PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI PERENCANAAN STRATEGIS
Pada dasarnya, seperti sudah kita ketahui bahwa kata perencanaan strategis merupakan
perpaduan antara kata perencana-an dan kata strategis. Perencanaan, telah diuraikan
sebelumnya, sebagai proses mendasar dalam menentukan apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya. Menurut Siagian (2008 : 15) istilah strategi semula
bersumber dari kalangan militer dan secara popular sering dinyatakan sebagai kiat yang
digunakan oleh para jenderal untuk meme-nangkan suatu peperangan. Dewasa ini istilah
strategi sudah digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat
dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan
jenis organisasi yang menerapkannya. Hunger (2001 : 16) menyatakan bahwa strategi
perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Kemudian David (2010 : 18) mengemukakan
bahwa stra-tegi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai.
Handoko (2009 : 86) menjelaskan bahwa strategi memberikan pengarahan terpadu bagi
organisasi dan berbagai tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan sumber
daya sumber daya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi
menghubungkan sumber daya manusia dengan sumber daya lainnya dengan tantangan dan
risiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan. Perencanaan strategis
merupakan rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan arah
organisasi atau perusahaan, dan prosedur pengalokasian sumberdaya untuk mencapai
tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Perencanaan strategis juga merupakan proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi,
penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program strategi yang diperlukan untuk tujuan-
tujuan tersebut. Perencanaan strategis adalah 10 proses memutuskan programprogram
yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan
dialokasikan pada setiap program jangka panjang selama beberapa tahun ke depan. Hasil
dari proses perencanaan strategi berupa dokumen yang dinamakan strategic plan yang
berisi informasi tentang program-program beberapa tahun yang akan datang (Badrudin,
2013 : 96). Pengertian tentang perencanaan strategis juga dikemukan oleh Handoko (2009 :
92) yang menyatakan bahwa perencanaan strategik (strategic planning) adalah proses
pemilihan tujuan-tujuan organisasi ; penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-
program strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut ; dan penetapan metode-
metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah
diimplementasikan. Secara lebih ringkas perencanaan strategik merupakan proses
perencanaan jangka panjang yang disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Menilik uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perencanaan
strategis dipandang sebagai perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu yang panjang,
memiliki cakupan yang luas dan bersifat menyeluruh.
1.2 DEFINISI PERENCANAAN PARTICIPATIF
Perencanaan partisipatif menurut Abe (2008:81) adalah perencanaan yang dalam
tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat (baik
secara langsung maupun tidak langsung). Abe juga menawarkan dua bentuk
perencanaanpartisipatif yaitu: pertama, perencanaan yang langsung disusun bersama
rakyat, berupa perencanaan lokasi setempat (menyangkut daerah di mana masyarakat
berada) dan berupa perencanaan wilayah yang disusun dengan melibatkan masyarakat
secara perwakilan; kedua, perencanaan yang disusun melalui mekanisme perwakilan
sesuai institusi yang sah (seperti parlemen). Esensi pembangunan partisipatif adalah
pembangunan yang dilaksanakan dengan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen; pembangunan yang mengaktualkan perilaku kepublikan (transparansi,
konsistensi, akuntabilitas dan kepastian hukum); pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan kemandirian, kredibilitas, kemitraan dan keunggulan (K4). Conyers
(1991:154- 155) menjelaskan tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat penting
dalam proses pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat dapat menjadi “telinga”
untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, permasalahan dan kebutuhan
masyarakat; (2) efektivitas dan efesiensi dari program atau proyek pembangunan akan
lebih mudah dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat mengurangi
Hal ini juga ditulis dalam (Kurniawan, 2007; 79) yang menyatakan
perencanaan partisipatif adalah memberikan ruang kepada warga masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dan mengambil peran yang lebih besar dalam merumuskan kebijakan-
kebijakan daerahnya. Dalam hal ini ada empat hal yang dapat dimanfaatkan seluas-
luasnya oleh warga dengan kebijakan otonomi daerah dan sistem pemerintahan
desentralistis. Pertama, partisipasi warga dalam pembuatan kebijakan dapat memperkuat
konsolidasi demokrasi. Kedua, warga dapat berpartisipasi dalam menciptakan
pemerintahan yang efektif dan efisien. Ketiga, warga akan dengan mudah menyalurkan
aspirasinya dan berperan dalam merumuskan berbagai pembuatan kebijakan. Keempat,
akan meningkatkan pembagian hasil dari sumberdaya alam dan kekayaan
Konsep perencanaan partisipatif juga dikemukakan oleh Nasrun (2008) yaitu
pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai komponen kepublikan (pemerintah,
swasta dan organisasi masyarakat non pemerintah) secara tersistem. Selanjutnya
dinyatakan bahwa ketertarikan sistemik dari berbagai komponen kepublikan dalam
pembangunan daerah memerlukan langkah penyusunan portofolio yang didahului proses
evaluasi internal dengan menggunakan analisis SWOT.
9. Peninjauan kembali dan evaluasi, untuk menilai apakah organisasi berjalan ke arah
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak
STUDI KASUS: