Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN ILMIAH

“KAPITA SELEKTA PERENCANAAN WILAYAH”

DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRI NURKHALIZA ( 1965142070)
TUGAS : BAHASA INDONESIA
KAPITA SELEKTA PERENCANAAN WILAYAH

KAJIAN TEORI

A. KAPITA SELEKTA
Kapita Selekta HAN merupakan penyempurnaan dari mata kuliah HAN
Lanjut. Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara (Kapsel HAN) merupakan mata
kuliah yang menampung hal-hal berkaitan dengan HAN dalam praktek secara sektoral
(bijzonderdeel). Kapsel HAN membahas dan mengkaji aspek-aspek khusus di dalam
implementasi kaidah-kaidah hukum (juridische instrumentarium)1 dalam konteks
mewujudkan kehidupan bernegara (tujuan negara). Aspek-aspek khusus yang
mempengaruhi negara tersebut menurut Hans Pieter Waldrich (terinspirasi Imanuel
Kant) antara lain: (i) gezets: perundang-undangan (kedaulatan hukum); (ii) freihet:
kebebasan (kedaulatan rakyat); dan (iii) gewalt: paksaan negara (kedaulatan negara).
R. Kranenburg memberikan definisi Hukum Administrasi Negara dengan
memperbandingkannya dengan Hukum Tata Negara, meskipun hanya sekedar perlu
untuk pembagian tugas. Menurutnya Hukum Administrasi Negara adalah meliputi
hokum yang mengatur susnan dan wewenang khusus dari alat perlengkapan badan-
badan seperti kepegawaian (termasuk mengenai pensiun) peraturan wajib militer,
pengaturan mengenai pendidikan/pengajaran, peraturan mengenai jaminan sosial,
peraturan mengenai perumahan, peraturan perburuhan, peraturan jaminan orang
miskin, dan sebagainya.

Kapita selekta adalah kumpulan inti sari dari suatu bahan atau materi kajian
bidang ilmu tertentu yang tersusun secara rinci dengan penjelasan yang terkini..

Kapita selekta : adalah kumpulan karangan yang masing-masing menguraikan


sesuatu persoalan, tetapi persoalan yang diuraikan itu termasuk dalam lingkungan
sesuatu ilmu pengetahuan.(J.C.T. Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 2002).

Kapita selekta administrasi Negara adalah kumpulan materi-materi


keadministrasi negaraan yang terpilih yang dianggap penting, berikut asas2nya.
Memfasilitasi mahasiswa untuk mengkaji tentang berbagai kebijakan dan
implementasinya di lapangan, serta mengkaji isu-isu administrasi negara secara umum
dan khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan.

B. PERENCANAAN
Praktek perencanaan wilayah dan kota tidak dapat terlepas dari aspek hukum
dan administrasi pembangunan. Aspek hukum menentukan halhal pokok seperti dasar
hukum yang mengamanatkan suatu kegiatan perencanaan, aturan bagaimana dan oleh
siapa perencanaan itu dilakukan atau proses administrasinya, bagaimana legalitas
suatu produk rencana, serta penegakan hukumnya. Healey (1997) menegaskan bahwa
sistem perencanaan dapat didefinisikan sebagai sistem hukum dan prosedur yang
menetapkan aturan dasar praktik perencanaan.
Perkembangan jenis perencanaan yang dianut atau sedang dilakukan juga
mempengaruhi dalam perumusan dasar hukum kegiatan perencanaan. Aspek
administrasi pembangunan yang erat kaitannya dengan birokrasi, sangat menentukan
efektifitas dan efisiensi dari kegiatan perencanaan wilayah dan kota. Bahkan lebih
dari itu, administrasi pembangunan sangat berpengaruh pada operasionalisasi dan
keberhasilan implementasi suatu rencana. Jadi terdapat hubungan interaktif antar a
hukum dengan administrasi pembangunan, serta antar a hukum dan administrasi
pembangunan dengan perencanaan wilayah dan kota.

Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang


dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih
baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah
tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang
ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang
pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003). Pelaksanaan perencanaan ruang
wilayah ini disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Selain itu, penataan ruang
diharapkan dapat mengefisiensikan pembangunan dan meminimalisasi konflik
kepentingan dalam pemanfaatan ruang serta meminimalisasi dampak bencana yang
akan muncul seperti banjir, tanah longsor, dan penurunan kualitas lingkungan
penduduk terutama di perkotaan akibat ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan
rencana tata ruang (Pemendagri No. 28,2008).
Perencanaan maupun kegiatan yang menuntut adanya suatu susunan strategis
tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kegiatan perencanaan memilki ruang lingkup
yang luas, mulai dari waktu, tindakan, teknis, dll. Untuk itu proses perencanaan
memiliki peran strategis bagi kepentingan manusia secara luas sebagai sebuah
tindakan yang rasional dan ilmiah. Manusia dikenal sebagai “mahluk yang berpikir”.

Ryle (1951) menyatakan bahwa cara berpikir manusia dibentuk oleh tiga
komponen utama yang saling terkait yaitu: penalaran (thought), perasaan (feeling),
dan kehendak (will). Oleh sebab itu, proses berpikir sesungguhnya adalah proses yang
sangat kompleks dan tak pernah henti (Setiadi, 2014).

Penalaran ini menuntun untuk selalu berpikir secara kritis, menggunakan


logika untuk mencocokkan kenyataan dan harapan. Melalui kegiatan berpikir kritis
ini, proses perencanaan terbentuk. Mengenai teori perencanaan, terdapat dua istilah
yang selalu melekat, yaitu theory of planning dan theory in planning. Keduanya dapat
dimaknai sebagai pengertian dari teori perencanaan. Jika mengacu pada istilah yang
pertama yaitu “theory of planning”, teori perencanaan dapat dimaknai sebagai ide atau
gagasan yang menjelaskan tentang upaya untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
yang telah ditetapkan. Upaya tersebut digambarkan sebagai sebuah prosedur yang
terangkai secara logis sehingga dapat menjelaskan tahapan yang harus dilalui untuk
tercapainya suatu tujuan (Setiadi, 2014).

Menurut istilah theory in planning, perencanaan adalah sebuah kerangka pikir


yang dijadikan sebagai landasan guna melakukan intervensi terhadap permasalahan
tertentu. Dengan kata lain, theory in planning merujuk pada upaya untuk menemukan
argumenargumen substansial yang dipandang mampu atau layak dijadikan landasan
perencanaan. Berdasarkan pada uraian ini dapat ditegaskan bahwa theory of planning
menekankan pada prosedur perencanaan; sedangkan theory in planning menekankan
pada konsep substansial perencanaan (Setiadi, 2014).

Perencanaan merupakan proses yang berkelanjutan dan melibatkan keputusan


atau pilihan tentang cara-cara alternatif untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia pada tujuan mencapai tujuan tertentu di masa depan. Dari adanya suatu
perencanaan diharapkan untuk menciptakan keadaan yang baik dan berusaha untuk
mencegah dan menghindarkan hal-hal yang buruk di masa depan
Perencanaan kota merupakan perencanaan yang multi-dimensi dan
berhubungan dengan tiga kerangka kerja, meliputi sumber daya alokasi; tujuan dan
sasaran; dan desain serta bentuk (spasial). Dalam perencanaan kota ini membahas
tentang perkembangan dan pertumbuhan kota, pengaturan peruntukkan lahan,
penataan jaringan jalan, utilitas, penempatan fasilitas sosial dan umum.

Selain itu, terdapat pula dua aspek perencanaan kota mulai dari
tahap preparing hingga implementasi. Pada tahap preparing, dilakukan penyiapan
perangkat, pengelolaan perkembangan dan perubahan kota dalam aspek communal
actions (dengan dasar kegiatan masyarakat) dan communal regulations (berdasar pada
perangkat peraturan). Sedangkan pada tahap implementasi berkaitan dengan
pelaksanaan rencana-rencana yang telah dibuat sesuai kondisi saat ini dan juga harus
dilihat dalam wawasan aktual (keseluruhan wilayah) tidak hanya terbatas kepada
wilayah administratif. Perencanaan kota ini juga didasarkan pada potensi dan
permasalahan yang ada sehingga diharapkan akan menjadi lebih baik sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah tersusun.

Pengertian lain mengenai perencanaan disampaikan oleh John Friedmann.


Dalam bukunya yang berjudul Planning in the Public Domain : From Knowledge to
Action (1987) menyatakan bahwa pengertian perencanaan selalu mengandung empat
unsur utama, yaitu :

1) Perencanaan adalah sebuah cara untuk memikirkan persoalanpersoalan sosial


ekonomi;
2) Perencanaan selalu berorientasi ke masa depan
3) Perencanaan memberikan perhatian pada keterkaitan antara pencapaian tujuan dan
proses pengambilan keputusan
4) Perencanaan mengedepankan kebijakan dan program yang komprehensif.

Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak


perubahan seiring berjalannya waktu. Sedangkan untuk perencanaan sendiri, sejak
Patrick Geddes dikutip dalam Rafita (2016) mencetuskannya untuk pertama kali
hingga saat ini telah mengalami banyak perubahan. Teori perencanaan mulai
berkembang pesat setelah revolusi industri yang mengakibatkan adanya kemunduran
kota. Adanya revolusi industri tersebut yang membuat kebutuhan buruh di perkotaan
semakin meningkat, dengan begitu akan terjadi degredasi lingkungan yang membuat
pakar kota menginginkan suatu reformasi. Revolusi industri sendiri telah menciptakan
perubahan yaitu dengan adanya kota-kota industri yang mengakibatkan perpindahan
penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Berpindahnya penduduk dari desa
ke kota yang tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan kota inilah yang akan
menyebabkan perubahan tatanan kota. Untuk itu, mulai muncul gagasan dari Patrick
Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal
yang merupakan awal dari berkembangnya teori perencanaan.

Teori-teori perencanaan yang menjadi dasar bagi perencana untuk menyusun


sebuah perencanaan adalah :

a. Functional Theories Teori yang dikembangkan berdasarkan pemikiran si


perencana, dengan lebih mengarah pada target oriented planning berdasarkan
dugaan-dugaan, sehingga produk yang dihasilkan dari teori ini bersifat top-down.
b. Behavioural Theories Teori yang dikembangkan berdasarkan fenomena kebiasaan
melalui gejala empiris yang lebih mengarah pada trend oriented planning,
sehingga produk yang dihasilkan dari teori ini bersifat bottom-up.

Di Indonesia, saat ini sedang digencarkan mengenai perencanaan wilayah dan


kota yang diwujudkan dalam perencanaan tata ruang wilayah dan kota, yang
seharusnya memenuhi beberapa hal berikut :

a. Perencanaan tata ruang merupakan proses terpadu (bukan produk akhir berhaga
mati).
b. Perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu mencakup: perencanaan
fisik-spasial, perencanaan komunitas, perencanaan sumber daya.
c. Perencanaan tata ruang dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat.
d. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan berlandaskan pertimbangan sumber
daya yang tersedia.
e. Rencana tata ruang yang akan disusun merupakan rencana yang diperkirakan
dapat diwujudkan.

Dari berbagai teori perencanaan yang ada, terdapat salah satu teori yang erat
kaitannya dengan penataan wilayah dan kota yaitu teori Archibugi yang memaparkan
mengenai penerapan komponen perencanaan wilayah. Menurut Archibugi dalam
Oktovaney (2014) penerapan teori perencanaan wilayah dibagi atas 3 komponen,
yaitu :

a. Perencanaan fisik

Perencanaan fisik adalah yang pertama kali dilahirkan sebagai bidang


kegiatan. Hal tersebut muncul dari kebutuhan untuk merencanakan pembangunan
fisik kota. Dahulu, perencanaan kota dikenal dengan seni membangun kota. Sulit
dibayangkan alasan lain yang dikembangkan perencanaan kota pada dekade awal
abad tersebut sebagai bentuk arsitektur.

Prencanaan fisik diperluas untuk mencakup daerah-daerah non perkotaan


dengan maksud melihat perkembangan kota dan desa secara keseluruhan. Saat ini,
area perencanaan fisik telah menyebar untuk memasuki lingkungan secara umum,
sehingga menimbulkan hal yang sering disebut yaitu perencanaan lingkungan.
Perencanaan yang perlu dilakukan untuk merencanakan secara fisik
pengembangan wilayah. Perencanaan ini mengarah pada pegaturan bentuk fisik
kota dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik
simpul aktivitas. Dalam perkembangannya teori ini memasukan kajian mengenai
lingkungan. Produk yang dihasilkan dapat berbentuk master plan yang terdiri dari
tata ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan

b. Perencanaan ekonomi makro


Perencanaan ini erat kaitannya dengan perencanaan ekonomi wilayah.
Beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam ekonomi wilayah adalah
pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi
pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi.
Produk yang dihasilkan dari Perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesbilitas
lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan tabungan.
c. Perencanaan sosial

Perencanaan sosial membahas mengenai pendidikan, kesehatan, integritas


sosia, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak, dan masalah
kriminal. Perencanaan sosial mengarah pada pembuatan perencanaan yang
menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Produk yang dihasilkan
dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.
d. Perencanaan pembangunan

Perencanaan ini erat kaitannya dengan perencanaan program


pembangunan secara komprehensif guna mencapai tujuan pengembangan wilayah.

Jika dilihat dari program KOTAKU, perencanaan fisik diimplementasikan


melalui pembenahan kawasan kumuh yang diubah menjadi kawasan yang lebih
bersih. Program yang dicanangkan oleh pemerintah ini diberikan dalam bentuk
perencanaan fisik yang dapat dilihat dari bagaimana pemerintah menghilangkan
julukan sebagai kawasan kumuh menjadi lingkungan yang tertata yang dibuat menjadi
kawasan wisata sehingga pertumbuhan ekonomi akan terus berjalan.

Hal tersebut dapat dilihat dari perencanaan ekonomi makro, dengan


menjadikan program KOTAKU ini yang mengubah menjadi kawasan wisata akan
membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran bagi
masyarakat sekitar dan dapat menambah pendapatan. Dengan menjadikan sebagai
kawasan wisata, banyak peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya
sebagai wirausaha seperti membuka toko kelontong, menjadi tukang parkir, dapat
pula menjadi tour guide. Namun, dengan perubahan kawasan kumuh menjadi
kawasan wisata dengan program KOTAKU ini perlu adanya inovasi-inovasi yang
harus dikembangkan sehingga para wisatawan akan terus berkunjung ke kawasan
tersebut.

Dilihat dari pandangan perencaaan sosial, pembahasan mengenai persoalan


kesehatan. Jika terdapat perubahan yang semula kawasan kumuh yang diubah melalui
program KOTAKU, akan menurunkan persoalan kesehatan di kawasan tersebut.
Dengan diubah menjadi kawasan yang memiliki lingkungan tertata dan bersih,
masyarakat akan memiliki rasa kepemilikan terhadap lingkungannya sehingga akan
turut menjaga, dengan begitu akan mengurangi penyakit atau persoalan kesehatan di
lingkungan tersebut. Dapat dicontohkan seperti, perubahan pola hidup sehat dalam
masyarakat yang sudah membuang sampah pada tempatnya tidak lagi di aliran sungai.
Selain itu berubahnya kawasan kumuh juga menjadikan kawasan tersebut lebih ramah
anak, sehingga anak-anak memiliki kebebasan untuk bermain.

Dengan melihat dari berbagai persepektif tersebut, pemerintah juga dapat


melihat adanya perubahan di kawasan tersebut sehingga memiliki arsip yang dibuat
dalam bentuk demografi terhadap daerah tersebut. Sedangkan dalam perencanaan
pembangunan, program KOTAKU ini dibuat dengan salah satu tujuan yaitu
pengembangan wilayah, tidak hanya disatu kawasan kumuh saja namun juga akan
berkembang di kawasan kumuh lainnya. Sehingga dengan perencanaan pembangunan,
kawasan kota yang terlihat kumuh akan berubah menjadi lebih nyaman untuk
dipandang, serta akan merubah pula pola kehidupan dalam masyarakat.

1. Teori Perencanaan Aplikatif

Proses pembangunan tidak terlepas dari suatu perencanaan. Dalam


melakukan pembangunan, perencanaan menjadi tahap krusial untuk mencapai
tujuan dari pembangunan. Perencanaan yang dilakukan dapat berangkat pada
permasalahan atau kebutuhan yang ada. Salah satu perencanaan pembangunan
berdasarkan jangkauannya adalah perencanaan spasial atau tata ruang. Dengan
mengacu teori perencanaan spasial, perencanaan tata ruang wilayah dan kota yang
meliputi perencanaan kota menjadi relevan untuk dibahas.

Penerapan perencanaan wilayah di Indonesia salah satunya adalah program


KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Program ini mengatur tata ruang kota agar
terlihat menarik terutama di daerah pinggir kota. KOTAKU merupakan program
untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia. Salah satunya
diterapkan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Secara umum program KOTAKU
ditujukan untuk meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di
pemukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya pemukiman
perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. Berangkat dari kenaikan
laju pertumbuhan penduduk yang memiliki dampak tinggi pada kebutuhan primer
seperti kebutuhan tempat tinggal. Sehingga dapat menimbulkan permukiman
kumuh. Maka, kehadiran program KOTAKU dapat menghadirkan pemukiman
kota yang layak huni.

Tujuan program KOTAKU dicapai dengan tercapainya tujuan berikut :

a. Menurunnya luas kawasan permukiman kumuh menjadi 0 Ha.


b. Terbentuknya Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja
PKP) di tingkat kabupaten/kota dalam penanganan kumuh yang berfungsi
dengan baik.
c. Tersusunnya rencana penanganan kumuh tingkat kota/ kabupaten dan tingkat
masyarakat yang terlembagakan melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD).
d. Meningkatnya penghasilan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
melalui penyediaan infrastruktur dan kegiatan peningkatan penghidupan
masyarakat untuk mendukung pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh.
e. Terlaksananya aturan bersama sebagai upaya perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat masyarakat dan pencegahan kumuh.

Perencanaan penangangan daerah kumuh melalui KOTAKU dilakukan


dengan beberapa tahapan. Perencanaan ini dimulai dengan persiapan dari
pemerintah pusat. Persiapan ini terdiri dari advokasi dan sosialisasi
program/kegiatan, penentuan kabupaten/kota sasaran, dan pengembangan
kebijakan dan penguatan kelembagaan. Selanjutnya di tingkat kabupaten/kota
dilakukan persiapan yaitu dengan penyepakatan MoU antara pemerintah pusat
dengan daerah, lokakarya sosialisasi kabupaten/kota, penggalangan komitmen
para pemangku kepentingan, pembentukan atau penguatan Pokja Penanganan
Pemukiman Kumuh, dan komitmen penyusunan dokumen RP2KP-KP. Langkah
yang dilakukan setelah persiapan adalah perencanaan.

Perencanaan ini meliputi persiapan perencanaan, penyusunan RP2KP-KP


& RPLP, dan penyusunan rencana detail atau teknis. Ketiga, penganggaran di
tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota , penyusunan DED, pelelangan,
konstruksi, dan supervise kegiatan., dan sosialisasi, edukasi, pelatihan terkait
pemberlakuan aturan bersama atau aturan lainnya untuk pencegahan kumuh dan
rencana O & P.

Terakhir, upaya keberlanjutan dilakukan dengan penyusunan kerangka


regulasi, penguatan kelembagaan untuk penganggaran dan operasional dan
pemeliharaan, pengelolaan database dan mekanisme pemantauan pelaksanaan
program, serta kegiatan monitoring yang dilakukan dengan memanfaatkan sistem
informasi dan GIS yang berbasis website. Dalam melakukan tahap evaluasi
mengacu pada baseline data, hasil monitoring dan survei khusus untuk studi
evaluasi agar memberikan gambaran pencapaian serta rekomendasi sebelum
masuk ke siklus selanjutnya.

Semua tahapan dalam proses perencanaan KOTAKU dilakukan secara


terpadu. Semua proses perencanaan tersebut didasarkan pada UndangUndang
Dasar Tahun 1945 Pasal 28H Ayat 1 yang menjamin warga negaranya untuk dapat
tinggal di sebuah hunian dengan lingkungan yang layak. Hal ini dilakukan untuk
kepentingan masyarakat. Aplikasi program KOTAKU di Kota Semarang, Jawa
Tengah dapat dilihat dari salah satu daerah yang menjadi lokasi pilihan yaitu di
Semarang Timur. Pengaplikasian program ke daerah tersebut mengaplikasikan
prinsip-prinsip KOTAKU yaitu :

a. Pemerintah daerah sebagai Nahkoda. Pemerintah daerah dan pemerintah


desa/kelurahan memimpin kegiatan penanganan permukiman kumuh.
b. Perencanaan komprehensif dan berorientasi outcome (pencapaian tujuan
program). Penataan permukiman diselenggarakan dengan pola pikir yang
komprehensif dan berorientasi pencapaian tujuan terciptanya permukiman
layak huni sesuai visi kabupaten/ kota.
c. Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran Rencana penanganan kumuh
merupakan produk Pemda sehingga mengacu pada visi kabupaten/ kota dalam
RPJMD.
d. Partisipatif. Pembangunan partisipatif dengan memadukan perencanaan dari
atas (top-down) dan dari bawah (bottom-up).
e. Kreatif dan inovatif. Prinsip kreatif dalam penanganan permukiman kumuh
adalah upaya untuk selalu mengembangkan ide-ide dan cara-cara baru dalam
melihat masalah dan peluang yang sangat dibutuhkan dalam penanganan
kumuh.
f. Tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Pemerintah daerah
pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat mampu melaksanakan dan
mengelola pembangunan wilayahnya secara mandiri, dengan menerapkan tata
kelola yang baik (good governance).
g. Investasi penanganan kumuh disamping harus mendukung perkembangan kota
juga harus mampu meningkatkan kapasitas dan daya dukung lingkungan.
Proses perencanaan KOTAKU dalam perumusan program telah memenuhi
hal yang harus dipenuhi dalam perencanaan wilayah dan kota antara lain adalah
sebuah proses perencanaan secara terpadu, menyeluruh dan terpadu meliputi
aspek perencanaan fisik-spasial, perencanaan komunitas, dan perencanaan sumber
daya. Dalam proses ini juga didasarkan pada kepentingan masyarakat dengan
mempertimbangkan sumber daya yang ada. Selain itu, KOTAKU merupakan
sebuah perencanaan tata ruang wilayah dan kota yang dapat diwujudkan. Terbukti
dengan keberhasilan daerah-daerah yang mengaplikasikan konsep KOTAKU.

2. Perencanaan Topik yang Dipilih

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari sebuah perencanaan. Setiap


aktivitas yang dilakukan diawali dengan langkah perencanaan terlebih dahulu.
Dengan begitu, perencanaan adalah penetapan langkah-langkah yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu (M.Nur, 2009).

Diana Conyers dan Peter Hills dalam Harahap (2005) menyatakan juga
bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang menerus yang melibatkan
keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, mengenai cara-cara alternatif
penggunaan sumber-sumber daya, dengan tujuan menghasilkan sasaran-sasaran
spesifik untuk waktu yang akan datang. Oleh karena itu, definisi perencanaan
mencakup segitiga sistem nilai, ruang, aktivitas, dan norma yang dikaitkan dengan
monotony dan chaotic (Harahap, 2005).

Perencanaan pada dasarnya mengacu prinsip pengalokasian sumber daya


yang tersedia bagi kebutuhan beragam dengan wilayah cakupan (scope),
kewenangan, dan areal sebagai faktor utama dalam perencanaan (Prawiranegara,
2014). Dengan demikian, istilah perencanaan memiliki jenis yang berbeda-beda
salah satunya berdasarkan jangkauan dan hierarki spasial, mencakup perencanaan
nasional (berskala nasional), perencanaan regional/wilayah (berskala daerah),
perencanaan kota, dan perencanaan tata ruang/ tata tanah (pemanfaatan fungsi
kawasan tertentu) (Prawiranegara, 2014). Keempat jenis di atas, merupakan ragam
perencanaan yang masuk dalam ruang lingkup perencanaan spasial (tata ruang)
(Harahap, 2005). Dalam ruang lingkup tersebut, disimpulkan bahwa perencanaan
spasial terdiri dari perencanaan (tata ruang) kota/ RUTRK dan perencanaan (tata
ruang) wilayah/RTRWN.
Mengacu pemaparan sebelumnya, tulisan ini berfokus pada topik
perencanaan tata ruang wilayah dan kota dalam konteks perencanaan wilayah dan
perencanaan kota. Perencanaan wilayah merupakan penetapan langkah-langah
yang digunakan untuk wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(M.Nur, 2009). Sehingga ruang lingkup perencanaan wilayah terdiri dari unsur
formulasi wilayah dan tujuan umum, teknik-teknik desain (pemetaan), formulasi
rencana, dan teknik pengambilan keputusan (Harahap, 2005). Guna mengetahui
perencanaan wilayah secara menyeluruh dibutuhkan pendekatan yang meliputi :
Pendekatan sektoral (Pendekatan berdasarkan sektor-sektor kegiatan di wilayah)
dan Pendekatan regional (Pendekatan yang melihat pemanfaatan ruang dan
interaksi berbagai kegiatan di wilayah) (M.Nur, 2009).

Secara faktual, perencanaan tidak terlepas dari berbagai permasalahan


yang terjadi baik mikro (berkaitan dengan pembangunan proyek) maupun makro
(berkaitan dengan proyek dan induk program). Salah satu bentuk permasalahan
yang sering terjadi adalah urbanisasi (bentuk masalah makro). Urbanisasi
merupakan masalah wilayah yang berhubungan dengan konteks spasial dalam hal
ini desa-kota. Keterkaitan permasalahan tersebut, menyimpulkan adanya
hubungan antara wilayah dan kota. Kota merupakan wilayah yang secara
administratif dibatasi oleh batas administratif berdasarkan peraturan perundang-
undangan (Daluarti, 2009). Sedangkan wilayah merupakan bagian terbesar daerah
yang ditempati kota. Oleh karenanya, terdapat hubungan antara wilayah dengan
kota yang tergambar dalam sistem kota-kota dan wilayah. Sistem kota-kota
merupakan hubungan antar kota dalam wilayah yang terbentuk dari mobilitas
input dan output dari elemen-elemen penyusun aktivitas (Harahap, 2005).
Mobilitas input bergerak menuju ke kota-kota berskala tinggi sedangkan mobilitas
output bergerak keluar karena kota-kota beskala tinggi tidak mampu lagi
mendukung seluruh aktivitas yang muncul dalam bentuk spread effects (Harahap,
2005).

Maka dari itu, pembahasan perencanaan wilayah akan terkait dengan


perencanaan kota. Perencanaan kota merupakan perencanaan fisik yang terpadu,
artinya mencakup aspek-aspek kompleks seperti sosial-budaya, ekonomi, dan
politik dalam satu kesatuan wilayah fisik (ruang kota) (Wikantiyoso, 2004).
Dalam melakukan perencanaan kota, dibutuhkan dua pendekatan yang mencakup :
The Unitary Approach, membuat gambaran pola lingkungan fisik yang ada atau
untuk masa depan dan Adaptive Approach, jalinan kompleks dari berbagai macam
bagian yang saling bergantung secara fungsional (Wikantiyoso, 2004).

Perencanaan Wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang


dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih
baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah
tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang
ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang
pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003). Dalam upaya pembangunan
wilayah, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan
perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pembangunan.

Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan


ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang
dan jasa maupun orang. Dalam sistem wilayah keluar masuk orang atau barang dan
jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup
(Sirojuzilam, 2007). Perencanaan Wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka
untuk menaikkan pendapatan per kapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan
meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000).

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah “Suatu usaha yang sistematik dari


pelbagai pelaku (aktor), baik umum (publik) atau pemerintah, swasta, maupun
kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling
ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan
lainnya dengan cara :

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah;


2. Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah;
3. Menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi),
4. Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia sehingga
peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat
ditangkap secara berkelanjutan” (Solihin, D, 2005).
Menurut Archibugi (2008) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah
dapat dibagi atas empat komponen yaitu :

a. Physical Planning (Perencanaan fisik). Perencanan yang perlu dilakukan untuk


merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan perencanaan ini lebih
diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jaringan
infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori
perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara
komprehensif. Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian
tentang aspek lingkungan. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah perencanaan
wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam bentuk master
plan (tata ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan).
b. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro). Dalam perencanaan
ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah. Mengingat ekonomi wilayah
menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan,
distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan
investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan
ekonomi wilayah guna merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentuk
produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga
keuangan, kesempatan kerja, tabungan).
c. Social Planning (Perencanaan Sosial). Perencanaan sosial membahas tentang
pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja,
wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial diarahkan untuk
membuat perencanaan yang menjadi dasar program pembangunan sosial di
daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.
d. Development Planning (Perencanaan Pembangunan). Perencanaan ini berkaitan
dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai
pengembangan wilayah.

Fianstein dan Norman (1991) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam
yang didasarkan pada pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Traditional planning (perencanaan tradisional). Pada jenis perencanaan ini
perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem kota
yang telah rusak. Biasanya pada konsep perencanaan ini membuat kebijakan-
kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada perencanaan
tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan perkotaan
dengan menggunakan standar dan metode yang professional.
b. User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna). Konsep
perencanaan ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk
mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini
masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus
dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.
c. Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi). Pada perencanaan ini berisikan
program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses
pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada
perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui
program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
d. Incremental Planning (Perencanaan dukungan). Pada perencanaan yang bersifat
dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap
permasalahanpermasalahan perkotaan. Produk perencanaan ini bersifat analisis
yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan dampak
positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dianggap sebagai perencanaan


untuk memperbaiki penggunaan sumber daya yang ada. Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan daerah adalah
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang nyata, baik aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing maupun peningkatan indeks manusia
(Kuncoro, 2005). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2004 dikeluarkan
pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan yang
dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan antara lain adalah
mewujudkan keterpaduan dan sinergi pembangunan antar dinas dan instansi dan antar
Universitas Sumatera Utara daerah, keterpaduan antara perencanaan dan
penganggaran serta untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan partisipasi masyarakat
dalam penyusunan perencanaan.

Rencana merupakan semua tindakan yang saling berkaitan dari Tata Usaha
Negara yang mengupayakan terlaksananya usaha tertentu yang tertib. Konsep
perencanaan pemerintah dalam arti luas didefinisikan sebagai persiapan dan
pelaksanaan yang sistematis dan terkoordinasi mengenai keputusankeputusan
kebijakan yang didasarkan pada suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan dan
cara pelaksanaannya. Suatu rencana terdiri dari bagian peta perencanaan dan
peraturan berkenaan dengan penggunaan.
Perencanaan adalah penetapan langkah-langkah yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Melalui perencanaan ini diharapkan dalam mencapai tujuan
tersebut tidak mengalami masalah dan apabila terjadi masalah, sudah diantisipasi
pemecahannya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian dari pengambilan
suatu keputusan.
Perencanaan wilayah adalah penetapan langkahlangkah yang digunakan untuk
wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah
tersebut tersebut antara lain mengetahui menetapkan tujuan, meramalkan suatu yang
akan terjadi di masa yang akan datang, memperkirakan berbagai masalah yang
muncul, dan menetapkan lokasi atau wilayah yang dijadikan tempat untuk
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan
perencanaan aktivitas pada ruang wilayah. Perencanaan ruang wilayah biasanya
dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan aktivitas
biasanya dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah.

Secara fakta historis kajian perencanaan perkotaan dan kesehatan masyarakat


memiliki kesamaan dalam asal muasal kemunculannya, akan tetapi walaupun begitu
pada kenyataannya interaksi keilmuan diantara keduanya sangatlah minim. Baik para
peneliti kesehatan masyarakat dan perencana perkotaan masih cenderung berkutat di
dunia mereka masingmasing (Corburn, 2004). Baru pada beberapa dekade terakhir
para peneliti dan praktisi kesehatan mulai secara luas mengidentifikasi peran yang
signifikan dari lingkungan binaan, penataan wilayah dan pola perkembangan lahan
terhadap angka kesakitan dan kematian di masyarakat.
Perencanaan perkotaan merupakan sebuah bidang ilmu terapan multidisipliner
yang menyangkut interaksi antara populasi dengan lingkungan dimana mereka
tinggal. Para perencana kota bekerja pada berbagai sektor yang beragam dan luas
cakupannya. Karena keluasan cakupannya inilah kajian perencanaan kota harus
melibatkan pendekatan konseptual dan metode analisis dari multidisplin ilmu, yang
umum didominasi oleh ilmu ekonomi, arsitektur, geografi dan hukum.
Dari sekian banyak keterlibatan seorang perencana kota dalam berbagai
sektor, ada satu hal yang menjadi persamaan umum yakni para perencana
menggunakan keahlian mereka untuk menemukan solusi terhadap permasalahan di
masyarakat dengan berbagai cara yang akan membawa masyarakat mencapai tujuan
jangka panjang yang dikehendaki (AICP, 2014).
Perencana perkotaan telah memperlihatkan keprihatinannya akan proses yang
tidak telihat namun nyata dari aspek sosial, politik, ekonomi serta sejarah yang
menghasilkan pola konfigurasi fisik dari penggunaan atau tata guna lahan,
infrastruktur transportasi, ruang terbuka dan kepadatan penduduk yang semuanya
secara logis dapat dianggap sebagai penetu penting dari kesehatan masyarakat
(Northridge & Sclar, 2003)
Masyarakat disini dapat diartikan secara luas dengan merujuk pada tingkatan
negara, regional, kota ataupun lingkungan sekitar. Pada faktanya para perencana kota
bekerja lebih pada satu skala tingkatan dengan tujuan menyasar secara komprehensif
berbagai tantangan kompleks dari penataan perkotaan yang timbul dari proses
urbanisasi, naik turunnya perkembangan ekonomi dan populasi serta meningkatnya
keberagaman dalam berbagai dimensi kehidupan sosial (Galea & Vlahov, 2005).
Menurut A.D. Belifante dan Boerhanoedin Soetan Batuah, “rencana adalah
suatu (keseluruhan peraturan yangbe rsangkut paut yang mengusahakan dengan
sepenuhnya terwujudnya suatu keadaan tertentu yang teratur) tindakan yang
berhubungan secara menyeluruh, yang memperjuangkan dapat terselenggaranya suatu
keadaan yang teratur secara tertentu”. Tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapaian
tujuan. Perencanaan adalah suatu bentuk kebijaksanaan, dimana masalah perencanaan
berkaitan erat dengan perihal pengambilan keputusan serta pelaksanaanya.
Perencanaan pembangunan dalam suatu wilayah mempunyai tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak hanya berfokus pada sumber daya
manusia dan ekonomi saja, namun juga perlu diiringi dengan perencanaan
pembangunan fisik yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat suatu daerah.
Perencanaan pembangunan ini dimaksudkan untuk melihat pemanfaatan ruang serta
interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah sehingga terlihat perbedaan fungsi
ruang yang satu dengan yang lainnya. Perencanaan pembangunan juga
memperhatikan interaksi antar ruang untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan
yang efisien, nyaman dan bermanfaat.
Perkembangan teknologi mendorong lahirnya sistem transportasi yang lebih
andal dan sangat berpengaruh pada bentuk suatu kota. Sistem transportasi yang
dimaksud meliputi transportasi umum dan kendaraan pribadi. Transportasi umum
memegang peranan yang cukup penting dalam kota karena sistem ini dapat
mengangkut lebih banyak penumpang dengan menggunakan luas lahan dan ruang
jalan yang sedikit. Selain itu perencanaan transportasi umum regional dapat menjadi
perangkat utama dalam pengembangan ekonomi wilayah perkotaan. Sarana
transportasi umum memiliki beberapa syarat agar dapat melayani dengan baik denyut
kehidupan perkotaan tersebut.
Namun bagaimanapun baiknya sistem transportasi umum, kendaraan pribadi
harus tetap diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena kendaraan ini memiliki sifat
yang jauh lebih fleksibel, dapat dioperasikan dengan mudah dan juga dapat diproduksi
secara masal sehingga dapat memenuhi dan melayani bagian-bagian dari suatu kota,
khususnya yang tidak terlayani oleh angkutan umum. Dalam perkembangannya,
pertumbuhan kendaraan dalam suatu sistem transportasi ternyata membawa berbagai
permasalahan yang serius terutama bagi kehidupan perkotaan. Seringkali
pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan rusaknya pola perkotaan karena hanya
didasarkan atas pertimbangan teknis jalan raya dan kebutuhan untuk menciptakan
sistem transportasi yang aman, nyaman, mudah dan ekonomis.
Perencanaan dan pengintegrasian ruang perkotaan haruslah berdasarkan
kepada potensi, kendala dan limitasi yang dimiliki. Demikian pula pertimbangan
manusianya sebagai pemakai ruang tersebut, sehingga ada keterikatan antara ruang
perkotaan dengan warganya. Trancik (1986) berpendapat bahwa dalam satu ruang
perkotaan yang bagus, antara ruang dan massanya haruslah memiliki hubungan yang
baik sehingga bentukan antara ruang solid (massa bangunan) dan ruang void (ruang
terbuka) memenuhi standar perencanaan yang ideal. Ruang perkotaan juga harus
mempunyai suatu sistem keterkaitan antara fungsi satu dengan fungsi lain ataupun
kawasan satu dengan kawasan lainnya sehingga tidak menjadi terpisah-pisah dan
dapat di akses oleh seluruh warga. Setelah terdefinisi dengan baik dan memiliki
keterkaitan, kawasan perkotaan juga harus memiliki makna dan aktivitas sebagai
generator kegiatan di wilayah tersebut, sehingga akan menjadi pusat kegiatan
warganya.
Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu pemukiman atau desa-desa yang
secara umum tersebar di sekitar kawasan, akan tetapi karena nilai strategis dan potensi
yang dimilikinya, maka desa tersebut perlahan tapi pasti tumbuh menjadi ramai dan
membentuk suatu kota atau perkotaan.
Bahkan pada beberapa tempat pertumbuhannya dapat sangat cepat sekali dan
menjadi suatu perkotaan dengan aktivitas dan kegiatannya yang sangat ramai. Ada 3
faktor utama yang menyebabkan berbagai permasalahan muncul di perkotaan, yaitu
pertambahan penduduk, bertambahnya aktivitas kegiatan dan bertambah luasnya
ukuran wilayah terbangun perkotaan.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata
ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan
pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan
pendekatan nilai strategis kawasan dan atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana
umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi.

Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang


efisien, nyaman, serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana
yarrg menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh
pihak pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan
efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah
memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak. Sifat perencanaan wilayah
yang sekaligus menunjukkan manfaatnya, antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut.

1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai


kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut di masa yang akan
datang. Dengan demikian, sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan
untuk dibangun dan yang akan dijadikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat
dihindari pemanfaatan lahan yang mestinya dilestarikan, seperti kawasan hutan
lindung dan konservasi alam. Hal ini berarti dari sejak awal dapat diantisipasi
dampak positif dan negatif dari perubahan tersebut, dan dapat dipikirkan langkah-
langkah yang akan ditempuh untuk mengurangi dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif.
2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan apa
yang perlu dikembangkan di masa yang akan datang dan di mana lokasi kegiatan
seperti itu masih diizinkan. Hal ini bisa mempercepat proses pembangunan karena
investor mendapat kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin
keteraturan dan menjauhkan benturan kepentingan.
3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah penggunaan lahan.
4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih
detail, misalnya perencanaan sektoral dan perencanaan prasarana.Lokasi itu
sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan kegiatan tertentu
pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah maksimal bagi seluruh
masyarakat, artinya dicapai suatu rnanfaat optimal dari lokasi tersebut. Penetapan
lokasi harus menjamin keserasian spasial, keselarasan antarsektor, mengoptimasi
investasi, terciptanya efisiensi dalam kehidupan, dan menjamin kelestarian
lingkungan.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang


wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, yaitu :

a. Mewujudkan wilayah nasional yang aman, maksudnya situasi masyarakat


dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai
ancaman.
b. Mewujudkan wilayah nasional yang nyaman, yakni suatu keadaan masyarakat
dapat mengartikulasikan (berperan mewujudkan atau mengaktualisasikan
sesuatu dalam kehidupannya secara nyta) nilai sosial budaya dan fungsinya
dalam suasana yang tenang dan damai.
c. Mewujudkan wilayah nasional yang produktif, maksudnya proses produksi
dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai
tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan
daya saing.
d. Mewujudkan wilayah nasional yang berkelanjutan, maksudnya kondisi
kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,
termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan
setelah habisnya SDA tak terbarukan.

Perencanaan wilayah diusahakan mencapai sasaran-sasaran tersebut secara


maksimal, berdasarkan hambatan dan keterbatasan yang ada. Masalah yang rumit
adalah bahwa pada lokasi yang direncanakan seringkali telah terisi dengan kegiatan
lain. Akibatnya harus dibuatkan pilihan antara memindahkan kegiatan yang telah
terlebih dahulu ada dan menggantinya dengan kegiatan baru, atau apa yang
direncanakan harus disesuaikan dengan apa yang telah ada di lapangan. Menetapkan
pilihan ini seringkali tidak mudah karena selain masalah perhitungan biaya versus
manfaat, juga seringkali terdapat kepentingan lain yang sulit dikonversi dalam nilai
uang, misalnya adat, sejarah, warisan, dan lingkungan.

Setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan perlu perencanaan yang


matang sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut disesuaikan menurut bidang-bidang
yang akan dicapai.

Albert Silalahi (1987: 167), menjelaskan bahwa tujuan perencanaan adalah


sebagai berikut:

a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan
(a way to anticipate and offset change).
b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-
administrator maupun non-administrator.
c. Perencanaan juga dapat menhindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-
tindih dan pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan
untuk memudahkan pengawasan.

Tujuan penataan ruang/kota:

a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi
sebagai pusat pembangunan dalam suatu pengembangan wilayah;
b. Memberikan kejelasan pemanfaatan ruang yang lebih akurat dan berkualitas;
c. Mempercepat pembangunan secara tertib dan terkendali;
d. Terselenggaranya peraturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
e. Tercapainya pemanfaatan ruang yang akurat dan berkualitas untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara
berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia;
3. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dab sejahtera;
4. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan;
5. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
C. WILAYAH
Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa
pendekatan dan teori. Menyebut beberapa diantaranya adalah growth theory, rural
development theory, agro first theory, basic needs theory, dan lain sebagainya. Teori-
teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang berusaha
menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar lepasa landas
hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia Ketiga bersifat
khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang evolusinya,
teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan nondisipliner. Dengan demikian,
tidak akan ada definisi baku dan final mengenai pembangunan, yang ada hanyalah
usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh pembangunan dalam
konteks tertentu (Syamsul, 2005).
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan
struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor
(sektor theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory). Teori
sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa berkembangnya
wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan transformasi struktur
ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer (pertanian, kehutanan dan
perikanan), serta sektor tertier (perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa).
Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang
menurun di sektor primer, meningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada
suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.

Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari
sebuah kedaulatan. Secara umum, wilayah atau region adalah suatu bagian permukaan
bumi yang memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan
satu keseragaman atau homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari
wilayah-wilayah lain di daerah sekitarnya.

Wilayah adalah bagian atau daerah di permukaan bumi yang dibatasi oleh
kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dari
wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah
kota berbeda dengan wilayah perdesaan.

Wilayah adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi dan


mengorganisasi daerah (area) di muka Bumi untuk berbagai tujuan. Suatu wilayah
memiliki karakteristik tertentu yang memberikan ukuran-ukuran kesamaan dan
perbedaan dengan wilayah lain.

Wilayah bisa digunakan untuk menyederhanakan daerah di muka Bumi


dengan pengaturan berdasarkan pada karakteristik fisik dan sosial yang ada. Wilayah
dibangun manusia sebagai suatu hasil kreasi dan memiliki batas-batas yang
diturunkan dari kriteria khusus.

Jenis-Jenis Wilayah

Berdasarkan kekhasannya, wilayah bisa dibedakan menjadi dua jenis,


diantaranya yaitu :

a. Wilayah yang didasarkan atas konsep homogenitas disebut juga wilayah formal
atau homogeneous atau uniform region, misalnya wilayah bentuk ekonomi dan
wilayah bentuk lahan.
b. Wilayah yang didasarkan atas konsep heterogenitas disebut juga wilayah
fungsional atau nodal region atau organic region, contohnya kota metropolitan.
Dalam geografi dikenal tiga kriteria pewilayahan dengan ciri-ciri berikut ini
diantaranya :

a. Pewilayahan berciri tunggal atau single topic region yaitu penetapan region atau
wilayah yang didasarkan pada salah satu aspek geografi. Contohnya tekanan udara
bisa digunakan untuk membedakan antara wilayah dataran rendah dan wilayah
dataran tinggi.
b. Pewilayahan berciri majemuk atau multi topic region yaitu penetapan wilayah
yang didasarkan pada beberapa faktor geografi. Contohnya yaitu penetapan
wilayah berdasarkan kondisi iklim di daerah tersebut. Dalam penetapan iklim
pasti akan digunakan beberapa faktor geografi seperti angin, intensitas cahaya,
suhu, curah hujan dan sebagainya.
c. Pewilayahan berciri keseluruhan atau total region yaitu penetapan wilayah yang
didasarkan pada banyak faktor menyangkut lingkungan alam, lingkungan manusia
maupun lingkungan biotik. Misalnya dalam penetapan wilayah hutan pinus, hutan
cemara, hutan jati dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghoffar, 2009. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia setelah Perubahan


UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju. Karya Kencana: Yogyakarta.

Asshiddiqie, Jimly, 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. PT Buana


Ilmu Populer: Jakarta.

Dadang Juliantoro, dkk, 2000. Strategi Tiga Kaki: dari Pintu Otonomi Daerah
Mencapai Keadilan Sosial, Lapera Pustaka Utama: Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta

Djoko Prakoso, 1984. Kedudukan dan Fungsi Kepala Daerah beserta Perangkat
Daerah lainnya di dalam Undang-Undang Pokok Pemerintahan Di daerah,
Ghalia Indonesia: Jakarta.

Djoko Sutono, 1982. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press: Jakarta

Faisal Abdullah, 2009. Prinsip, Konsep dan Tantangan dalam Negara Hukum, Pukap
Indonesia: Makassar.

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, 2007. Kamus Inggris-Indonesia Cetakan


Keduapuluh Sembilan, PT. Gramedia: Jakarta.

Moh. Mahfud MD, 2001. Dasar dan Hukum Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta:
Jakarta.

Ni‟matul Huda, 2005. Hukum tata Negara Indonesia, Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Philipus M. Hadjon, 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.

Siagian S.P, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara; Bandung.
Simamora H, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKKPN:
Yogyakarta.
Aidar G, M. Ramli, Amirullah, Lintong dan Baharuddin K., 2010. Pendampingan
program strategis Kementerian Pertanian (Laporan hasil diseminasi)BPTP
Sulawesi Selatan.

Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, (Jakarta, Prenadamedia group, 2014).

Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan


Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,( Bandung, Universitas
Parahyangan, 2000),

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


1998)

Bagir Manan, wewenang Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah

F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan
Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2006)

Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie


Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994),

Juniarso Ridwan & Achmad Sudrjat, Hukum Adminitrasi Negara, (Bandung, Penerbit
Nuansa, 2012).

Prajudi Atmosudirdjo. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia

Puslitbang Tanaman Pangan. 2009. Petunjun Pelaksanaann Pendampingan SL PTT.

Puslitbang Tanaman Pangan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


Teknologi Pertanian. 20 hal.

Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, (Yogyakarta:Universitas


Islam Indonesia, 1998)

Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik


Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan 59 Yuridis
Pertanggungjawaban Kekuasaan, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1990),
Suryana, A. 2005. Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan Andalan
PelaksanaanNasional. Makalah pada Seminar Sistem Pertanian Berkelanjutan
untuk Mendu-kung Pelaksanaan Nasional, 15 Pebruari 2005 di Universitas
Sebelas MaretSolo.

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, 1983,


CV.Rajawali, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai