4.1.1 Umum
3. Sumber material (borrow area) yang tersedia: jumlah, kualitas, dan jarak
sumber material ke lokasi proyek.
1. Layout dari bangunan. Orientasi dari bangunan terhadap gelombang dan area
yang akan diproteksi sangatlah menentukan keberhasilan fungsi dari bangunan
pantai, dan sejauh mana sistem ini akan berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar.Pengaruh bangunan terhadap topografi sekitar. Profil alami daerah
pantai merupakan keseimbangan alami dari aksi gelombang laut, suplai
sedimen, dan bentuk topografi pantai (berupa proses berulang yang temporer,
dan proses permanen jangka panjang). Pembangunan bangunan pantai akan
merubah keseimbangan tersebut, yang bisa berpengaruh kepada daerah yang
diproteksi bangunan pantai dan daerah sekitarnya. Sebagai contoh,
pembangunan bangunan pantai yang sejajar dengan garis pantai dapat
menyebabkan terbentuknya tombolo pada garis pantai, berupa daerah yang
maju dan daerah yang tererosi. Pembangunan bangunan pantai yang melintang
dari garis pantai dapat menyetop transpor sedimen arah garis pantai, sehingga
daerah yang semestinya mendapat suplai sedimen akan tererosi secara parah,
dan terjadi endapan sedimentasi yang terkonsentrasi pada suatu area.
LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-1
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Level pasang surut. Keadaan pasang surut termasuk menentukan tinggi dari
BW, pola sirkulasi air pada daerah sekitar bangunan pantai dll.
Kedalaman air menentukan jenis bangunan pantai yang efektif untuk dibangun,
selain itu kondisi geoteknis akan menentukan daya dukung tanah terhadap
bangunan pantai yang pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan bangunan
pantai. Pemilihan jenis struktur bangunan pantai dapat dilakukan setelah
mempelajari karakteristik dari jenis-jenis bangunan pantai dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
2. Kondisi lingkungan
3. Kondisi pelayanan
4. Kondisi/kesiapan konstruksi
5. Aspek Ekonomi
6. Waktu konstruksi
9. Pemeliharaan
Secara umum proses desain penampang bangunan pantai adalah sebagai berikut:
2
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Stabilitas pondasi
Foot Protection
Kondisi gelombang di lokasi bangunan pada setiap saat tergantung pada elevasi
muka air, yang selalu berubah karena pasang surut. Bangunan bisa mengalami
serangan gelombang dengan bentuk yang berbeda karena adanya perubahan
elevasi muka air, yaitu apakah gelombang tidak pecah, pecah, atau telah pecah.
Oleh karena itu perlu ditentukan kondisi gelombang di lokasi bangunan untuk
berbagai elevasi muka air. Hal ini mengingat bahwa gaya gelombang yang
ditimbulkan oleh gelombang tidak pecah, pecah dan telah pecah adalah berbeda.
Apabila bangunan berada pada kedalaman yang cukup besar, yaitu lebih besar dari
1,5 kali tinggi gelombang maksimum yang terjadi, maka gelombang di lokasi
tersebut tidak pecah. Kondisi tersebut diperhitungkan untuk berbagai elevasi muka
air. Kondisi gelombang di lokasi tersebut dapat dihitung berdasar gelombang
rencana di laut dalam dengan menggunakan analisis refraksi dan pendangkalan
gelombang.
Mengingat gelombang di suatu lokasi terdiri dari berbagai macam tinggi, periode
dan arah gelombang, maka karakteristik gelombang di lokasi bangunan adalah
gelombang terbesar yang diperoleh dari berbagai karakteristik gelombang tersebut.
3
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk
dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu
kedalaman tertentu. Proses gelombang pecah, yaitu sejak gelombang mulai tidak
stabil sampai pecah sepenuhnya terbentang pada suatu jarak xp. Galvin (1969,
dalam CERC, 1984) memberikan hubungan antara jarak yang dilempuh selama
proses gelombang pecah (xp) dan tinggi gelombang saat mulai pecah Hb, yang
tergantung pada kemiringan dasar pantai..
4
Gambar 4.2 Hubungan antara ds dan dengan H/gt2
LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-5
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
6
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
7
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
8
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
9
4.1.4 Gelombang Pecah Rencana
Tinggi gelombang pecah rencana Hb tergantung pada kedalaman air pada suatu
jarak di depan kaki bangunan di mana gelombang pertama kali mulai pecah.
Kedalaman tersebut berubah dengan pasang surut. Tinggi gelombang pecah
rencana mempunyai bentuk berikut:
ds
Hb
m b
dengan
db
Hb
Xp
p
Hb
Nilai yang digunakan dalam Persamaan diatas tidak dapat langsung digunakan
sebelum nilai Hb diperoleh. Untuk menghitung nilai Hb telah disediakan pada
Gambar 4.11. Apabila kedalaman rencana maksimum pada bangunan dan periode
gelombang datang diketahui, maka dapat dihitung tinggi gelombang pecah
rencana.
LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-10
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
tan
Ir
( H / Lo )0,5
Dengan:
Ir : Bilangan Irribaren
11
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Grafik tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung Run Down (Rd) yaitu
turunnya permukaan air karena gelombang pada sisi pemecah gelombang.
Kurva pada Gambar 4.15 tersebut mempunyai bentuk tak berdimensi untuk runup
relatif Ru/H atau Rd/H sebagai fungsi dari bilangan Irribaren, di mana Ru dan Rd
adalah runup dan rundown yang dihitung dari muka air laut rerata.
12
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
3
Wr .H d
W
K D Sr 1 cot
3
dimana :
Persamaaan di atas memberikan berat butir batu pelindung yang sangat besar.
Untuk mendapatkan batu yang sangat besar tersebut adalah sulit dan mahal.
Guna memperkecil harga pembangunan maka bangunan pantai dibuat dalam
beberapa lapis. Lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran seperti persamaan
di atas sedangkan pada lapisan di bawahnya diletakkan ukuran batu yang
semakin kecil.
Bangunan pengaman pantai biasanya dibedakan dalam dua bagian, yaitu kepala
dan lengan bangunan. Kepala bangunan mempunyai panjang sekitar 15 m
sampai 45 m dari ujung bangunan. Panjang tersebut tergantung pada panjang
bangunan dan elevasi puncak ujung bangunan. Pada bagian kepala bangunan
membeukan berat butir batu pelindung yang lebih besar daripada lengan
bangunan. Hal ini mengingat bahwa kepala bangunan menerima serangan
gelombang dari berbagai arah sehingga pada tabel di atas, nilai KD untuk
bagian kepala bangunan lebih kecil daripada nilai di lengan bangunan.
13
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Lebar puncak juga tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi
limpasan yang diijinkan, lebar puncak minimum adalah sama dengan lebar dari
tiga butir batu pelindung yang disusun berdampingan (n=3). Untuk bangunan
tanpa terjadi limpasan, lebar puncak bangunan bisa lebih kecil. Selain batasan
tersebut, lebar puncak harus cukup lebar untuk keperluan operasi peralatan
pada waktu pelaksanaan dan perawatan.
Lebar puncak bangunan pengaman pantai dapat dihitung dengan rumus berikut
ini :
W
B = n.K
Wr
dimana :
B = lebar puncak
Tebal lapis pelindung dan jumlah butir batu tiap satu luasan diberikan oleh
rumus berikut ini :
1
W 3
t = n.K
Wr
2
P Wr 3
N = A.n.K 1
100 W
dimana :
k = Koefisien
A = Luas permukaan
14
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
Catatan :
*2 = Sampai ada ketentuan lebih lanjut dari tentang nilai KD, penggunaan
bangunan
15
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
3. Elevasi Struktur
16
Perhitungan Berat Batu Untuk Jenis Batu Alam, Kubus Beton dan Tetrapod
Perhitungan Runup
LAPORAN DRAFT FINAL Kajian dan Desain Bangunan Pengaman Pantai 4-17
BAB 4 Perencanaan Bangunan Pantai
1.00
18