Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA GERUSAN(SCOURING) PADA ABUTMEN JEMBATAN


WIROGUNO KABUPATEN BANYUWANGI

disusun oleh:

ISMAU ROSIDAH
2015013051

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISA GERUSAN(SCOURING) PADA ABUTMEN JEMBATAN
WIROGUNO BANYUWANGI

Dipersiapkan dan disusun oleh:


ISMAU ROSIDAH
2015013051
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Pada tanggal 2 Mei 2017

Dosen Pembimbing Tanda Tangan


Dimas Galuh Langga Chandra S.T., M.T.,
NIDN.: ...........

Dosen Penguji
Dr. Iskandar Yasin S.T., M.T.,
NIY.: 79 08 266 ...........

Proposal Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar sarjana Teknik
Tanggal 2 Mei 2017
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik

Prof. Dr. Ir. Kabul Basah Suryolelono, Dip. H.E, D.E.A.


NIP.: 194602111976031001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan adalah suatu kontruksi yang menghubungkan dua bagian jalan
yang terputus karena suatu rintangan, baik itu karena sungai, danau, jalan raya,
maupun selat. Menurut letak geografis tempat-tempat disekitar kita, begitu
banyak rintangan-rintangan yang mengakibatkan dua bagian jalan terputus. Salah
satu rintangan tersebut contohnya adalah sungai. Oleh karena itu, sangat banyak
kita melihat kontruksi jembatan yang menghubungkan antara satu tempat dengan
tempat yang lain karena dirintangi sungai.
Sungai merupakan suatu saluran drainase yang terbentuk secara alami yang
mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir didalam sungai akan
mengakibatkan proses penggerusan tanah dasarnya. Penggerusan yang terjadi
secara terus menerus akan membentuk lubang-lubang gerusan di dasar sungai.
Proses penggerusan dapat terjadi karena adanya pengaruh morfologi sungai yang
berupa tikungan atau adanya penyempitan saluran sungai.
Dalam perancangan kontruksi jembatan harus diperhitungkan beberapa aspek
seperti letak jembatan, aspek hidraulik sungai serta bentuk abutment yang akan
memberikan pola aliran disekitarnya. Struktur jembatan umumnya terdiri dari dua
bangunan penting, yaitu struktur bangunan atas dan struktur bangunan bawah.
Salah satu struktur utama bangunan bawah jembatan adalah abutmen jembatan
yang selalu berhubungan langsung dengan aliran sungai.
Abutmen merupakan bangunan jembatan yang terletak dipinggir sungai,
yang dapat mengakibatkan perubahan pola aliran. Bangunan seperti abutmen
jembatan selain dapat merubah pola aliran juga dapat menimbulkan perubahan
bentuk dasar saluran seperti penggerusan.
Banyak kasus-kasus tentang runtuhnya bangunan jembatan bukan hanya
disebabkan oleh faktor kontruksi, namun persoalan gerusan disekitar abutmen
jembatan juga bisa menjadi penyebab lain. Hal ini ditunjukkan karena proses
gerusan yang terjadi secara terus menerus sehingga terjadi penurunan pada
pangkal abutmen. Dampak dari gerusan harus diwaspadai karena dapat
berpengaruh pada penurunan stabilitas keamanan bangunan air.
Jembatan Wiroguno merupakan jembatan yang menghubungkan kecamatan
Gambiran dan Kecamatan Tegalsari, kabupaten Banyuwangi. Jembatan ini
merupakan jembatan terbesar di Banyuwangi yang bertaraf basional dengan
panjang 634 meter, lebar 9.70 meter, tinggi dari dasar sungai yang mencapai 8
meter. Kedalaman fondasi jembatan dapat memengaruhi adanya gerusan. Maka
dari itu, dalam setiap perencanaan jembatan, perencana juga harus merencanakan
dan menganalisis nilai scouring jembatan sehingga diketahui seberapa dalam
gerusan yang terjadi pada aliran air yang melintasi jembatan tersebut. Dengan
demikian, perencana jembatan dapat mengantisipasi gerusan(scouring) yang
terjadi pada abutmen jembatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diambil permasalahan yaitu
menganalisis nilai scouring atau gerusan local yang terjadi pada abutmen
jembatan. Gerusan local yang terjadi di sekitar abutmen adalah kejadian turunnya
dasar sungai di sekitar abutmen akibat adanya system pusaran (vortex system)
yang timbul akibat terhalangnya aliran oleh abutmen. Aliran yang menuju
abutmen akan membentuk aliran vertikal kearah dasar selanjutnya menyebabkan
terkikisnya dasar sungai di sekitar abutmen. Mengingat bahaya yang ditimbulkan,
maka berbagai upaya dilakukan untuk pengamanan maupun pengendalian gerusan
lokal. Dan juga diperlukannya suatu kajian untuk mengidentifikasi gerusan lokal
di sekitar abutmen guna pencegahan kerusakan yang berlanjut runtuhnya
jembatan sekaligus pengendalian gerusan lokal yang terjadi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengetahui kedalaman scouring yang terjadi pada abutmen jembatan yang
disebabkan oleh aliran air.
2. Mengetahui pengaruh parameter aliran terhadap proses gerusan dan bentuk
hubungan antar parameter yang berpengaruh tersebut dengan besar gerusan
yang terjadi, sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh kedalaman aliran
terhadap kedalamangerusan lokal.
3. Dapat mendesain bangunan penahan gerusan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bidang hidrolika yang berkaitan
dengan konsep gerusan lokal pada abutmen jembatan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi
para konsultan perencana dalam kaitannya dengan perencanaan bangunan air,
khususnya dalam menaikkan tingkat keamanan kontruksi abutmen jembatan
terhadap gerusan lokal
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mendapatkan atau
mengetahui nilai scouring yang terjadi pada keempat jembatan.
1.5 Keaslian Penelitian
Dari pengetahuan penulis belum ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya.
Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Nina Bariroh Rustiani, dalam penelitian berjudul Gerusan lokal disekitar
abutmen jembatan labuan
2. Sucipto, dalam penelitian berjudul Pengaruh kecepatan aliranterhadap gerusan
lokal pada pilar jembatan dengan perlindungan groundsill.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Angkutan Sedimen


Sungai merupakan saluran alam yang memiliki aliran tidak permanen dan tak
seragam (unsteady and non uniform flow). Karenanya permasalahan yang timbul
akibat fluktuasi aliran menjadi sangat kompleks. Karakteristik sungai/saluran
dapat dibagi dua yaitu fase cair dan fase padat. Fase cair direpresentasikan oleh
rapat masa sedimen(r), kekentalan zat cair(μ), kecepatan rerata aliran(v) dan
kecepatan gesek aliran(v’). Sedang untuk fase padat yang perlu dipertimbangkan
adalah ukuran butiran sedimen (d30, d50, d65 dan d90), bentuk partikel sedimen,
berat massa sedimen(rs), kecepatan endap sedimen(w) dan adanya kemungkinan
sifat kohesi antar partikel. Semua parameter tersebut sangat bervariasi dan
tergantung dari sample yang diambil untuk dianalisa lebih lanjut.
Gerak sedimen yang dapat berupa erosi, deposisi dan angkutan sedimen tidak
saja akan merubah aliran tetapi juga merubah dasar sungai/saluran yakni tinggi
elevasi dasar, kemiringan dasar dan kekasaran butiran penyusun dasar
sungai/saluran.
Dalam aliran sedimen, fase padat yang bergerak sebagai:
a. Muatan dasar ( bed load)
b. Muatan suspensi (suspended load)
c. Muatan dasar dan suspensi
d. Muatan cuci (wash load)
2.2 Mekanisme Angkutan Sedimen
Karena adanya perubahan aliran, timbul gaya-gaya yang bekerja pada
material butiran sedimen. Gaya-gaya ini mempunyai tendensi untuk
menggerakkan material sedimen. Untuk material kasar (pasir dan batuan) gaya
yang melawan gaya-gaya aliran tergantung dari berat material sedimen.
Sedangkan untuk material halus (lanau dan lempung) gaya yang melawan aliran
lebih disebabkan oleh kohesi dari pada berat material.
2.3 Proses Gerusan Lokal disekitar Abutmen
Gerusan (scouring) adalah suatu gejala alamiah yang diakibatkan oleh
gerakan aliran air yang mengalami hambatan di suatu sungai. Kebanyakan bagian
yang tergerus adalah material endapan, disamping juga batu-batu besar dan kecil.
Beberapa percobaan menunjukkan bahwa gerusan seringkali menyebabkan
kerusakan struktur bangunan (jembatan) secara progresif. Dikarenakan
perlindungan terhadap gerusan biasanya sangat mahal, maka dicari jalan untuk
mengontrol proses yang terjadi guna mengurangi resiko keruntuhan.
2.4 Penanggulangan Gerusan
Tindakan pencegahan terjadinya gerusan lokal disekitar abutmen padat
dilakukan dengan mengurangi efek erosi pada aliran dan pusaran tumit kuda.
Kedalaman gerusan maksimum pada lubang gerusan merupakan faktor kritik
keruntuhan pilar dan abutmen jembatan. Beberapa percobaan membuktikan
bahwa ada beberapa metode untuk mengurangi tingginya gerusan lokal di pilar
dan abutmen jembatan. Metode yang paling umum adalah membuat rip-rap yakni
menempatkan batu-batuan kedalam lubang gerusan yang paling potensial.
BAB III
LANDASAN TEORI

Bangunan yang berada di air tentunya akan mudah tergerus oleh air
khususnya bangunan bawah jembatan yang mana terdapat aliran sungai yang deras
dibawahnya dan dapat mengakibatkan erosi. Proses erosi umumnya terjadi karena
perubahan pola aliran terutama pada sungai aluvial. Perubahan pola aliran terjadi
karena adanya halangan pada aliran sungai tersebut, berupa bangunan sungai seperti
pilar jembatan dan abutmen. Bangunan semacam ini dipandang dapat merubah
geometri alur dan pola aliran yang selanjutnya diikuti gerusan lokal disekitar
bangunan. (Legono, (1990) dalam Mira, 2004:5)
Laursen (1952) dalam Hanwar (1999:4) mendefinisikan gerusan sebagai
pembesaran dari suatu aliran yang disertai pemindahan material melalui aksi gerakan
fluida. Gerusan lokal (local scouring) terjadi pada suatu kecepatan aliran dimana
sedimen ditransport lebih besar dari sedimen yang disuplay. Transport sedimen
bertambah dengan meningkatnya tegangan geser sedimen, gerusan terjadi ketika
perubahan kondisi aliran menyebabkan peningkatan tegangan geser dasar.
Kondisi aliran dapat membentuk pusaran yang berdampak terjadinya
pengikisan dasar sungai disekitar abutmen. Hal ini berlangsung sampai terjadi
kesetimbangan dan tergantung dari media angkutnya yaitu clear water scour atau live
bed scour.
BAB IV
METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, dimana data yang diperoleh


berasal dari hasil uji laboratorium kemudian dilakukan analisis sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian:
1. Mengumpulkan data atau bahan penelitian, berupa artikel dan journal
yang terkait dengan gerusan pada abutmen jembatan
2. Observasi terhadap data pembangunan jembatan Wiroguno di Kabupaten
Banyuwangi.
3. Penelitian terhadap scouring yang terjadi pada abutmen pondasi jembatan.
4. Analisa penanggulangan scouring yang telah terjadi pada abutmen
jembatan.
5. Evaluasi dan pembahasan.
BAB V
JADWAL PENELITIAN

Juni Juli Agustus


No. Kegiatan
I II III IV V I II III IV I II III IV
1 Identifikasi Masalah
Pengumpulan data
2
penelitian
3 Observasi data
Penelitian terhadap
4
scouring
Analisa
5 Penanggulangan
Scouring
Evaluasi dan
6
Pembahasan
Pembimbingan
7
Penulisan Skripsi
Penulisan Akhir
8
Laporan
9 Pendadaran
DAFTAR PUSTAKA

1. Rustiati, Nina Bariroh. “Gerusan Lokal Disekitar Abutmen Jembatan


Labuan” Journal Penelitian, Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, Palu.
2. Sucipto, “Analisis Gerusan Lokal dengan perlindungan groundsill” Jurusan
Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai