Anda di halaman 1dari 40

Sistem Jaringan Irigasi 1

Sistem Jaringan Irigasi/Drainase

Pendahuluan
Tujuan instruksional khusus: mahasiswa memahami nama bangunan, gambar dan fungsinya di
jaringan irigasi dan drainase.
Bahan Ajar

BANGUNAN HIDROLIKA 1

1. Bangunan Utama (Headworks):

Definisi Bendung: Bangunan (atau komplek bangunan) melintang sungai yang berfungsi
mempertinggi elevasi air dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan masuk ke sawah
untuk keperluan irigasi

Secara fisik terdiri dari: (a) Tubuh bendung, (b) Bangunan Pengelak dan Peredam Energi , (c)
Bangunan pembilas, (d) Pintu pengambilan, (e) Kantong Lumpur, (f) Tanggul banjir, (g) Rumah jaga,
(h) Bangunan pelengkap lainnya.

Secara umum bendung dibatasi: (a) Beda tinggi muka air hulu hilir 6 -7 m, (b) Daerah aliran
sungai 500 km2, (c) Pengambilan air irigasi 25 m3/dt. Diluar batasan itu, harus dikaji spesialis ahli.

1 Sumber: Soekrasno, S., Januari 2007. Diklat Pemeriksaan Keteknikan Bidang Sumberdaya Air. Subbidang Irigasi dan
Rawa. Inspektorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 2

Katagori bangunan utama:


1.1. Bendung (weir) atau Bendung Gerak (barrage)

Untuk meninggikan air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
irigasi mengairi lahan irigasi. Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu air yang
dapat dibuka/ditutup.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 3

Operasi pintu: Air kecil pintu ditutup, air naik dan membelok ke saluran. Air banjir, pintu barrage dibuka,
pintu pengambilan ditutup, mencegah sedimen masuk ke saluran. Keuntungan: tanggul banjir rendah,
mengurangi daerah genangan.

1 .2. Pengambilan bebas (Free Intake)

Bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa
mengatur tinggi muka air di sungai.

Pengambilan Bebas

Pengambilan Bebas
1.3. Pengambilan dari Waduk (Storage, Reservoir)

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 4

Waduk digunakan untuk menapung air pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat
digunakan pada waktu difisit air. Waduk berukuran besar sering digunakan juga sebagai pembangkit
tenaga listrik.

1 .4. Stasiun Pompa

Irigasi dengan pompa dapat dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi ternyata tidak
layak baik dari segi teknis maupun ekonomis.

Irigasi Pompa

Instalasi Pompa

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 5

Gambar 1. Bangunan Utama

Bangunan Utama Bendung

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 6

Gambar 2. Tampak atas suatu bendung

Bangunan Pengambilan dan Penguras

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 7

Gambar 3. Denah dan potongan melintang Bendung Gerak dan potongan melintang Bendung
Saringan Bawah

Gambar 4. Denah dan Potongan Bendung

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 8

Data Perencanaan Bendung

1. Topografi: (a) Peta dasar 1: 25.000 atau 1: 50.000 dengan kontur 25 m, untuk gambaran DAS,
(b) Peta situasi sungai 1: 2.000, kontur 0.5 m -1.0 m, 1 km ke hulu dan ke hilir sungai, 250 m ke
kanan dan ke kiri tebing sungai. Untuk pemilihan lokasi bendung dan kompleks bangunan, (c)
Potongan memanjang dan melintang tiap 50 m, skala 1:200, (d) Pengukuran detail situasi
bendung 1: 200 atau 1:500, kontur 0.25 m seluas 50 Ha (1000 x 500 m).
2. Data Hidrologi: (a) Debit banjir, diperlukan untuk Perhitungan banjir rencana, Perhitungan debit
rendah andalan, Perhitungan neraca air. Debit banjir dihitung dgn periode ulang ( th ) : 1000, 100,
50, 25, 5. Bangunan pengelak Q 100, Tanggul banjir Q 1000, Elevasi tanggul hilir Q 5-25, Saluran
pengelak atau bangunan kofer dam Q 5-25, Usahakan data aliran sungai (AWLR), tapi sering kali
tidak ada. Data hujan dikonversi ke debit.

Debit andalan: Dihitung dengan keandalan 80%, artinya 80% terpenuhi dan 20% gagal. Sehingga
perhitungan Q5 yakni debit banjir dengan periode ulang 5 tahunan. Idealnya data dari aliran
sungai (AWLR), kalau tidak ada memakai curah hujan untuk mepredksi debit.

Neraca Air: Dihitung untuk rencana alokasi air untuk berbagai keperluan, dihitung dengan
keandalan 80%. Hak atas air, penyadapan hulu dan hilir, keperluan air hilir untuk lingkungan
harus dipertimbangkan.

3. Data Morfologi sungai

Bangunan melintang sungai akan mempunya 2 akibat: (a) Perubahan sungai ke arah horisontal
terhambat, (b) Air dan sedimen dibelokkan, sehingga konsentrasi sedimen berubah. Data fisik
yang diperlukan: (a) Kandungan dan ukuran sedimen, (b) Tipe dan ukuran sedimen, (c)
Distribusi ukuran butir, (d) Banyak sedimen, (e) Pembagian sedimen secara vertikal dalam
sungai, (f) Data historis degradasi dan agradasi sungai.

4. Data Geologi Teknik

Peta Geologi : (a) Peta daerah skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000, (b) Peta semi detail 1 : 25.000
atau 1 : 5.000, (c) Peta detail 1 : 2.000 atau 1 : 100. Kalau perlu dilakukan pemboran untuk
mengetahui lapisan dan tipe batuan. Biasanya paling tidak lima titik berupa salip. Kedalaman
sampai batuan atau sekitar 15 ~ 20 m. Penyelidikan tambahan adalah: (a) mencari bahan
material: batu, kerikil, pasir; (b) dimana, kualitas, jumlahnya; (c) Penyelidikan Mekanika Tanah
perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah : sudut geser, kohesi, kelulusan air, sifat
konsolidasi tanah.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 9

5. Sungai.

Faktor yang dipertimbangkan: (a) Kemiringan dasar sungai, (b) Sedimen/bahan yang terangkut,
(c) Jumlah air dan distribusi sepanjang tahun, (d) Morfologi sungai dan geologinya.

Faktor Kemiringan.
ngan. Upper reach, pegunungan, terjal, batuan sedang dan besar dalam jumlah
besar, kolam olak sering pecah, degradasi, batuan terjun bebas dibenturkan dasar sungai (Gambar
6). Pengambilan bebas atau bendung tetap. Lower reach, dekat pantai, hampir datar, endapan
pasir halus, agradasi, kolam olak aman, genangan banjir luas, tanggul mahal, dilengkapi pintu
(barrage). Middle reach, lokasi diantaranya, keadaan transisi, bisa bendung tetap atau barrage,
lihat situasi lapangan. Barrage biaya OP nya mahal. Semua yang bergerak OP nya mahal.

Tubuh Bendung dan Bangunan Pengelak

Pemilihan lokasi: (a) Pilih bagian sungai lurus, tidak ada gerusan; (b) Pilih lembah yang sempit
(biaya murah); (c) Fondasi bendung kokoh; (d) Keperluan elevasi muka air; (e) Pelaksanaan
mudah;; (f) Ketersediaan bahan bangunan.

Keperluan elevasi muka air tergantung luas sawah yang diairi. Semakin naik ke hulu sawah terairi
lebih luas, turun ke hilir luas areal sawah terairi berkurang.

Gambar 6. Tipe bendung

A : membawa batu, dasar sungai kuat, batu diterjunkan langsung; B : endapan pasir krikil, dasar
sungai tidak kuat; C : endapan batu besar, di rolling, loncat ke hilir; D : beda tinggi > 7 m, dibuat
double jump

6. Morfologi sungai

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 10

Sungai stabil: tebing dari batuan kokoh, dasar sungai ada outcrop (batuan), atau batubatuan
besar. Sungai labil: penuh kerikil dan pasir, tebing tidak kokoh, tidak ada outcrop, alur
berpindah (semi braiding). Sungai bermeander: berkelok, berpindahpindah, melewati aluvial,
konsentrasi endapan tinggi, sungai melebar, degradasi tinggi.

Pengcekan untuk bangunan utama: (a) Terjadi degradasi atau agradasi, (b) Terjadi meandering
atau tidak, (c) Apakah terjadi perubahan sungai ke arah horisontal atau vertikal, (d) Kestabilan
tebing bagaimana.

7. Muka air

Ada 4 batasan penentuan elevasi muka air: (a) Keperluan irigasi untuk lokasi/elevasi sawah
paling tinggi, (b) Beda tinggi energi untuk membilas pada kantong lumpur, (c) Beda tinggi energi
untuk membilas sedimen dekat pintu pengambilan, (d) Beda tinggi energi untuk meredam energi
pada kolam olak. Untuk keperluan irigasi perlu diperhatikan: elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi, kedalaman air di sawah, kehilangan tinggi di bangunan dan saluran, variasi muka
air dalam eksploitasi, kehilangan tinggi di bendung.

8. Topografi

Pertimbangan yang diperlukan: (a) Pilih lembah berbentuk V atau sempit karena dapat menghemat
biaya material, (b) Perhatikan keperluan lokasi untuk bangunan pelengkap (kantong lumpur,
tanggul banjir, tanggul penutup, rumah jaga), (c) Perhatikan arah saluran primer apakah lewat
tebing, galian tinggi, atau terowongan.

9. Geologi teknik

Hal yang perlu dipertimbangkan: (a) Daya dukung fondasi harus kuat, (b) Jangan terletak pada
daerah sesar atau patahan, (c) Kekuatan fondasi terhadap erosi air, (d) Fondasi apakah rapat air
atau tidak, (e) Kestabilan tebing kanan dan kiri, (f) Ketersediaan bahan bangunan.

Metode Pelaksanaan : Di sungai atau Kopur

Di sungai : Pelaksanaan separuh-separuh, memerlukan kistdam panjang dan mahal, resiko banjir
besar (Gambar 7). Di Kopur/sudetan: Pelaksanaan penuh tanpa kistdam hanya coffer dam, resiko
banjir kecil. Pekerjaan yang harus dipertimbangkan adalah: saluran pengelak, tanggul penutup, kopur,
bendungan, tempat kerja (building pit).

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 11

Gambar 7.. Saluran pengelak di sungai atau kopur

Tipe Bangunan

Digolongkan dua bagian besar: (a) Bangunan yang mempengaruhi air di hulu, misalnya bendung,
embung, bendungan, cek dam; (b) Bangunan yang tidak mempengaruhi air di hulu, misalnya:
bendung gerak, pengambilan bebas, pompa, bendung gerak.

Dari jenis bahan bangunan dibedakan: (a) Beton bersifat: mantap, mahal, dari sisi cara pengerjaan
mutu terjamin, lebih homogen, awet, tahan erosi air; (b) Pasangan batu bersifat: mantap, relatif
murah, mutu tergantung masing-masing tukang, kurang homogen, awet, mudah retak akibat
setlemen. Dari segi fungsi pengatur muka air, dibedakan menjadi: (a) Pengatur muka air, misalnya:
bendung, bendung gerak, bendung karet; (b) Bangunan muka air bebas, misalnya: pengambilan
bebas, pompa, bangunan saringan bawah.

Bendung gerak dapat dipertimbangkan jika: (a) Kemiringan sungai kecil/relatif datar, (b) Daerah
genangan luas dan harus dihindari, (c) Debit banjir besar, kurang aman dilewatkan pada bendung
tetap, (d) Fondasi untuk pilar harus betul-betul kuat, kalau tidak pintu terancam macet.

Pengambilan bebas dengan syarat: (a) Debit pengambilan kecil dibandingkan debit sungai, (b) Pada
aliran normal, tersedia ketinggian air di sungai untuk mengairi sawah, (c) Tebing sungai pada
pengambilan bebas stabil, (d) Pintu pengambilan terletak pada tikungan luar, (e) Butir sedimen kecil
dan konsentrasi sedimen melayang relatif sedikit.

Bendung saringan bawah (Gambar 8) dapat dipertimbangkan jika: (a) Kemiringan sungai relatif besar,
biasanya di pegunungan, (b) Butir sedimen sedang kecil dan konsentrasi sedimen sangat tinggi, (c)
Mengandung bongkahan batu, (d) Debit pengambilan jauh lebih kecil dari debit sungai.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 12

Untuk keperluan pengurasan diperlukan: (a) debit air dan kemiringan yang memadai, (b) Sedimen
halus akan masuk ke saluran, yang kasar akan loncat dan melewati bangunan, (c) Sebagian krakal
dan krikil ada yang terjepit pada jeruji, (d) Konsentrasi sedimen yang
y ang tinggi akan menyebabkan
penumpukan material di hilir bendung dan mengganggu fungsi bendung.

Gambar 8. Bendung saringan bawah

Pompa
Karakteristik penggunaan pompa pada irigasi umumnya: (a) Biaya Operasi dan Pemeliharaan mahal
(biaya bahan bakar), (b)
b) hanya dipakai kalau betul-betul
betul secara grafitasi tidak bisa, (c) Debit air irigasi
relatif kecil dibanding debit sungai, (d) Fleksibel membelokkan air, (e) Biaya investasi murah, (f) Perlu
studi kelayakan yang cermat.

Perencanaan Hidrolik Bendung


Lebar bendung: sama dengan lebar rata-rata
rata sungai pada bankfull discharge. Biasanya B = 120% Bs
( lebar sungai pada banjir tahunan ).

Be = B-2 (n Kp + Ka ) H1

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 13

Be: lebar efektif, B: lebar mercu, n : jumlah pilar, Kp: koefisien konstraksi pilar, Ka: koefisisen konstrasi
pangkal bendung, H1: tinggi energi.

Mercu bendung

Di Indonesia umumnya mercu bendung berbentuk bulat dan Ogee. Kedua bentuk ini cocok untuk beton
atau pasangan batu kali. Kemiringan bagian hilir 1:1. Bentuk bulat memberikan harga koefisien jauh llebih
tinggi (44%) dibandingkan dengan ambang lebar. Mercu berbentuk Ogee adalah berbentuk
lengkung memakai persamaan matematis, sedikit rumit dilaksanakan, tetapi memberikan sifat
hidraulis yang baik, bentuk gemuk dan kekar, menambah stabilitas.

Gambar 9. Mercu bulat dan Ogee

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 14

Gambar 10. Pangkal bendung

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 15

Gambar 12. Kolam locat air dan rumus

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 16

Gambar 13. Kolam locat air tipe USBR

Gambar 14. Kolam loncat air tipe radial

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 17

Gambar 15. Kolam loncat air tipe Flugter

Gambar 16. Kolam loncat air tipe MDO, MDL, MDS

Bendung Gerak

Tata letak dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Bendung Gerak, paling tidak harus ada dua buah
pintu, untuk mengantisipasi kalau ada kemacetan pintu. Ada dua kriteria yang bertentangan yakni (a)
Bangunan
ngunan tinggi mahal, sehingga diusahakan bangunan melebar, (b) Untuk menguras sedimen perlu
kecepatan besar, sehingga bangunan sempit. Komprominya bagaimana?

Pintu :

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 18

a. Pintu sorong, tinggi maksimum 3 m, lebar maksimum 3 m. Kalau lebih besar terlalu berat,
dianjurkan pakai pintu rol atau Stoney.
b. Pintu sorong/rol rangkap. Tidak saling berhubungan, dapat digerakkan sendiri, alat angkat
ringan. Air lewat atas, bahan terapung hanyut. Air lewat bawah sedimen terkuras.
(c) Pintu radial/segmen. Tidak ada gesekan, alat angkat ringan. Air bisa lewat bawah atau atas
dengan membuat katup pada puncak.

Gambar 17. Pintu bendung gerak

Pengambilan Bebas , Pompa , Bendung Tyroll

Pengambilan Bebas. Posisi harus tepat agar sedimen tidak masuk.Tinggi ambang secukupnya untuk
menahan sedimen. Tebing sungai harus kokoh.

Pompa

Efisiensi : Pompa 75%, mesin 90%, Total 65%

Kapasitas pompa dipertimbangkan dengan menentukan berapa jumlahnya untuk efisiensi dan
keamanan kalau terjadi kemacetan.
Teknik Irigasi dan Bangunan Air
Sistem Jaringan Irigasi 19

Bendung Tyroll.. Tidak cocok untuk sungai


sunga i yang sedimennya tinggi, dasar sungai rawan gerusan,
fondasi harus dalam. Saringan dibuat sederhana, tahan benturan, mudah dibersihkan. Kantong
lumpur: kapasitas memadai untuk sedimen yang masuk, mampu membilas, perlu kemiringan tinggi.
pada saluran primer
er dibuat pelimpah.

Bangunan Pengambilan dan Pembilas

Tata Letak

a. Pengambilan: untuk mengelakkan air agar masuk ke saluran irigasi. Diletakkan dekat
bendung dan pada tikungan luar.
b. Pembilas: mengurangi benda terapung dan sedimen kasar masuk ke saluran
saluran.
c. Pengambilan air pada dua sisi, sebaiknya salah satu sisi lewat sipon pada tubuh bendung.

Bangunan Pengambilan

Kapasitas dibuat 120% kebutuhan air sekarang, untuk fleksibilitas dan antisipasi penambahan
kebutuhan. Tinggi ambang tergantung sedimen yang ada. Tinggi ambang untuk sedimen lanau, pasir
kerikil, dan batu bongkah masing-masing
masing 0,5 m, 1,0 m, dan 1,5 m. Pintu bukaan lebih satu pilar
mundur, aliran mulus. Lengkapi sponning untuk perbaikan. Puncak bukaan di bawah muka air hulu,
agar benda terapung tidak masuk. Kalau sebaliknya harus dilengkapi saringan berupa kisi.

Gambar 18. Tipe pintu pengambilan

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 20

Gambar 19. Bangunan pembilas


Pembilas Bawah

Dimaksudkan untuk mencegah sedimen layang masuk ke pengambilan. Plat horisontal di hulu pintu
pembilas membagi 2 aliran. Aliran atas untuk air masuk ke saluran, yang bawah untuk mengendapkan
sedimen dan secara berkala dibilas (60 menit/hari). Benda terapung mengganggu, diperlukan dua
pintu. Buka bawah untuk bilas sedimen, dan buka atas untuk menghanyutkan bbenda terapung.
Tinggi pembilas bawah harus memenuhi 3 kriteria: (a) Lebih besar 1,5 x diameter batu di sungai, (b)
Lebih besar dari 1 m (untuk keperluan OP), (c) Sekitar 1/3 – 1/4 x kedalaman air normal depan
pengambilan.

Pintu Air

Faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah beban yang bekerja, alat pengangkat (mesin atau
manusia), sekat kedap air, dan bahan bangunan. Beban adalah tekanan air horizontal bekerja pada
plat pintu dan diteruskan ke sponning. Alat pengangkat berupa pintu
intu kecil dan ringan pakai setang
dengan cara manual. Pemakaian mesin tergantung tersedianya tenaga listrik, biaya OP, mudah/tidaknya
OP. Supaya kedap air pintu sorong dipakai pelat perunggu. Pintu sorong dan radial biasanya memakai
karet (Gambar 21). Bahan
an bangunan adalah gabungan kayu dan kerangka baja, atau pelat dan
kerangka baja. Pintu pengambilan biasanya dari kayu, kalau kayu mahal bisa diganti baja. Kalau pintu
terlalu tinggi, maka OP nya sulit. Sebaiknya digunakan pintu radial (Gambar 22)

Perencanaan Bangunan

Jenis bahan untuk lindungan permukaan tergantung pada jenis dan ukuran sedimen. Bahan
bangunan harus tahan terhadap gerusan.

Berbagai bahan pelindung permukaan dan karakteristknya adalah (a) beton: Kalau batu candi tidak
ada dipakai beton yang
ang tahan gerusan. Beton kekuatan tinggi, agregat kecil, gradasi baik.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 21

(b) batu candi yakni batu alami keras yang dibentuk persegi secara manual, sangat tahan terhadab
abrasi; jenis batu: andesit, basal, gabro, granit, cocok untuk sungai yang berdaya gerus besar. (c)
Baja: lapisan pelat baja dipakai untuk menahan gerusan. Terutama
Terutama dipakai pada kolam olak, blok
halang, end sill. Kadang-kadang
kadang tubuh bendung diberi lapisan rel.

Pasangan batu kosong (rip-rap)


rap) dipakai untuk melindungi dasar sungai atau tebing di hilir bendung.
Batu harus keras, padat, awet, BJ ≈ 2,4 t/m3. Panjang lindungan 4 x R (R: dalam gerusan). Tebal lapisan
2 ~ 3 x d40 . Nilai d40 tergantung kecepatan air. Lihat grafik Gambar 24

Gambar 20. Pembilas bawah

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 22

Gambar 21. Sekat air (seal)

Gambar 22. Pintu pengambilan terbuat dari pintu sorong kayu atau baja

Gambar 23. Empat jenis pintu bilas

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 23

Gambar 24. Grafik penentuan d40

Filter dan Bronjong

Filter berfungsi untuk mencegah hilangnya bahan dasar halus melalui batu kosong. Ditempatkan
antara tanah dan pasangan batu kosong. Ada tiga macam bahan yakni (a) keri
kerikil dan pasir dengan
sarat gradasi tertentu, (b) sintetis: ikuti spek tek dari pabrik, (c) ijuk : kurang baik, sebaiknya tidak
dipakai.

Bronjong: berbentuk bak dari jala kawat yang diisi batu. Ukuran biasanya 2x1x0,5 m. Tidak boleh
dipakai untuk bagian bangunan
gunan permanen. Keuntungannya batu sedang diikat dalam kawat
memberi masa kuat dan konstruksi flexible.

Analisa Stabilitas

Gaya-gaya
gaya yang bekerja pada bendung:

a. Tekanan air: luar dan dalam, hidrostatik dan hidrodinamik.


b. Tekanan lumpur: menekan horizontal dan membebani vertical
c. Gaya gempa: tergantung peta gempa di Indonesia. Minimum 0,1 g.
d. Berat bangungan : tubuh bendung
e. Reaksi fondasi: gaya tekan ke atas terhadap bendung dari reaksi fondasi.

Stabilitas : bendung harus stabil dalam 3 keadaan yakni:

a. Stabil terhadap amblasnya bendung. Daya dukung fondasi tidak boleh dilampaui oleh
tekanan akibat berat bendung.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 24

b. Stabil terhadap gelincir. Gaya horizontal tidak boleh melebihi gaya geser yang melawan pada
dasar bendung.
c. Stabil terhadap guling. Momen yang menggulingkan
menggulingkan harus bisa ditahan momen yang
melawannya.

Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah

Bendung harus dicek stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah, naiknya dasar galian dan patahnya
pangkal hilir bangunan.

Metode empiris: Bligh, Lane, Koshla. Metode Lane: disebut


disebut metode angka rembesan Lane. Metode
ini membandingkan panjang jalur rembesan di sepanjang kontak bangunan dengan beda tinggi
muka air. Kemiringan lebih 45o dianggap tegak, dan yang kurang 450 dianggap horisontal. Vertikal
dihitung penuh dan horisontal dihitung 1/3.

Rumus yang digunakan:

Dinding penahan.

Biasanya h < 3 m, dinding depan vertikal: b = 0,26 h. B = 0,425h.

Dinding depan miring: b = 0,23h; B = 0,46h

Detail Bangunan

Perlindungan terhadap erosi bawah tanah bertujuan untuk melindungi menggunakan beberapa
kombinasi. Prinsipnya adalah mengurangi kehilangan beda tinggi per satuan panjang rembesan atau
memutup rembesan sama sekali

Pemilihan pelindung berikut bisa sendiri atau


atau kombinasi: (a) Lantai hulu: beton 10 cm, atau pasangan
batu kali 20 – 25 cm. Tapi Lane 1/3; (b) Dinding halang: mahal, Lane penuh 100%; (c) Filter
pembuang; (d) Konstruksi pelengkap.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 25

Erosi bawah tanah adalah 3 dimensi, konstruksi lindung harus ke semua arah. Lantai hulu harus
kedap, sambungan dengan bendung harus rapat, kombinasi lempung dan seal karet. Salah satu
penyebab runtuhnya bendung adalah penurunan yang tidak merata.

Dinding halang (cut-off)

Alternatif: (a) Dinding beton: bagus, tapi mahal; (b) Pasangan batu: bagus, relatif murah, kedalaman
terbatas; (c) Tanah kedap air, atau pudel (1 kapur : 4 tanah): baik sekali, sangat murah, kontak
sambungan dengan bendung tidak baik; (d) Pelat pancang baja atau kayu: amat mahal, harus
hati-hati, kontak antar pelat harus baik, cocok untuk tanah butir halus, kena gravel sulit masuk. Agar
gaya uplift minimal, sebaiknya dipasang ujung lantai paling hulu.

Lubang pembuang/filter. Dibuat untuk mengurangi gaya angkat, dengan melepas air di ujung kolam
olak. Untuk mencegah terangkutnya bahan padat fondasi bendung dilengkapi dengan filter
terbuat dari pasir krikil atau bahan sintetis.

Konstruksi pelengkap. Tubuh bendung kemungkinan turun tidak merata, bisa retakretak, lolosnya
air. Untuk itu perlu dibuat sambungan yang bagus. Tanah bawah jenuh karena air hujan maka perlu
ditangani jangan terjadi jalur gelincir atau erosi bawah.

Perencanaan Kantong Lumpur

Meskipun sudah ada bangunan pembilas di depan intake, biasanya masih ada butir halus partikel yang
masuk. Untuk mencegah masuk ke saluran diperlukan kantong lumpur. Prinsipnya adalah
memperbesar saluran sehingga kecepatan berkurang akibatnya sedimen mengendap. Untuk
menampung sedimen saluran diperdalam, dibilas tiap 1-2 minggu. Biasanya panjang 200 m untuk
sedimen kasar, sampai dengan 500 m untuk sedimen halus. Tergantung pada topografi dan keperluan
pembilasan. Pertimbangan dalam memutuskan: (a) Ekonomis atau tidak, (b) Kemudahan pekerjaan
OP, (c) Perlu dibangun, kalau sedimen masuk ke saluran > 5% kedalaman x panjang x lebar saluran
primer dan sekunder (butiran< 0,06 - 0,07 mm).

Sedimen. Data yg diperlukan: pembagian butir, penyebaran ke arah vertical, sedimen layang,
sedimen dasar. Kalau tidak ada data, diandaikan volume sedimen yang akan masuk kantong lumpur
0,05% volume air masuk. Dianjurkan 60-70% sedimen diatas 0,06-0,07 mm bisa diendapkan.

Bangunan pengambilan. Perencanaan yang baik akan mempengaruhi jumlah sedimen masuk ke
kantong lumpur.

Pada jaringan saluran, perencanaan saluran yang baik adalah membuat kapasitas angkut sama besar
atau makin membesar ke arah hilir. Kalau ada kelebihan sedimen yang tidak mengendap di kantong
lumpur, diharapkan mengendap di sawah. Petani harus membuang sedimen ini.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 26

Topografi. Topografi tepi sungai dan kemiringan sungai sangat mempengaruhi kelayakan ekonomis.
Kantong lumpur perlu ruangan yang luas, penempatannya harus dikaji cermat. Kemiringan sungai
kurang, energi ditambah dengan menaikkan mercu bendung.

Dimensi kantong lumpur

Partikel pada titik awal A kecepatan endap w dan kecepatan air v akan mengendap di titik C . Waktu
yg diperlukan: t = H/w = L/v dimana v = Q/HB. Menghasilkan LB = Q/w, dimana L: panjang kantong
lumpur, B : lebar kantong lumpur, Q : debit air, w: kecepatan endap di kantong lumpur. Agar tidak terjadi
meandering atau pulau endapan dibuat L/B > 8. Kalau topografi tidak memungkinkan bisa
dibagi-bagi ke arah memanjang dengan dinding pemisah (devider wall).

Volume tampungan

Volume kantong lumpur tergantung pada kandungan sedimen, volume air yang lewat, dan jarak waktu
pembilasan. Banyak nya sedimen yang lewat dapat dihitung dengan cara: (a) Pengukuran langsung
di lapangan, (b) Perhitungan rumus yang cocok (Einstein-Brown, Meyer-Peter, Muller), (c) Atau
memakai data kantong lumpur yang ada di lokasi lain. Kedalaman ds = 1 m untuk jaringan kecil (10
m3/dt ), 2,5 m untuk jaringan besar (100 m3/dt)

Tata letak kantong lumpur

Tata letak terbaik kalau saluran pembilas lurus sebagai kelanjutan kantong lumpur, saluran primer di
sampingnya. Ambang saluran primer di atas tinggi maksimum sedimen. Alternatif tata letak lain
saluran primer searah kantong lumpur, perlu dinding pengarah.

Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap

Lindungan dasar sungai. Bangunan di sungai mengubah pola aliran sehingga terjadi gerusan lokal,
maka perlu dilindungi. Di hilir kolam olak, bahan pelindung terdiri pasangan batu kosong atau
bronjong. Supaya aman dan awet dilengkapi dengan filter. Bahan pelindung jangan dari beton
atau pasangan batu kali, karena akan memperpanjang jalur rembesan yang menyebabkan
gaya uplift. Gerusan pada hulu bangunan juga ada, kalau disini boleh pakai beton atau pasangan batu
kali. Panjang pelindung hulu = 2 ~ 3 x kedalaman air. Panjang pelindung hilir = 4x kedalaman gerusan.

Lindungan tanggul sungai. Dihilir bendung penggerusan tanggul terjadi karena adanya turbulensi. Dibuat
krip, paling ekonomis. Kalau tidak ada alur krib yang cocok, krip dibuat tegak lurus tanggul.

Tinggi mercu krip sama dengan bantaran. Kemiringan pelindung tanggul atau krip 1 : 2,5 – 3,5 di
bawah air, dan 1 : 1,5-2,5 yang di atas air. Kemiringan ujung krip 1 : 5-10

Pengaturan Sungai Dan Bangunan Pelengkap Tanggul

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 27

Panjang dan elevasi. Kurva pengempangan digunakan untuk menghitung panjang dan elevasi tanggul
untuk banjir dengan periode ulang berbeda. Untuk genangan dengan Q 100 tahun ditambah tinggi
jagaan. Dan dicek dengan Q 1000 tahun. Hitung pakai “Standar Step Methode “, jika ada data
kemiringan sungai, potongan melintang dan faktor kekasaran sungai.

Untuk perkiraan kasar, hitung pakai rumus sederhana.

Poros tanggul. Tanggul banjir sebaiknya jauh dari air terendah.


terendah. Tinggi jagaan: Elevasi puncak
tanggul 0,25 m diatas elevasi pangkal bendung untuk keamanan extra. Potongan melintang.
Lebar puncak tanggul 3 m. Kalau dipakai jalan ditambah seperlunya. Kemiringan hulu dan hilir
diambil antara 1 : 2 s/d 1 :3,5 tergantung jenis tanah. Tinggi tanggul > 5m sebaiknya stabilitasny
dicek dengan perhitungan khusus. Bila fondasi tanggul lolos air (porous) disarankan dibuat cut off (parit
halang) 1/3 x H Gambar 42

Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap Sodetan

Kadang-kadang
kadang lebih menguntungkan membuat bendung di alur sungai, yaitu dilaksanakan
dengan sodetan (coupure). Keteknikan sungai dipikir mendalam untuk menentukan arah sodetan,
dimensi, perubahan
an dasar sungai, dan penutupan sungai. Tata letak. Tata letak tergantung banyak
faktor yakni geologi, geologi teknik, bangunan, dan topografi. Pertimbangan penting: (a) Gangguan
morfologi sungai diusahakan sesedikit mungkin, (b) Menurunnya dasar sungai aki
akibat makin terjal
(slope makin besar), (c) Fondasi bangunan harus dibuat koperan bagian hilirnya.

Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap. Tanggul Penutup

Penutupan sungai lama dan pembelokan ke bendung yang baru harus direncanakan hati
hatihati. Air
dibelokkan
an dengan menaikkan muka air di hulu. Penutupan sungai pada waktu air kecil dan cukup
lama.

Penutupan harus dilakukan dengan cepat. Bahan yang dipakai harus berat (batu besar, blok
blok-blok beton)
dan tersedia banyak. Bila penutupan selesai, segera diperkuat dengan tanggul permanen

Penyelidikan Model Hidraulis

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 28

Umum :

Model hidraulis dipakai untuk mensimulasi perilaku hidraulis dengan skala lebih kecil. Selain model
hidraulis ada juga model matematika dengan komputer, tetapi memerlukan parameter dan data
yang akurat. Model hidraulik dilakukan untuk menyelidiki perilaku hidraulis, sedang model komputer
dipakai untuk studi banjir dan gej ala morfologi seperti degradasi dan agradasi. Pertimbangan
memakai model atau tidak: (a) Apakah ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan
pengalaman yang lalu; (b) Apakah bangunan begitu komplek sehingga dengan standar yang ada
masih meragukan; (c) Apakah model hidraulis akan bisa menghemat; (c) Apakah OP bangunan
sulit dibuat berdasar pengalaman terdahulu; (d) Apakah biaya model tidak lebih mahal dengan
beaya keseluruhan

Penyelidikan model hidraulik untuk bendung. Bagian yg perlu diselidiki: (a) Lokasi dan tata letak,
(b) Pekerjaan pengaturan sungai di hulu dan hilir bangunan, (c) Bentuk mercu bendung, (d) Pintu
dan bentuk ambang, (e) Kolam olak dan efisiensinya sebagai peredam energi, (d) Eksploitasi pintu
sehubungan dengan gerusan dan atau endapan, (e) Kompleks pengambilan dan pembilas
sehubungan pencegahan sedimen, (f) Saluran pengarah dan kantong lumpur.

Lokasi dan tata letak. Dibuat tata letak secara umum dengan kriteria yang ada. Untuk bendung yang
besar dan rumit perlu dibuat model untuk mengecek lokasi terkait dengan perilaku hidraulik. Untuk
bendung kecil dan sederhana tidak perlu dibuat model.

Pekerjaan pengaturan sungai. Perlu dilakukan guna memperbaiki pola aliran di hulu dan hilir.
Keprluan bangunan pelindung dimana dan jenisnya apa.Pola aliran menuju pintu pengambilan harus
diselidiki untuk mencegah sedimen. Hasil model akan memberi masukan tata letak dan perlindungan
sungai, dan diharapkan dapat menghemat beaya.

Bentuk mercu bendung. Bentuk mercu bendung sudah banyak standarnya. Di Indonesia dipakai
bulat atau Ogee. Model diperlukan kalau ada masalah khusus yang sulit dipecahkan.

Pintu dan bentuk ambang. Secara garis besar jenis dan bentuk pintu telah ada standarnya, dan
perilaku hidraulik telah diselidiki di laboratorium. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui koefisien
debit dan perilaku getaran. Dalam keadaan standar tidak perlu model test lagi. Kecuali untuk jenis dan
bentuk pintu khusus

yang komplek dan rumit perlu dilakukan model untuk mencek unjuk kerja hidrolis dan perilaku hidro
mekanik. Bentuk ambang telah dibuat standar dengan penyelidikan yang mendalam, jadi tidak
perlu model test.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 29

Kolam olak. Kolam olak berfungsi baik kalau bisa meredam energi air yang jatuh, sehingga sisa
energi air di hilir kolam olak menjadi minimal sehingga gerusan dasar sungai tidak membahayakan.
Perencanaan kolam olak mengikuti standar yang ada sebenarnya sudah memadai. Yang jadi masalah
adalah kedalaman gerusan hilir ben-dung seberapa jauh membahayakan. Bendung besar dan
komplek perlu model, tapi untuk bendung kecil dan sederhana tidak perlu dimodel. Apalagi untuk
dasar sungai yang mempunyai outcrop (batuan dasar sungai masif) tidak ragu lagi bahwa gerusan
tidak ada, maka model tidak perlu.

Pengambilan dan pembilas. Untuk saluran dengan besaran normal tidak perlu model. Untuk sungai
membawa batu-batu besar perlu saringan batu (screen boulder), untuk ini perlu model.

Saluran pengarah dan kantong Lumpur. Antara saluran pembawa yang sempit dan kantong lumpur
yang lebar terjadi perlambatan kecepatan aliran. Perlu dimodel apakah distribusi aliran merata atau
tidak. Kantong lumpur perlu dimodel, untuk mengetahui bentuk hidraulis dan posisi dinding pengarah,
tata letak kantong lumpur sehingga tercipta kantong lumpur yang efisien. Untuk mengetahui kemampuan
membilas secara hidraulik

Metode Pelaksanaan

Umum

Bendung dibangun di sungai yang penuh risiko menghadapi ketidak pastian alam yaitu banjir. Metode
pelaksanaan harus diantisipasi: peralatan yang harus dipakai, tenaga ahli, waktu dan besarnya
perkiraan datang banjir, risiko yang diperhitungkan, beban risiko kontraktor dan pemerintah, bahan
bangunan, teknik pelaksanaan yg cepat. Ada dua metoda yakni (a) Pelaksanaan di palung sungai,
dan (b) Pelaksanaan di luar sungai (kopur/sudetan).

Pelaksanaan di palung sungai. Air dibelokkan sepenuhnya lewat terowong pengelak atau lewat
saluran pengelak dengan membangun coffer dam. Pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan kering.
Setelah selesai, coffer dam dibuka terowongan ditutup (A). Sungai dibendung separo dengan kist dam
keliling, air sungai mengalir di separo lainnya. Pelaksanaan dalam keadaan kering. Setelah selesai,
dengan cara yang sama dilakukan pembangunan separo lainnya (B)

Pelaksanaan di palung sungai. Untuk merencanakan tinggi cofferdam dan kistdam dikombinasikan
dengan dimensi terowong pengelak dan lebar separo sungai, tergantung besaran banjir dan risiko
yang diambil.

Grafik perhitungan risiko

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 30

Contoh suatu sungai dihitung seri debit dengan periode ulang berbeda Q 2, 5, 10 , 15 , 20, 25.
Pembangunan bendung selesai 4 tahun, berarti umur coffer dam 4 tahun. Berapa Risiko yang diambil
misal 20%, perpotongannya pada garis horisontal 20. Maka tinggi cofferdam harus bisa menampung
Q 20 tahun. Kalau risiko diperkecil 10% ketemu Q 40 tahun. Makin tinggi, makin mahal.

Pelaksanaan ditempat kering (Sodetan/Kopur). Bendung dibuat di luar sungai, kemudian setelah
selesai sungai dibelokkan. Risiko akibat gangguan banjir kecil. Sejauh layak, metode ini jadi pilihan.
Bahkan meski mahal sedikit, alternatif ini dipilih.

Kalau terjadi banjir dan melimpah diatas coffer dam dan mengakibatkan kerusakan risiko siapa?
Diatur sebagai berikut (a) Dalam perencanaan elevasi coffer dam besaran banjir dengan probalilitas
tertentu ditetapkan. Misalnya : Q10 = 150 m3/dt. Kalau terjadi banjir yang lebih besar 150 m3/dt dan terjadi
kerusakan, risiko ditanggung owner. Kalau banjir kurang 150 m3/dt, risiko ditanggung kontraktor.
Dituangkan dalam kontrak dokumen.

Operasi dan Pemeliharaan

Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air. Pengaturan air pada kondisi normal,
kondisi banjir, dan kondisi kering. Kondisi normal adalah aliran sungai normal, sedimen yang dibawa
sedang. Penjediaan air dilakukan sesuai rencana kebutuhan air irigasi dan keperluan lainnya. Air
sungai masih bisa mengalir ke hilir untuk keperluan lain dan keperluan lingkungan. Pada saat ini pintu
pengambilan dibuka penuh, pintu bilas atas dan bawah ditutup, agar air depan pengambilan tenang
sedimen mengendap. Pintu bilas bawah dibuka 1 jam setiap hari untuk menguras endapan lumpur.
Kalau terdapat benda terapung depan pintu bilas, pintu bilas atas diturunkan untuk menghanyutkan
benda terapung. Dalam keadaan ini biasanya kolam lumpur sudah penuh pada 5 - 10 hari (tergantung
perencanaan). Untuk ini dilakukan pengurasan lumpur secara hidraulis, dengan prosedur sebagai
berikut :

Pintu bilas atas dan bawah ditutup, pintu pengambilan dibuka, pintu ke saluran irigasi ditutup, pintu
penguras dibuka. Lama pengurasan tergantung jumlah sedimen, besaran fraksi sedimen, besar debit
dan kemiringan kantong lumpur yang sudah dihitung dalam rencana dan model test (biasanya 3-5 jam).
Setelah selesai, air irigasi dialirkan kembali.

Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air. Pengaturan air pada kondisi
normal, kondisi banjir, kondisi kering. Kondisi banjir: aliran sungai besar, sedimen yang dibawa
banyak. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya dihentikan sementara, karena di sawah
sudah kelebihan air, dan cenderung membuang.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 31

Pada saat ini pintu pengambilan ditutup penuh, pintu bilas atas dan bawah ditutup , agar sedimen tidak
masuk ke saluran irigasi dan sedimen dilewatkan atas bendung. Pada saat air surut dimana kedalaman
air diatas mercu antara 0.5 s/d 1 m pintu pembilas dibuka untuk menguras lumpur. Setelah lumpur
bersih dan air di atas bendung antara 0 – 0.5 m, pintu pengambilan dibuka dan pintu bilas ditutup. Air
irigasi normal kembali. Pada beberapa bendung dimana debit banjir besar, saluran pembilas
dipakai untuk melewatkan air. Untuk itu pintu bilas dibuka saat banjir. Kalau sungai membawa
batang-batang pohon, kemungkinan bisa menyangkut pada saluran pembilas yang sempit.

Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering. Kondisi kering: aliran sungai kecil,
sedimen yang dibawa sedikit. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya dipenuhi tetapi
cenderung kurang. Air sungai jangan disadap 100%, karena di hilir bendung biasanya ada penyadapan
untuk keperluan lain dan atau untuk menjaga lingkungan. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka
penuh, pintu bilas atas atau bawah dibuka sebagian, agar air tetap mengalir sebagian ke hilir
bendung. Karena air sungai cenderung bersih maka kandungan sedimen sedikit, maka frekuensi
pengurasan lumpur dapat lebih lama dibanding saat air normal. Cara pengurasan seperti saat air
normal, Cuma karena air sungai dan selisih tinggi minim, air sungai ditampung dulu beberapa jam
didepan bendung dengan menutup pintu pengambilan dan pembilas. Pada saat elevasi air naik
sampai mercu bendung, pembilasan dimulai. Pada saat ini pengecekan terhadap saluran pembilas
bawah dilakukan untuk mengetahui apakah ada sumbatan batu. Kalau ada inilah saatnya untuk
mengatasinya, karena air sungai kecil.

Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga agar bangunan berfungsi seperti sedia kala. Jenis
pemeliharaan: Rutin, berkala, darurat, permanen. Pemeliharaan Rutin adalah kegiatan secara rutin
dilakukan, misalnya babat rumput sekitar bendung, menutup retakan tembok, perbaikan kecil batu
kosong, pengambilan benda terapung depan pintu bilas, pengurasan sedimen pada saluran bawah 1
jam/hari

Pemeliharaan Berkala adalah kegiatan dilakukan secara berkala, misalnya pengecatan pintu,
pemberian stenfet (greesing), pembersihan sedimen pada kantong Lumpur, pengecatan bangunan
pelindung, pembersihan sedimen dan batu menyumbat pada saluran pembilas, perbaikan bronjong dan
pasangan batu kosong, perbaikan pintu macet.

Pemeliharaan Darurat adalah perbaikan darurat agar bendung dapat segera berfungsi. Hal ini
terjadi karena bencana alam atau kelalaian manusia. Perbaikan ini dilakukan dengan harapan nanti
ada dana untuk penyempurnaan berupa perbaikan permanen.

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 32

Pemeliharaan Permanen adalah kegiatan perbaikan sebagai peningkatan perbaikan darurat maupun
perbaikan akibat bencana dan kelalaian manusia, sehingga perbaikannya menjadi permanen,
misalnya tanggul penutup longsor, sayap bendung patah, stang pintu bengkok, gerusan dalam di
bawah bendung, kerusakan pada kolam olak, pelindung talud runtuh, penurunan tubuh bendung.

Jaringan Irigasi/Drainase:

2.1 . Saluran Irigasi:

2.1.1. Jaringan irigasi utama terdiri dari: saluran Primer (Induk), saluran Sekunder

2.1 .2.Jaringan saluran irigasi tersier terdiri dari: saluran tersier, saluran Kwarter

2.2. Saluran Pembuang

2.2.1 .Jaringan saluran pembuang tersier

2.2.2.Jaringan saluran pembuang utama

2.3. Bangunan Bagi dan Sadap

2.3.1 .Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran menjadi dua saluran atau lebih

2.3.2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran promer atau sekunder ke saluran
tersier

2.3.3. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan
2.3.4.Boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua atau lebih saluran

2.4. Bangunan Pengukur dan Pengatur

Bangunan ukur dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas (free overflow) dan alat ukur
aliran bawah (underflow). Beberapa dari alat ukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran
air

2.5. Bangunan Pengatur Muka Air

2. 6. Bangunan Pembawa

2.6.1 .Aliran Superkritis:

2.6.1.1 .Bangunan Terjun

2.6.1.2.Got miring

2.6.2.Aliran sub-kritis

2.6.2.1 .Gorong-gorong 2.6.2.2.Talang

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 33

2.6.2.3.Sipon

2.6.2.4.Jembatan sipon

2.6.2.5 .Flume

2.6.2.6.Saluran tertutup

2.6.2.7.Terowongan

Foto 5. Bangunan bagi Primer Foto 6. Saluran sekunder

Foto 7. Bangunan Bagi di Sekunder Foto 8. Bangunan Sadap Tersier

2.7. Bangunan lindung

2.7.1 .Bangunan pembuang silang

2.7.2. Pelimpah (Spillway)

2.7.3 .Bangunan Penguras (wasteway)

2.7.4. Saluran Pembuang samping

2.8. Jalan dan Jembatan

2. 9. Bangunan Pelengkap

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 34

Bangunan Pengambilan (Intake)

Bangunan Pengambil Bebas (Free Intake)

Lokasi pengambilan dibuat di lokasi yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik dengan
menghindari masuknya sedimen. Masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan
dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen (skimming wall), kecepatan aliran
skimming wall
masuk dan sebagainya.

Contohpeny elidikan model hidrolik oleh


oleh Habermaas yang memperlihatkan persentase banyaknya
sedimen yang masuk ditunjukkan seperti pada Gambar 4.27 (KP-02/70).
(KP 02/70). Agar mampu mengatasi
tinggi muka air yang berubah-ubah
berubah di sungai, pengambilan harus direncanakan sebagai pintu aliran
bawah. Rumus debitit yang dapat dipakai adalah:

Gambar 4.28; 4.29 ; 4.30

Bendung Saringan Bawah

Bendung saringan bawah atau bendung Tyroller (Gambar 4.33) dapat dirancang dengan baik di sungai
yang kemiringan memanjangnya curam, mengangkut bahan-bahan
bahan bahan berukuran besar dan memerlukan
bangunan dengan elevasi rendah. Beberapa hal pertimbangan:

a. Tidak cocok untuk sungai yang fluktuasi bahan angkutannya besar. Misalnya di daerah
gunung berapi muda
b. Dasar sungai yang rawan gerusan memerlukan fondasi yang cukup dalam
c. Bendung harus dirancang seksama agar aman terhadap rembesan
d. Konstruksi saringan hendaknya sederhana, tahan benturan batu, mudah dibersihkan jika
tersumbat
e. Bangunan harus dilengkapi dengan kantong lumpur/pengelak sedimen yang cocok
dengan kapasitas tampung memadai dan kecepatan
kecepatan aliran cukup untuk membilas
partikel. Satu di depan pintu pengambilan dan satu di awal saluran primer
f. Harus dibuat pelimpah yang cocok di saluran primer untuk menjaga jika terjadi kelebihan
air.

Gambar 4.33 (hal 78)

Panjang saringan ke arah aliran sungai yang diperlukan untuk mengelakan? air dalam jumlah tertentu
per meter lebar bendung, dihitung dengan rumus:

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 35

Gambar 4.3. dan Tabel 4.5 (hal 80)

BENDUNGAN URUGAN (FILL/EARTH DAM)

Bendungan yang dibangun dari hasil penggalian bahan tanpa tambahan bahan lain yang bersifat
campuran secara kimia

Tiga Tipe bendungan urugan :

a. Bendungan urugan serba sama (homogeneous


( dam)

Sering disebut sebagai bendungan urugan tanah, tetapi sesungguhnya kurang tepat.

b. Bendungan urugan berlapis-lapis


berlapis (zone dam, rockfill dam)

Terdiri atas beberapa lapisan : lapisan kedap air (water tight layer), lap. batu ((rock zone,
shell), lap. batu teratur (rip-rap),
( lap. penyaring (filter zone)

c. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (impermeable


(impermeable face rockfill dam)

Lapisan
an kedap air (umumnya aspal dan beton bertulang) diletakkan di sebelah hulu
bendungan.

Bendungan Urugan Serba Sama

Bendungan urugan serba sama merupakan bendungan yang lebih dari setengah volumenya terdiri
atas bahan bangunan (tanah, pasir atau kerikil) yang seragam.

 Bendungan urugan tanah (earthfill


( dam)
 Bendungan urugan pasir dan kerikil

BENDUNGAN URUGAN TANAH (EARTHFILL


( DAM)

Bendungan urugan tanah merupakan bendungan yang lebih dari setengah volumenya
terdiri atas bahan bangunan tanah atau tanah liat yang
y seragam.

Terbagi atas 4 tipe berdasarkan bentuk saluran drainase (Gambar 3.1 s/d 3.4)

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 36

Keuntungan :

 Karena bahannya seragam, maka cara pemadatannya relatif mudah


 Relatif lebih murah dibandingakan dengan tipe lainnya

Kerugian :
Teknik Irigasi dan Bangunan Air
Sistem Jaringan Irigasi 37

 Sifat tanah atau tanah liat sangat dipengaruhi oleh kadar air, sehingga pada waktu
pemadatan kadar air harus diperiksa dengan ketat
 Pada musim hujan, pekerjaan sering dihentikan.

LAPISAN-LAPISAN
LAPISAN YANG ADA

Walaupun disebut serbasama, tetapi terdapat pula bahan lainnya sebagai bahan
bahan saluran drainase dan
lapisan untuk menjaga stabilitas lereng.

rap)
Lapisan batu teratur (rip-rap)

Untuk menjaga stabilitas lereng dengan menahan permukaan bendungan sebelah hulu agar tidak
rusak akibat naik turunnya muka air di waduk. Rip-rap dipasang dari puncak
ncak bendungan sampai + 2 m
di bawah permukaan air terendah untuk operasi (MOL, Minimum
inimum Operation Level).

Tebal lapisan tergantung pada : kekuatan batu, tinggi bendungan, frekuensi muka air dan tinggi
perkiraan gelombang. Umumnya apabila menggunakan tenaga manusia + 30 cm, menggunakan alat
berat + 50 cm – 100 cm.

• Bahan tanah (soil material) dan tanah liat (clay)


(

Untuk penimbunan tubuh bendungan dan lapisan kedap air untuk bendungan urugan batu. Yang
sering digunakan untuk lapisan kedap air adalah tanah liat,
li dengan beberapa syarat :

Gambar 3.8. Penampang melintang Bendungan Ir. H. Pangeran Noor

 bahan organik < 5 %, untuk mencegah penurunan yg terlalu besar akibat banyaknya pori
pori-pori.
koefisien permeabilitas < 10-5 cm/det, mengurangi rembesan.
 kuat tegangan geser yg cukup untuk menghindari terjadinya penggeseran bendungan.
 pelaksanaan pemadatan yg mudah agar seragam.
 memenuhi gradasi tertentu sehingga dapat tahan terhadap gej ala pembuluh ((piping action).
 tahan terhadap gempa.
 Lapisan pasir dan kerikil
kerik (gravel pebble layer)

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 38

Untuk alasan biaya biasanya diambil langsung dari sumbernya seperti dari sungai atau
darat. Tetapi apabila kadar airnya tinggi harus dikeringkan dahulu.

 Lapisan hilir (downstream)


downstream)

Apabila kesulitan dalam membuang tanah hasil penggalian,


penggalian, biasanya ditimbun di bagian
hilir setelah sebelumnya dianalisa kestabilannya. Lapisan hilir dapat ditutup dengan batu
belah (rockzone) atau dengan gebalan rumput (sod
( facing)

Saluran
aluran Drainase (pengering)

Dibuat dari pasir dan kerikil yang memenuhi gradasi tertentu dan bersih.

Perkuatan
erkuatan Lereng Sebelah Hilir (DownStream)

Karena tanah liat, tanah atau pasir umumnya mudah longsor, maka harus diberi perkuatan agar
stabil terhadap tiupan angin dan erosi dari air hujan. Bahan untuk perkuatan diantaranya : batu belah,
batu bulat, dan gebalan rumput.

Beberapa istilah untuk bendungan urugan

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


Sistem Jaringan Irigasi 39

Skema sebuah tipe bangunan pelimpah pada bendungan urugan

Penutup
Pertanyaan:
a. Apa bedanya bendung dengan bendungan
b. Buat gambar pandangan atas dan irisan dari suatu bendung dengan bangunan pelengkapnya
c. Buat gambar pandangan atas dan irisan dari bangunan pelengkap bendung yakni: bangunan
sadap, pelimpah (spill way), kolam lumpur (sediment trap), pintu penguras, kolm olakan
(stilling basin)
d. Sebutkan fungsi dari masing-masing
masing bangunan pelengkap
e. Gambar suatu contoh pada sistem jaringan utama. Bangunan apa saja yang ada dalam suatu
sistem jaringan utama
f. Gambar suatu contoh pada sistem jaringan utama. Bangunan apa saja yang ada dalam suatu
sistem jaringan tersier
g. Turunkan persamaan
rsamaan loncatan hidrolik (hydraulic jump) dalam rancangan kolam olak (stilling
basin) pada bangunan terjun?
h. Apa bedanya talang dengan syphon?

Daftar Pustaka

Teknik Irigasi dan Bangunan Air


=

Anda mungkin juga menyukai