Laporan FS Baru
Laporan FS Baru
JAYA
BARA MANDIRI DI KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR INDONESIA
NIM : 11180980000007
2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak rahmat dan nikmat sehingga kami dapat menyusun Laporan Studi Kelayakan
Pertambangan PT. Jaya Bara Mandiri Di Kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai
Kartanegara Kalimantan Timur Indonesia.
Laporan Praktikum Perencanaan Tambang ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah pada program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum
perencanaan tambang ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan kerja praktik
ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang melimpah
ruah, baik itu berupa hasil hutan maupun hasil tambang yang berupa bijih, minyak bumi,
maupun mineral yang tersebar luas di daerah daerah yang ada di indonesia dan salah
satunya adalah batubara yang merupakan sumber energi alternatif pengganti minyak
bumi Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat endapan batubara yang cukup potensial
untuk dikembangkan.
Namun dari itu kegiatan penambangan batubara melibatkan teknologi tinggi dan
modal yang cukup besar. Maka diperlukan kajian untuk menilai kelayakan operasi
penambangan baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun kondisi rona awal lingkungan.
Perlu disusun Studi Kelayakan Studi kelayakan selain berguna dalam mengambil
keputusan jadi atau tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan masih banyak
fungsi lainnya.
PT. JAYA BARA MANDIRI Perusahaan ini memiliki izin usaha pertambangan
(IUP) baru di kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai Kartanergara Kalimantan Timur
sejak Agustus 2021. IUP ini direncanakan akan mulai dilakukan penambangan pada
Desember 2021 dan direncanakan juga akan rampung pada tahun 2022. Oleh karena itu,
pada laporan ini dilakukan perencanaan dan estimasi sumberdaya guna dilakukannya
penambangan pada izin usaha pertambangan (IUP) pada lokasi ini.
3
b. Agar mendapatkan strategi penambangan yang efisien dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan kondisi lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis
4
d. Hasil pengolahan dan rencana pemanfaatan mineral ikutan
e. Jenis, jumlah, kualitas hasil pengolahan dan tailing
5. Menentukan rencana pengangkutan dan penimbunan
Tata cara
Peralatan
6. Menentukan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
a. Lingkungan (mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan UPL)
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Menentukan Pemasaran
1. Bagan Organisasi
2. Prospek Pemasaran
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri
8. Menentukan Investasi dan Analisis Kelayakan
5
1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek
ketenagakerjaan, aturan K3, sistem perpajakan dan retribusi, aturan
administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain;
2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat,
meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan
masyarakat setempat.
3. Kajian pasar Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis
dari karakteristik pasar, potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap
kebutuhan pasar dan supply yang telah berjalan, maupun dari analisis
substitusi produk).
4. Kajian kelayakan ekonomis Adalah perhitungan tentang kelayakan
ekonomis, berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode
pendekatan. Secara umum, metode pendekatan dimaksud biasanya melalui
analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cos Ratio (BCR), Profitability
Index (PI), Internal Rate of Return (IRR).
5. Kajian Kondisi Rona Awal Lingkungan yang berbentuk AMDAL dan
UKL-UPL. Kajian lingkungan untuk industri pertambangan merupakan
kegiatan yang wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas, ruang lingkup
kegiatan, maupun dari sisi operasional dan pengolahan bahan galian
merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak serius dari
segi aspek biotik aspek sosial ekonomi, sosial budaya ,aspek kesehatan
masyarakat.
6
BAB II
KEADAAN UMUM
7
Gambar 2. 1 Peta Geologi PT. JAYA BARA MANDIRI
8
Sebelah selatan : Kecamatan Muara Jawa
Sebelah barat : Kota Samarinda
Wilayah Kecamatan Sanga-Sanga terdiri dari lima kelurahan, diantaranya:
Kelurahan Jawa, Kelurahan Sanga-Sanga Dalam, Kelurahan Pendingin,
Kelurahan Sarijaya, dan Kelurahan Sanga-Sanga Muara. Ibukota kecamatan
terletak di Kelurahan Sanga-Sanga Dalam. Dari ke-5 kelurahan yang ada,
Kelurahan Sanga-Sanga Muara merupakan kelurahan yang letaknya paling jauh
dari ibukota kecamatan dengan jarak tempuh 10 kilometer, sedangkan Kelurahan
Jawa merupakan kelurahan yang letaknya paling dekat dari ibukota kecamatan
dengan jarak tempuh 3 kilometer.
2.3.2. Iklim
Berdasar letak geografisnya, Kecamatan Sanga-Sanga beriklim tropis basah
dengan rata-rata curah hujan per bulannya 129 mm dan rata-rata hari hujan
berkisar 16 hari per bulan di tahun 2017. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember yaitu sebanyak 211 mm dengan 26 harihujan selama sebulan,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sebanyak 45
mm dengan 8 hari hujan selama sebulan.
2.3.3. Penduduk
Penduduk Kecamatan Sanga-Sanga pada tahun 2017 tercatat sebanyak 18.749
orang yang terdiri dari 9.944 laki-laki (53,04%) dan 8.805 perempuan (46,96%)
yang tersebar di lima kelurahan. Data jumlah penduduk ini diperoleh dari
administrasi kependudukan yang ada pada kelurahan yang bersangkutan. Secara
umum pesebaran penduduk di Kecamatan Sanga-Sanga dapat dikatakan cukup
merata di setiap kelurahan, terkecuali di Kelurahan Sanga-Sanga Dalam yang
merupakan ibukota kecamatan. Kelurahan Sanga-Sanga Dalam merupakan
kelurahan yang paling banyak penduduknya dengan jumlah penduduk sebanyak
6.890 orang (36,75%) yang terdiri dari 3.884 laki-laki dan 3.006 perempuan.
Secara keseluruhan, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Sanga-Sanga
sekitar 80 orang per kilometer persegi atau 25 rumah tangga per kilometer
persegi. Kelurahan yang paling padat penduduknya adalah Kelurahan Sanga-
Sanga Dalam dengan kepadatan sekitar 124 orang per kilometer persegi atau 42
rumah tangga per kilometer persegi. Kelurahan yang paling jarang penduduknya,
yaitu Kelurahan Pendingin dengan kepadatan sekitar 55 orang per kilometer
persegi atau 15 rumah tangga per kilometer persegi. Perlu ditegaskan, bahwa
9
kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak belum tentu memiliki kepadatan
penduduk yang besar, demikian juga sebaliknya.
2.3.4. Mata Pencaharian
Ketersediaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah pendudukberusia
produktif, secara teoritis yaitu penduduk dengan kelompok umur 15 –64 tahun.
Pengertian Tenaga Kerja, Undang-Undang dan Jenis Perlindungan- Dalam pasal
1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yangmampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,guna menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendirimaupun masyarakat.
Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah
besarnyapendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang
umumnyadapat dilihat melalui jenis mata pencaharian atau pekerjaannya.
Denganmelihat tingkat pendapatan masyarakat akan dapat diukur
tingkatkesejahteraan masyarakat tersebut. Selanjutnya tingkat kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkatkesejahteraan
non ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melaluikondisi bangunan
rumah, perobatan rumah tangga, kondisi pendidikananggota keluarga dan lain
sebagainya.
Pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat dicirikan menjadi 2 kelompok
sumber pengahasilan, yaitu kelompok formal dan kelompok informal (nelayan,
pedagang dan lain sebagainya). Menghitung pendapatan masyarakat diperoleh
secara rutin/tetap setiap bulan dapat juga dilihat daritingkat pengeluaran.
Pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti nelayan,
jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan pendapatan
setiap bulan kelompok informal tidak tetap danbersifat musiman. Hasil usaha
mereka sering mengalami pasang surut,terkadang berhasil, terkadang mengalami
kegagalan karena pengaruh berbagai faktor, seperti cuaca yang buruk, harga ikan
yang tidak menentu, sepinya para konsumen dan lain-lain. Bagi penduduk daerah,
penelitian pada umumnya para nelayan ataupun pengusaha lainnya enggan untuk
memperhitungkan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran
proses kegiatan penangkapan ikan ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup
lainnya.
10
Komposisi masyarakat yang berkerja pada sektor perikanan diwilayah studi
berjumlah ± 80% dari data jenis pekerjaan yang tersedia di Kecamatan Sanga-
Sanga yang didominasi sektor perikanan tangkap. Berdasarkan datahasil survey
lapangan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di nelayan kurang lebih 80%,
sedangkan ± 10% penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang dan jasa.
Penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pegawai swasta
sebanyak ± 5% dari jumlah penduduk yang bekerja. Disektor perikanan
pendapatan masyarakat sangat tergantung dari jumlah tangkapan yang didapat,
fluktuasi harga perikanan tangkap, terutama parakonsumen. Data struktur
penduduk di wilayah menurut mata pencaharian utamadi wilayah studi adalah
nelayan, dagang dan jasa. Hal ini disebabkan masyarakat wilayah studi kegiatan
STS ini merupakan daerah pesisir sehingga sebagian besar bekerja sebagi
nelayan. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat pendapatan nelayan relatif
cukup beragam ataubahkan mengalami penurunan setiap tahunnya karena jumlah
tangkapan yang tidak menentu (turun).
2.3.5. Tata Guna Lahan
Pengamatan tata guna lahan dilakukan dengan menggunakan citra satelit dan
pengamatan langsung di lapangan. Berdasarkan pengamatan tata guna lahan dapat
dibedakan menjadi beberapa kawasan :
1. Kawasan Hutan
Kawasan ini yang berbukit-bukit, pada umumnya ditanami pohon pinus.
2. Kawasan Pertanian
Saat ini, tidak semua kelurahan di Kecamatan Sanga-Sanga mengusahakan
padi sawah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi padi
sawah di Kecamatan Sanga-Sanga mengalami peningkatan, yaitu dari 240 ton
menjadi 360 ton di tahun 2017 dengan luas panen sebesar 72 hektar, dimana
Kelurahan SangaSanga Muara merupakan kelurahan yang produksi padi
sawahnya paling besar, yaitu 295 ton dengan luas panen 59 hektar. Rata-rata
produktivitas padi sawah secara keseluruhan adalah 50 kwintal/hektar. Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam 1 hektar luas panen dapat menghasilkan padi
sawah rata-rata 50 kwintal. Sedangkan, padi ladang diusahakan di Kelurahan
Pendingin , Kelurahan Sanga-Sanga Muara dan Ke. Jawa. Total produksi
yang dihasilkan selama tahun 2017, yaitu 624 ton dengan luas panen 156
hektar, sehingga rata-rata produktivitasnya mencapai 40 kwintal/hektar.
11
3. Lahan Perkebunan
Perkebunan yang ada di Kecamatan Sanga-Sanga merupakan perkebunan
rakyat. Adapun tanaman perkebunan yang diusahakan, seperti kelapa, kelapa
sawit, karet, dan kopi. Produksi masing-masing tanaman tersebut, yaitu
kelapa sebesar 2,8 ton, kelapa sawit sebesar 306,1 ton, karet sebesar 0.25 ton,
dan kopi sebesar 0.5 ton.
4. Peternakan
Ternak yang diusahakan di Kecamatan Sanga-Sanga meliputi sapi potong dan
kambing. Pada tahun 2017, populasi ternak di Kecamatan Sanga-Sanga yaitu
376 ekor sapi potong dan 252 ekor kambing dan 17 Babi. Sedangkan unggas
yang diusahakan di Kecamatan Sanga-Sanga meliputi ayam kampung, ayam
potong, ayam petelur dan itik. Populasi unggas yang pada tahun 2017, yaitu
5.553 ayam kampung dan 2.076 ekor itik.
5. Perikanan
Kecamatan Sanga-Sanga ada beberapa daerah yang berada di bantaran sungai
dan ada juga yang berada di tepi laut, sehingga banyak rumahtangga yang
bermata pencaharian sebagai nelayan atau pencari ikan, dan adapula yang
memelihara ikan tawar di keramba atau kolam.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/tata-guna-lahan-daerah-candi-
gedongsongo-saat-ini-studi-mitigasi-bencana-geologi-pada-kawasan-candi-
gedong-songo-bagian-5/
BAB III
12
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
13
cekungan berupa lapisan klastik yang berbutir kasar, juga di pantai hingga
marin dangkal.
Pengendapan pada lingkungan laut terus berlangsung hingga Oligosen
dan menandakan perioda genang laut maksimum. Secara umum dijumpai
lapisan turbidit berselingan dengan serpih laut dalam, sedangkan batugamping
terumbu ditemukan secara lokal dalam Fm. Antan. Sedangkan urutan regresif
di Cekungan Kutai mencakup lapisan klastik delta hingga paralik yang banyak
mengandung lapisan-lapisan batubara dan lignit. Siklus delta yang berumur
Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur dan tenggara.
Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang
waktu diselingi oleh tahapan-tahapan genang laut secara lokal.
Pada Peta Geologi Lembar Balikpapan (Hidayat dan Umar, 1994),
endapan-endapan delta yang mengandung batubara tersebut dikenali sebagai
Fm. Tanjung, Fm. Kuaro, Fm. Warukin, Fm. Pulaubalang, Fm. Balikpapan
dan Fm. Kampungbaru. Formasi-formasi yang tersebar di daerah kajian berada
pada stratigrafi bagian atas dari Cekungan Kutai yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
14
3.2. Geologi Lokal
3.2.1. Topografi dan Geomorfologi
3.2.2. Litologi
Material penyusun yang ada pada wilayah IUP PT. JAYA BARA MANDIRI
adalah Claystone, Mudstone, Batubara dan Sandstone. Lapisan pertama yaitu
disusun oleh batuan Sandstone dengan berat isi basah sebasar 23.5 Kn/m3,
kohesi peak 50.3 Kn/m2, kohesi residual 36.72 Kn/m2, sudut geser dalam peak
sebesar 22.87 , sudut geser dalam residual sebesar 19.44 , lapisan kedua yaitu
Mudstone dengan berat isi basah sebasar 20.5 Kn/m3, kohesi peak 41.2 Kn/m2,
kohesi residual 30.08 Kn/m2, sudut geser dalam peak sebesar 21.84 , sudut
geser dalam residual sebesar 18.56 , lapisan ketiga batubara dengan berat isi
basah sebasar 24.3 Kn/m3, kohesi peak 25 Kn/m2, kohesi residual 18.25
Kn/m2, sudut geser dalam peak sebesar 21.89 , sudut geser dalam residual
sebesar 18.61 dan lapisan terakhir yaitu Claystone dengan berat isi basah
sebasar 21.6 Kn/m3, kohesi peak 30.8 Kn/m2, kohesi residual 22.48 Kn/m2,
sudut geser dalam peak sebesar 18.7 , sudut geser dalam residual sebesar 15.9
. Kondisi peak digunakan untuk batuan lepas, atau keadaan batuan yang sudah
terganggu sehingga bukan dalam keadaan in situ, sedangkan kondisi peak
digunakan pada batuan in situ, batuan dalam keadaan asli.
3.2.3. Struktur Geologi
Struktur geologi pada daerah IUP diketahui dengan melakukan
pemboran, sehingga didapatkan hasil lithologi penyusun daerah IUP tersebut.
Dilakukan pengambilan data menggunakan 5 lubang bor dan dihasilkan data
bor dari setiap lubang bor memiliki geometri dan spesifikasi yang berbeda.
Data Collar terdiri dari Hole ID, Koordinat XYZ dan Depth dimana data
tersebut mencerminkan letak lubang bor dan kedalaman lubang bornya, Data
Survey berisikan Hole ID, Depth, Dip dan Azimuth dimana data ini yang
mencerminkan geometri dari setiap lubang bor. Sedangkan pada data Geologi
terdapat Hole ID, Depth From, Depth To dan Lithology dimana data ini
mencerminkan isi atau data yang dihasilkan dari kegiatan pemboran tersebut
yang dimana nantinya akan digunakan untuk mengestimasi sumberdaya pada
daerah tersebut.
15
Tabel 3. 1 Data Geologi
Data geologi ini mencerminkan lapisan lithologi dari lubang bor, dimana dapat
diketahui tebal perlapisan dari setiap lithologi nya. Pada kolom ke-empat
adalah code untuk setiap batuannya, SS untuk Sandstone, MS untuk Mudstone,
BB untuk Batubara dan CS untuk Claystone.
16
Data Collar mencerminkan kedalaman maksimal dari setiap lubang bornya,
untuk letak setiap lubang bor diketahui dari koordinat XYZ yang terdapat pada
kolom 2,3, dan 4.
Data Survey ini mencerminkan bentuk lubang bor pada saat dilakukan
pengeboran, dapat diketahui melalui table tersebut bahwa lubang bor memiliki
dip -90 yang artinya adalah lubang bor lurus 90 ke arah bawah, dengan sudut
azimuth 0.
BAB IV
17
4.1. Estimasi Sumber Daya
4.1.1. Metoda
Perhitungan sumberdaya batubara sangat penting karena dari kegiatan
tersebut akan di dapatkan taksiran kuantitas (tonase), dalam proses
perhitungan nya hal yang harus di perhatikan yaitu perhitungan luas, estimasi
luas sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari kuantiti cadangan batubara,
luas yang tidak beraturan akan menyebabkan sulit nya melakukan estimasi.
Didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang
diperkuat dengan data-data pendukung, Estimasi sumberdaya Batubara dengan
metode Circular USGS mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan,
mudah dikomunasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan
mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Metode
perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan
sumberdaya batubara. Aturan dalam perhitungan dengan metode Circular
USGS disesuaikan dari jenis sumberdaya yang digunakan.
Pendekatan yang dilakukan untuk menghitung sumberdaya batubara
adalah dengan menentukan jarak luasan sumberdaya batubara dari titik
pengamatan berdasarkan kondisi geologi dari daerah yang diamati. Data-data
yang diperlukan adalah koordinat Izin Usaha Pertambangan (IUP), data
Cropline dan pemboran eksplorasi berupa data koordinat titik pemboran,
ketebalan, kedalaman dan litologi. Data titik bor yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 5 titik bor dengan rata-rata kedalaman 63 m. Estimasi
sumberdaya pada penelitian ini mengestimasi untuk sumberdaya tereka,
terunjuk dan terukur. Sumberdaya batubara batubara bukanlah hanya
merupakan ringkasan atas semua batubara yang telah dibor ataupun diambil
sampelnya, terlepas dari kualitas, ukuran, lokasi atau kemenerusannya.
Suumberdaya batubara merupakan suatu estimasi yang representative,
berdasarkan atas asumsi teknis, ekonomis dan kondisi pengembangan yang
wajar dan lebih mungkin untuk dapat ditambang secara ekonomis (SNI 5015 :
2011).
Perhitungan manual estimasi sumberdaya dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :
18
Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)
19
d. Strike/Dip Batubara: N215°E/38
e. Jumlah Lubang Bor: 5 Lubang
f. Kedalaman minimum lubang: 78.2 meter
g. Kedalaman Maksimum lubang: 90.2 meter
4.1.3. Pemodelan
Pemodelan sumberdaya yang digunakan mempunyai batas koordinat
kea rah utara 9929832N – 9931738N, kea rah timur 525339E – 527403E, dan
ketinggian -500 – 120. Peubah (variable) yang diperlukan untuk pemodelan
ini yaitu topografi daerah penelitian, informasi geologi, kadar mineral, jenis
batuan, massa jenis, presentase blok sebagai bagian bijih, tonase setiap blok,
jumlah minum komposit.
Model blok adalah model computer yang membagi cebakan bijih
menjadi blok-blok yang seragam. Permodelan dan penaksiran sumberdaya
mineral secara computer didasarkan pada kerangka model blok. Model
berbentuk balok dengan dimensi 1x1x1m.
20
Gambar 4. 1 Blok Model
21
(1980), PBB : UNFC (1997), Australia : AGSO (2000). Sistem klasifikasi lain
yaitu SME, CIM, JORC, SAMREC, IMM dan lain-lain (Darmadji,2002).
22
1. Sumberdaya terukur (measured resources).
2. Sumberdaya terunjuk (indicated resource).
1. Aspek geologi
Berdasarkan tangkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan lebih besar dibandingkan dengan
sumberdaya terunjuk. Sedangkan sumberdaya terunjuk harus memiliki
tingkat keyakinan lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya
tereka. Sumberdaya terukur dan terunjuk dapat ditingkatkan menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila memenuhi kriteria kelayakan.
2. Aspek Ekonomi
Ketebalan minimum lapisan batubara yang dapat ditambang dan
ketebalan lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat
ditambang yang menyebabkan kualitas batubara menurun karena
kandungan abu meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait
23
dengan aspek ekonomi sehingga perlu diperhatikan dalam
penggolongan sumberdaya batubara.
Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)
24
= 65.2m – 54.9m
= 10.3 m
DHE-5 = Depth To – Depth From
= 48.2m – 39.6m
= 8.6 m
Tebal Asli
Tebal Rata-rata
Tebal Rata-rata = Total Tebal Asli / 5
= (7.176 + 7.644 + 6.94 + 8.034 + 6.7) / 5
= 7.3 m
Luas Terkoreksi
Tereka = Luas / Cos 38
= 1699679.091 / 0.78
= 2124599 m2
25
Terunjuk = Luas / Cos 38
= 790950.327 / 0.78
= 988688 m2
Volume
Tereka = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 2124599 x 7.3
= 15509572.7 m3
Terunjuk = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 988688 x 7.3
= 7217422.4 m3
Terukur = Luas Terkoreksi x Tebal Asli Rata-rata
= 500546 x 7.3
= 3653985.8 m3
Tonase
Tereka = Volume x Densitas
= 15509572.7 x 1.3 ton/m3
= 20162444.51 ton
Terunjuk = Volume x Densitas
= 7217422.4 x 1.3 ton/m3
= 9382649.12 ton
Terukur = Volume x Densitas
= 3653985.8 x 1.3 ton/m3
= 4750181.54 ton
26
Tabel 4. 3 Estimasi Sumberdaya Batubara
Tebal Dip Densitas Luas Terkoreksi
m ° ton/m3 Tereka Terunjuk Terukur
7.3 2,124,599 500,546
38 1.3 988,688
Volume Tonnase
Tereka Terunjuk Terukur Tereka Terunjuk Terukur
27
Dimana beberapa parameter (modifying factors) yang harus dipertimbangkan
sampai dapat dikatakan bahan galian tersebut sebagai cadangan dan layak untuk
ditambang adalah sebagai berikut :
- Faktor Penambangan,
- Pengolahan/Pemurnian,
- Ekonomi,
- Pemasaran,
- Hukum,
- Lingkungan,
- Sosial, dan
- Peraturan Pemerinta
4.2.3. Klasifikasi Cadangan
Dalam menentukan klasifikasi cadangan endapan bahan galian di lokasi IUP
Eksplorasi PT. Sinar Sugih Mukti, digunakan acuan kepada hubungan antara
hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan berdasarkan SNI 4726:2011, dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
28
BAB V
5.1. Geotektik
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan di lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi PT. Jaya Bara Mandiri berupa analisis kestabilan lereng serta analisis
kemampugalian. Analisis kemantapan lereng meliputi analisis kestabilan lereng tunggal
(individual / single slope), lereng keseluruhan (overall slope) serta lereng timbunan.
Sedangkan analisis kemampugalian dilakukan untuk mengetahui karakteristik material
dalam kaitannya dengan aktivitas penggalian.
5.1.1. Akuisisi data
5.1.1.1. Jenis
Jenis sampel yang digunakan berupa bongkah yang diambil
dari batuan induknya yang menggambarkan secara umum
kondisi batuan pada lokasi penyelidikan, Sampel batuan
tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diuji secara
fisik dan mekanik. Adapun hasil dari uji batuan tersebut adalah:
29
Sifat Fisik Sandstone Mudstone Batubara Claystone
ɣ sa t (Kn/m 3) = 23.5 20.5 24.3 21.6
2
coh pea k (Kn/m )= 50.3 41.2 25 30.8
(°)
phi pea k. = 22.87 21.84 21.89 18.7
2
coh res (Kn/m ) = 36.72 30.08 18.25 22.48
phi res. (°) = 19.44 18.56 18.61 15.90
5.1.1.2. Jumlah
5.1.1.3. Sebaran Data
5.1.2. Analisis Geoteknik
5.1.2.1. Kemampugalian dan Kemampugaruan
Dalam suatu kegiatan penambangan selalu dijumpai kegiatan
penggalian. Sebelum penggalian dilakukan maka dilakukan
pembongkaran massa batuan. Penggalian bisa dilakukan secara
langsung tanpa pembongkaran apabila material bersifat lunak
atau soft, metode penggalian ini biasa disebut
directdigging.Namun apabila material bersifat keras maka perlu
pembongkaran terlebih dahulu sebelumdilakukan
penggalian.Pembongkaran bisa dilakukan dengan pengalian
langsung menggunakan alat mekanis maupun peledakan
(blasting). Penggalian maupun peledakan tidak dilakukan serta
merta begitu saja saat menjumpai material keras. Namun perlu
ada analisis lebih lanjut untuk menentukan metode
pembongkaran yang sesuai dengan sifat-sifat batuan maupun
kondisi lapangan. Pada umumnya penggalian dipengaruhi oleh
3 (tiga) kondisi sebagai berikut:
Kondisi I: Bila tanah biasa (normal), bisa langsung dilakukan
penumpukan stock atau langsung dimuat (loading). Kondisi II:
Bila kondisi tanah keras harus dilakukan penggalian
menggunakan alat mekanis terlebih dahulu, kemudian
dilakukan stock pilling dan pemuatan (loading). Kondisi III:
Bila tanah terlalu keras dimana pekerjaan ripping tidak
ekonomis (tidak mampu) maka harus dilakukan peledakan
(blasting) guna memecah belahkan material terlebih dahulu
sebelum dilakukan stock pilling kemudian dilakukan pemuatan
(loading).
30
Para peneliti terdahulu telah menemukan banyak faktor yang
mempengaruhi kemampugalian batuan seperti perilaku massa
batuan, kekuatan massa batuan, ukuran dan kekuatan dari
mesin yang digunakan dan faktor ekonomi. Ada peneliti yang
menemukan bahwa yang termasuk dalam sifat massa batuan
meliputi jenis batuan, kekuatan, derajat alterasi, struktur,
abrasif, kadar air dan kecepatan gelombang seismik. Peneliti
lain menyebutkan bahwa kemapugalian dipengaruhi oleh
kekuatan dari batuan utuh dan perilaku kekar pada massa
batuan. Dalam perkiraan kemampugalian, parameter batuan
harus dimasukan dan diuji untuk memperkirakan perilaku
batuan tersebut. Dalam mekanika batuan sendiri, penentuan
sifat fisik dan mekanik batuan merupakan inti dalam perkiraan
perilaku massa batuan[3] . Pemilihan alat gali yang sesuai tidak
lepas dari studi lapangan dan uji laboratorium mengenai sifat-
sifat material, terutama kekuatan batuan. Di lapangan selalu
dijumpai material dengan ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada
material yang sangat mudah digali, mudah digali, sulit digali,
sangat sulit digali atau bahkan tidak dapat digali.
Kemampugalian merupakan suatu ukuran apakah material
dapat digali, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kemudahan penggalian. Kemampugalian didasarkan
pada sifat-sifat material dan kondisi geologi, seperti kekerasan,
kecepatan seismik, struktur, pelapukan dan air tanah, yang
diperoleh dari studi lapangan dan uji laboratorium[4] .
Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang
melibatkan parameter mesin penggaru dan sifatsifat fisik,
mekanik dan dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi
Kemampugaruan (rippability chart). Tabel 1 adalah klasifikasi
penggaruan yang sudah sering dipakai oleh para kontraktor
penggalian dan kriterianya didasarkan pada pembobotan total
dari parameter pembentuknya bersamaan dengan daya
bulldozer yang diperlukan. Parameter yang dipakai dalam
klasifikasi ini adalah kecepatan seismik, kekerasan batuan,
31
tingkat pelapukan, jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak
pemisahan kekar dan orientasi kekar terhadap penggalian.
Penggalian langsung dapat dilakukan apabila nilai RMR ≤ 30,
penggaruan dilakukan apabila nilai RMR >30 dan ≤ 60 dan
apabila nilai RMR >60 maka massa batuan harus diledakkan.
32
kemiringan lereng 38 derajat. Nilai Faktor keamanan pada
lereng dengan ramp yaitu 1.265 pada lereng statis sedangkan
1.266 pada lereng dinamis. Longsoran yang diasumsikan pada
kajian ini adalah longsoran bidang karena material lapisan
lereng adalah batuan sedimen yang memiliki satu bidang
diskontinuitas dan longsoran searah dengan arah kemiringan
lereng. Pada lereng disposal didapatkan nilai FK 1.258 dengan
tinggi lereng 3 meter, lebar 6 meter dan sudut kemiringan
lereng 26 derajat. Dimana geometri lereng dibuat sesuai dengan
ketentuan KEPMEN 1827 yaitu perbandingan antara vertical
dan horizontal adalah 1:2.
5.1.3. Rekomendasi Geoteknik
1. Rekomendasi Lereng Disposal
33
lebih dari 27 derajat. Dari geometri lereng tersebut didapatkan nilai FK sebesar
1.258.
2. Rekomendasi Lereng Highwall Statis
35
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall statis, dengan
material penyusun lereng adalah claystone. Lereng tersebut diasumsikan
dengan longsoran bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu
dengan bidang diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan
longsoran yang akan terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga
disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa
tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726. Geometri
lereng yang direkomendasikan adalah dengan ketinggian 10 meter, lebar bench
5 meter, single slope 38 derajat dan overall slope 30 derajat. Dari geometri
tersebut dihasilkan nilai FK 1.255
36
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall statis, dengan
material penyusun lereng adalah claystone. Lereng tersebut diasumsikan
dengan longsoran bidang karena materialnya adalah batuan keras dan insitu
dengan bidang diskontinuitas yang tidak diketahui sehingga diasumsikan
longsoran yang akan terjadi adalah longsoran bidang. Lereng tersebut juga
disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban gempa 0.01, beban gempa
tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada pada SNI 1726 dan beban
alat sebesar 77.5 kN/m2. Geometri lereng yang direkomendasikan adalah
dengan ketinggian 10 meter, lebar bench 5 meter, single slope 38 derajat dan
overall slope 30 derajat. Dari geometri tersebut dihasilkan nilai FK 1.253
37
Gambar diatas adalah gambar rekomendasi lereng highwall with ramp, dengan
material penyusun lereng adalah sandstone, mudstone, coal dan claystone.
Lereng tersebut diasumsikan dengan longsoran bidang karena materialnya
adalah batuan keras dan insitu dengan bidang diskontinuitas yang tidak
diketahui sehingga diasumsikan longsoran yang akan terjadi adalah longsoran
bidang. Lereng tersebut juga disimulasikan sebagai lereng jenuh dengan beban
gempa 0.01, beban gempa tersebut diambil sesuai peta zonasi gempa yang ada
pada SNI. Geometri lereng yang direkomendasikan adalah dengan
5.1.4. Pemantauan Lereng
Kegiatan pemantauan pada lereng untuk memberikan informasi awal tanda
bahaya pada lereng yang berpontensi tidak stabil sebelum terjadi kelongsoran
lereng penambangan (failure). Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan
pekerja dan peralatan serta untuk menentukan tidakan yang harus dilakukan agar
lereng kembali stabil. Kegiatan pemantauan kestabilan lereng dilakukan pada
lereng tertentu yang dianggap berpotensi untuk tidak stabil. Pada dasarnya lereng
telah didesain dengan pertimbangan geoteknik untuk memperoleh kondisi stbil,
namun demikian masih terdapat faktor-faktor yang belum dimasukan ke dalam
analisa kemantapan lereng seiring dengan kemajuan kegiatan penambangan, seperti
38
adanya struktur geologi yang tidak tersingkap saat desain lereng, kondisi air tanah
yang berubah dan lain sebagainya.
Pemantauan dilakukan pada lereng yang mempunyai kecenderungan untuk
tidak stabil, yang menunjukkan tanda-tanda tertentu. Apabila ditemui kondisi
tersebut maka segera dilakukan pemantauan. Kondisi yang ditemui pada lereng
yang mengharuskan adanya pemantauan adalah sebagai berikut :
- Adanya rekahan tarik (tension crack) pada bagian atas lereng (crest).
Rekahan tersebut terbentuk pada saat material pembentuk lereng bergerak
ke arah bukaan blok penambangan. Apabila rekahan tersebut terisi dengan
air hujan, maka akan menambag potensi ketidakstabilan lereng.
- Adanya sebagian kecil crest yang turun secara vertikal. Hal ini bisa diamati
secara visual pada bagian atas lereng yang menunjukkan adanya pergerakan
parsial dari lereng
- Perubahan keadaan air tanah yang tiba-tiba, seperti munculnya rembesan
pada bagian bawah lereng (toe) akibat kenaikan muka air tanah maupun
akibat adanya hujan yang terus menerus. Hal ini akan mengakibatkan berat
material lereng dan tekanan air pada lereng semakin besar.
- Adanya runtuhan kecil pada bagian bawah lereng (toe). Runtuhan tersebut
akan mengakibatkan material diatasnya menjadi menggantung (overhang)
dan berpotensi untuk runtuh.
Kegiatan pemantauan yang dilakukan apabila ditemui hal-hal tersebut yang paling
umum adalah pengamatan dengan memasang rambu pengamatan pada lereng yang
berpotensi runtuh. Koordinat dari rambu tersebut diketahui dengan menembak
rambu dari suatu titik ikat dengan alat ukur pemetaan (teodolit atau total station).
Pengamatan dilakukan dengan cara menembak titik rambu tersebut dengan selang
waktu tertentu/hari.
39
Curah hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh ke
permukaan pada satuan luas atau pada suatu area tertentu.
Untuk mengetahui curah hujan yang terjadi dapat dilakukan
dengan alat pengukur curah hujan yang bernama Rain Gauge.
curah hujan Xi
Tahun
(mm)
2015 133
2016 84
2017 74
2018 68
2019 63
40
Parameter Statistik
Rata-rata (X) 35.8
Standar Deviasi (S) 13.53513945
Sn 1.0628
Yn 0.5236
Yt (5 tahun) 1.4999
Ck 2.104873572
Cv 0.378076521
Cs 0.388874038
Distribusi Gumbel
T(Tahun) Yt K (Faktor Frekuensi) Hujan Rencana
5 1.4999 0.918611216 48.23353091
debit limpasan
Keterangan DTH
permukaan m3/detik
PIT 1 1.736130034
DISPOSAL 2 0.497830058
STOCKSOIL 4 1.207156545
Total Limpasan Sump 1.736130034
Total Limpasan Settling 1.704986603
41
Ada beberapa jenis distribusi statistika yang dapat dipakai untuk menentukan
besarnya curah hujan rencana, seperti distribusi Normal, Log Normal, Gumbel
serta Log Pearson Type III. Metode – metode ini harus diuji mana yang
bisa dipakai dalam perhitungan. Untuk menentukan jenis distribusi curah
hujan yang akan dipilih, maka terlebih dahulu dilakukan pendekatan dengan
menghitung ketiga distribusi tersebut, untuk mendapatkan nilai Cs, Ck dan Cv
yang merupakan hasil dari olahan parameter statistic data curah hujan. Dari
perhitungan tersebut yang memenuhi syarat adalah menggunakan distribusi
Gumbel yaitu saat Cs ≤ 1.1396 dan Ck ≤ 5.4002, dimana hasil perhitungannya,
yaitu Cs = 0.388 dan Ck = 2.1048. Selanjutnya hasil akhir dari perhitungan
metode ini dipakai untuk menghitung curah hujan rencana, intensitas curah
hujan, debit limpasan.
Nilai intensitas curah hujan digunakan dalam perhitungan debit air yang
masuk ke area bukaan tambang. Artinya bahwa kemungkinan turunnya hujan
dengan intensitas hujan 35.8 mm/Jam adalah 75% berdasarkan periode ulang
25 tahun.
Penentuan nilai koefisien limpasan dilakukan dengan memperkirakan
kemiringan dan tata guna lahan tutupan, sehingga didapat koefisien limpasan.
Nilai koefisien limpasan untuk kajian teknis system penyaliran adalah 0.9
dengan pertimbangan memiliki kemiringan > 15% dan tataguna lahan
tutupannya adalah tanpa tumbuhan, lokasi tambang untuk area pit. Sedangkan
untuk area luar pit nilai koefisisien limpasan adalah 0.7 dengan pertimbangan
kemiringan >15% dan tataguna lahan tutupannya adalah perumahan dan
kebun. Adapun koefisien limpasan dapat dilihat pada table berikut.
42
5.2.3. Rekomendasi Hidrologi – Hidrogeologi
5.2.3.1. Rencana Penyaliran Tambang (dimensi sump, ditch,
horizontal/vertical drain, settling pond)
43
Fuel/jam Rental/jam Harga fuel/liter
Pompa 420E 65 1100000 7500
Elevasi Volume Air Target Debit Jumlah Pompa Jumlah Jam Debit Pompa Remain Volume Cost rental Cost fuel
10 - 0 6,321 880 1 5 6,321 0 7,901,283 3,501,705
10 - -10 6,321 820 2 5 6,321 0 8,479,425 3,757,927
10 - -20 6,321 650 2 5 6,321 0 10,697,121 4,740,770
10 - -30 6,321 480 3 5 6,321 0 14,485,685 6,419,792
10 - -40 6,321 350 4 5 6,321 0 19,866,082 8,804,286 Harga Total ↓
31,605 Biaya 61,429,597 27,224,480 88,654,077
Harga/m3 → 2,805
44
BAB VI
RENCANA PENAMBANGAN
45
Sebab kegiatan pemboran dalam eksplorasi secara teknis telah termasuk pada
tataran eksploitasi detail, selain itu dalam melaksanakan kegiatan pemboran
secara geologis deposit yang akan dibor terlebih dahulu harus telah diketahui
dengan jelas arah dan kemiringannya. Selanjutnya, tahapan penyelidikan
endapan bahan galian apabila mengacu pada Standar Nasional Indonesia
(SNI), dimulai dari survai tujuan atau peninjauan wilayah yang menjadi
sasaran sampai kegiatan eksplorasi bersifat detail atau rinci. Secara teknis
yang membedakan kegiatan penyelidikan survai tinjau dengan eksplorasi
detail pada:
1. Metode penyelidikan atau penelitian yang digunakan
2. Jenis percontohan
3. Tingkat kerapatan contoh yang diambil
Pemilihan cara atau system pertambangan secara umum terbagi dua system,
yaitu :
46
Mengenai jarak vertikal dari permukaan lahan hingga ke dasar lubang
galian. Permukaan adalah awal dari tepi lubang atau garis lurus yang
menghubungkan tepi galian sebelum ada galian, sedangkan dasar galian
adalah lubang yang terdalam. Penentuan batas kedalaman ditentukan oleh
letak muka air tanah.
2. Jarak
Jarak antara titik terluar lubang galian dengan titik terdekat dari batas area
pertambangan yang diizinkan oleh Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi. Jarak lubang galian dari batas IUP merupakan zona penyangga
agar lahan di luar batas IUP tidak terganggu oleh kegiatan penambangan.
Dalam hal ini jarak minimal 5 meter dari batas IUP merupakan batas aman.
3. Kemiringan Dasar Galian
Kemiringan lahan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan
daya dukung lahan bagi suatu peruntuhan. Persyaratan kelayakan lahan
untuk pemukiman/industri adalah tidak lebih dari 8% sehingga untuk
peruntuhan tersebut kemiringan dasar galan dibatasi maksimum.
4. Dinding Galian
Tinggi teras dan lebar teras.Tinggi teras maksimun 3 meter dan lebar dasar
teras minimum 6 meter, atau dengan perbandingan 1:2. .Hal tersebut untuk
mempertahankan agar kemiringan dinding galian tidak lebih dari 50%.
47
6.1.3. Tahapan Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan umumnya disebut kegiatan eksploitasi boleh
dikatakan merupakan kegiatan utama dari industri tambang, yaitu kegiatan
menggali, mengambil atau menambang bahan galian yang telah menjadi
sasaran atau rencana sebelumnya.
Zona layak tambang adalah zona yang dengan mempertimbangkan beberapa
hal (lokasi, system penambangan, dan lain-lain) ditetapkan menjadi zona layak
tambang karena memiliki dampak negative yang bisa ditanggulangi dengan
teknologi yang tersedia. Lokasi tambang sebaiknya tidak terletak di hulu
sungai, karena dampaknya bisa sampai ke hilir. Contoh dari dampak tambang
hulu sungai adalah banjir, erosi dan pedangkalan di hilir sungai.
Lokasi tambang secara umum sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Daerah tadah/imbuhan air tanah (catchment area).
2. Letak bangunan-bangunan penting seperti tiang transmisi tegangan tinggi,
bendung, tanggul dan jembatan.
3. Pertambangan tidak dilakukan pada tempat dengan lereng yang lebih besar
dari 40% agar tidak terjadi erosi dan longsoran.
4. Komposisi dan ketebalan lapisan yang beralokasi di antara tambang dan
air permukaan.
5. Memastikan lapisan terlindung dari erosi akibat aliran air.
6. Daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa kuat, bahaya letusan gunung api,
banjir bandang dan sebagainya.
7. Daerah-daerah yang memiliki fungsi hutan lindung.
48
B. Tahap Kontruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi yang merupakan kegiatan utama dari
pertambangan adalah :
1. Rekruitmen tenaga kerja
2. Pembuatan akses jalan tambang
3. Pembangunan saran dan prasarana
C. Tahap Operasi
Kegiatan pada tahap konstruksi yang merupakan kegiatan utama dari
pertambangan adalah :
1. Penggalian/Pertambangan bahan galian batuan
2. Pengangkutan material hasil produksi
3. Pengoperasian pabrik pemecah batu
4. Pengapalan material hasil produksi
5. Pemeliharaan pabrik dan peralatan lainnya
D. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pada tahap pasca operasi yang juga masih termasuk dalam
kegiatan pertambangan yaitu ;
1. Reklamasi dan pasca tambang lahan lokasi pertambangan
2. Pemanfaatan Asset perusahaan dan pembongkaran Base Camp serta
pabrik pemecah batu
3. Demobilisasi peralatan dan material
4. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
49
Selain itu, perwakilan masyarakat baik melalui tokoh masyarakat,
dan tokoh pemuda setempat meminta agar masyarakat sekitar
terlibat sebagai pekerja baik pekerja tetap maupun buruh harian
lepas, meminta agar dapat menjaga kelestarian lingkungan, dan
juga pihak perusahaan agar menjalankan program Community
Development / Coorporate Sosial Responsibility (CSR) dengan
sebaik-baiknya yang dapat dirasakan manfaatnya, yaitu dengan cara
kepedulian pihak kepada masyarakat antara lain dengan bantuan
sosial, bantuan hari raya, dan bantuan lainnya.
2. Survey Lokasi dan Pengukuran serta Pembebasan Tanah
Kegiatan awal yaitu survey lokasi. Lokasi IUP Eksplorasi harus
dolakukan pemetaan dan pengukuran batas dan luas apabila di
dalamnya terdapat lahan milik warga yang sebelumnya memiliki
peruntukan lahan tertentu.
Setelah dilakukan pengukuran batas lahan milik warga, maka
selanjutnya pembebasan tanah dilakukan dengan proses jual beli
antara pihak perusahaan dengan masyarakat pemilik tanah.
3. Pengurus Perizinan
Perizinan yang akan dilakukan untuk memenuhi segala legalitas
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku diantaranya
adalah :
a. Persetujuan warga
b. Surat Keterangan Domisili Perushaan
c. Rekomendasi Kecamatan
d. Surat Penunjukan Penggunaan Lahan (SPPL)
e. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
f. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Eksplorasi)
g. Rekomendasi UKL-UPL
h. Izin Lingkungan
i. Rekomendasi Andal lalin
j. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Operasi Produksi)
6.1.3.2.Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
50
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
pembangunan sarana dan prasarana tambang sampai siap digunakan
untuk operasional pertambangan bahan galian batu Andesit adalah
sebanyak 12 orang yang terdiri dari kelompok-kelompok kerja
dengan jumlah keseluruhan pekerja akan mempekerjakan penduduk
sekitar tambang. Kebutuhan dan kelompok tenaga kerja dapat
dilihat pada table dibawah ini :
Asal Tenaga
No Jabatan Jumlah Pendidikan
Kerja
1 Mandor 2 SMA Sanga Sanga
2 Administrasi 1 SMA Sanga Sanga
3 Pekerja perbaikan jalan 3 - Sanga Sanga
4 Pekerja pembangunan BC 6 - Sanga Sanga
Jumlah 12
Waktu kerja yang akan ditetapkan adalah mulai pukul 07.00 – 18.00
WITA, kecuali untuk kelompok pekerja pembangunan sarana dan
prasarana tambang, dapat dipekerjakan secara shift kerja tergantung
kebutuhan waktu.
51
Gambar 6. 2 Geometri Jalan Tambang
Selain jalan angkut batubara juga akan dibangun jalan kerja yang
tidak permanen untuk menghubungkan antara lokasi pertambangan
dengan pengolahan batubara.
52
Lapisan penutup yang sudah terkupas dari tempat penimbunan
sementara dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan tetap (waste
dump) dengan menggunakan dump truck. Pada pekerjaan
penggalian lapisan penutup yang didalamnya lebih dari 5 m dibuat
teras-teras atau jenjang untuk memudahkan pembagian kerja dan
pengoperasian alat-alat berat, selain itu untuk menjaga kemantapan
lereng (slope stability). Perbedaan tinggi antara jenjang dibuat 10
meter, lebar jenjang 10 meter dan lebar jenjang kerja dibuat 20
meter dan masing-masing 60 °.
Penimbunan Lapisan Penutup di Areal Wast Dump
Tanah penutup dari tempat penimbunan sementara diangkut
dengan dumptruck ke waste dump area. Tanah penutup yang telah
ditimbun pada bagian atas ditutup dengan tanah pucuk yang beasal
dari tempat penimbunan tanah pucuk.
6.1.3.4. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pembangunan Direksi Keet
Direksi keet adalah bangunan sementara yang dipergunakan untuk
mess karyawan dan menyimpan peralatan yang dipergunakan
selama tahap konstruksi. Direksi keet ini dibangun pertama-tama
di dalam tapak yang diurug serta dipadatkan sesuai dengan
persyaratan untuk bangunan sementara. Direksi keet dilengkapi
dengan penyediaan air minum dan penerangan, MCK sementara.
Direksi keet berfungsi sebagai base camp dimana pekerjaan
dikendalikan dan diawasi. Selama tahap konstruksi berjalan,
kerusakan dan pergantian spare parts sudah pasti terjadi. Peralatan
yang rusak dan mengalami perbaikan diparkir di sekitar direksi
keet menunggu perbaikan. Selanjutnya peralatan akan menjalani
pergantian dan perbaikan yang dilakukan oleh mekanik. Selain itu
direksi keet juga diperuntukkan bagi tempat tinggal sementara para
pekerja yang bermalam di lokasi proyek untuk menjaga semua
peralatan yang dipergunakan. Lokasi proyek harus dijaga
keselamatannya karena ada berbagai peralatan penting yang
diperlukan selama kegiatan/usaha berlangsung.
53
Pembangunan Stockpile
Stockpile dibangun pada lahan ±5000 m2 dan akan mampu
menimbun batubara sampai 50.000 ton. Konstruksi stockpile
dengan tanah pengeras, disekelilingnya dibuat saluran drainase
untuk mengalirkan air hujan. Sebelum air hujan dialirkan ke badan
air penerima, terlebih dahulu air hujan ditampung pada kolam
penampungan (setting pond) untuk mengendapkan sedimen yang
tersuspensi.
Pembangunan fasillitas penunjang
Fasilitas penunjang yang akan dibangun berupa kantor
administrasi, gudang, bengkel, dan pos jaga, menempati lahan
seluas 356 m2 . Bangunan terbuat dari lantai semen, dinding GRC
dan atap enternit. Ukuran tiap-tiap bangunan fasilitas penunjang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Pembangunan Jaringan Listrik
Kebutuhan energi listrik untuk keperluan pertambangan batuan
Andesit sangat diperlukan sekali. Sumber utama energi listrik pada
kegiatan pertambangan adalah dari Generator dengan kapasitas
500 KVA.
Pembangunan Settlingpond
Pembangunan kolam pengendapan akan digunakan untuk
mengendapkan air tirisan dari penimbunan tanah penutup pada
pertambangan batuan Andesit. Dalam pengelolaan air tirisan
dilakukan beberapa kriteria antara lain :
- Pembangunan kolam pengendapan didasarkan pada luas dari
catchment area, curah hujan dan karakteristik tirisan.
- Lokasi kolam pengendapan berada dekat pada waste dump,
dipermukaan dari tambang dan di dekat tempat produksi
batubara.
- Kolam pengendapan ini mempunyai dua fungsi yaitu tempat
mengendapkan sedimen yang terbawa dari tambang dan
mengembalikan kualitas air agar memenuhi baku mutu.
Pembangunan Kantor
54
Rencana pembangunan kantor akan dibangun pada lokasi areal
tambang yang difungsikan sebagai kantor administrasi, tenaga
teknis, dan managemen. Kantor ini akan dibangun secara
permanen dengan luas bangunan base camp berkisar 16 x 10
meter.
6.1.4. Tahap Operasi
6.1.4.1. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan operasi produksi penambangan, direkrut
tenaga kerja dengan keahlian dan keterampilan yang berbeda-beda.
Tenaga kerja ahli terutama untuk posisi kepala teknik tambang (KTT)
akan di datangkan dari luar Kota Palu, dan untuk tenaga kerja
administrasi, keamanan, dan pelaksana tambang akan menggunakan
tenaga kerja penduduk sekitar lokasi rencana tambang. Adapun
rencana tenaga kerja tersebut tercantum dalam tabel berikut ini :
6.1.4.2. Pertambangan dan Pengolahan Batubara
Pertambangan batuan Andesit menggunakan metode open pit dengan
mengikuti tata cara pertambangan yang baik (good mining practices)
yang merupakan metode pertambangan terbuka (surface mining) yang
segala aktivitasnya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan
permukaan bumi, sehingga tempat kerjanya berhungan langsung
dengan udara permukaan. Metode ini didasari atas penafsiran
kandungan batubara yang relatif berada dipermukaan tanah. Perkiraan
produksi batubara mencapai 3000 sampai 4000 ton per hari.
Metode open pit ini disamping tidak beresiko tinggi dalam bidang
pertambangan, juga mempunyai keuntungan-keuntungan lainnya
diantaranya :
- Pengawasan mutu lebih mudah.
- Relatif aman karena bahaya longsor yang mungkin timbul dapat
dikendalikan sejak dini.
- Tidak akan ada gas-gas yang berbahaya dari dalam tanah karena
sifat kerjanya dipermukaan tanah.
- Penggunaan alat mekanis relatif mudah dan terjangkau.
6.1.4.3. Tahap Pengolahan Batubara
55
Pengolahan bahan galian termasuk pengolahan batubara pada
umumnya dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Preparasi
2. Konsentrasi
3. Dewatering
1. Preparasi
Preparasi pada batubara merupakan operasi persiapan yang
dilakukan untuk mereduksi ukuran butir dengan tujuan untuk
memenuhi ukuran sesuai dengan penggunaannya. Reduksi ukuran
butir biasanya dilakukan dengan alat peremuk yang antara lain alat
crusher atau grinder. Proses peremukan atau crushing biasanya
dikerjakan dalam tiga tahapan, yaitu :
1. Primary crushing, suatu tahapan untuk meremuk umpan
dengan ukuran 2 inch – 90 inch dan umpan ini biasanya berasal
dari hasil tambang. Alat yang digunakan berupa jaw crusher
dan gyratory crusher.
2. Secondary crushing, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch
sampai 3 inch yang biasanya berasal dari primary crushing.
Alat yang digunakan ialah stamp mill, roller dan cone crusher.
3. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar
¼ inch sampai 3/8 inch. Alat yang digunakan adalah ball mill,
tube mill atau pebble mill, rod mill.
2. Konsentrasi
Konsentrasi pada batubara adalah suatu operasi pemisahan antara
batubara dengan pengotornya. Konsentrasi ini diantaranya bisa
berdasarkan warna atau kilap dan juga berdasarkan specific gravity
(SG). Pada specific gravity cara konsentrasinya disebut gravity
concentration yang meliputi:
56
a. Flowing film concentration
Proses konsentrasi mendasarkan atas SG pada aliran tipis.
b. Jigging
Proses konsentrasi yang mendasarkan kecepatan mengendap
antara pengotor dengan batubara.
c. Sifat permukaan mineral
Proses konsentrasi yang mendasarkan pada senang atau
tidaknya mineral terhadap gelembung udara. Cara konsentrasi
ini disebut Flotasi.
3. Dewatering
Merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan dan
biasanya dilakukan setelah proses konsentrasi. Dewatering ini
dikelompokkan dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Thickening: merupakan tahapan pertama pemisahan padatan
dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap
batubara dalam suatu pulp, sehingga solid faktornya = 1 (%
solid = 50%).
b. Filtrasi: merupakan operasi pemisahan padatan dengan cairan
dengan cara menyaring, sehingga didapat solid factor = 4
(persen solid = 80%).
c. Drying: adalah operasi penghilangan air dengan jalan
pemanasan sehingga padatan ini bebas dari cairan (% solid =
100%).
6.1.4.4. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pada tahap pasca operasi meliputi , demobilisasi alat,
pemutusan hubungan kerja, dan reklamasi lahan yang peruntukanya
dikembalikan tata guna lahan semula atau disesuaikan dengan
wilayah sekitarnya.
1. Demoilisasi Peralatan
Dalam tahap berakhirnya kegiatan semua peralatan yang tidak
diperlukan lagi dikerahkan keluar areal bekas tambang, kecuali
peralatan yang masih diperlukan unttuk kegiatan reklamasi.
2. Pengakhir Hubungan Kerja
57
Dalam tahap selanjutnya adalah berakhirnya kontrak kerja antara
Perusahaantambang dengan para pekerja tambang.
3. Reklamasi dan Revegetasi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi
lingkungan ke kondisi semula sebelum adanya kegiatan
pertambangan dan atau menjadi lahan yang dapat memberikan
nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Mengingat hal tersebut,
maka kegiatan pasca tambang harus didasarkan pada ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Mempersiapkan rencana reklamasi (menimbun top soil)
sebelum pelaksanaan penambangan, hal ini dikarenakan antara
rencana kegiatan pertambangan harus sesuai dengan rencana
reklamasi.
b. Memindahkan lapisan potensi (top soil) dan menempatkan
pada tempat tertentu yang akan ditanami atau dimanfaatkan.
c. Mengatur dan memperbaiki drainase yang rusak.
d. Memperbaiki bentuk lahan sesuai dengan kebutuhan
pemanfaatannya.
e. Memperkecil erositas selama dan setelah penambangan.
f. Memindahkan semua peralatan yang digunakan selama
penambangan.
g. Melakukan penanaman tanaman pada lahan persiapan
reklamasi sesuai dengan ekosistem daerah sekitar.
h. Mencegah masuknya gulma atau hama yang berbahaya.
i. Memonitor dan mengelola lahan bekas penambangan.
58
6.2.1. Jadwal Rencana Produksi
Jadwal rencan akegiatan produksi akan berlangsung seperti berikut :
Kegiatan produksi pertambangan bahan galian batuan dilaksanakan dalam
beberapa tahapan dan berlangsung selama jangka waktu (periode) umur
tambang berlaku.
59
Pada bulan ini kegiatan penambangan dilakukan setelah terbangunnya
jalan masuk ke lokasi tambang. Dalam rencana penambangan bulan
pertama ini, bukaan blok penambangan pada blok B dan C akan dibuka
dari elevasi 5 mdpl sampai -10 mdpl. Dari luasan tersebut, penambangan
akan dilakukan terlebih dahulu dengan membongkar lapisan tanah penutup
dengan estimasi volume sebesar 341,826 BCM yang kemudian akan
dipindahkan ke diposal dengan jarak tempuh 1,5km, untuk nantinya
reklamasi pada sequence ke-7 atau terakhir. Target produksi batubara yang
direncanakan untuk sequence pertama adalah 112,803 ton yang akan digali
dan diangkut ke stockpile untuk nantinya akan dilakukan pengolahan
untuk siap dijual. Berikut merupakan skema penjadwalan pekerjaan pada
kegiatan penambangan bulan pertama yang terbagi dalam 4 minggu, dapat
dilihat pada tabel 6.3.
60
Tabel 6. 4 Pushback Penambangan bulan Kedua
Elevasi Blok E7 Blok E6 Blok E5 Blok E4 Blok E3 Blok E2 Blok E1 Elevasi Blok D7 Blok D6 Blok D5 Blok C4 Blok D3 Blok D2 Blok D1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - - -
10.0 -> 15.0 - - - 1,257.00 6,842.00 1,505.00 - 10.0 -> 15.0 - - - 760.00 1,844.00 49.00 -
5.0 -> 10.0 63.00 6,735.00 14,047.00 23,597.00 24,995.00 8,314.00 - 5.0 -> 10.0 2,539.00 10,002.00 14,137.00 22,347.00 22,151.00 659.00 -
0.0 -> 5.0 3.00 20,610.00 25,000.00 25,000.00 24,427.00 3,326.00 - 0.0 -> 5.0 4,104.00 24,918.00 24,995.00 25,000.00 20,395.00 17.00 -
-5.0 -> 0.0 - 14,858.00 25,000.00 25,000.00 13,488.00 365.00 - -5.0 -> 0.0 824.00 22,276.00 24,995.00 24,885.00 7,381.00 - -
-10.0 -> -5.0 - 11,624.00 25,000.00 20,729.00 10,299.00 88.00 - -10.0 -> -5.0 157.00 19,630.00 24,995.00 17,150.00 2,044.00 - -
-15.0 -> -10.0 - 5,866.00 24,648.00 8,617.00 13,905.00 - - -15.0 -> -10.0 - 13,880.00 23,208.00 7,041.00 364.00 - -
-20.0 -> -15.0 - 2,722.00 13,289.00 16,002.00 8,278.00 - - -20.0 -> -15.0 - 10,352.00 11,583.00 13,066.00 - - -
-25.0 -> -20 - 63.00 6,586.00 20,270.00 1,717.00 - - -25.0 -> -20 - 1,239.00 11,038.00 12,106.00 - - -
-30.0 -> -25.0 - - 16,689.00 17,302.00 - - - -30.0 -> -25.0 - 1,292.00 21,330.00 8,900.00 - - -
-35.0 -> -30.0 - - 12,885.00 11,559.00 - - - -35.0 -> -30.0 - 89.00 20,383.00 3,136.00 - - -
-40.0 -> -35.0 - - 9,653.00 8,307.00 - - - -40.0 -> -35.0 - - 16,140.00 935.00 - - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -
61
akan dipindahkan menuju in-pit dump bekas lahan tambang pada sequence
ketiga, sebesar 655,809.00 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 225,858.10 ton yang akan digali dan
diangkut ke stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-4, dapat
dilihat pada tabel 6.6.
62
Elevasi Blok K7 Blok K6 Blok K5 Blok K4 Blok K3 Blok K2 Blok K1 Elevasi Blok J7 Blok J6 Blok J5 Blok J4 Blok J3 Blok J2 Blok J1
50.0 -> 55.0 - - - - - - - 50.0 -> 55.0 - - - - - - -
45.0 -> 50.0 - - - - - - - 45.0 -> 50.0 - - - - - - -
40.0 -> 45.0 - - - - - - - 40.0 -> 45.0 - - - - - - -
35.0 -> 40.0 - - - - - - - 35.0 -> 40.0 - - - - - - -
30.0 -> 35.0 - - - - - - - 30.0 -> 35.0 - - - - - - -
25.0 -> 30.0 - - - - - - - 25.0 -> 30.0 - - - - - - -
20.0 -> 25.0 - - - - - - - 20.0 -> 25.0 - - - - - - -
15.0 -> 20.0 - - - - - - - 15.0 -> 20.0 - - - - - 2,502.00 361.00
10.0 -> 15.0 - 2,352.00 1,989.00 - 1.00 6,100.00 5,727.00 10.0 -> 15.0 - 181.00 - 2,215.00 - 21,412.00 9,422.00
5.0 -> 10.0 - 3,426.00 22,582.00 12,674.00 15,850.00 24,945.00 5,460.00 5.0 -> 10.0 - 5,198.00 16,475.00 16,863.00 5,978.00 24,995.00 4,914.00
0.0 -> 5.0 - 778.00 24,427.00 25,000.00 25,000.00 20,121.00 780.00 0.0 -> 5.0 - 2,584.00 25,000.00 25,005.00 24,365.00 18,926.00 346.00
-5.0 -> 0.0 - - 19,465.00 25,000.00 24,907.00 12,661.00 - -5.0 -> 0.0 - - 21,879.00 25,005.00 24,838.00 10,216.00 -
-10.0 -> -5.0 - - 16,238.00 25,000.00 17,897.00 14,910.00 - -10.0 -> -5.0 - - 18,676.00 25,005.00 16,368.00 13,597.00 -
-15.0 -> -10.0 - - 10,507.00 24,413.00 12,904.00 13,042.00 - -15.0 -> -10.0 - - 12,965.00 24,043.00 10,584.00 12,718.00 -
-20.0 -> -15.0 - - 7,281.00 15,172.00 20,275.00 9,829.00 - -20.0 -> -15.0 - - 9,757.00 13,184.00 19,597.00 9,528.00 -
-25.0 -> -20 - - 1,104.00 10,199.00 24,977.00 4,116.00 - -25.0 -> -20 - - 2,601.00 8,532.00 24,968.00 3,815.00 -
-30.0 -> -25.0 - - - 18,897.00 24,913.00 987.00 - -30.0 -> -25.0 - - 1.00 19,316.00 24,285.00 774.00 -
-35.0 -> -30.0 - - - 17,590.00 20,185.00 - - -35.0 -> -30.0 - - - 20,140.00 18,814.00 - -
-40.0 -> -35.0 - - - 14,374.00 16,973.00 - - -40.0 -> -35.0 - - - 16,933.00 15,605.00 - -
-45.0 -> -40.0 - - - - - - - -45.0 -> -40.0 - - - - - - -
-50.0 -> -45.0 - - - - - - - -50.0 -> -45.0 - - - - - - -
-55.0 -> -50.0 - - - - - - - -55.0 -> -50.0 - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -
63
keenam, sebesar 70,859.00 BCM. Untuk rencana target produksi batubara
pada bulan ini adalah sebesar 4,993 ton yang akan digali dan diangkut ke
stockpile untuk selanjutnya di olah dan dijual. Pada bulan ini juga
dilakukan kegiatan back filling, yaitu lapisan tanah penutup yang ada pada
disposal, dipindahkan kembali pada pit sequence ke tujuh ini. Berikut
merupakan skema penjadwalan pekerjaan penambangan bulan ke-7, dapat
dilihat pada tabel 6.9.
64
dengan Dump Truck VOLVO FMX 400 dan kegiatan pengangkutan batubara
dengan Dump Truck Hino FM260. Unit yang digunakan dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup berupa Dump Truck dengan kapasitas 10 BCM
dan dalam kegiatan pengangkutan batubara menggunakan Dump Truck dengan
kapasitas 8 BCM. Berikut merupakan dasar perhitungan lebar jalan
pengangkutan material :
1. Dasar Perhitungan Lebar Jalan Minimun untuk Jalan Lurus Lebar jalan
lurus dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
L = Lebar jalan minimum pada jalan lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt= Lebar alat angkut
2. Dasar Perhitungan Lebar Jalan Minimum untuk Lebar Jalan Tikungan
Lebar jalan minimum pada tikungan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
Lb = Lebar minimum jalan pada tikungan, meter
U = Lebar jejak roda, meter
Fa = Lebar juntai (overhang) depan, meter
Fb = Lebar juntai (overhang) tikungan, meter
Z = Jarak sisi luar badan dump truck ke tepi jalan, meter
C = Jarak dua dump truck pada waktu berpapasan, meter
Berikut merupakan input data yang akan digunakan dalam perhitungan :
- Lebar alat angkut (Wt) = 2,55 m
- Lebar jejak roda (U) = 0,3 m
- Lebar juntai (overhang) depan (Fa) = 1,2 m
65
- Lebar juntai (overhang) belakang (Fb) = 1,5 m
- Jumlah jalur (n) = 2
1. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
L = n x Wt + [(n+1)] x (0,5xWt)]
= 2 x 2,55 + [(2+1) x (0,5 x 2,55)]
= 8,9 m
2. Perhitungan Lebar Jalan Tikungan
Lb = n (U + Fa + Fb + Z) + c
= 2 (0,3 + 1,2 + 1,5 + Z) + c
Dimana :
c =Z =
=
= 1,5 m
Jadi :
Lb = 2(0,3 + 1,2 + 1,5 + 1,49) + 1,49
= 10.41 m
Setelah lebar jalan minimum didapatkan dari hasil perhitungan diatas,
untuk jalur pengangkutan material (waste dan batu andesit), rencana
jalan yang dibuat didasarkan pada kondisi topografi disekitar wilayah
rencana bukaan blok penambangan untuk menentukan kemiringan
jalan yang sesuai dengan kemampuan rimpull alat angkut ketika
membawa material. Pada bagian sisi tepi jalan (crest) diberikan
tanggul pengaman dengan tinggi 1,4 meter (1 meter + (4% x 10
meter), material yang digunakan dapat berupa boluder batuan.
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja
6.3.1. Jumlah Hari Kerja Efektif
Waktu kerja efektif adalah jumlah waktu kerja bersih yang benar-benar
digunakan untuk melakukan pekerjaan didalam jumlah waktu kerja produktif
yang ada. Waktu kerja operasional penambangan, mencangkup semua
kegiatan, penggalian, pemuatan, pengangkutan dan pengolahan batubara
beserta waktu-waktu hambatan yang dihadapi. Direncanakan PT. Jaya Bara
Mandiri menerapkan 2 shift/hari yaitu dengan jam kerja 20 jam/hari dengan
jumlah hari kerja 7 hari dalam satu minggu. Jam kerja efektif yang
direncanakan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 6.10.
66
Tabel 6. 10 Rencana Waktu Kerja
10 14 14 14 9 61 6 14 14 14 14 62 12 14 14 14 2 56 12 14 14 14 8 62
1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00
3.75 5.25 5.25 5.25 3.375 22.875 2.25 5.25 5.25 5.25 5.25 23.25 4.5 5.25 5.25 5.25 0.75 21 4.5 5.25 5.25 5.25 3 23.25
2.5 3.5 3.5 3.5 2.25 15.25 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3 3.5 3.5 3.5 0.5 14 3 3.5 3.5 3.5 2 15.5
1 1 1 1 1 1 1 1
1.25 1.75 1.75 1.75 1.125 7.625 7.75 1.75 1.75 1.75 1.75 14.75 1.5 1.75 1.75 1.75 0.25 7 1.5 1.75 1.75 1.75 1 7.75
2.5 3.5 3.5 3.5 2.25 15.25 1.5 3.5 3.5 3.5 3.5 15.5 3 3.5 3.5 3.5 0.5 14 3 3.5 3.5 3.5 2 15.5
3.55 4.97 4.97 4.97 3.19 21.63 2.37 5.53 5.53 5.53 5.53 24.47 4.74 5.53 5.53 5.53 0.79 22.13 4.80 5.61 5.61 5.61 3.20 24.82
25.54661 33.96526 33.96526 33.96526 21.19195 148.6343 23.36845 34.52639 34.52639 34.52639 34.52639 161.474 30.743 34.5335 34.5335 34.5335 5.7905 140.134 30.80465 34.60542 34.60542 34.60542 20.2031 154.824
60 85 85 85 55 371 24 76 76 76 76 328 64 76 76 76 10 303 65 78 78 78 44 342
58 60 60 60 60 60 47 64 64 64 64 62 63 64 64 64 59 64 64 65 65 65 64 65
12 12 12 12 11 12 8 11 11 11 11 11 11 11 11 11 10 11 11 11 11 11 11 11
78 110 110 110 72 480 33 97 97 97 97 421 82 97 97 97 13 387 83 99 99 99 56 435
6 14 14 14 12 60 2 14 14 14 4 48 10 14 14 14 10 62 6 14 14 14 12 60
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00
2.25 5.25 5.25 5.25 4.5 22.5 0.75 5.25 5.25 5.25 1.5 18 3.75 5.25 5.25 5.25 3.75 23.25 2.25 5.25 5.25 5.25 4.5 22.5
1.5 3.5 3.5 3.5 3 15 0.5 3.5 3.5 3.5 1 12 2.5 3.5 3.5 3.5 2.5 15.5 1.5 3.5 3.5 3.5 3 15
1 1 1 1 1 1 1 1
0.75 1.75 1.75 1.75 1.5 7.5 0.25 1.75 1.75 1.75 0.5 6 1.25 1.75 1.75 1.75 1.25 7.75 0.75 1.75 1.75 1.75 1.5 7.5
1.5 3.5 3.5 3.5 3 15 0.5 3.5 3.5 3.5 1 12 2.5 3.5 3.5 3.5 2.5 15.5 1.5 3.5 3.5 3.5 3 15
2.45 5.71 5.71 5.71 4.89 24.46 0.80 5.61 5.61 5.61 1.60 19.22 4.05 5.67 5.67 5.67 4.05 25.10 2.42 5.64 5.64 5.64 4.83 24.17
16.4464 34.70827 34.70827 34.70827 29.8928 150.464 6.801 34.607 34.607 34.607 10.602 121.224 26.04903 34.66865 34.66865 34.66865 25.04903 155.104 16.417 34.63967 34.63967 34.63967 29.834 150.17
32 79 79 79 68 339 9 78 78 78 21 263 55 79 79 79 56 347 32 78 78 78 67 333
64 67 67 67 67 66 54 65 65 65 63 65 65 66 66 66 66 66 63 66 66 66 66 65
11 11 11 11 11 11 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
41 100 100 100 86 429 12 99 99 99 27 335 70 100 100 100 71 440 41 99 99 99 85 423
67
Tabel diatas menjelaskan standard parameter operational untuk pertambangan PT. Jaya
Bara Mandiri dimana menggunakan jumlah maintenance hour adalah 15%dari
ketersediaan waktu yang ada. Waktu slippery yang digunakan adalah 40% dari waktu
hujan yang ada, sehingga idle time yaitu waktu yang terbuang dalam proses
penambangan, akibat hal-hal yang tidak dapat dikendalikan manusia. Biasanya terjadi
karena faktor alam dan lingkungan, seperti hujan, kabut, dan lainnya. Sehingga hasil
penjumlahan dari waktu hujan ditambah dengan waktu slippery.
Sedangkan Delay time yaitu waktu yang terbuang dalam proses penambangan, akibat
hal-hal yang sudah terduga atau bukan waktu efektif bekerja. Yang menjadi komponen
dari Delay time pada PT. Jaya Bara Mandiri adalah waktu istirahat, waktu sholat jumat,
waktu sholat ashar dan isya, waktu pengisian fuel dan lube, waktu safety meeting, shift
change dan waktu tak terduga. Sehingga didapatkan waktu kerja efektif (utilised hour)
yang sudah dikurang dengan idle maupun delay time.
6.4. Peralatan Penambangan
6.4.1. Jenis dan Spesifikasi Alat Utama dan Penunjang
Untuk menentukan jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan
penambangan, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang
akan dilakukan dalam operasi penambangan tersebut. Dengan gambaran jenis
kegiatan yang jelas, maka penentuan spesifikasi peralatan yang akan
digunakan lebih mudah dilakukan. Jenis peralatan utama penambangan yang
mutlak dipergunakan adalah excavator, dan dump truck.
Dalam kegiatan penambangan PT. Jaya Bara Mandiri terbagi menjadi dua
kegiatan penggalian yaitu kegiatan penggalian tanah penutup, kegiatan
penggalian material batuan penutup (waste) dan kegiatan penggalian
komoditas bahan galian yaitu batubara. Dalam kegiatan penggalian waste
digunakan alat gali-muat berupa excavator Komatsu PC 400 dan alat angkut
berupa dump truck VOLVO FMX 400. Dalam kegiatan penggalian komoditas
batubara digunakan alat gali berupa excavator Komatsu PC 200 dan alat
angkut berupa dump truck Dutro 130. Kegiatan penyiraman jalan tambang
dilakukan pada waktu hari kering dengan menggunakan water truck.
1. Alat Utama
a. Excavator Komatsu PC 400
68
Gambar 6. 3 Komatsu PC 400
pc 400
Lubricant (oil and grease) Filter and periodic Liter/Jam Harga Rp/Jam
Crank Case 0.075 42000 3150
hydraulic control 0.045 42000 1890
Grease 0.11 45000 4950
GrandTotal 9990
69
Gambar 6. 4 Excavator Komatsu PC 200
Excavator Pc 200
Mesin Diesel 4 tak
Berat 20500 kg
Mesin 147 HP
Harga Sewa 1 Unit 380000 Rp/Jam
Useful Life 35000 Jam
Kapasitas bak oli mesin 23 liter
load Factor 0.1
Ongkos Perawatan dan reparasi 100% Include Rental
pc 300
Lubricant (oil and grease) Filter and periodic Liter/Jam Harga Rp/Jam
Crank Case 0.05 42000 2100
hydraulic control 0.03 42000 1260
Grease 0.07 45000 3150
GrandTotal 6510
70
Gambar 6. 5 Dump Truck VOLVO FMX 400
71
Gambar 6. 6 Dump Truck Dutro 130
DT Dutro 130
Mesin Diesel 4 Tak
Tenaga 130 HP
Jumlah Ban 6 Buah
Harga Sewa 70000 Rp/Jam
Umur Pakai 35000 Jam
Harga 6 Unit Ban 221000000 Rp
Umur Pakai Ban 4000 Jam
Berat DT Kosong 2355 kg
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental
Operation Cost DT Dutro 130
Biaya sewa alat Harga sewa Alat 70000 Rp
Kebutuhan Bahan Bakar (Fuel consumption) Dalam 1 Jam 2.5 Liter/Jam
Kebutuhan bahan bakar x harga bahan bakar 34,250 Rp/jam
Ongkos Operator Gaji + Lembur - Rp/Jam
Kebutuhan Oli dalam 1 Jam (gallon/Jam) - Gallon/Jam
biaya Pemakaian oli Kebutuhan oli x harga oli/gallon - -
Biaya operasi per Jam Sewa Alat + Pengg Alt Muat + resparasi & pemilaharaan Alt + Pem BBM + pem Oli 95,780 Rp/Jam
Biaya Kepemilikan per Jam & biaya operasi Ownership Cost + Operational Cost 95,780 Rp/Jam
Ongkos Angkut OB to Stocksoil Jumlah unit X total cost x 20 jam/ Hari 1,915,600 Rp/Hari
Biaya Angkut Stocksoil 1,915,600 Rp/Hari
2. Alat Penunjang
a. Bulldozer Komatsu D155
72
Gambar 6. 7 Dozer D155S
Dozer D155S
Mesin Diesel 4 Tak
Berat 47380 lb
Tenaga 200 HP
Harga Unit 200000 Rp/Jam
Useful Life 35000 Jam
Equipment maintenance & repair 100 Include Rental
Tire Repair 100 Include Rental
73
Gambar 6. 8 Grader Komatsu 511A
74
c. Vibro Sakai 512D
75
d. Bus Scania P360 IP
76
Tabel 6. 20 Rencana Kebutuhan Jenis Alat dan Biaya
Jumlah
Harga Sewa Harga Sewa
No Nama Alat Jenis Alat Umur Alat (tahun) Satuan Satuan Ket Kebutuha Total Harga/tahun Satuan
Unit/hour Unit/tahun
n Alat
A.Peralatan Utama
Area Tambang
1 Exca OB Komatsu PC 400 32.4828755 USD/hour 237,125 USD/tahun 20 jam/day 5 1,185,625 USD/tahun
2 Exca Coal Komatsu PC 200 13.17068004 USD/hour 96,146 USD/tahun 20 jam/day 2 192,292 USD/tahun
3 Hauler OB Dump Truck FMX400 10.59247228 USD/hour 77,325 USD/tahun 20 jam/day 20 1,546,501 USD/tahun
5
4 Hauler BB Dump Truck Dutro 130 6.763646635 USD/hour 49,375 USD/tahun 20 jam/day 10 493,746 USD/tahun
5 Buldozer D 85 ESS 14.54275828 USD/hour 106,162 USD/tahun 20 jam/day 4 424,649 USD/tahun
6 Motor Grader GD 511 13.18974649 USD/hour 96,285 USD/tahun 20 jam/day 4 385,141 USD/tahun
4,227,953 USD/tahun
Stockpile
1 Wheel Loader WA 30 A 44429 USD/hour 238,850,304 USD/tahun 20 menit/hour 1 238,850,304.00 USD/tahun
2 Diesel Genset 500 KV A 26667 USD/hour 40,919 USD/tahun unit beli 2 81,837.20 USD/tahun
5
3 Lighting TL JCB LT9 1606 USD/hour 7,516 USD/tahun unit beli 2 15,031.40 USD/tahun
4 Jembatan Timbang Max 30 Ton 5.80 USD/hour 41,754 USD/tahun unit beli 1 41,753.70 USD/tahun
238,988,926.30 USD/tahun
Pengolahan
1 Wheel Loader 4 107284 USD/tahun unit beli 1 107,284 USD/tahun
2 Unit Crusher 44793 USD/tahun unit beli 1 44,793 USD/tahun
3 Excavator 7484 USD/tahun unit beli 1 7,484 USD/tahun
159,561 USD/tahun
B. Peralatan Pendukung
1 Diesel Genset 500 KV A USD/hour 40,919 USD/tahun unit beli 1 40,918.60 USD/tahun
4
2 Lighting TL JCB LT9 USD/hour 7,516 USD/tahun unit beli 4 30,062.80 USD/tahun
3 WT WT HINO FM260JD 13 USD/hour 93,600 USD/tahun 20 menit/hour 2 187,200.00 USD/tahun
2
4 FT FT HINO 13 USD/hour 93,600 USD/tahun 20 menit/hour 2 187,200.00 USD/tahun
445,381.40 USD/tahun
C.Kendaraan
1 LV akses ke tambang Mitsubishi Strada 9.229856649 USD/hour 66,455 USD/tahun 30 menit/hour 11 731,005 USD/tahun
2
2 Bus karyawan Mitsubshi 25 seat 17.60066379 USD/hour 126,725 USD/tahun 30 menit/hour 3 380,174 USD/tahun
1,111,179 USD/tahun
D.ATK &Komputer
1 SSB 2,080 USD/rahun unit beli 2 4,160 USD/tahun
2 HT 4 260 USD/rahun unit beli 11 2,860 USD/tahun
3 Komputer 650 USD/rahun unit beli 15 9,750 USD/tahun
16,770 USD/tahun
6.4.3. Unjuk Kerja Alat (Availability dan Utilisation) dan produktivitas alat
Unjuk kerja alat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui efisiensi atau
ketersediaan (avaibility) alat tersebut untuk dioperasikan secara produktif.
Dalam proses perhitungan unjuk kerja alat diperlukan beberapa parameter
waktu hambatnya (Tabel 6.21).
77
Tabel 6. 21 Perhitungan Waktu Hambat
78
Subject Description Hari Jam Menit
Month 30 720 43200
Week 7 168 10080
Date From
Date To
Day
Holiday
Hours 24
Machine Availability
Maintenance Time
Maintenance Hours
Available Hours Hrs
Rain
Iddle Time
Slippery
Iddle Time Hours
Net Available Hours
Shift Duration
Rest & Meal 2.00 1.00
Payers (Jum'at) 1.00 1.00
Prayers 2.00 0.75
Fasting
Delay Time Fuel & Lube 2.00 0.25
Safety Meeting 1.00 1.00
Blasting 1.00 0.25
Shift Change 2.00 0.25
Others 2.00 1.00
Delay time Hours 0.00
Utilised Hours Hrs
Use of Availability %
Unjuk kerja alat kegiatan penambangan dihitung berdasarkan setiap jenis alat
yang dipergunakan. Berdasarkan rencana kebutuhan alat yang digunakan
dalam kegiatan penambangan dan rencana waktu kerja maka dapat
diproyeksikan mengenai unjuk kerja alat. Adapun parameter unjuk kerja alat
diantaranya :
1. Mechanical availability
Merupakan factor ketersediaan alat yang menunjukkan kesiapan suatu alat
dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat. Untuk
setiap alat yang dipergunakan menghasilkan nilai sebesar 100%,
dikarenakan waktu reparasi (repair hours) dijadwalkan setiap hari minggu
(diluar jam kerja kegiatan penambangan).
2. Physical avaibility
79
Merupakan factor ketersediaan alat yang menunjukkan berapa jam atau
waktu suatu alat dipakai selam ajam total kerjanya.
3. Use of avaibility
Merupakan faktor yang menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan.
4. Effective utilization
Merupakan faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu
kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Nilai
effective utilization terkecil pada alat kegiatan pemindahan waste (dengan
rata-rata 39%) sedangkan alat kegiatan penanganan komoditas bahan
galian Tras dan Batu Andesit dan alat bantu pengolahan (dengan rata-rata
>61%). Dengan diketahuinya nilai ini bahwa kegiatan penggalian batubara
PT. Jaya Bara Mandiri berjalan cukup efisien.
Unjuk Kerja Alat pada PT. Jaya Bara Mandiri dapat dilihat pada tabel
6.11.
6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Batubara yang Belum Terpasarkan
Batubara dan material urugan umumnya memiliki jenis dan kualitas yang hamper sama
dalam lingkungan pengendapan atau penyebarannya di permukaan dan di dalam bumi.
Batubara ditentukan nilai kualitas batubaranya berdasarkan hasil uji laboratorium berupa
nilai kadar dari batubara, Di Indonesia sendiri, klasifikasi batubara juga ditentukan oleh
kualitas batubara yang mengacu pada nilai kalori batubara. Setidaknya ada 2 parameter
penentuan kualitas sebuah batubara, yaitu berdasarkan SNI dan Berdasarkan ASTM.
Dari 2 parameter klasifikasi ini selanjutnya menghasilkan berbagai rank dan jenis
batubara.
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 13–6011-1999) dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara Energi Tinggi.
1. Batubara Energi Rendah (Brown Coal): Merupakan jenis batubara yang paling
rendah peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi ( 10-70 % ), terdiri
atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik yang
memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk
dry–ASTM).
2. Batubara Energi Tinggi (Hard Coal): Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih
80
tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air
relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan (coal
handling) relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram
(dalam bentuk dry–ASTM).
Klasifikasi batubara oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)
digambarkan oleh tabel berikut :
1. Rank Anthracitik
Merupakan rank batubara paling tinggi, dimana merupakan batubara berkualitas paling
baik dengan persentase kandungan fixed karbonnya berkisar 86% - 98%. Terdiri atas
beberapa grup, yaitu:
Meta – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang memiliki
kualitas paling baik, dimana kandungan fixed karbonnya bisa mencapai >98% serta
persentase kandungan volatile matternya <2% (dalam keadaan dry).
Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung
persentase fixed karbon >92% - <98% serta persentase kandungan volatile matternya
>2% - <8% (dalam keadaan dry).
Semi – Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang mengandung
persentase fixed karbon >86% - <92% serta persentase kandungan volatile matternya
>9% - <14% (dalam keadaan dry).
2. Rank Bituminous
Merupakan Rank batubara yang memiliki persentase fixed karbon sebesar <69% - <86%
serta persentase kandungan volatile matter >32% - <22%. Terdiri atas beberapa grup,
yaitu:
Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang
mengandung persentase fixed karbon sebesar >78% - <86% serta persentase
kandungan volatile matternya sebesar >14% - <22% (dalam keadaan dry).
Medium – Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous
yang memiliki kandungan fixed karbon sebesar >69% - <78% serta persentase
kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam keadaan dry).
High – Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank bituminous
yang memiliki persentase fixed karbon sebesar <69% , persentase kandungan volatile
81
matternya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000 BTU/lb (dalam keadaan dry).
High – Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
High – Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank bituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
3. Rank Sub-Bituminous
Merupakan Rank batubara yang mengandung nilai kalori >8300 BTU/lb - <11500
BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
Sub-Bituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam keadaan
dry).
Sub-Bituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Sub-Bituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam keadaan dry).
4. Rank Lignitik
Merupakan Rank batubara yang paling rendah dan memiliki kualitas rendah dengan nilai
kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup, yaitu:
Lignit A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori
sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Lignit B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori
<6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).
Untuk bahan galian yang nilai kualitasnya tidak memenuhi standar nasional kualitas
agregat halus maka akan dijadikan sebagai material urugan sebagai tanah pucuk untuk
dimanfaatkan pada lahan pasca tambang (lahan reklamasi) sebagai material timbunan.
82
termanfaatkan, maka bahan galian tersebut tidak akan diolah oleh pihak perusahaan,
melainkan dibiarkan menjadi lahan reklamasi dan selanjutnya diupayakan lahan tersebut
dapat kembali memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berdaya dukung kuat dengan
ekosistem baru yang subur dan dapat diperuntukkan sebagai potensi lahan lainnya.
83
BAB VII
84
Teknologi pengolahan atau preparasi batubara terdiri dari berbagai proses yang dapat
diaplikasikan dengan tujuan meningkatkan kualitas batubara sehingga dapat
mememenuhi kebutuhan pasar. Pada awalnya proses benefisiasi batubara hanya
bertujuan untuk memproduksi batubara yang dapat dijual dan memberikan nilai
ekonomis untuk kegiatan pertambangan batubara. namun saat ini benefisiasi batubara
juga membawa manfaat terhadap lingkungan yang cukup besar diantaranya mengurangi
emisi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Dioksida (CO2), dan partikel pengotor melalui
suplai batubara bersih untuk dimanfaatkan. Proses peningkatan kualitas batubara pada
prinsipnya meliputi pre-treatment, cleaning, sizing, dewatering, dan tailing treatment
yang akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikut.
7.2.1. Penanganan Material Padat
Keberhasilan operasi pencucian batubara sangat tergantung pada pengotor
yang harus dipisahkan dari batubara. Agar butiran pengotor dapat dipisahkan
maka diperlukan usaha untuk memperkecil ukuran batubara. Proses untuk
memperkecil ukuran material disebut kominusi. Dalam melaksanakan tahap
kominusi, pengecilan ukuran dilakukan hingga ukuran yang diperlukan saja,
tanpa harus memperkecil ukuran sehingga menjadi terlalu halus karena akan
menambah biaya kominusi yang relatif mahal. Secara umum bagian-bagian
yang ada pada proses kominusi adalah peremukan (crushing). Proses crushing
memerlukan proses pendukung seperti hopper dan feeder agar dapat
beroperasi secara optimal.
1. Hopper (Penampung)
Hopper adalah bak penampung material padat sebelum diteruskan
kedalam crusher (mesin penghancur) dengan bantuan feeder (mesin
pengumpan). Hal yang harus dicermati dalam pemakaian hopper di
industri pengolahan bahan galian adalah pengurangan daya tampung dari
hopper. Hal ini merupakan kerugian karena hopper tidak dapat
menampung material padat sebagaimana mestinya sehingga akan
mempengaruhi proses kerja pengolahan bahan galian secara keseluruhan
karena hopper merupakan tahap awal dari proses pengolahan bahan
galian.
Dua masalah utama yang terjadi dalam hopper adalah timbulnya
arching dan rathole. Arching adalah fenomena yang terjadi dimana pada
bagian atas keluaran hopper material padat membentuk cekungan ke
85
dalam. Sedangkan rathole adalah lubang yang tidak terisi oleh material
padat dan terdapat pada bagian tengah dari hopper.
Pada dasarnya aliran keluar pada hopper dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu mass flow, funnel flow, expanded flow. Mass flow adalah
bentuk aliran dimana seluruh material padat dalam hopper bergerak
dengan serentak kebawah menuju keluaran hopper. Kondisi ini dapat
terjadi bila dinding hopper memiliki kemiringan yang tajam dan halus.
Funnel flow adalah bentuk aliran dimana hanya material solid yang berada
diatas lubang keluaran hopper saja yang bergerak kebawah. Expanded
flow adalah bentuk aliran mass flow 4 yang dilanjutkan dengan bentuk
aliran funnel flow. Hal ini dapat terjadi karena terciptanya rathole yang
stabil.
Oleh sebab itu desain hopper sangatlah penting. Desain sebuah hopper
ditentukan dari material apa yang akan mengisi hopper. Karakteristik
material padat yang akan mengisi hopper akan menjadi acuan utama
sehingga kita dapat menentukan panjang area silinder dan panjang area
kerucut dari hopper. Karakteristik material juga akan menentukan lebar
dari diameter keluaran hopper dan kemiringan selimut kerucut sehingga
dengan desain yang tepat diharapkan tidak terbentuk arching dan
rathole.Dengan desain yang tepat kita juga dapat menentukan bentuk
aliran keluar yang akan terjadi.
Pemilihan material sebagai liner untuk hopper memiliki peranan yang
besar. Material yang bersifat sticky cenderung memiliki daya adhesi yang
besar. Oleh karena itu penting untuk mendapatkan material liner yang
memiliki permukaan yang bersifat smooth tetapi mampu menahan impact
yang terjadi di dalam hopper.
2. Feeder (Pengumpan)
86
crusher akan terhindar dari kondisi crusher yang mendadak kosong
ataupun mendadak penuh. Kondisi crusher yang kosong atau terlalu penuh
akan mengurangi efektifitas kerja crusher. Terdapat beberapa jenis feeder
yang dikenal di industri, diantaranya adalah belt feeder, apron feeder,
rotary table feeder, chain feeder, rotary plow feeder, screw feeder,dan
vibratory feeder.
87
Nisbah reduksi peremuk roller biasanya dinyatakan dengan nisbah
diameter partikel terhadap setting d/s dan nilainya berkisar 4. Untuk
peremuk roller permukaan halus, nisbah reduksinya sulit untuk bisa lebih
besar dari 4 karena untuk memperbesar nisbah reduksi hanya dapat
dilakukan dengan cara memperkecil setting akibatnya sudut jepit akan
membesar dan memerlukan koefisien gesek yang besar pula. Untuk
memperbesar koefisien gesek maka permukaan roller dibuat menjadi lebih
kasar (corrugated) atau diberi gigi yang disebut peremuk roller bergigi.
1. Screening
88
b. Fraksi -125 mm atau lolos pada pengayak berukuran 125 mm
digunakan untuk operasi pencucian dengan alat Jig.
c. Fraksi -125mm +6mm untuk operasi pencucian dengan alat Dense
Medium Bath.
d. Fraksi -50mm +0.5mm untuk operasi pencucian dengan alat Dense
Medium Separator.
e. Fraksi -0.5mm untuk operasi pencucian dengan alat Flotasi.
2. Pengayak Dewatering
89
Sistem pencucian yang memakai suspensi media berat berupa magnetite
halus yang akan dibahas pada subbab pencucian dengan media berat.
Magnetite tersebut setelah pencucian sebagian terbawa oleh batubara
maupun pengotornya, oleh karena itu magnetite harus diambil kembali
agar bisa digunakan ulang. Pengambilan kembali magnetit ini dilakukan
denga menggunakan pengayak Deck Wedge Wire. Caranya sama dengan
pemakaian pengayak dewatering tetapi digunakan penyemprot air untuk
membilas sebanyak mungkin magnetite.
Prinsip fisika yang dipakai di dalam operasi pemisahan batubara bersih dari
pengotornya berdasarkan densitas relatifnya adalah dengan prinsip endap-
apung (float and sink). Proses dimana partikel mengendap ke dasar fluida dan
membentuk endapan disebut settling. Teori pengendapan bebas (free setling)
dipakai untuk operasi pemisahan partikel batubara dari pengotornya dengan
cara diendapkan di dalam suatu larutan yang densitas relatifnya di antara
densitas relatif batubara dan densitas relatif pengotor. Operasi pemisahan
90
dengan cara pengendapan tidak mungkin dilakukan dalam kondisi
pengendapan bebas karena ada partikel-partikel lain di dalam larutan yang
mempengaruhi kecepatan pengendapan, kondisi pengendapan yang
sebenarnya adalah pengendapan terintangi (hindered settiling). Pengendapan
terrintangi dipengaruhi oleh sifat fisik partikel misalnya ukuran partikel,
kekentalan larutan, dan densitas relatif partikel-partikel yang terlibat.
Batubara yang datang dari muka penambangan biasanya terdiri dari batubara
bersih yang bercampur dengan sejumlah pengotor yang densitasnya lebih
tinggi daripada densitas batubara seperti shale, batu-batuan dan clay, yang
harus dipisahkan di pabrik pencucian sebelum batubara dikirim ke pembeli.
Alat-alat yang dipakai pada operasi pemisahan yang bekerja pada perbedaan
densitas meliputi launder, meja goyang (shaking table) dan jig. Alat-alat ini
bekerja dengan bantuan gerakan air, baik secara horizontal, atau vertical, atau
keduanya. Faktor yang mempengaruhi efisiensi proses alat-alat ini antara lain
ukuran dan bentuk partikel.
Prinsip pemisahan media berat adalah bentuk dan ukuran partikel tidak boleh
berperan terlalu besar, pemisahan hanya didasarkan pada perbedaan densitas
relatif. Agar bentuk dan ukuran partikel di dalam operasi pemisahan media
berat, maka media pemisahannya harus tidak dalam keadaan mengalir
(stationer). Semakin kecil arus media pemisah di dalam operasi pencucian,
semakin kecil pula pengaruh ukuran dan bentuk partikel.
Larutan yang ideal untuk pemisahan media berat adalah larutan yang
mempunyai densitas relatif yang pasti dan tetap seperti misalnya
perchlorethylene dan bromoform. Namun kedua larutan ini terlalu mahal bila
91
dipakai untuk operasi berkapasitas besar sehingga perlu ditemukan larutan lain
yang lebih murah. Salah satu alternatif yang pernah dicoba adalah dengan
suatu larutan garam seperti misalnya Natrium Klorida (NaCl), Kalsium
Klorida (CaCl2), dan Zinc Klorida (ZnCl2). Beberapa kerugian dengan larutan
garam ini misalnya larutan bersifat kental dan lengket sehingga gerakan
partikel batubara relatif lambat, kecuali bila densitas relatifnya lebih rendah,
misalnya 1,35. Larutan bersifat korosif dan relatif mahal. Selain itu, adanya
garam yang tersisa dapat mempengaruhi sifat batubara dan konsekuensinnya
akan merugikan pemakai batubara.
Densitas relatif suatu suspensi ditentukan oleh komposisi air dan bahan
padatnya. Misal, bila suatu suspensi terdiri dari 3ml air dan 0,5 cm3 bubuk
magnetit halus (densitas relatif 4,8) maka densitas suspensinya:
92
Suspensi magnetit yang dipakai pada pabrik pencucian pasti akan
terkontaminasi oleh partikel batubara dan shale yang amat halus akibat dari
pecahnya batubara selama operasi pencucian, akibatnya densitas relatif
suspensi akan menjadi tidak tepat lagi. Karena densitas partikel kontaminan
lebih rendah daripada densitas magnetit, maka kontaminasi akan menurunkan
densitas relatif suspensi. Penurunan itu harus dinaikkan lagi dengan cara
menambahkan lebih banyak magnetit. Bila kontaminasinya terlalu berat dan
jumlah magnetit yang harus ditambahkan untuk mengembalikan densitas
relatif suspensi terlalu besar, maka penanganannya akan menjadi lebih sulit
karena terlalu kental. Oleh karena itu, setiap jenis suspensi mempunyai
batasan kontaminasi yang mampu ditanganinya. Dengan demikian, harus ada
tahap operasi pembersihan media yang efisien dan berkesinambungan untuk
mengurangi jumlah kontaminasi.
Ada dua jenis lengas (moisture) pada batubara yaitu lengas bebas (free
moisture) dan lengas tertambat (Inherent moisture). Air yang dapat
dihilangkan pada tahap ini hanyalah lengas bebas (free moisture), bukan
lengas inherent. Penyesuaian kadar air sebelum batubara keluar dari pabrik
pencucian merupakan langkah penting dalam sistem keseluruhan.
Pengurangan kadar air juga dilakukan pada bahan pengotor dengan tujuan
93
mendapatkan air untuk digunakan kembali dan mengurangi kadar air di
pengotor sehingga mengurangi jumlah tailing pond.
2. Gyratory Crusher
Sebuah crusher gyratory adalah salah satu jenis utama penghancur primer di tambang
atau pabrik pengolahan bijih. Crusher gyratory ditetapkan dalam ukuran baik oleh
gape dan diameter mantel atau dengan ukuran pembukaan penerima. Crusher
gyratory dapat digunakan untuk menghancurkan primer atau sekunder. Tindakan
menghancurkan disebabkan oleh penutupan kesenjangan antara garis mantel
(bergerak) yang dipasang pada poros vertikal pusat dan liners cekung (fixed)
dipasang pada frame utama crusher. Kesenjangan yang dibuka dan ditutup oleh
eksentrik di bagian bawah poros yang menyebabkan poros vertikal pusat berkisar.
Poros vertikal bebas berputar mengelilingi porosnya sendiri. The ilustrasi crusher
94
adalah jenis spindle pendek poros ditangguhkan, yang berarti bahwa poros utama
ditangguhkan di bagian atas dan bahwa eksentrik dipasang di atas gigi. Desain
pendek poros telah menggantikan desain lama-poros di mana eksentrik dipasang di
bawah gigi.
3. Impact Crusher
Sebuah crusher cone operasinya mirip dengan crusher gyratory, dengan
kecuraman kurang dalam ruang menghancurkan dan lebih dari zona paralel antara
zona menghancurkan. Sebuah crusher cone istirahat batuan dengan meremas batu
antara spindle eksentrik berkisar, yang ditutupi oleh mantel tahan aus, dan hopper
cekung melampirkan, ditutupi oleh cekung mangan atau kapal mangkuk. Seperti
batu memasuki puncak kerucut crusher, menjadi terjepit dan terjepit di antara mantel
dan kapal mangkuk atau cekung. Potongan besar bijih yang rusak sekali, dan
kemudian jatuh ke posisi yang lebih rendah (karena mereka sekarang lebih kecil) di
mana mereka rusak lagi. Proses ini berlanjut sampai potongan cukup kecil untuk
jatuh melalui celah sempit di bagian bawah crusher.
Sebuah crusher cone cocok untuk menghancurkan berbagai mid-keras dan di atas
mid-keras bijih dan batuan. Ini memiliki keuntungan dari konstruksi yang handal,
produktivitas yang tinggi, penyesuaian mudah dan biaya operasional yang lebih
rendah. Pelepasan semi sistem crusher cone bertindak suatu perlindungan yang
berlebihan yang memungkinkan gelandangan untuk melewati ruang menghancurkan
tanpa merusak crusher.
4. Conveyor Batubara
95
Conveyor batubara adalah suatu system mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai
di industry untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan. Belt dan Conveyor batubara sebagai fuel memegang peranan penting
memegang peranan penting di PLTU. Umumnya coal dari jetty ditransportasikan ke
Coalyard/Coal bunker menggunakan conveyor. Standards CEMA memberikan
guidance untuk mendesain conveyor, belt selection, idler, pulley design dan banyak
lagi.
96
7.5. Penanganan reject coal
Batubara reject coal sebagaimana dimaksud pada Perdir 480 2014 pasal 2 ayat (1) huruf
b merupakan batubara produk samping dari penambangan batubara yang mempunyai
kandungan impurities tertentu karena berbatasan dengan lapisan tanah atau batuan lain
yang dijual secara terpisah, tidak termasuk reject coal karena tidak memenuhi kontrak
penjualan batubara.
Perusahaan memisahkan produk batubara dari tambang menjadi dua tipe tersebut
berdasarkan pada kandungan ash-nya, untuk batubara dengan kandungan <10% langsung
menjadi produk (80%), sedangkan batubara dengan kandungan ash > 10% dilakukan
pencucian (20%). Dari hasil pencucian sekitar 80% menjadi produk berupa coarce dan
fine, sedangkan yang 20% sebagai reject juga berupa coarce dan fine, selanjutnya fine
reject diangkut dengan dump truck ke tempat penimbunan.
BAB VIII
INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN
97
listrik serta pasokan air bergantung pada lokasi dan dipengaruhi oleh ketersediaan
fasilitas dan layanan yang ada.
Bab ini mengidentifikasi elemen biaya infrastruktur utama yang mungkin ditemui pada
setiap proyek penambangan dan pengolahan mineral, dan cara untuk menetapkan besaran
dan biaya item infrastruktur proyek. Pemilihan elemen infrastruktur yang relevan dan
ukuran elemen tersebut untuk masing-masing proyek merupakan hal mendasar untuk
pengembangan perkiraan biaya infrastruktur yang realistis, berdasarkan prinsip-prinsip
yang ditetapkan dalam bab ini.
8.1.1. Infrastruktur Utama
BAB IX
98
Dengan rencana penambangan bahan galian jenis komoditas batubara oleh PT.
Jaya Bara Mandiri di Sanga-sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
beberapa dampak kegiatan terhadap lingkungan yang berpotensi timbul dari
mulai tahap prakontruksi, kontruksi sampai tahap pasca tambang adalah
sebagai berikut :
99
9.1.2. Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan lingkungan selama kegiatan penambangan berlangsung adalah
untuk mengantisipasi, menanggulangi dan mengendalikan dampak potensial
dari gangguan yang timbul akibat penambangan tersebut terhadap lingkungan
sekitarnya. Upaya tersebut harus dilakukan pada setiap tahapan kegiatan dari
mulai tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap
evaluasi.
9.1.2.1. Pengelolaan Limbah
9.1.2.2. Rencana Reklamasi
1. Tapak Bekas Tambang
Kegiatan pertambangan selalu menimbulkan gangguan
lahan dan perubahan bentang alam, baik yang bersifat
sementara (misalnya adanya timbunan sisa galian dan
limbah tailing) ataupun permanen (misalnya tanah kolong
100
yang sangat dalam, perubahan tubuh tanah dan hilangnya
keragaman hayati). Perbedaan sifat gangguan tersebut
memerlukan pendekatan dan teknologi reklamasi yang
berbeda. Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan
pendekatan dan teknologi yang berbeda tergantung atas
sifat gangguan yang terjadi dan juga peruntukannya
(penggangguan setelah proses reklamasi). Namun secara
umum, garis besar tahapan reklamasi adalah sebagai
berikut :
a. Konservasi top soil
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan
lapisan tanah yang perlu dikonservasi, karena paling
memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh
tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses
reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses
penambangan dilakukan, karena konservasi tanah
pucuk harus dilakukan pada awal penggalian. Top soil
yang memiliki unsur hara yang baik dipindahkan pada
stocksoil, yang nantinya akan digunakan kembali untuk
menjadi lapisan teratas lahan reklamasi agar bisa
ditanami kembali. Tempat stocksoil akan dipisahkan
dengan disposal overburden dan aman ari tempat erosi
agar soil tidak terkontaminasi oleh material yang lain,
agar unsur haranya akan tetap terjaga.
2. Penataan Lahan
Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi
bentang alam, antara lain dengan cara :
Lubang bekas tambang akan ditutup menggunakan material
overburden dengan metode backfilling untuk dijadikan
hutan produksi. Lahan bekas tambang tersebut akan
dijadikan disposal, dimana material overburden akan
dipindahkan ke disposal tersebut dan diratakan, bersamaan
dengan membuat terasan agar tidak erosi sesuai dengan
request level elevasi reklamasi. Lalu selanjutnya dilakukan
101
penempatan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih
efisien. Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas,
maka tanah pucuk diletakan pada areal atau jalur tanaman.
Dipilih backfilling karena metode tersebut adalah
metode yang efektif untuk mempersingkat waktu reklamasi,
dimana pengerjaan reklamasi bisa berdampingan dengan
kegiatan penambangan. Jenis tanaman yang dipakai dalam
revegetasi adalah tanaman sengon yang dalam Bahasa latin
disebut Albizia Falcataria. Tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang dipakai pada kegiatan revegetasi sebelumnya
dengan pertimbangan, pertumbuhan yang relative cepat dan
perawatan yang mudah.
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi
topografi setempat kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng
- Pengaturan bentuk lereng dimaksud untuk
mengurangi kecepata air limpasan (run off), erosi dan
sedimentasi serta longsor.
- Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk
berteras–teras.
b. Pengaturan saluran pembuangan air
- Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada
tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan
akibat erosi.
- Jumlah/kerapatan dan bentuk (SPA) tergantung dari
bentuk lahan dan luas areal yang direklamasi.
3. Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi
Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat
bangunan penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat
outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif besar. Cara
vegetative juga merupakan metode pencegahan erosi yang
dapat diterapkan pada areal bekas tambang. Tala’ohu et al.
(1998) menggunakan srtip vetiver untuk pencegahan erosi
102
pada areal bekas tambang batu bara. Vetiver merupakan
pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif menahan
erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi
lahan buruk sehingga bertindak sebagai tanaman pioner.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi
a. Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum
harus sesuai dengan perlakuan yang berlaku dan harus
di dalam wilayah kuasa tambang.
b. Membuat bendungan sedimen untuk menampung air
yang banyak mengandung sedimen.
c. Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang
kuat dan permanen yang dilengkapi dengan saluran
pengelak.
d. Letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga
aliran air mudah ditampung dan dibelokkan serta
kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam.
e. Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari
badan bendungan sebaiknya sedimen dikeruk dan
dapat dipakai sebagai lapisan atas tanah.
f. Kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat
teras, cek dam dari beton, kayu atau dalam bentuk lain.
5. Penanaman Cover Crop
Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan
usaha untuk memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan
erosi. Oleh karena itu keberhasilan penanaman penutup
tanah sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan
pasca penambangan. Karakteristik cover crop yang
dibutuhkan, sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh
dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang
menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan
mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan
mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman
pokok dan tidak melilit.
103
Pada areal bekas tambang menggunakan dua jenis
rumput (Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon) serta dua
jenis legum (Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista
sp.) sebagai cover crop. Selain itu juga dicampurkan
tanaman legum lokal seperti Clotalaria sp., Theprosia sp.,
Calindra sp., dan Sesbania rostata. Dengan campuran jenis
tersebut dalam waktu dua bulan setelah penanaman
didapatkan penutupan lebih dari 80%. Kemampuan
tanaman penutup untuk mendukung pemulihan kualitas
tanah sangat tergantung pada tingkat kerusakan tanah.
Santoso et al. (2008) menyatakan bahwa sebaiknya cover
crop ditanam pada tahun pertama dan kedua proses
reklamasi.
6. Penanaman Tanaman Pionir
Untuk nantinya dijadikan hutan produksi maka tanaman
yang dipilih untuk dapat dimanfaatkan adalah tanaman
sengon (Albizia Falcataria), akan ditanam 10.000 bibit
tanaman sengon pada lahan bekas tambang, kayu sengon
tersebut nantinya dapat digunakan untuk produksi kayu
pertukangan, bahan bangunan ringan di bawah atap, bahan
baku bubur kertas dan kertas, peti kemas, hingga papan
partikel. Dalam waktu 5 tahun tanaman sengon tersebut
dapat dipanen dan siap untuk diproduksi, dan juga akan
ditanami 3000 bibit tanaman porang atau tanaman umbi
disekitar tanaman sengon yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar maupun diperjual belikan, dalam waktu
dua tahun tanaman porang siap untuk dipanen.
Pohon Sengon
Habitat :Ketinggian 0 - 1600m
Tinggi :30 - 40m
Jarak Tanam :3x3m
Jumlah Bibit :13,889
Morfologi Sengon
104
Pohon yang menggugurkan daun; berukuran sedang
hingga tinggi, 30–45 m, dan gemang batangnya (70–140)
cm. Pepagan agak halus, di luarnya abu-abu gelap, dengan
gigir-gigir melintang, berlentisel, tipis; pepagan bagian
dalam setebal 5 mm, merah jambon. Ranting-ranting muda
bersegi dan berambut.
Daun-daun majemuk menyirip berganda, dengan 4–14
pasang sirip; tulang daun utama 10–25 cm, berambut,
dengan kelenjar dekat pangkal tangkai daun dan pada
pertemuan tulang sirip. Daun penumpu besar, bundar telur
miring dengan pangkal yang setengah berbentuk jantung,
seperti membran, dengan ekor di ujungnya; lekas rontok .
Sirip-sirip 4–14 cm panjangnya, dengan 10–45 anak daun
per sirip, duduk, berhadapan. Anak daun memanjang
sampai bentuk garis, dengan ujung runcing, miring, sisi
bawah hijau biru, 6–13 × 1,5–4 mm, tulang daun tengah
sangat dekat dengan tepi atas.
Bunga majemuk berbentuk bongkol yang bertangkai,
yang terkumpul lagi menjadi malai yang panjangnya 15–30
cm. Bongkol berisi 10–20 kuntum bunga. Bunga
berbilangan-5; dengan kelopak bergigi, tinggi lk 4 mm,
berambut; tabung mahkota bentuk corong, kuning hijau,
tinggi lk 7 mm, berambut. Benang sari 10 atau lebih,
panjang lk 3 cm, putih, di atas hijau, pangkalnya menyatu
membentuk tabung, yang kurang lebih setinggi mahkota.
Buah polong panjang 10–18 cm × 2–3,5 cm, tidak
membuka, patah-patah tidak teratur. Biji pipih, jorong, 7 ×
4–5 mm
Kayu
Sengon menghasilkan kayu yang ringan sampai agak
ringan, dengan densitas 320–640 kg/m³ pada kadar air 15%.
Agak padat, berserat lurus dan agak kasar, namun mudah
dikerjakan. Kayu terasnya kuning mengkilap sampai
cokelat-merah-gading; kekuatan dan keawetannya
105
digolongkan ke dalam kelas kuat III–IV dan kelas awet III–
IV. Kayu ini tidak diserang rayap tanah, karena adanya
kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Akan tetapi
percobaan kuburan di Filipina mendapatkan bahwa kayu
sengon A. chinensis hanya bertahan 16 bulan, sementara
kayu langir A. saponaria tahan hingga 3 tahun dan kayu
weru A. procera bahkan mencapai 10 tahun.
Kayu sengon biasa dimanfaatkan untuk membuat peti,
perahu, ramuan rumah dan jembatan. Di Sabah, kayu A.
chinensis diperdagangkan sebagai kayu ‘batai’, dalam
campuran bersama kayu-kayu A. pedicellata dan
Paraserianthes falcataria.
Agroforestri
Di perkebunan-perkebunan kopi dan teh, A. chinensis
kerap ditanam sebagai naungan; khususnya dalam
campuran bersama jeunjing (P. falcataria) dan dadap
(Erythrina spp.). Sengon disukai sebagai tanaman hias dan
peneduh taman, kebun, dan tepi jalan. Pohon ini juga
ditanam untuk melindungi lahan berlereng serta untuk
memperbaiki tanah.] Perakaran sengon bersifat mengikat
nitrogen.
Kegunaan lain
Sebagaimana kulit kayu ki hiang, pepagan sengon
mengandung bahan yang dapat digunakan untuk membius
ikan di sungai. Pepagan ini pada masa lalu juga
dimanfaatkan sebagai bahan sabun.
Meskipun daun-daunnya dimakan kambing, akan tetapi
kulit ranting-rantingnya beracun karena mengandung
saponin.
Menanam Pohon Sengon
Cara menanam sengon yang baik dan benar dapat
dilakukan dengan mudah dan salah satu hal yang sangat
diperlukan adalah modal dan tekat yang niat kemudian
perhatikan juga proses penanaman dan perawatannya. Bagi
106
anda yang ingin tahu bagaimana cara menanam sengon
yang baik dan benar maka anda dapat menyimak informasi
berikut ini.
Salah satu jenis tanaman pohon yang sering
dimanfaatkan kayunya guna pembuatan berbagai macam
furniture adalah tanaman pohon sengon atau yang juga
disebut dengan albasia. Jenis kayu dari jenis pohon sengon
ini rupanya memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan hal
ini tentunya membuka peluang yang sangat besar bagi
petani sengon. Pohon kayu ini mampu tumbuh sehat
dengan ketinggian yang mencapai 30 – 45 meter dan
adapun ukuran diameter batangnya sebesar 70 – 80 cm.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa kayu
sengon dapat diolah menjadi beberapa furnitur atau
perabotan rumah tangga dan bahkan kertas yang ada di
sekeliling anda pun dibuat dari tanaman pohon sengon ini.
Jadi prospek akan budidaya sengon sangatlah
menguntungkan karena sekali panennya tentu penghasilan
dari penjualannya juga sangat tinggi. Belum lagi pada
setiap tahunnya, jumlah kebutuhan akan sengon dapat
mencapai 500.000 m3.
107
kemiringan, ketahanan logam berat, dan tumbuh dengan cepat, mudah
ditanam, dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi (Y.B. Zhu, L.B. et al,
2015). Berdasarkan hasil evaluasi, bahwa kegiatan revegetasi hingga saat ini
terealisasi mencapai 78,13%. Dengan mengacu pada standar keberhasilan,
bahwa apabila realiasasi pelaksanaan revegetasi tidak mencapai 60% maka
tingkat keberhasilan termasuk kategori buruk (Permen ESDM No. 07 Tahun
2014). Berhasil tidaknya revegetasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
(1) Penataan lansekap, (2) aspek kesuburan pada media tanam, dan (3)
pemilihan tanaman untuk revegetasi tambang (Antares Multi Energi, 2019)
Tingkat Keberhasilan Pascatambang dan Revegetasi yang berhasil,
sebagaimana diperlukan untuk memenuhi tuntutan masyarakat saat ini,
membutuhkan rekayasa, desain, dan rekonstruksi, bukan hanya permukaannya,
dan kendali atas air yang meninggalkan lokasi tambang (Jeff Skousen, Carl E.
Zipper, 2014). Kepadatan tanah merupakan salah satu faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman pada lahan bekas tambang. Hal ini karena kebanyakan
vegetasi tidak mampu memperpanjang akar efektif karena berat jenis yang
tinggi pada lahan bekas tambang batubara (Sheoran et al.2010). Ketebalan
penebaran top soil kurang merata, karena sebagian lahan ditebar mengikuti
kontur permukaan lahan yang belum rata. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
mengupayakan permukaan lahan diratakan terlebih dahulu sebelum top soil
ditebar, diusahakan ketebalan top soil yang ditebar lebih dari 30 cm sesuai
rencana. Dari hasil uji kualitas tanah, menunjukkan bahwa pH tanah sangat
asam dan C-organik dan N Total sangat rendah mengakibatkan tanah tidak
subur dan vegetasi sangat sulit untuk tumbuh (Uquetan U. I. at al, 2017).
Berdasarkan hasil evaluasi, bahwa keberhasilan pelaksanaan reklamasi dan
revegetasi hanya mencapai 93,33%, dimana standarisasi pelaksanaan
reklamasi pada pada 60% - 80% termasuk kategi sedang.
Optimalisasi Pelaksanaan Reklamasi dan Revegetasi Reklamasi lahan
harus didorong untuk direncanakan sebelum kegiatan penambangan dan perlu
dirancang rencana reklamasi terlebih dahulu yang harus dinamis dengan
penambangan batubara. Undang-undang dan peraturan harus mudah
diimplementasikan, serta harus menggunakan dana reklamasi untuk
meningkatkan kelayakan dan relevansi reklamasi (J.L. Gao & X.Y. Xu, 2015).
Dan pembentukan metode reklamasi lahan pertambangan yang rusak terkait
108
erat dengan faktor-faktor daerah seperti iklim, hidrologi, bentuk lahan, metode
penambangan, dan bentuk perusakan lahan (Y.Q. Pan, et al. 2015). Sesuai
dengan kondisi sumber daya lingkungan dari iklim, tanah dan hidrologi di
daerah pertambangan, perlu untuk mengambil tindakan rekayasa dan tindakan
menanam dikombinasikan dan mengembangkan rekonstruksi ekologis sesuai
dengan ukurannya dengan kondisi local (Wang & Shang, 2015). Kegiatan
reklamasi perlu kolaborasi pemerintah dan perusahaan, Pemerintah harus
membangun kebijakan perlindungan lingkungan yang sesuai dan perencanaan
jangka panjang, memainkan peran membimbing dan berinvestasi dalam
pekerjaan perlindungan dasar lingkungan, sedangkan perusahaan tambang
menetapkan konsep bahwa manfaat lingkungan harus menjadi bagian dari
manfaat perusahaan, memperhatikan perlindungan lingkungan dari tahap
desain dan konstruksi dalam pengembangan dengan perlindungan lingkungan
secara bersamaan (Liu, et al, 2015). Dengan harapan area pasca tambang yang
telah direklamasi dapat membantu mengatur iklim lokal, mereka dapat
digunakan untuk produksi bahan baku dan bioenergi, untuk rekreasi atau untuk
mendorong keanekaragaman hayati (Peter Wirth, et al., 2018).
109
Tabel 9. 2 Pembobotan Kegiatan Pemantauan
Kegiatan Bobot (%) Nilai (%)
Penatagunaan Lahan
2. Revegetasi
Penyelesaian Akhir
a. Penutupan Tajuk 10 10
b. Pemeliharaan Tanaman 10 10
110
9.1.4. Organisasi Perlindungan Lingkungan
Water Management
Planting
111
3. Survey
4. Planning
5. Departement of Operasi
6. Material Handling
a. Melakukan manajemen pemeliharaan dan pemisahan material top soil dan overburden
b. Menentukan sistem pemindahan tanah mekanis dari timbunan ke area pasca tambang
112
7. Land Management
b. Pengaturan request level dan slope angle dari lahan pasca tambang
8. Land Management
b. Pengendalian dan pengumpulan data tingkat erosi dan sedimentasi tiap pekan
9. Planting
c. Rekapitulasi jumlah tanaman yang berhasil tumbuh pada lahan pasca tambang
c. Bekerjasama dengan surveyor dan laboratorium untuk menilai baku mutu lingkungan
113
11. Monitoring
114
Dengan acuan terhadap rencana kemajuan penambangan yang
telah direncanakan untuk setiap tahunnya, kegiatan
pascatambang yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri
akan dilakukan pada akhir masa penambangan, yaitu pada akhir
bulan ke-7.
Kegiatan pascatambang yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara
Mandiri akan berlangsung selama satu tahun dimana pada akhir
bulan ke-7, kegiatan pascatambang diawali dengan melakukan
reklamasi lahan bekas bukaan blok penambangan bulan ke-1
beserta lahan bekas timbunan batuan atau tanah penutup
(disposal area dan waste dump area), dilanjutkan dengan
melakukan pembongkaran beberapa sarana dan prasarana
penunjang tambang untuk kemudian dilakukan penataan ulang
lahan sehingga dapat dilakukan revegetasi kembali.
LUAS
No JENIS KEGIATAN
(Ha) m²
Areal prasarana / sarana pendukung
a. Area Kantor 0,14 1.400,00
1
b. Disposal 0,4 4.000,00
c. Buffer Zone 1,07 10.700,00
2 Pit (Lubang Bukaan) selama 1 Tahun 1,49 14.900,00
3 Area samping jalan tambang 0,92 9.200,00
Total 4,02 40.200,00
115
Tanaman pokok yang akan ditanam di PT Jaya Bara Mandiri
terdiri dari beberapa jenis tanaman pokok, namun yang akan
mendominasi adalah jenist tanaman albasiyah. Adapun jarak
antar pohon yang ditanam di area reklamasi (pit, disposal, area
kantor) adalah 3 x 3 meter.dan untuk (area samping jalan
tambang dan Buffer zone) 1 x 3 meter
116
Tabel 9. 5 Penataan Lahan
Bulldozer
Jenis Komatsu
Type Bulldozer
Spesifikasi D-155A-5
Keterangan
Simbol Nilai Satuan
Job Efficiency E 0.75
Blade Capacity Hm 7.00 m3
Grade Factor e 0.88
Cycle Time cm 3.21 menit
Production per Cycle q 7.10 menit
p 87.59 m3/jam
Produktivitas
21021.31 m3/bulan
Kebutuhan Alat M 0.71 unit
117
Tabel 9. 6 Perhitungan Produktivitas Dump Truck
Alat Angkut
Jenis Komatsu
Type Dumptruck
Spesifikasi HD 465-7
Keterangan Pit-Disposal-Pit
Simbol Nilai Satuan
Job Efficiency e 0,75 %
Heaped Capacity Ha 17 Lcm
Bucket Capacity Hm 1,10 Lcm
Swelling Factor SF 0,95 Bcm/Lcm
Bucket Fill Factor Ff 0,91 %
Cycle Time Cmt 10,32 menit
Jumlah Pengisian np 13 kali
Kebutuhan Alat M 3,3 unit
64,08 m3/jam/alat
Produktivitas p
15.380,06 m3/bulan
Harga
No Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
(Rp)
Pemupukan
a. Pemupukan 90 Kg 10,000 900,000
1
b. PemupukanUlang 810 Kg 10,000 8,100,000
Total Pemupukan 900 Kg 20,000 9,000,000
Pengadaan Bibit
a. PohonUtama 10000 Batang 5,000 50,000,000
2 c. PohonSisipan 3000 Batang 5,000 15,000,000
118
Total
65,000,000
PengadaanBibit
Penanaman
UjiKualitas Tanah 5 Sampel 1,000,000 5,000,000
3
TenagaKerja 10 Orang 50,000 15,000,000
Total Penanaman 20,000,000
Pemeliharaan Tanaman
TenagaKerja 5 Orang 80,000 12,000,000
4 Obat - obatan /
60,000 2,760,000
Pestisida 46 liter
Total Pemeliharaan 14,760,000
Total Biaya 117,760,000
Keseluruhan
Rencana 2017 -
2023
N Deskripsi
o Biaya
Biaya Reklamasi
(Rp)
1. Biaya Langsung
A. Penatagunaan Lahan :
1) Penyewaaan Alat Rp 148,800,000.00
2) Bahan Bakar Alat Rp 187,704,000.00
3) Tenaga Kerja Rp 17,000,000.00
B. Revegetasi (Ha) :
1) Analisis Kualitas Tanah (Contoh) Rp 5,000,000.00
2) Pemupukan Rp 9,000,000.00
3) Pengadaan Bibit (Batang/Kg) Rp 65,000,000.00
119
4) Biaya Pestisida Rp 2,760,000.00
5) Tenaga Kerja Pemeliharaan Tanaman Rp 27,000,000.00
Total Biaya Langsung Rp 462,264,000.00
2. Biaya Tidak Langsung
A. Biaya Mobilisasi Dan Demobilisasi Alat (2% Biaya Rp 9,081,180
Langsung)
B. Biaya Perencanaan Reklamasi (3% Biaya Langsung) Rp 13,621,770
1 C. Biaya Administrasi Dan Keuntungan Kontraktor (5% Rp 22,702,950
Biaya Langsung)
D. Biaya Supervisi (3,5% Biaya Langsung) Rp 15,892,065
120
- Identifikasi Bahaya
- Penilaian dan pengendalian resiko
- Pemantauan dan peninjauan.
9.2.2. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
9.2.2.1. Pengelolaan Keselamatan Kerja
Dalam kegiatan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh
PT. Jaya Bara Mandiri, kegiatan pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan menjadi perhatian penting dalam
mencapai tingkat produktivitas kerja yang baik. Dal hal ini, PT.
Jaya Bara Mandiri akan membuat sebuah program keselamatan
dan kesehatan kerja yang mengacu kepada peraturan
perundang-undangan, kebijakan, kebutuhan dan manajemen
resiko.
Beberapa program untuk keselamatan kerja yang dibuat dan
akan dilaksanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri adalah sebagai
berikut :
1. Membuat Skema dan Pelaporan Kecelakaan Tambang
Mengklasifikasikan dan membuat penilaian terhadap cidera
pekerja tambang akibat kecelakaan untuk kemudian dicatat
dalam buku daftarkecelakaan tambang secara konsisten
sejak dimulainya kegiatan penambangan sampai masa akhir
penambangan. Hal tersebut bertujuan sebagai bentuk
pelaporan terhadap instansi terkait mengenai tingkat
keselamatan pekerja yang nantinya akan melakukan
berbagai macam kegiatan pekerjaan dalam kegiatan usaha
pertambangan PT Jaya Bara Mandiri. Sedangakan untuk
kategori cidera akibat kecelakaan tambang dibagi kedalam
beberapa golongan, yaitu cidera ringan, cidera berat dan
mati.
2. Melakukan Pendidikan Dan Pelatihan Kerja
Pendidikan dan pelatihan kerja diberikan kepada pekerja
baru, pekerja tambang untuk tugas pekerjaan yang baru,
pelatihan unruk menghadapi bahaya dan pelatihan
penyegaran tahunan. Secara keseluruhan, kegiatan
121
pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan dan diawasi
oleh divisi keselamatan dan kesehetan kerja (K3) yang akan
dibentuk oleh PT Jaya Bara Mandiri yang dipimpin
langsung oleh seorang Kepala Teknik Tambang (KTT).
3. Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD)
Merupakan suatu kelengkapan standar yang diadakan oleh
perusahaan dan dikenakan oleh pekerja pada saat bekerja,
yang meliputi :
- Safety helmet,
- Safety gloves,
- Safety shoes,
- Apron (alat pelindung diri saat mengelas)
- Ear plug,
- Reflection jacket.
4. Pengadaan Alat Pemadam Api Ringan
Penyediaan alat pemadam api ringan ini akan ditempatkan
dibeberapa lokasi sarana dan prasarana penunjang lainnya,
diantaranya yaitu :
- Bengkel / Workshop
- Kantor,
- Gudang handak,
- Ruang panel listrik.
5. Penyelenggaraan Safety Management
Untuk mempersiapkan pekerja untuk selalu disiplin dalam
menjalankan
aturan-aturan keselamatan kerja, perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
- Safety talk,
- Safety meeting,
- Safety patrol.
122
BAB X
123
sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, akan serta merta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masayarakat di lingkungan sekitar lokasi kegiatan tambang.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, perusahaan tambang diwajibkan
membuat sebuah perencanaan dan pelaksanaan mengenai program pengembangan dan
pemberdayaan masayarakat sekitar tambang dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar tambang dan membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah setempat. Aspek-aspek penting dalam program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat yang direncanakan oleh PT. Jaya Bara Mandiri meliputi :
1. Pendidikan
Memberikan bantuan kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang masih
duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam menempuh pendidikannya. Bentuk bantuan yang direncanakan
oleh PT. Sinar Sugih Mukti adalah berupa program dana prestasi dengan alokasi
dana yang nantinya akan dikelola oleh aparatur Desa setempat sebagai pihak yang
diajak bekerjasama dalam menjalankan program tersebut.
2. Kesehatan
Disekitar lokasi tambang yang direncanakan adalah memberikan penyuluhan
mengenai tatacara hidup sehat dan bersih, melakukan fogging secara berkala
dalam mencegah penyakit DBD dan menyediakan sejumlah dana bantuan yang
sewaktu-waktu dapat digunakan oleh masyarakat dalam melakukan pengobatan
ke Rumah Sakit Umum ataupun Puskesmas.
3. Kemandirian Ekonomi
Dalam hal ini, PT. Jaya Bara Mandiri merencanakan akan membuat sebuah
program pelatihan usaha kepada masayarakat sekitar tambang, dimana program
yang akan diberikan adalah berupa pelatihan-pelatihan mengenai tatacara
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang berada di lingkungan
sekitar masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan.
4. Sosial dan Budaya
Beberapa program yang menyangkut tentang sosial dan budaya masyarakat
disekitar lokasi tambang adalah dengan memberikan bantuan dalam bentuk dana
tunai untuk berbagai macam kegiatan sudah berlangsung secara rutin
dilaksanakan masyarakat, seperti acara peringatan tahun baru Islam, peringatan
hari kemerdekaan Indonesia dan lainnya.
124
5. Pemberian Kesempatan Kepada Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan
Beberapa program yang direncanakan dalam kesempatan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan dilokasi tambang maupun diseputar lokasi tambang
diantaranya adalah memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar
untuk ikut serta dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, seperti memberikan
kesempatan pada masyarakat dalam menyediakan dan merawat bibit tanaman
untuk kegiatan reklamasi di lokasi tambang dan juga memberikan kesempatan
kerja untuk ikut serta dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan di lahan
reklamasi tambang,
6. Pembangunan Infrastruktur Membantu pembangunan infrastruktur ditingkat
Desa, dengan beberapa program diantaranya pembangunan sarana jalan Desa
setempat, pembangunan sarana peribadatan, pembangunan sarana irigasi dan lain-
lainnya dengan bentuk bantuan berupa dana tunai.
125
Rencana Anggaran
No. Program Utama PPM Tahunan
Biaya/Tahun
1 Pendidikan 45.000.000
2 Kesehatan 40.000.000
3 Kemandirian Ekonomi 60.000.000
4 Sosial Budaya 20.000.000
Kesempatan Masyarakat
Dalam Pengelolaan
5 Lingkungan 25.000.000
6 Pembangunan Infrastruktur 50.000.000
Jumlah 240.000.000
BAB XI
126
rincinan bagan atau struktur organisasi yang akan dibentuk oleh PT. Jaya Bara
Mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha pertambangannya.
127
Daftar Tenaga Kerja Staf
No Nama Department Total
A. Project Manager 1
B. KTT 1
C. Deputi PM 1
D. Mine Operation&Reclamation
1 Sec Head 1
2 Pengawas OB 1
3 Pengawas BB 1
4 Pengawas Reklamasi 1
5 Foreman OB&Coal 2
6 Pengawas Pit Control 1
7 Foreman Pit Control 2
8 Crew Pit Control 2
9 Crew Reklamasi 1
10 Admin 1
E. Engineering
1 Sec Head 1
2 Pengawas Mineplan 2
3 Pengawas Survey 1
4 Foreman Mineplan 2
5 Foreman Survey 2
6 Crew Survey 1
7 Admin 1
128
F. HCGA &Finance
1 Sec Head 1
2 HC Supervisor 1
3 GA&Finance Supervisor 1
4 Consumption Supervisor 1
5 Admin HR 1
6 Admin GA&Finance 1
7 Admin Konsumsi 1
G. Production
1 Sec Head 1
2 Supervisor Produksi 1
3 Foreman Produksi 2
4 Crew Produksi 2
5 Admin 1
H. Plant
1 Sec Head 1
2 Supervisor Plant 1
3 Foreman Plant 2
4 Crew Plant 2
5 Admin 1
I. FA-LOG
1 Sec Head 1
2 Supervisor FALOG 1
3 Foreman FALOG 1
4 Crew FALOG 2
5 Admin 1
J. SHE
1 Sec Head 1
2 Supervisor SHE 1
3 Foreman SHE 1
4 Crew SHE 2
5 Admin 1
129
Daftar Tenaga Kerja Non Staf
No Pekerjaan Total 2 shift
1 Operator PC 200 2 4
2 Operator D 155ESS 4 8
3 Operator PC 400 5 10
4 Operator DT VOLVO FMX 400 20 40
5 Operator DT Dutro 130 24 48
6 Operator G155A 2 4
7 Operator WA30A 2 4
8 Driver LV 8 16
9 Driver bus 3 6
10 Pos Checker 3 6
11 Security 5 10
12 Operator WT 2 4
13 Operator LT 2 4
BAB XII
PEMASARAN
130
( negara yang mempunyai cadangan energi batubara, minyak, dan gas terbesar di
dunia.
131
12.3. Asumsi Harga
HBA (US$/Ton) 70
132
133
BAB XIII
13.2. Investasi
13.2.1. Modal Tetap
Modal tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau tidak
tergantung pada perubahan volume produksi atau tingkat aktivitas yang
dilakukan. Modal tetap ini terdiri dari :
1. Biaya Pra-Penambangan
Biaya pra-penambangan ini terdiri dari biaya pembebasan lahan,
pengurusan WIUP, pengurusan IUP Eksplorasi, pengurusan IUP
134
Operasi Produksi, pengurusan izin IPPKH, pematokan batas IUP
Operasi Produksi dan estimasi biaya jaminan reklamasi dan
pascatambang. Total biaya pra penambangan adalah sebesar USD
8.815.215
2. Biaya Pemebelian Peralatan dan Perlengkapan Penunjang Tambang
Terdiri dari biaya untuk pembelian beberapa peralatan penujang
tambang, seperti pemebelian kendaraan khusus yang digunakan
dalam mobilisasi kegiatan penambangan dan juga pembelian
beberapa macam perlengkapan kantor serta perlengkapan K3. Total
biaya untuk pemebelian peralatan dan perlengkapan penunjang
tambang adalah sebesar USD 291.660.900.438
135
Modal Tetap
Biaya Peralatan
1 Peralatan Utama&Pendukung -
2 Kendaraan 16,770
3 Komputer&Alat Komunikasi -
Sub Total Biaya Peralatan 16,770.00
Biaya Konstruksi&Infrastruktur
1 Workshop 70,000
2 Pembuatan Jalan ke ROM dan Port 86,000
3 Penimbunan dan Pelabuhan 80,000
4 Office 40,000
5 Prepare Area ROM dan Crushing 70,000
Sub Total Biaya K&I 346,000
Berikut adalah tabel modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
membuka tambang, dengan modal awal yaitu modal sendiri sebesar 70% dan
pinjaman bank sebesar 30%.
136
13.3. Biaya Produksi
Berikut adalah biaya produksi yang dibutuhkan untuk berjalannya tambang PT. Jaya
Bara Mandiri.
No Uraian
0 1
Produksi Batubara 1,102,708.10 MT
SR 6.13
Produksi Ob 6,763,664 BCM
Harga BB 70 USD/MT
Penjualan BB USD/MT
A. Biaya Penambangan
1 Biaya Land Clearing 0.005 USD/MT 3,715.93
2 Biaya Pengupasan & Pengangkutan OB 0.91 USD/MT 307,084
3 Biaya Pemuatan Coal 1.07 USD/MT 58,865.35
4 Biaya Pengangkutan Coal 2.41 USD/MT 132,711.76
5 Biaya Pengolahan 1.50 USD/MT 82,526.43
6 Biaya Pengapalan 0.27 USD/MT 14,886.56
7 Biaya Perawatan & Perbaikan Fasilitas(3%) 0.01 USD/MT 824.40
8 Biaya Upah TK Tetap 456,189 USD/Tahun 38,015.79
9 Biaya Upah TK Tak Tetap 554,155 USD/Tahun 46,179.59
Sub Total Biaya Penambangan 1,010,351 3,715.93 681,093.89
C. Iuran&Royalti
1 Royalti 0.005 FOB 276
2 Iuran tetap 0.08 USD/Ha/Tahun 1.7
3 Iuran pembangunan 0.5 USD/MT 27,567.70
4 PBB 0.08 USD/Ha/Tahun 600
Sub Total Iuran&Royalti 0.665 28,445
137
13.4. Laporan Keuangan
Untuk mengetahui aliran kas keuangan dari kegiatan usaha pertambangan PT. Jaya
Bara Mandiri, dibuatlah sebuah laporan keuangan yang didalmnya berisi tentang
estimasi perhitungan biaya yang terdiri dari perhitungan keseluruhan kebutuhan biaya
investasi dan produksi, total biaya depresiasi perlatan penambangan, total pendapatan
dari hasil penjualan produk, Biaya untuk pajak sebagai bentuk penerimaan Negara
dan laporan mengenai nilai atau besaran keuntungan bersih yang diprediksikan akan
diperoleh selama kegiatan penambangan berlangsung.
Berikut merupakan ringkasan aliran kas keuangan kegiatan usaha Pertambangan
Batubara oleh PT. Jaya Bara Mandiri untuk estimasi umur tambang selama 7 bulan
kedepan.
Tabel 11. 5 Aliran kas Keuangan Usaha Pertambangan PT. Jaya Bara Mandiri
Bulan
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7
Produksi Batubara 1,102,708.00 MT 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63 34,459.63
SR 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13 6.13
Produksi Ob 6,763,664 BCM 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365 211,365
Harga BB 70 USD/MT 70 70 70 70 70 70 70
Penjualan BB USD/MT 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75
(+)Penndapatan Hasil Penjualan 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75
(+)Nilai Sisa - - - - - - -
(+)Jumlah Pendapatan 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75 2,412,173.75
(-)Jumlah Biaya Produksi USD 105,170.89 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25 814,124.25
(-)Reklamasi USD 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30 3,289.30
(-)Konsumsi Karyawan USD 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049 14,049
(-)Asuransii USD 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08 50,841.08
(-) Depresiasi USD - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20 - 64,876.20
(-) Amoortisasi USD 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00
(-) Bunga Pinjaman USD 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74 122,518.74
(-)Jumlah Pengeluaran - 105,170.89 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25 - 814,124.25
Penndapatan Sebelum Pajak 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00 3,226,298.00
Pajak 25% 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50 806,574.50
Penndapatan Bersih Setelah Pajak 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50 2,419,723.50
(+) (1-0.75) bunga pinjaman 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69 30,629.69
(+) Depresiasi - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876 - 64,876
(+) Amoortisasi 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00 6,750.00
(-) Modal Tetap - 9,177,985.11
(-) Angsuran Pinjaman - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41
(-)Modal Kerja - 1,835,597.02
(+)Pengembalian Modal Kerja
(+)Pinjaman Bank 19,602,998.60
Alirann uang tunai masuk 19,602,998.60 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98 2,392,226.98
Alirann uang tunai keluar - 11,118,753.02 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41 - 1,225,187.41
Cash Flow 8,484,245.58 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57 1,167,039.57
Kumulatif cash flow 8,484,245.58 9,651,285.15 10,818,324.72 11,985,364.29 13,152,403.86 14,319,443.44 15,486,483.01 16,653,522.58
235,813,879,716.60
138
DAFTAR PUSTAKA
Brady, B.H.G., & Brown, E.T. (2004). Rock Mechanics. Kluwer Academic
Publishers.
Fitratul, R., & Dedi, Y. (2019). Optimalisasi Pit Limit Penambangan Mineral Nikel
Laterit PT ANTAM Tbk. Unit Bisnis Penambangan Nikel Di Site Pomalaa. Jurnal
Bina Tambang, Vol 4., No. 3, 4, 294-305.
139
Rachmansyah, Muhammad Zulfikar. 2020. “OPTIMASI FAKTOR KEAMANAN
LERENG MENGGUNAKAN ROCSCIENCE SLIDE V 6.0 KUARI CENGKEH PT
LOTUS SG LESTARI”. Jakarta.
Thyac Korah , Turangan A.E , Alva N. Sarajar, “Analisis Kestabilan Lereng Dengan
Metode Janbu (Studi Kasus: Kawasan Citraland)” , Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1,
(22-28) ISSN: 2337-6732, Januari 2014
Wardana I. G.N , 2011“ Pengaruh perubahan Muka Air Tanah dan Terasering
terhadap Perubahan Kestabilan Lereng” , Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15 No.1
Januari 2011, Bali
140
LAMPIRAN
141