Anda di halaman 1dari 141

LAPORAN STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN PT.

JAYA
BARA MANDIRI DI KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR INDONESIA

Nama : Irza Azzahra PH

NIM : 11180980000007

Mata Kuliah : Praktikum Perencanaan Tambang

Dosen Pengampu : A. Fauzan Haryono, M.T

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak rahmat dan nikmat sehingga kami dapat menyusun Laporan Studi Kelayakan
Pertambangan PT. Jaya Bara Mandiri Di Kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai
Kartanegara Kalimantan Timur Indonesia.

Laporan Praktikum Perencanaan Tambang ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah pada program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum
perencanaan tambang ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan kerja praktik
ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.

Jakarta, 3 Desember 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang melimpah
ruah, baik itu berupa hasil hutan maupun hasil tambang yang berupa bijih, minyak bumi,
maupun mineral yang tersebar luas di daerah daerah yang ada di indonesia dan salah
satunya adalah batubara yang merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak
bumi Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat endapan batubara yang cukup potensial
untuk dikembangkan.

Namun dari itu kegiatan penambangan batubara melibatkan teknologi tinggi dan
modal yang cukup besar. Maka diperlukan kajian untuk menilai kelayakan operasi
penambangan baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun kondisi rona awal lingkungan.
Perlu disusun Studi Kelayakan Studi kelayakan selain berguna dalam mengambil
keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan masih banyak
fungsi lainnya.

Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam


melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol
keselamatan dan kesehatan kerja, dan kontrol pengendalian aspek lingkungan. Dalam
kegiatan usaha pertambangan kegiatan studi kelayakan dilakukan setelah kegiatan
eksplorasi. Kagiatan eksplorasi bertujuan untuk menemukan endapan atau bahan galian
tambang.

PT. JAYA BARA MANDIRI Perusahaan ini memiliki izin usaha pertambangan
(IUP) baru di kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai Kartanergara Kalimantan Timur
sejak Agustus 2021. IUP ini direncanakan akan mulai dilakukan penambangan pada
Desember 2021 dan direncanakan juga akan rampung pada tahun 2022. Oleh karena itu,
pada laporan ini dilakukan perencanaan dan estimasi sumberdaya guna dilakukannya
penambangan pada izin usaha pertambangan (IUP) pada lokasi ini.

1.2. Maksud dan Tujuan


a. Sebagai pertimbangan ilmiah dalam menilai kelayakan penambangan batubara dalam
kajian (teknis, ekonomis, dan ronal) .

3
b. Agar mendapatkan strategi penambangan yang efisien dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan kondisi lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis

1.3. Ruang Lingkup dan Metoda Studi


1.3.1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan studi kelayakan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Kondisi Geologi daerah IUP Eksplorasi PT. Jaya Bara
Mandiri meliputi geomorfologi, stratigrafi, geoteknik dan struktur.
2. Mengetahui Keadaan Endapan meliputi :
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
b. Sifat dan Kualitas Endapan
c. Cadangan
 Cara perhitungan cadangan
 Klasifikasi dan Jumlah cadangan (insitu, Miniable, Marketable,
Dilengkapi dengan perhitungan stripping ratio dan cut off
grade).
3. Menentukan Rencana Pertambangan yang meliputi :
 Sistem/Metode dan Tata Cara Pertambangan (dilengkapi bagan
alir)
 Tahapan kegiatan pertambangan termasuk penanganan tanah
penutup
 Rencana produksi (kuantitas, kualitas, cut off grade, stripping
ratio)
 Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
 Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang
 Rencana Penanganan / perlakuan bahan galian yang belum
terpasarkan (kualitas rendah, belum ekonomis masa sekarang)
 Rencana pemanfaatan bahan galian lain mineral ikutan
 Rencana penanganan / perlukan sisa cadangan pada pasca tambang
4. Menentukan rencana pengolahan, pemurnian atau pencucian yang meliputi
a. Studi/percobaan pengolahan
b. Tatacara pengolahan dan pemurnian
c. Peralatan pengolahan (jenis, jumlah dan kapasitas)

4
d. Hasil pengolahan dan rencana pemanfaatan mineral ikutan
e. Jenis, jumlah, kualitas hasil pengolahan dan tailing
5. Menentukan rencana pengangkutan dan penimbunan
 Tata cara
 Peralatan
6. Menentukan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
a. Lingkungan (mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan UPL)
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Menentukan Pemasaran
1. Bagan Organisasi
2. Prospek Pemasaran
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri
8. Menentukan Investasi dan Analisis Kelayakan

1.3.2. Kajian Teknis Aspek kajian teknis, meliputi:


1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan;
2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam
menentukan pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang
bawah tanah, atau campuran. Dalam perencanaan sistem penambangan
dilakukan juga kajian aspek teknis lainnya.

1.3.3. Kajian geoteknik dan hidrologi;


1. Kajian geoteknik dan hidrologi;
2. Kajian pemilihan jenis dan kapasitas alat produksi;
3. Proyeksi produksi tambang dan umur tambang;
4. Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja;
5. Tata letak sarana utama dan sarana penunjang;
6. Penyediaan infrastukturtambang, meliputi pembuatan kantor,
perumahan, jalan, dan lain-lain,

1.3.4. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

5
1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek
ketenagakerjaan, aturan K3, sistem perpajakan dan retribusi, aturan
administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain;
2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat,
meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan
masyarakat setempat.
3. Kajian pasar Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis
dari karakteristik pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap
kebutuhan pasar dan supply yang telah berjalan, maupun dari analisis
substitusi produk).
4. Kajian kelayakan ekonomis Adalah perhitungan tentang kelayakan
ekonomis, berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode
pendekatan. Secara umum, metode pendekatan dimaksud biasanya melalui
analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cos Ratio (BCR), Profitability
Index (PI), Internal Rate of Return (IRR).
5. Kajian Kondisi Rona Awal Lingkungan yang berbentuk AMDAL dan
UKL-UPL. Kajian lingkungan untuk industri pertambangan merupakan
kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas, ruang lingkup
kegiatan, maupun dari sisi operasional dan pengolahan bahan galian
merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak serius dari
segi aspek biotik aspek sosial ekonomi, sosial budaya ,aspek kesehatan
masyarakat.

1.4. Pelaksana Studi


Pelaksana Studi Kelayakan ini adalah Irza Azzahra Putri Hadi dengan Format Laporan
studi kelayakan ini mengacu pada “Kepmen ESDM 1806 K 30 MEM 2018” sebagai
tercantum pada lampiran XIIID. FORMAT LAPORAN AKHIR STUDI KELAYAKAN
UNTUK KOMODITAS BATUBARA.

1.5. Jadwal Waktu Studi


Waktu pelaksanaan studi kelayakan selama dua (dua) bulan yaitu sejak bulan Oktober –
Desember 2021.

6
BAB II

KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi dan Luas Wilayah IUP yang Dimohon


Lokasi IUP berada di Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Terletak
pada koordinat 117°13’48”BT, 0°36’00”. Dengan luas wilayah IUP yang dimohon
adalah sebesar 2442872 m2. Status legalitas yang dimiliki oleh daerah penelitian ini
adalah Izin Usaha Penambangan (IUP).

7
Gambar 2. 1 Peta Geologi PT. JAYA BARA MANDIRI

2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Daerah dapat diakses menggunakan perjalanan udara maupun darat. Pada perjalanan
udara memerlukan waktu 2 jam untuk sampai Pranoto International Airport dari
Soekarno Hatta International Airport, lalu dilanjutkan menggunakan perjalanan darat
dengan mobil selama 1 jam 30 menit. Ketersampaian daerah juga dapat diakses
menggunakan perjalanan darat dari Jakarta ke Sanga Sanga dengan satu kali transit untuk
menyebrang laut jawa menggunakan kapal ferry, perjalanan tersebut memerlukan waktu
54 jam.
2.3. Keadaan Lingkungan Daerah
2.3.1. Geografi
Kecamatan Sanga-Sanga merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara
geografis, Kecamatan Sanga-Sanga terletak antara 11701’ - 11717’ Bujur Timur
dan 0º35’– 0º45’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 233,40 km2.
Secara administrative, Kecamatan Sanga-Sanga berbatasan dengan :
Sebelah utara : Kecamatan Anggana
Sebelah timur : Kecamatan Anggana

8
Sebelah selatan : Kecamatan Muara Jawa
Sebelah barat : Kota Samarinda
Wilayah Kecamatan Sanga-Sanga terdiri dari lima kelurahan, diantaranya:
Kelurahan Jawa, Kelurahan Sanga-Sanga Dalam, Kelurahan Pendingin,
Kelurahan Sarijaya, dan Kelurahan Sanga-Sanga Muara. Ibukota kecamatan
terletak di Kelurahan Sanga-Sanga Dalam. Dari ke-5 kelurahan yang ada,
Kelurahan Sanga-Sanga Muara merupakan kelurahan yang letaknya paling jauh
dari ibukota kecamatan dengan jarak tempuh 10 kilometer, sedangkan Kelurahan
Jawa merupakan kelurahan yang letaknya paling dekat dari ibukota kecamatan
dengan jarak tempuh 3 kilometer.
2.3.2. Iklim
Berdasar letak geografisnya, Kecamatan Sanga-Sanga beriklim tropis basah
dengan rata-rata curah hujan per bulannya 129 mm dan rata-rata hari hujan
berkisar 16 hari per bulan di tahun 2017. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember yaitu sebanyak 211 mm dengan 26 harihujan selama sebulan,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sebanyak 45
mm dengan 8 hari hujan selama sebulan.
2.3.3. Penduduk
Penduduk Kecamatan Sanga-Sanga pada tahun 2017 tercatat sebanyak 18.749
orang yang terdiri dari 9.944 laki-laki (53,04%) dan 8.805 perempuan (46,96%)
yang tersebar di lima kelurahan. Data jumlah penduduk ini diperoleh dari
administrasi kependudukan yang ada pada kelurahan yang bersangkutan. Secara
umum pesebaran penduduk di Kecamatan Sanga-Sanga dapat dikatakan cukup
merata di setiap kelurahan, terkecuali di Kelurahan Sanga-Sanga Dalam yang
merupakan ibukota kecamatan. Kelurahan Sanga-Sanga Dalam merupakan
kelurahan yang paling banyak penduduknya dengan jumlah penduduk sebanyak
6.890 orang (36,75%) yang terdiri dari 3.884 laki-laki dan 3.006 perempuan.
Secara keseluruhan, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Sanga-Sanga
sekitar 80 orang per kilometer persegi atau 25 rumah tangga per kilometer
persegi. Kelurahan yang paling padat penduduknya adalah Kelurahan Sanga-
Sanga Dalam dengan kepadatan sekitar 124 orang per kilometer persegi atau 42
rumah tangga per kilometer persegi. Kelurahan yang paling jarang penduduknya,
yaitu Kelurahan Pendingin dengan kepadatan sekitar 55 orang per kilometer
persegi atau 15 rumah tangga per kilometer persegi. Perlu ditegaskan, bahwa

9
kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak belum tentu memiliki kepadatan
penduduk yang besar, demikian juga sebaliknya.
2.3.4. Mata Pencaharian
Ketersediaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah pendudukberusia
produktif, secara teoritis yaitu penduduk dengan kelompok umur 15 –64 tahun.
Pengertian Tenaga Kerja, Undang-Undang dan Jenis Perlindungan- Dalam pasal
1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yangmampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,guna menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendirimaupun masyarakat.
Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah
besarnyapendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang
umumnyadapat dilihat melalui jenis mata pencaharian atau pekerjaannya.
Denganmelihat tingkat pendapatan masyarakat akan dapat diukur
tingkatkesejahteraan masyarakat tersebut. Selanjutnya tingkat kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkatkesejahteraan
non ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melaluikondisi bangunan
rumah, perobatan rumah tangga, kondisi pendidikananggota keluarga dan lain
sebagainya.
Pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat dicirikan menjadi 2 kelompok
sumber pengahasilan, yaitu kelompok formal dan kelompok informal (nelayan,
pedagang dan lain sebagainya). Menghitung pendapatan masyarakat diperoleh
secara rutin/tetap setiap bulan dapat juga dilihat daritingkat pengeluaran.
Pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti nelayan,
jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan pendapatan
setiap bulan kelompok informal tidak tetap danbersifat musiman. Hasil usaha
mereka sering mengalami pasang surut,terkadang berhasil, terkadang mengalami
kegagalan karena pengaruh berbagai faktor, seperti cuaca yang buruk, harga ikan
yang tidak menentu, sepinya para konsumen dan lain-lain. Bagi penduduk daerah,
penelitian pada umumnya para nelayan ataupun pengusaha lainnya enggan untuk
memperhitungkan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran
proses kegiatan penangkapan ikan ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup
lainnya.

10
Komposisi masyarakat yang berkerja pada sektor perikanan diwilayah studi
berjumlah ± 80% dari data jenis pekerjaan yang tersedia di Kecamatan Sanga-
Sanga yang didominasi sektor perikanan tangkap. Berdasarkan datahasil survey
lapangan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di nelayan kurang lebih 80%,
sedangkan ± 10% penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang dan jasa.
Penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pegawai swasta
sebanyak ± 5% dari jumlah penduduk yang bekerja. Disektor perikanan
pendapatan masyarakat sangat tergantung dari jumlah tangkapan yang didapat,
fluktuasi harga perikanan tangkap, terutama parakonsumen. Data struktur
penduduk di wilayah menurut mata pencaharian utamadi wilayah studi adalah
nelayan, dagang dan jasa. Hal ini disebabkan masyarakat wilayah studi kegiatan
STS ini merupakan daerah pesisir sehingga sebagian besar bekerja sebagi
nelayan. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat pendapatan nelayan relatif
cukup beragam ataubahkan mengalami penurunan setiap tahunnya karena jumlah
tangkapan yang tidak menentu (turun).
2.3.5. Tata Guna Lahan
Pengamatan tata guna lahan dilakukan dengan menggunakan citra satelit dan
pengamatan langsung di lapangan. Berdasarkan pengamatan tata guna lahan dapat
dibedakan menjadi beberapa kawasan :
1. Kawasan Hutan
Kawasan ini yang berbukit-bukit, pada umumnya ditanami pohon pinus.
2. Kawasan Pertanian
Saat ini, tidak semua kelurahan di Kecamatan Sanga-Sanga mengusahakan
padi sawah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi padi
sawah di Kecamatan Sanga-Sanga mengalami peningkatan, yaitu dari 240 ton
menjadi 360 ton di tahun 2017 dengan luas panen sebesar 72 hektar, dimana
Kelurahan SangaSanga Muara merupakan kelurahan yang produksi padi
sawahnya paling besar, yaitu 295 ton dengan luas panen 59 hektar. Rata-rata
produktivitas padi sawah secara keseluruhan adalah 50 kwintal/hektar. Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam 1 hektar luas panen dapat menghasilkan padi
sawah rata-rata 50 kwintal. Sedangkan, padi ladang diusahakan di Kelurahan
Pendingin , Kelurahan Sanga-Sanga Muara dan Ke. Jawa. Total produksi
yang dihasilkan selama tahun 2017, yaitu 624 ton dengan luas panen 156
hektar, sehingga rata-rata produktivitasnya mencapai 40 kwintal/hektar.

11
3. Lahan Perkebunan
Perkebunan yang ada di Kecamatan Sanga-Sanga merupakan perkebunan
rakyat. Adapun tanaman perkebunan yang diusahakan, seperti kelapa, kelapa
sawit, karet, dan kopi. Produksi masing-masing tanaman tersebut, yaitu
kelapa sebesar 2,8 ton, kelapa sawit sebesar 306,1 ton, karet sebesar 0.25 ton,
dan kopi sebesar 0.5 ton.
4. Peternakan
Ternak yang diusahakan di Kecamatan Sanga-Sanga meliputi sapi potong dan
kambing. Pada tahun 2017, populasi ternak di Kecamatan Sanga-Sanga yaitu
376 ekor sapi potong dan 252 ekor kambing dan 17 Babi. Sedangkan unggas
yang diusahakan di Kecamatan Sanga-Sanga meliputi ayam kampung, ayam
potong, ayam petelur dan itik. Populasi unggas yang pada tahun 2017, yaitu
5.553 ayam kampung dan 2.076 ekor itik.
5. Perikanan
Kecamatan Sanga-Sanga ada beberapa daerah yang berada di bantaran sungai
dan ada juga yang berada di tepi laut, sehingga banyak rumahtangga yang
bermata pencaharian sebagai nelayan atau pencari ikan, dan adapula yang
memelihara ikan tawar di keramba atau kolam.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/tata-guna-lahan-daerah-candi-
gedongsongo-saat-ini-studi-mitigasi-bencana-geologi-pada-kawasan-candi-
gedong-songo-bagian-5/

BAB III

12
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1. Geologi Regional


3.1.1. Topografi dan Geomorfologi
Elevasi rata-rata Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu 0 – 250 mdpl, untuk
Kecamatan Tenggarong sendiri ketinggiannya yaitu 10 mdpl. Kondisi lahan di
Tenggarong cenderung lahan rawa di daerah dataran dekat tepian sungai dan
berbukit dengan persen lereng antara 8 – 15%.
3.1.2. Litologi dan Struktur Geologi
Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen
Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada
Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng
mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah baratlaut yang
menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai,
dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang (Ferguson dan
McClay, 1997).
Pada kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari
bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur
sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan (Tanean, drr,
1996). Selain itu juga terjadi susut laut yang berlangsung terus menerus
sampai Miosen Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian selatan,
barat dan utara cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang
dan Formasi Balikpapan.
Struktur utama di daerah kajian berupa antiklinorium yang berarah
utara-timur laut yang dicirikan oleh antiklin asimetris yang dipisahkan oleh
sinklin lebar yang berisi siliklastik berumur Miosen dimana jejak sumbunya
mencapai 20-50km sepanjang jurus berbentuk lurus hingga melengkung.
Struktur antiklinorium berubah secara gradual dari timur ke barat sedikit
hingga tanpa pengangkatan sampai pada lipatan kompleks/jalur sesar naik
dengan pengangkatan dan erosi di bagian barat (Ferguson dan McClay, 1997).
Sedimen Tersier yang diendapkan di Cekungan Kutai di bagian timur
sangat tebal dengan fasies pengendapan yang berbeda dan memperlihatkan
siklus genang-susut laut. Urutan transgresif ditemukan sepanjang daerah tepi

13
cekungan berupa lapisan klastik yang berbutir kasar, juga di pantai hingga
marin dangkal.
Pengendapan pada lingkungan laut terus berlangsung hingga Oligosen
dan menandakan perioda genang laut maksimum. Secara umum dijumpai
lapisan turbidit berselingan dengan serpih laut dalam, sedangkan batugamping
terumbu ditemukan secara lokal dalam Fm. Antan. Sedangkan urutan regresif
di Cekungan Kutai mencakup lapisan klastik delta hingga paralik yang banyak
mengandung lapisan-lapisan batubara dan lignit. Siklus delta yang berumur
Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur dan tenggara.
Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang
waktu diselingi oleh tahapan-tahapan genang laut secara lokal.
Pada Peta Geologi Lembar Balikpapan (Hidayat dan Umar, 1994),
endapan-endapan delta yang mengandung batubara tersebut dikenali sebagai
Fm. Tanjung, Fm. Kuaro, Fm. Warukin, Fm. Pulaubalang, Fm. Balikpapan
dan Fm. Kampungbaru. Formasi-formasi yang tersebar di daerah kajian berada
pada stratigrafi bagian atas dari Cekungan Kutai yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

Formasi Kampungbaru (Tpkb)


Batulempung pasiran, batupasir kuarsa, batulanau sisipan batubara,
napal, batugamping dan lignit. Ketebalannya 700-800 m, berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut
dangkal. Formasi ini terletak tidak selaras di atas Fm. Balikpapan.

Formasi Balikpapan (Tmbp)


Peselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih dengan sisipan
napal, batugamping dan batubara. Tebal formasi ± 800 m, berumur Miosen
Tengah Atas dan diendapkan dalam lingkungan litoral-laut dangkal. Formasi
menindih selaras di atas Formasi Pulaubalang.

Formasi Pulaubalang (Tmpb)


Peselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan
batubara. Tebal formasi ± 900 m, berumur Miosen Tengah dan diendapkan
dalam lingkungan sublitoral dangkal.

14
3.2. Geologi Lokal
3.2.1. Topografi dan Geomorfologi
3.2.2. Litologi
Material penyusun yang ada pada wilayah IUP PT. JAYA BARA MANDIRI
adalah Claystone, Mudstone, Batubara dan Sandstone. Lapisan pertama yaitu
disusun oleh batuan Sandstone dengan berat isi basah sebasar 23.5 Kn/m3,
kohesi peak 50.3 Kn/m2, kohesi residual 36.72 Kn/m2, sudut geser dalam peak
sebesar 22.87 , sudut geser dalam residual sebesar 19.44 , lapisan kedua yaitu
Mudstone dengan berat isi basah sebasar 20.5 Kn/m3, kohesi peak 41.2 Kn/m2,
kohesi residual 30.08 Kn/m2, sudut geser dalam peak sebesar 21.84 , sudut
geser dalam residual sebesar 18.56 , lapisan ketiga batubara dengan berat isi
basah sebasar 24.3 Kn/m3, kohesi peak 25 Kn/m2, kohesi residual 18.25
Kn/m2, sudut geser dalam peak sebesar 21.89 , sudut geser dalam residual
sebesar 18.61 dan lapisan terakhir yaitu Claystone dengan berat isi basah
sebasar 21.6 Kn/m3, kohesi peak 30.8 Kn/m2, kohesi residual 22.48 Kn/m2,
sudut geser dalam peak sebesar 18.7 , sudut geser dalam residual sebesar 15.9
. Kondisi peak digunakan untuk batuan lepas, atau keadaan batuan yang sudah
terganggu sehingga bukan dalam keadaan in situ, sedangkan kondisi peak
digunakan pada batuan in situ, batuan dalam keadaan asli.
3.2.3. Struktur Geologi
Struktur geologi pada daerah IUP diketahui dengan melakukan
pemboran, sehingga didapatkan hasil lithologi penyusun daerah IUP tersebut.
Dilakukan pengambilan data menggunakan 5 lubang bor dan dihasilkan data
bor dari setiap lubang bor memiliki geometri dan spesifikasi yang berbeda.
Data Collar terdiri dari Hole ID, Koordinat XYZ dan Depth dimana data
tersebut mencerminkan letak lubang bor dan kedalaman lubang bornya, Data
Survey berisikan Hole ID, Depth, Dip dan Azimuth dimana data ini yang
mencerminkan geometri dari setiap lubang bor. Sedangkan pada data Geologi
terdapat Hole ID, Depth From, Depth To dan Lithology dimana data ini
mencerminkan isi atau data yang dihasilkan dari kegiatan pemboran tersebut
yang dimana nantinya akan digunakan untuk mengestimasi sumberdaya pada
daerah tersebut.

15
Tabel 3. 1 Data Geologi

Data geologi ini mencerminkan lapisan lithologi dari lubang bor, dimana dapat
diketahui tebal perlapisan dari setiap lithologi nya. Pada kolom ke-empat
adalah code untuk setiap batuannya, SS untuk Sandstone, MS untuk Mudstone,
BB untuk Batubara dan CS untuk Claystone.

Tabel 3. 2 Data Collar

16
Data Collar mencerminkan kedalaman maksimal dari setiap lubang bornya,
untuk letak setiap lubang bor diketahui dari koordinat XYZ yang terdapat pada
kolom 2,3, dan 4.

Tabel 3. 3 Data Survey

Data Survey ini mencerminkan bentuk lubang bor pada saat dilakukan
pengeboran, dapat diketahui melalui table tersebut bahwa lubang bor memiliki
dip -90 yang artinya adalah lubang bor lurus 90 ke arah bawah, dengan sudut
azimuth 0.

3.2.4. Bentuk dan Penyebaran Endapan


Penyebaran endapan batubara ini ditinjau dari sudut geologi sangat erat
hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur Tersier yang
terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan Indonesia. Di pulau Kalimantan
3.2.5. Sifat dan Kualitas Endapan

BAB IV

ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

17
4.1. Estimasi Sumber Daya
4.1.1. Metoda
Perhitungan sumberdaya batubara sangat penting karena dari kegiatan
tersebut akan di dapatkan taksiran kuantitas (tonase), dalam proses
perhitungan nya hal yang harus di perhatikan yaitu perhitungan luas, estimasi
luas sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari kuantiti cadangan batubara,
luas yang tidak beraturan akan menyebabkan sulit nya melakukan estimasi.
Didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang
diperkuat dengan data-data pendukung, Estimasi sumberdaya Batubara dengan
metode Circular USGS mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan,
mudah dikomunasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan
mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Metode
perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan
sumberdaya batubara. Aturan dalam perhitungan dengan metode Circular
USGS disesuaikan dari jenis sumberdaya yang digunakan.
Pendekatan yang dilakukan untuk menghitung sumberdaya batubara
adalah dengan menentukan jarak luasan sumberdaya batubara dari titik
pengamatan berdasarkan kondisi geologi dari daerah yang diamati. Data-data
yang diperlukan adalah koordinat Izin Usaha Pertambangan (IUP), data
Cropline dan pemboran eksplorasi berupa data koordinat titik pemboran,
ketebalan, kedalaman dan litologi. Data titik bor yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 5 titik bor dengan rata-rata kedalaman 63 m. Estimasi
sumberdaya pada penelitian ini mengestimasi untuk sumberdaya tereka,
terunjuk dan terukur. Sumberdaya batubara batubara bukanlah hanya
merupakan ringkasan atas semua batubara yang telah dibor ataupun diambil
sampelnya, terlepas dari kualitas, ukuran, lokasi atau kemenerusannya.
Suumberdaya batubara merupakan suatu estimasi yang representative,
berdasarkan atas asumsi teknis, ekonomis dan kondisi pengembangan yang
wajar dan lebih mungkin untuk dapat ditambang secara ekonomis (SNI 5015 :
2011).
Perhitungan manual estimasi sumberdaya dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :

18
Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)

4.1.2. Parameter Estimasi


Parameter estimasi didapatkan dari hasil pengeboran, tujuan dari
kegiatan pengeboran adalah untuk mengetahui besar cadangan dan kualitas
batubara, selain itu untuk mengetahui data-data fisik batubara, ketebalan,
susunan, lapisan batubara sekitar (stratigrafi), kemiringan dan arah jurus serta
kedalaman batubara. Selain untuk memperoleh inti bor (sample), juga
bertujuan untuk memperoleh susunan stratigrafi batuan yang lengkap sehingga
dapat diketahui kemungkinan adanya beberapa lapisan batubara pada daerah
tersebut.
Dari data pengeboran daerah penelitian diketahui kemiringan batubara,
serta ketebalan seam batubara. Selanjutnya dari data bor dapat diketahui jenis
serta arah penyebaran batubara di daerah penelitian. Data roof dan floor
batubara juga di dapat dari hasil pengeboran daerah penyelidikan. Data roof
dan floor merupakan bagian penting yang harus diketahui dalam perhitungan
cadangan kali ini dalam penentuan kemiringan batubara serta ketebalan seam.
Data bor yang didapat pada tahap eksplorasi ini digunakan untuk
menghitung besarnya cadangan. Dari hasil pengeboran ini digunakan pula
untuk keperluan perolehan kualitas apakah batubaranya mempunyai kualitas
baik atau mempunyai kandungan abu yang banyak pada daerah penelitian.

Parameter-parameter pada estimasi sumberdaya daerah ini, sebagai


berikut:
a. Permukaan Teratas/Top Surface: Topo Original
b. Ketebalan Minimum Batubara: 8.6 meter
c. Ketebalan Maksimum Batubara: 10.3 meter

19
d. Strike/Dip Batubara: N215°E/38
e. Jumlah Lubang Bor: 5 Lubang
f. Kedalaman minimum lubang: 78.2 meter
g. Kedalaman Maksimum lubang: 90.2 meter

Dalam hal ini, parameter utama yang digunakan dalam estimasi


sumberdaya endapan bahan galian di lokasi IUP Eksplorasi PT. Jaya Bara
Mandiri adalah hasil dari pemodelan geologi dalam bentuk tiga dimensi,
dimana endapan bahan galian dibentuk kedalam blok-blok berukuran kecil
yang memiliki nilai atau atribut data berupa nilai resistivitas batuan,
khususnya yang diduga sebagai unit litologi Sandstone dan Mudstone sebagai
endapan bahan galian utama yang akan ditambang nantinya.

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan khususnya pada tahap


pemodelan geologi endapan dengan input data yaitu collar, survey, dan
geology, berikut merupakan gambaran secara lateral dan vertikal kearah
dalam potensi penyebaran Sandstone san Mudstone di lokasi IUP Eksplorasi
PT. Jaya Bara Mandiri yang dibuat kedalam bentuk blok-blok kecil berukuran
1m x 1m x 1m.

4.1.3. Pemodelan
Pemodelan sumberdaya yang digunakan mempunyai batas koordinat
kea rah utara 9929832N – 9931738N, kea rah timur 525339E – 527403E, dan
ketinggian -500 – 120. Peubah (variable) yang diperlukan untuk pemodelan
ini yaitu topografi daerah penelitian, informasi geologi, kadar mineral, jenis
batuan, massa jenis, presentase blok sebagai bagian bijih, tonase setiap blok,
jumlah minum komposit.
Model blok adalah model computer yang membagi cebakan bijih
menjadi blok-blok yang seragam. Permodelan dan penaksiran sumberdaya
mineral secara computer didasarkan pada kerangka model blok. Model
berbentuk balok dengan dimensi 1x1x1m.

20
Gambar 4. 1 Blok Model

Gambar 4. 2 Blokmodel Batubara

4.1.4. Jumlah dan Klasifikasi Cadangan


Pada saat sekarang ini banyak system klasifikasi sumberdaya dan cadangan
yang dipakai di berbagai negara antara lain Amerika Serikat : USGS/USBM

21
(1980), PBB : UNFC (1997), Australia : AGSO (2000). Sistem klasifikasi lain
yaitu SME, CIM, JORC, SAMREC, IMM dan lain-lain (Darmadji,2002).

Gambar 4. 3 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan menurut KCMI (2011).

Di Amerika Serikat cadangan mineral menurut SEC (Securities and Exchange


Commision) diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Cadangan terbukti (proven reserve) yaitu


1. Jumlah dihitung dari data singkapan, sumur uji atau lubang bor. Kadar
dihitung dari hasil pengambilan contoh secara detail
2. Lokasi pengamatan, pengambilan contoh, dan pengukuran cukup dekat.
Sifat-sifat geologi diketahui dengan baik sehingga ukuran, bentuk,
kedalaman, dan kadar mineral dapat ditentukan dengan tingkat
kepastian yang tinggi.
b. Cadangan Terkira (probable reserve)
1. Jumlah dan kadar dihitung berdasarkan data yang mirip dengan data
pada cadangan terbukti, tetapi jaraak antar lokasi pengambilan contoh
lebih jauh
2. Tingkat kepercayaan cadangan ini termasuk rendah tetapi masih dapat
digunakan untuk mengambil kesimpulan bahwa ada kesinambungan
antara titik-titik pengamatan.

SEC mengizinkan penggabungan klasifikasi cadangan terbukti dan terkira


dalam tabulasi dan pelaporan, namun tidak mengakui klasifikasi
sumberdaya. Klasifikasi sumberdaya menurut USGS adalah :

22
1. Sumberdaya terukur (measured resources).
2. Sumberdaya terunjuk (indicated resource).

Berdasarkan pertimbangan ekonomi, metode penambangan, pengolahan


dan lain-lain, sumberdaya terukur dapat ditingkatkan menjadi cadangan
terbukti. Sedangkan sumberdaya terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
terkira.

System klasifikasi baku digunakan untuk menyeragamkan pengertian


tentang sumberdaya dan cadangan minerba (mineral dan batubara)
sehingga dapat dipakai untuk inventarisasi yang luas dan perencanaan
jangka Panjang. Klasifikasi sumberdaya dan cadangan minerba didasarkan
pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan.

Pengelompokan ini mempunyai 2 aspek penting yaitu aspek geologi dan


aspek ekonomi :

1. Aspek geologi
Berdasarkan tangkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan lebih besar dibandingkan dengan
sumberdaya terunjuk. Sedangkan sumberdaya terunjuk harus memiliki
tingkat keyakinan lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya
tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila memenuhi kriteria kelayakan.

Tabel 4. 1 Jarak Informasi menurut Kondisi Geologi

2. Aspek Ekonomi
Ketebalan minimum lapisan batubara yang dapat ditambang dan
ketebalan lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat
ditambang yang menyebabkan kualitas batubara menurun karena
kandungan abu meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait

23
dengan aspek ekonomi sehingga perlu diperhatikan dalam
penggolongan sumberdaya batubara.

Tabel 4. 2 Persyaratan Kualitatif Tebal Lapisan Batubara dan Lapisan


Pengotor

Perhitungan manual estimasi sumberdaya dilakukan dengan rumus sebagai


berikut:

Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)

 Tebal Semu Batubara :


DHE-1 = Depth To – Depth From
= 53.6m – 44.4m
= 9.2 m
DHE-2 = Depth To – Depth From
= 52.1m – 42.3m
= 9.8 m
DHE-3 = Depth To – Depth From
= 58.2m – 49.3m
= 8.9 m
DHE-4 = Depth To – Depth From

24
= 65.2m – 54.9m
= 10.3 m
DHE-5 = Depth To – Depth From
= 48.2m – 39.6m
= 8.6 m

 Tebal Asli

DHE-1 = Tebal Semu x Cos Dip


= 9.2m x 0.78
= 7.176 m
DHE-2 = Tebal Semu x Cos Dip
= 9.8m x 0.78
= 7.644 m
DHE-3 = Tebal Semu x Cos Dip
= 8.9 m x 0.78
= 6.94 m
DHE-4 = Tebal Semu x Cos Dip
= 10.3 m x 0.78
= 8.034 m
DHE-5 = Tebal Semu x Cos Dip
= 8.6 m x 0.78
= 6.7 m

 Tebal Rata-rata
Tebal Rata-rata = Total Tebal Asli / 5
= (7.176 + 7.644 + 6.94 + 8.034 + 6.7) / 5
= 7.3 m

 Luas Terkoreksi
Tereka = Luas / Cos 38
= 1699679.091 / 0.78
= 2124599 m2

25
Terunjuk = Luas / Cos 38
= 790950.327 / 0.78
= 988688 m2

Terukur = Luas / Cos 38


= 400436.981/ 0.78
= 500546 m2

 Volume
Tereka = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 2124599 x 7.3
= 15509572.7 m3
Terunjuk = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 988688 x 7.3
= 7217422.4 m3
Terukur = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 500546 x 7.3
= 3653985.8 m3

 Tonase
Tereka = Volume x Densitas
= 15509572.7 x 1.3 ton/m3
= 20162444.51 ton
Terunjuk = Volume x Densitas
= 7217422.4 x 1.3 ton/m3
= 9382649.12 ton
Terukur = Volume x Densitas
= 3653985.8 x 1.3 ton/m3
= 4750181.54 ton

26
Tabel 4. 3 Estimasi Sumberdaya Batubara
Tebal Dip Densitas Luas Terkoreksi
m ° ton/m3 Tereka Terunjuk Terukur
7.3 2,124,599 500,546
38 1.3 988,688

Volume Tonnase
Tereka Terunjuk Terukur Tereka Terunjuk Terukur

15509572.7 7217422.4 3653985.8 20162444.51 9382649.12 4750181.54

4.1.5. Pernyataan Competent Person

4.2. Estimasi Cadangan


4.2.1. Metode
Dari hasil perhitungan sumberdaya endapan bahan galian di lokasi IUP
Eksplorasi PT. Jaya Bara Mandiri, selanjutnya dilakukan perhitungan dalam
mengetahui jumlah atau cadangan bahan galian yang merupakan bagian dari
sumberdaya mineral terukur dan atau tertunjuk yang dapat ditambang secara
ekonomis, termasuk tambahan material dilusi ataupun material hilang yang
kemungkinan terjadi ketika material tersebut ditambang (SNI 4726:2011).
Dengan acuan terhadap hasil pemodelan geologi atau pemodelan litologi batuan
secara tiga dimensi yang didapatkan dari hasil korelasi data pemetaan geologi
permukaan dan interpretasi data geolistrik. Metode perhitungan cadangan
dilakukan dengan menggunakan metode blok, dimana endapan bahan galian
yang sebelumnya telah dimodelkan kedalam bentuk tiga dimensi dibuat
kedalam bentuk blok-blok berukuran kecil (satuan m3) untuk kemudian dihitung
total volume dari keseluruhan blok yang terbentuk.
4.2.2. Parameter Estimasi
Beberapa parameter estimasi cadangan yang digunakan mengacu kepada SNI
4726:2011 tentang Pedoman Pelaporan Sumberdaya dan Cadangan Mineral.

27
Dimana beberapa parameter (modifying factors) yang harus dipertimbangkan
sampai dapat dikatakan bahan galian tersebut sebagai cadangan dan layak untuk
ditambang adalah sebagai berikut :
- Faktor Penambangan,
- Pengolahan/Pemurnian,
- Ekonomi,
- Pemasaran,
- Hukum,
- Lingkungan,
- Sosial, dan
- Peraturan Pemerinta
4.2.3. Klasifikasi Cadangan
Dalam menentukan klasifikasi cadangan endapan bahan galian di lokasi IUP
Eksplorasi PT. Sinar Sugih Mukti, digunakan acuan kepada hubungan antara
hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan berdasarkan SNI 4726:2011, dapat
dilihat pada Gambar 4.3.

28
BAB V

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1. Geotektik
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan di lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi PT. Jaya Bara Mandiri berupa analisis kestabilan lereng serta analisis
kemampugalian. Analisis kemantapan lereng meliputi analisis kestabilan lereng tunggal
(individual / single slope), lereng keseluruhan (overall slope) serta lereng timbunan.
Sedangkan analisis kemampugalian dilakukan untuk mengetahui karakteristik material
dalam kaitannya dengan aktivitas penggalian.
5.1.1. Akuisisi data
5.1.1.1. Jenis
Jenis sampel yang digunakan berupa bongkah yang diambil
dari batuan induknya yang menggambarkan secara umum
kondisi batuan pada lokasi penyelidikan, Sampel batuan
tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diuji secara
fisik dan mekanik. Adapun hasil dari uji batuan tersebut adalah:

Gambar 4. 4 Parameter Analisis Geoteknik

29
Sifat Fisik Sandstone Mudstone Batubara Claystone
ɣ sa t (Kn/m 3) = 23.5 20.5 24.3 21.6
2
coh pea k (Kn/m )= 50.3 41.2 25 30.8
(°)
phi pea k. = 22.87 21.84 21.89 18.7
2
coh res (Kn/m ) = 36.72 30.08 18.25 22.48
phi res. (°) = 19.44 18.56 18.61 15.90

5.1.1.2. Jumlah
5.1.1.3. Sebaran Data
5.1.2. Analisis Geoteknik
5.1.2.1. Kemampugalian dan Kemampugaruan
Dalam suatu kegiatan penambangan selalu dijumpai kegiatan
penggalian. Sebelum penggalian dilakukan maka dilakukan
pembongkaran massa batuan. Penggalian bisa dilakukan secara
langsung tanpa pembongkaran apabila material bersifat lunak
atau soft, metode penggalian ini biasa disebut
directdigging.Namun apabila material bersifat keras maka perlu
pembongkaran terlebih dahulu sebelumdilakukan
penggalian.Pembongkaran bisa dilakukan dengan pengalian
langsung menggunakan alat mekanis maupun peledakan
(blasting). Penggalian maupun peledakan tidak dilakukan serta
merta begitu saja saat menjumpai material keras. Namun perlu
ada analisis lebih lanjut untuk menentukan metode
pembongkaran yang sesuai dengan sifat-sifat batuan maupun
kondisi lapangan. Pada umumnya penggalian dipengaruhi oleh
3 (tiga) kondisi sebagai berikut:
Kondisi I: Bila tanah biasa (normal), bisa langsung dilakukan
penumpukan stock atau langsung dimuat (loading). Kondisi II:
Bila kondisi tanah keras harus dilakukan penggalian
menggunakan alat mekanis terlebih dahulu, kemudian
dilakukan stock pilling dan pemuatan (loading). Kondisi III:
Bila tanah terlalu keras dimana pekerjaan ripping tidak
ekonomis (tidak mampu) maka harus dilakukan peledakan
(blasting) guna memecah belahkan material terlebih dahulu
sebelum dilakukan stock pilling kemudian dilakukan pemuatan
(loading).

30
Para peneliti terdahulu telah menemukan banyak faktor yang
mempengaruhi kemampugalian batuan seperti perilaku massa
batuan, kekuatan massa batuan, ukuran dan kekuatan dari
mesin yang digunakan dan faktor ekonomi. Ada peneliti yang
menemukan bahwa yang termasuk dalam sifat massa batuan
meliputi jenis batuan, kekuatan, derajat alterasi, struktur,
abrasif, kadar air dan kecepatan gelombang seismik. Peneliti
lain menyebutkan bahwa kemapugalian dipengaruhi oleh
kekuatan dari batuan utuh dan perilaku kekar pada massa
batuan. Dalam perkiraan kemampugalian, parameter batuan
harus dimasukan dan diuji untuk memperkirakan perilaku
batuan tersebut. Dalam mekanika batuan sendiri, penentuan
sifat fisik dan mekanik batuan merupakan inti dalam perkiraan
perilaku massa batuan[3] . Pemilihan alat gali yang sesuai tidak
lepas dari studi lapangan dan uji laboratorium mengenai sifat-
sifat material, terutama kekuatan batuan. Di lapangan selalu
dijumpai material dengan ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada
material yang sangat mudah digali, mudah digali, sulit digali,
sangat sulit digali atau bahkan tidak dapat digali.
Kemampugalian merupakan suatu ukuran apakah material
dapat digali, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kemudahan penggalian. Kemampugalian didasarkan
pada sifat-sifat material dan kondisi geologi, seperti kekerasan,
kecepatan seismik, struktur, pelapukan dan air tanah, yang
diperoleh dari studi lapangan dan uji laboratorium[4] .
Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang
melibatkan parameter mesin penggaru dan sifatsifat fisik,
mekanik dan dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi
Kemampugaruan (rippability chart). Tabel 1 adalah klasifikasi
penggaruan yang sudah sering dipakai oleh para kontraktor
penggalian dan kriterianya didasarkan pada pembobotan total
dari parameter pembentuknya bersamaan dengan daya
bulldozer yang diperlukan. Parameter yang dipakai dalam
klasifikasi ini adalah kecepatan seismik, kekerasan batuan,

31
tingkat pelapukan, jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak
pemisahan kekar dan orientasi kekar terhadap penggalian.
Penggalian langsung dapat dilakukan apabila nilai RMR ≤ 30,
penggaruan dilakukan apabila nilai RMR >30 dan ≤ 60 dan
apabila nilai RMR >60 maka massa batuan harus diledakkan.

Gambar 4. 5 Klasifikasi Massa Batuan untuk Penggaruan

5.1.2.2. Kestabilan Lereng


Pada kajian geotek ini menggunakan asumsi material jenuh
karena mengasumsikan yang terburuk, dan juga menggunakan
seismic load sebesar 0.05 - 0.1 sesuai dengan peta zonasi
kegempaan yang diatur SNI 1726 : 2012, geometri lereng high
wall menggunakan ketinggian lereng 10 meter, lebar berm 5
meter dan sudut lereng 60 derajat dan didapatkan factor
keamanan 1.287 pada lereng statis sedangkan pada lereng
dinamis didapatkan FK 1.272, faktor keamanan pada low wall
dengan material claystone didapatkan factor keamanan 1.255
dengan tinggi lereng 10 m, lebar bench 5 m dan sudut

32
kemiringan lereng 38 derajat. Nilai Faktor keamanan pada
lereng dengan ramp yaitu 1.265 pada lereng statis sedangkan
1.266 pada lereng dinamis. Longsoran yang diasumsikan pada
kajian ini adalah longsoran bidang karena material lapisan
lereng adalah batuan sedimen yang memiliki satu bidang
diskontinuitas dan longsoran searah dengan arah kemiringan
lereng. Pada lereng disposal didapatkan nilai FK 1.258 dengan
tinggi lereng 3 meter, lebar 6 meter dan sudut kemiringan
lereng 26 derajat. Dimana geometri lereng dibuat sesuai dengan
ketentuan KEPMEN 1827 yaitu perbandingan antara vertical
dan horizontal adalah 1:2.
5.1.3. Rekomendasi Geoteknik
1. Rekomendasi Lereng Disposal

Gambar diatas adalah gambar lereng disposal, dengan material


overburden, diasumsikan longsoran circular karena material overburden adalah
material loose, sehingga memiliki banyak bidang lemah. Disimulasikan lereng
jenuh dan dengan beban gempa 0.01. Geometri lereng yang direkomendasikan
adalah sesuai dengan ketentuan KEPMEN 1827 dimana perbandingan antara
vertical dan horizontal adalah 1:2, yaitu dengan ketinggian 3 meter dan lebar
bench 6 meter sehingga mendapatkan sudut kemiringan lereng tidak boleh

33
lebih dari 27 derajat. Dari geometri lereng tersebut didapatkan nilai FK sebesar
1.258.
2. Rekomendasi Lereng Highwall Statis

Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall statis, dengan


material penyusun lereng adalah sandstone, mudstone, batubara dan claystone,
kemiringan lapisan 38 derajat. Lereng tersebut diasumsikan dengan longsoran
bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu dengan bidang
diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan longsoran yang akan
terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga disimulasikan sebagai
lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa tersebut diambil sesuai
peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726. Geometri lereng yang
direkomendasikan adalah dengan ketinggian 10 meter, lebar bench 5 meter,
single slope 60 derajat dan overall slope 44 derajat. Dari geometri tersebut
dihasilkan nilai FK 1.27

3. Rekomendasi Lereng Dinamis


34
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall dinamis, dengan
material penyusun lereng adalah sandstone, mudstone, batubara dan claystone,
kemiringan lapisan 38 derajat. Lereng tersebut diasumsikan dengan longsoran
bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu dengan bidang
diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan longsoran yang akan
terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga disimulasikan sebagai
lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa tersebut diambil sesuai
peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726 dan dengan beban alat sebesar
77.5 kN/m2. Geometri lereng yang direkomendasikan adalah dengan
ketinggian 10 meter, lebar bench 5 meter, single slope 60 derajat dan overall
slope 44 derajat. Dari geometri tersebut dihasilkan nilai FK 1.257
4. Rekomendasi Lereng Low Wall Statis

35
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall statis, dengan
material penyusun lereng adalah claystone. Lereng tersebut diasumsikan
dengan longsoran bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu
dengan bidang diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan
longsoran yang akan terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga
disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa
tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726. Geometri
lereng yang direkomendasikan adalah dengan ketinggian 10 meter, lebar bench
5 meter, single slope 38 derajat dan overall slope 30 derajat. Dari geometri
tersebut dihasilkan nilai FK 1.255

5. Rekomendasi Lereng Low Wall Dinamis

36
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall statis, dengan
material penyusun lereng adalah claystone. Lereng tersebut diasumsikan
dengan longsoran bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu
dengan bidang diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan
longsoran yang akan terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga
disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa
tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726 dan beban
alat sebesar 77.5 kN/m2. Geometri lereng yang direkomendasikan adalah
dengan ketinggian 10 meter, lebar bench 5 meter, single slope 38 derajat dan
overall slope 30 derajat. Dari geometri tersebut dihasilkan nilai FK 1.253

6. Rekomendasi Lereng Highwall with Ramp

37
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall with ramp, dengan
material penyusun lereng adalah sandstone, mudstone, coal dan claystone.
Lereng tersebut diasumsikan dengan longsoran bidang karena materialnya
adalah batuan keras dan insitu dengan bidang diskontinuitas yang tidak
diketahui sehingga diasumsikan longsoran yang akan terjadi adalah longsoran
bidang. Lereng tersebut juga disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban
gempa 0.01, beban gempa tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada
pada SNI. Geometri lereng yang direkomendasikan adalah dengan
5.1.4. Pemantauan Lereng
Kegiatan pemantauan pada lereng untuk memberikan informasi awal tanda
bahaya pada lereng yang berpontensi tidak stabil sebelum terjadi kelongsoran
lereng penambangan (failure). Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan
pekerja dan peralatan serta untuk menentukan tidakan yang harus dilakukan agar
lereng kembali stabil. Kegiatan pemantauan kestabilan lereng dilakukan pada
lereng tertentu yang dianggap berpotensi untuk tidak stabil. Pada dasarnya lereng
telah didesain dengan pertimbangan geoteknik untuk memperoleh kondisi stbil,
namun demikian masih terdapat faktor-faktor yang belum dimasukan ke dalam
analisa kemantapan lereng seiring dengan kemajuan kegiatan penambangan, seperti

38
adanya struktur geologi yang tidak tersingkap saat desain lereng, kondisi air tanah
yang berubah dan lain sebagainya.
Pemantauan dilakukan pada lereng yang mempunyai kecenderungan untuk
tidak stabil, yang menunjukkan tanda-tanda tertentu. Apabila ditemui kondisi
tersebut maka segera dilakukan pemantauan. Kondisi yang ditemui pada lereng
yang mengharuskan adanya pemantauan adalah sebagai berikut :
- Adanya rekahan tarik (tension crack) pada bagian atas lereng (crest).
Rekahan tersebut terbentuk pada saat material pembentuk lereng bergerak
ke arah bukaan blok penambangan. Apabila rekahan tersebut terisi dengan
air hujan, maka akan menambag potensi ketidakstabilan lereng.
- Adanya sebagian kecil crest yang turun secara vertikal. Hal ini bisa diamati
secara visual pada bagian atas lereng yang menunjukkan adanya pergerakan
parsial dari lereng
- Perubahan keadaan air tanah yang tiba-tiba, seperti munculnya rembesan
pada bagian bawah lereng (toe) akibat kenaikan muka air tanah maupun
akibat adanya hujan yang terus menerus. Hal ini akan mengakibatkan berat
material lereng dan tekanan air pada lereng semakin besar.
- Adanya runtuhan kecil pada bagian bawah lereng (toe). Runtuhan tersebut
akan mengakibatkan material diatasnya menjadi menggantung (overhang)
dan berpotensi untuk runtuh.
Kegiatan pemantauan yang dilakukan apabila ditemui hal-hal tersebut yang paling
umum adalah pengamatan dengan memasang rambu pengamatan pada lereng yang
berpotensi runtuh. Koordinat dari rambu tersebut diketahui dengan menembak
rambu dari suatu titik ikat dengan alat ukur pemetaan (teodolit atau total station).
Pengamatan dilakukan dengan cara menembak titik rambu tersebut dengan selang
waktu tertentu/hari.

5.2. Hidrologi – Hidrogeologi


Studi hidrologi ini dilakukan untuk mengetahui estimasi ataupun perkiraan jumlah debit
air limpasan (run off) yang akan masuk ke dalam rencana bukaan blokpenambangan PT.
Jaya Bara Mandiri. Data yang digunakan dalam studi ini adalah dengan menggunakan
data curah hujan dari Stasiun Kutai Kartanegara pada tahun 2015 – 2019.
5.2.1. Akuisisi Data
5.2.1.1. Jenis

39
Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh ke
permukaan pada satuan luas atau pada suatu area tertentu.
Untuk mengetahui curah hujan yang terjadi dapat dilakukan
dengan alat pengukur curah hujan yang bernama Rain Gauge.

Tabel 5. 1 Data Curah Hujan

curah hujan Xi
Tahun
(mm)
2015 133
2016 84
2017 74
2018 68
2019 63

Lalu selanjutnya adalah data syarat distribusi yang akan


digunakan untuk menentukan metode distribusi pada
perhitungan hujan rencana.

Tabel 5. 2 Syarat Distribusi

Distribusi Syarat Keterangan


Cs = 0
Normal Tidak Memenuhi
Ck = 3
Cs = Cv^2 + 3Cv
Log Normal Tidak Memenuhi
Ck = 5.383
Log Pearson Type III Cs ≠ 0 Tidak Memenuhi
Cs ≤ 1.1396
Gumbel Memenuhi
Ck ≤ 5.4002

Data selanjutnya adalah parameter yang digunakan untuk


melalukan perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel,
hal tersebut karena hasill Ck dan Cs yang didapat memenuhi
syarat metode Gumbel.

Tabel 5. 3 Perhitungan Statistik Gumbel

40
Parameter Statistik
Rata-rata (X) 35.8
Standar Deviasi (S) 13.53513945
Sn 1.0628
Yn 0.5236
Yt (5 tahun) 1.4999
Ck 2.104873572
Cv 0.378076521
Cs 0.388874038

dan selanjutnya data berikut adalah hasil dari perhitungan


Hujan Rencana menggunakan metode Gumbel, didapatkan
hujan rencana 48.2 mm dalam waktu 5 tahun.

Tabel 5. 4 Perhitungan Hujan Rencana

Distribusi Gumbel
T(Tahun) Yt K (Faktor Frekuensi) Hujan Rencana
5 1.4999 0.918611216 48.23353091

Tabel 5. 5 Limpasan Air Hujan

debit limpasan
Keterangan DTH
permukaan m3/detik
PIT 1 1.736130034
DISPOSAL 2 0.497830058
STOCKSOIL 4 1.207156545
Total Limpasan Sump 1.736130034
Total Limpasan Settling 1.704986603

5.2.2. Analisis Hidrologi – Hidrogeologi


Pada analisis hidrologi – hidrogeologi ini bertujuan untuk mengetahui system
penyaliran tambang pada PT Jaya Bara Mandiri. Praktikum ini dilakukan
dengan cara mengolah data curah hujan pada Ms. Excel berdasarkan
parameter statistika yang hasilnya akan menentukan metode distribusi curah
hujan mana yang akan dipilih untuk langkah selanjutnya.

41
Ada beberapa jenis distribusi statistika yang dapat dipakai untuk menentukan
besarnya curah hujan rencana, seperti distribusi Normal, Log Normal, Gumbel
serta Log Pearson Type III. Metode – metode ini harus diuji mana yang
bisa dipakai dalam perhitungan. Untuk menentukan jenis distribusi curah
hujan yang akan dipilih, maka terlebih dahulu dilakukan pendekatan dengan
menghitung ketiga distribusi tersebut, untuk mendapatkan nilai Cs, Ck dan Cv
yang merupakan hasil dari olahan parameter statistic data curah hujan. Dari
perhitungan tersebut yang memenuhi syarat adalah menggunakan distribusi
Gumbel yaitu saat Cs ≤ 1.1396 dan Ck ≤ 5.4002, dimana hasil perhitungannya,
yaitu Cs = 0.388 dan Ck = 2.1048. Selanjutnya hasil akhir dari perhitungan
metode ini dipakai untuk menghitung curah hujan rencana, intensitas curah
hujan, debit limpasan.
Nilai intensitas curah hujan digunakan dalam perhitungan debit air yang
masuk ke area bukaan tambang. Artinya bahwa kemungkinan turunnya hujan
dengan intensitas hujan 35.8 mm/Jam adalah 75% berdasarkan periode ulang
25 tahun.
Penentuan nilai koefisien limpasan dilakukan dengan memperkirakan
kemiringan dan tata guna lahan tutupan, sehingga didapat koefisien limpasan.
Nilai koefisien limpasan untuk kajian teknis system penyaliran adalah 0.9
dengan pertimbangan memiliki kemiringan > 15% dan tataguna lahan
tutupannya adalah tanpa tumbuhan, lokasi tambang untuk area pit. Sedangkan
untuk area luar pit nilai koefisisien limpasan adalah 0.7 dengan pertimbangan
kemiringan >15% dan tataguna lahan tutupannya adalah perumahan dan
kebun. Adapun koefisien limpasan dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 5. 6 Koefisien Limpasan pada daerah penelitian

42
5.2.3. Rekomendasi Hidrologi – Hidrogeologi
5.2.3.1. Rencana Penyaliran Tambang (dimensi sump, ditch,
horizontal/vertical drain, settling pond)

Dari hasil perhitungan didapatkan air limpasan sebesar 1.736


m3/detik pada daerah tambang. Setelah dilakukan perhitungan
debit limpasan air yang akan masuk ke tambang, maka akan
dicari kapasitas sumuran yang akan dibuat. Perhitungan
dimensi sumuran dihitung berdasarkan data debit air limpasan
yang mengalir menuju bukaan tambang. Total waktu
pemompaan direncanakan 5 jam/hari. Volume air tambang
yang masuk adalah 6.321 m3/hari dan kapasitas sump
minimum pada pit tersebut adalah 27654.49 m3.

Tabel 5. 7 Volume Air Potensial

Volume air Potensi air


Debit Puncak Kapasitas minimal Total per sump
hujan per 1 tanah per Volume Volume
Limpasan Rembesan Evapotranspirasi sump (1.25 x 84 ( 1.25 x 84 jam
Lokasi Keterangan DTH hari hari Sedimentasi Total
jam CH) CH Maksimum)
Qp V 1 Hari V 1 Hari
m3/jam m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari mm/hari m3/hari m3 m3
Pit 1 6250.068121 6250.06812 86.4 10.387664 0.21381255 5.268066608 6321.0262 27654.48964
Seam A Disposal 2 1792.188208 1792.18821 86.4 0.10633678 5.268066608 1873.42648 8196.240843 55219.26313
Stocksoil 4 4345.763564 4345.76356 86.4 0.19767933 5.268066608 4427.09318 19368.53265

Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang


terdapat pada sump tersebut adalah pompa multflo 420E,
dengan perhitungan dibawah ini :

Tabel 5. 8 Cost Penggunaan Pompa

43
Fuel/jam Rental/jam Harga fuel/liter
Pompa 420E 65 1100000 7500
Elevasi Volume Air Target Debit Jumlah Pompa Jumlah Jam Debit Pompa Remain Volume Cost rental Cost fuel
10 - 0 6,321 880 1 5 6,321 0 7,901,283 3,501,705
10 - -10 6,321 820 2 5 6,321 0 8,479,425 3,757,927
10 - -20 6,321 650 2 5 6,321 0 10,697,121 4,740,770
10 - -30 6,321 480 3 5 6,321 0 14,485,685 6,419,792
10 - -40 6,321 350 4 5 6,321 0 19,866,082 8,804,286 Harga Total ↓
31,605 Biaya 61,429,597 27,224,480 88,654,077
Harga/m3 → 2,805

Dengan waktu 5 jam per hari, untuk menghabiskan volume air


sebanyak 6321 m3/hari pada elevasi 10-0 membutuhkan 1
pompa 420E, pada elevasi 10 - (-10) dan (-10) - (-20)
membutuhkan 2 pompa, pada elevasi (-10) – (-30)
membutuhkan 3 pompa sedangkan pada elevasi (-10) – (-40)
membutuhkan 4 pompa. Perhitungan tersebut berdasarkan
total head yang dibutuhkan sesuai dengan elevasinya.

Tabel 5. 9 Total Head

Elevasi Total Head


10 - 0 13.1
10 - (-10) 25.59
10 - (-20) 38.07
10 - (-30) 50.56
10 - (-40) 63.05

Dengan diameter pipa yang dipakai adalah D1 10 inch, D2 12


inch dan D3 14 inch. Biaya yang dikeluarkan untuk
mengeringkan sump tersebut adalah Rp. 2.805/m3.

Pencegahan air yang dilakukan adalah dengan


menggunakan bund wall atau tanggul agar air tidak dapat
masuk ke pit dan akan dialihkan ke sungai. Dan juga membuat
paritan untuk mengalirkan air ke tempat lain.

44
BAB VI

RENCANA PENAMBANGAN

6.1. Sistem/Metoda dan Tata Cara Penambangan


6.1.1. Tahapan Penyelidikan Bahan Galian
Di dalam pasal 1 butir (6) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara telah di uraikan pengertian usaha pertambangan. Dari
uraian tersebut, dapat dipahami bahwa tahapan penyelidikan sebuah studi
eksplorasi bahan galian menjadi suatu keharusan yang harus ada dilalui.
Tahapan penyelidikan tersebut dilakukan guna menghindari gagalnya sebuah
kegiatan eksploitasi, sehingga biaya penyelidikan dapat dikendalikan secara
proposional. Artinya, untuk kebanyakan bahan galian, sangat tidak mungkin
kegiatan eksplorasi dilakukan yaitu, tidak mungkin setiap satu kilometer
persegi dilakukan pemboran rinci tanpa acuan, arahan, dan petunjuk data-data
geologis yang menuntunnya.

45
Sebab kegiatan pemboran dalam eksplorasi secara teknis telah termasuk pada
tataran eksploitasi detail, selain itu dalam melaksanakan kegiatan pemboran
secara geologis deposit yang akan dibor terlebih dahulu harus telah diketahui
dengan jelas arah dan kemiringannya. Selanjutnya, tahapan penyelidikan
endapan bahan galian apabila mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI), dimulai dari survai tujuan atau peninjauan wilayah yang menjadi
sasaran sampai kegiatan eksplorasi bersifat detail atau rinci. Secara teknis
yang membedakan kegiatan penyelidikan survai tinjau dengan eksplorasi
detail pada:
1. Metode penyelidikan atau penelitian yang digunakan
2. Jenis percontohan
3. Tingkat kerapatan contoh yang diambil

Pemilihan cara atau system pertambangan secara umum terbagi dua system,
yaitu :

a. Tambang Terbuka (surface mining)


Pemilihan system pertambangan atau tambang terbuka bisa diterapkan
untuk bahan galian yang keterdepannya relative dekat dengan permukaan
bumi.
b. Tambang Bawah Tanah (underground mining)
Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral
yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut karena letak mineral yang umumnya berada jauh dibawah tanah.
6.1.2. Sistem dan Metode Penambangan
Sistem pertambangan pasir dan kerikil (bahan galian batuan) sudah di atur
dalam keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/
1996 tentang kriteria kerusakan lingkungan bagi Usaha atau Kegiatan
Pertambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan (defenisi
dalam peraturan tersebut adalah sirtu/pasir batu). Pada peraturan tersebut
sistem pertambangan yang aman untuk lingkungan adalah sistem
pertambangan jenjang/trap (bench system). Hal-hal yang harus diperhatikan
tentang deskripsi sistem pertambangan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/1996 yaitu:
1. Kedalaman lubang galian

46
Mengenai jarak vertikal dari permukaan lahan hingga ke dasar lubang
galian. Permukaan adalah awal dari tepi lubang atau garis lurus yang
menghubungkan tepi galian sebelum ada galian, sedangkan dasar galian
adalah lubang yang terdalam. Penentuan batas kedalaman ditentukan oleh
letak muka air tanah.
2. Jarak
Jarak antara titik terluar lubang galian dengan titik terdekat dari batas area
pertambangan yang diizinkan oleh Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi. Jarak lubang galian dari batas IUP merupakan zona penyangga
agar lahan di luar batas IUP tidak terganggu oleh kegiatan penambangan.
Dalam hal ini jarak minimal 5 meter dari batas IUP merupakan batas aman.
3. Kemiringan Dasar Galian
Kemiringan lahan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan
daya dukung lahan bagi suatu peruntuhan. Persyaratan kelayakan lahan
untuk pemukiman/industri adalah tidak lebih dari 8% sehingga untuk
peruntuhan tersebut kemiringan dasar galan dibatasi maksimum.
4. Dinding Galian
Tinggi teras dan lebar teras.Tinggi teras maksimun 3 meter dan lebar dasar
teras minimum 6 meter, atau dengan perbandingan 1:2. .Hal tersebut untuk
mempertahankan agar kemiringan dinding galian tidak lebih dari 50%.

Gambar 6. 1 Diagram Alir Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Batuan

47
6.1.3. Tahapan Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan umumnya disebut kegiatan eksploitasi boleh
dikatakan merupakan kegiatan utama dari industri tambang, yaitu kegiatan
menggali, mengambil atau menambang bahan galian yang telah menjadi
sasaran atau rencana sebelumnya.
Zona layak tambang adalah zona yang dengan mempertimbangkan beberapa
hal (lokasi, system penambangan, dan lain-lain) ditetapkan menjadi zona layak
tambang karena memiliki dampak negative yang bisa ditanggulangi dengan
teknologi yang tersedia. Lokasi tambang sebaiknya tidak terletak di hulu
sungai, karena dampaknya bisa sampai ke hilir. Contoh dari dampak tambang
hulu sungai adalah banjir, erosi dan pedangkalan di hilir sungai.
Lokasi tambang secara umum sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Daerah tadah/imbuhan air tanah (catchment area).
2. Letak bangunan-bangunan penting seperti tiang transmisi tegangan tinggi,
bendung, tanggul dan jembatan.
3. Pertambangan tidak dilakukan pada tempat dengan lereng yang lebih besar
dari 40% agar tidak terjadi erosi dan longsoran.
4. Komposisi dan ketebalan lapisan yang beralokasi di antara tambang dan
air permukaan.
5. Memastikan lapisan terlindung dari erosi akibat aliran air.
6. Daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa kuat, bahaya letusan gunung api,
banjir bandang dan sebagainya.
7. Daerah-daerah yang memiliki fungsi hutan lindung.

Secara deskriptif pelaksanaan rencana kegiatan pertambangan dibagi menjadi


4 (empat) Tahapan yaitu :

A. Tahap Pra Konstruksi


Kegiatan pada tahap pra Konstruksi Pertambangan dan dilaksanakan
sebelum kegiatan utama pertambangan dilakukan antara lain :
1. Sosialisasi kepada masyarakat
2. Survey lokasi dan pengukuran
3. Pembebasan lahan
4. Pengurusan perizinan

48
B. Tahap Kontruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi yang merupakan kegiatan utama dari
pertambangan adalah :
1. Rekruitmen tenaga kerja
2. Pembuatan akses jalan tambang
3. Pembangunan saran dan prasarana
C. Tahap Operasi
Kegiatan pada tahap konstruksi yang merupakan kegiatan utama dari
pertambangan adalah :
1. Penggalian/Pertambangan bahan galian batuan
2. Pengangkutan material hasil produksi
3. Pengoperasian pabrik pemecah batu
4. Pengapalan material hasil produksi
5. Pemeliharaan pabrik dan peralatan lainnya
D. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pada tahap pasca operasi yang juga masih termasuk dalam
kegiatan pertambangan yaitu ;
1. Reklamasi dan pasca tambang lahan lokasi pertambangan
2. Pemanfaatan Asset perusahaan dan pembongkaran Base Camp serta
pabrik pemecah batu
3. Demobilisasi peralatan dan material
4. Pemutusan hubungan kerja (PHK)

6.1.3.1. Tahap Pra Konstruksi


1. Sosialisasi Kepada Masyarakat
Sosialisasi rencana kegiatan pertambangan batubara PT. Jaya Bara
Mandiri dilakukan melalui sosialisasi dengan masyarakat setempat
terutama masyarakat yang berada di Blok IUP Eksplorasi
Kecamatan Sanga Sanga dan sepanjang jalan areal masuk tambang.
Dalam sosialisasi, masyarakat secara umum tidak keberatan dengan
dan mendukung sepanjang saran dan masukan dari masyarakat
dipenuhi oleh pihak perusahaan dan melengkapi izin-izin dari
pemerintah.

49
Selain itu, perwakilan masyarakat baik melalui tokoh masyarakat,
dan tokoh pemuda setempat meminta agar masyarakat sekitar
terlibat sebagai pekerja baik pekerja tetap maupun buruh harian
lepas, meminta agar dapat menjaga kelestarian lingkungan, dan
juga pihak perusahaan agar menjalankan program Community
Development / Coorporate Sosial Responsibility (CSR) dengan
sebaik-baiknya yang dapat dirasakan manfaatnya, yaitu dengan cara
kepedulian pihak kepada masyarakat antara lain dengan bantuan
sosial, bantuan hari raya, dan bantuan lainnya.
2. Survey Lokasi dan Pengukuran serta Pembebasan Tanah
Kegiatan awal yaitu survey lokasi. Lokasi IUP Eksplorasi harus
dolakukan pemetaan dan pengukuran batas dan luas apabila di
dalamnya terdapat lahan milik warga yang sebelumnya memiliki
peruntukan lahan tertentu.
Setelah dilakukan pengukuran batas lahan milik warga, maka
selanjutnya pembebasan tanah dilakukan dengan proses jual beli
antara pihak perusahaan dengan masyarakat pemilik tanah.
3. Pengurus Perizinan
Perizinan yang akan dilakukan untuk memenuhi segala legalitas
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku diantaranya
adalah :
a. Persetujuan warga
b. Surat Keterangan Domisili Perushaan
c. Rekomendasi Kecamatan
d. Surat Penunjukan Penggunaan Lahan (SPPL)
e. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
f. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Eksplorasi)
g. Rekomendasi UKL-UPL
h. Izin Lingkungan
i. Rekomendasi Andal lalin
j. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Operasi Produksi)
6.1.3.2.Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen Tenaga Kerja

50
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
pembangunan sarana dan prasarana tambang sampai siap digunakan
untuk operasional pertambangan bahan galian batu Andesit adalah
sebanyak 12 orang yang terdiri dari kelompok-kelompok kerja
dengan jumlah keseluruhan pekerja akan mempekerjakan penduduk
sekitar tambang. Kebutuhan dan kelompok tenaga kerja dapat
dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 6. 1 Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Saat Konstruksi

Asal Tenaga
No Jabatan Jumlah Pendidikan
Kerja
1 Mandor 2 SMA Sanga Sanga
2 Administrasi 1 SMA Sanga Sanga
3 Pekerja perbaikan jalan 3 - Sanga Sanga
4 Pekerja pembangunan BC 6 - Sanga Sanga
Jumlah 12

Waktu kerja yang akan ditetapkan adalah mulai pukul 07.00 – 18.00
WITA, kecuali untuk kelompok pekerja pembangunan sarana dan
prasarana tambang, dapat dipekerjakan secara shift kerja tergantung
kebutuhan waktu.

6.1.3.3. Pembuatan Akses Jalan Tambang


Pembukaan lahan tambang terdiri dari : pembangunan jalan tambang,
pembersihan lahan dari semak blukar, pengupasan dan penimbunan
tanah pucuk, dan pengupasan da penutupan lapisan penutup.
 Pembangunan jalan tambang
Kegiatan pengangkutan batuan Andesit dari lokasi bukaan
tambang ke areal pengolahan dan dari areal pengolahan ke jalan
permanen akan digunakan jalan semi permanen yang sewaktu-
waktu dapat diubah jalurnya. Dari tapak rencana tambang ke jalan
umum akan dibangun jalan angkut permanen yang dikeraskan
dengan batu dan aspal sepanjang ±500 m dan lebar 7 m, jalan ini
akan digunakan untuk dilalui dump truck pengangkut batuan
Andesit keluar dari wilayah tambang sampai jalan umum.

51
Gambar 6. 2 Geometri Jalan Tambang

Selain jalan angkut batubara juga akan dibangun jalan kerja yang
tidak permanen untuk menghubungkan antara lokasi pertambangan
dengan pengolahan batubara.

 Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk


Pengupasan tanah pucuk jika ternyata ada dilakukan setebal 30 cm
dengan Beckhoe dan didorong secara horisontal ke lokasi
penimbunan sementara di dalam bukaan tambang. Tanah pucuk
yang sudah terkupas dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan
dengan menggunakan dump truck. Lapisan tanah pucuk yang
subur dan banyak dibutuhkan oleh timbunan akan disimpan pada
tempat yang aman dari erosi maupun kegiatan penambangan, yaitu
berada diluar daerah pertambangan dan terpisah dengan
penimbunan tanah penutup (waste dump).
Rangkaian komponen kegiatan pengelolaan tanah pucuk terdiri
dari pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
- Penggalian dan atau pengumpulan tanah pucuk
- Pengangkutan ke lokasi preservasi tanah pucuk
- Penyebaran tanah pucuk di lokasi-lokasi reklamasi
 Pengupasan dan penutupan lapisan peutup
Setelah tanah pucuk dikupas, kegiatan berikutnya adalah
pengupasan tanah penutup atau lapisan penutup (overburden) yang
terdiri dari Stanstone dan Mudstone. Penggalian tanah penutup
dilakukan dengan Excavator PC 200.

52
Lapisan penutup yang sudah terkupas dari tempat penimbunan
sementara dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan tetap (waste
dump) dengan menggunakan dump truck. Pada pekerjaan
penggalian lapisan penutup yang didalamnya lebih dari 5 m dibuat
teras-teras atau jenjang untuk memudahkan pembagian kerja dan
pengoperasian alat-alat berat, selain itu untuk menjaga kemantapan
lereng (slope stability). Perbedaan tinggi antara jenjang dibuat 10
meter, lebar jenjang 10 meter dan lebar jenjang kerja dibuat 20
meter dan masing-masing 60 °.
 Penimbunan Lapisan Penutup di Areal Wast Dump
Tanah penutup dari tempat penimbunan sementara diangkut
dengan dumptruck ke waste dump area. Tanah penutup yang telah
ditimbun pada bagian atas ditutup dengan tanah pucuk yang beasal
dari tempat penimbunan tanah pucuk.
6.1.3.4. Pembangunan Sarana dan Prasarana
 Pembangunan Direksi Keet
Direksi keet adalah bangunan sementara yang dipergunakan untuk
mess karyawan dan menyimpan peralatan yang dipergunakan
selama tahap konstruksi. Direksi keet ini dibangun pertama-tama
di dalam tapak yang diurug serta dipadatkan sesuai dengan
persyaratan untuk bangunan sementara. Direksi keet dilengkapi
dengan penyediaan air minum dan penerangan, MCK sementara.
Direksi keet berfungsi sebagai base camp dimana pekerjaan
dikendalikan dan diawasi. Selama tahap konstruksi berjalan,
kerusakan dan pergantian spare parts sudah pasti terjadi. Peralatan
yang rusak dan mengalami perbaikan diparkir di sekitar direksi
keet menunggu perbaikan. Selanjutnya peralatan akan menjalani
pergantian dan perbaikan yang dilakukan oleh mekanik. Selain itu
direksi keet juga diperuntukkan bagi tempat tinggal sementara para
pekerja yang bermalam di lokasi proyek untuk menjaga semua
peralatan yang dipergunakan. Lokasi proyek harus dijaga
keselamatannya karena ada berbagai peralatan penting yang
diperlukan selama kegiatan/usaha berlangsung.

53
 Pembangunan Stockpile
Stockpile dibangun pada lahan ±5000 m2 dan akan mampu
menimbun batubara sampai 50.000 ton. Konstruksi stockpile
dengan tanah pengeras, disekelilingnya dibuat saluran drainase
untuk mengalirkan air hujan. Sebelum air hujan dialirkan ke badan
air penerima, terlebih dahulu air hujan ditampung pada kolam
penampungan (setting pond) untuk mengendapkan sedimen yang
tersuspensi.
 Pembangunan fasillitas penunjang
Fasilitas penunjang yang akan dibangun berupa kantor
administrasi, gudang, bengkel, dan pos jaga, menempati lahan
seluas 356 m2 . Bangunan terbuat dari lantai semen, dinding GRC
dan atap enternit. Ukuran tiap-tiap bangunan fasilitas penunjang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
 Pembangunan Jaringan Listrik
Kebutuhan energi listrik untuk keperluan pertambangan batuan
Andesit sangat diperlukan sekali. Sumber utama energi listrik pada
kegiatan pertambangan adalah dari Generator dengan kapasitas
500 KVA.
 Pembangunan Settlingpond
Pembangunan kolam pengendapan akan digunakan untuk
mengendapkan air tirisan dari penimbunan tanah penutup pada
pertambangan batuan Andesit. Dalam pengelolaan air tirisan
dilakukan beberapa kriteria antara lain :
- Pembangunan kolam pengendapan didasarkan pada luas dari
catchment area, curah hujan dan karakteristik tirisan.
- Lokasi kolam pengendapan berada dekat pada waste dump,
dipermukaan dari tambang dan di dekat tempat produksi
batubara.
- Kolam pengendapan ini mempunyai dua fungsi yaitu tempat
mengendapkan sedimen yang terbawa dari tambang dan
mengembalikan kualitas air agar memenuhi baku mutu.
 Pembangunan Kantor

54
Rencana pembangunan kantor akan dibangun pada lokasi areal
tambang yang difungsikan sebagai kantor administrasi, tenaga
teknis, dan managemen. Kantor ini akan dibangun secara
permanen dengan luas bangunan base camp berkisar 16 x 10
meter.
6.1.4. Tahap Operasi
6.1.4.1. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan operasi produksi penambangan, direkrut
tenaga kerja dengan keahlian dan keterampilan yang berbeda-beda.
Tenaga kerja ahli terutama untuk posisi kepala teknik tambang (KTT)
akan di datangkan dari luar Kota Palu, dan untuk tenaga kerja
administrasi, keamanan, dan pelaksana tambang akan menggunakan
tenaga kerja penduduk sekitar lokasi rencana tambang. Adapun
rencana tenaga kerja tersebut tercantum dalam tabel berikut ini :
6.1.4.2. Pertambangan dan Pengolahan Batubara
Pertambangan batuan Andesit menggunakan metode open pit dengan
mengikuti tata cara pertambangan yang baik (good mining practices)
yang merupakan metode pertambangan terbuka (surface mining) yang
segala aktivitasnya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan
permukaan bumi, sehingga tempat kerjanya berhungan langsung
dengan udara permukaan. Metode ini didasari atas penafsiran
kandungan batubara yang relatif berada dipermukaan tanah. Perkiraan
produksi batubara mencapai 3000 sampai 4000 ton per hari.
Metode open pit ini disamping tidak beresiko tinggi dalam bidang
pertambangan, juga mempunyai keuntungan-keuntungan lainnya
diantaranya :
- Pengawasan mutu lebih mudah.
- Relatif aman karena bahaya longsor yang mungkin timbul dapat
dikendalikan sejak dini.
- Tidak akan ada gas-gas yang berbahaya dari dalam tanah karena
sifat kerjanya dipermukaan tanah.
- Penggunaan alat mekanis relatif mudah dan terjangkau.
6.1.4.3. Tahap Pengolahan Batubara

55
Pengolahan bahan galian termasuk pengolahan batubara pada
umumnya dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Preparasi
2. Konsentrasi
3. Dewatering
1. Preparasi
Preparasi pada batubara merupakan operasi persiapan yang
dilakukan untuk mereduksi ukuran butir dengan tujuan untuk
memenuhi ukuran sesuai dengan penggunaannya. Reduksi ukuran
butir biasanya dilakukan dengan alat peremuk yang antara lain alat
crusher atau grinder. Proses peremukan atau crushing biasanya
dikerjakan dalam tiga tahapan, yaitu :
1. Primary crushing, suatu tahapan untuk meremuk umpan
dengan ukuran 2 inch – 90 inch dan umpan ini biasanya berasal
dari hasil tambang. Alat yang digunakan berupa jaw crusher
dan gyratory crusher.
2. Secondary crushing, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch
sampai 3 inch yang biasanya berasal dari primary crushing.
Alat yang digunakan ialah stamp mill, roller dan cone crusher.
3. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar
¼ inch sampai 3/8 inch. Alat yang digunakan adalah ball mill,
tube mill atau pebble mill, rod mill.

Untuk mencegah adanya re-crushing dan over grinding, serta


untuk menambah produktivitas, maka digunakanalat pembantu
berupa ayakan (screen) atau bisa juga classifier. Screen dan
classifier berfungsi untuk mengelompokkan material hasil
crushing atau grinding.

2. Konsentrasi
Konsentrasi pada batubara adalah suatu operasi pemisahan antara
batubara dengan pengotornya. Konsentrasi ini diantaranya bisa
berdasarkan warna atau kilap dan juga berdasarkan specific gravity
(SG). Pada specific gravity cara konsentrasinya disebut gravity
concentration yang meliputi:

56
a. Flowing film concentration
Proses konsentrasi mendasarkan atas SG pada aliran tipis.
b. Jigging
Proses konsentrasi yang mendasarkan kecepatan mengendap
antara pengotor dengan batubara.
c. Sifat permukaan mineral
Proses konsentrasi yang mendasarkan pada senang atau
tidaknya mineral terhadap gelembung udara. Cara konsentrasi
ini disebut Flotasi.
3. Dewatering
Merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan dan
biasanya dilakukan setelah proses konsentrasi. Dewatering ini
dikelompokkan dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Thickening: merupakan tahapan pertama pemisahan padatan
dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap
batubara dalam suatu pulp, sehingga solid faktornya = 1 (%
solid = 50%).
b. Filtrasi: merupakan operasi pemisahan padatan dengan cairan
dengan cara menyaring, sehingga didapat solid factor = 4
(persen solid = 80%).
c. Drying: adalah operasi penghilangan air dengan jalan
pemanasan sehingga padatan ini bebas dari cairan (% solid =
100%).
6.1.4.4. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pada tahap pasca operasi meliputi , demobilisasi alat,
pemutusan hubungan kerja, dan reklamasi lahan yang peruntukanya
dikembalikan tata guna lahan semula atau disesuaikan dengan
wilayah sekitarnya.
1. Demoilisasi Peralatan
Dalam tahap berakhirnya kegiatan semua peralatan yang tidak
diperlukan lagi dikerahkan keluar areal bekas tambang, kecuali
peralatan yang masih diperlukan unttuk kegiatan reklamasi.
2. Pengakhir Hubungan Kerja

57
Dalam tahap selanjutnya adalah berakhirnya kontrak kerja antara
Perusahaantambang dengan para pekerja tambang.
3. Reklamasi dan Revegetasi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi
lingkungan ke kondisi semula sebelum adanya kegiatan
pertambangan dan atau menjadi lahan yang dapat memberikan
nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Mengingat hal tersebut,
maka kegiatan pasca tambang harus didasarkan pada ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Mempersiapkan rencana reklamasi (menimbun top soil)
sebelum pelaksanaan penambangan, hal ini dikarenakan antara
rencana kegiatan pertambangan harus sesuai dengan rencana
reklamasi.
b. Memindahkan lapisan potensi (top soil) dan menempatkan
pada tempat tertentu yang akan ditanami atau dimanfaatkan.
c. Mengatur dan memperbaiki drainase yang rusak.
d. Memperbaiki bentuk lahan sesuai dengan kebutuhan
pemanfaatannya.
e. Memperkecil erositas selama dan setelah penambangan.
f. Memindahkan semua peralatan yang digunakan selama
penambangan.
g. Melakukan penanaman tanaman pada lahan persiapan
reklamasi sesuai dengan ekosistem daerah sekitar.
h. Mencegah masuknya gulma atau hama yang berbahaya.
i. Memonitor dan mengelola lahan bekas penambangan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada rencana


kegiatan reklamasi secara garis besar adalah :

a. Pengamanan sebagian tanah penutup untuk menunjang


revegetasi.
b. Penimbunan tanah penutup di lokasi bekas penambangan.
c. Pengaturan bentuk lahan.
d. Revegetasi/pengendalian erosi.
6.2. Rencana Produksi

58
6.2.1. Jadwal Rencana Produksi
Jadwal rencan akegiatan produksi akan berlangsung seperti berikut :
Kegiatan produksi pertambangan bahan galian batuan dilaksanakan dalam
beberapa tahapan dan berlangsung selama jangka waktu (periode) umur
tambang berlaku.

JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PRODUKSI

Lokasi : Sanga-sanga, Kutai Kartanegara


Kecamatan : Kutai Kartanegara
Kota : Samarinda
Luas Wilayah IUP : 2442872 m2
Jumlah Cadangan : 1102708.1 ton

Tabel 6. 2 Jadwal Rencana Kegiatan Produksi perbulan

Jadwal Pelaksanaan Produksi


No. Uraian Pekerjaan (Desember - Juni 2021) Ket
1 2 3 4 5 6 7
1 OB Removal
2 Coal Getting dan Coal Hauling
3 Pengoperasian Pengolahan
4 Batubara
5 Pengapalan Hasil Produksi
6 Pemeliharaan Pabrik dan
7 Peralatan lain

6.2.2. Sekuen Penambangan dan Penimbunan


Pada lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Jaya Bara Mandiri
dikethaui memiliki 1 blok penambangan. Adapun rencana kegiatan
penambangan dilakukan dalam kurun waktu 7 bulan yang dibuat sekuen
penambangan dengan arah pergerakan kegiatan penambangan dilakukan mulai
dari wilayah utara menuju selatan. Urutan rencana pelaksanaan kegiatan
penambangan PT. Jaya Bara Mandiri adalah sebagai berikut :
1. Penambangan bulan ke-1

59
Pada bulan ini kegiatan penambangan dilakukan setelah terbangunnya
jalan masuk ke lokasi tambang. Dalam rencana penambangan bulan
pertama ini, bukaan blok penambangan pada blok B dan C akan dibuka
dari elevasi 5 mdpl sampai -10 mdpl. Dari luasan tersebut, penambangan
akan dilakukan terlebih dahulu dengan membongkar lapisan tanah penutup
dengan estimasi volume sebesar 341,826 BCM yang kemudian akan
dipindahkan ke diposal dengan jarak tempuh 1,5km, untuk nantinya
reklamasi pada sequence ke-7 atau terakhir. Target produksi batubara yang
direncanakan untuk sequence pertama adalah 112,803 ton yang akan digali
dan diangkut ke stockpile untuk nantinya akan dilakukan pengolahan
untuk siap dijual. Berikut merupakan skema penjadwalan pekerjaan pada
kegiatan penambangan bulan pertama yang terbagi dalam 4 minggu, dapat
dilihat pada tabel 6.3.

Tabel 6. 3 Tabel Pushback Bulan Pertama


Elevasi Blok C7 Blok C6 Blok C5 Blok C4 Blok C3 Blok C2 Blok C1 Elevasi Blok B7 Blok B6 Blok B5 Blok B4 Blok B3 Blok B2 Blok B1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - - - - - - - 10.0 -> 15.0 - - - - - - -
5.0 -> 10.0 4,450.00 7,936.00 10,003.00 11,677.00 7,311.00 - - 5.0 -> 10.0 1,039.00 4,325.00 6,953.00 8,344.00 52.00 - -
0.0 -> 5.0 15,050.00 25,000.00 24,995.00 15.00 5,504.00 - - 0.0 -> 5.0 4,036.00 20,426.00 25,000.00 18,691.00 6.00 - -
-5.0 -> 0.0 9,291.00 25,000.00 24,995.00 23,375.00 263.00 - - -5.0 -> 0.0 1,399.00 16,091.00 24,763.00 12,856.00 - - -
-10.0 -> -5.0 6,043.00 25,000.00 24,739.00 11,145.00 - - - -10.0 -> -5.0 514.00 13,479.00 24,109.00 7,873.00 - - -
-15.0 -> -10.0 822.00 24,415.00 14,417.00 15,014.00 - - - -15.0 -> -10.0 1.00 8,646.00 18,158.00 1,872.00 - - -
-20.0 -> -15.0 - 17,888.00 11,452.00 13,746.00 - - - -20.0 -> -15.0 - 5,068.00 8,482.00 1,304.00 - - -
-25.0 -> -20 - 2,862.00 23,174.00 10,476.00 - - - -25.0 -> -20 - 450.00 9,917.00 20.00 - - -
-30.0 -> -25.0 - 11,433.00 24,508.00 4,652.00 - - - -30.0 -> -25.0 - 1,373.00 8,771.00 - - - -
-35.0 -> -30.0 - 6,780.00 20,511.00 1,850.00 - - - -35.0 -> -30.0 - 123.00 3,444.00 - - - -
-40.0 -> -35.0 - 3,518.00 17,123.00 - - - - -40.0 -> -35.0 - - 1,403.00 - - - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

2. Penambangan Bulan Ke-2


Kegiatan penambangan bulan ke-2 dilakukan pada blok D dan E dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 10 mdpl sampai elevasi -10 mdpl. Pada
penambangan volume kedua, estimasi volume lapisan overburden yang
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
pertama, sebesar 505,058 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 202,580 ton yang akan digali dan diangkut
ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut merupakan
skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-2, dapat dilihat pada
tabel 6.4.

60
Tabel 6. 4 Pushback Penambangan bulan Kedua
Elevasi Blok E7 Blok E6 Blok E5 Blok E4 Blok E3 Blok E2 Blok E1 Elevasi Blok D7 Blok D6 Blok D5 Blok C4 Blok D3 Blok D2 Blok D1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - - - 1,257.00 6,842.00 1,505.00 - 10.0 -> 15.0 - - - 760.00 1,844.00 49.00 -
5.0 -> 10.0 63.00 6,735.00 14,047.00 23,597.00 24,995.00 8,314.00 - 5.0 -> 10.0 2,539.00 10,002.00 14,137.00 22,347.00 22,151.00 659.00 -
0.0 -> 5.0 3.00 20,610.00 25,000.00 25,000.00 24,427.00 3,326.00 - 0.0 -> 5.0 4,104.00 24,918.00 24,995.00 25,000.00 20,395.00 17.00 -
-5.0 -> 0.0 - 14,858.00 25,000.00 25,000.00 13,488.00 365.00 - -5.0 -> 0.0 824.00 22,276.00 24,995.00 24,885.00 7,381.00 - -
-10.0 -> -5.0 - 11,624.00 25,000.00 20,729.00 10,299.00 88.00 - -10.0 -> -5.0 157.00 19,630.00 24,995.00 17,150.00 2,044.00 - -
-15.0 -> -10.0 - 5,866.00 24,648.00 8,617.00 13,905.00 - - -15.0 -> -10.0 - 13,880.00 23,208.00 7,041.00 364.00 - -
-20.0 -> -15.0 - 2,722.00 13,289.00 16,002.00 8,278.00 - - -20.0 -> -15.0 - 10,352.00 11,583.00 13,066.00 - - -
-25.0 -> -20 - 63.00 6,586.00 20,270.00 1,717.00 - - -25.0 -> -20 - 1,239.00 11,038.00 12,106.00 - - -
-30.0 -> -25.0 - - 16,689.00 17,302.00 - - - -30.0 -> -25.0 - 1,292.00 21,330.00 8,900.00 - - -
-35.0 -> -30.0 - - 12,885.00 11,559.00 - - - -35.0 -> -30.0 - 89.00 20,383.00 3,136.00 - - -
-40.0 -> -35.0 - - 9,653.00 8,307.00 - - - -40.0 -> -35.0 - - 16,140.00 935.00 - - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

3. Penambangan Bulan Ke-3


Kegiatan penambangan bulan ke-3 dilakukan pada blok F dan G dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 5 mdpl sampai elevasi -20 mdpl. Pada
penambangan volume ketiga, estimasi volume lapisan overburden yang
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
kedua, sebesar 470,863 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 187,738.20 ton yang akan digali dan
diangkut ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-3, dapat
dilihat pada tabel 6.5.

Tabel 6. 5 Pushback Penambangan Bulan Ke-3


Elevasi Blok G7 Blok G6 Blok G5 Blok G4 Blok G3 Blok G2 Blok G1 Elevasi Blok F7 Blok F6 Blok F5 Blok F4 Blok F3 Blok F2 Blok F1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - - - - - - - 10.0 -> 15.0 - - - - - - -
5.0 -> 10.0 - - - 458.00 3,002.00 3,790.00 - 5.0 -> 10.0 - 78.00 3,778.00 14,346.00 18,592.00 7,310.00 -
0.0 -> 5.0 - 10,687.00 20,145.00 22,632.00 25,000.00 15,935.00 - 0.0 -> 5.0 - 14,670.00 24,186.00 25,005.00 24,995.00 10,043.00 -
-5.0 -> 0.0 - 7,972.00 25,005.00 25,000.00 24,977.00 7,073.00 - -5.0 -> 0.0 - 11,371.00 24,995.00 25,005.00 20,082.00 2,434.00 -
-10.0 -> -5.0 - 4,768.00 25,005.00 25,000.00 18,053.00 4,038.00 - -10.0 -> -5.0 - 8,157.00 24,995.00 23,272.00 12,909.00 1,653.00 -
-15.0 -> -10.0 - 111.00 23,951.00 23,880.00 13,487.00 1,666.00 - -15.0 -> -10.0 - 2,460.00 24,795.00 11,274.00 17,616.00 - -
-20.0 -> -15.0 - - 20,854.00 12,846.00 20,743.00 202.00 - -20.0 -> -15.0 - 356.00 14,141.00 13,884.00 18,018.00 - -
-25.0 -> -20 - - 10,533.00 13,109.00 17,294.00 - - -25.0 -> -20 - - 5,028.00 23,935.00 10,874.00 - -
-30.0 -> -25.0 - - 2,605.00 23,763.00 14,167.00 - - -30.0 -> -25.0 - - 14,500.00 24,435.00 6,289.00 - -
-35.0 -> -30.0 - - 2,973.00 25,000.00 8,427.00 - - -35.0 -> -30.0 - - 9,536.00 20,511.00 1,823.00 - -
-40.0 -> -35.0 - - 6,227.00 24,442.00 5,107.00 - - -40.0 -> -35.0 - - 6,322.00 15,619.00 128.00 - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

4. Penambangan Bulan Ke-4


Kegiatan penambangan bulan ke-4 dilakukan pada blok H dan I dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 20 mdpl sampai elevasi -20 mdpl. Pada
penambangan volume keempat, estimasi volume lapisan overburden yang

61
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
ketiga, sebesar 655,809.00 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 225,858.10 ton yang akan digali dan
diangkut ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-4, dapat
dilihat pada tabel 6.6.

Tabel 6. 6 Pushback Penambangan Bulan Ke-4


Elevasi Blok I7 Blok I6 Blok I5 Blok I4 Blok I3 Blok I2 Blok I1 Elevasi Blok H7 Blok H6 Blok H5 Blok H4 Blok H3 Blok H2 Blok H1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - 4.00 4,834.00 1,499.00 20.0 -> 25.0 - - - - - 3.00 -
15.0 -> 20.0 - - - - 9,391.00 22,769.00 11,260.00 15.0 -> 20.0 - - - - 444.00 4,697.00 1,422.00
10.0 -> 15.0 - 262.00 - 6,645.00 23,700.00 25,000.00 9,672.00 10.0 -> 15.0 - - - 49.00 8,968.00 15,129.00 3,766.00
5.0 -> 10.0 - 6,434.00 18,680.00 23,238.00 25,000.00 23,133.00 1,356.00 5.0 -> 10.0 - 1,075.00 1,826.00 10,268.00 23,399.00 23,322.00 614.00
0.0 -> 5.0 - 4,466.00 24,995.00 24,995.00 25,000.00 15,795.00 1,451.00 0.0 -> 5.0 - 8,442.00 22,546.00 24,788.00 25,005.00 17,791.00 3.00
-5.0 -> 0.0 - 83.00 23,666.00 24,995.00 24,247.00 11,182.00 - -5.0 -> 0.0 - 3,745.00 24,930.00 25,005.00 24,895.00 7,559.00 -
-10.0 -> -5.0 - - 20,549.00 24,995.00 16,126.00 15,030.00 - -10.0 -> -5.0 - 1,557.00 23,856.00 25,005.00 17,316.00 9,529.00 -
-15.0 -> -10.0 - - 14,843.00 24,834.00 12,127.00 12,296.00 - -15.0 -> -10.0 - 2.00 19,606.00 24,024.00 13,213.00 6,980.00 -
-20.0 -> -15.0 - - 11,637.00 17,799.00 17,854.00 9,083.00 - -20.0 -> -15.0 - - 16,347.00 14,004.00 21,222.00 3,757.00 -
-25.0 -> -20 - - 5,927.00 9,545.00 24,672.00 3,360.00 - -25.0 -> -20 - - 7,024.00 11,696.00 22,804.00 151.00 -
-30.0 -> -25.0 - - 630.00 13,649.00 24,518.00 623.00 - -30.0 -> -25.0 - - 1,619.00 22,022.00 19,756.00 - -
-35.0 -> -30.0 - - - 21,239.00 19,417.00 - - -35.0 -> -30.0 - - 2,043.00 24,418.00 14,000.00 - -
-40.0 -> -35.0 - - - 18,815.00 16,195.00 - - -40.0 -> -35.0 - - 625.00 22,592.00 10,758.00 - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH JUMLAH - - - - - - -

5. Penambangan Bulan Ke-5


Kegiatan penambangan bulan ke-5 dilakukan pada blok J dan K dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 20 mdpl sampai elevasi -20 mdpl. Pada
penambangan volume kelima, estimasi volume lapisan overburden yang
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
keempat, sebesar 555,666.00 BCM. Untuk rencana target produksi
batubara pada bulan ini adalah sebesar 215,098 ton yang akan digali dan
diangkut ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-5, dapat
dilihat pada tabel 6.7.

Tabel 6. 7 Pushback Penambangan Bulan Ke-5

62
Elevasi Blok K7 Blok K6 Blok K5 Blok K4 Blok K3 Blok K2 Blok K1 Elevasi Blok J7 Blok J6 Blok J5 Blok J4 Blok J3 Blok J2 Blok J1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - 2,502.00 361.00
10.0 -> 15.0 - 2,352.00 1,989.00 - 1.00 6,100.00 5,727.00 10.0 -> 15.0 - 181.00 - 2,215.00 - 21,412.00 9,422.00
5.0 -> 10.0 - 3,426.00 22,582.00 12,674.00 15,850.00 24,945.00 5,460.00 5.0 -> 10.0 - 5,198.00 16,475.00 16,863.00 5,978.00 24,995.00 4,914.00
0.0 -> 5.0 - 778.00 24,427.00 25,000.00 25,000.00 20,121.00 780.00 0.0 -> 5.0 - 2,584.00 25,000.00 25,005.00 24,365.00 18,926.00 346.00
-5.0 -> 0.0 - - 19,465.00 25,000.00 24,907.00 12,661.00 - -5.0 -> 0.0 - - 21,879.00 25,005.00 24,838.00 10,216.00 -
-10.0 -> -5.0 - - 16,238.00 25,000.00 17,897.00 14,910.00 - -10.0 -> -5.0 - - 18,676.00 25,005.00 16,368.00 13,597.00 -
-15.0 -> -10.0 - - 10,507.00 24,413.00 12,904.00 13,042.00 - -15.0 -> -10.0 - - 12,965.00 24,043.00 10,584.00 12,718.00 -
-20.0 -> -15.0 - - 7,281.00 15,172.00 20,275.00 9,829.00 - -20.0 -> -15.0 - - 9,757.00 13,184.00 19,597.00 9,528.00 -
-25.0 -> -20 - - 1,104.00 10,199.00 24,977.00 4,116.00 - -25.0 -> -20 - - 2,601.00 8,532.00 24,968.00 3,815.00 -
-30.0 -> -25.0 - - - 18,897.00 24,913.00 987.00 - -30.0 -> -25.0 - - 1.00 19,316.00 24,285.00 774.00 -
-35.0 -> -30.0 - - - 17,590.00 20,185.00 - - -35.0 -> -30.0 - - - 20,140.00 18,814.00 - -
-40.0 -> -35.0 - - - 14,374.00 16,973.00 - - -40.0 -> -35.0 - - - 16,933.00 15,605.00 - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

6. Penambangan Bulan Ke-6


Kegiatan penambangan bulan ke-6 dilakukan pada blok L dan M dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 10 mdpl sampai elevasi -15 mdpl. Pada
penambangan volume keenam, estimasi volume lapisan overburden yang
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
kelima, sebesar 468,936 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 153,262 ton yang akan digali dan diangkut
ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut merupakan
skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-6, dapat dilihat pada
tabel 6.8.

Tabel 6. 8 Pushback Penambangan Bulan Ke-6


Elevasi Blok M7 Blok M6 Blok M5 Blok M4 Blok M3 Blok M2 Blok M1 Elevasi Blok L7 Blok L6 Blok L5 Blok L4 Blok L3 Blok L2 Blok L1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - 3.00 - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - 5,723.00 14,239.00 1,252.00 - - - 10.0 -> 15.0 - 5,732.00 4,346.00 - - - 9.00
5.0 -> 10.0 - 2,006.00 23,808.00 18,945.00 2,450.00 204.00 129.00 5.0 -> 10.0 - 2,847.00 23,249.00 8,001.00 5,978.00 12,544.00 2,782.00
0.0 -> 5.0 - 381.00 22,108.00 24,995.00 23,562.00 21,188.00 951.00 0.0 -> 5.0 - 321.00 24,306.00 24,995.00 24,365.00 23,147.00 980.00
-5.0 -> 0.0 - - 16,548.00 24,995.00 25,000.00 15,943.00 - -5.0 -> 0.0 - - 18,916.00 24,995.00 25,001.00 12,581.00 -
-10.0 -> -5.0 - - 13,192.00 24,995.00 21,470.00 9,537.00 - -10.0 -> -5.0 - - 15,708.00 24,995.00 18,130.00 13,596.00 -
-15.0 -> -10.0 - - 7,333.00 23,672.00 11,830.00 9,281.00 - -15.0 -> -10.0 - - 9,992.00 22,938.00 14,183.00 11,647.00 -
-20.0 -> -15.0 - - 4,479.00 10,822.00 19,516.00 7,258.00 - -20.0 -> -15.0 - - 6,662.00 11,326.00 23,475.00 8,440.00 -
-25.0 -> -20 - - - 11,710.00 23,975.00 1,900.00 - -25.0 -> -20 - - 161.00 14,054.00 25,005.00 2,731.00 -
-30.0 -> -25.0 - - 33.00 18,251.00 22,184.00 142.00 - -30.0 -> -25.0 - - 17.00 17,026.00 24,285.00 244.00 -
-35.0 -> -30.0 - - - 12,145.00 15,429.00 - - -35.0 -> -30.0 - - - 13,937.00 18,814.00 - -
-40.0 -> -35.0 - - - 9,167.00 11,854.00 - - -40.0 -> -35.0 - - - 24,995.00 15,605.00 - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

7. Penambangan Bulan Ke-7


Kegiatan penambangan bulan ke-7 dilakukan pada blok N dengan
menurunkan elevasi dari elevasi 10 mdpl sampai elevasi -15 mdpl. Pada
penambangan volume ketujuh, estimasi volume lapisan overburden yang
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence

63
keenam, sebesar 70,859.00 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 4,993 ton yang akan digali dan diangkut ke
stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Pada bulan ini juga
dilakukan kegiatan back filling, yaitu lapisan tanah penutup yang ada pada
disposal, dipindahkan kembali pada pit sequence ke tujuh ini. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-7, dapat
dilihat pada tabel 6.9.

Tabel 6. 9 Pushback Penambangan Bulan Ke-7

Elevasi Blok N7 Blok N6 Blok N5 Blok N4 Blok N3 Blok N2 Blok N1


50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - 2.00 3,319.00 142.00 - - -
5.0 -> 10.0 - - 3,869.00 8,163.00 1,053.00 - -
0.0 -> 5.0 - - 2,382.00 11,650.00 13,385.00 4,298.00 -
-5.0 -> 0.0 - - 621.00 8,200.00 10,444.00 2,544.00 -
-10.0 -> -5.0 - - 133.00 6,237.00 8,636.00 1,359.00 -
-15.0 -> -10.0 - - - 2,949.00 4,942.00 57.00 -
-20.0 -> -15.0 - - - 1,171.00 1,079.00 1.00 -
-25.0 -> -20 - - - 44.00 791.00 - -
-30.0 -> -25.0 - - - 6.00 264.00 - -
-35.0 -> -30.0 - - - - - - -
-40.0 -> -35.0 - - - - - - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - -

6.2.3. Rencana Pengangkutan Material


Acuan mengenai perencanaan pengangkutan material didasarkan pada
Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1827
K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan
yang baik mengenai perencanaan pengangkutan dan penumpukkan komoditas
untuk mineral bukan logam/batuan.
Kegiatan pengangkutan yang direncanakan PT. Jaya Bara Mandiri dilakukan
di dalam area konsesi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi dengan
jumlah jalur yang direncanakan dua jalur, kegiatan pengangkutan ini terbagi
menjadi dua jenis kegiatan yaitu kegiatan pengangkutan material timbunan

64
dengan Dump Truck VOLVO FMX 400 dan kegiatan pengangkutan batubara
dengan Dump Truck Hino FM260. Unit yang digunakan dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup berupa Dump Truck dengan kapasitas 10 BCM
dan dalam kegiatan pengangkutan batubara menggunakan Dump Truck dengan
kapasitas 8 BCM. Berikut merupakan dasar perhitungan lebar jalan
pengangkutan material :
1. Dasar Perhitungan Lebar Jalan Minimun untuk Jalan Lurus Lebar jalan
lurus dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
L = Lebar jalan minimum pada jalan lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt= Lebar alat angkut
2. Dasar Perhitungan Lebar Jalan Minimum untuk Lebar Jalan Tikungan
Lebar jalan minimum pada tikungan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Keterangan :
Lb = Lebar minimum jalan pada tikungan, meter
U = Lebar jejak roda, meter
Fa = Lebar juntai (overhang) depan, meter
Fb = Lebar juntai (overhang) tikungan, meter
Z = Jarak sisi luar badan dump truck ke tepi jalan, meter
C = Jarak dua dump truck pada waktu berpapasan, meter
Berikut merupakan input data yang akan digunakan dalam perhitungan :
- Lebar alat angkut (Wt) = 2,55 m
- Lebar jejak roda (U) = 0,3 m
- Lebar juntai (overhang) depan (Fa) = 1,2 m

65
- Lebar juntai (overhang) belakang (Fb) = 1,5 m
- Jumlah jalur (n) = 2
1. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
L = n x Wt + [(n+1)] x (0,5xWt)]
= 2 x 2,55 + [(2+1) x (0,5 x 2,55)]
= 8,9 m
2. Perhitungan Lebar Jalan Tikungan
Lb = n (U + Fa + Fb + Z) + c
= 2 (0,3 + 1,2 + 1,5 + Z) + c
Dimana :
c =Z =
=
= 1,5 m
Jadi :
Lb = 2(0,3 + 1,2 + 1,5 + 1,49) + 1,49
= 10.41 m
Setelah lebar jalan minimum didapatkan dari hasil perhitungan diatas,
untuk jalur pengangkutan material (waste dan batu andesit), rencana
jalan yang dibuat didasarkan pada kondisi topografi disekitar wilayah
rencana bukaan blok penambangan untuk menentukan kemiringan
jalan yang sesuai dengan kemampuan rimpull alat angkut ketika
membawa material. Pada bagian sisi tepi jalan (crest) diberikan
tanggul pengaman dengan tinggi 1,4 meter (1 meter + (4% x 10
meter), material yang digunakan dapat berupa boluder batuan.
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja
6.3.1. Jumlah Hari Kerja Efektif
Waktu kerja efektif adalah jumlah waktu kerja bersih yang benar-benar
digunakan untuk melakukan pekerjaan didalam jumlah waktu kerja produktif
yang ada. Waktu kerja operasional penambangan, mencangkup semua
kegiatan, penggalian, pemuatan, pengangkutan dan pengolahan batubara
beserta waktu-waktu hambatan yang dihadapi. Direncanakan PT. Jaya Bara
Mandiri menerapkan 2 shift/hari yaitu dengan jam kerja 20 jam/hari dengan
jumlah hari kerja 7 hari dalam satu minggu. Jam kerja efektif yang
direncanakan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 6.10.

66
Tabel 6. 10 Rencana Waktu Kerja

Jam Kerja (Senin-Minggu) Durasi Waktu


Masuk Kerja 0 06:00
Waktu Produktif I 360 06.00 : 12.00
Istirahat 60 12.00 : 13.00
Waktu Produktif II 300 12.00 : 17.00
Pulang Kerja 0 17:00
Waktu Tersedia 720
Waktu Kerja Produktif 660

Tabel 6. 11 Standard Parameter Operational


Subject Description Parameter Agustus 2021 - Juli 2022
Month Agustus-21 Sep-21 Oct-21 Nov-21
Week Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Aug-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Sep-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Oct-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Nov-21
Date From 1 9 16 23 30 01-Aug 1 6 13 20 27 01-Sep 1 4 11 18 25 01-Oct 1 8 15 22 29 01-Nov
Date To 8 15 22 29 31 31-Aug 5 12 19 26 30 30-Sep 3 10 17 24 31 31-Oct 7 14 21 28 30 30-Nov
Day 8 7 7 7 2 31 5 7 7 7 4 30 3 7 7 7 7 31 7 7 7 7 2 30
Holiday 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hours 20 160 140 130 140 40 610 100 140 140 140 80 600 60 140 140 140 140 620 168 168 168 168 48 720
Machine Availability 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85
Maintenance Time
Maintenance Hours 24 21 19.5 21 6 91.5 15 21 21 21 12 90 9 21 21 21 21 93 25.2 25.2 25.2 25.2 7.2 108
Available Hours Hrs 136 119 111 119 34 519 85 119 119 119 68 510 51 119 119 119 119 527 143 143 143 143 41 612
Rain 4 4 4 4 1 17 3 4 4 4 2 16 2 5 5 5 5 23.8 16 16 16 16 5 24
Iddle Time
Slippery 2 2 2 2 0 7 1 2 2 2 1 6 1 2 2 2 2 10 6 6 6 6 2 27
Iddle Time Hours 6 5 5 5 2 24 4 5 5 5 3 23 3 8 8 8 8 33 22 22 22 22 6 95
Net Available Hours 130 114 105 114 32 495 81 114 114 114 65 487 48 111 111 111 111 494 121 121 121 121 34 517
Shift Duration
Rest & Meal 2.00 1.00 16 14 13 14 4 61 10 14 14 14 8 60 6 14 14 14 14 62 14 14 14 14 4 60
Payers (Jum'at) 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00
Prayers 2.00 0.75 6 5.25 4.875 5.25 1.5 22.875 3.75 5.25 5.25 5.25 3 22.5 2.25 5.25 5.25 5.25 5.25 23.25 5.25 5.25 5.25 5.25 1.5 22.5
Fasting
Delay Time Fuel & Lube 2.00 0.25 4 3.5 3.25 3.5 1 15.25 2.5 3.5 3.5 3.5 2 15 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3.5 3.5 3.5 3.5 1 15
Safety Meeting 1.00 1.00 1 1 1 1 1 1 1 1
Blasting 1.00 0.25 2 1.75 1.625 1.75 0.5 7.625 1.25 1.75 1.75 1.75 1 7.5 0.75 1.75 1.75 1.75 1.75 7.75 1.75 1.75 1.75 1.75 0.5 7.5
Shift Change 2.00 0.25 4 3.5 3.25 3.5 1 15.25 2.5 3.5 3.5 3.5 2 15 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3.5 3.5 3.5 3.5 1 15
Others 2.00 1.00 6.50 5.68 5.26 5.68 1.62 24.75 4.06 5.69 5.69 5.69 2.64 23.75 2.39 5.57 5.57 5.57 5.57 24.68 5.03 5.03 5.03 5.03 1.44 21.54
Delay time Hours 0.00 40.49652 34.68445 32.25945 34.68445 9.624129 151.749 26.061 34.6854 34.6854 34.6854 18.63621 148.7534 16.38877 34.57381 34.57381 34.57381 34.57381 154.684 35.02608 34.02608 34.02608 34.02608 9.436022 146.5403
Utilised Hours Hrs 89 79 73 79 23 343 55 79 79 79 46 339 31 77 77 77 77 339 86 87 87 87 25 370
Use of Availability % 66 66 66 66 67 66 65 66 66 66 68 66 62 65 65 65 65 64 60 61 61 61 61 61
11 11 10 11 11 11 11 11 11 11 12 11 10 11 11 11 11 11 12 12 12 12 13 12
113 100 92 100 29 435 70 100 100 100 58 429 40 98 98 98 98 432 111 112 112 112 32 478

Dec-21 Jan-22 Feb-22 Mar-22


Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21
1 6 13 20 27 01-Dec 1 3 10 17 24 01-Dec 1 7 14 21 28 01-Dec 1 7 14 21 28 01-Dec
5 12 19 26 31 31-Dec 2 9 16 23 30 31-Dec 6 13 20 27 - 31-Dec 6 13 20 27 31 31-Dec
5 7 7 7 5 31 3 7 7 7 7 31 6 7 7 7 1 28 6 7 7 7 4 31
0 0 0 0 0.5 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
120 168 168 168 108 732 60 140 140 140 140 620 120 140 140 140 20 560 120 140 140 140 80 620
85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85
18 25.2 25.2 25.2 16.2 109.8 9 21 21 21 21 93 18 21 21 21 3 84 18 21 21 21 12 93
102 143 143 143 92 622 51 119 119 119 119 527 102 119 119 119 17 476 102 119 119 119 68 527
12 17 17 17 11 20 3 6 6 6 6 26.8 5 6 6 6 1 23.8 4 5 5 5 3 21.8
5 7 7 7 4 29 1 2 2 2 2 11 2 2 2 2 0 10 2 2 2 2 1 9
17 24 24 24 15 103 4 8 8 8 8 38 7 8 8 8 1 33 6 7 7 7 4 31
85 119 119 119 77 519 47 111 111 111 111 489 95 111 111 111 16 443 96 112 112 112 64 496

10 14 14 14 9 61 6 14 14 14 14 62 12 14 14 14 2 56 12 14 14 14 8 62
1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00
3.75 5.25 5.25 5.25 3.375 22.875 2.25 5.25 5.25 5.25 5.25 23.25 4.5 5.25 5.25 5.25 0.75 21 4.5 5.25 5.25 5.25 3 23.25

2.5 3.5 3.5 3.5 2.25 15.25 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3 3.5 3.5 3.5 0.5 14 3 3.5 3.5 3.5 2 15.5
1 1 1 1 1 1 1 1
1.25 1.75 1.75 1.75 1.125 7.625 7.75 1.75 1.75 1.75 1.75 14.75 1.5 1.75 1.75 1.75 0.25 7 1.5 1.75 1.75 1.75 1 7.75
2.5 3.5 3.5 3.5 2.25 15.25 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3 3.5 3.5 3.5 0.5 14 3 3.5 3.5 3.5 2 15.5
3.55 4.97 4.97 4.97 3.19 21.63 2.37 5.53 5.53 5.53 5.53 24.47 4.74 5.53 5.53 5.53 0.79 22.13 4.80 5.61 5.61 5.61 3.20 24.82
25.54661 33.96526 33.96526 33.96526 21.19195 148.6343 23.36845 34.52639 34.52639 34.52639 34.52639 161.474 30.743 34.5335 34.5335 34.5335 5.7905 140.134 30.80465 34.60542 34.60542 34.60542 20.2031 154.824
60 85 85 85 55 371 24 76 76 76 76 328 64 76 76 76 10 303 65 78 78 78 44 342
58 60 60 60 60 60 47 64 64 64 64 62 63 64 64 64 59 64 64 65 65 65 64 65
12 12 12 12 11 12 8 11 11 11 11 11 11 11 11 11 10 11 11 11 11 11 11 11
78 110 110 110 72 480 33 97 97 97 97 421 82 97 97 97 13 387 83 99 99 99 56 435

Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22


Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Dec-21
1 4 11 18 25 01-Dec 1 2 16 23 30 01-Dec 1 6 13 20 27 01-Dec 1 4 11 18 25 01-Dec
3 10 17 24 30 31-Dec - 8 22 29 31 31-Dec 5 12 19 26 31 31-Dec 3 10 17 24 31 31-Dec
3 7 7 7 6 30 1 7 7 7 2 24 5 7 7 7 5 31 3 7 7 7 6 30
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 140 140 140 120 600 20 140 140 140 40 480 100 140 140 140 100 620 60 140 140 140 120 600
85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85 85% 85% 85% 85% 85% 0.85
9 21 21 21 18 90 3 21 21 21 6 72 15 21 21 21 15 93 9 21 21 21 18 90
51 119 119 119 102 510 17 119 119 119 34 408 85 119 119 119 85 527 51 119 119 119 102 510
1 3 3 3 3 14.8 1 5 5 5 1 16.8 3 4 4 4 3 17.8 2 4 4 4 4 19
1 1 1 1 1 6 0 2 2 2 1 7 1 2 2 2 1 7 1 2 2 2 2 8
2 5 5 5 4 21 1 7 7 7 2 24 4 6 6 6 4 25 3 6 6 6 5 27
49 114 114 114 98 489 16 112 112 112 32 384 81 113 113 113 81 502 48 113 113 113 97 483

6 14 14 14 12 60 2 14 14 14 4 48 10 14 14 14 10 62 6 14 14 14 12 60
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00
2.25 5.25 5.25 5.25 4.5 22.5 0.75 5.25 5.25 5.25 1.5 18 3.75 5.25 5.25 5.25 3.75 23.25 2.25 5.25 5.25 5.25 4.5 22.5

1.5 3.5 3.5 3.5 3 15 0.5 3.5 3.5 3.5 1 12 2.5 3.5 3.5 3.5 2.5 15.5 1.5 3.5 3.5 3.5 3 15
1 1 1 1 1 1 1 1
0.75 1.75 1.75 1.75 1.5 7.5 0.25 1.75 1.75 1.75 0.5 6 1.25 1.75 1.75 1.75 1.25 7.75 0.75 1.75 1.75 1.75 1.5 7.5
1.5 3.5 3.5 3.5 3 15 0.5 3.5 3.5 3.5 1 12 2.5 3.5 3.5 3.5 2.5 15.5 1.5 3.5 3.5 3.5 3 15
2.45 5.71 5.71 5.71 4.89 24.46 0.80 5.61 5.61 5.61 1.60 19.22 4.05 5.67 5.67 5.67 4.05 25.10 2.42 5.64 5.64 5.64 4.83 24.17
16.4464 34.70827 34.70827 34.70827 29.8928 150.464 6.801 34.607 34.607 34.607 10.602 121.224 26.04903 34.66865 34.66865 34.66865 25.04903 155.104 16.417 34.63967 34.63967 34.63967 29.834 150.17
32 79 79 79 68 339 9 78 78 78 21 263 55 79 79 79 56 347 32 78 78 78 67 333
64 67 67 67 67 66 54 65 65 65 63 65 65 66 66 66 66 66 63 66 66 66 66 65
11 11 11 11 11 11 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
41 100 100 100 86 429 12 99 99 99 27 335 70 100 100 100 71 440 41 99 99 99 85 423

67
Tabel diatas menjelaskan standard parameter operational untuk pertambangan PT. Jaya
Bara Mandiri dimana menggunakan jumlah maintenance hour adalah 15%dari
ketersediaan waktu yang ada. Waktu slippery yang digunakan adalah 40% dari waktu
hujan yang ada, sehingga idle time yaitu waktu yang terbuang dalam proses
penambangan, akibat hal-hal yang tidak dapat dikendalikan manusia. Biasanya terjadi
karena faktor alam dan lingkungan, seperti hujan, kabut, dan lainnya. Sehingga hasil
penjumlahan dari waktu hujan ditambah dengan waktu slippery.
Sedangkan Delay time yaitu waktu yang terbuang dalam proses penambangan, akibat
hal-hal yang sudah terduga atau bukan waktu efektif bekerja. Yang menjadi komponen
dari Delay time pada PT. Jaya Bara Mandiri adalah waktu istirahat, waktu sholat jumat,
waktu sholat ashar dan isya, waktu pengisian fuel dan lube, waktu safety meeting, shift
change dan waktu tak terduga. Sehingga didapatkan waktu kerja efektif (utilised hour)
yang sudah dikurang dengan idle maupun delay time.
6.4. Peralatan Penambangan
6.4.1. Jenis dan Spesifikasi Alat Utama dan Penunjang
Untuk menentukan jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan
penambangan, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang
akan dilakukan dalam operasi penambangan tersebut. Dengan gambaran jenis
kegiatan yang jelas, maka penentuan spesifikasi peralatan yang akan
digunakan lebih mudah dilakukan. Jenis peralatan utama penambangan yang
mutlak dipergunakan adalah excavator, dan dump truck.
Dalam kegiatan penambangan PT. Jaya Bara Mandiri terbagi menjadi dua
kegiatan penggalian yaitu kegiatan penggalian tanah penutup, kegiatan
penggalian material batuan penutup (waste) dan kegiatan penggalian
komoditas bahan galian yaitu batubara. Dalam kegiatan penggalian waste
digunakan alat gali-muat berupa excavator Komatsu PC 400 dan alat angkut
berupa dump truck VOLVO FMX 400. Dalam kegiatan penggalian komoditas
batubara digunakan alat gali berupa excavator Komatsu PC 200 dan alat
angkut berupa dump truck Dutro 130. Kegiatan penyiraman jalan tambang
dilakukan pada waktu hari kering dengan menggunakan water truck.

1. Alat Utama
a. Excavator Komatsu PC 400

68
Gambar 6. 3 Komatsu PC 400

Tabel 6. 12 Spesifikasi dan Harga Komatsu PC 400

Excavator Komatsu PC-400


Mesin Diesel 4 tak
Berat 42250 Kg
Mesin 347 HP
Harga Sewa 1 Unit 450000 Rp/Jam
Useful Life 35000 Jam
Kapasitas bak oli mesin 38 liter
load Factor 0.1
Ongkos Perawatan dan reparasi 100% Include Rental

Operation Cost PC 400


Kebutuhan Bahan Bakar Dalam 1 Jam 42 Liter/Jam
Biaya Pemakaian Bahan Bakar / Jam 575,400 Rp/Jam
Ongkos operator Gaji + Lembur -
Ongkos Penggantian Alat Harga Teeth bucket/Jam kera 1 tahun -
Biaya Sewa Alat Harga Sewa Alat 450,000 Rp/Jam
Biaya Oli Harga oli mesin + gemuk + oli hydraulic 9,990 Rp/Jam
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 459,990 Rp/Jam
Biaya kepemilikan per jam & biaya Operasi Ownership Cost + Operational Cost 459,990 Rp/Jam
Ongkos pemuatan BB Jumlah Unit x Total Cost x 20 Jam/Hari 9,199,800 Rp/Hari
Biaya Pemuatan BB/ Hari 9,199,800

pc 400
Lubricant (oil and grease) Filter and periodic Liter/Jam Harga Rp/Jam
Crank Case 0.075 42000 3150
hydraulic control 0.045 42000 1890
Grease 0.11 45000 4950
GrandTotal 9990

b. Excavator Komatsu PC 200

69
Gambar 6. 4 Excavator Komatsu PC 200

Tabel 6. 13Spesifikasi Excavator Komatsu PC 200

Excavator Pc 200
Mesin Diesel 4 tak
Berat 20500 kg
Mesin 147 HP
Harga Sewa 1 Unit 380000 Rp/Jam
Useful Life 35000 Jam
Kapasitas bak oli mesin 23 liter
load Factor 0.1
Ongkos Perawatan dan reparasi 100% Include Rental

Operation Cost PC 200


Kebutuhan Bahan Bakar Dalam 1 Jam 23 Liter/Jam
Biaya Pemakaian Bahan Bakar / Jam 315,100 Rp/Jam
Ongkos operator Gaji + Lembur -
Ongkos Penggantian Alat Harga Teeth bucket/Jam kera 1 tahun -
Biaya Sewa Alat Harga Sewa Alat 180,000 Rp/Jam
Biaya Oli Harga oli mesin + gemuk + oli hydraulic 6,510 Rp/Jam
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 186,510 Rp/Jam
Biaya kepemilikan per jam & biaya Operasi Ownership Cost + Operational Cost 186,510 Rp/Jam
Ongkos pemuatan BB Jumlah Unit x Total Cost x 20 Jam/Hari 3,730,200 Rp/Hari
Biaya Pemuatan Top Soil/ Hari 3,730,200

pc 300
Lubricant (oil and grease) Filter and periodic Liter/Jam Harga Rp/Jam
Crank Case 0.05 42000 2100
hydraulic control 0.03 42000 1260
Grease 0.07 45000 3150
GrandTotal 6510

c. VOLVO FMX 400

70
Gambar 6. 5 Dump Truck VOLVO FMX 400

Tabel 6. 14 Spesifikasi Dump Truck VOLVO FMX 400

DT VOLVO FMX 400


Mesin Diesel 4 Tak
Tenaga 400 HP
Jumlah Ban 10 Buah
Harga Sewa 150000 Rp/Jam
Umur Pakai 35000 Jam
Harga 10 Unit Ban Rp
Umur Pakai Ban 4000 Jam
Berat DT Kosong 32000 kg
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental
Operation Cost DT VOLVO FMX 400
Biaya sewa alat Harga sewa Alat 150000 Rp/Jam
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 3 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 41,100 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
Kebutuhan Oli dalam 1 Jam (gallon/Jam) - Gallon/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon - -
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 150000 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 150000 Rp/Jam
Ongkos Angkut Disposal Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 3,000,000 Rp/Hari
Biaya Angkut ob 3,000,000 Rp/Hari

d. Dump Truck Dutro 130

71
Gambar 6. 6 Dump Truck Dutro 130

Tabel 6. 15 Spesifikasi Dump Truck Dutro 130

DT Dutro 130
Mesin Diesel 4 Tak
Tenaga 130 HP
Jumlah Ban 6 Buah
Harga Sewa 70000 Rp/Jam
Umur Pakai 35000 Jam
Harga 6 Unit Ban 221000000 Rp
Umur Pakai Ban 4000 Jam
Berat DT Kosong 2355 kg
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental
Operation Cost DT Dutro 130
Biaya sewa alat Harga sewa Alat 70000 Rp
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 2.5 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 34,250 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
Kebutuhan Oli dalam 1 Jam (gallon/Jam) - Gallon/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon - -
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 95,780 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 95,780 Rp/Jam
Ongkos Angkut OB to Stocksoil Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 1,915,600 Rp/Hari
Biaya Angkut Stocksoil 1,915,600 Rp/Hari

2. Alat Penunjang
a. Bulldozer Komatsu D155
72
Gambar 6. 7 Dozer D155S

Tabel 6. 16 Spesifikasi Dozer D155S

Dozer D155S
Mesin Diesel 4 Tak
Berat 47380 lb
Tenaga 200 HP
Harga Unit 200000 Rp/Jam
Useful Life 35000 Jam
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental

Operation Cost Dozer D155S


Biaya sewa alat Harga sewa Alat 200000 Rp/Jam
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 19 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 256190 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon 5,940 Rp/Jam
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 205,940 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 205,940 Rp/Jam
Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 4,118,800 Rp/Hari
Rp/Hari

b. Motor Grader Komatsu 511A

73
Gambar 6. 8 Grader Komatsu 511A

Tabel 6. 17 Spesifikasi Grader 511A

Motor Grader 511A


Mesin Diesel 4 tak
Tenaga 135 Hp
Jumlah ban 4 Buah
Harga Sewa 180000 Rp/Jam
Umur pakai 35000 Jam
Harga 4 Unit ban 7019520 Rp
Berat Kosong 23810 lb
Efisiensi Mesin 0.97
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental

Operation Cost Grader 511A


Biaya sewa alat Harga sewa Alat 180000 Rp/Jam
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 12 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 164400 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli 6,780 Rp/Jam
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 186,780 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 186,780 Rp/Jam
Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 3,735,600 Rp/Hari

74
c. Vibro Sakai 512D

Gambar 6. 9 Vibro Sakai SV512D

Tabel 6. 18 Spesifikasi Vibro Sakai SV512D

Vibro Sakai SV512D


Mesin Diesel 4 tak
Tenaga 114,7 Hp
Jumlah Ban 2 Buah
Harga Sewa 220000 Rp/Jam
umur pakai 35000 Jam
Harga 2 Unit Ban 32000000 Rp
Berat 23148,6 lb
Lebar Drum 2,13 M
Diameter Drum 1,5m M
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental
Operation Cost Vibro SV512D
Biaya sewa alat Harga sewa Alat 220000 Rp/Jam
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 8 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 109600 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
Kebutuhan Oli dalam 1 Jam (gallon/Jam) - Gallon/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon - -
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 248,491 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 248,491 Rp/Jam
Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 2,092,128 Rp/Hari

75
d. Bus Scania P360 IP

Gambar 6. 10 Bus Scania P360 IB

Tabel 6. 19 Bus Scania P360 IB

Bus (Tayo) Scania P360 IB


Mesin Diesel 4 Tak
Tenaga 360 Hp
Jumlah Ban 6 Buah
Harga Sewa 200000 Rp/Jam
Umur Pakai 35000 Jam
Harga 6 Ban 31212000 Rp
Umur Ban 4000 Jam
Berat kosong 42990 lb
Operation Cost Scania P360 IB
Biaya sewa alat Harga sewa Alat 200000 Rp/Jam
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 3 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 43840 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur + Tunjangan 0 Rp/Jam
Kebutuhan Oli dalam 1 Jam (gallon/Jam) 0 liter/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon 2,700 Rp/Jam
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 246,543 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 249,243 Rp/Jam
Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 4,790,860 Rp/Hari

6.4.2. Jumlah Alat Utama dan Penunjang


Kebutuhan peralatan tambang dihitung berdasarkan target produksi jenis
material pertahunnya dibagi dengan beberapa parameter setiap jenis peralatan.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan peralatan tambang, untuk
memproduksi komoditas bahan galian berupa batubara.

76
Tabel 6. 20 Rencana Kebutuhan Jenis Alat dan Biaya

Jumlah
Harga Sewa Harga Sewa
No Nama Alat Jenis Alat Umur Alat (tahun) Satuan Satuan Ket Kebutuha Total Harga/tahun Satuan
Unit/hour Unit/tahun
n Alat
A.Peralatan Utama
Area Tambang
1 Exca OB Komatsu PC 400 32.4828755 USD/hour 237,125 USD/tahun 20 jam/day 5 1,185,625 USD/tahun
2 Exca Coal Komatsu PC 200 13.17068004 USD/hour 96,146 USD/tahun 20 jam/day 2 192,292 USD/tahun
3 Hauler OB Dump Truck FMX400 10.59247228 USD/hour 77,325 USD/tahun 20 jam/day 20 1,546,501 USD/tahun
5
4 Hauler BB Dump Truck Dutro 130 6.763646635 USD/hour 49,375 USD/tahun 20 jam/day 10 493,746 USD/tahun
5 Buldozer D 85 ESS 14.54275828 USD/hour 106,162 USD/tahun 20 jam/day 4 424,649 USD/tahun
6 Motor Grader GD 511 13.18974649 USD/hour 96,285 USD/tahun 20 jam/day 4 385,141 USD/tahun
4,227,953 USD/tahun
Stockpile
1 Wheel Loader WA 30 A 44429 USD/hour 238,850,304 USD/tahun 20 menit/hour 1 238,850,304.00 USD/tahun
2 Diesel Genset 500 KV A 26667 USD/hour 40,919 USD/tahun unit beli 2 81,837.20 USD/tahun
5
3 Lighting TL JCB LT9 1606 USD/hour 7,516 USD/tahun unit beli 2 15,031.40 USD/tahun
4 Jembatan Timbang Max 30 Ton 5.80 USD/hour 41,754 USD/tahun unit beli 1 41,753.70 USD/tahun
238,988,926.30 USD/tahun
Pengolahan
1 Wheel Loader 4 107284 USD/tahun unit beli 1 107,284 USD/tahun
2 Unit Crusher 44793 USD/tahun unit beli 1 44,793 USD/tahun
3 Excavator 7484 USD/tahun unit beli 1 7,484 USD/tahun
159,561 USD/tahun
B. Peralatan Pendukung
1 Diesel Genset 500 KV A USD/hour 40,919 USD/tahun unit beli 1 40,918.60 USD/tahun
4
2 Lighting TL JCB LT9 USD/hour 7,516 USD/tahun unit beli 4 30,062.80 USD/tahun
3 WT WT HINO FM260JD 13 USD/hour 93,600 USD/tahun 20 menit/hour 2 187,200.00 USD/tahun
2
4 FT FT HINO 13 USD/hour 93,600 USD/tahun 20 menit/hour 2 187,200.00 USD/tahun
445,381.40 USD/tahun
C.Kendaraan
1 LV akses ke tambang Mitsubishi Strada 9.229856649 USD/hour 66,455 USD/tahun 30 menit/hour 11 731,005 USD/tahun
2
2 Bus karyawan Mitsubshi 25 seat 17.60066379 USD/hour 126,725 USD/tahun 30 menit/hour 3 380,174 USD/tahun
1,111,179 USD/tahun
D.ATK &Komputer
1 SSB 2,080 USD/rahun unit beli 2 4,160 USD/tahun
2 HT 4 260 USD/rahun unit beli 11 2,860 USD/tahun
3 Komputer 650 USD/rahun unit beli 15 9,750 USD/tahun
16,770 USD/tahun

TOTAL BIAYA PERALATAN/TAHUN 244,949,770.87 USD/tahun

6.4.3. Unjuk Kerja Alat (Availability dan Utilisation) dan produktivitas alat
Unjuk kerja alat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui efisiensi atau
ketersediaan (avaibility) alat tersebut untuk dioperasikan secara produktif.
Dalam proses perhitungan unjuk kerja alat diperlukan beberapa parameter
waktu hambatnya (Tabel 6.21).

77
Tabel 6. 21 Perhitungan Waktu Hambat

78
Subject Description Hari Jam Menit
Month 30 720 43200
Week 7 168 10080
Date From
Date To
Day
Holiday
Hours 24
Machine Availability
Maintenance Time
Maintenance Hours
Available Hours Hrs
Rain
Iddle Time
Slippery
Iddle Time Hours
Net Available Hours
Shift Duration
Rest & Meal 2.00 1.00
Payers (Jum'at) 1.00 1.00
Prayers 2.00 0.75
Fasting
Delay Time Fuel & Lube 2.00 0.25
Safety Meeting 1.00 1.00
Blasting 1.00 0.25
Shift Change 2.00 0.25
Others 2.00 1.00
Delay time Hours 0.00
Utilised Hours Hrs
Use of Availability %

Unjuk kerja alat kegiatan penambangan dihitung berdasarkan setiap jenis alat
yang dipergunakan. Berdasarkan rencana kebutuhan alat yang digunakan
dalam kegiatan penambangan dan rencana waktu kerja maka dapat
diproyeksikan mengenai unjuk kerja alat. Adapun parameter unjuk kerja alat
diantaranya :
1. Mechanical availability
Merupakan factor ketersediaan alat yang menunjukkan kesiapan suatu alat
dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat. Untuk
setiap alat yang dipergunakan menghasilkan nilai sebesar 100%,
dikarenakan waktu reparasi (repair hours) dijadwalkan setiap hari minggu
(diluar jam kerja kegiatan penambangan).
2. Physical avaibility

79
Merupakan factor ketersediaan alat yang menunjukkan berapa jam atau
waktu suatu alat dipakai selam ajam total kerjanya.
3. Use of avaibility
Merupakan faktor yang menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan.
4. Effective utilization
Merupakan faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu
kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Nilai
effective utilization terkecil pada alat kegiatan pemindahan waste (dengan
rata-rata 39%) sedangkan alat kegiatan penanganan komoditas bahan
galian Tras dan Batu Andesit dan alat bantu pengolahan (dengan rata-rata
>61%). Dengan diketahuinya nilai ini bahwa kegiatan penggalian batubara
PT. Jaya Bara Mandiri berjalan cukup efisien.
Unjuk Kerja Alat pada PT. Jaya Bara Mandiri dapat dilihat pada tabel
6.11.
6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Batubara yang Belum Terpasarkan
Batubara dan material urugan umumnya memiliki jenis dan kualitas yang hamper sama
dalam lingkungan pengendapan atau penyebarannya di permukaan dan di dalam bumi.
Batubara ditentukan nilai kualitas batubaranya berdasarkan hasil uji laboratorium berupa
nilai kadar dari batubara, Di Indonesia sendiri, klasifikasi batubara juga ditentukan oleh
kualitas batubara yang mengacu pada nilai kalori batubara. Setidaknya ada 2 parameter
penentuan kualitas sebuah batubara, yaitu berdasarkan SNI dan Berdasarkan ASTM.
Dari 2 parameter klasifikasi ini selanjutnya menghasilkan berbagai rank dan jenis
batubara.
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 13–6011-1999) dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara Energi Tinggi.
1. Batubara Energi Rendah (Brown Coal): Merupakan jenis batubara yang paling
rendah peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi ( 10-70 % ), terdiri
atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik yang
memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk
dry–ASTM).

2. Batubara Energi Tinggi (Hard Coal): Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih

80
tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air
relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan (coal
handling) relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram
(dalam bentuk dry–ASTM).

Klasifikasi batubara oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)
digambarkan oleh tabel berikut :

1. Rank Anthracitik
Merupakan rank batubara paling tinggi, dimana merupakan batubara berkualitas paling
baik dengan persentase kandungan fixed karbonnya berkisar 86% - 98%. Terdiri atas
beberapa grup, yaitu:
 Meta – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang memiliki
kualitas paling baik, dimana kandungan fixed karbonnya bisa mencapai >98% serta
persentase kandungan volatile matternya <2% (dalam keadaan dry).
 Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung
persentase fixed karbon >92% - <98% serta persentase kandungan volatile matternya
>2% - <8% (dalam keadaan dry).
 Semi – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung
persentase fixed karbon >86% - <92% serta persentase kandungan volatile matternya
>9% - <14% (dalam keadaan dry).

2. Rank Bituminous
Merupakan Rank batubara yang memiliki persentase fixed karbon sebesar <69% - <86%
serta persentase kandungan volatile matter >32% - <22%. Terdiri atas beberapa grup,
yaitu:
 Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang
mengandung persentase fixed karbon sebesar >78% - <86% serta persentase
kandungan volatile matternya sebesar >14% - <22% (dalam keadaan dry).
 Medium – Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous
yang memiliki kandungan fixed karbon sebesar >69% - <78% serta persentase
kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam keadaan dry).
 High – Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous
yang memiliki persentase fixed karbon sebesar <69% , persentase kandungan volatile

81
matternya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000 BTU/lb (dalam keadaan dry).
 High – Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
 High – Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000 BTU/lb (dalam keadaan
dry).

3. Rank Sub-Bituminous
Merupakan Rank batubara yang mengandung nilai kalori >8300 BTU/lb - <11500
BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
 Sub-Bituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
 Sub-Bituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam keadaan dry).
 Sub-Bituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam keadaan dry).

4. Rank Lignitik
Merupakan Rank batubara yang paling rendah dan memiliki kualitas rendah dengan nilai
kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
 Lignit A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori
sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
 Lignit B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori
<6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).

Untuk bahan galian yang nilai kualitasnya tidak memenuhi standar nasional kualitas
agregat halus maka akan dijadikan sebagai material urugan sebagai tanah pucuk untuk
dimanfaatkan pada lahan pasca tambang (lahan reklamasi) sebagai material timbunan.

6.6. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Sumber Daya pada Pascatambang


Apabila setelah masa umur tambang atau masa berlakunya izin usaha pertambangan
(produksi) bahan galian batuan telah berakhir dan terdapat sisa cadangan yang belum

82
termanfaatkan, maka bahan galian tersebut tidak akan diolah oleh pihak perusahaan,
melainkan dibiarkan menjadi lahan reklamasi dan selanjutnya diupayakan lahan tersebut
dapat kembali memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berdaya dukung kuat dengan
ekosistem baru yang subur dan dapat diperuntukkan sebagai potensi lahan lainnya.

83
BAB VII

RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

7.1. Studi/Percobaan Pengolahan


Sebagai pemegang IUP salah satu kewajibannya adalah dengan meningkatkan nilai
tambah sumberdaya mineral dalam melaksanakan pengolahan dan pemurnian di dalam
negeri. wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam
pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian serta pemanfaatan mineral dan
batubara, dan melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan dalam negeri.
Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan
mutu mineral dan/ataubatubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh
mineralikutan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor Tahun 2010
Tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha Pertambangan Bahan Galian Bukan Logam
dan Batuan, Pasal 50 butir (4) disebutkan bahwa dalam pelaksanaan pengolahan dan
pemurnian, perusahaan wajib:
a. memilih dan menggunakan metode/ system pengolahan yang tepat;
b. mempertimbangkan hasil studi pengolahan;
c. melakukan uji coba pengolahan;
d. berupaya memisahkan dan mendapatkan mineral ikutan;
e. melakukan kontrol kualitas produk;
f. memaksimalkan perolehan;
g. melakukan pencampuran (blending) bila diperlukan;
h. meminimalkan kandungan mineral berharga yang terbuang dalam tailing; dan
i. meningkatkan kualitas komoditas tambang yang akan dijual.

7.2. Tatacara Pengolahan

84
Teknologi pengolahan atau preparasi batubara terdiri dari berbagai proses yang dapat
diaplikasikan dengan tujuan meningkatkan kualitas batubara sehingga dapat
mememenuhi kebutuhan pasar. Pada awalnya proses benefisiasi batubara hanya
bertujuan untuk memproduksi batubara yang dapat dijual dan memberikan nilai
ekonomis untuk kegiatan pertambangan batubara. namun saat ini benefisiasi batubara
juga membawa manfaat terhadap lingkungan yang cukup besar diantaranya mengurangi
emisi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Dioksida (CO2), dan partikel pengotor melalui
suplai batubara bersih untuk dimanfaatkan. Proses peningkatan kualitas batubara pada
prinsipnya meliputi pre-treatment, cleaning, sizing, dewatering, dan tailing treatment
yang akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikut.
7.2.1. Penanganan Material Padat
Keberhasilan operasi pencucian batubara sangat tergantung pada pengotor
yang harus dipisahkan dari batubara. Agar butiran pengotor dapat dipisahkan
maka diperlukan usaha untuk memperkecil ukuran batubara. Proses untuk
memperkecil ukuran material disebut kominusi. Dalam melaksanakan tahap
kominusi, pengecilan ukuran dilakukan hingga ukuran yang diperlukan saja,
tanpa harus memperkecil ukuran sehingga menjadi terlalu halus karena akan
menambah biaya kominusi yang relatif mahal. Secara umum bagian-bagian
yang ada pada proses kominusi adalah peremukan (crushing). Proses crushing
memerlukan proses pendukung seperti hopper dan feeder agar dapat
beroperasi secara optimal.
1. Hopper (Penampung)
Hopper adalah bak penampung material padat sebelum diteruskan
kedalam crusher (mesin penghancur) dengan bantuan feeder (mesin
pengumpan). Hal yang harus dicermati dalam pemakaian hopper di
industri pengolahan bahan galian adalah pengurangan daya tampung dari
hopper. Hal ini merupakan kerugian karena hopper tidak dapat
menampung material padat sebagaimana mestinya sehingga akan
mempengaruhi proses kerja pengolahan bahan galian secara keseluruhan
karena hopper merupakan tahap awal dari proses pengolahan bahan
galian.
Dua masalah utama yang terjadi dalam hopper adalah timbulnya
arching dan rathole. Arching adalah fenomena yang terjadi dimana pada
bagian atas keluaran hopper material padat membentuk cekungan ke

85
dalam. Sedangkan rathole adalah lubang yang tidak terisi oleh material
padat dan terdapat pada bagian tengah dari hopper.
Pada dasarnya aliran keluar pada hopper dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu mass flow, funnel flow, expanded flow. Mass flow adalah
bentuk aliran dimana seluruh material padat dalam hopper bergerak
dengan serentak kebawah menuju keluaran hopper. Kondisi ini dapat
terjadi bila dinding hopper memiliki kemiringan yang tajam dan halus.
Funnel flow adalah bentuk aliran dimana hanya material solid yang berada
diatas lubang keluaran hopper saja yang bergerak kebawah. Expanded
flow adalah bentuk aliran mass flow 4 yang dilanjutkan dengan bentuk
aliran funnel flow. Hal ini dapat terjadi karena terciptanya rathole yang
stabil.
Oleh sebab itu desain hopper sangatlah penting. Desain sebuah hopper
ditentukan dari material apa yang akan mengisi hopper. Karakteristik
material padat yang akan mengisi hopper akan menjadi acuan utama
sehingga kita dapat menentukan panjang area silinder dan panjang area
kerucut dari hopper. Karakteristik material juga akan menentukan lebar
dari diameter keluaran hopper dan kemiringan selimut kerucut sehingga
dengan desain yang tepat diharapkan tidak terbentuk arching dan
rathole.Dengan desain yang tepat kita juga dapat menentukan bentuk
aliran keluar yang akan terjadi.
Pemilihan material sebagai liner untuk hopper memiliki peranan yang
besar. Material yang bersifat sticky cenderung memiliki daya adhesi yang
besar. Oleh karena itu penting untuk mendapatkan material liner yang
memiliki permukaan yang bersifat smooth tetapi mampu menahan impact
yang terjadi di dalam hopper.
2. Feeder (Pengumpan)

Feeder adalah mesin pengumpan yang berfungsi untuk menghantarkan


material padat kedalam crusher (mesin penghancur) dari hopper (bak
penampung). Feeder diperlukan untuk menghasilkan laju masuk material
padat yang relatif konstan atau variable speed ke dalam crusher. Laju
material padat yang masuk diharapkan teratur agar kerja crusher dapat
menjadi optimal. Dengan laju material padat yang masuk teratur maka

86
crusher akan terhindar dari kondisi crusher yang mendadak kosong
ataupun mendadak penuh. Kondisi crusher yang kosong atau terlalu penuh
akan mengurangi efektifitas kerja crusher. Terdapat beberapa jenis feeder
yang dikenal di industri, diantaranya adalah belt feeder, apron feeder,
rotary table feeder, chain feeder, rotary plow feeder, screw feeder,dan
vibratory feeder.

3. Proses Crushing (Peremukan)

Proses peremukan (crushing) bertujuan untuk menyesuaikan ukuran


partikel batubara dengan ukuran yang dapat diterima oleh operasi
pencucian dan untuk menyesuaikan ukuran partikel batubara dengan
permintaan pasar. Operasi pengecilan harus dilakukan secara bertahap.
Peremukan awal batubara umumnya menggunakan alat Roller Crusher
yang diperlihatkan pada karena sifat batubara yang relatif lunak tetapi liat.
Alat ini mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan Jaw Crusher
yaitu lebih efektif untuk menghancurkan batubara, yang dapat
menghasilkan material halus, dan membuat batubara menjadi gepeng.

Mekanisme penghancuran dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu


abrasion, cleavage, dan shatter. Abrasion terjadi bilamana energi yang
kurang diterapkan pada proses penghancuran material padat sehingga
hanya sebagian kecil dari material padat yang hancur yakni hanya bagian
permukaannya saja dan menghasilkan distribusi ukuran partikel yang
halus. Cleavage terjadi bilamana energi yang cukup diterapkan pada
proses penghancuran sehingga material padat menjadi remuk dan
menghasilkan distribusi ukuran partikel yang tidak jauh berbeda dengan
ukuran umpan. Shatter terjadi bilamana energi yang lebih dari cukup
diterapkan dalam proses penghancuran dan mnghasilkan banyak partikel
dengan distribusi ukuran yang lebar.

Bila μ adalah koefisien gesek antara permukaan roller dengan partikel


maka . Dengan mengabaikan berat partikel, agar partikel dapat diremukan
maka

87
Nisbah reduksi peremuk roller biasanya dinyatakan dengan nisbah
diameter partikel terhadap setting d/s dan nilainya berkisar 4. Untuk
peremuk roller permukaan halus, nisbah reduksinya sulit untuk bisa lebih
besar dari 4 karena untuk memperbesar nisbah reduksi hanya dapat
dilakukan dengan cara memperkecil setting akibatnya sudut jepit akan
membesar dan memerlukan koefisien gesek yang besar pula. Untuk
memperbesar koefisien gesek maka permukaan roller dibuat menjadi lebih
kasar (corrugated) atau diberi gigi yang disebut peremuk roller bergigi.

7.2.2. Proses Classification

Batubara kotor yang diumpankan ke pabrik pencucian terdiri dari berbagai


ukuran. Operasi alat pencucian akan sangat baik bila selang ukuran partikel
terbesar dan terkecil relatif pendek. Oleh karena itu sebelum dilakukan
pencucian harus dilakukan pengayakan agar partikel dapat dikelompokan
berdasarkan ukurannnya atau dikenal dengan istilah klasifikasi.

Kegiatan klasifikasi ke dalam kelompok-kelompok ukuran dilakukan baik


sebelum, selama atau sesudah operasi pemisahan menjadi batubara bersih dan
pengotor. Kegiatan klasifikasi dilakukan dengan mengayak atau screening,
sedangkan pemisahan partikel halus dilakukan di dalam suatu media (air).

1. Screening

Proses pengayakan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk


mengelompokan ukuran fraksi batubara, sehingga disebut juga dengan
proses classification. Pengayakan primer (Gambar 2.8) dipakai pada awal
proses untuk menyiapkan batubara kotor agar ukurannya sesuai dengan
operasi pencucian

Alat yang dipakai untuk pengayakan biasanya ayakan getar (vibrating


screen). Hasil yang diperoleh berupa kelompok batubara dengan berbagai
klasifikasi ukuran seperti :

a. Fraksi +125 mm atau tertahan pada pengayak berukuran 125 mm


digunakan untuk operasi kominusi.

88
b. Fraksi -125 mm atau lolos pada pengayak berukuran 125 mm
digunakan untuk operasi pencucian dengan alat Jig.
c. Fraksi -125mm +6mm untuk operasi pencucian dengan alat Dense
Medium Bath.
d. Fraksi -50mm +0.5mm untuk operasi pencucian dengan alat Dense
Medium Separator.
e. Fraksi -0.5mm untuk operasi pencucian dengan alat Flotasi.

Pengayak sekunder biasanya dipakai untuk mengayak material diantara


dua bagian tertentu dan jika pemisahan middling diperlukan. Contohnya
seperti diperlihatkan pada (Gambar 2.14) dari umpan batubara yang
berukuran -125 mm diayak dengan pengayak -16 mm dan + 0.5 mm.
Fraksi yang lolos 0.5 mm (-0.5 mm) langsung dialirkan ke sirkuit flotasi
namun yang tidak lolos 16 mm (+16 mm) akan kembali dilakukan
kembali penggerusan hingga ukurannya -16 mm +0.5 mm dan siap
dipasarkan. Tetapi bila diperlukan, fraksi yang berukuran -125 mm + 16
mm ini dapat dicuci kembali dalam dense medium bath untuk
memisahkan fraksi batubara bersihnya dari middling. Setelah batubara
menjadi bersih dapat pula dilakukan pengayakan untuk
mengelompokannnya secara terpisah-pisah sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.

2. Pengayak Dewatering

Pencucian menggunakan alat Dense Medium Bath menggunakan media


berat dan air sebagai pemisah antara batubara kotor dan bersih. Pengayak
dewatering digunakan untuk mengurangi kadar moisture yang terdapat
pada batubara dan mengambil kembali medium berat yang telah
digunakan. Pengayak dewatering dapat berupa pengayak statis atau getar.
Terkadang digunakan kedua pengayak tersebut dengan menempatkan
sebuah Sieve Bend atau pengayak dewatering statis sebelum pengayak
dewatering getar. Jika digunakan pengayak dewatering getar dua tingkat,
pengayak pada bagian atas akan mengayak partikel kasar dan pengayak
bagian bawah akan melakukan proses dewatering yang lebih efektif.

89
Sistem pencucian yang memakai suspensi media berat berupa magnetite
halus yang akan dibahas pada subbab pencucian dengan media berat.
Magnetite tersebut setelah pencucian sebagian terbawa oleh batubara
maupun pengotornya, oleh karena itu magnetite harus diambil kembali
agar bisa digunakan ulang. Pengambilan kembali magnetit ini dilakukan
denga menggunakan pengayak Deck Wedge Wire. Caranya sama dengan
pemakaian pengayak dewatering tetapi digunakan penyemprot air untuk
membilas sebanyak mungkin magnetite.

Gerakan partikel di sepanjang permukaan pengayak dan getaran pengayak


menyebabkan batubara seolah-olah mengalir di dalam air. Partikel akan
turun di sela-sela partikel besar ke bawah hingga permukaan pengayak.
Proses ini disebut stratifikasi yang merupakan dasar dari operasi
pengayakan. Kemungkinan lolosnya partikel melalui lubang pengayak,
setelah stratifikasi, disebut probabilitas pemisahan.

7.2.3. Proses Pencucian Batubara

Proses pencucian batubara dapat menggunakan dua prinsip pemisahan, yaitu :

a. Pemisahan batubara murni dengan pengotornya berdasarkan sifat densitas


relatifnya. Batubara murni mempunyai densitas sekitar 1,3 sedangkan
pengotornya mempunyai densitas relative diatas 2,2.
b. Pemisahan batubara murni dengan pengotornya berdasarkan sifat
ketertarikannya permukaannya terhadap air. Batubara mempunyai sifat
tidak tertarik terhadap air (hydrophobic) sementara pengotornya bersifat
tertarik terhadap air (hydrophilic).

Prinsip fisika yang dipakai di dalam operasi pemisahan batubara bersih dari
pengotornya berdasarkan densitas relatifnya adalah dengan prinsip endap-
apung (float and sink). Proses dimana partikel mengendap ke dasar fluida dan
membentuk endapan disebut settling. Teori pengendapan bebas (free setling)
dipakai untuk operasi pemisahan partikel batubara dari pengotornya dengan
cara diendapkan di dalam suatu larutan yang densitas relatifnya di antara
densitas relatif batubara dan densitas relatif pengotor. Operasi pemisahan

90
dengan cara pengendapan tidak mungkin dilakukan dalam kondisi
pengendapan bebas karena ada partikel-partikel lain di dalam larutan yang
mempengaruhi kecepatan pengendapan, kondisi pengendapan yang
sebenarnya adalah pengendapan terintangi (hindered settiling). Pengendapan
terrintangi dipengaruhi oleh sifat fisik partikel misalnya ukuran partikel,
kekentalan larutan, dan densitas relatif partikel-partikel yang terlibat.

Batubara yang datang dari muka penambangan biasanya terdiri dari batubara
bersih yang bercampur dengan sejumlah pengotor yang densitasnya lebih
tinggi daripada densitas batubara seperti shale, batu-batuan dan clay, yang
harus dipisahkan di pabrik pencucian sebelum batubara dikirim ke pembeli.
Alat-alat yang dipakai pada operasi pemisahan yang bekerja pada perbedaan
densitas meliputi launder, meja goyang (shaking table) dan jig. Alat-alat ini
bekerja dengan bantuan gerakan air, baik secara horizontal, atau vertical, atau
keduanya. Faktor yang mempengaruhi efisiensi proses alat-alat ini antara lain
ukuran dan bentuk partikel.

Larutan yang digunakan di laboratorium biasanya berupa larutan organic.


Prinsip endap-apung dipakai dalam skala industri untuk memisahkan batubara
bersih dari pengotornya, tetapi tentu saja tidak mungkin menggunakan larutan
organik untuk operasi pemisahannya karena biayanya akan sangat mahal dan
sangat berbahaya. Operasi pemisahan skala industri dikenal nama pemisahan
media berat (dense medium separation= DMS atau heavy medium separation=
HMS)

Prinsip pemisahan media berat adalah bentuk dan ukuran partikel tidak boleh
berperan terlalu besar, pemisahan hanya didasarkan pada perbedaan densitas
relatif. Agar bentuk dan ukuran partikel di dalam operasi pemisahan media
berat, maka media pemisahannya harus tidak dalam keadaan mengalir
(stationer). Semakin kecil arus media pemisah di dalam operasi pencucian,
semakin kecil pula pengaruh ukuran dan bentuk partikel.

Larutan yang ideal untuk pemisahan media berat adalah larutan yang
mempunyai densitas relatif yang pasti dan tetap seperti misalnya
perchlorethylene dan bromoform. Namun kedua larutan ini terlalu mahal bila

91
dipakai untuk operasi berkapasitas besar sehingga perlu ditemukan larutan lain
yang lebih murah. Salah satu alternatif yang pernah dicoba adalah dengan
suatu larutan garam seperti misalnya Natrium Klorida (NaCl), Kalsium
Klorida (CaCl2), dan Zinc Klorida (ZnCl2). Beberapa kerugian dengan larutan
garam ini misalnya larutan bersifat kental dan lengket sehingga gerakan
partikel batubara relatif lambat, kecuali bila densitas relatifnya lebih rendah,
misalnya 1,35. Larutan bersifat korosif dan relatif mahal. Selain itu, adanya
garam yang tersisa dapat mempengaruhi sifat batubara dan konsekuensinnya
akan merugikan pemakai batubara.

Penggunaan larutan organic dan larutan yang mengandung garam tidak


memuaskan operasi pencucian batubara dalam skala besar. Kemudian media
lain dicoba dan ternyata sangat berhasil hingga sekarang. Media ini berupa
partikel padat yang sangat halus yang dicampur dengan air membentuk
suspensi. Suspensi adalah campuran bahan padat dengan bahan air. Partikel
padat yang tidak larut dalam air ini digiling sampai halus sekali sehingga
partikel ini tidak bisa mengendap selama operasi pencucian , akan tetapi
terdistribusi secara merata ke seluruh bagian larutan. Cairan yang dipakai
dalam preparasi batubara adalah suspensi air (densitas relatif = 1) dengan
material padat mineral magnetit.

Densitas relatif suatu suspensi ditentukan oleh komposisi air dan bahan
padatnya. Misal, bila suatu suspensi terdiri dari 3ml air dan 0,5 cm3 bubuk
magnetit halus (densitas relatif 4,8) maka densitas suspensinya:

Berat 3 ml air dengan densitas relatif 1 adalah : 3 ml x 1 = 3 gram

Volume suspensi adalah : 3 ml + 0,5 cm3 = 3,5 ml

Berat bubuk magnetit adalah : 0,5 ml x 4,8 = 2,4 gram

Berat suspensi adalah : 2,4 gr + 3 gr = 5,4 gram

Densitas suspensi adalah :

92
Suspensi magnetit yang dipakai pada pabrik pencucian pasti akan
terkontaminasi oleh partikel batubara dan shale yang amat halus akibat dari
pecahnya batubara selama operasi pencucian, akibatnya densitas relatif
suspensi akan menjadi tidak tepat lagi. Karena densitas partikel kontaminan
lebih rendah daripada densitas magnetit, maka kontaminasi akan menurunkan
densitas relatif suspensi. Penurunan itu harus dinaikkan lagi dengan cara
menambahkan lebih banyak magnetit. Bila kontaminasinya terlalu berat dan
jumlah magnetit yang harus ditambahkan untuk mengembalikan densitas
relatif suspensi terlalu besar, maka penanganannya akan menjadi lebih sulit
karena terlalu kental. Oleh karena itu, setiap jenis suspensi mempunyai
batasan kontaminasi yang mampu ditanganinya. Dengan demikian, harus ada
tahap operasi pembersihan media yang efisien dan berkesinambungan untuk
mengurangi jumlah kontaminasi.

7.2.4. Operasi Dewatering Batubara

Proses pencucian batubara selalu menggunakan air sebagai medium untuk


pemisahan dan pengangkutan. Sebelum dikirim ke konsumen, air yang
terdapat pada batubara harus dikurangi (dewatering) hingga tingkat tertentu.
Air dalam batubara menimbulkan beberapa kerugian diantaranya mengurangi
nilai kalori dalam batubara, mengurangi efisiensi karbonisasi dalam
pembuatan kokas dan mengakibatkan terjadinya sticking dan bridging.

a. Oleh karena itu, tujuan dari proses dewatering adalah :


Mengambil kembali air dalam tailing dari hasil flotasi untuk digunakan
kembali (Reuse Water)
b. Mengambil padatan reject dalam tailing dari hasil flotasi

Ada dua jenis lengas (moisture) pada batubara yaitu lengas bebas (free
moisture) dan lengas tertambat (Inherent moisture). Air yang dapat
dihilangkan pada tahap ini hanyalah lengas bebas (free moisture), bukan
lengas inherent. Penyesuaian kadar air sebelum batubara keluar dari pabrik
pencucian merupakan langkah penting dalam sistem keseluruhan.
Pengurangan kadar air juga dilakukan pada bahan pengotor dengan tujuan

93
mendapatkan air untuk digunakan kembali dan mengurangi kadar air di
pengotor sehingga mengurangi jumlah tailing pond.

7.3. Peralatan Pengolahan


1. Jaw Crusher
Crusher jenis ini terdiri dari dua buah jaw,di mana satu batang bergerak (moveing
jaw) ke arah jaw yang lain (fixed jaw).
Alat ini merupakan contoh paling umum dari mesin peremuk tingkat 1 dengan bentuk
yang mirip rahang atas dan rahang bawah dari seekor binatang,untuk melakukan
permukaan,batuan yang mengandung mineral dijepit di antara dua buah rahang yang
terdiri dari fixed jaw dan swing jaw,lalu dihancurkan dengan gaya tekan remuk.Alat
ini mempunyai 2 tipe bergantung kepada titik tumpunya,bila titik tumpunya di atas
disebut titik blake,bila titik tumpunya di bawah disebut dodge.

Gambar 7. 1 Jaw Crusher

2. Gyratory Crusher
Sebuah crusher gyratory adalah salah satu jenis utama penghancur primer di tambang
atau pabrik pengolahan bijih. Crusher gyratory ditetapkan dalam ukuran baik oleh
gape dan diameter mantel atau dengan ukuran pembukaan penerima. Crusher
gyratory dapat digunakan untuk menghancurkan primer atau sekunder. Tindakan
menghancurkan disebabkan oleh penutupan kesenjangan antara garis mantel
(bergerak) yang dipasang pada poros vertikal pusat dan liners cekung (fixed)
dipasang pada frame utama crusher. Kesenjangan yang dibuka dan ditutup oleh
eksentrik di bagian bawah poros yang menyebabkan poros vertikal pusat berkisar.
Poros vertikal bebas berputar mengelilingi porosnya sendiri. The ilustrasi crusher

94
adalah jenis spindle pendek poros ditangguhkan, yang berarti bahwa poros utama
ditangguhkan di bagian atas dan bahwa eksentrik dipasang di atas gigi. Desain
pendek poros telah menggantikan desain lama-poros di mana eksentrik dipasang di
bawah gigi.

Gambar 7. 2 Gyratory Crusher

3. Impact Crusher
Sebuah crusher cone operasinya mirip dengan crusher gyratory, dengan
kecuraman kurang dalam ruang menghancurkan dan lebih dari zona paralel antara
zona menghancurkan. Sebuah crusher cone istirahat batuan dengan meremas batu
antara spindle eksentrik berkisar, yang ditutupi oleh mantel tahan aus, dan hopper
cekung melampirkan, ditutupi oleh cekung mangan atau kapal mangkuk. Seperti
batu memasuki puncak kerucut crusher, menjadi terjepit dan terjepit di antara mantel
dan kapal mangkuk atau cekung. Potongan besar bijih yang rusak sekali, dan
kemudian jatuh ke posisi yang lebih rendah (karena mereka sekarang lebih kecil) di
mana mereka rusak lagi. Proses ini berlanjut sampai potongan cukup kecil untuk
jatuh melalui celah sempit di bagian bawah crusher.
Sebuah crusher cone cocok untuk menghancurkan berbagai mid-keras dan di atas
mid-keras bijih dan batuan. Ini memiliki keuntungan dari konstruksi yang handal,
produktivitas yang tinggi, penyesuaian mudah dan biaya operasional yang lebih
rendah. Pelepasan semi sistem crusher cone bertindak suatu perlindungan yang
berlebihan yang memungkinkan gelandangan untuk melewati ruang menghancurkan
tanpa merusak crusher.
4. Conveyor Batubara

95
Conveyor batubara adalah suatu system mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai
di industry untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan. Belt dan Conveyor batubara sebagai fuel memegang peranan penting
memegang peranan penting di PLTU. Umumnya coal dari jetty ditransportasikan ke
Coalyard/Coal bunker menggunakan conveyor. Standards CEMA memberikan
guidance untuk mendesain conveyor, belt selection, idler, pulley design dan banyak
lagi.

Gambar 7. 3 Belt Conveyor Batubara

7.4. Jenis, jumlah, kualitas dan recovery hasil pengolahan


a. Dalam kegiatan pertambangan mineral dan batubara, pemegang IUP Eksplorasi dan
IUPK Eksplorasi melakukan perencanaan recovery pengolahan sebagai upaya
penerapan konservasi mineral dan batubara. Perencanaan recovery pengolahan yang
dilakukan meliputi:
1. menyusun studi kelayakan dengan memperhitungkan recovery pengolahan yang
optimal adalah sebagai berikut:
a) peremukan batubara paling sedikit 90% (sembilan puluh persen);
b) pencucian batubara paling sedikit 70% (tujuh puluh persen);
c) komoditas emas paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen);
d) komoditas nikel paling sedikit 90% (sembilan puluh persen);
e) komoditas tembaga paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen);
f) komoditas bauksit paling sedikit 70% (tujuh puluh persen);
g) komoditas timah paling sedikit 90% (sembilan puluh persen).

96
7.5. Penanganan reject coal
Batubara reject coal sebagaimana dimaksud pada Perdir 480 2014 pasal 2 ayat (1) huruf
b merupakan batubara produk samping dari penambangan batubara yang mempunyai
kandungan impurities tertentu karena berbatasan dengan lapisan tanah atau batuan lain
yang dijual secara terpisah, tidak termasuk reject coal karena tidak memenuhi kontrak
penjualan batubara.
Perusahaan memisahkan produk batubara dari tambang menjadi dua tipe tersebut
berdasarkan pada kandungan ash-nya, untuk batubara dengan kandungan <10% langsung
menjadi produk (80%), sedangkan batubara dengan kandungan ash > 10% dilakukan
pencucian (20%). Dari hasil pencucian sekitar 80% menjadi produk berupa coarce dan
fine, sedangkan yang 20% sebagai reject juga berupa coarce dan fine, selanjutnya fine
reject diangkut dengan dump truck ke tempat penimbunan.

BAB VIII

INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN

8.1. Jenis dan Spesifikasi Infrastruktur


Hubungan yang berkembang antara pemerintah dan industri telah berkontrusi pada
perubahan sosial, dan dalam beberapa aspek teknis, infrastruktur proyek. Perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari merger industri, pengembangan endapan mineral berumur
pendek, kecenderungan yang meningkat bagi operator pertambangan untuk melakukan
outsourcing kegiatan non-inti, dan beralih ke peralatan yang lebih besar ndan lebih hemat
biaya – dari tambang ke pelanggan – Bersama-sama dengan kemajuan teknologi,
semuanya berkontribusi pada pemikiran yang direvisi dalam hal kebutuhan infrastruktur
proyek.
Variabilitas dalam persyaratan infrastruktur muncul dari berbagai item yang termasuk
dalam kategori biaya ini. Elemen infrastruktur yang beruntung pada tambang atau
fasilitas proses, misalnya bengkel, gudang, dan fasilitas administrasi, dapat dikaitkan
dengan skala operasi. Fasilitas lainnya seperti akses jalan, perumahan, komunikasi dan

97
listrik serta pasokan air bergantung pada lokasi dan dipengaruhi oleh ketersediaan
fasilitas dan layanan yang ada.
Bab ini mengidentifikasi elemen biaya infrastruktur utama yang mungkin ditemui pada
setiap proyek penambangan dan pengolahan mineral, dan cara untuk menetapkan besaran
dan biaya item infrastruktur proyek. Pemilihan elemen infrastruktur yang relevan dan
ukuran elemen tersebut untuk masing-masing proyek merupakan hal mendasar untuk
pengembangan perkiraan biaya infrastruktur yang realistis, berdasarkan prinsip-prinsip
yang ditetapkan dalam bab ini.
8.1.1. Infrastruktur Utama

8.1.2. Infrastruktur Pendukung


8.1.3. Peta Rencana Konstruksi
8.2. Jadwal Konstruksi
8.3. Rincian Biaya Konstruksi

BAB IX

LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

9.1. Perlindungan Lingkungan


9.1.1. Dampak Kegiatan

98
Dengan rencana penambangan bahan galian jenis komoditas batubara oleh PT.
Jaya Bara Mandiri di Sanga-sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
beberapa dampak kegiatan terhadap lingkungan yang berpotensi timbul dari
mulai tahap prakontruksi, kontruksi sampai tahap pasca tambang adalah
sebagai berikut :

Tabel 9. 1 Jenis Pekerjaan yang Dapat Menimbulkan Dampak Terhadap


Lingkungan

99
9.1.2. Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan lingkungan selama kegiatan penambangan berlangsung adalah
untuk mengantisipasi, menanggulangi dan mengendalikan dampak potensial
dari gangguan yang timbul akibat penambangan tersebut terhadap lingkungan
sekitarnya. Upaya tersebut harus dilakukan pada setiap tahapan kegiatan dari
mulai tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap
evaluasi.
9.1.2.1. Pengelolaan Limbah
9.1.2.2. Rencana Reklamasi
1. Tapak Bekas Tambang
Kegiatan pertambangan selalu menimbulkan gangguan
lahan dan perubahan bentang alam, baik yang bersifat
sementara (misalnya adanya timbunan sisa galian dan
limbah tailing) ataupun permanen (misalnya tanah kolong

100
yang sangat dalam, perubahan tubuh tanah dan hilangnya
keragaman hayati). Perbedaan sifat gangguan tersebut
memerlukan pendekatan dan teknologi reklamasi yang
berbeda. Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan
pendekatan dan teknologi yang berbeda tergantung atas
sifat gangguan yang terjadi dan juga peruntukannya
(penggangguan setelah proses reklamasi). Namun secara
umum, garis besar tahapan reklamasi adalah sebagai
berikut :
a. Konservasi top soil
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan
lapisan tanah yang perlu dikonservasi, karena paling
memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh
tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses
reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses
penambangan dilakukan, karena konservasi tanah
pucuk harus dilakukan pada awal penggalian. Top soil
yang memiliki unsur hara yang baik dipindahkan pada
stocksoil, yang nantinya akan digunakan kembali untuk
menjadi lapisan teratas lahan reklamasi agar bisa
ditanami kembali. Tempat stocksoil akan dipisahkan
dengan disposal overburden dan aman ari tempat erosi
agar soil tidak terkontaminasi oleh material yang lain,
agar unsur haranya akan tetap terjaga.
2. Penataan Lahan
Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi
bentang alam, antara lain dengan cara :
Lubang bekas tambang akan ditutup menggunakan material
overburden dengan metode backfilling untuk dijadikan
hutan produksi. Lahan bekas tambang tersebut akan
dijadikan disposal, dimana material overburden akan
dipindahkan ke disposal tersebut dan diratakan, bersamaan
dengan membuat terasan agar tidak erosi sesuai dengan
request level elevasi reklamasi. Lalu selanjutnya dilakukan

101
penempatan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih
efisien. Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas,
maka tanah pucuk diletakan pada areal atau jalur tanaman.
Dipilih backfilling karena metode tersebut adalah
metode yang efektif untuk mempersingkat waktu reklamasi,
dimana pengerjaan reklamasi bisa berdampingan dengan
kegiatan penambangan. Jenis tanaman yang dipakai dalam
revegetasi adalah tanaman sengon yang dalam Bahasa latin
disebut Albizia Falcataria. Tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang dipakai pada kegiatan revegetasi sebelumnya
dengan pertimbangan, pertumbuhan yang relative cepat dan
perawatan yang mudah.
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi
topografi setempat kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng
- Pengaturan bentuk lereng dimaksud untuk
mengurangi kecepata air limpasan (run off), erosi dan
sedimentasi serta longsor.
- Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk
berteras–teras.
b. Pengaturan saluran pembuangan air
- Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada
tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan
akibat erosi.
- Jumlah/kerapatan dan bentuk (SPA) tergantung dari
bentuk lahan dan luas areal yang direklamasi.
3. Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi
Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat
bangunan penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat
outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif besar. Cara
vegetative juga merupakan metode pencegahan erosi yang
dapat diterapkan pada areal bekas tambang. Tala’ohu et al.
(1998) menggunakan srtip vetiver untuk pencegahan erosi

102
pada areal bekas tambang batu bara. Vetiver merupakan
pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif menahan
erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi
lahan buruk sehingga bertindak sebagai tanaman pioner.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi
a. Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum
harus sesuai dengan perlakuan yang berlaku dan harus
di dalam wilayah kuasa tambang.
b. Membuat bendungan sedimen untuk menampung air
yang banyak mengandung sedimen.
c. Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang
kuat dan permanen yang dilengkapi dengan saluran
pengelak.
d. Letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga
aliran air mudah ditampung dan dibelokkan serta
kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam.
e. Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari
badan bendungan sebaiknya sedimen dikeruk dan
dapat dipakai sebagai lapisan atas tanah.
f. Kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat
teras, cek dam dari beton, kayu atau dalam bentuk lain.
5. Penanaman Cover Crop
Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan
usaha untuk memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan
erosi. Oleh karena itu keberhasilan penanaman penutup
tanah sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan
pasca penambangan. Karakteristik cover crop yang
dibutuhkan, sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh
dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang
menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan
mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan
mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman
pokok dan tidak melilit.

103
Pada areal bekas tambang menggunakan dua jenis
rumput (Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon) serta dua
jenis legum (Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista
sp.) sebagai cover crop. Selain itu juga dicampurkan
tanaman legum lokal seperti Clotalaria sp., Theprosia sp.,
Calindra sp., dan Sesbania rostata. Dengan campuran jenis
tersebut dalam waktu dua bulan setelah penanaman
didapatkan penutupan lebih dari 80%. Kemampuan
tanaman penutup untuk mendukung pemulihan kualitas
tanah sangat tergantung pada tingkat kerusakan tanah.
Santoso et al. (2008) menyatakan bahwa sebaiknya cover
crop ditanam pada tahun pertama dan kedua proses
reklamasi.
6. Penanaman Tanaman Pionir
Untuk nantinya dijadikan hutan produksi maka tanaman
yang dipilih untuk dapat dimanfaatkan adalah tanaman
sengon (Albizia Falcataria), akan ditanam 10.000 bibit
tanaman sengon pada lahan bekas tambang, kayu sengon
tersebut nantinya dapat digunakan untuk produksi kayu
pertukangan, bahan bangunan ringan di bawah atap, bahan
baku bubur kertas dan kertas, peti kemas, hingga papan
partikel. Dalam waktu 5 tahun tanaman sengon tersebut
dapat dipanen dan siap untuk diproduksi, dan juga akan
ditanami 3000 bibit tanaman porang atau tanaman umbi
disekitar tanaman sengon yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar maupun diperjual belikan, dalam waktu
dua tahun tanaman porang siap untuk dipanen.
Pohon Sengon
Habitat :Ketinggian 0 - 1600m
Tinggi :30 - 40m
Jarak Tanam :3x3m
Jumlah Bibit :13,889

Morfologi Sengon

104
Pohon yang menggugurkan daun; berukuran sedang
hingga tinggi, 30–45 m, dan gemang batangnya (70–140)
cm. Pepagan agak halus, di luarnya abu-abu gelap, dengan
gigir-gigir melintang, berlentisel, tipis; pepagan bagian
dalam setebal 5 mm, merah jambon. Ranting-ranting muda
bersegi dan berambut.
Daun-daun majemuk menyirip berganda, dengan 4–14
pasang sirip; tulang daun utama 10–25 cm, berambut,
dengan kelenjar dekat pangkal tangkai daun dan pada
pertemuan tulang sirip. Daun penumpu besar, bundar telur
miring dengan pangkal yang setengah berbentuk jantung,
seperti membran, dengan ekor di ujungnya; lekas rontok .
Sirip-sirip 4–14 cm panjangnya, dengan 10–45 anak daun
per sirip, duduk, berhadapan. Anak daun memanjang
sampai bentuk garis, dengan ujung runcing, miring, sisi
bawah hijau biru, 6–13 × 1,5–4 mm, tulang daun tengah
sangat dekat dengan tepi atas.
Bunga majemuk berbentuk bongkol yang bertangkai,
yang terkumpul lagi menjadi malai yang panjangnya 15–30
cm. Bongkol berisi 10–20 kuntum bunga. Bunga
berbilangan-5; dengan kelopak bergigi, tinggi lk 4 mm,
berambut; tabung mahkota bentuk corong, kuning hijau,
tinggi lk 7 mm, berambut. Benang sari 10 atau lebih,
panjang lk 3 cm, putih, di atas hijau, pangkalnya menyatu
membentuk tabung, yang kurang lebih setinggi mahkota.
Buah polong panjang 10–18 cm × 2–3,5 cm, tidak
membuka, patah-patah tidak teratur. Biji pipih, jorong, 7 ×
4–5 mm
Kayu
Sengon menghasilkan kayu yang ringan sampai agak
ringan, dengan densitas 320–640 kg/m³ pada kadar air 15%.
Agak padat, berserat lurus dan agak kasar, namun mudah
dikerjakan. Kayu terasnya kuning mengkilap sampai
cokelat-merah-gading; kekuatan dan keawetannya

105
digolongkan ke dalam kelas kuat III–IV dan kelas awet III–
IV. Kayu ini tidak diserang rayap tanah, karena adanya
kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Akan tetapi
percobaan kuburan di Filipina mendapatkan bahwa kayu
sengon A. chinensis hanya bertahan 16 bulan, sementara
kayu langir A. saponaria tahan hingga 3 tahun dan kayu
weru A. procera bahkan mencapai 10 tahun.
Kayu sengon biasa dimanfaatkan untuk membuat peti,
perahu, ramuan rumah dan jembatan. Di Sabah, kayu A.
chinensis diperdagangkan sebagai kayu ‘batai’, dalam
campuran bersama kayu-kayu A. pedicellata dan
Paraserianthes falcataria.
Agroforestri
Di perkebunan-perkebunan kopi dan teh, A. chinensis
kerap ditanam sebagai naungan; khususnya dalam
campuran bersama jeunjing (P. falcataria) dan dadap
(Erythrina spp.). Sengon disukai sebagai tanaman hias dan
peneduh taman, kebun, dan tepi jalan. Pohon ini juga
ditanam untuk melindungi lahan berlereng serta untuk
memperbaiki tanah.] Perakaran sengon bersifat mengikat
nitrogen.
Kegunaan lain
Sebagaimana kulit kayu ki hiang, pepagan sengon
mengandung bahan yang dapat digunakan untuk membius
ikan di sungai. Pepagan ini pada masa lalu juga
dimanfaatkan sebagai bahan sabun.
Meskipun daun-daunnya dimakan kambing, akan tetapi
kulit ranting-rantingnya beracun karena mengandung
saponin.
Menanam Pohon Sengon
Cara menanam sengon yang baik dan benar dapat
dilakukan dengan mudah dan salah satu hal yang sangat
diperlukan adalah modal dan tekat yang niat kemudian
perhatikan juga proses penanaman dan perawatannya. Bagi

106
anda yang ingin tahu bagaimana cara menanam sengon
yang baik dan benar maka anda dapat menyimak informasi
berikut ini.
Salah satu jenis tanaman pohon yang sering
dimanfaatkan kayunya guna pembuatan berbagai macam
furniture adalah tanaman pohon sengon atau yang juga
disebut dengan albasia. Jenis kayu dari jenis pohon sengon
ini rupanya memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan hal
ini tentunya membuka peluang yang sangat besar bagi
petani sengon. Pohon kayu ini mampu tumbuh sehat
dengan ketinggian yang mencapai 30 – 45 meter dan
adapun ukuran diameter batangnya sebesar 70 – 80 cm.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa kayu
sengon dapat diolah menjadi beberapa furnitur atau
perabotan rumah tangga dan bahkan kertas yang ada di
sekeliling anda pun dibuat dari tanaman pohon sengon ini.
Jadi prospek akan budidaya sengon sangatlah
menguntungkan karena sekali panennya tentu penghasilan
dari penjualannya juga sangat tinggi. Belum lagi pada
setiap tahunnya, jumlah kebutuhan akan sengon dapat
mencapai 500.000 m3.

9.1.3. Pemantauan Lingkungan


Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan (Permenhut Nomor 60 Tahun 2009). Dalam kasus
ini menggunakan tanaman sengon. Vegetasi harus beradaptasi dengan
lingkungan alam, dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan vegetasi dan
spesiesnya yang disesuaikan dengan fisiologis dan ekologis. Cara ini dapat
dikelola dengan mudah dengan investasi rendah, dan memberi imbalan
banyak. Ini sesuai dengan hukum suksesi alami tanaman, dan bermanfaat bagi
stabilitas dan kelanjutan pengembangan vegetasi (Y.Wang & H.T. Yu, 2015).
Spesies tanaman yang dipilih harus memiliki kemampuan toleransi yang kuat
seperti tahan kekeringan, tahan asam, tahan kekeringan, ketahanan

107
kemiringan, ketahanan logam berat, dan tumbuh dengan cepat, mudah
ditanam, dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (Y.B. Zhu, L.B. et al,
2015). Berdasarkan hasil evaluasi, bahwa kegiatan revegetasi hingga saat ini
terealisasi mencapai 78,13%. Dengan mengacu pada standar keberhasilan,
bahwa apabila realiasasi pelaksanaan revegetasi tidak mencapai 60% maka
tingkat keberhasilan termasuk kategori buruk (Permen ESDM No. 07 Tahun
2014). Berhasil tidaknya revegetasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
(1) Penataan lansekap, (2) aspek kesuburan pada media tanam, dan (3)
pemilihan tanaman untuk revegetasi tambang (Antares Multi Energi, 2019)
Tingkat Keberhasilan Pascatambang dan Revegetasi yang berhasil,
sebagaimana diperlukan untuk memenuhi tuntutan masyarakat saat ini,
membutuhkan rekayasa, desain, dan rekonstruksi, bukan hanya permukaannya,
dan kendali atas air yang meninggalkan lokasi tambang (Jeff Skousen, Carl E.
Zipper, 2014). Kepadatan tanah merupakan salah satu faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman pada lahan bekas tambang. Hal ini karena kebanyakan
vegetasi tidak mampu memperpanjang akar efektif karena berat jenis yang
tinggi pada lahan bekas tambang batubara (Sheoran et al.2010). Ketebalan
penebaran top soil kurang merata, karena sebagian lahan ditebar mengikuti
kontur permukaan lahan yang belum rata. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
mengupayakan permukaan lahan diratakan terlebih dahulu sebelum top soil
ditebar, diusahakan ketebalan top soil yang ditebar lebih dari 30 cm sesuai
rencana. Dari hasil uji kualitas tanah, menunjukkan bahwa pH tanah sangat
asam dan C-organik dan N Total sangat rendah mengakibatkan tanah tidak
subur dan vegetasi sangat sulit untuk tumbuh (Uquetan U. I. at al, 2017).
Berdasarkan hasil evaluasi, bahwa keberhasilan pelaksanaan reklamasi dan
revegetasi hanya mencapai 93,33%, dimana standarisasi pelaksanaan
reklamasi pada pada 60% - 80% termasuk kategi sedang.
Optimalisasi Pelaksanaan Reklamasi dan Revegetasi Reklamasi lahan
harus didorong untuk direncanakan sebelum kegiatan penambangan dan perlu
dirancang rencana reklamasi terlebih dahulu yang harus dinamis dengan
penambangan batubara. Undang-undang dan peraturan harus mudah
diimplementasikan, serta harus menggunakan dana reklamasi untuk
meningkatkan kelayakan dan relevansi reklamasi (J.L. Gao & X.Y. Xu, 2015).
Dan pembentukan metode reklamasi lahan pertambangan yang rusak terkait

108
erat dengan faktor-faktor daerah seperti iklim, hidrologi, bentuk lahan, metode
penambangan, dan bentuk perusakan lahan (Y.Q. Pan, et al. 2015). Sesuai
dengan kondisi sumber daya lingkungan dari iklim, tanah dan hidrologi di
daerah pertambangan, perlu untuk mengambil tindakan rekayasa dan tindakan
menanam dikombinasikan dan mengembangkan rekonstruksi ekologis sesuai
dengan ukurannya dengan kondisi local (Wang & Shang, 2015). Kegiatan
reklamasi perlu kolaborasi pemerintah dan perusahaan, Pemerintah harus
membangun kebijakan perlindungan lingkungan yang sesuai dan perencanaan
jangka panjang, memainkan peran membimbing dan berinvestasi dalam
pekerjaan perlindungan dasar lingkungan, sedangkan perusahaan tambang
menetapkan konsep bahwa manfaat lingkungan harus menjadi bagian dari
manfaat perusahaan, memperhatikan perlindungan lingkungan dari tahap
desain dan konstruksi dalam pengembangan dengan perlindungan lingkungan
secara bersamaan (Liu, et al, 2015). Dengan harapan area pasca tambang yang
telah direklamasi dapat membantu mengatur iklim lokal, mereka dapat
digunakan untuk produksi bahan baku dan bioenergi, untuk rekreasi atau untuk
mendorong keanekaragaman hayati (Peter Wirth, et al., 2018).

109
Tabel 9. 2 Pembobotan Kegiatan Pemantauan
Kegiatan Bobot (%) Nilai (%)

Penatagunaan Lahan

 Penataan Lahan dan Penimbunan 40 40

 Penebaran Tanah Pucuk (top soil) 10 10

 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi 10 5

2. Revegetasi

a. Luas Tanaman dan Tingkat 15 15


Pertumbuhan

b. Pengelolaan material pembangkit Asam


5 3,33
Tambang

Penyelesaian Akhir

a. Penutupan Tajuk 10 10

b. Pemeliharaan Tanaman 10 10

Total 100 93,33

110
9.1.4. Organisasi Perlindungan Lingkungan

Reclamation and Rehabilitation


Manager

Department of Survey and


Department of Operation Department of Environment
Planning

Survey Material Handling Monitoring

Planning Land Management Data and Reporting

Water Management

Planting

Berikut adalah Jobdesk masing-masing jabatan :

1. Reclamation and Rehabilitation Manager

a. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan pasca tambang;

b. Mengadakan rapat evaluasi mingguan untuk setiap departemen;

c. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada KTT.

2. Departement of Survey and Planning

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan survey dan perencanaan

b. Rekapitulasi luasan daerah pasca tambang

c. Menentukan parameter kelayakan rencana pasca tambang

d. Melakukan koordinasi dengan departemen lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Manajer Reklamasi dan Rehabilitasi

111
3. Survey

a. Melakukan pengukuran luas daerah pasca tambang yang telah selesai

b. Membuat laporan perubahan topografi mingguan

c. Rekapitulasi data volume material dan luas daerah

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Survey dan Planning

4. Planning

a. Menentukan parameter kelayakan pasca tambang

b. Membuat model perencanaan pasca tambang

c. Membandingkan kemajuan pekerjaan operasi berdasarkan model yang telah dibuat

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Survey dan Planning

5. Departement of Operasi

a. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan operasi

b. Rekapitulasi luasan daerah pasca tambang

c. Menentukan parameter kelayakan rencana pasca tambang

d. Melakukan koordinasi dengan departemen lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Manajer Reklamasi dan Rehabilitasi

6. Material Handling

a. Melakukan manajemen pemeliharaan dan pemisahan material top soil dan overburden

b. Menentukan sistem pemindahan tanah mekanis dari timbunan ke area pasca tambang

c. Rekapitulasi jumlah volume keluar harian pada lahan timbunan

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Operasi

112
7. Land Management

a. Memastikan lahan pasca tambang aman untuk dilalui alat

b. Pengaturan request level dan slope angle dari lahan pasca tambang

c. Penutupan lubang tambang dengan material sesuai dengan sekuennya

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Operasi

8. Land Management

a. Membuat sistem penyaliran air pada lahan pasca tambang

b. Pengendalian dan pengumpulan data tingkat erosi dan sedimentasi tiap pekan

c. Memastikan tidak adanya kontaminasi material penyebab asam dengan air

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Operasi

9. Planting

a. Memastikan penyediaan bibit tanaman utama dan covercrop

b. Penanaman dan perawatan tanaman inti selama sepekan

c. Rekapitulasi jumlah tanaman yang berhasil tumbuh pada lahan pasca tambang

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Operasi

10. Departement of Environment

a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemantauan dan pelaporan baku mutu


lingkungan

b. Membuat rona akhir lahan pasca tambang

c. Bekerjasama dengan surveyor dan laboratorium untuk menilai baku mutu lingkungan

d. Melakukan koordinasi dengan departemen lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Manajer Reklamasi dan Rehabilitasi

113
11. Monitoring

a. Mengukur pertumbuhan tanaman hasil revegetasi

b. Mengukur baku mutu air di sekitar lokasi pasca tambang

c. Melakukan Kerjasama dengan surveyor dan laboratorium

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Environment

12. Data and Reporting

a. Mencatat hasil monitoring harian

b. Rekapitulasi data kemajuan kegiatan pasca tambang

c. Pembuatan laporan dan mineclosure untuk pemerintah

d. Melakukan koordinasi dengan divisi lainnya

e. Melaporkan tingkat kemajuan kegiatan kepada Departemen Environmen

9.1.5. Kegiatan Pascatambang


9.1.5.1. Pemanfaatan Lahan Pascatambang
Dengan melihat kondisi hasil rancangan bukaan desain blok
penambangan untuk bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-7,
dimana terdapat sejumlah lahan bekas bukaan blok
penambangan dan bekas area timbunan batuan penutup (waste
dump), maka lahan tersebut akan dijadikan sebagai lahan
penanaman tumbuhan berakar kuat dan juga mempunyai nilai
ekonomis dikemudian hari, seperti sengon. Sedangkan untuk
lahan bekas sarana dan prasarana penunjang tambang seperti
kantor, workshop, bekas lokasi peralatan pengolahan dan lain-
lain akan dibongkar untuk kemudian dilakukan penataan lahan
agar dapat dilakukan revegetasi kembali.

9.1.5.2. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

114
Dengan acuan terhadap rencana kemajuan penambangan yang
telah direncanakan untuk setiap tahunnya, kegiatan
pascatambang yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri
akan dilakukan pada akhir masa penambangan, yaitu pada akhir
bulan ke-7.
Kegiatan pascatambang yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara
Mandiri akan berlangsung selama satu tahun dimana pada akhir
bulan ke-7, kegiatan pascatambang diawali dengan melakukan
reklamasi lahan bekas bukaan blok penambangan bulan ke-1
beserta lahan bekas timbunan batuan atau tanah penutup
(disposal area dan waste dump area), dilanjutkan dengan
melakukan pembongkaran beberapa sarana dan prasarana
penunjang tambang untuk kemudian dilakukan penataan ulang
lahan sehingga dapat dilakukan revegetasi kembali.

9.1.5.3. Rencana Biaya Pascatamban

Tabel 9. 3 Area Reklamasi PT Jaya Bara Mandiri

LUAS
No JENIS KEGIATAN
(Ha) m²
Areal prasarana / sarana pendukung
a. Area Kantor 0,14 1.400,00
1
b. Disposal 0,4 4.000,00
c. Buffer Zone 1,07 10.700,00
2 Pit (Lubang Bukaan) selama 1 Tahun 1,49 14.900,00
3 Area samping jalan tambang 0,92 9.200,00
Total 4,02 40.200,00

Sistem penanaman yang dilakukan di PT Jaya Bara Mandiri


adalah pola persegi. Hal ini dilakukan guna merapatkan jarak
antar pohon dan pohon yang ditanam akan lebih sedikit namun
tetap nampak rimbun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
sketsa penanaman dibawah ini.

115
Tanaman pokok yang akan ditanam di PT Jaya Bara Mandiri
terdiri dari beberapa jenis tanaman pokok, namun yang akan
mendominasi adalah jenist tanaman albasiyah. Adapun jarak
antar pohon yang ditanam di area reklamasi (pit, disposal, area
kantor) adalah 3 x 3 meter.dan untuk (area samping jalan
tambang dan Buffer zone) 1 x 3 meter

Pemilihan tanaman pokok berdasarkan pengamatan pada


rencana reklamasi dan dokumen Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL).

Pemilihan jenis tanaman tersebut berdasarkan karakteristik dan


fungsi dari masing-masing tanaman, pohon sengon memiliki
akar serabut dengan batang yang kuat, sehingga sangat cocok
ditanam pada bagian lereng karena mampu menambah daya
stabilitas lereng.

Tabel 9. 4 Bibit Utama

Teknis dan Biaya Bibit


Bibit Unit Umur Harga (Rp)
1 Pohon Sengon Batang ±4 Bulan 5000
2 Tanaman Batang ±4 Bulan 5000
Porang

Selain penanaman bibit utama, PT Jaya Bara Mandiri akan


menanam tanaman sisipan, selain guna sebagai pengendalian
erosi, pencegah debu, dan meminimalisir kebisingan jenis
tanaman sisipan yang dipilih untuk ditanam adalah jenis
tanaman produksi, agar masyarakat setempat dapat mendapat
manfaatnya dalam beberapa waktu kedepanya dan sebagai
apresiasi perusahaan terhadap masyrakat didekat wilayah
penambangan.

116
Tabel 9. 5 Penataan Lahan

Bulldozer
Jenis Komatsu
Type Bulldozer
Spesifikasi D-155A-5
Keterangan
Simbol Nilai Satuan
Job Efficiency E 0.75
Blade Capacity Hm 7.00 m3
Grade Factor e 0.88
Cycle Time cm 3.21 menit
Production per Cycle q 7.10 menit
p 87.59 m3/jam
Produktivitas
21021.31 m3/bulan
Kebutuhan Alat M 0.71 unit

Perhitungan Produktivitas Excavator


Alat Muat
Jenis Komatsu
Type Excavator (Backhoe)
Spesifikasi PC 200
Keterangan
Simbol Nilai Satuan
Job Efficiency e 0.75 %
Bucket Capacity Hm 1.10 Lcm
Swelling Factor SF 0.95 Bcm/Lcm
Bucket Fill Factor Ff 0.91 %
Cms 12.80 detik
Cycle Time
0.21 menit
Loading Time 3.41 menit
Density ρob 2.10 ton/m3
p 200.90 m3/jam
Produktivitas
48217.18 m3/bulan
Kebutuhan Alat M 0.42 unit
1 unit

117
Tabel 9. 6 Perhitungan Produktivitas Dump Truck

Alat Angkut
Jenis Komatsu
Type Dumptruck
Spesifikasi HD 465-7
Keterangan Pit-Disposal-Pit
Simbol Nilai Satuan
Job Efficiency e 0,75 %
Heaped Capacity Ha 17 Lcm
Bucket Capacity Hm 1,10 Lcm
Swelling Factor SF 0,95 Bcm/Lcm
Bucket Fill Factor Ff 0,91 %
Cycle Time Cmt 10,32 menit
Jumlah Pengisian np 13 kali
Kebutuhan Alat M 3,3 unit
64,08 m3/jam/alat
Produktivitas p
15.380,06 m3/bulan

Tabel 9. 7 Biaya Revegetasi

Harga
No Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
Pemupukan
a. Pemupukan 90 Kg 10,000 900,000
1
b. PemupukanUlang 810 Kg 10,000 8,100,000
Total Pemupukan 900 Kg 20,000 9,000,000
Pengadaan Bibit
a. PohonUtama 10000 Batang 5,000 50,000,000
2 c. PohonSisipan 3000 Batang 5,000 15,000,000

118
Total
65,000,000
PengadaanBibit
Penanaman
UjiKualitas Tanah 5 Sampel 1,000,000 5,000,000
3
TenagaKerja 10 Orang 50,000 15,000,000
Total Penanaman 20,000,000
Pemeliharaan Tanaman
TenagaKerja 5 Orang 80,000 12,000,000
4 Obat - obatan /
60,000 2,760,000
Pestisida 46 liter
Total Pemeliharaan 14,760,000
Total Biaya 117,760,000
Keseluruhan

Tabel 9. 8 Total Biaya Reklamasi

Rencana 2017 -
2023
N Deskripsi
o Biaya
Biaya Reklamasi
(Rp)
1. Biaya Langsung
A. Penatagunaan Lahan :
1) Penyewaaan Alat Rp 148,800,000.00
2) Bahan Bakar Alat Rp 187,704,000.00
3) Tenaga Kerja Rp 17,000,000.00
B. Revegetasi (Ha) :
1) Analisis Kualitas Tanah (Contoh) Rp 5,000,000.00
2) Pemupukan Rp 9,000,000.00
3) Pengadaan Bibit (Batang/Kg) Rp 65,000,000.00

119
4) Biaya Pestisida Rp 2,760,000.00
5) Tenaga Kerja Pemeliharaan Tanaman Rp 27,000,000.00
Total Biaya Langsung Rp 462,264,000.00
2. Biaya Tidak Langsung
A. Biaya Mobilisasi Dan Demobilisasi Alat (2% Biaya Rp 9,081,180
Langsung)
B. Biaya Perencanaan Reklamasi (3% Biaya Langsung) Rp 13,621,770
1 C. Biaya Administrasi Dan Keuntungan Kontraktor (5% Rp 22,702,950
Biaya Langsung)
D. Biaya Supervisi (3,5% Biaya Langsung) Rp 15,892,065

Total Biaya Tak Langsung Rp 61,297,965


Total Biaya Reklamasi Rp 523,561,965
Tambang

9.2. Keselamatan Pertambangan


9.2.1. Manajemen Risiko Keselamatan Pertambangan
Dalam hal ini, PT. Jaya Bara Mandiri selaku badan usaha yang akan
melaksanakan kegiatan penambangan batubara, akan menerapkan konsep
penambangan yang baik dan berwawasan lingkungan. Salah satu kegiatan
utama yang direncanakan adalah dengan membuat sebuah konsep dalam
manajemen resiko keselamatan pertambangan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja
guna mengurangi resiko bahaya. Manajemen resiko merupakan suatu alat yang
bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman
dan bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.
PT Jaya Bara Mandiri selaku badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
kegiatan pertambangan batuan akan melaksanakan secara keseluruhan tahapan
kegiatan pada manajemen resiko keselamatan pertambangan berdasarkan
KEPMEN ESDM No.1827/K/30/MEM/2018, yang terdiri dari :
- Melakukan komunikasi dan konsultasi
- Penetapan konteks

120
- Identifikasi Bahaya
- Penilaian dan pengendalian resiko
- Pemantauan dan peninjauan.
9.2.2. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
9.2.2.1. Pengelolaan Keselamatan Kerja
Dalam kegiatan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh
PT. Jaya Bara Mandiri, kegiatan pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan menjadi perhatian penting dalam
mencapai tingkat produktivitas kerja yang baik. Dal hal ini, PT.
Jaya Bara Mandiri akan membuat sebuah program keselamatan
dan kesehatan kerja yang mengacu kepada peraturan
perundang-undangan, kebijakan, kebutuhan dan manajemen
resiko.
Beberapa program untuk keselamatan kerja yang dibuat dan
akan dilaksanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri adalah sebagai
berikut :
1. Membuat Skema dan Pelaporan Kecelakaan Tambang
Mengklasifikasikan dan membuat penilaian terhadap cidera
pekerja tambang akibat kecelakaan untuk kemudian dicatat
dalam buku daftarkecelakaan tambang secara konsisten
sejak dimulainya kegiatan penambangan sampai masa akhir
penambangan. Hal tersebut bertujuan sebagai bentuk
pelaporan terhadap instansi terkait mengenai tingkat
keselamatan pekerja yang nantinya akan melakukan
berbagai macam kegiatan pekerjaan dalam kegiatan usaha
pertambangan PT Jaya Bara Mandiri. Sedangakan untuk
kategori cidera akibat kecelakaan tambang dibagi kedalam
beberapa golongan, yaitu cidera ringan, cidera berat dan
mati.
2. Melakukan Pendidikan Dan Pelatihan Kerja
Pendidikan dan pelatihan kerja diberikan kepada pekerja
baru, pekerja tambang untuk tugas pekerjaan yang baru,
pelatihan unruk menghadapi bahaya dan pelatihan
penyegaran tahunan. Secara keseluruhan, kegiatan

121
pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan dan diawasi
oleh divisi keselamatan dan kesehetan kerja (K3) yang akan
dibentuk oleh PT Jaya Bara Mandiri yang dipimpin
langsung oleh seorang Kepala Teknik Tambang (KTT).
3. Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD)
Merupakan suatu kelengkapan standar yang diadakan oleh
perusahaan dan dikenakan oleh pekerja pada saat bekerja,
yang meliputi :
- Safety helmet,
- Safety gloves,
- Safety shoes,
- Apron (alat pelindung diri saat mengelas)
- Ear plug,
- Reflection jacket.
4. Pengadaan Alat Pemadam Api Ringan
Penyediaan alat pemadam api ringan ini akan ditempatkan
dibeberapa lokasi sarana dan prasarana penunjang lainnya,
diantaranya yaitu :
- Bengkel / Workshop
- Kantor,
- Gudang handak,
- Ruang panel listrik.
5. Penyelenggaraan Safety Management
Untuk mempersiapkan pekerja untuk selalu disiplin dalam
menjalankan
aturan-aturan keselamatan kerja, perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
- Safety talk,
- Safety meeting,
- Safety patrol.

122
BAB X

PENGEMBANGAN DAN SUMBERDAYA MASYARAKAT

10.1. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat


Dengan berlangsungnya kegiatan usaha pertambangan dengan jenis komoditas
bahan galian batubara yang akan dilakukan oleh PT. Jaya Bara Mandiri di Sanga-

123
sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, akan serta merta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masayarakat di lingkungan sekitar lokasi kegiatan tambang.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, perusahaan tambang diwajibkan
membuat sebuah perencanaan dan pelaksanaan mengenai program pengembangan dan
pemberdayaan masayarakat sekitar tambang dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar tambang dan membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah setempat. Aspek-aspek penting dalam program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri meliputi :
1. Pendidikan
Memberikan bantuan kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang masih
duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam menempuh pendidikannya. Bentuk bantuan yang direncanakan
oleh PT. Sinar Sugih Mukti adalah berupa program dana prestasi dengan alokasi
dana yang nantinya akan dikelola oleh aparatur Desa setempat sebagai pihak yang
diajak bekerjasama dalam menjalankan program tersebut.
2. Kesehatan
Disekitar lokasi tambang yang direncanakan adalah memberikan penyuluhan
mengenai tatacara hidup sehat dan bersih, melakukan fogging secara berkala
dalam mencegah penyakit DBD dan menyediakan sejumlah dana bantuan yang
sewaktu-waktu dapat digunakan oleh masyarakat dalam melakukan pengobatan
ke Rumah Sakit Umum ataupun Puskesmas.
3. Kemandirian Ekonomi
Dalam hal ini, PT. Jaya Bara Mandiri merencanakan akan membuat sebuah
program pelatihan usaha kepada masayarakat sekitar tambang, dimana program
yang akan diberikan adalah berupa pelatihan-pelatihan mengenai tatacara
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang berada di lingkungan
sekitar masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan.
4. Sosial dan Budaya
Beberapa program yang menyangkut tentang sosial dan budaya masyarakat
disekitar lokasi tambang adalah dengan memberikan bantuan dalam bentuk dana
tunai untuk berbagai macam kegiatan sudah berlangsung secara rutin
dilaksanakan masyarakat, seperti acara peringatan tahun baru Islam, peringatan
hari kemerdekaan Indonesia dan lainnya.

124
5. Pemberian Kesempatan Kepada Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan
Beberapa program yang direncanakan dalam kesempatan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan dilokasi tambang maupun diseputar lokasi tambang
diantaranya adalah memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar
untuk ikut serta dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, seperti memberikan
kesempatan pada masyarakat dalam menyediakan dan merawat bibit tanaman
untuk kegiatan reklamasi di lokasi tambang dan juga memberikan kesempatan
kerja untuk ikut serta dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan di lahan
reklamasi tambang,
6. Pembangunan Infrastruktur Membantu pembangunan infrastruktur ditingkat
Desa, dengan beberapa program diantaranya pembangunan sarana jalan Desa
setempat, pembangunan sarana peribadatan, pembangunan sarana irigasi dan lain-
lainnya dengan bentuk bantuan berupa dana tunai.

10.2. Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat


Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, berikut merupakan rencana
anggaran biaya program penegembangan dan pemberdayaan masayarakat disekitar
lokasi tambang yang terdiri dari program pendidikan, kesehatan, kemandirian
ekonomi, sosial budaya, kesempatan untuk ikut mengelola lingkungan dan
pembangunan infrastruktur untuk setiap tahunnya. Rincian anggaran biaya untuk
setiap tahunnya yang akan dikeluarkan oleh PT. Jaya Bara Mandiri adalah sebagai
berikut :

Tabel 10. 1 Rencana Anggaran Biaya Program Pengembangan dan Pemberdayaan


Masyarakat

125
Rencana Anggaran
No. Program Utama PPM Tahunan
Biaya/Tahun

1 Pendidikan 45.000.000
2 Kesehatan 40.000.000
3 Kemandirian Ekonomi 60.000.000
4 Sosial Budaya 20.000.000
Kesempatan Masyarakat
Dalam Pengelolaan
5 Lingkungan 25.000.000
6 Pembangunan Infrastruktur 50.000.000
Jumlah 240.000.000

BAB XI

ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

11.1. Bagan Organisasi


Dalam mencapai tingkat produktivitas kerja yang optimum, PT Jaya Bara Mandiri
membuat sebuah badan atau struktur organisasi yang merupakan salah satu fungsi dari
manajemen. Badan organisasi yang dibentuk disesuaikan dengan urutan jenis tiap
jenis pekerjaan yang berhubungan dengan berlangsungnya kegiatan usaha
pertambangan, terdiri dari beberapa divisi yang memegang tanggung jawab pekerjaan
masing-masing dan dibawahi oleh Kepala Teknik Tambang. Berikut merupakan

126
rincinan bagan atau struktur organisasi yang akan dibentuk oleh PT. Jaya Bara
Mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha pertambangannya.

Gambar 11. 1 Bagan Organisasi PT Jaya Bara Mandiri

11.2. Tabel Tenaga Kerja

Tabel 11. 1 Daftar Tenaga Kerja

127
Daftar Tenaga Kerja Staf
No Nama Department Total
A. Project Manager 1
B. KTT 1
C. Deputi PM 1
D. Mine Operation&Reclamation
1 Sec Head 1
2 Pengawas OB 1
3 Pengawas BB 1
4 Pengawas Reklamasi 1
5 Foreman OB&Coal 2
6 Pengawas Pit Control 1
7 Foreman Pit Control 2
8 Crew Pit Control 2
9 Crew Reklamasi 1
10 Admin 1
E. Engineering
1 Sec Head 1
2 Pengawas Mineplan 2
3 Pengawas Survey 1
4 Foreman Mineplan 2
5 Foreman Survey 2
6 Crew Survey 1
7 Admin 1

128
F. HCGA &Finance
1 Sec Head 1
2 HC Supervisor 1
3 GA&Finance Supervisor 1
4 Consumption Supervisor 1
5 Admin HR 1
6 Admin GA&Finance 1
7 Admin Konsumsi 1
G. Production
1 Sec Head 1
2 Supervisor Produksi 1
3 Foreman Produksi 2
4 Crew Produksi 2
5 Admin 1
H. Plant
1 Sec Head 1
2 Supervisor Plant 1
3 Foreman Plant 2
4 Crew Plant 2
5 Admin 1
I. FA-LOG
1 Sec Head 1
2 Supervisor FALOG 1
3 Foreman FALOG 1
4 Crew FALOG 2
5 Admin 1
J. SHE
1 Sec Head 1
2 Supervisor SHE 1
3 Foreman SHE 1
4 Crew SHE 2
5 Admin 1

129
Daftar Tenaga Kerja Non Staf
No Pekerjaan Total 2 shift
1 Operator PC 200 2 4
2 Operator D 155ESS 4 8
3 Operator PC 400 5 10
4 Operator DT VOLVO FMX 400 20 40
5 Operator DT Dutro 130 24 48
6 Operator G155A 2 4
7 Operator WA30A 2 4
8 Driver LV 8 16
9 Driver bus 3 6
10 Pos Checker 3 6
11 Security 5 10
12 Operator WT 2 4
13 Operator LT 2 4

BAB XII

PEMASARAN

12.1. Kebijakan Pemerintah


12.2. Prospek Pemasaran
Salah satu sumber energi yang banyak digunakan di Indonesia saat ini terutama
sebagai pembangkit listrik berasal dari batubara. Batubara merupakan energi yang
relatif murah sehingga menjadikannya sebagai komoditi yang tepat dalam rangka
mengurangi subsidi energi dan meningkatkan kemampuan daya beli energi
masyarakat. Sejak dicanangkannya program pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 35.000 MW pemanfaatan energi batubara dirasa merupakan salah satu
alternatif pilihan yang paling tepat sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik
tenaga uap. Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan program ini dalam
jangka waktu 5 tahun ke depan (2014 – 2019). Adapun tujuan dari program ini tidak
lain adalah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi per tahun
yaitu sebesar itu sebesar 6-7 persen.
-Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. “Tentunya kalimat
ini sudah tidak asing di telinga kita. Akan tetapi kenyataan berbicara sebaliknya,
Indonesia bukanlah seperti apa yang dielu-elukan oleh para pendahulu kita. U.S.
Energy Informatio Energy Information Administration, International Energy  Energy 
Outlook  pada September 2011 melansir bahwa Indonesia tidaklah termasuk dalam

130
( negara yang mempunyai cadangan energi batubara, minyak, dan gas terbesar di
dunia.

Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa cadangan


batubara Indonesia hanya tersisa 2—3 persen dari cadangan batubara dunia dan pada
tahun 2015 hanya tersisa 31 milliar ton. Namun, eksploitasi dar produsen batubara
sangatlah besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2011, Indonesia
merupakan produsen batubara terbesar ke-5 di dunia dan sebagian besar hasil
produksi tersebut lebih banyak diekspor disbanding digunakan di dalam negeri. Pada
tahun 2013, Indonesia merupakan negara pengekspor batubara terbesar di dunia.

Gambar 11. 2 Statistika Produksi Batubara (Juta Ton)

131
12.3. Asumsi Harga

Tabel 11. 2 Harga Acuan Batubara

HBA (US$/Ton) 70

KUALITAS TYPICAL HPB


CV Marker
No Merek Dagang TM (%, TS (%, Ash (%,
(kcal/kg (USD/ton
AR) AR) AR)
GAR) )
1 Jaya Jaya Coal 5,400 22.5 0.40 5.0 64.42

132
133
BAB XIII

INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

13.1. Parameter Analisis Keekonomian


Kajian teknis, ekonomi dan keuangan dilakukan untuk mengetahui prospek cadangan
Batubara di lokasi penambangan PT. Jaya Bara Mandiri untuk periode penambangan
bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-7. Analisis keuangan dan keekonomian dilakukan
berdasarkan konsep aliran tunai diskonto (discounted cash flow analysis).
Masukan utama untuk analisis ini dibuat berdasarkan perhitungan dari beberapa
komponen biaya, diantaranya :
1. Biaya produksi bahan galian tambang per tahun.
2. Pendapatan dari hasil penjualan produk hasil pengolahan per tahun. Dalam hal ini,
asumsi harga jual produk dari komoditas bahan galian batubara yang sudah diolah
dijual dengan harga 70$/ton
3. Pajak atau penerimaan Negara per tahun Pajak yang dibebankan untuk kegiatan
usaha pertambangan oleh PT. Sinar Sugih Mukti terdiri dari beberapa pajak,
diantaranya adalah retribusi daerah, PPn, PPh21 dan PBB.
4. Biaya untuk investasi
Biaya untuk investasi ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
- Modal tetap
- Modal kerja satu tahun pertama
- Sumber dana

13.2. Investasi
13.2.1. Modal Tetap
Modal tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau tidak
tergantung pada perubahan volume produksi atau tingkat aktivitas yang
dilakukan. Modal tetap ini terdiri dari :
1. Biaya Pra-Penambangan
Biaya pra-penambangan ini terdiri dari biaya pembebasan lahan,
pengurusan WIUP, pengurusan IUP Eksplorasi, pengurusan IUP

134
Operasi Produksi, pengurusan izin IPPKH, pematokan batas IUP
Operasi Produksi dan estimasi biaya jaminan reklamasi dan
pascatambang. Total biaya pra penambangan adalah sebesar USD
8.815.215
2. Biaya Pemebelian Peralatan dan Perlengkapan Penunjang Tambang
Terdiri dari biaya untuk pembelian beberapa peralatan penujang
tambang, seperti pemebelian kendaraan khusus yang digunakan
dalam mobilisasi kegiatan penambangan dan juga pembelian
beberapa macam perlengkapan kantor serta perlengkapan K3. Total
biaya untuk pemebelian peralatan dan perlengkapan penunjang
tambang adalah sebesar USD 291.660.900.438

Tabel 11. 3 Cost Investasi

135
Modal Tetap

No. Uraian USD


I. Modal Tetap
Biaya Awal
1 Kegiatan Eksplorasi 60,000.00
2 Studi AMDAL 15,000.00
3 Studi Kelayakan 20,000.00
4 Biaya Izin 35,000.00
5 Pembebasan lahan 145,000.00
6 Pembabatan pohon 4,000.00
7 Pengupasan OB 8,536,215.11
Sub Total Biaya Awal' 8,815,215.11

Biaya Peralatan
1 Peralatan Utama&Pendukung -
2 Kendaraan 16,770
3 Komputer&Alat Komunikasi -
Sub Total Biaya Peralatan 16,770.00

Biaya Konstruksi&Infrastruktur
1 Workshop 70,000
2 Pembuatan Jalan ke ROM dan Port 86,000
3 Penimbunan dan Pelabuhan 80,000
4 Office 40,000
5 Prepare Area ROM dan Crushing 70,000
Sub Total Biaya K&I 346,000

Total Modal Tetap 9,177,985.11

II. Modal Kerja


20% dari Modal Tetap 1,835,597.02

Total Biaya Investasi 11,013,582.13


Modal Sendiri 70% 7,709,507.49
Pinjaman Bank 30% 3,304,074.64

Berikut adalah tabel modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
membuka tambang, dengan modal awal yaitu modal sendiri sebesar 70% dan
pinjaman bank sebesar 30%.

136
13.3. Biaya Produksi
Berikut adalah biaya produksi yang dibutuhkan untuk berjalannya tambang PT. Jaya
Bara Mandiri.

Tabel 11. 4 Biaya Produksi

No Uraian
0 1
Produksi Batubara 1,102,708.10 MT
SR 6.13
Produksi Ob 6,763,664 BCM
Harga BB 70 USD/MT
Penjualan BB USD/MT

A. Biaya Penambangan
1 Biaya Land Clearing 0.005 USD/MT 3,715.93
2 Biaya Pengupasan & Pengangkutan OB 0.91 USD/MT 307,084
3 Biaya Pemuatan Coal 1.07 USD/MT 58,865.35
4 Biaya Pengangkutan Coal 2.41 USD/MT 132,711.76
5 Biaya Pengolahan 1.50 USD/MT 82,526.43
6 Biaya Pengapalan 0.27 USD/MT 14,886.56
7 Biaya Perawatan & Perbaikan Fasilitas(3%) 0.01 USD/MT 824.40
8 Biaya Upah TK Tetap 456,189 USD/Tahun 38,015.79
9 Biaya Upah TK Tak Tetap 554,155 USD/Tahun 46,179.59
Sub Total Biaya Penambangan 1,010,351 3,715.93 681,093.89

B. Biaya Lingkungan & Masyarakat


1 Biaya Land Compensation 0.3 USD/MT 101,454.96
2 Biaya Lingkungan, K3 0.3 USD/MT 16,540.62
Sub Total Biaya Lingkungan & Masyarakat 0.6 101,455 16,541

C. Iuran&Royalti
1 Royalti 0.005 FOB 276
2 Iuran tetap 0.08 USD/Ha/Tahun 1.7
3 Iuran pembangunan 0.5 USD/MT 27,567.70
4 PBB 0.08 USD/Ha/Tahun 600
Sub Total Iuran&Royalti 0.665 28,445

D. Biaya Admin &dll


1 Biaya Fee Penjualan 0.01 USD/MT 551.35
2 Biaya Expo 1 USD/MT 55,135.41
3 Biaya dll 0.5 USD/Tahun 27,567.70
4 Biaya Asuransi Peralatan&Infras 57,482 USD/MT 4,790.20
Sub Total Biaya Admin &dll 57,484 88,044.66

Total Biaya Produksi 105,170.89 814,124.25


Biaya Produksi/MT 14.77

137
13.4. Laporan Keuangan
Untuk mengetahui aliran kas keuangan dari kegiatan usaha pertambangan PT. Jaya
Bara Mandiri, dibuatlah sebuah laporan keuangan yang didalmnya berisi tentang
estimasi perhitungan biaya yang terdiri dari perhitungan keseluruhan kebutuhan biaya
investasi dan produksi, total biaya depresiasi perlatan penambangan, total pendapatan
dari hasil penjualan produk, Biaya untuk pajak sebagai bentuk penerimaan Negara
dan laporan mengenai nilai atau besaran keuntungan bersih yang diprediksikan akan
diperoleh selama kegiatan penambangan berlangsung.
Berikut merupakan ringkasan aliran kas keuangan kegiatan usaha Pertambangan
Batubara oleh PT. Jaya Bara Mandiri untuk estimasi umur tambang selama 7 bulan
kedepan.

Tabel 11. 5 Aliran kas Keuangan Usaha Pertambangan PT. Jaya Bara Mandiri
Bulan
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7
Produksi Batubara 1,102,708.00 MT 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63
SR 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13
Produksi Ob 6,763,664 BCM 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365
Harga BB 70 USD/MT 70 70 70 70 70 70 70
Penjualan BB USD/MT 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75
(+)Penndapatan Hasil Penjualan 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75
(+)Nilai Sisa - - - - - - -
(+)Jumlah Pendapatan 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75

(-)Jumlah Biaya Produksi USD 105,170.89 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25
(-)Reklamasi USD 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30
(-)Konsumsi Karyawan USD 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049
(-)Asuransii USD 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08
(-) Depresiasi USD - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20
(-) Amoortisasi USD 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00
(-) Bunga Pinjaman USD 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74

(-)Jumlah Pengeluaran - 105,170.89 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25

Penndapatan Sebelum Pajak 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00
Pajak 25% 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50

Penndapatan Bersih Setelah Pajak 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50
(+) (1-0.75) bunga pinjaman 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69
(+) Depresiasi - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876
(+) Amoortisasi 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00
(-) Modal Tetap - 9,177,985.11
(-) Angsuran Pinjaman - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41
(-)Modal Kerja - 1,835,597.02
(+)Pengembalian Modal Kerja
(+)Pinjaman Bank 19,602,998.60

Alirann uang tunai masuk 19,602,998.60 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98
Alirann uang tunai keluar - 11,118,753.02 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41

Cash Flow 8,484,245.58 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57
Kumulatif cash flow 8,484,245.58 9,651,285.15 10,818,324.72 11,985,364.29 13,152,403.86 14,319,443.44 15,486,483.01 16,653,522.58
235,813,879,716.60

138
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandy. 2016. Geoteknik Tambang. Bandung : PT Gramedia Pustaka Utama.

Brady, B.H.G., & Brown, E.T. (2004). Rock Mechanics. Kluwer Academic
Publishers.

Bristol, R. (2006). Pit Optimiser in Surpac Vision. Perth, Western Australia.

Fattahillah Halim, 2015, “Sistem Penyaliran Tambang”,


www.sukashareee.blogspot.co.id, Diakses pada tanggal 20 November 2021. Pukul
11.54 WIB

Fitratul, R., & Dedi, Y. (2019). Optimalisasi Pit Limit Penambangan Mineral Nikel
Laterit PT ANTAM Tbk. Unit Bisnis Penambangan Nikel Di Site Pomalaa. Jurnal
Bina Tambang, Vol 4., No. 3, 4, 294-305.

Maryanto SSi., MT, 2010, “Rencana Penambangan Batubara”, Universitas Islam


Bandung : Bandung.

139
Rachmansyah, Muhammad Zulfikar. 2020. “OPTIMASI FAKTOR KEAMANAN
LERENG MENGGUNAKAN ROCSCIENCE SLIDE V 6.0 KUARI CENGKEH PT
LOTUS SG LESTARI”. Jakarta.

Rangga, 2013, “Sistem Penyaliran Tambang”, Diakses pada tanggal 20 November


2021. Pukul 11.54 WIB

Thyac Korah , Turangan A.E , Alva N. Sarajar, “Analisis Kestabilan Lereng Dengan
Metode Janbu (Studi Kasus: Kawasan Citraland)” , Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1,
(22-28) ISSN: 2337-6732, Januari 2014

Wardana I. G.N , 2011“ Pengaruh perubahan Muka Air Tanah dan Terasering
terhadap Perubahan Kestabilan Lereng” , Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15 No.1
Januari 2011, Bali

Waterman, S. B. (2018). Perencanaan Tambang (Edisi Kedelapan). Yogyakarta.

Zakaria Zufialdi, “ Analisis Kestabilan Lereng Tanah”


http:/www.agung1406.files.wordpress.com/2009/11/analisislereng.pdf

140
LAMPIRAN

141

Anda mungkin juga menyukai