BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 2
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Ditjen Sumber Daya Air
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 3
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Bendungan: bangunan berupa urukan tanah, urukan batu dan
beton, yang dibangun untuk menahan dan menampung air,
untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (PERMEN
No.27 Tahun 2015).
Bendungan Jatiluhur
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 4
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Studi kelayakan untuk pembangunan bendungan harus memuat (PERMEN No.27 Tahun 2015):
a.Analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan akses, quary
dan borrow area, penyimpanan material, tempat pembuangan galian dan
daerah genangan
b.Analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi material bahan
bendungan dan daerah genangan
c. Analisis hidrologi dearah tangkapan air
d. Analisis kependudukan di daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah penerima manfaat bendungan
e. Analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah penerima manfaat bendungan
f. Analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk umur layanan bendungan, dan lingkungan untuk setiap alternatif rencana bendungan
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 5
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Tipe Bendungan
1. Bendungan Beton
bendungan gaya berat (gravity)
bendungan busur (arch dam)
bendungan penopang (buttress)
2. Bendungan Urugan (urugan tanah & urugan batu)
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 6
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tipe bendungan yaitu:
Tujuan Pembangunan
Pembangunan bendungan untuk PLTA/pengendali banjir/irigasi
Tinggi bendungan
Ketinggian bendungan diukur dari fondasi terdalam
Material yang tersedia
Kualitas dan kuantitas ketersediaan material
Topografi
Bentuk lembah dan kemiringan lereng
Geologi
Stratigrafi regional, geomorfologi, struktur geologi, tektonik dan Cekungan Air Tanah
Hidrologi dan meteorologi
Curah hujan dan keadaan hidrologi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 7
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Investigasi material dilakukan untuk
1. Kualitas material yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik dan
mekanik, penetapan material yang memenuhi persyaratan
2. Ketersediaan material
3. Kondisi penggalian, lokasi sumber yang mencakup jalan masuk, jarak,
status dan perlunya konservasi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 8
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Penyelidikan geologi, meluputi
Penyelidikan geologi regional, Stratigrafi regional, geomorfologi, struktur geologi, tektonik dan
Cekungan Air Tanah
Penyeledikan material tanah (burrow area) untuk urugan tubuh bendungan (zona inti kedap air)
Penyelidikan material pasir (quarry pasir) untuk urugan tubuh bendungan (zona filter) dan agregat
halus beton
Penyelidikan material batu (quarry batu) untuk urugan tubuh bendungan (zona urugan batu) dan
agregat kasar beton
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 9
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Analisis dampak lingkungan pada bendungan:
1. Lokasi sumber material tanah (borrow area)
2. Lokasi sumber batu (quarry)
3. Lokasi sumber pasir
4. Jalan masuk dan jalan kerja
5. Drainase dan kekeruhan air sungai
6. Gangguan terhadap kehidupan liar (wildlife)
7. Relokasi penduduk
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 10
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Analisis Dampak lingkungan bendungan
Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasi
Perubahan tata guna lahan Aspek fisika-kimia Erosi dari tanah puncak (top soil) di Relokasi penduduk
(Alih fungsi lahan) (kualitas udara, kebisingan dan sekitar bendungan
getaran, erosi dan sedimentasi, dan
kualitas tanah)
Aspek sosial, ekonomi, budaya Aspek hidrologi Sedimentasi waduk
(sumber mata pencaharian, tingkat (hidrologi air permukaan, kualitas air
kepadatan dan keresahan sosial, tanah, kualitas air permukaan)
perubahan tempat tinggal)
Relokasi situs arkeologi, tempat Aspek Biologi Perubahan volume pada bagian hilir,
ibadah (Ekosistem terrestrial dan ekosistem kualitas air, muka air tanah
akuatik)
Tahap Konstruksi Bendungan
Pengambilan quarry bendungan Perubahan tata guna lahan Pencemaran tanah dan air akibat dari
ceceran mesin
Sedimentasi waduk
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 11
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Bendungan
Analisis resiko bendungan
Tahap Konstruksi Tahap Operasi
Adanya patahan (fault) Adanya patahan / sesar aktif
(fault)
Kemungkinan gempa Kemungkinan gempa
Longsor Longsor
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 12
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 13
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
Berdasarkan Peraturan Mentri PUPR No. 12 Tahun 2015,
bendung di bagi menjadi:
1. Bendung Tetap: tinggi pembendung tidak dapat diubah.
2. Bendung Gerak: tinggi pembendung dapat diubah. Bendung tetap Bendung gerak
Pengambilan bebas
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 14
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
Aspek yang mempengaruhi pemilihan lokasi bendung:
1. Pertimbangan topografi
2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung
3. Pengaruh hidraulik
4. Pengaruh regime sungai
5. Tingkat kesulitan saluran induk
6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
7. Luas layanan irigasi
8. Luas daerah tangkapan air
9. Tingkat kemudahan pencapaian
10. Biaya pembangunan
11. Kesepakatan stakeholder
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 15
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
Data yang dibutuhkan dalam merancang bendung
1. Data kebutuhan air: irigasi, air minum, air baku
2. Data topografi
3. Data hidrologi (debit banjir, debit andalan, neraca air)
4. Data morfologi (geometri sungai, morfologi sungai)
5. Data geologi (peta geologi regional, struktur, tektonik,
Cekungan Air Tanag, ketersediaan batu, pasir dan tanah)
6. Data mekanika tanah (borlog, SPT, CPT)
7. Muka air (elevasi, beda tinggi energi)
8. Standar untuk perencanaan
9. Data lingkungan dan ekologi
10. Data elevasi bendung
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 16
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
Bagian bangunan utama bendung
1. Bangunan bendung
Bendung pelimpah
Bendung gerak
2. Bangunan pengambilan
3. Bangunan pembilas
Pembilas pada tubuh
Pembilas bawah
Shunt under sluice
Pembilas bawah tipe box
4. Kantong lumpur
5. Perkuatan sungai
6. Bangunan pelengkap
Pengukur debit & muka air sungai
Rumah operasi pintu
Peralatan komunikasi
Jembatan atas bendung
Instalasi tenaga air mikro
Bagian bangunan utama bendung
Banguan tangga ikan
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 17
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2. Bendung
Analisis dampak lingkungan pada bendung
Tahap Pra-Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Pasca Konstruksi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 18
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
3. Embung
Embung merupakan banguan penyimpan air yang dibangun di daerah
cekungan (depresi), biasanya berada diluar sungai.
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 19
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
3. Embung
Aspek yang mempengaruhi pemilihan lokasi embung:
1. Penentuan lokasi
Morfologi: cekungan
Batuan: relatif kedap air
Lokasi: dekat dengan lokasi pelayanan dengan elevasi lebih
tinggi
Akses: mudah ditempuh
2. Pengukuran topografi
3. Penyelidikan geologi teknik (karakteristik pondasi, peta
geologi, penyelidikan lapangan dan batuan, uji laboratorium
sifat tanah)
Ketersediaan bahan bangunan (tanah berkohesi (lempungan
dengan permeabilitas rendah), tanah tidak berkohesi
(lanau–pasir)
Quarry batu (kerikil, kerakal, bongkah untuk urugan,
pasangan batu dan beton)
4. Penentuan tata letak (tubuh embung, pelimpah, pipa sadap)
5. Analisis hidrologi Penyelidikan Geologi Penyelidikan Morfologi
6. Penentuan tinggi dan tipe tubuh embung
7. Desain bangunan dan jaringan distribusi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 20
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
3. Embung
Batuan Lebar
Tipe Tubuh Embung Pondasi Lembah Jenis Bahan Bangunan
3) Komposit
(1) Lempung atau tanah
Kombinasi pasangan
batu / beton dengan Batu Lebar berlempung dan atau
(2) Pasir sampai batu pecah PASANGAN BATU/BETON
urugan tanah
Komposit
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 21
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
3. Embung
Analisis dampak lingkungan dalam pembangunan embung
Tahap Pra-Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Pasca Konstruksi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 22
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Ditjen Cipta Karya
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 23
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 24
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
Jenis-jenis survei yang dilakukan dalam perencanaan rinci tempat
pembuangan akhir:
1. Survei ukur tanah
Pengukuran sifat datar utama (leveling) dan polygon
berfungsi untuk informasi hasil pendataan besaran luas, panjang, Survei ukur tanah
dan beda tinggi dari setiap satuan lahan
2. Survei sondir
berfungsi untuk informasi tentang daya dukung tanah pada setiap
lapisan, ketebalan lapisan tanah, daya dukung tanah, kedudukan
tanah keras
3. Survei pemboran geoteknik
berfungsi untuk informasi tentang material penyusun lapisan tanah,
berat jenis, porositas tanah, jenis material tanah Survei sondir
dibutuhkan untuk menentukan rekayasa teknologi untuk
meningkatkan permeabilitas tanah dan penambahan geomembran
Survei boring
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 25
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
4. Survei geolistrik
Berfungsi untuk informasi tentang lapisan batuan penyusun TPA,
ketebalan setiap lapisan, potensi pada setiap lapisan
dibutuhkan untuk merancang kedalaman galian, kestabilan lahan
5. Survei kestabilan lereng
berfungsi untuk informasi ukuran stabilitas lereng terhadap
Survei geolistrik
lingkungan sekitarnya
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 26
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
Faktor-faktor yang perlu di dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
TPA:
1. Tata guna lahan: untuk menentukan lokasi TPA
2. drainase permukaan: lokasi TPA dapat mengering dengan cepat
sehingga tidak menyebabkan timbunan sampah runtuh
3. kemiringan lereng: jika landai mudah tergenang air, jika curam
material sampah mudah runtuh
4. kedalaman sampai batas keras: air limbah dapat mencemari air tanah
5. permeabilitas: air limbah dapat mencemari air tanah
6. kedalaman muka air tanah: lokasi air tanah yang tidak berpotensi
tercemar air limbah
7. ancaman banjir: TPA tidak boleh terkena banjir
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 27
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
Komponen TPA
1. Jalan akses dan operasional
2. Drainase
3. Jembatan timbang
4. Instalasi pengolahan Lindi
5. Lapisan dasar (Liner)
6. Sumur Uji
7. Sarana air bersih, sanitasi dan listrik
8. Pipa penyalur Lindi
9. Ventilasi gas
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 28
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tempat Pembuangan Akhir
Dampak lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir:
Tahap Konstruksi Tahap Operasional
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 29
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Bina Marga
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 30
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Jalan tol merupakan suatu jalan yang dikhususkan untuk
kendaraan bersumbu dua atau lebih dan bertujuan untuk
mempersingkat jarak dan waktu tempuh.
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 31
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Quarry dapat berupa tanah timbunan, pasir dan batu. Dalam
menentukan lokasi sumber bahan (quarry) untuk jalan tol, hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Survey lokasi quarry terdekat berdasarkan geologi regional dan
survei lapangan
2. Kualitas material quarry
3. Deposit dari tanah, pasir batu untuk quarry
4. Jarak proyek dengan quarry
5. Jalan akses masuk quarry
6. Pengelolaan quarry
7. Pertimbangan biaya
8. Proses perijinan
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 32
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Kriteria desain jalan tol
1. Kriteria desain geometerik
2. kriteria desain hidrologi dan drainase
3. Geoteknik dan Struktur Geologi
4. Geometri jalan tol
5. kriteria desain struktur
6. kriteria desain perkerasan
7. Kriteria desain gerbang dan fasilitas tol
8. Kriteria desain penerangan Jalan Umum dan lampu lalu lintas
9. Kriteria desain rambu, marka dan lampu isyarat
10. Kriteria desain tempat istirahat atau pelayanan
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 33
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Geoteknik pada jalan tol
1. Survei dan identifikasi karakteristik tanah
dasar di sekitar koridor dan identifikasi
segmen yang homogen secara geoteknik
2. Identifikasi elevasi muka air tanah
3. Analisa besaran kekuatan tanah dasar
untuk keperluan rancangan perkerasan
4. Analisa kekuatan tanah dalam untuk
keperluan pondasi jembatan
5. Analisa karakteristik geoteknik tanah untuk
keperluan galian dan timbunan
6. Identifikasi masalah geoteknik yang
memerlukan perlakuan khusus (tanah
lunak, lereng curam) dan tindakan
penanganannya
7. Optimasi konsep desain dari sisi teknis dan
biaya pada daerah soft soil
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 34
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Hidrologi dan drainase pada jalan tol
1. Survei sekunder dan survei pengukuran lapangan untuk memperoleh data
penampang basah aktual sungai dan memperoleh data elevasi muka air
banjir
2. melakukan survei debit banjir dan catchment area, sungai yang dominan
mempengaruhi muka air banjir
3. analisa data hujan dalam daerah aliran sungai untuk memperoleh besaran
intensitas hujan untuk perencanaan
4. identifikasi aspek drainase yang khusus memerlukan perhatian (daerah
rawan banjir, rawan longsor, rawan penggerusan)
5. perencanaan konstruksi drainase seperti kolam resapan, gorong-gorong
dan selokan samping
6. identifikasi daerah aliran sungai dan curah hujan rencana
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 35
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jalan Tol
Analisis dampak lingkungan pada jalan tol
Tahap Pra-Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Pasca Konstruksi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 36
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkat
KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2O2I tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus)
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 37
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Geologi Regional, Cekungan Air Tanah dan
Hidrogeologi Bakauheni dan Sekitarnya
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 38
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Berdasarkan uji kekuatan batuan :
•Satuan Aluvium: sangat amat lemah
•Satuan Breksi Vulkanik: kuat
•Satuan Lapili : kuat
•Satuan Tuff : kuat
•Satuan Lava Andesit : kuat
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 39
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 40
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Kondisi airtanah = untuk memenuhi kebutuhan air
bersih)
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 41
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Gempa bumi = mengganggu stabilitas kostruksi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 42
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
• Tsunami = terkait dengan kerusakan lahan,
bangunan, dan konstruksi
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 43
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Peta Geologi Lingkungan
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 44
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tata Ruang
Rekomendasi
• Bangunan tahan gempa.
• Rekayasa geoteknik,
penerapan drainase, serta
penanaman pohon
• Akses jalan yang memadai.
• Pemanfaatan kawasan tinggian
sebagai wilayah evakuasi.
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN 45
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT