Disusun Oleh :
NIM : 11180980000029
Hidayatullah Jakarta
2021
MANAJEMEN ANALISIS RESIKO GEOTEKNIK PERTAMBANGAN PADA
TAMBANG TERBUKA
Maka dari itu perusahaan wajib melakukan monitoring secara berkala untuk
melindung alat berat serta para pekerja tambang dari perusahaan tersebut bukan hanya
itu monitoring juga perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi dari perusahaan
itu sendiri. Dalam memonitoring lereng untuk dilakukannya analisa kembali diperlukan
peralatan yang diperlukan untuk mengambil data yang dibutuhkan untuk dianalisis
kembali.
Sistem monitoring lereng harus segera dibentuk sesegera mungkin selama
permulaan tahap penambangan dan dipertahankan selama masa operasi tambang
terbuka, dalam banyak kasus sistem pemantauan lereng mungkin diperlukan setelah
penutupan tambang.
Unsur program harus diarahkan pada tujuan dasar berikut:
1. Karakteristik massa batuan yang didapat dari analisis data geologi dan
geomekanik;
2. Menentukan perilaku deformasi dan mekanisme dari longsoran
3. Desain lereng dan perkuatan serta metode pemantauan kestabilan lereng.
Secara umum objek geoteknik yang mana terdapat strukutr geologi, pada
konidisi alami dari massa batuan dan perilaku yang akan mengontrol terjadinya
proses longsoran yang harus dipertimbangkan pada desain lereng. Maka dari itu hal
yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasi strukutur geologi untuk
mencapai hasil implementasi yang tepat pada permodelan dan perhitungan.
Mempertimbangkan pentingnya tahap ini, desain lereng pada tambang terbuka
harus berdasarkan metodologi terkontrol, bahwa setiap massa batuan digolongkan
berdasarkan keunikan struktur geologinya, oleh karena itu tidak ada standar yang
baku untuk mencapai solusi tepat dengan pasti. Metodologi ini dapat dibagi
menjadi beberapa fase;1) karakteristik massa batuan yang didapat dari analisis data
geologi dan geomekanik; 2) menentukan potensi dari dari mekanisme deformasi,
longsoran dan model dari longsoran tersebut; 3) desain lereng dan perkuatan serta
metode pemantauan kestabilan lereng. Fase ini dikembangkan oleh Cojean and
Feurisson [1].
a. Karakter Massa Batuan
Fase ini membutuhkan pengetahuan dari ilmu geologi, geomekanik
dan hidrogeologi untuk melakukan observasi dan pengukuran. Hal ini
menggunakan seluruh disiplin ilmu kebumian dan sains mekanika, terutama
disiplin ilmu geologi teknik, geoteknik, mekanika tanah dan
batuan, hidrogeologi dan hidrolika air tanah.
Hal ini juga menyediakan informasi dari keragaman dari paramater
massa batuan. Geologis juga mengidentifikasi strukutur geologi dari massa
batuan yang dapat digunakan unutk menentukan secara tepat hubungan
antara perbedaan material dari massa batuan dan mekanisme deformasi dan
longsoran.
Perhatian khusus harus diberikan pada bidang diskontinuitas yang
memotong massa batuan pada skala yang berbeda beda. Keragaman alami
dari geometri juga pada parameter dari bidang diskontinuitas membutuhkan
pengetahuan statistik untuk melakukan metode sampling yang
ketat. Termasuk beberapa tahap pengukuran lapangan dari bidang
diskontinuitas melalui survey yang sistematis pada singkapan, bidang
ekskavasi atau orientasi inti bor seperti klasifikasi dari orientasi set bidang
diskontinu menggunakan teknik projeksi stereograpis atau klasifikasi
otomatis seperti analisa statistic dari parameter geometri dari setiap set
bidang diskontinu menggunakan histogram dari parameter geometric dan
bidang diskontinu yang akan menghasilkan paramter seperti ; dip
direction, dip angle, kemenerusan, panjang bidang dan isian dari bidang
diskontinu.
b. Menentukan perilaku deformasi dan mekanisme dari longsoran
Analisis dari struktur geologi, parameter geoteknik dari material dan
juga analisis dari tekanan mekanis yang dihasilkan dari penggalian
penambangan akan membantu menggambarkan kondisi paling kritis dan
akan dapat diidentifikasi mekanisme longsoran dan perilaku deformasi
batuan.
Secara umum, penyederhanaan dari mekanisme kritis menggunakan
model homogen dan teknik yang secara umum dibutuhkan untuk
pemodelan dan kemudian dilkukan perhitungan secara numerik yang
memungkinkan untuk perhitungan resiko longsor. Setiap proses
penyederhanaan yang melekat pada setiap model numerik tidak dapat
dianggap remeh dan digunakan dengan pertimbangan. Pada setiap situasi
kita harus dapat memperkirakan perbedaan yang dihasilkan dari pemodelan
dan pada kenyataan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA