DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRI NURKHALIZA ( 1965142070)
TUGAS : BAHASA INDONESIA
KAPITA SELEKTA PERENCANAAN WILAYAH
KAJIAN TEORI
A. KAPITA SELEKTA
Kapita Selekta HAN merupakan penyempurnaan dari mata kuliah HAN
Lanjut. Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara (Kapsel HAN) merupakan mata
kuliah yang menampung hal-hal berkaitan dengan HAN dalam praktek secara sektoral
(bijzonderdeel). Kapsel HAN membahas dan mengkaji aspek-aspek khusus di dalam
implementasi kaidah-kaidah hukum (juridische instrumentarium)1 dalam konteks
mewujudkan kehidupan bernegara (tujuan negara). Aspek-aspek khusus yang
mempengaruhi negara tersebut menurut Hans Pieter Waldrich (terinspirasi Imanuel
Kant) antara lain: (i) gezets: perundang-undangan (kedaulatan hukum); (ii) freihet:
kebebasan (kedaulatan rakyat); dan (iii) gewalt: paksaan negara (kedaulatan negara).
R. Kranenburg memberikan definisi Hukum Administrasi Negara dengan
memperbandingkannya dengan Hukum Tata Negara, meskipun hanya sekedar perlu
untuk pembagian tugas. Menurutnya Hukum Administrasi Negara adalah meliputi
hokum yang mengatur susnan dan wewenang khusus dari alat perlengkapan badan-
badan seperti kepegawaian (termasuk mengenai pensiun) peraturan wajib militer,
pengaturan mengenai pendidikan/pengajaran, peraturan mengenai jaminan sosial,
peraturan mengenai perumahan, peraturan perburuhan, peraturan jaminan orang
miskin, dan sebagainya.
Kapita selekta adalah kumpulan inti sari dari suatu bahan atau materi kajian
bidang ilmu tertentu yang tersusun secara rinci dengan penjelasan yang terkini..
B. PERENCANAAN
Praktek perencanaan wilayah dan kota tidak dapat terlepas dari aspek hukum
dan administrasi pembangunan. Aspek hukum menentukan halhal pokok seperti dasar
hukum yang mengamanatkan suatu kegiatan perencanaan, aturan bagaimana dan oleh
siapa perencanaan itu dilakukan atau proses administrasinya, bagaimana legalitas
suatu produk rencana, serta penegakan hukumnya. Healey (1997) menegaskan bahwa
sistem perencanaan dapat didefinisikan sebagai sistem hukum dan prosedur yang
menetapkan aturan dasar praktik perencanaan.
Perkembangan jenis perencanaan yang dianut atau sedang dilakukan juga
mempengaruhi dalam perumusan dasar hukum kegiatan perencanaan. Aspek
administrasi pembangunan yang erat kaitannya dengan birokrasi, sangat menentukan
efektifitas dan efisiensi dari kegiatan perencanaan wilayah dan kota. Bahkan lebih
dari itu, administrasi pembangunan sangat berpengaruh pada operasionalisasi dan
keberhasilan implementasi suatu rencana. Jadi terdapat hubungan interaktif antar a
hukum dengan administrasi pembangunan, serta antar a hukum dan administrasi
pembangunan dengan perencanaan wilayah dan kota.
Ryle (1951) menyatakan bahwa cara berpikir manusia dibentuk oleh tiga
komponen utama yang saling terkait yaitu: penalaran (thought), perasaan (feeling),
dan kehendak (will). Oleh sebab itu, proses berpikir sesungguhnya adalah proses yang
sangat kompleks dan tak pernah henti (Setiadi, 2014).
Selain itu, terdapat pula dua aspek perencanaan kota mulai dari
tahap preparing hingga implementasi. Pada tahap preparing, dilakukan penyiapan
perangkat, pengelolaan perkembangan dan perubahan kota dalam aspek communal
actions (dengan dasar kegiatan masyarakat) dan communal regulations (berdasar pada
perangkat peraturan). Sedangkan pada tahap implementasi berkaitan dengan
pelaksanaan rencana-rencana yang telah dibuat sesuai kondisi saat ini dan juga harus
dilihat dalam wawasan aktual (keseluruhan wilayah) tidak hanya terbatas kepada
wilayah administratif. Perencanaan kota ini juga didasarkan pada potensi dan
permasalahan yang ada sehingga diharapkan akan menjadi lebih baik sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah tersusun.
a. Perencanaan tata ruang merupakan proses terpadu (bukan produk akhir berhaga
mati).
b. Perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu mencakup: perencanaan
fisik-spasial, perencanaan komunitas, perencanaan sumber daya.
c. Perencanaan tata ruang dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat.
d. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan berlandaskan pertimbangan sumber
daya yang tersedia.
e. Rencana tata ruang yang akan disusun merupakan rencana yang diperkirakan
dapat diwujudkan.
Dari berbagai teori perencanaan yang ada, terdapat salah satu teori yang erat
kaitannya dengan penataan wilayah dan kota yaitu teori Archibugi yang memaparkan
mengenai penerapan komponen perencanaan wilayah. Menurut Archibugi dalam
Oktovaney (2014) penerapan teori perencanaan wilayah dibagi atas 3 komponen,
yaitu :
a. Perencanaan fisik
Diana Conyers dan Peter Hills dalam Harahap (2005) menyatakan juga
bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang menerus yang melibatkan
keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, mengenai cara-cara alternatif
penggunaan sumber-sumber daya, dengan tujuan menghasilkan sasaran-sasaran
spesifik untuk waktu yang akan datang. Oleh karena itu, definisi perencanaan
mencakup segitiga sistem nilai, ruang, aktivitas, dan norma yang dikaitkan dengan
monotony dan chaotic (Harahap, 2005).
Fianstein dan Norman (1991) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam
yang didasarkan pada pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Traditional planning (perencanaan tradisional). Pada jenis perencanaan ini
perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem kota
yang telah rusak. Biasanya pada konsep perencanaan ini membuat kebijakan-
kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada perencanaan
tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan perkotaan
dengan menggunakan standar dan metode yang professional.
b. User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna). Konsep
perencanaan ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk
mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini
masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus
dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.
c. Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi). Pada perencanaan ini berisikan
program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses
pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada
perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui
program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
d. Incremental Planning (Perencanaan dukungan). Pada perencanaan yang bersifat
dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap
permasalahanpermasalahan perkotaan. Produk perencanaan ini bersifat analisis
yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan dampak
positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.
Rencana merupakan semua tindakan yang saling berkaitan dari Tata Usaha
Negara yang mengupayakan terlaksananya usaha tertentu yang tertib. Konsep
perencanaan pemerintah dalam arti luas didefinisikan sebagai persiapan dan
pelaksanaan yang sistematis dan terkoordinasi mengenai keputusankeputusan
kebijakan yang didasarkan pada suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan dan
cara pelaksanaannya. Suatu rencana terdiri dari bagian peta perencanaan dan
peraturan berkenaan dengan penggunaan.
Perencanaan adalah penetapan langkah-langkah yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Melalui perencanaan ini diharapkan dalam mencapai tujuan
tersebut tidak mengalami masalah dan apabila terjadi masalah, sudah diantisipasi
pemecahannya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian dari pengambilan
suatu keputusan.
Perencanaan wilayah adalah penetapan langkahlangkah yang digunakan untuk
wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah
tersebut tersebut antara lain mengetahui menetapkan tujuan, meramalkan suatu yang
akan terjadi di masa yang akan datang, memperkirakan berbagai masalah yang
muncul, dan menetapkan lokasi atau wilayah yang dijadikan tempat untuk
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan
perencanaan aktivitas pada ruang wilayah. Perencanaan ruang wilayah biasanya
dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan aktivitas
biasanya dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah.
a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan
(a way to anticipate and offset change).
b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-
administrator maupun non-administrator.
c. Perencanaan juga dapat menhindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-
tindih dan pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan
untuk memudahkan pengawasan.
a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi
sebagai pusat pembangunan dalam suatu pengembangan wilayah;
b. Memberikan kejelasan pemanfaatan ruang yang lebih akurat dan berkualitas;
c. Mempercepat pembangunan secara tertib dan terkendali;
d. Terselenggaranya peraturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
e. Tercapainya pemanfaatan ruang yang akurat dan berkualitas untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara
berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia;
3. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dab sejahtera;
4. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan;
5. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
C. WILAYAH
Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa
pendekatan dan teori. Menyebut beberapa diantaranya adalah growth theory, rural
development theory, agro first theory, basic needs theory, dan lain sebagainya. Teori-
teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang berusaha
menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar lepasa landas
hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia Ketiga bersifat
khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”. Sepanjang evolusinya,
teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan nondisipliner. Dengan demikian,
tidak akan ada definisi baku dan final mengenai pembangunan, yang ada hanyalah
usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh pembangunan dalam
konteks tertentu (Syamsul, 2005).
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan
struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor
(sektor theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory). Teori
sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa berkembangnya
wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan transformasi struktur
ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer (pertanian, kehutanan dan
perikanan), serta sektor tertier (perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa).
Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang
menurun di sektor primer, meningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada
suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari
sebuah kedaulatan. Secara umum, wilayah atau region adalah suatu bagian permukaan
bumi yang memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan
satu keseragaman atau homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari
wilayah-wilayah lain di daerah sekitarnya.
Wilayah adalah bagian atau daerah di permukaan bumi yang dibatasi oleh
kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dari
wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah
kota berbeda dengan wilayah perdesaan.
Jenis-Jenis Wilayah
a. Wilayah yang didasarkan atas konsep homogenitas disebut juga wilayah formal
atau homogeneous atau uniform region, misalnya wilayah bentuk ekonomi dan
wilayah bentuk lahan.
b. Wilayah yang didasarkan atas konsep heterogenitas disebut juga wilayah
fungsional atau nodal region atau organic region, contohnya kota metropolitan.
Dalam geografi dikenal tiga kriteria pewilayahan dengan ciri-ciri berikut ini
diantaranya :
a. Pewilayahan berciri tunggal atau single topic region yaitu penetapan region atau
wilayah yang didasarkan pada salah satu aspek geografi. Contohnya tekanan udara
bisa digunakan untuk membedakan antara wilayah dataran rendah dan wilayah
dataran tinggi.
b. Pewilayahan berciri majemuk atau multi topic region yaitu penetapan wilayah
yang didasarkan pada beberapa faktor geografi. Contohnya yaitu penetapan
wilayah berdasarkan kondisi iklim di daerah tersebut. Dalam penetapan iklim
pasti akan digunakan beberapa faktor geografi seperti angin, intensitas cahaya,
suhu, curah hujan dan sebagainya.
c. Pewilayahan berciri keseluruhan atau total region yaitu penetapan wilayah yang
didasarkan pada banyak faktor menyangkut lingkungan alam, lingkungan manusia
maupun lingkungan biotik. Misalnya dalam penetapan wilayah hutan pinus, hutan
cemara, hutan jati dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Juliantoro, dkk, 2000. Strategi Tiga Kaki: dari Pintu Otonomi Daerah
Mencapai Keadilan Sosial, Lapera Pustaka Utama: Yogyakarta.
Djoko Prakoso, 1984. Kedudukan dan Fungsi Kepala Daerah beserta Perangkat
Daerah lainnya di dalam Undang-Undang Pokok Pemerintahan Di daerah,
Ghalia Indonesia: Jakarta.
Faisal Abdullah, 2009. Prinsip, Konsep dan Tantangan dalam Negara Hukum, Pukap
Indonesia: Makassar.
Moh. Mahfud MD, 2001. Dasar dan Hukum Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta:
Jakarta.
Ni‟matul Huda, 2005. Hukum tata Negara Indonesia, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Siagian S.P, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara; Bandung.
Simamora H, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKKPN:
Yogyakarta.
Aidar G, M. Ramli, Amirullah, Lintong dan Baharuddin K., 2010. Pendampingan
program strategis Kementerian Pertanian (Laporan hasil diseminasi)BPTP
Sulawesi Selatan.
Bagir Manan, wewenang Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan
Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2006)
Juniarso Ridwan & Achmad Sudrjat, Hukum Adminitrasi Negara, (Bandung, Penerbit
Nuansa, 2012).