0
ANGGOTA
KELOMPOK 3
NAMA NIM
Penataan ruang adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang
pengembangan kota dan wilayah yang mencakup tiga proses utama yang saling terkait, yaitu
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga
kegiatan tersebut berjalan sebagai suatu siklus kontinu dalam suatu m anajemen penataan
ruang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya. Dalam
upaya mengarahkan pembangunan yang terarah oleh karenanya disusunlah dokumen RTBL,
selain sebagai pemenuhan aspek legal formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan
ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen
panduan/pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan
lingkungan yang berkelanjutan meliputi: pemenuhan persyaratan tata bangunan dan
lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan
ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi
lingkungan. Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya
pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah
tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas
bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu
lingkungan/ kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan,
menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki
dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.
Kawasan Wonorejo adalah salah satu koridor pada Kabupaten Lumajang yang masuk
dalam kawasan ekonomi strategis. Visi dari pengembangan kawasan ini adalah “Terwujudnya
aksesibilitas yang berkelanjutan dan mendukung kegiatan di Kawasan Wonorejo Terpadu
(KWT)”. Sedangkan misi yang diusung adalah mengembangkan jaringan jalan sesuai fungsi
jalan, mengatur intensitas bangunan, mengembangkan jalur pejalan kaki yang ramah
lingkungan, mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau, mengembangkan
identitas koridor jalan sebagai salah satu landmark kota, mengembangkan pusat ekonomi
argopolitan, dan mengembangkan sarana pelengkap jalan secara tepat sasaran.
1.2 TUJUAN
Penyusunan RTBL pada dasarnya bertitik tolak atau mengacu kepada peraturan
perundangan maupun kebijakan yang berlaku hingga saat ini. Peraturan dan perundangan
maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
Adapun ruang lingkup wilayah penelitian ini berada di Kawasan Wonorejo dimana
kawasan ini merupakan kawasan dengan penggunaan lahan yang ada di kawasan
perencanaan yaitu permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, perindustrian, dan
pariwisata. Kawasan Wonorejo ini berada di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Kedungjajang,
Kabupaten Lumajang. Kawasan perencanaan RTBL memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut.
Untuk mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan buku laporan pendahuluan dari
penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang ini secara sistematika pembahasannya adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran perencanaan
mengenai lokasi dalam penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang.
Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka terkait penyusunan dokumen
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan juga tinjauan kebijakan yang mendukung
rencana kegiatan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, dimana kebijakan tersebut meliputi RTRW
Provinsi Jawa Timur, RTRW Kabupaten Lumajang dan RDTR Kabupaten Lumajang. Kemudian
dirumuskannya teori perencanaan yang mendukung tinjauan kebijakan.
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum kawasan perencanaan yang
meliputi delineasi kawasan perencanaan, fungsi dan kedudukan kawasan dalam lingkup makro,
isu perkembangan, kondisi fisik dan non fisik dari wilayah studi.
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pendekatan dan metodologi yang digunakan
di dalam keseluruhan penyusunan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031, Perencanaan Kabupaten Lumajang adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas SDM yang agamis, cerdas, kreatif, inovatif, dan bermoral
melalui peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, pembinaan keagamaan
serta pemerataan pembangunan dan fasilitas umum masyarakat ;
b. Meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat berbasis
pertanian, pemberdayaan UMKM dan jasa pariwisata serta usaha pendukungnya
c. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang professional, aspiratif, partisipatif dan
transparan serta mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
a. Rencana peningkatan ruas jalan nasional kolektor primer 2 yang berada di jalan
Sukarno-Hatta, ruas Wonorejo-Jatiroto, ruas Grobogan-Wonorejo (Kedungjajang)
b. Rencana peningkatan ruas jalan Provinsi kolektor primer 3 yang berada di ruas
Grobogan (Kedungjajang)-Jatiroto, jalur lingkar timur yang berupa peningkatan
prasaran jalan melalui ruas Lumajang-Sukodono-Kedungjajang, jalur lingkar
barat berupa pengembangan jaringan jalan melalui ruas Sukodono-Kedungjajang
c. Jalan strategis kabupaten
d. Penyesuaian dan peningkatan kualitas jalan
e. Peningkatan jalan untuk menuju ke ibu kota kecamatan, peningkatan jalan antar
kecamatan, peningkatan jalan strategis, meliputi jalan pendukung industri,
pendukung pertanian, pendukung wisata dan jalan ke daerah yang kurag
berkembang seperti dikawasan Utara
Rencana reaktivasi jalur rel kerata api mati yang meliputi jalur Klakah-Kedungjajang-
Lumajang-Tempeh-Pasirian. Selain itu juga ada rencana pengembangan jaringan transmisi
tenaga listrik yang diarahkan mengikuti jaringan utama yang telah ada, dan pengembangan di
kawasan baru, pemanfaatan sumber daya alam yang ada melalui pengembangan energi baru
dan terbarukan.
Dalam arah kebijakan yang ada di RPJMD Lumajang untuk meningkatkan kelancaran
angkutan orang, barang dan jasa serta keselamatan lalu lintas jalan dengan meningkatkan
pelayanan transportasi darah yang nyaman dan aman, lancar dan terjangkau. Strategi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut rencana strategis lima tahunan yang disebut dengan Rencana Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA - SKPD ) Kecamatan Kedungjajang, Kecamatan
Kedungjajang memiliki visi yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kedungjajang Yang Mandiri
Sejahtera Dan Bermartabat“ dan dengan misi meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
peningkatan pengelolaan pemerintahan desa yang baik dan meningkatkan kemandirian
masyarakat melalui peningkatan keberdayaan masyarakat.
Kajian yang digunakan dalam merancang RTBL Kawasan Wonorejo adalah sebagai
berikut :
Dalam mengembangkan kawasan suatu perkotaan, terdapat suatu konsep yang disebut
sebagai urban catalyst atau katalisator perkotaan. Konsep ini membawa pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan kota secara lebih luas dan telah dilakukan di banyak negara
maju. “Urban Catalyst” juga mampu menjadi penggerak perekonomian suatu kawasan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal.
Pengertian catalyst didapat melalui ilmu kimia yang artinya katalisator (katalis). Katalis
merupakan elemen yang mempercepat proses suatu reaksi, tapi ia sendiri tidak bereaksi.
Dalam proses reaksi kimia, katalis tetap pada akhir reaksi dan tidak hilang. Katalis bukanlah
merupakan satu tujuan akhir, tetapi merupakan elemen yang mendorong dan mengarahkan
a. Suatu konsep pembentukan fisik kota dari bangunan atau elemen yang lebih kecil
hingga suatu peremajaan lingkungan yang merupakan katalisator bagi terbentuknya
proses peningkatan atau pengembangan kualitas ruang kota.
b. Kawasan yang bisa memacu pertumbuhan perkotaan dan membuat penduduknya
nyaman yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai.
Roger Trancik dalam bukunya Finding The Lost Space 1943 mendefinisikan Urban
Catalyst adalah memasukkan fungsi atau kualitas ruang di lokasi-lokasi tertentu yang secara
signifikan diharapkan dapat mempertinggi kualitas ruang dan sosialnya serta mempunyai
implikasi yang lebih meluas ke daerah sekitarnya. Tujuan dari urban catalyst ini adalah
merevitalisasi elemen-elemen kota dimana setiap areanya memiliki keunikan tersendiri yang
dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk menjadi katalis atau pendorong perkembangan
kota. Pembangunannya dapat dipastikan memiliki kemampuan sebagai generator untuk
membawa beragam bentuk perkembangan yang positif pada area dimana hal tersebut
ditempatkan.
Urban Catalyst bertujuan meregenerasi secara terus menerus secara incremental dari
struktur kota, dengan kata lain, catalyst yang memandu pembangunan selanjutnya. Setiap area
memiliki keunikan tersendiri yang menjadi generator perkembangan yang positif. Konsep Urban
Catalyst. Catalyst sendiri memiliki beberapa konsep yaitu :
Prinsip Urban Catalyst yang dimuat dalam American Urban Architecture, UC Press E-
Books Collection, 1982-2004, University of California Press antara lain :
a. Elemen baru yang dapat berupa sosial, hukum, politik, atau arsitektural yang
menyebabkan reaksi dan merubah unsur yang ada.
b. Elemen tidak melenyapkan bentuk kota yang lama. Namun, menyesuaikan bentuk
kota yang sudah ada sebelumnya, dan merubahnya menjadi lebih positif.
c. Dampak catalyst tidak boleh merusak konteks yang sudah ada sebelumnya.
Agropolitan berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian)
yang memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan
masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan
kawasan agropolitan. Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kota kecil atau kota
kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan atau wilayah sekitarnya
melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor
pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian (on farm dan off
farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.
Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Friedmann & Douglass 1976; Friedmann 1996; Soenarno 2003; Ferrario 2009):
3.1.2 KLIMATOLOGI
Sept
Des
Peb
Mei
Jan
Nov
Apr
Mar
Okt
Jul
Ags
Jun
Sumber : Kecamatan Kedungjajang Dalam Angka, 2016
3.1.3 TOPOGRAFI
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui potensi dan
kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi erat kaitannya dengan
ketinggian dan kemiringan lereng lahan. Keadaan topografi Kabupaten Lumajang dengan
kemiringan : 0-15% (65% luas wilayah) merupakan daerah yang baik untuk pertanian tanaman
semusim, 15-25% (6% luas wilayah) merupakan daerah yang lebih baik untuk pertanian
tanaman perkebunan, 25-40% (11% luas wilayah) merupakan daerah yang baik untuk pertanian
tanaman perkebunan dan kehutanan dengan menggunankan prinsip konversasi, 40% keatas
(18% luas wilayah) merupakan daerah yang multak harus dihutankan sebagai perlindung
sumberdaya alam. Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 m dengan
daerah yang terluas adalah pada ketinggian 100-500 m dari permukaan laut 63.405,50 Ha
(35,40 %) dan yang tersempit adalah pada ketinggian 0-25 m dpl yaitu 19.722,45 Ha atau 11,01
% dari luas keseluruhan Kabupaten.
Keadaan hidrologi dan pengairan merupakan keadaan yang menggambarkan fisik tanah
yang berhungungan dengan adanya genangan air, saluran irigasi, sungai dan danau. Dengan
mengetahui keadaan tersebut akan dapat diketahui pemanfaatan tanah dan bagaimana cara
pemanfaatnnya, yakni pada daerah yang banyak terdapat aliran sungai, penduduknya banyak
memanfaatkan sungai sebagai sarana kehidupan rumah tangga sehari-hari. Pada daerah yang
banyak terdapat saluran irigasi berarti daerah tersebut telah memanfaatkan tanahnya untuk
budidaya pertanian lahan basah. Pada daerah yang banyak terdapat alur sungai berarti daerah
tersebut telah memanfaatkan air tersebut sebagai bahan baku air bersih. Pemantauan yang
dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo-Mayang di
Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar antara 1 sampai dengan
27 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata intensitas curah hujan pada tahun 2011 berkisar
antara 0 – 733 mm3.
3.1.5 VEGETASI
Vegetasi di Kecamatan kedungjajang saat ini cukup baik. Produk pertanian yang banyak
ditanam pada kecamatan kedungjajang adalah tebu dan pohon sengon. Seluas 939 Ha
digunakan sebagai Tanah sawah, 2.934 Ha diperuntukkan tanah kering dan sisanya 5.113 Ha
sebagai tanah lainnya.
3.1.6 KEPENDUDUKAN
Selama periode tahun 2013 – 2015 jumlah penduduk kecamatan Kedungjajang memiliki
trend befluktuasi. Tahun 2014 jumlah penduduk mengalami kenaikan menjadi sebesar 46.147
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,10 persen. Akan teatapi pada taun 2015 dengan laju
pertumbuhan 2,82 persen menjadi 44.847 jiwa. Dengan luas wilayah 92,33 Km², maka setiap
Km² ditempati oleh 486 orang dengan rata – rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Pada tahun 2015 ini jumlah penduduk dengan jnis kelamin perempuan 4,99 persen lebih
banyak dari jumlah penduduk berjenis kelamin laki – laki. Dari angka sex ratio, yaitu sbesar
95,01, dapat disimpulkan bahwa 100 jiwa penduduk perempuan terdapat sekitar 95 jiwa
penduduk laki – laki. Diantara 12 desa di kecamatan Kedungjajang, desa wonorejo adalah desa
dengan kepadata penduduk terbesar yaitu setiap km² dihuni oleh 1.065 jiwa pnduduk. Hal ini
dikarenakan desa wonorejo hanya memiliki wilayah seluas 7,04 km². sedangkan untuk desa
kedungjajang, yaitu desa yang bisa dikatakan sbagai pusat perekonomin, memiliki kepadatan
penduduk 809 jiwa/Km².
Pandansari - - - 1 - 1 1 -
Krasak - - 1 1 - 2 1 -
Kedungjajang - - - 1 - 1 1 -
Wonorejo - - 1 1 - 3 1 2
Umbul - - - 1 - 2 1 -
Curahpetung - 1 - 1 - 2 1 1
Grobongan - - - 1 - 3 1 -
Bence - - - 1 - 1 1 -
Jatisari - - - 1 - 1 1 -
Tempursari - - - 1 - 1 1 -
Bandaran - - - 1 - 1 1 -
Sawaran Kulon - - - 1 - 1 1 -
Keca- 2015 - 1 2 12 - 19 12 3
matan
2014 - 1 2 12 - 19 12 3
2013 - 1 2 12 - 19 12 3
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah fasilitas kesehatan yang ada di
kecamatan Kedungjajang memiliki 1 puskesmas, 2 pustu, 12 poskesdes, 19 posyandu, dan 3
tempat praktik dokter. Sehingga dapat disimpulkan fasilitas kesehatan dalam wilayah deliniasi
tercukupi. Karena darisetiap daerah memiliki tenaga medis.
Pandansari 2 6 - - -
Krasak 6 34 - - -
Kedungjajang 3 16 - - -
Wonorejo 11 10 - - -
Umbul 6 8 - - -
Curahpetung 6 39 - - -
Grobongan 6 25 1 - -
Bence 2 5 - - -
Jatisari 4 25 - - -
Tempursari 7 34 - - -
Bandaran 3 6 - - -
Sawaran Kulon 5 15 - - -
2015 61 223 1 - -
Kecamatan
2014 61 223 1 - -
2013 61 223 1 - -
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan
dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar
harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, serta
sikap secara optimal.
Pandansari 1 - - - 1 -
Krasak 1 - - - 1 -
Kedungjajang 1 - 1 - 1 -
Wonorejo 1 - - - 1 -
Umbul 1 - - - 1 -
Curahpetung 1 - - - 1 -
Grobongan 1 - - - 1 -
Bence 1 - - - 1 -
Jatisari 1 - - - 1 -
Tempursari 1 - - - 1 -
Bandaran 1 - - - 1 -
Kecamatan 2015 21 - 1 - - 1
2014 26 - 1 - - 1
2013 26 - 1 - - 1
Berdasarkan data dari tabel pendidikan kecamatan dalam angka sebagian besar
fasilitas pendidikan berupa Sekolah Dasar Negeri dan SLTA Negeri sementara untuk SLTP
hanya ada pada satu kelurahan yakni pada kelurahan kedungjajang. Sehingga dapat
disimpulkan fasilitas pendidikan yang ada pada kecamatan kedungjajang kurang terpenuhi.
3.1.8 UTILITAS
Kebutuhan jaringan utilitas dalam menunjang kegiatan di wilayah baik kabupaten
maupun perkotaan sangatlah penting. Kecamatan Kedungjajang memiliki beberapa jaringan
utilitas berupa jaringan air bersih, listrik, telepon, persampahan, dan pembuangan air limbah
(pematusan). Jaringan utilitas ini melayani kebutuhan domestik (rumah tangga), fasilitas
umum, dan pedagangan jasa. Berikut merupakan jaringan utilitas yang terdapat di
Kecamatan Kedungjajang.
3.1.8.4 PERSAMPAHAN
Sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/ pengolahan sampah rumah
tangga, lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum lainya yang terintegrasi
dengan system jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.
Terdapat pembagian pengelolaan sistem persampahan di wilayah perencanaan, dimana
pengumpulan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya sampai Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dikelola oleh masyarakat, sedangkan pengangkutan dari TPS menuju Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan
Kabupaten Lumajang.
Sistem drainase permukiman jalan juga sangat penting diperhatikan, sebab sebagian
besar jalan yang ada di kawasan rencana pada saat hujan tergenang air. Selanjutnya untuk
sistem drainase permukaan jalan harus memenuhi syarat tentang kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan, selokan samping, gorong – gorong dan saluran penangkap. Untuk
semua jaringan utilitas di kawasan perencanaan diarahkan menerapkan ground sistem dimana
semua jaringan berada di bawah trotor di dalam saluran.
3.1.9 POTENSI
1. Potensi Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu:
a. Infrastruktur Transportasi darat sebagai transportasi utama di Kabupaten
Lumajang, yaitu tersedianya Terminal tipe B Minak Koncar. Transportasi
darat ini sangat berperan dalam menghubungkan Kabupaten Lumajang
dengan daerah-daerah lain.
3.1.7 MASALAH
Masalah jaringan pipa air bersih yang umumnya muncul pada lingkup urban design
adalah penggalian tanah dan pengurugannya kembali pada saat dilakukan perbaikan atau
perawatan pipa. Kondisi ini berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas, karena posisi pipa
terletak di bagian tepi jalan.
Ditinjau dari sistem jaringannya, tidak ada masalah karena seluruh koridor perencanaan
telah mendapat pelayanan listrik. Masalah yang muncul adalah penggunaan penghantar udara
(rentangan kabel yang tidak rapih dan tiang listrik yang miring) yang mengganggu keindahan
dan kerapihan kota.
Untuk jaringan telepon tidak ada masalah yang berarti pelayanan jaringan telepon sudah
menjangkau diseluruh koridor perencanaan.
Saluran drainase yang digabung dengan pembuangan limbah cair rumah tangga
berpotensi menimbulkan endapan karena bercampur dengan lemak, detergen, sampah hasil
cucian, dan bahan lainnya, yang menyebabkan tersumbatnya saluran dan membutuhkan
pemeliharaan yang intensif. Saluran yang tertutup plat permanen mempersulit upaya
pemeliharaannya. Apalagi jika tidak dilengkapi dengan lubang pemeliharaan (hole). Pada
wilayah perencanaan, sering terjadi banjir dikarena elevasi rumah di bawah jalan lebih rendah
dan dekat dengan sungai.
Ditinjau dari ketersediaan pewadahannya, tidak ada masalah dengan tempat sampah
rumah tangga atau perorangan karena semua kaveling bangunan di sepanjang koridor
perencanaan telah menyediakan tempat sampah di tempatnya masing-masing.
Ditinjau dari penempatannya, tempat sampah perorangan pada kaveling kecil yang
ditempatkan di depan masing-masing bangunan berpotensi menimbulkan gangguan visual
karena terletak di jalan utama
a. Sesuai dengan ketentuan perangkat perencanaan tata ruang, baik dalam bentuk
RTRW, RDTR dan RENSTRA
b. Mengukuti aturan dan dasar penyusunan yang sudah ditetapkan dalam
peraturan dan perundang-undangan.
RTBL Kawasan Wonorejo merupakan suatu proses yang saling berhubungan dan
membentuk suatu elemen perencanaan dari taha awal hingga tahap akhir yang berbentuk
konsep rencana. Rangkaian sistem dalam elemen tersebut disusun secara struktural dan
sistematis hingga membentuk suatu dokumen yang rapi dan sistematis dengan kerangka kerja
dan pola piker yang terarah. Selanjutnya akan tampak kedudukan, fungsi, peranan, dan
keterkaitan antar elemen dalam seluruh rangkaian proses kerja.Berikut mekanisme
perencanaan proses kerja dalam penyusunan RTBL Kawasan Wonorejo
a. Input : tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa.
b. Proses : tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang teah didapat.
Dalam tahap ini, peru diidentifikasi potensi dan masalah sebagai pertimbangan
dalam perumusan rencana.
c. Output : tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai
dengan tujuan kawasan
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini
menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa perencanaan
program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah
Provinsi maupun daerah, serta yang kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini
memberikan penekanan bahwa RTBL Kawasan Wonorejo mengakomodasi aspirasi masyarakat
sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaannya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi dan
seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala ancaman atau
tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada
kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun
juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal
mungkin dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan antara lain:
a. Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke
depan (jangka panjang).
b. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
c. Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
d. Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
e. Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA dengan
keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
f. Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat
pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan budidaya.
C. Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang
menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah
perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap
kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis akan
dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan wilayah perencanaan. Tahapan
selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang ada. Setelah
tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi
pemanfaatan ruang.
E. Pendekatan Supply/Demand
a. Tersepakatinya metode, rencana kerja, jadwal pengerjaan, personil (tim ahli), alat
dan bahan
b. Tersusunnya rencana pelaksanaan survey dengan instrumen pendataan berupa
form survey, peta dan kuisioner
c. Terpahaminya gambaran awal daerah maupun kebijakan pengembangan kawasan
permasalahan, isu strategis dan kebutuhan
d. Tersedianya peta dasar deliniasi kawasan perencanaan untuk survey
e. Pembuatan Laporan Pendahuluan
Secara garis besar ada tahap ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu mobilisasi tim,
penyepakatan juga pemantaban metodologi dan rencana kerja, kajian kebijakan, identifikasi
dan deliniasi kawasan perencanaan, identifikasi isu dan permasalahan lokal kawasan, serta
inventarisasi kebutuhan data dan desain survey.
Tahap ini merupakan tahap survey lapangan, yang dilanjutkan dengan kegiatan analisis
kawasan dan wilayah perencanaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah
sebagai berikut :
Pada kegiatan ini akan dilakukan diskusi dan koordinasi mengenai rencana dan jadwal
pelaksanaan survey lapangan, bersama dengan Tim Teknis Pekerjaan.
b. Survey Lapangan
a. Analisis Data,
Dimana melalui informasi ini dapat ditarik kesimpulan mengenai potensi dan
permasalahan tata ruang apa yang dihadapi oleh daerah tersebut dan kebijakan dan strategi
serta program pembinaan penataan ruang seperti apa yang sebaiknya diberikan.
Tahap ini merupakan tahap perumusan dan konsep Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah sebagai berikut :
Masing-masing tahapan dan kegiatan pada uraian di atas secara rinci dijabarkan pada
tabel-tabel berikut;
2.a. Survey Fisik Data fisik dan lingkungan Kondisi fisik tapak
dan Lingkungan ini dibutuhkan untuk
mengoptimalkan
pemanfaatan ruang sesuai
dengan daya dukung fisik
dan lingkungan.
maupun
kuantitasnya.
2.f. Survey Struktur Data mengenai struktur tata Pola struktur ruang
Ruang ruang dibutuhkan untuk
mengetahui distribusi
penggunaan ruang sesuai
dengan jenis kegiatan dan
hirarki pelayanannya.
Selain itu data tersebut juga
digunakan untuk
menentukan sirkulasi
pergerakan internal dan
pemanfaatan ruang.
Tabel 4.2.3 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap Pengolahan Data dan Analisis
Tabel 4.2.4 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap Rumusan Rencana
serta mengendalikannya.
Administrasi
Pengendalian Kegiatan ini terdiri dari
Program dan penyusunan:
Rencana
Panduan Rancang Bangunan
dan Lingkungan. Merupakan
hasil pokok dari kegiatan
penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan.
Kegiatan ini berisi panduan
bagi keseluruhan aspek
perancangan bangunan dan
lingkungan secara teknis dan
berfungsi sebagai arahan bagi
pelaksanaan perancangan
dan implementasinya di
lapangan.
Administrasi Pengendalian
Program dan Rencana.
Merupakan bagian penting
yang menyertai Panduan
Rancang Bangunan dan
Lingkungan sebagai
perangkat administratif bagi
pelaksanaan dan
pengendalian program dan
rencana secara keseluruhan.
4.i. Perumusan Manajemen Pelaksanaan dan Manajemen
pengelolaan
Manajemen Pengelolaan diperlukan bagi
Pengendalian
Pelaksanaan kalangan pengelola serta rencana
serta Arahan pelaksana kegiatan di lapangan,
Pengendalian baik kegiatan perencanaan dan
dan Rencana pelaksanaan secara
keseluruhan. Hal ini dilakukan
agar kegiatan dapat
berlangsung sesuai dengan
rencana program dan jadual
pelaksanaan program.
keseluruhan.
Isue Strategis
Instrumen
Data Fisik Pendataan
& Non • Form
Fisik Survey
• Peta
Landasan • Kuisioner
Teori
Peran
Masyarakat
Identifikasi
Lokasi
Perencanaan
Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Jenis Survey Metode Alat Dalam Output
diperlukan Analisis Metode
Analisis
Mengidentifikasi Karakteristik Kondisi -Batas -monografi Survey Analisis -pemetaan Karakteristik
karakteristik fisik fisik dasar geografis admistrasi desa desa sekunder deskriptif desa fisik dan non
dan non fisik wonorejo fisik desa
-berasal dari -peta
Desa Wonorejo wonorejo
-profil lembaga atau orientasi
Kecamatan -Luas wilayah kecamatan
kecamatan instansi
Kedungjajang desa Kedungjajang
terkait
Kabupaten -kondisi
Kabupaten
Lumajang lapangan Survey
Lumajang
Primer
-observasi
langsung
Karakter
Fasilitas -jumlah fasilitas -monografi Survey Analisis -transek Karakteristik
Sarana Dan
yang ada desa sekunder deskriptif desa fisik dan non
Prasarana
wonorejo fisik desa
-Jenis fasilitas -berasal dari - peta
yang ada lembaga atau Wonorejo
-profil
Kecamatan
kecamatan instansi
Kedungjajang
terkait
-kondisi
lapangan Kabupaten
Survey
Lumajang
Primer
-observasi
langsung
Struktur organisasi ini sangat dibutuhkan karena dapat membantu dan mempermudah
dalam penyusunan suatu rencana, dalam hal ini Rencana Detail Tata Ruang kawasan
perkotaan kecamatan Lumjang – Wonorejo. Struktur organisasi ini diperlukan terkait adanya
hubungan kerja antara pemberi tugas (dosen mata kuliah) dengan tim pelaksana (mahasiswa)
perencanaan wilayah dan kota UNEJ.
Komposisi personil ini merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa mahasiswa
peserta mata kuliah Proses Perencanaan deprogram studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Jember yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
Berdasarkan unsur – unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli dalam
pengerjaan ini adalah :