Dosen pembimbing
Mirtha Firmansyah S.T, M.T
Disusun oleh:
Salah satu instrumen pengendalian adalah insentif dan disinsentif. Instrumen ini
digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pelaku pembangunan yang
sejalan dengan rencana tata ruang, sedangkan untuk disinsentif merupakan
perangkat yang digunakan untuk membatasi atau mengurangi kegiatan yang tidak
sesuai dengan rancana tata ruang. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
dilakukan oleh pemerintah kepada pemerintah maupun kepada masyarakat.
Pemberian insentif dan disinsentif dilakukan guna menjadi alat atau instrumen
yang dapat digunakan untuk mengendalikan suatu kegiatan yang didorong
perkembangannya maupun dibatasi pengembangannya.
Telihat bahwa beberapa kata kunci untuk Insentif, Disinsentif adalah sebagai
berikut:
1. Insentif
o Kelompok 1: memberikan ransangan, mendorong, dorongan, didorong
o Kelompok 2: imbalan bila sejalan/sesuai
2.4 Jenis
Menurut Hernawan (2010), ada dua model insentif ekonomi yang berkembang
dalam pengendalian pemanfaatan ruang di berbagai belahan dunia dewasa ini
yakni model untuk melakukan pencegahan perubahan penggunaan lahan yakni
menggunakan model Purchase of Development Right (PDR) dan model insentif
yang mendorong pengguna/pemilik lahan mempertahakan penggunaan lahan di
kawasan lindung dengan model Payment for Environmental Services (PES).
a. Model PDR
Model PDR ini adalah model insentif bagi pemilik lahan untuk
mempertahankan penggunaan lahannya baik untuk pertanian, peternakan
maupun hutan rakyat dari konversi penggunaan lahan terbangun baik di
kawasan lindung maupun kawasan budidaya, seperti pembangunan rumah,
dengan cara membeli hak membangunnya (development right). Model ini
cukup efektif mempertahankan lahan pertanian di Amerika Serikat sejak
tahun 1972 dan menjadikannya Negara tersebut menjadi Negara
pengekspor bahan pangan (sereal dan daging) terbesar di dunia. Syarat
utama dapat diterapkan model ini adalah adanya kesadaran public dan
keseriusan pemerintah dalam mencegah perubahan penggunaan lahan,
khusunya lahan pertanian. Bagaimana di Indonesia? Meskipun peraturan
perundang-undangan telah lengkap, namun perubahan lahan pertanian
produktif terjadi sangat massive dan telah terjadi pengusiran (expulsing)
lahan pertanian ke kawasan terbangun, karena rendahnya kesadaran public
dan keseriusan pemerintah.
b. Model PES
Model PES adalah model insentif bagi pemilik lahan maupun operator
lahan public untuk meningkatkan jasa ekosesistem lahannya, khususnya
lahan yang berada di kawasan lindung, dengan cara membeli jasa
ekosistem yang dihasilkannya. Model ini cukup berhasil di Negara
Amerika Latih dalam mempertahankan kawasan konservasi dan kawasan
lindung, diantaranya Negara Costarica. Negara ini meskipun Negara kecil,
tetapi telah mampu mendapatkan devisanya dari mempertahankan
keanekaragaman hayatinya. Seperti halnya dengan model PDR, model
PES menuntut persyaratan kesadaran public yang tinggi dan kemauan
pemerintah setempat dalam memberi konpensasi atau bersedia membayar
kepada pemilik lahan dan operator hutan lindung/konservasi atas jasa
ekosistem yang dihasilkannya, seperti jasa hidrologi.
Menurut Thuronyi (1998), jenis insentif pajak secara umum adalah ; tax
holiday, Investment allowance and tax credit, timing differences, dan reduced tax
rates. Masing-masing tipe dipilih sesuai dengan isu yang dihadapi.
1. Tax holidays
Insentif pajak yang berupa tax holiday merupakan insentif pajak yang
diberikan melalui pembebasan dari pajak penghasilan badan atau corporate
income tax (CIT) dan/atau pengurangan tarif pajak atas CIT. Tax
holiday diberikan dalam periode waktu yang terbatas dan hanya diperbolehkan
bagi perusahaan yang baru didirikan. Jangka waktu efektif dari tax
holiday tergantung dari start awal berlakunya tax holiday. Alternatif titik awal tax
holiday antara lain tanggal perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi,
tanggal perusahaan mulai berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana
perusahaan pertama kali mendapatkan keuntungan, atau tahun dimana perusahaan
pertama kali memperoleh penghasilan kena pajak
The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host
country yang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang
cukup.
Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile dengan
memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax holiday yang baru
jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah habis. Dengan praktek
tersebut, negara host country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut.
Insentif pajak berupa Tax holiday agar efektif harus didukung dengan
ketentuan mengenai tax sparing credityaitu suatu kredit pajak semu yang
disepakati oleh negara asal investor dimana negara asal investor memperbolehkan
investor mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam penghitungan pajak
global di negara asal investor (the country of resident) walaupun dalam
kenyataannya tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara
sumber memberikan insentif pajak (tax holiday). Insentif pajak berupa tax
holiday yang diberikan oleh negara sumber tidak akan efektif jika di negara
asalnya, investor harus membayar pajak atas keseluruhan penghasilan yang
diterima dari seluruh dunia (world wide income). Hal ini pernah terjadi di
Indonesia pada periode pemberlakuan tax holiday pada periode waktu tahun 1967
sampai dengan 1983.
3. Investment allowances and tax credits
Jumlah allowance, yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari investasi
tertentu. Di Indonesia, besarnya allowance adalah 30% dari investasi yang
memenuhi syarat.
KESIMPULAN
Berdasrkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa insentif adalah
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan
yang sejalan dengan rencana tata ruang, sedangkan disinsentif adalah perangkat
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang. Insentif dan disinsentif sangat perlu dalam
kegiatan rencana tata ruang, rencana pembangunan dan rencana kegiatan yang
lainnya.
Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. OP., Cit, Pasal
38 Ayat (3). ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)
http:/www.lampungtimurkab.go.id/mobile/, diakses 17 Oktober 2014. Op., Cit.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. OP., Cit, Pasal
38 Ayat (2). ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)