapat menjamin tentang keberadaan air dilahan
pertanian dibutuhkan sistem pengaturan / penyediaan air, yang biasa dinamakan ilmu
drainase (bagaimana menyalurkan air buangan atau air kelebihan keluar lahan
pertanian), dan ilmu Irigasi (adalah bagaimana mendatangkan atau membawa air ke
lahan pertanian atau lahan sawah pada saat di butuhkan. Ilmu Reklamasi, sangat
diperlukan dalam penentuan kriteria perancangan/ desain kriteria sehubungan dengan
sifat dan kondisi lingkungannya.
Ilmu Tanah, sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis kesesuaian lahan;
terutama pada tahap pembukaan, dan pengadaan bangunan. Ilmu Lingkungan, sangat
di butuhkan dalam melakukan prediksi terhadap perubahan lingkungan. Ilmu
Argonomi, diperlukan antara lain dalam menentukan pola dan jadwal tanam. Ilmu-Ilmu
Penunjang: disamping ilmu –ilmu diatas masih diperlukan berbagai ilmu penunjang
yang diantaranya adalah, Ilmu Pertanian ,Ilmu-Ilmu Sosial ,Sosiologi , dan Ilmu
Ekonomi.
Keseluruhan ilmu pengetahuan diatas dipelajari dan selalu di kembangkan di
Perguruan Tinggi yang merupakan gudang ilmu pengetahuan, sumber ilmu
pengetahuan, sumber pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara singkat
dapat digambarkan dalam skema berikut:

Perguruan
Tinggi

Pengetahuan
dan Ilmu
Pengetahuan
Dunia
Dapat disimpulkan bahwa peranan perguruan tinggi untuk pengembangan dan
pembangunan laha rawa adalah untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pengembangan
dan pembangunan lahan rawa di karenakan adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat
luas yang ada di perguruan tinggi.

3. Jelaskan “Kriteria Desain” perancangan dan pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
khususnya.
Jawab :
Dari segala aspek yang ada di lahan rawa pasang surut, maka untuk menyusun
desain Tata saluran dan bangunan airnya perlu beberapa ketentuan pokok yang
diperlukan,
diantaranya adalah:
1. Batasan daerah pasang surut, dalam hal ini perlu dikaitkan dengan hydraulic
regime dari suatu sistem sungai dan topografi lahannya.
2. Sumber air irigasi (supply); dalam hal ini diperlukan identifikasi letak intake
dengan mempertimbangkan faktor kegaraman dari air sungai setempat. Diantara
sumber-sumber itu dapat dikatakan bahwa sumber air supply adalah: dari air
sungai; dari air hujan; dari air hutan; air tanah kurang dianjurkan untuk air irigasi
(supply), karena air tanah pada umumnya berkualitas kurang baik (terlalu
masam). Sedangkan besarnya air irigasi ditentukan oleh kebutuhan air untuk
pertanian atau rumah tangga dan pengenceran.
3. Drainase; dalam hal ini proses drainase akan menjadi dominan dalam kriteria
desain, karena sangat erat kaitannya dengan proses reklamasi. Adapun besaran
drainase akan ditentukan oleh: Hujan lokal; Pembebanan dari daerah di sekitar
lokasi proyek; Kelebihan supply dari evaporasi.Disamping itu dikaitkan dengan
proses reklamasi maka fungsi drainase antara lain untuk: Meniadakan genangan
yang melebihi batas toleransi; Menekan pelindihan dan mempertahankan
kesuburan tanah; Menekan kemungkinan pemasaman. Selanjutnya dengan
adanya tata saluran yang baik dengan kelengkapan bangunan-bangunannya dapat
dilakukan pengaturan sistem irigasi dan drainase sedemikian sehingga dapat
mempersempit perbedaan kualitas air di saluran.
4. Fisiografi daerah terutama dikaitkan dengan kondisi tanah setempat. Sebagai
catatan perlu proses pematangan tanah, baik untuk tanah sulfat masam maupun
untuk tanah organik.
5. Pendekatan ekologis sebagai sistem kontrol dalam langkah-langkah teknis
penangan kiranya perlu dilakukan, terutama menyangkut aspek perubahan
identitas daerah hutan menjadi: lahan pemukiman; lahan pertanian; lahan
perikanan.
Lahan yang diusahakan, adalah lahan yang sekarang ini diusahakan untuk
sawah maupun perkebunan. Lahan kurang sesuai; untuk pertanian adalah lahan yang
masih berupa hutan mangrove, gambut tebal, maupun lahan yang selalu terganggu oleh
bahaya banjir. Lahan ini sulit untuk diusahakan sebagai lahan usaha pertanian. Lahan
yang sesuai; adalah lahan yang sesuai untuk pertanian, adalah lahan yang masih berupa
rawa-rawa dengan kondisi drainase yang kurang baik; dipengaruhi oleh gerakan pasang
surut dan dengan reklamasi akan mempunyai potensi untuk di kembangakan.
Dalam Desain kriteria terdapat beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian
antara lain:
a. Proses Reklamasi baik, mutlak diperlukan tata saluran
b. Permasalahan “Titik Mati” , beracun, kualitas air jelek, sedimentasi, Pengetahuan
gerakan air Pasut harus dikuasai.
c. Tata letak/ Lay-Out saluran yang kurang tepat, intrusi air laut.
d. Permasalahan Hama Tanaman.
e. Faktor tata saluran, adalah faktor yang dominan, untuk dapat mensukseskan Usaha
Pengairan Pasut.

4. Bagaimana anda memahami kearifan lokal untuk melakukan perancangan dan


pengembangan Lahan Basah (Rawa) di Indonesia.
Jawab :
Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian pada masa depan akan semakin luas.
Potensi lahan gambut di Indonesia mencapai 17 juta ha, terluas di daerah tropis. Lahan
gambut di Indonesia tersebar di Sumatera (41,1%), Kalimantan (33,8%), Irian Jaya
(23,0%), Sulawesi (1,6%) serta Halmahera dan Seram (0,5%). Di Kalimantan, lahan
gambut terdapat di wilayah pantai Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan serta sebagian kecil di pantai Kalimantan Timur. Pengembangan
lahan gambut tersebut diperlukan master plan tata ruang kawasan eks PLG untuk
menetapkan kawasan budidaya, hutan tanaman industri, dan kawasan konservasi dan
lindung.
Untuk melaksanakan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan eks PLG diperlukan
program penanganan yang terpadu antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang didukung
oleh swasta dan lembaga masyarakat (LSM). Untuk program aksi tersebut perlu
didukung oleh dana APBN, APBD, dan para pengusaha swasta dan LSM, serta bantuan
dari masyarakat dunia internasional yang peduli akan lingkungan.
Dengan banyaknya kearifan budaya lokal yang kita temui, Diperlukan kehati-
hatian dalam memanfaatkan kearifan masyarakat dalam program pengelolaan
lingkungan hidup, misalnya penggunaan abu bakaran sebagai bahan amelioran.
Walaupun pembakaran dilokalisir pada suatu tempat, asap dan GRK (CO2) dapat
mencemari lingkungan. Arahan pemanfaatan gambut untuk pertanian perlu disusun,
agar pemanfaatan gambut tidak semena-mena (Kasus PLG Sejuta Hektar di Kalimantan
Tengah), serta terhindar dari kehilangan gambut secara permanen. Kehilangan gambut
di beberapa lokasi pengembangan pertanian semakin meluas, dari ketebalan awal 2-3
m sebagian tidak lagi tersisa dan sebagian hanya tinggal 10-15 cm. Gambut yang hilang
tidak dapat terpulihkan.

Anda mungkin juga menyukai