Anda di halaman 1dari 18

4.

1 Kriteria Perencanaan Bangunan Pantai

4.1.1 Umum

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur perlindungan


pantai (jetty, revetment dan seawall, dan breakwater) adalah sebagai berikut.

1. Kondisi hidro-oseanografi: batimetri, gelombang, pasut, dan arus.

2. Kondisi geoteknik tapak struktur.

3. Sumber material (borrow area) yang tersedia: jumlah, kualitas, dan jarak
sumber material ke lokasi proyek.

4. Kemudahan pelaksanaan konstruksi: jalan masuk ke proyek (access road) dan


setting peralatan konstruksi di lapangan.

5. Alokasi dana yang tersedia.

Perencanaan struktur perlindungan pantai harus melibatkan gaya-gaya yang akan


bekerja pada struktur tersebut. Gaya-gaya yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan:

1. Layout dari bangunan. Orientasi dari bangunan terhadap gelombang dan area
yang akan diproteksi sangatlah menentukan keberhasilan fungsi dari bangunan
pantai, dan sejauh mana sistem ini akan berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar.Pengaruh bangunan terhadap topografi sekitar. Profil alami daerah
pantai merupakan keseimbangan alami dari aksi gelombang laut, suplai
sedimen, dan bentuk topografi pantai (berupa proses berulang yang temporer,
dan proses permanen jangka panjang). Pembangunan bangunan pantai akan
merubah keseimbangan tersebut, yang bisa berpengaruh kepada daerah yang
diproteksi bangunan pantai dan daerah sekitarnya. Sebagai contoh,
pembangunan bangunan pantai yang sejajar dengan garis pantai dapat
menyebabkan terbentuknya tombolo pada garis pantai, berupa daerah yang
maju dan daerah yang tererosi. Pembangunan bangunan pantai yang melintang
dari garis pantai dapat menyetop transpor sedimen arah garis pantai, sehingga
daerah yang semestinya mendapat suplai sedimen akan tererosi secara parah,
dan terjadi endapan sedimentasi yang terkonsentrasi pada suatu area.

2. Harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Ketenangan air yang dihasilkan oleh


bangunan pantai di sisi lain juga mengurangi sirkulasi air di daerah yang
dinaunginya. Pada banyak kasus, terjadi penurunan kualitas air yang signifikan,
yang pada akhirnya menurunkan kualitas hidup di perairan tersebut. Pada sisi

LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-1
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

landscaping, bahkan pembangunan bangunan pantai tertentu dapat merusak


keindahan dan keterpaduan antara komponen lingkungan.

3. Kondisi desain dari bangunan pantai, dalam mendesain bangunan pantai


kondisi-kondisi dibawah ini sekurang-kurangnya harus dipertimbangkan, yaitu:

Ketenangan air yang diharapkan.

Arah angin. Angin merupakan salah satu unsur pembentuk gelombang,


sehingga data perilaku angin dapat menggambarkan perilaku gelombang
secara umum. Keberadaan badai atau typhoon juga dapat menghasilkan
kondisi gelombang-gelombang ekstrem pada desain.

Level pasang surut. Keadaan pasang surut termasuk menentukan tinggi dari
BW, pola sirkulasi air pada daerah sekitar bangunan pantai dll.

Gelombang laut. Gelombang laut, arahnya menentukan layout gelombang.


Gelombang sendiri memberikan gaya pada bangunan pantai.

Kedalaman air menentukan jenis bangunan pantai yang efektif untuk dibangun,
selain itu kondisi geoteknis akan menentukan daya dukung tanah terhadap
bangunan pantai yang pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan bangunan
pantai. Pemilihan jenis struktur bangunan pantai dapat dilakukan setelah
mempelajari karakteristik dari jenis-jenis bangunan pantai dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Layout dari bangunan

2. Kondisi lingkungan

3. Kondisi pelayanan

4. Kondisi/kesiapan konstruksi

5. Aspek Ekonomi

6. Waktu konstruksi

7. Tingkat kepentingan bangunan pantai

8. Ketersediaan material konstruksi

9. Pemeliharaan

Secara umum proses desain penampang bangunan pantai adalah sebagai berikut:

1. Persiapan data-data kondisi desain

2. Penentuan penampang bangunan pantai

Penentuan elevasi vertikal bangunan pantai

2
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Penentuan dimensi horisontal bangunan pantai (dimensi awal)

3. Analisa stabilitas terhadap gaya-gaya eksternal yang bekerja (dimensi akhir)

Stabilitas Upper Struktur & komponen pendukung

Stabilitas pondasi

4. Desain komponen pelindung.

Foot Protection

Deformed Concrete Blocks/Armouring Stone

4.1.2 Kondisi Gelombang Rencana

Dalam perencanaan bangunan pantai biasanya karakteristik gelombang di laut


dalam ditetapkan berdasarkan pengukuran gelombang di lapangan atau berdasar
hasil peramalan gelombang dengan menggunakan data angin dan fetch. Dengan
menggunakan analisis deformasi gelombang (refraksi dan pendangkalan, difraksi
dan gelombang pecah), data gelombang tersebut beserta data elevasi muka air
rencana dan pcta bathimetri (kontur kedalaman laut) digunakan untuk memprediksi
karakteristik gelombang di lokasi bangunan.

Kondisi gelombang di lokasi bangunan pada setiap saat tergantung pada elevasi
muka air, yang selalu berubah karena pasang surut. Bangunan bisa mengalami
serangan gelombang dengan bentuk yang berbeda karena adanya perubahan
elevasi muka air, yaitu apakah gelombang tidak pecah, pecah, atau telah pecah.
Oleh karena itu perlu ditentukan kondisi gelombang di lokasi bangunan untuk
berbagai elevasi muka air. Hal ini mengingat bahwa gaya gelombang yang
ditimbulkan oleh gelombang tidak pecah, pecah dan telah pecah adalah berbeda.

4.1.3 Gelombang Tidak Pecah

Apabila bangunan berada pada kedalaman yang cukup besar, yaitu lebih besar dari
1,5 kali tinggi gelombang maksimum yang terjadi, maka gelombang di lokasi
tersebut tidak pecah. Kondisi tersebut diperhitungkan untuk berbagai elevasi muka
air. Kondisi gelombang di lokasi tersebut dapat dihitung berdasar gelombang
rencana di laut dalam dengan menggunakan analisis refraksi dan pendangkalan
gelombang.

Mengingat gelombang di suatu lokasi terdiri dari berbagai macam tinggi, periode
dan arah gelombang, maka karakteristik gelombang di lokasi bangunan adalah
gelombang terbesar yang diperoleh dari berbagai karakteristik gelombang tersebut.

3
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk

Gambar 4.1 Proses gelombang pecah.

dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu
kedalaman tertentu. Proses gelombang pecah, yaitu sejak gelombang mulai tidak
stabil sampai pecah sepenuhnya terbentang pada suatu jarak xp. Galvin (1969,
dalam CERC, 1984) memberikan hubungan antara jarak yang dilempuh selama
proses gelombang pecah (xp) dan tinggi gelombang saat mulai pecah Hb, yang
tergantung pada kemiringan dasar pantai..

Galvin juga menunjukkan bahwa perbandingan db/Hb berubah dengan kemiringan


dasar m dan kemiringan gclombang dalang Hb/gt2 seperti dilunjukkan dalam
Gambar 4.10. Dalam percobaan yang dilakukan penyebaran titik data cukup
besar, sehingga pada gambar tersebut dibuat dua sel kurva. Kurva adalah batas
atas dari nilai db/Hb; sehingga = (db/Hb)maks. Sedangkan adalah batas bawah
dari nilai db/Hb, sehingga = (db/Hb)min

4
Gambar 4.2 Hubungan antara ds dan dengan H/gt2

LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-5
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 4.3 Hubungan antara Hb/H0 dengan H0/gt2

6
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 4.4 Tinggi gelombang pecah rencana di kaki bangunan

7
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 4.5 Hubungan antara Hb/Ho dan Hb/gt2

8
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 4.6 Grafik runup gelombang

9
4.1.4 Gelombang Pecah Rencana

Tinggi gelombang pecah rencana Hb tergantung pada kedalaman air pada suatu
jarak di depan kaki bangunan di mana gelombang pertama kali mulai pecah.
Kedalaman tersebut berubah dengan pasang surut. Tinggi gelombang pecah
rencana mempunyai bentuk berikut:

ds
Hb
m b
dengan
db

Hb

Xp
p
Hb

ds : Kedalaman air di kaki bangunan

m : Kemiringan dasar pantai

Nilai yang digunakan dalam Persamaan diatas tidak dapat langsung digunakan
sebelum nilai Hb diperoleh. Untuk menghitung nilai Hb telah disediakan pada
Gambar 4.11. Apabila kedalaman rencana maksimum pada bangunan dan periode
gelombang datang diketahui, maka dapat dihitung tinggi gelombang pecah
rencana.

Seringkali perlu diketahui gelombang di laut dalam yang menyebabkan gelombang


pecah rencana tersebut. Dengan mcmbandingkan tinggi gelombang di laut dalam
tersebut dengan hasil analisis statistik gclombang di laut dalam akan dapat
diketahui seberapa banyak gelombang pecah rencana tersebut bekerja pada
bangunan. Tinggi gelombang laut dalam dapat dihitung dengan menggunakan
Gambar dibawah dan hasil analisis refraksi.

LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-10
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

4.1.5 Runup Gelombang

Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan


naik (runup) pada permukaan bangunan (Gambar 4.13). Elevasi (tinggi)
bangunan yang direncanakan tergantung pada runup dan limpasan yang diijinkan.
Runup tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan, kedalaman air pada kaki
bangunan, kemiringan dasar laut di depan bangunan, dan karakteristik gelombang.
Karena banyaknya variabel yang berpengaruh, maka besarnya runup sangat sulit
ditentukan secara analitis.

Gambar 4.7 Runup gelombang.

Berbagai penelitian tentang runup gelombang telah dilakukan di laboratorium. Hasil


penelitian tersebut berupa grafik-grafik yang dapat digunakan untuk menentukan
tinggi runup. Gambar 4.15 adalah hasil percobaan di laboratorium yang dilakukan
oleh lrribaren untuk menentukan besar runup gelombang pada bangunan dengan
permukaan miring untuk berbagai tipe material, sebagai fungsi bilangan Irribaren
untuk berbagai jenis lapis lindung yang mempunyai bentuk berikut :

tan
Ir
( H / Lo )0,5

Dengan:

Ir : Bilangan Irribaren

: Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang

H : Tinggi gelombang di lokasi bangunan

Lo : Panjang gelombang di laut dalam

11
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung Run Down (Rd) yaitu
turunnya permukaan air karena gelombang pada sisi pemecah gelombang.

Kurva pada Gambar 4.15 tersebut mempunyai bentuk tak berdimensi untuk runup
relatif Ru/H atau Rd/H sebagai fungsi dari bilangan Irribaren, di mana Ru dan Rd
adalah runup dan rundown yang dihitung dari muka air laut rerata.

Gambar 4.8 Batu lapis pelindung buatan.

12
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

4.1.6 Analisa Stabilitas Bangunan Pengaman Pantai

A. Stabilitas Struktur Bangunan

1. Batu Lapisan Pelindung Bangunan

Di dalam perencanaan bangunan pengamanan pantai dari konstruksi batu, perlu


ditentukan berat butiran batu pelindung yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Hudson :

3
Wr .H d
W
K D Sr 1 cot
3

dimana :

W = Berat butir batu pelindung

Wr = Berat jenis batu

Hd = Tinggi gelombang perencanaan

Sr = Wr/Ww ; dimana Ww = berat satuan air = 1,025kg/m3

= Kemiringan lereng breakwater

KD = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung


(batu alam atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-
sisinya, ikatan antara butir clan keadaan pecahnya gelombang yang
diberikan pada di bawah ini.

Persamaaan di atas memberikan berat butir batu pelindung yang sangat besar.
Untuk mendapatkan batu yang sangat besar tersebut adalah sulit dan mahal.
Guna memperkecil harga pembangunan maka bangunan pantai dibuat dalam
beberapa lapis. Lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran seperti persamaan
di atas sedangkan pada lapisan di bawahnya diletakkan ukuran batu yang
semakin kecil.

Bangunan pengaman pantai biasanya dibedakan dalam dua bagian, yaitu kepala
dan lengan bangunan. Kepala bangunan mempunyai panjang sekitar 15 m
sampai 45 m dari ujung bangunan. Panjang tersebut tergantung pada panjang
bangunan dan elevasi puncak ujung bangunan. Pada bagian kepala bangunan
membeukan berat butir batu pelindung yang lebih besar daripada lengan
bangunan. Hal ini mengingat bahwa kepala bangunan menerima serangan
gelombang dari berbagai arah sehingga pada tabel di atas, nilai KD untuk
bagian kepala bangunan lebih kecil daripada nilai di lengan bangunan.

13
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

2. Lebar dan Tebal Puncak Bangunan

Lebar puncak juga tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi
limpasan yang diijinkan, lebar puncak minimum adalah sama dengan lebar dari
tiga butir batu pelindung yang disusun berdampingan (n=3). Untuk bangunan
tanpa terjadi limpasan, lebar puncak bangunan bisa lebih kecil. Selain batasan
tersebut, lebar puncak harus cukup lebar untuk keperluan operasi peralatan
pada waktu pelaksanaan dan perawatan.

Lebar puncak bangunan pengaman pantai dapat dihitung dengan rumus berikut
ini :

W
B = n.K
Wr

dimana :

B = lebar puncak

n = jumlah butiran (nminimum = 3)

k = koefisien lapis (Tabel E.2)

W = berat butir batu pelindung

Wr = berat jenis batu pelindung

Kadang-kadang di puncak bangunan pengaman pantai terbuat dari dinding lapis


beton yang dicor di tempat. Lapisan beton ini mempunyai tiga fungsi, yaitu
memperkuat puncak bangunan, menambah tinggi puncak bangunan dan
sebagai jalan untuk perawatan.

Tebal lapis pelindung dan jumlah butir batu tiap satu luasan diberikan oleh
rumus berikut ini :
1
W 3
t = n.K
Wr
2
P Wr 3
N = A.n.K 1
100 W

dimana :

t = Tebal lapis pelindung

n = Jumlah lapis batu dalam lapis pelindung

k = Koefisien

A = Luas permukaan

14
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

P = Porositas rerata dari lapis pelindung (%)

N = Jumlah butir batu untuk satu satuan luas perrnukaan A

W = Berat butir batu pelindung

Tabel 4.1 Koefisien Stabilitas KD Untuk Berbagai Jenis Butiran


Ujung (kepala kemiri
Lengan bangunan
bangunan) ngan
No Lapisan KD KD
n Penempatan
lindung Gelombang
Gelomban Gelombang Gelomban KD
tidak
g pecah tidak pecah g pecah
pecah
1. Batu pecah
Bulat halus 2 Acak 1.2 2.4 1.1 1.9 1.5-3.0
Bulat halus >3 Acak 1.6 3.2 1.4 2.3 2.0
Bersudut kasar 1 Acak 1.0 2.9 1.0 2.3 2.0
1.9 3.2 1.5
Bersudut kasar Acak 2.0 4.0 1.6 2.8 2.0
1.3 2.3 3.0
Bersudut kasar >3 Acak 2.2 4.5 2.1 4.2 2.0
Bersudut kasar 2 Khusus*3 5.8 7.0 5.3 6.4 2.0
Paralelepipedum 2 Khusus 7.0-20.0 8.5-24.0 - -
5.0 6.0 1.5
2. Tetrapod dan 2 Acak 7.0 8.0 4.5 5.5 2.0
Quadripod 3.5 4.0 3.0
8.3 9.0 1.5
3. Tribar 2 Acak 9.0 10.0 7.8 8.5 2.0
6.0 6.5 3.0
8.0 16.0 2.0
4. Dolos 2 Acak 15.8 31.8
7.0 14.0 2.0

5. Kubus 2 Acak 6.5 7.5 - 5.0


Dimodifikasi
6. Hexapod 2 Acak 8.0 9.5 5.0 7.0 *2
7. Tribar 1 Seragam 12.0 15.0 7.5 9.5 *2
8. Batu pecah - Acak 2.2 2.5 - - *2
(KRR) (Graded
Angular)

Catatan :

n = Jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung

*1 = Penggunaan n=1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah

*2 = Sampai ada ketentuan lebih lanjut dari tentang nilai KD, penggunaan

KD dibatasi pada kemiringan 1 : 1,5 sampai 1 : 3

*3 = Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan

bangunan

15
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Tabel 4.2 Koefisien Lapis


Koef. Lapis Porositas
No Batu pelindung n penempatan
(KD) P (%)
1. Batu Alam (halus) 2 Random (Acak) 1.02 38
2. Batu Alam (kasar) 2 Random (Acak) 1.15 37
3. Batu Alam (kasar) >3 Random (Acak) 1.10 40
4. Kubus 2 Random (Acak) 1.10 47
5. Tetrapod 2 Random (Acak) 1.04 50
6. Quadripod 2 Random (Acak) 0.95 49
7. Hexapod 2 Random (Acak) 1.15 47
8. Tribar 2 Random (Acak) 1.02 54
9. Dolos 2 Random (Acak) 1.00 63
10. Tribar 1 Seragam 1.13 47
11. Batu Alam Random (Acak) 37

3. Elevasi Struktur

Elevasi bangunan dan tanah disekitar pantai hasil pengukuran berdasarkan


referensi elevasi pada Bench Mark (BM) hasil survey yang telah dilakukan.
Acuan untuk elevasi struktur bangunan yang direncanakan diambil acuan
berdasarkan muka air surut terendah (LWS). Elevasi puncak struktur akan
diperhitungkan terhadap elevasi muka air tertinggi (HWS) ditambah run up,
wave set up dan tingi kebebasan. Sedangkan elevasi dasar struktur bagian
bawah akan diperhitungkan kondisi elevasi dasar tanah keras di lokasi
penempatan bangunan.

4. Stabilitas Struktur Bangunan Selain Konstruksi Rubble-Mound

Struktur bangunan selain konstruksi Rubble-mound perlu dilakukan perhitungan


terhadap stabilitas bangunan dan daya dukung tanah sehingga mampu memikul
gaya luar, seperti gelombang maupun gaya-gaya luar lainnya seperti adanya
tekanan tanah.

16
Perhitungan Berat Batu Untuk Jenis Batu Alam, Kubus Beton dan Tetrapod

Perhitungan Runup

LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-17
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai

Buis Beton diisi Beton Siklop

Elevasi Rencana + 3.00 m


HHWL +2.14 m
Batu Kosong 60 - 70 cm (340 kg - 350 kg)
Geotextile
LLWL + 0.00 m

Urugan Yang Dipadatkan

Elev Dasar Laut -7.00 m LLWL

Di isi Beton Siklop 1.00

1.00 0.80 0.50

1.00

18

Anda mungkin juga menyukai