Anda di halaman 1dari 49

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA)

1. PENDAHULUAN

Ketersediaan air sebagai sumber kehidupan sangat dibutuhkan. Sesungguhnya jika


merujuk pada teorema tentang siklus hidrologi, keberadaan air di muka bumi ini
jumlahnya tetap dan mencukupi bahkan berlebih. Namun dengan kegiatan manusia
di dalamnya menimbulkan dampak yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan
terhadap air ini menjadi langka. Kegiatan yang dimaksud adalah pengrusakan
daerah konservasi air yang sedianya digunakan untuk menahan air ke dalam tanah,
kini tidak tejadi lagi. Lahan terbuka memberikan kontribusi besar terhadap
‘hilangnya’ air. Sementara di sisi lain air hujan yang jatuh dan mengalir menjadi
aliran permukaan menjadi sangat besar dan menimbulkan banjir.

Kesadaran terhadap kegiatan manusia yang terus berkembang membangkitkan


semangat untuk mengatur dan mengendalikan air sedemikian rupa sehingga
keberadaannya dapat memenuhi kebutuhan manusia yang sekaligus ramah dengan
lingkungannya.

Suatu upaya untuk mewujudkan pelestarian alam dan lingkungan adalah dengan
melakukan kegiatan pengembangan sumber daya air.

1.1 Umum

Secara terminologi PSDA terdiri dari :

a. Sumber air

b. Pendayagunaan sumber air

c. Peningkatan dari sistem pendayagunaan sumber air yang ada

PSDA juga meningkatkan yang kurang berdayaguna untuk lebih bermanfaat.


Sebagai contoh pemanfaatan air hujan untuk mengairi tanah kering menjadi sawah.

Air hujan yang dapat digunakan langsung sangat sedikit, sisanya lewat begitu saja
ke laut. Hal ini perlu modifikasi agar air hujan dapat digunakan pada tempat dan
waktu yang berbeda dengan turunnya hujan.

Contoh sederhana dari kegiatan ini adalah menampung air hujan yang jatuh ke atap
rumah/ talang dengan menggunakan drum/ bak. Air tersebut suatu saat dapat
digunakan sekalipun tidak ada hujan.
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 1
Secara alami sebenarnya hal ini sudah terjadi yakni bahwa air yang jatuh ke
permukaan bumi akan meresap ke dalam tanah diserap oleh humus dan saat musim
kemarau air ini keluar sebagai mata air.

Awalnya manusia menggunakan air untuk memenuhi kebutuhannya, namun seiring


perkembangan manusia mempunyai keinginan lebih yang pada gilirannya
mengeksploitasi alam secara berlebihan dan menimbulkan ketidakseimbangan
sistem dan merusak alam.

1.1 Definisi

Pengembangan Sumber Daya Air (water resources development) didefinisikan


sebagai aktivitas fisik untuk meningkatkan pemanfaatan air untuk air bersih, irigasi,
penanggulangan banjir, listrik tenaga air, perhubungan, pariwisata, perikanan dan
lain sebagainya.
Perencanaan Sumber Daya Air (water resources planning) adalah perencanaan
pengembangan dan alokasi dari sumber daya air yang bersifat langka bersifat
sektoral dan antar sector, menyeimbangkan kebutuhan air dengan ketersediaan air,
dengan memperhatikan tujuan nasional, kendala, dan kehendak pihak yang
berkepentingan.
Pengelolaan sumber daya air (water resources management) adalah kumpulan
aktivitas teknis, mengembangkan, mengoperasikan, dan mengatur sumber daya air.
Potensi Sumber Air
Potensi sumber air dalam pengelolaan sumber daya air meliputi :
a.air permukaan berupa debit aliran yang berfluktuasi sesuai musim
b.air tanah.
Permasalahan
1) Banjir
Meluapnya air sungai pada saat debit besar pada musim hujan karena sungai
yang ada tidak mampu menampung air mengakibatkan tergenangnya daerah sekitar
sungai dan banjir menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
2) Kekeringan
Tidak termanfaatkannya sumber air secara optimal, terutama pada musim
kemarau mengakibatkan terjadinya kekurangan air. Hal ini dapat menimbulkan
kerugian karena areal persawahan mengalami kekeringan dan gagal berproduksi.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 2


Pada daerah tertentu air minum masih menjadi barang langka pada saat ini
seperti pada daerah rawa.
3) Erosi dan Sedimentasi
Akibat pembukaan kawasan yang mengalihkan fungsi lahan sebagai peresap air
menjadi lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain yang berlebihan mengakibatkan
kerawanan terhadap erosi. Dampaknya adalah laju sedimentasi yang tinggi di
waduk-waduk yang ada di sebelah hilirnya dan pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan lingkungan dan banjir.
4) Intrusi Air Laut
Pada waktu musim kemarau, dikala debit sungai kecil, intrusi air laut dengan
tingkat salinitas tertentu menuju jauh ke arah hulu. Intrusi ini sangat membatasi
pemanfaatan air untuk keperluan air minum, irigasi maupun industri.
5) Pencemaran Air
Berkembangnya industri di sekitar sungai yang setiap waktunya melaju pesat
sangat berpotensi mencemari sungai. Kandungan Chemical Oxygen Demand (COD)
dan Biological Oxygen Demand (BOD) yang melampaui ambang batas maksimum
(baku mutu B : COD = 10 mg/lt, BOD = 6 mg/lt) menimbulkan pencemaran yang
harus ditangani dengan serius karena hal ini akan sangat membatasi pemanfaatan air
di sebelah hilirnya.

1.1 Kegiatan PSDA

Secara umum pengembangan sumber daya air meliputi berbagai komponen antara
lain :

a. Pengendalian banjir
b. Irigasi
c. Listrik tenaga air
d. Navigasi
e. Air baku domestik dan industri
f. Konservasi lahan dan pengendalian erosi
g. Rekreasi dan pariwisata
h. Perikanan dan satwa liar
i. Pengendalian pencemaran
j. Pengendalian gulma dan serangga
k. Drainase

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 3


l. Pengendalian sesdimen
m. Pengendalian salinitas
n. Pengendalian kekeringan
o. Pengembangan air tanah

Guna menjamin terselenggaranya tata pengaturan air secara optimal, ditetapkan


wilayah sungai sebagai suatu Satuan Wilayah Pengembangan yang mencakup satu
atau lebih Daerah Pengaliran Sungai (DPS).
Untuk pengelolaan sumber daya air ini dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mencakup 4 (empat) aspek sebagai berikut :
1) Aspek perlindungan, yaitu usaha untuk melindungi dan melestarikan sumber
daya air dari kerusakan hidrologis akibat aktivitas manusia yang tidak terarah
dengan baik, sehingga timbul masalah-masalah banjir, erosi, kekeringan dan
lain-lain.
2) Aspek pengembangan, yaitu usaha pengembangan sumber daya air untuk
pengembangan wilayah, antara lain meliputi pengembangan pertanian, PLTA,
perikanan, perindustrian, pariwisata, dan lain-lain.
3) Aspek penggunaan, yaitu upaha memanfaatkan sumber daya air secara optimal
meliputi operasi, penentuan alokasi penggunaan air dan pemeliharaan bangunan
sarana dan prasarana.
4) Aspek pengendalian, yaitu usaha untuk mengendalikan daya rusak sungai
terhadap daerah sekitarnya, melakukan perlindungan terhadap bangunan sungai
agar tetap berfungsi dengan baik dan melakukan pencegahan terhadap terjadinya
pencemaran air sungai dan lingkungannya.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 4


Konservasi air dan
tanah
Perlindungan, Penetapan Daerah
Hukum/
Pelestarian, Bantaran
dan Pengendalian
Adm.
Pengendalian Kualitas Air
Pendirian Tanggul
Batas
Penanganan Turap

Penyediaan air untuk


keperluan pokok dan
rumah tangga
Penyediaan air bersih/
kota
Penyediaan air untuk
Irigasi
Air dan Pemanfaatan
Penyediaan air untuk
Sumber dengan/ tanpa
tenaga listrik Pengairan
Air ijin
Penyediaan air untuk
industri
Penyediaan air untuk
penggelontoran kota/
pemukiman
Penyedian air untuk
lalu lintas
Penyediaan air untuk
keperluan lain-lain

Pengendalian Banjir
Pengembangan
Teknis
Pengembangan Wilayah Sungai untuk
berbagai keperluan
Pengembangan
jaringan irigasi,
dll

Gambar 1 Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Air

1.1 Tahapan Kegiatan PSDA

Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan bidang pengairan, secara umum tahapan-


tahapan PSDA mengikuti pola studi sebagai berikut :

1) studi inventarisasi potensi PSDA secara umum


2) studi identifikasi umum proyek pengairan setelah tahap inventaris
3) studi rekonesan (reconnaisance) atau pengenalan data pendahuluan
4) studi rencana induk (master plan) atau perencanaan umum pengembangan
terpadu menyeluruh SDA di suatu wilayah sungai. Tahap ini dahulu disebut
prefeasibility study

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 5


5) studi kelayakan (feasibility) atau telaah kemungkinan masing-masing elemen
proyek SDA yang akan dikembangkan
6) perencanaan teknis sampai dokumen kontrak siap pelaksanaan fisik (detailed
design)
7) pembebasan lahan (land acquisition)
8) konstruksi atau peaksanaan fisik di lapangan
9) operasi dan pemeliharaan prasarana yang dibangun (termasuk pengaturan
sumber air dan pemanfaatan pada tingkat pemakai air)
10)pendidikan masyarakat, tahapan ini merupakan usulan yang ditambahkan
kemudian.

Pada masa kini tahapan kegiatan proyek pengairan dikenal dengan nama SIDLAKOM,
yaitu Survei, Investigasi, Desain, Land Acquisition (pembebasan lahan), Konstruksi,
Operasi dan Maintenance (pemeliharaan).
Pada perkembangan selanjutnya tahapan itu diusulkan menjadi SIDELAKOM, yaitu
adanya penambahan tahapan E (public Education) atau pendidikan masyarakat.
PERENCANAAN
RENCAN
OPERSAI
KONSTRUKSI
PENDIDIKAN
STUDIDAN
PENDAHULUAN
PEMELIHARAA
MASYARAKAT
PENGENALAN
IDENTIFIKASI
KELAYAKAN
ADETAIL
AWAL
INDUKN

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 6


Gambar 2 Skema tahapan pelaksanaan proyek

Tabel 1 Proses kegiatan dan produknya


No. KEGIATAN PRODUK
1 Survey Reconaisance report & Master plan
2 Investigation Feasibility report
3 Design Dokumen tender & OM Manual
4 public Education LSM
5 Land Acquisition Pembebasan tnaah
6 Contruction Produk & Uji coba (commisioning)
7 Operation & Maintenance Trial run, OM manual & jaringan berfungsi

1.5 Pendekatan Analisis Sistem

Pengembangan sumber daya air merupakan suatu masalah yang sangat luas dan
kompleks. Untuk itu digunakan suatu pendekatan analisis sistem.

PENGGABUNGAN
IDENTIFIKASI
PHASE
KEGIATAN
RENCANA
PHASE
TUJUAN
ANALISIS
HASIL
ANALISA
ANALISA
ANALISIS
PHASE
ANALSISAWAL
ANALISIS
PERSIAPAN
- RENCANA
MASALAH
KONDISI
AWAL
KERJA
PRIORITAS
SKENARIO
DAN
DAMPAK
MODEL
PHENOMEN
EKONOMI
PEMANFAAT
MASALAH
- TUJUAN
KRITERIA
MAKRO
AN
A
- KRITERIA
AIR
AIR

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 7


Gambar 3 Skema Analisa sistem sumber daya ir

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 8


1. SIKLUS HIDROLOGI

Secara keseluruhan jumlah air di bumi ini relatif tetap dari masa ke masa. Air di
bumi mengalami siklus melalui suatu rangkaian peristiwa yang berlangsung terus
menerus. Serangkaian peristiwa ini dinamakan siklus hidrologi (hydrologic cycle).
Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 1 Siklus Hidrologi

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah dengan beberapa
cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi sebagai es atau salju, atau
genangan air yang dikenal dengan simpanan depresi. Sebagian air hujan atau lelehan
salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini disebut aliran/ limpasan permukaan.
Jika permukaan tanah porous, maka sebagian air akan meresap ke dalam tanah melalui
peristiwa infiltrasi. Sebagian lagi akan kembali ke atmosfer melalui penguapan dan
transpirasi oleh tanaman (evapotranspirasi).

Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran permukaan atau
dari air tanah yang merembes di dasar sungai di sebut aliran dasar sungai. Kontribusi air
tanah pada aliran sungai disebut aliran dasar (base flow), sementara total aliran disebut
debit (runoff). Air yang tersimpan di waduk, danau, dan sungai disebut air permukaan
(surface water).

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 9


Sebagaimana digambarkan pada siklus hidrologi, bahwa dalam perjalanannya sampai ke
bumi hujan mengalami peristiwa sebagai berikut :

✔ Sebagian menguap kembali sebelum sampai di bumi (evaporasi)


✔ Sebagian dipotong dan ditahan tumbuhan (intersepsi)
✔ Sebagian meresap ke dalam tanah saat pori tanah masih kosong (infiltrasi)
✔ Sebagian menguap (transpirasi)
✔ Sebagian meresap terus hingga jenuh/ air sampai di Muka Air Tanah dan MAT
menaik
✔ Sebagian mengalir melalui pori horisontal menuju ke yang lebih rendah saat pori
jenuh (perkolasi)
✔ Sebagian mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan)

Air yang menguap, air yang tertahan di pohon dan lain-lain atau air yang tidak ikut
masuk ke sungai yang berasal dari hujan disebut air hilang seperti evaporasi, intersepsi,
transpirasi, dan infiltrasi.

Menghitung banyaknya air yang masuk sungai menjadi banjir yang berasal dari air
hujan.

Banjir di dalam sungai terjadi dari hujan, besarnya banjir bergantung pada :

1. Derasnya hujan
2. Lama hujan
3. Daerah tangkapan hujan
4. Kehilangan air

Banjir tebesar di sungai terjadi jika :

1. Hujan deras/ besar


2. Durasi hujan lama
3. DAS luas
4. Kehilangan air kecil
5. Hujan merata di seluruh DAS dengan intensitas hujan maksimum dan merata
(distribusi hujan merata)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 10


Batas DAS = punggung
kontur

Gambar 4 Daerah Tangkapan Hujan

Faktor lain yang mempengaruhi besarnya banjir :

✔ Sifat/ jenis penutup tanah (pohon2)


✔ Sifat daya serap permukaan tanah, beton dll
✔ Sifat/ jenis tanah, pasir dsb
✔ Kemiringan permukaan tanah

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 11


Sumber air yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan
dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya. Penggunaan air
tanah yang kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun
irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan harus dijaga agar
pengambilannya tetap berada di bawah debit aman.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 12


1. KETERSEDIAAN AIR

Ketersediaan air diperlukan untuk mengetahui seberapa besar ia dapat memenuhi


berbagai kebutuhan. Penentuan besar ketersediaan air mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Penentuan Lokasi Tampungan Air
Lokasi tampungan air ini adalah titik tempat berakumulasinya air hujan yang
jatuh di DPS ini yang kemudian mengalir dan tertampung di lokasi ini. Agar air
yang mengalir di sungai dapat dimanfaatkan maka pada lokasi ini dibuat
bangunan air yang berbentuk bendung atau bendungan.
b. Penentuan Daerah Pengaliran Sungai
DPS adalah suatu daerah dimana bila terjadi hujan, maka semua air hujan yang
turun di daerah tersebut akan mengalir dan tertampung pada suatu lokasi yang
ditentukan. Batas DPS merupakan kumpulan titik-titik tertinggi, biasanya
puncak/ punggung bukit dan gunung, kemudian dihubungkan satu sama lain
hingga membentuk garis batas (Gambar 4 - garis putus-putus). DPS ini harus
diukur luasnya.
c. Penentuan Stasiun Pengukuran Curah Hujan
Untuk menghitung air yang dapat ditampung di bendung, maka diperlukan data
curah hujan. Data tersebut diperoleh dari stasiun pengukuran curah hujan yang
ada di dalam atau sekitar DPS yang ditinjau. Data ini bisa didapatkan dari Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Data yang diambil adalah data curah hujan (baik curah hujan bulanan atau
harian) dan data klimatologi (misalnya temperatur rata-rata, kelembapan rata-
rata, penyinaran matahari, kecepatan angin dan lain-lain).
d. Perhitungan Curah Hujan Regional
Data curah hujan yang didapat dari stasiun pengukuran surah hujan bentuknya
masih data curah hujan untuk lokasi stasiun. Untuk mendapatkan data curah
hujan regional atau kawasan DPS yang ditinjau, maka harus dilakukan
pengolahan data dari data curah hujan per satuan menjadi data curah hujan
regional. Beberapa cara yang sering dipakai adalah sebagai berikut :
 Cara Rata–rata Aljabar
Metode ini adalah yang paling sederhana yaitu dengan merata–ratakan tinggi
curah hujan yang terukur dalam daerah yang ditinjau secara aritmatik.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 13


Keuntungan cara ini adalah lebih objektif jika dibandingkan dengan cara lain.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat
dengan cara lain jika dipakai pada:

- daerah datar;

- stasiun–stasiun penakarnya banyak dan tersebar merata, dan jika ;

- masing–masing data tidak bervariasi banyak dari nilai rata–ratanya.

Hujan rata–rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan:

RH = atau
1 n R1 + R 2 + R 3 + .......... .......... ... + R N
∑ Ri
n i =1
R=
N

Keterangan :

Ri = hujan pada masing–masing stasiun i (1,2,...., n dalam area yang ditinjau).

N = jumlah stasiun.

RH = rata–rata hujan.

 Cara Poligon Thiessen


Cara ini sering dipakai karena mengimbangi tidak meratanya distribusi alat ukur
dengan menyediakan suatu faktor pembobot (weighting factor) bagi masing–
masing stasiun. Cara Poligon Theiessen dapat dipakai pada daerah dataran atau
daerah pegunungan (dataran tinggi) dan stasiun pengamat hujan minimal ada
tiga, sehingga dapat membentuk segitiga.

Koordinat/lokasi stasiun diplot pada peta, kemudian hubungkan tiap titik yang
berdekatan dengan sebuah garis lurus sehingga membentuk segitiga. Garis–garis
bagi tegak lurus dari garis–garis penghubung ini membentuk poligon di sekitar
masing–masing stasiun. Sisi–sisi setiap poligon merupakan batas luas efektif
yang diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing–masing poligon
ditentukan dengan planimetri atau cara lain.

Hujan rata–rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 14


atau
n A1R1 + A2R 2 + A 3R 4 + .......... .......... ......... + ANR N
∑ Ri. Ai R=
A1 + A 2 + A3 + .......... .......... + AN
RH = i =1
n

∑ Ai
i =1

Keterangan :

Ri = hujan pada masing–masing stasiun 1,2 …… n.

Li = luas poligon masing–masing stasiun 1,2,……….,n.

N = jumlah stasiun yang ditinjau.

RH = rata–rata hujan.

Gambar 5 mendeskripsikan penentuan curah hujan representatif dengan cara


Poligon Thiessen.

R AA
ARGambar
R 5 Penentuan curah hujan representatif cara Poligon Thiessen.
1 312 3

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 15


 Cara Isohyet
Cara ini merupakan cara rasional yang terbaik dalam merata–ratakan hujan pada
suatu daerah, jika garis–garis digambar dengan akurat. Cara ini dapat dipakai
bila stasiun curah hujan cukup banyak dan tersebar merata pada daerah aliran
sungai.

Cara ini proses penggambaran peta isohyet (serupa dengan garis kontur pada
peta topografi) harus mempertimbangkan topografl, arah angin dan faktor di
daerah yang bersangkutan. Lokasi stasiun dan besar datanya diplot dalam peta,
kemudian digambar garis yang menghubungkan curah hujan yang sama
(prosesnya sama dengan penggambaran garis kontur pada peta topografi) dengan
perbedaan interval berkisar antara 10 sampai 20 mm. Luas bagian daerah antara
dua garis isohyet berdekatan yang termasuk bagian–bagian daerah itu kemudian
diukur dengan planimetri. Besamya rerata curah hujan dapat dihitung dengan
formulasi sebagai berikut :

atau
n A1R1 + A2R 2 + A 3R 4 + .......... .......... ......... + ANR N
∑ Ri. Ai R=
A1 + A 2 + A3 + .......... .......... + AN
RH = i =1
n

∑ Aii =1

Keterangan :

Ri = hujan pada masing–masing stasiun L1, L2 ……… Ln.

Li = luas bagian–bagian antara garis–garis isohyet.

n = jumlah bagian–bagian antara garis–garis isohyet.

RH = rata–rata hujan.

Cara ini akan menjadi lebih sulit jika titik–titik pengamatan hujan itu banyak dan
variasi curah hujan yang cukup besar pada daerah tersebut. Hal ini disebabkan
kemungkinan individual error si penggambar isohyet akan bertambah besar.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 16


a. Perhitungan Debit.
Untuk memperhitungkan debit atau volume air per bulan pada DPS tersebut
dapat dipergunakan pendekatan dengan rumus Rasional yang sederhana.
Sedangkan untuk lebih teliti dapat menggunakan model matematik yang lebih
akurat. Cara perhitungan dengan menggunakan rumus rasional adalah sebagai
berikut :
Q=C∙I∙A
Dalam hal ini :
Q = Debit (m3/dtk)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intensitas hujan (m/dtk)
A = Luas DPS total (km2)

Koefisien Pengaliran C bernilai tidak lebih dari 1.


Untuk DPS yang gundul C<<1, sekitar 0.6 – 0.7
Untuk DPS yang hijau C<1, sekitar 0.4 – 0.5

Intensitas curah hujan bulanan adalah I= curah hujan bulananjumlah hari


bulan ybs ∙ detik

Contoh Perhitungan Debit.


Diketahui data curah hujan bulanan rata-rata selama pengamatan n tahun. Luas
DPS = 200 Km2 dan Koefisien pengaliran rata-rata 0,7. Hitung Debit yang
tersedia di Sungai tersebut !
Tabel Curah Hujan

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 17


TAHUN
JAN PEB
1984 461 677
1985 740 313
1986 405 924
Q=C∙Rrata-rataJumlah hari sebulan x 24 jam x 60 mnt x 60 dtk∙A
Dari ini diperoleh debit tersedia tiap bulan.

1987 604 1019


Debit Andalan = debit yang dapat diandalkan untuk realibilitas tertentu. Untuk
Irigasi biasanya digunakan 80%, artinya kemungkinan 80% debit yang terjadi
adalah lebih besar atau sama dengan debit tersebut.

1988 416 519


Untuk itu data perlu diranking/ diurut dari nilai kecil ke besar dengan urutan m.
Maka R80 adalah data pada urutan m = n/5 + 1.

Tabel Curah Hujan 80% atau R80 (Debit Andalan untuk Irigasi)

1989 144 753


1990 542 392
1991 771 353
1992
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1

369 465
18
TAHUN
JAN PE
1 144 17
2 369 31
3 371 32
Q=C∙R80Jumlah hari sebulan x 24 jam x 60 mnt x 60 dtk∙A
Dari ini diperoleh debit andalan tiap bulan.

4 405 35
5 415 37
6 416 37
7 461 39
8 471 46
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 19
TUGAS BESAR
MATA KULIAH : PSDA

Direncanakan sebuah waduk di S. Ciletuh Ds. Caringinnunggal Kecamatan Ciracap


Kabupaten Sukabumi Jawa Barat untuk memenuhi kebutuhan antra lain :
a. Irigasi 350 Ha
b. Air minum penduduk/ domestik s.d. 30 tahun mendatang

Data-data yang tersedia :

1. Peta Topografi skala 1 : 25000


2. Peta Geologi skala 1 : 50.000
3. Data Curah Hujan harian dan bulanan 3 stasiun selama 10 tahun
4. Data kependudukan dan sosial lainnya.

Pada tahap awal anda diminta :

1) menganalisa neraca air


2) menghitung volume tampung dan luas genangan waduk
3) merencanakan bangunan utama (bendungan dan spillway)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 20


KEBUTUHAN AIR

Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan air dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Kebutuhan air minum atau untuk rumah tangga


2. Kebutuhan air irigasi
3. Kebutuhan air untuk pembangkit listrik (PLTA)
4. Kebutuhan air untuk kehidupan lainnya seperti hewan, satwa, tumbuhan, dan lain-
lain.

Besar dan Sifat Kebutuhan Air

a. Air Minum/ RT

Kebutuhan air minum ideal sebanyak 150 – 250 liter/orang/hari. Kebutuhan ini
diprioritaskan untuk hotel, rumah sakit. Tetapi karena prasarana/ fasilitas belum
memadai maka pemenuhan kebutuhan air minum dibuatkan penahapan sebagai berikut :

Tahap I  air minum 15-20 liter/orang/hari

Tahap II  air minum + masak 20 – 40 liter/orang/hari

Tahap III  air minum + masak 40 – 60 liter/orang/hari

Tahap … 50 – 250 liter/orang/hari

Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa telah memenuhi kebutuhan yang cukup
berlimpah ( 150 -250 liter/orang/hari), akan tetapi untuk negara-negara berkembang
seperti Indonesia masih jauh dari kebutuhan ideal.

Sifat Kebutuhan

Kebutuhan air rumah tangga relatif tidak berubah dalam musim penghujan maupun
kemarau.

Misal :

Penduduk Kota Bandung 4 x 106 orang (tetap)

Kebutuhan perorang perhari = 20 liter (tetap)

Total kebutuhan air = 4 x 106 x 20 liter/hari = 80 x 103 m3/hari

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 21


J80
10
K F M A tetapJ
M J A S
3
Oe N D
b
ut
u
h
a
n

m
3
/
h
ar
i

b. Air Irigasi

Besar kebutuhan air irigasi terutama sawah 1,2 – 1,5 liter/detik/ha.

Sifat kebutuhan

Kebutuhan air untuk irigasi tidak tetap. Pada musim hujan kebutuhan air irigasi
berkurang, sedangkan dimusim kemarau membutuhkan air cukup banyak.

Misal :

Sawah seluas 3000 ha

Kebutuhan 1,2 liter/detik/ha

Kebutuhan total = 3000 x 1,2 = 3600 liter./detik = 311 x 103 m3/hari

Jkebutuhan
10
31 F tetap
K tidak M A M J J A S
3
1e
puncak
O N D
b
ut
u
h
a
n

m
3
/
h
ar
i

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 22


Artinya sifat kebutuhan air irigasi tidak tetap sepanjang tahun, musim kemarau lebih
besar.

c. Air untuk Pembangkit Listrik

Sifat kebutuhan

Kebutuhan energi tidak terpengaruh oleh musim sehingga kebutuhan air relatif tetap.

Misal :

Debit pembangkit listrik = 10 m3/dtk,

Waduk Saguling membutuhkan debit sebesar 30 m3/dtk = 2590 x 103 m3/hari

Sebenarnya air untuk pembangkit listrik hanya meminjam saja sehingga massa air tetap
tetapi energinya mengecil.

Contoh :
3
10J2590
K F M A M J J A S
e
O N D tetap
b
ut
u
h
a
n

m
3
/
h
ar
i

Air dari Waduk Saguling masih dipakai di Cirata dan masih dipakai di Jatiluhur. Karena
dipakai untuk irigasi, debit air menjadi mengecil.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 23


d. Air untuk kehidupan lain.

Jkebutuhan
F
K tidak M
tetap A
puncak M J J A S O
Ne D
b
ut
u
h
a
n

m
3
/
h
ar
i

Kebutuhan air untuk hewan, satwa, tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan meningkat pada
musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan - karena air permukaan bisa
dida[pat di banyak tempat ; sawah, saluran-saluran dll,- maka kebutuhan air hewan,
satwa, lingkungan dan lain-lain berkurang.

Dalam membuat perencaaan kebutuhan air dalam memenuhi keempat golongan tadi
harus dijumlahkan dalam 1 tahun. Sifat dan besar kebutuhan air dapat diperkirakan
seperti pada grafik kebutuhan berikut.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 24


JKebu
Air
Air F PLTA
untuk
irigasi
Bulauntuk M AAir rumah
lainnya M J tangga
J A S O
Ntuha
n D
n
Air
kum
ulati
f

Grafik Kebutuhan Kumulatif

Jika kebutuhan air setiap bulannya diketahui maka kebutuhan kumulatif tahunan dapat
diproyeksikan sebagai berikut :

Misal :

Rata-rata kebutuhan bulanan (air minum + air irigasi + listrik + dll) = 5 x 10 6 m3/bln
atau = 60 x 106 m3/thn.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 25


6K x 10
1
Bula
60 26 3 4 5 6 7 8 9
n
me 3 11
10
0 12
b
5
ut
0u
4h
0a
n
3
Ai
0r
1
26
0
0
m
3
1
0
0

Karena siklus pengisian (kemarau – penghujan) berperiode tahunan, maka proyeksi


kebutuhan air diambil 1 tahun saja.

NERACA AIR

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 26


JBula
surpluF M= A
Kekurangan
Ai
K M J J A S
n
storage
sr
e
O N D
te
b
ut
rs
e
u
di
h
aa
n
Ai
r

Setelah dilakukan perhitungan dan diketahui jumlah air tersedia dan air yang
dibutuhkan, selanjutnya dianalisa jumlah perimbangan air tersebut melalui analisa
neraca air.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 27


RESERVOIR

Karena kebutuhan air mempunyai sifat berbalikan dengan air yang tersedia maka perlu
pengaturan. Bentuk pengaturan penggunaan air suatu bangunan air yang dapat
menampung air lebih pada saat air tersedia berlebihan dan mengalirkan kembali saat
kebutuhan membesar.


Reservoir
Q Q,
to S + ∆ S
t1

Bangunan air tersebut adalah DAM/ Bendungan atau Waduk atau Reservoir.

S = storage atau tampungan

1. VOLUME RESERVOIR

Volume reservoir bergantung pada kebutuhan air tahunan dan air yang tersedia.

Misal :

Kebutuhan Air :

PLTA = 90 x 106 m3/thn


Irigasi = 80 x 106 m3/thn
Minum = 20 x 106 m3/thn
Lain-lain = 30 x 106 m3/thn
Jumlah = 220 x 106 m3/thn

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 28


1
K222 kebutuhan
garis
Bula 3 4 5 air
6 7 8 9
n
(demand)
e
10011 12
b
ut
u
h
a
n
0
Ai
r
1
06
m
3

Cara menentukan volume reservoir dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni :

1) Algoritma Puncak Berturutan (Squent Peak Algorithma)


2) Kurva Massa (Mass Curve)

1. Algoritma puncak berturutan


Yaitu membuat kurva bulanan selisih antara kebutuhan air (demand) dengan air
tersedia (flow) minimum dibuat 5 tahun atau 5 x 12 bulan berturutan.
1
V
(Fl
1
2V2 V33 V4
o4 V5 5
w-
de
m
an
d)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 29


Dari grafik tersebut dapat ditentukan Volume Reservoir yakni beda antara
puncak dan lembah yang berurutan yang terbesar.
Jika dibuat 5 tahun, makan pada grafik terdapat alternatif volume V1, V2, V3, V4,
dan V5. (Volume reservoir = volume terbesar).
Diambil 5 tahun agar dalam 5 tahun tersebut terdapat tahun kering (hujan
minimum/ rendah).
Volume reservoir terbesar jatuh pada peralihan dari tahun basah ke tahun kering.
Misal : tahun kemarin hujan besar (diatas normal), tahun sekarang hujan di
bawah normal dilihat dari gambar flow-demand.

2. Kurva Masa
Massa air = volume
m=ρ .V ; ρ konstan, maka
m=V
kurva massa air = kurva volume
Cara ini adalah membuat kurva kumulatif massa air atau volume air terhadap
waktu (bulanan) minimum 5 tahun (5 x 12 bulan berurutan).

Tahun ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5


Jan 1 jml 1 1 . . .
Peb 2 jml 2 2 . . .
Mar 3 jml 3 3 . . .
Apr 4 4 . . .
Mei 5 5 .
Jun 6 . .
Jul 7 . .
Agu 8 . 8
Sep 9 . 9
Okt 10 . . 10

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 30


Nop 11 . . 11
Des 12 . . 12
X
Jumlah flow selama 5 tahun
(kumulatif)
Selanjutnya dibuatkan dalam bentuk grafik kurva massa sebagai berikut :

1
V10
grs.
Ku kebut.(diambil 2
Tahun
1
2
3
kurva 3
X/5)
masa
m4 0
atau
5
ul hasil hitungan
50
ati
f
Vo
lu
m
e
Ai
r

Volume reservoir adalah selisih antara kurva kebutuhan dengan kurva kumulatif
volume air. Dari grafik terdapat alternatif volume V1, V2, V3, V4, dan V5.
(Volume reservoir = volume terbesar).
Catatan : Biasanya terjadi pada tahun kering.

Contoh :

 Volume reservoir yang dibutuhkan dari air yang tersedia dan kebutuhan

Data volume air tersedia di DAS :

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 31


No. Bulan 1
1 Januari 3
2 Pebruari 2
Tersedia
M aret 3
3
4
1 A pril 300
52 M ei 200
63 Juni 384
74 Juli 86
85 A gustus50
96 Septem ber3
10 O ktober 2
7 5
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 32
PEMILIHAN LOKASI RESERVOIR

Lokasi reservoir dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

• Dari aspek karakteristik phisik reservoir


Karakteristik phisik reservoir adalah hubungan antara kapasitas simpanan (V)
dengan elevasi (h) dan luas areal yang terendam/ tergenangi (A).
Lokasi dipilih jika :
– Memberikan elevasi atau head tinggi
– Memberikan kapasitas simpanan besar
– Mengakibatkan luas terendam kecil

Kurva karakteristik phisik reservoir

KurvaElevasi VSLuas Genangan & Volume Tampungan


Volume Tampungan (x310
m3)

1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0


20

685 17.5

682.5 15

680 12.5

677.5 10

(m
i(m

g
in
T
a
v
sE
le

)
)

675 7.5

672.5 5

670 2.5

667.5 0
0 50 100 150 200 250 300 350
Luas Genangan 3 m2)
( x 10

Luas Genangan Volume

• Dari aspek geologi


Lokasi dipilih jika :
– Tidak terdapat patahan (falt), sesar
– Impermeable
– Tidak longsor
– Daya dukung tanah cukup memadai

• Dari aspek geometri sungai


Sebaiknya memeilih lokasi reservoir pada :
– Bagian sungai yang lurus
– Bagian sungai yang lebarnya sempit

Untuk membuat grafik karakteristik phisik calon reservoir, diperlukan peta topografi
(skala 1 : 5000 atau 1 : 10.000)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 33


• Methode Perhitungan Tampungan Air.
Methode tampungan air ini adalah cara untuk menjawab masalah tampungan air di
waduk, methode ini terbagi menjadi 3 group yaitu; empirical, experimental dan
analytical.

Pendekatan empiris adalah berdasarkan pada konsep perhitungan kurva masa dari air
yang tersedia yang akan dikumpulkan dalam waduk. Teori ini digunakan dalam
perencanaan yang telah diperkenalkan oleh Rippl (1883). Kurva masa adalah waktu
integral dari inflow (masukan air) yang berbentuk volume dalam kurun waktu tertentu.
Debit masukan adalah debit yang tersedia di sungai dimana akan dibangun waduk.

Volume Tampungan Waduk yang Tersedia.

Waduk yang berada di sungai berlembah mempunyai daya tampung air tersendiri yang
tergantung dari kondisi topografi daerah waduk tersebut .

Tampungan waduk berada di alam, biasanya ada dalam badan sungainya sendiri dan
mempunyai kom yang cukup besar volumenya bahkan areal genangannya juga bisa
besar, termasuk ketinggian yang tersedia di alam yang bisa dimanfaatkan untuk
tampungan air bisa cukup tinggi.

Makin besar areal genangan dan makin tinggi genangan yang bisa dimanfaatkan maka
makin besar kapasitas daya tampung waduk tersebut. Hubungan antara ketinggian, luas
genangan dan volume tampungan bisa didapat dari topografi hasil pengukuran lapangan
di daerah kom waduk tersebut.

Volume tampungan dihitung berdasarkan luas genangan rata-rata dikalikan beda tinggi
antara kedua level atau persamaan volume tampungan ialah :

Lg ( n ) +Lg ( n −1)
Vn = (El g (n) −El g ( n−1) )
2

dimana:

= Volume tampungan pada layer ke n


Vn

= Luas genangan pada level ke n


Lg ( n )

= Luas genangan pada level ke n-1


L g ( n−
1)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 34


= elevasi pada level ke n-1
El g ( n−1)

= elevasi pada level ke n


El g (n)

Luas komulatif volume waduk adalah:


n

∑V
n=
1
n

Atau Volume reservoar dihitung dengan dengan cara kerucut terpancung


(truncated cone), yaitu dengan memakai rumus :

1
V= × K × (L1 + L 2 + L1 × L 2 )
3

dimana :
V = Volume Tampungan

K = Beda Kontur

L1 = Luas genangan untuk elevasi 1

L2 = Luas genangan untuk elevasi 2

Dari perhitungan volume tampungan dan luas genangan kemudian dibuatkan grafik
lengkung kapasitas seperti gambar berikut.

Kurva Elevasi VS Luas Genangan & Volume Tampungan


Untuk Elevasi DAM + 190.00
Volume genangan (x 103 m3)
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
195 195

190 190

185 185

180 180
Elevasi (m)

Elevasi (m)

175 175

170 170

165 165

160 160
Luas Genangan
155 155
Volume
150 150
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0
Luas Genangan (x 103 m2)

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 35


Luas genangan waduk dalam level tertentu diambil dari data topografi hasil pengukuran
lapangan daerah waduk, termasuk penentuan elevasi setiap level perhitungan volume
kapasitas waduk.

 Contoh Volume reservoir (tampungan) dari topografi yang ada.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 36


KP. BARUJATI

CO
V ER
DA
M
CP.0
X = + 100.000,000
Y = + 100.000,000
Z = + 694,075 BE
ND
UN
GA
N
CO
V ER LAPANG BOLA
DA
M

EL
NN
TU
KANTOR DESA
PAKUTANDANG

PERUM BARUJATI

SDN

SMA 1 CIPARAY

KP. KADALEMAN

KP. KADALEMAN

KP. KADALEMAN

KP. BUNTRAK

Gambar Peta Topografi hasil Pengukuran (skala 1 : 5000)

Luas terendam (ditandai arsiran) diukur dengan alat ukur luas (planimeter),
KE PACET

Volume dihitung melalui potongan melintang dan memanjang.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 37

BANG. PENGURAS KP. BUNTRAK


PERHITUNGAN VOLUM

h = 17 m pada Elev. +
h Elev.
m m KurvaElevasi VSLuasGenangan&Volume Tampungan

0 667.5
VolumeTampungan (x 103 m3)

1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0


20

685 17.5

682.5 15

680 12.5

1 668
677.5 10
(m
i(m

g
in
T
a
v
sE
le

)
)

675 7.5

672.5 5

670 2.5

2 669
667.5 0
0 50 100 150 200 250 300 350
LuasGenangan ( x 103 m2)

LuasGenangan Volume

3 670
4 671
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 38

5 672
ANGKUTAN SEDIMEN OLEH ALIRAN

Setiap aliran sungai akan membawa sedimen berupa sedimen apung (suspended load)
dan sedimen dasar (bed load). Berat jenis sedimen sekitar 2.65 sehingga akan terjadi
pengendapan sedangkan suspended load dengan butiran sangat kecil menimnulkan
aliran yang bersifat turbulen, sehingga endapan suspended load ini akan terbawa aliran/
melayang-layang (suspended) kembali.

Jika aliran sampai di reservoir, kecepatan akan menurun secara drastis sehingga
sedimen akan mengendap yang didahului oleh sedimen berukuran besar yang
mengendap di mulut reservoir. Sedangkan sedimen ukuran halus akan mengendap
kemudian, di akhir reservoir atau dekat dam.

Sedimen sangat halus akan melayang-layang lebih lama, bahkan tidak mengalami
pengendapan atau terbawa air melalui pelimpah dam (spillway) atau melalui turbin.

Untuk sungai yang buangannya membawa sedimen akan terbentuk banyak delta di
dalam reservoir dan akan menurunkan kapasitas reservoir.

Sedimen apungan dapat diukur dengan pengambilan sample air. Sample air dikeringkan
sehingga yang tersisa tinggal sedimen apungan yang dinyatakan dengan ‘ppm’ (part per
million atau bagian persejuta), yaitu perbandingan antara berat kering sedimen dengan
air yang mengandung sedimen, kemudian dikalikan 106.

Misal : Sample air 1 liter mempunyai berat 1000,5 gram. Selanjutnya sedimen disaring
dan dipanaskan dalam oven dan ditimbang, misalnya didapat 0,5 gram. Jadi berat
sedimen adalah 0,5 gram, sedangkan berat air = 1000,5-0,5 = 1000 gram.

Kandungan sedimen apung (suspended load) adalah :


= (Berat sedimen/ Berat air) x 106
= 0,5/1000 x 106
= 500 ppm

mulut
tal
Sumbat
b
D otol masuknya
Arah arus air
gabus
i
menghadap ke arah
arus

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 39


Alat Pengambilan Sample Air

Saat botol sudah mencapai kedalaman tertentu (D) sumbat gabus dilepas, air masuk
botol. Selanjutnya air dilepas dan dimasukkan ke plastik, kemudian diberi catatan antara
lain :

– Kedalaman
– Nama sungai
– Lokasi pengambilan
– Tanggal dan jam

Suspended
Bed load
Partikel besar (pasir,
load
silt)
Partikel kecil

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 40


Endapan Suspended
Bed load
load

Gambar Mekanisme pengendapan sedimen

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 41


Didapat suspended load = 200 ppm
Debit aliran = 1 m3/dtk = 1000 liter
Berat suspended load = 200/106 x 103 gr/dtk = 0,2 gr/dtk
1 hari = 0,2 gram x 24 jam x 60 menit x 60 detik = 17280 gr/hari
1 bulan = 0,2 gram x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 30 hari = 518400 gr/bulan
1 tahun = 0,2 gram x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 365 hari = 6.22 x 106 gr/tahun

Alat ukur sedimen dasar (bed load) belum didapat cara yang akurat sehingga estimasi
besar sedimen load didasarkan atas prosentase terhadap sedimen apung (suspended
load).

Menurut pengalaman : besar bed load + 15% suspended load.

Total angkutan sedimen :

Sedimen apungan + sedimen dasar

Biasanya dinyatakan terhadap debit aliran :

Qs = total sedimen (ton/hari)


Q = debit aliran (m3/dtk)
Qs = k.Qn
n=2–3
k<1

Data pengukuran Qs dan Q

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 42


k Qs

Qs=k.Q
0.001
100 n
0.01
log.Qs
log.Q
Q 0.1 1 10
100
ton/hari
d
e10
bi
t
1
m
3
/
d
0.1
et
ik
0.01

0.001

n = ?, k = ?
log k = garis potong grafik thd
sb. Qs

Qs=k∙Qn
logQs=logk+nlogQ
tan n= ∆logQs∆logQ

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 43


Data Botol Sedimen

Qs
1 ft3/sec
10000
Qs=k.Q
Q n
10 100 1000 10000
100000
to 0
n/
ha
10000
ri

1000

100

10

n = ?, k = ?
dengan menggunakan aplikasi
excel akan didapat nilai tsb.
dalam bentuk persamaan

Sedimen akan diendapkan di reservoir sehingga kapasitas terus menurun dari tahun ke
tahun. Jika volume sedimen mencapai 90% kapasitas (volume reservoir) awal, maka
reservoir tidak berfungsi atau umur guna reservoir tercapai.

Salah satu upaya untuk menghambat laju pengendapan sedimen maka dibuatlah
sediment trap yaitu bangunan penangkap sedimen sebelum ke reservoir.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 44


Reservoi
Sediment
rtrap

UMUR GUNA RESERVOIR

Sedimen yang terbawa oleh aliran sungai akan sampai pada reservoir dan akhirnya
terendapkan karena kecepatan air di reservoir menjadi nol (berhenti). Endapan kasar

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 45


(kerikil dan pasir) akan terendapkan di hulu (tempat masuk) dan endapan halus akan
terendapkan di depan DAM.

Arus naikkasar
Endapan
halus

DAM

Karena adanya arus naik dalam reservoir akibat perbedaan suhu, kadang endapan pasir
dapat terbawa di depan bendungan/ DAM.

Endapan yang terjadi dari tahun ke tahun akan menumpuk di dalam reservoir dan akan
mengakibatkan berkurangnya kapasitas simpanan reservoir. Jika endapan berlangsung
terus hingga kapasitas tinggal 20% dari kapasitas awal, maka reservoir sudah tidak lagi
berfungsi atau umur guna reservoir telah tercapai.

Dengan berkurangnya kapasitas reservoir maka tidak seluruh sedimen diendapkan.


Bagian hanyut ikut aliran ke hilir atau melewati pintu pembuang atau intake turbin.

Sedimen yang terendapkan di dalam reservoir bergantung dari kapasitas inflow ratio,
yaitu perbandingan kapasitas reservoir terhadap debit rata-rata tahunan.

Capacity inflow ratio :

= Vo/Qo

dhi :
Vo = Capacity of Reservoir (kapasitas reservoir)
Qo = inflow annual (debit rata-rata tahunan)

Hubungan prosentasi sedimen terendapkan (sediment trapped) dengan capacity inflow


ratio diberikan oleh grafik berikut :

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 46


Capacity
Sedi
0,001 inflow
0,01 ratio V /Q0,1
100 rata-
Batas o o
1
men 10
rata
bawah
atas
80
t
trap60
ped
% 40
20

Untuk perencanaan dipakai batas rata-rata (kurva rata-rata).

Misal :

Saat to  Capacity of reservoir, Vo = 6. 106 m3

Debit tahunan (inflow annual), Qo = 60. 106 m3

Capacity inflow ratio = Vo/ Qo = 6. 106 m3 / 60. 106 m3 = 0,1

Didapat prosentase (%) sedimen terendapkan (dari grafik) = 87%

Artinya saat to, hanya 87% saja yang masuk ke reservoir mengendap.

Untuk t > to maka kapasitas reservoir turun dari Vo menjadi V<Vo, sedangkan Qo
tetap, maka capacity inflow ratio turun dan % sediment terendapkan juga mengecil.

Konsentrasi sedimen biasanya hanya berupa sedimen melayang (suspended load) yang
dinyatakan dalam part per million (ppm). Sedimen melayang berupa koloid, partikel
lempung, material organik.
Konsentrasi 200 ppm artinya 200 gram dalam 1 m3 air atau 0,2 gram dalam 1 liter air.
Sedangkan untuk endapan kasar (bed load) seperti kerikil, pasir, lanau besarnya lebih
kecil dari suspended load berkisar antara 5 hingga 25%-nya.

Sedimen yang mengendap di reservoir mempunyai berat volume (γ ) =1,1 – 1,2 ton/m3.
Sedimen melayang pada air sungai yang keruh kira-kira 400 – 600 ppm.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 47


Prosentase (%) sedimen terendapkan juga disebut efisiensi terendapkan atau trap
efficiency.

Grafik Hubungan Sediment trapped vs Capacity inflow ratio.

Contoh Perhitungan Umur Guna Reservoir.

Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 48


Suatu reservoir mempunyai kapasitas awal 30.000 acre-feet dan inflow annual 60.000
acre-feet. Sedimen inflow rata-rata tahunan 200.000 ton. Anggap berat volume sedimen
70 lb/ft3. Hitung umur guna reservoir jika kapasitas reservoir 80% terisi sedimen.

Konversi satuan :

acre ≈ 0,405 ha = 4.050 m2


feet ≈ 0,305 m
1 acre-feet ≈ 1235,25 m3
1 lb = 1 pound ≈ 0.45 kg
Kapasitas reservoir awal Vo = 30.000 acre-feet = 37,06 x 106 m3
Inflow tahunan Qo = 60.000 acre-feet = 74,11 x 106 m3
Berat volume endapan (γ ) = 70 lb/ft3 = 1110,225 kg/m3 atau = 1,11 t/m3

Dalam perhitungan dibuat tahapan penyusutan setiap 6000 acre-ft atau = 7,411 x 106 m3
(diambil setiap 6000 acre-ft yang merupakan pembagian dari Vo yaitu 30.000/5).
Selanjutnya perhitungan dilakukan secara tabelaris.

sedimen rata2 tahu


tahapan penyus
Buju Ajar - PSDA – Tahadjuddin ST.,Sp.1 49

Anda mungkin juga menyukai