Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Prasarana.

Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur


dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk
berfungsinya system social dan system ekonomi masyarakat (Grigg,200). Definisi Teknik juga
memberikan spesifikasi apa yang dilakukan siste infrastruktur dan mengatakan bahwa
infrastruktur adalah asset fisik yang dirancang dalam system sehingga memberikan pelayanan
public yang penting. Sebagai salah satu konsep pola piker di bawah ini dilustrasikan diagram
sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjukkan bahwa secara ideal
lingkungan alam merupakan pendukung dari system infrasturktur, dan system ekonomi didukung
oleh system infrastruktur. System social sebagai obyek dan sasaran didukung oleh system
ekonomi.

Peran infrastruktur sebagai mediator antara system ekonomi dan social dalam tatana
kehidupan manusia dengan lingkuangan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang
(bahkan tidak) berfungsi akan memberikan dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya,
infrastruktur yang terlalu berkelebihan untuk kepentingan manusia tanpa memperhitungkan
kapasitas daya dukung lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan
manusia termasuk makluk hidup yang lain. Berfungsi sebagai suatu system pendukung system
social dan system ekonomi, maka infrastruktur perlu di pahami dan dimengerti secara jelas
terutama bagi penentu kebijakan. Secara lebih spesifik gambaran tetang peran infrastruktur
dapat di tampilkan dalam bentuk seperti berikut ini.

Seperti yang telah di sebutkan bahwa system infrastruktur menjadi pendukung utama
dalam system social dan system ekonomi oleh karna itu setiap perancangan masing-masing
system infrastruktur maupun keseluruhannya harus dilakukan dalam konteks keterpaduan dan
menyeluruh.

Secara lebih spesifik oleh American Public Work Association (Stone,1974) infrastruktur
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen
public untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan
limbaah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasiliasi tujuan-tujuan ekonomi
dan social.

Dari definisi tersebut infrastruktur dapat dibagi dalam 13 kategori (Grigg,1988) yang
meliputi :

1. System penyediaa air : waduk penampunan air, transmisi dan distribusi, fasilitas
pengolahan air (treatment plant)
2. System pengelolaan air limbah: pengumpulan, pengolahan , pembuangan, daur ulang.
3. Fasilitas pengelolaan limbah (padat)
4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi
5. Fasilitas lintas air dan navigasi
6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya adalah tanda-tanda
lalu lintas, fasilitas pengontrol.
7. System transit public
8. System kelistrikan: produksi dan distribusi
9. Fasilitas gas alam
10. Gedung pubik : sekolah, rumah sakit
11. Fasilitas perumahan public
12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion
13. Komunitas .

Sebagai infrastruktur yang terjadi menjadi bermacam-macam sub-sistem itu mengakibatkan


system infrastruktur menjadi begitu kompleks. Tahapan mulai dari sturdy, perencanaan,
pembangunan dan pemanfaatan sekaligus yang terpadu dan menyeluruh. System infrastruktur
juga merupakan proses dengan keterlibatan berbagai aspek, interdisiplin dan multi – sectoral.
Salah satu tantangan utama dalam perancangan system infrastruktur adalah mempertimbangkan
bagaimana semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama alain dan dampak-
dampaknya (Grigg,1988) dalam satu keseimbangan yang harmoni. Bilamana perancangan terlalu
global maka ini tidak efektip, di sisi lain bila terlalu spesifik dan hanya tertuju satu sub-sistem
dengan misi single-purpose, hal ini juga tidak bisa sukses karena perancangannya bisa
menimbulkan dampak negative kepada sub-sistem yang lain, bahkan dimungkinkang menjadi
korban dari kekuatan politik oposisi (Grigg,1988). Yang (mungkin) paling benar adalah
perancangan yang pendekatan masalahnya pada tingkat yang tepat (appropriate level) dari
perhatian global dengan pertimbangan matang pada dampak – dampak dan efek-efek eksternal,
namun masih berkonsentrasi secara spesifik pada persoalan utama yang dimaksud. Artinya
adakanya kita harus berpikir makro (garis-garis besar)sekaligus mikro (detail) ataupun
sebaliknya. Untuk mencapai hal tersebut perlu keterpaduan tersistem, komitmen yang konsisten
dari semua stakeholders, multi sector dan terintegrasi. Satu ungkapan (chorus) yang sering
didengar oleh para perancang adalah salah satu ungkapan dari menajer-menajer pelaksana yang
mengatakan “enough of this studying, let’s get some action”.

MAKSUD DAN TUJUAN

Perencanaan dibutuhkan karena kebutuhan pembangunan lebih besar dari sumber-sumber yang tersedia
(Friedmann, 1987). Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan
efektif dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan
mengembangkan potensi yang ada. Friedmann (1987) menyatakan bahwa perencanaan merupakan
kegiatan yang sistematis untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dalam rangka
meminimalkan konflik.

Sama halnya dengan Friedman, Dusseldorp (1980) menyatakan bahwa secara harfiah perencanaan dapat
diartikan sebagai proses kegiatan sebelum tindakan sesungguhnya dilakukan. Perencanaan tersebut dapat
berupa satu kegiatan atau bagian dari satu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Dalam
lingkup pengertian yang umum, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada guna
mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif (Sujarto, 1985). Tjokroamidjojo (1996) menyebutkan
beberapa pengertian perencanaan, antara lain:

1. Perencanaan merupakan proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang


akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

2. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan


sumber-sumber yang ada supaya lebih efektif dan efisien.
3. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber
pembangunan yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih
baik secara lebih efisien dan efektif.

Sujarto (1990) menyebutkan terdapat unsur-unsur pokok yang terkandung dalam perencanaan, yaitu:

1. Unsur keinginan atau cita-cita;

2. Unsur tujuan dan motivasi;

3. Unsur sumber daya alam, manusia, modal dan informasi;

4. Unsur upaya hasil guna dan dayaguna;

5. Unsur ruang dan waktu.

Perencanaan merupakan kegiatan penyiapan strategi (serangkaian rumusan tindakan) untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain perencanaan merupakan penentuan
tujuan pokok (tujuan utama) beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pada
prinsipnya merupakan kegiatan yang berorientasi pada masa depan, atau dengan perkataan lain
perencanaan merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut terjadi (Greed,
1996).

Menurut Diaz (1983) bahwa perencanaan perlu dilakukan oleh karena terbatasnya sumber daya (manusia,
alam dan modal) yang dimiliki oleh manusia sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi tidak terbatas.
Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia dengan menentukan urutan prioritas kegiatan.
Ditambahkan oleh Saul M Katz, jika perencanaan dipandang sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan
pembangunan dengan lebih baik, maka sangat kuat alasannya mengapa perencanaan itu sangat diperlukan
(Tjokroamidjojo, 1996):

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan, adanya


pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembangunan.

2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam
masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-
prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang
mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit
mungkin.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara
yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara terbaik.

4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas.

5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan dan evaluasi.

Elemen Dasar Perencanaan


Perencanaan menurut Conyers (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang
bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang.

Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar perencanaan yaitu:

1. Merencana berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih diantara berbagai


kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan
tercapai secara simultan.

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya yang berarti bahwa perencanaan
mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumber daya yang
tersedia sebaik-baiknya.

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.

4. Perencanaan untuk masa depan, dalam arti bahwa tujuan-tujuan perencanaan dirancang
untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan
masa depan.

Unsur-Unsur Perencanaan
Sedangkan menurut Kunarjo (2002) pada dasarnya secara umum perencanaan didefinisikan sebagai suatu
proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang
diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu. Dengan definisi tersebut maka perencanaan mempunyai
unsur-unsur:
1. Berhubungan dengan hari depan,

2. Mendesain seperangkat kegiatan secara sistematis,

3. Dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hirschman (1973) dikemukakan bahwa perencanaan merupakan bagian dari salah satu tipe
pembangunan. Perencanaan dilaksanakan karena diyakini bahwa dengan melalui perencanaan yang
dinyatakan secara mandiri sebagai bagian dari proses pembangunan, diharapkan pembangunan akan
mencapai hasil yang lebih baik. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam proses pembangunan, perencanaan
merupakan sarana campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan mengendalikan keadaan menuju
perubahan sesuai dengan yang diharapkan dan bentuk sarananya adalah program dan proyek.

Berdasarkan beberapa pengertian dan unsur pokok perencanaan, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
perencanaan mengandung beberapa hal pokok, antara lain:

1. Ancangan bertindak di masa yang akan datang sehingga merupakan cita-cita yang
bertujuan, bersasaran dan berstrategi kebijaksanaan;

2. Untuk merealisasikan cita-cita dan tujuan diperlukan minimasi penggunaan sumber-


sumber dan maksimasi hasil;

3. Menggunakan matra waktu dan ruang.

Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan diatas, maka fungsi perencanaan dalam proses
pembangunan adalah sangat diperlukan dan mempunyai fungsi yang strategis, karena tanpa adanya
perencanaan yang baik yang pada hakekatnya adalah merupakan alat atau cara untuk mencapai tujuan
pembangunan, maka kegiatan tidak akan dapat dilaksanakan dengan berdaya guna dan berhasil guna dan
akibatnya akan terjadi pemborosan sumber daya.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Infrastruktur Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,


1974 Dalam Kodoatie, R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayananpelayanan similar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Sedangkan definisi lain infrastruktur menurut
peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, infrastruktur adalah fasilitas teknis,
fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat
dapat berjalan dengan baik. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 38 tahun
2015,
Jenis Infrastruktur ekonomi dan sosial mencakup :
1) Infrastruktur transportasi;
2) Infrastruktur jalan;
3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi;
4) Infrastruktur air minum;
5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
6) Infrastruktur sistem pengelolaan limbah setempat;
7) Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
8) Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
9) Infrastruktur ketenagalistrikan;
10) Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
11) Infrastruktur konservasi energi;
12) Infrastruktur fasilitas perkotaan;
13) Infrastruktur fasilitas pendidikan;
14) Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian;
15) Infrastruktur kawasan;
16) Infrastruktur pariwisata;
17) Infrastruktur kesehatan;
18) Infrastruktur lembaga permasyarakatan; dan
19) Infrastruktur perumahan rakyat.
Sistem infrastruktur
Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau strukturstruktur dasar,
peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya
sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Sistem infrastruktur merupakan
pendukung utama sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Disini, peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam
tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang
kurang (bahkan tidak) berfungsi akan memberikan 8 dampak yang besar bagi manusia.
Sebaliknya infrastruktur yang terlalu berkelebihan untuk kepentingan manusia tanpa
memperhitungkan kapasitas daya dukung lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya
akan merugikan manusia termasuk makhluk hidup yang lain.
Perancangan Sistem
Infrastruktur Tahapan mulai dari studi, perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan
sekaligus pemeliharaan merupakan proses yang perlu dilakukan untuk membuat sistem
infrastruktur yang terpadu dan menyeluruh. Salah satu tantangan utama dalam perancangan
sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana semua memberikan pengaruh pada
lainnya, keterikatan satu sama lain dan dampak-dampaknya (Grigg, 1988) dalam satu
keseimbangan yang harmoni.
Untuk suksesnya perancangan sistem infrastruktur yang bersifat menyeluruh tahapan di
bawah ini dapat dipakai sebagai salah satu acuan yang meliputi (Grigg,1988) :
1) Perencanaan menyeluruh yang komprehensip
2) Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan sistem
3) Perkiraan biaya
4) Perencanaan organisasi dan institusi
5) Perencanaan untuk peningkatan sistem yang ada

Krisis infrastruktur
Krisis infrastruktur juga dapat diartikan sebagai situasi maupun kondisi yang merupakan
titik balik (turning point) yang dapat membuat infrastruktur tersebut akan menjadi lebih baik
ataupun menjadi lebih buruk tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok,
masyarakat, atau suatu bangsa. Penyebab-penyebab dari krisis infrastruktur tersebut yaitu,
menurut Grigg dalam kodoatie (2003) :
1) Kegagalan pembuatan (modal, desain, konstruksi/teknologi)
2) Runtuh (ambruk, teknologi)
3) Rusak/aus (umur, pemakaian, salah pakai)
4) Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran)
5) Tidak ada penambahan/penyesuaian (kapasitas kurang)
6) Tidak ada/minim pemeliharaan
Adapun penyebab dari kesalahan manajemen yakni, :
1) Pemotongan anggaran/investasi kurang
2) Kesalahan pemilihan infrastruktur
3) Pemakaian melewati umur/life-cycle tidak diperhatikan
4) Kecenderungan mengabaikan pemeliharaan
5) Mahalnya teknologi baru
6) Mahalnya pemeliharaan (20-40% dari konstruksi baru)
7) Teknologi (R&D) kurang berkembang

Dari uraian diatas, jika terjadi kegagalan ataupun krisis suatu infrastruktur akan
mempengaruhi dan memberi dampak kepada masyarakat, dan 10 mempengaruhi pembangunan
ekonomi maupun kegiatan sosial. Contohnya krisis infrastruktur di Indonesia antara lain
kemacetan di Ibukota Jakarta yang semakin hari semakin parah sedangkan kapasitas jalannya
tidak ditambah dan kurangnya pemeliharaan jalan yang sesekali turun hujan menyebabkan banjir.
Oleh karena itu perlu diperhatikan kelayakan infrastruktur dan penanganannya.

Kondisi Infrastruktur di Indonesia


Ranking infrastruktur Indonesia tidak terlalu jelek dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN, hanya biaya logistik yang muncul jauh lebih mahal dari negara-negara tersebut di ASEAN.
Menurut data World Economiv Forum (WEF), ranking infrastruktur Indonesia di tahun 2014
berada pada peringkat 56 dari 144 negara. Posisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan negara
baru berkembang seperti Vietnam.
“ Menurut Anggota Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E)
Kadin Indonesia Ina Primiana, dilansir oleh Husen Miftahudin, Jumat 13 Maret 2015 dari Jakarta,
Metrotvnews.com, Meskipun demikian, dalam Logistic Performance Index (LPI) urutan Vietnam,
lebih baik dari Indonesia. Hal ini jelas membuktikan, biaya logistik Vietnam lebih murah dan
efisien karena tidak mengalami kemacetan, konektivitas, serta international shipment lebih baik
ketimbang Indonesia. Ini menunjukkan kondisi infrastruktur Indonesia belum memberikan efek
positif pada kinerja logistik. Permasalahan logistik Indonesia dipicu oleh ketimpangan
pembangunan antara Indonesia barat dan timur, dimana 54% pembangunan infrastruktur senilai
Rp. 62,8 triliun 11 terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan 46% lainnya terbagi untuk pulau-
pulau lain”.
BAB III
PEMBAHASAN

PERANCANGAN PRASARANA PERKOTAAN


1. UMUM
Jalana merupakan salah satu sub-komponen prasarana system transportasi yang
paling dominan dan sering digunakan setiap hari oleh masyarakat yang melakukan
perjalanan. Jalanan dapat dimanfaatkan dengan memakai kendaraan bermotor (mobil
atau sepeda motor) dan kendaraan tak bermotor (tenaga masnusia ,tenaga hewan atau
jalan kaki).
Fungsi utama jalan raya adalah untuk mengalirkan arus pergerakan semua alat
transportasi yang memakainya. Untuk mengatur pengadaan dan tata cara pemakaian
jalan raya ini telah ditetapkan sebuah peraturan berupa Undang-undang No. 13 Tahun
1980 tentang jalan dan peraturan pemerintah (PP) No.26 tahun 1985. Undang-undang
No.13 tahun 1980 tentang jalan ini mengatur tentang pengertian, klasifikasi, tipe,
karakteristik fisik, rancangnan geometric (penampang melintang), pemeliharaan, dan
lain-lain.
Menurut undang-undang No.13 tahun 1980 tentang jalan adalah suatu prasarana
perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang meliputi segala bagia jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Dalam
pengertian ini, yang dimaksud dengan :
- Banguna pelengkap adalah bengunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan
dati badan jalan itu sendiri, misalnya jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah,
tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan tanah (tebing) saluran air.
- Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar-pasang dan dipindahkan
dari jalan. Tanpa bangunan ini jalan masih dapat digunakan, misalnya rambu-
rambu lalulintas, marka jalan, pagar pengaman lalulintas, patok daerah milik jalan
(DMJ), serta lampu lalu lintas.
2. DRAINASE/PENGENDALIAN BANJIR

1. DRAINASE

Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang. Caranya yaitu
dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir
dipermukaan tanah tersebut. System saluran diatas selanjutnya dialirkan ke system yang
lebih besar. System yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga,
system bangunan infrastruktur lainyya. Sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang
berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment).
System drainase pada prinsipnya terbagi atas 2 (dau) macam yaitu: drainase untuk
daerah perkotaan dan drainase untuk daerah pertanian.
Pada perencanaan dan pengembangan system drainase kota perlu kombinasi antara
perkembangan perkotaan, daerah rural dan daerah aliran sungai (DAS). Untuk
pengembangan suatu wilayah baru perkotaan , perancangannya harus
disesuaikandengan system drainase alami yang sudah ada maupun yang telah dibuat.
Ukuran dan kapasitas saluran sistim drainase semakin ke hilir semakin besar, karena
semakin luas daerah alirannya. Pembagian daerah aliran seungai (DAS) harus dibuat
secermat mungkin agar desain saluran stabil dapat dibuat.

A. FUNGSI DRAINASE
Fungsi dari drainase adalah :
o Membebaskan suatu wilayah (terutama yang dapat pemukiman) dari
genangan air, erosi dan banjir
o Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkuangan; bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
o Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhidar
dari kelembaban.
o Dengan sistim yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan
pembangunan-pembangunan lainnya.
Pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan sistim drainase di wilayah kota yang
sudah padat sering kali mengalami berbagai kendala antara lain :
o Kurangnya lahan untuk pengembangan sistim drainase
o Kesulitan teknis sering timbul pada pemeliharaan saluran karena bagian
atas sudah ditutup oleh bangunan sehingga pada waktu pengerukan tidak
bisa dinormalisir seluruh system yang ada
o Sampah terutama sampah domistik banyak menumpukdi saluran sehingga
mengakibatkan pengurangan kapasitass dan penyumbatan saluran.
o Pemeliharaan harus rutin sehingga dananya harus selalu tersedia
o Drainase masih dipandang sebagai proyek yang menyulitkan keterlibatan
aktif masyarakat karena drainase sering di pandang tempat kumuh dan
berbau
o System drainase sering tidak berfungsi optimal akibat adanya
pembangunan infrastruktur lainyya yang tidak terpadu dan tidak melihat
keberadaan system drainase seperti jalan, kabel Telkom, pipa PDAM.
o Secara estetika, drainase tidak merupakan infrastruktur yang bisa dilihat
keindahannya karena fungsinya sebagai pembangunan air dari semua
sumber.

B. SISTIM JARINGAN DRAINASE


Drainase jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian yaitu :
drainase major dan drainase minor.

Sistim Drainase Mayor

Yang dimaksud dengan sistim drainase mayor yaitu sistim saluran/badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment
area). Biasanya sistim ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistim drainase mayor
ini disebut juga sebagai sistim saluran pembuangan utama. Sistim ini merupakan
penghubung antara drainase dan pengendalian banjir. Debit rencanya dipakai denngan
periode ulang lebih besar 10 tahun. Di Indonesia mengingat keterbatasan dana untuk
sungai-sungai besar dipakai periode ulang 50 tahun.

Sistim Drainase minor/mikro

Yang dimaksud dengan drainase mikro yaitu sistim saluran dan pembangunan
pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan
di mana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang termasuk dalam
sistim drainase mikro adalah : saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/ selokan air hujan
disekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kita dan lain sebagainya dimana
debit air dapat ditamungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang
2,5 dan 10 tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistim drainase untuk
lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai sistim drainase mikro.
Dari segi konstruksinya sistim saluran/drainase mikro dapat dibedakan atas dua yaitu :
a. Sistim saluran tertutup
b. Sistim saluran terbuka

Sistim saluran tertutup


Sistim ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama untuk kota yang
tinggi kepadatannya seperti kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya. Lahan yang
tersediah sudah begitu terbatas dan mahal harganya, sehingga kadang tidak
memungkinkan lagi untuk membuat sistim saluran terbuka. Walaupun tertutup sifat
alirannya merupakan sifat aliran pada saluran terbuka yang mengalir secara gravitsi.
Berdasarkan fungsinya sistim saluran terpisah yaitu untuk mengalirkan air hujan
saja ataupun untuk mengalirkan air limbah penduduk saja, dan dapat gabungan dari
kedua fungsi tersebut tergantung pada kepentingannya. Saluran tertutup ini dapat
berupa pipa beton bertulang, besi tuang, tanah liat, plastic (PVC) atau bahan-bahan lain
yang tanah karat(korosif). Pemasanganya dilakukan dengan cara menanamkannnya
beberapa meter dibaawah muka tanah dan harus dapat mendukung beban lalu-lintas di
atasnya.

Sistim saluran terbuka


Di bandingkan dengan sistim saluran tertutup biaya pebuatan sistim saluran
terbuka adalah lebih rendah dan tidak memerlukan teknologi yang begitu rumit sehingga
sistim ii cenderung lebih sering digunakan sebagai alternative dalam masalah drainase
perkotaan mengingat sistim pemeliharaannya relative mudah dilakukan. Saluran terbuka
cocok dipakai apabila masih tersedia yang cukup untuk keperluan ini.

2. PENGENDALIAN BANJIR
Banjir dan genangan yang terjadi ddi suatu lokasi di akibatkan antara lain oleh sebab-
sebab-sebab berikut ini ( kodoatie dan sugiyanto,2002)
 Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS)
 Pembuangan sampah
 Erosidan sedimentasi
 Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
 Perencanaan system pengendalian banjir tidak tepat
 Curah hujan
 Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
 Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
 Pengaruh air pasang
 Perunan tanah dan rob
 Drainase lahan
 Bending dan bangunan air
 Kerusakan bangunan pengedalian banjir
Bilamana diklasifikasikan oelh tindakan manusia dan yang disebabkan oleh alam
maka penyebab di atas dapat disusun sebagai berikut.
Yang termasuk sebab sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
 Perubahan tata guna lahan (land-use)
 Pembuangan sampah
 Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
 Perencanaan system pengendalian banjir tidak tepat
 Penurunan tanah rob
 Tidak berfungsinya system drainase lahan
 Bending dan bangunan air
 Kerusakan bangunan pengendalian banjir
Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :
 Erosi dan sedimentasi
 Curah hujan
 Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
 Kapasitas air pasang
 Penurunan tanah dan rob drainase lahan
 Kerusakan bangunan pengendaliian banjir
Pada prinsipnya ada 2 metode pengendalian banjir yaitu metode non-struktur
dan struktut. Pada masa lalu metode struktur lebih diutamakan, disbandingkan dengan
non-struktur. Namun saat ini banyak negara maju mengubah pola pengendalian banjit
dengan lebih dulu mengutamakan metode non-struktur lalu beru metode struktur.
Normalisasi sungai akan memberikan pengaruh maksimal dua kali lipat saja, itu pun bila
diperlebar ataupun di pekeruk dua kali lipatnya bisa berjalan lancar. Setelah dinormalisasi
potensi kembali kelebar sungai semula cukup besar akibat sedimentasi dan morphologi
sungai yang belum stabil, demikian pula kedalaman sungai yang dikeruk menjadi dua kali
akan kembali ke dalaman semula akibat besarnya sedimentasi.
3. air limbah
Pendahuluan
Air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi hasil dari adanya
berbagai kegiata menuasia sehari-hari. Air limbah tersebut dibuang ke alam yaitu tanah
dan badan air.
Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air limbah yang dibuang
berlebihan, melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi
kerusakan lingkungan.. lingkungan yang rusak dan menyebabkan menurunnya tingkat
kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karna perlu
dilakukan penanganan air limbah yang lebih saksama dan terpadu baik yang dilakukan
oleh pemerintah, swasta dann masyarakat. Ketiganya memiliki peran dalam mengelola
air limbah mulai dari sumbernya dampai ketempat pembuangan akhir.

Karakteristik air limbah


1.Sumber, jenis dan macam air limbah
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber penghasilan atau
penyebab air limbah yang secara umum terdiri dari.
a. Air limbah domestic
Air limbah yang berasal dari kegiatan penghunian, seperti rumah
tinggal, hotel, sekolah,kampus, perkantoran, pasar dan fasilitas-
fasilitas pelayanan umum
air limbah yang domistik dapat dikelompokkan menjadi :
 Air buangan kamar mandi.
 Air buangan WC: air kotor/tinja
 Air buangan dapur dan cucian.
b. Air limbah industry
Air limbah yang berasal dari kegiatan industry, seperti pabrik industry
logam, teksril, kulit, pangan(makan,minuman), industry kimia dan
lainnya
c. Air limbah limpasan dan remebesan air hujan
Air limbah yang melimpas di atas permukaan tanah dan meresap
kedalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan
2.kualitas
Untuk menentukan kualitas air limbah secara pasti, sangat sulit karena
banyak factor-faktor yang mempengaruhi. Banyak air limbah yang dibuang
dipengaruhi oleh :
a. Jumlah air bersih yang di butuhkan perkapita akan mempengaruhi
jumlah air limbah yang dibauang pada umumnya besarnya air limbah di
tentukan berkisar 60-70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan.
b. Keadaan masyarakat dan lingkuangan suatu daerah akan
memperngaruhi besarnya air limbah yang dibuang, tersebut dapat
dibedakan berdasarkan :
o Tingkat perkembangan suatu daerah (kota,urban dan pedesaan),
jumlah limbah yang dibuang dikota lebih besar dari pada jumlah
limbah yang dibuang didesa.
o Daerah yang mengalami kekeringan (sulit air) sepanjang tahun akan
berbeda cara pembuangan limmbahnya dengan daerah yang tidak
mengalami kekeringan.
o Pola hidup masyarakat, terutama dalam menerapkan cara membuang
limbah pada masing-masing daerah akan berbeda, hal tersebut akan
menentukan jumlah air limbah yang dibuang, seperti di jawa barat
dengan kolam ikannya, Kalimantan dengan apungnya.
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
- Kesimpulan 1
Sarana dan prasarana Pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang
penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di perkuliahan untuk
itu, perlu dilakukan peningkatan dalma pendayagunaan dan pengelolaannya, hal
ini disebut dengan manajemen sarana dan prasarana Pendidikan yang
merupakan proses kerja sama dalam menngatur, mengelolah dan
mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
- Kesimpulan 2
Manajemen sarana dan prasarana Pendidikan merupakan proses kerja sama
pandayagunaan semua sarana dan prasarana Pendidikan secara efektif dan
efesien. Satu hal yang perlu dipertegas dalam hal ini bahwasanya ruang lingkup
manajemen sarana dan prasarana Pendidikan itu terdiri dari perencanaa,
pengadaan penginvantarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan. Dengan
semua kegiatan ini maka diharapkan perawatan terhadap sarana dan prasarana
dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga bisa dapat meminimalisir biaya
- Kesimpula 3
Sarana dan prasarana dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan
hubungan dengan proses pembelajaran, sedangkan prasaran Pendidikan yang
secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar dan prasarana kuliah
yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi
secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
2. SARAN
Harapannya, setelah mengetahui pengertian perancangan Teknik prasarana,
ruang lingkup serta jenis dan bentuk sarana dan prasarana dapat memberikan
pengatahua kepada membaca, dapat menambahkan ilmu dan wawasan kepada
para pembaca, serta di harapkan dengan adanya makalah ini dapat memerikan
pemahaman kepada orang yang bekerja dalam mengatur ataupun mengelolah
prasarana baik di kantor, sekolah maupun instansi atau Lembaga lainnya,
sehingga dapat menerapkannya di dunia kerja.
Daftar Pustaka

 Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Terjemahan:
Susetiawan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 Dusseldorp, Van. 1980. Framework For Regional Planning in Developing Countries. Wegeningen:
International Institute for Land Reclamation and Improvement.

 Friedman, John. 1987. Planning In The Public Domain: From Knowladge to Action. Princenton:
Princenton Univ. Press.

 Greed, Clara. 1996. Implementing Town Planning: The Role of Town Planning in The Development
Process. London: Longman.

 Hirschman, Albert O. 1973. Development Project Observed. Washington DC: The Brooking
Institutions.

 Kunarjo. 1992. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press).

 Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press).

 Soejarto, Djoko. 1992. “Wawasan Tata Ruang”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Edisi Khusus
Juli, hal. 3-8.

 Sujarto, Djoko. 1985. Beberapa Pengertian tentang Perencanaan Fisik. Jakarta: Bhratara.

 Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
TUGAS

PERANCANGAN TEKNIK PRASARANA

Oleh :

ACHIR RAMADAN PAHMAL

03120140332

PROGRAM STUDI STRATA SATU

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai