Anda di halaman 1dari 9

BAPPENAS

Konsep Dasar Perencanaan

Drs. H. Dadang Solihin, MA


Direktur Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kinerja
Pembangunan-Bappenas

Pelatihan Fungsional Penjenjangan Perencana


Tingkat I Angkatan XIII - LPEM-FEUI
Jakarta, 21 Mei 2008
www.dadangsolihin.com 2

Materi

ƒ Pengertian Perencanaan
ƒ Tipe Perencanaan
ƒ Tahapan Perencanaan
ƒ Proses Perencanaan
ƒ Status Hukum Perencanaan
ƒ Syarat Perencanaan
ƒ Kegagalan Perencanaan
ƒ g
Bias-Bias dalam Perencanaan Pembangunan
ƒ Sistem Perencanaan yang Berhasil
ƒ Perencanaan y yang
g Ideal
Perencanaan
www.dadangsolihin.com 3
Berbagai Pengertian
Definisi Perencanaan
tentang Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan ƒ Planning is the application of Scientific Method to Policy
tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian Making
pilihan pilihan
pilihan-pilihan. ƒ Planning
Pl i iis a sett off P
Procedures
d
ƒ Planning is a Process for determining appropriate future
ƒ Menentukan : Menemukan (mengungkapkan dan meyakinkan)
meyakinkan). action through a sequence of choices
ƒ Tindakan : Spesifik dan berkaitan dengan persoalan pelaksanaan
ƒ Public Planning is the systematic interaction of
ƒ Tepat : Dikaitkan dengan tindakan
knowledge and human values to determine the range of
ƒ Pilihan-pilihan :
social choice coupled with a technical process for the
1. Pemilihan tujuan dan kriteria
formulation of social action.
2 Identifikasi seperangkat alternatif yang konsisten dengan preskripsi
2.
dengan pemilihan alternatif yang memungkinkan ƒ Planning is the art of making social decisions rationally
3. Arahan tindakan mengenai tujuan yang telah ditentukan

www.dadangsolihin.com 5 www.dadangsolihin.com 6

Mengapa perlu Perencanaan? Tipe Perencanaan


• Adanya dorongan alami yang dipelajari dalam 1. Perencanaan Fisik (Physical
( Planning),
) adalah
masyarakat untuk pemenuhan kebutuhannya melandasi perencanaan struktur fisik daerah (tata guna tanah,
kelangsungan hidup masyarakat komunikasi, utilitas, dll).
• Adanya interaksi dan kekuatan-kekuatan ekonomi, sosial 2. Perencanaan Ekonomi (Economic Planning), adalah
perencanaan struktur ekonomi suatu daerah dan tingkat
dan politik yang seringkali menimbulkan keadaan yang
kemakmurannya yang biasanya bertumpu pada mekanisme
tidak terkontrol pasar.
• Adanya
da ya ketidakmerataan
e da e a aa pe persoalan
soa a ddistribusi
s bus su sumber
be 3 Perencanaan alokatif
3. alokatif, adalah perencanaan yang
daya (pendapatan, penduduk, alam) sehingga berkenaan dengan koordinasi, penyelarasan hal-hal yang
mengakibatkan terjadi disparitas (kesenjangan) bertentangan, agar terdapat terjamin bahwa sistem yang
pemanfaatan sumber daya bersangkutan tercakup secara effisien sepanjang waktu
• dll sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh,
perencanaan ini biasanya juga regulatory planning
www.dadangsolihin.com 7 www.dadangsolihin.com 8
Tipe Perencanaan Tahapan Perencanaan
4. Perencanaan Inovatif,
f adalah perencanaan yang 1. P
Penyusunan RRencana
berkenaan dengan perbaikan/pengembangan sistem dengan ƒ Rancangan Rencana Pembangunan Nasional /
Daerah
menunjukan sasaran yang baru berusaha menimbulkan
ƒ Rancangan
R R
Rencana K
Kerja
j DDep/Lembaga/
/L b /
perubahan-perubahan besar, perencanaan ini biasanya SKPD
disebut juga development planning. ƒ Musyawarah Perencanaan Pembangunan
5. Perencanaan indikatif adalah perencanaan yang ƒ Rancangan
R Akhi
Akhir R
Rencana P
Pembangunan
b
mengemukakan petunjuk-petunjuk atau pedoman-pedoman 2. Penetapan Rencana
umum dan sifatnya adalah sebagai sumber nasihat.
nasihat ƒ RPJP Nas dgn UU dan RPJP Daerah dgn
Perda
6. Perencanaan imperatif adalah perencanaan yang bersifat ƒ RPJM dengan Peraturan Presiden / Kepala
perintah yang mengandung pengarahan-pengarahan yang Daerah
bersifat kongkrit. ƒ RKP / RKPD dengan Peraturan Presiden /
Kepala Daerah

www.dadangsolihin.com 9 www.dadangsolihin.com 10

Tahapan
p Perencanaan Proses Perencanaan
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana Pendekatan Politik:
ƒ Dilakukan oleh masing
masing-masing
masing pimpinan Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana
SKPD. pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
ƒ Kepala Bappeda menghimpun dan planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan RPJM/D.
RPJM/D
rencana pembangunan dari masing-masing
pimpinan SKPD sesuai dengan tugas dan Proses Teknokratik:
kewenangannya. Menggunakan
gg metode dan kerangka
g berpikir
p ilmiah oleh
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
ƒ Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan bertugas untuk itu.
e ca a pe
rencana pembangunan
ba gu a S SKPD pe
periode
ode
sebelumnya. Partisipatif:
ƒ Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
pembangunan berdasarkan hasil evaluasi antara lain melalui Musrenbang.
pimpinan
i i SKPD
SKPD.
ƒ Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan Proses top-down dan bottom-up:
rencana pembangunan daerah untuk periode
berikutnya
berikutnya. Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan
pemerintahan.
www.dadangsolihin.com 11 www.dadangsolihin.com 12
Status Hukum Perencanaan Syarat Perencanaan
NASIONAL DAERAH
Harus memiliki, mengetahui,
g dan memperhitungkan:
g
Dokumen Penetapan Dokumen Penetapan
Rencana Pembangunan UU Rencana Pembangunan Perda 1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
Jangka Panjang Nasional (Ps. 13 Ayat 1) Jangka Panjang Daerah (Ps. 13 Ayat 2) 2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang
(RPJP-Nasional) (RPJP D
(RPJP-Daerah)
h) mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).
Rencana Pembangunan Per Pres Rencana Pembangunan Peraturan KDH 3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Jangka Menengah Nasional (Ps. 19 Ayat 1)
(Ps Jangka Menengah Daerah (Ps 19 Ayat 3)
(Ps.
(RPJM-Nasional) (RPJM-Daerah) 4. Masalah-masalah yang dihadapi.
Renstra Kementerian / Peraturan Renstra Satuan Kerja Peraturan 5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta
L b
Lembaga (R
(Renstra
t KL) Pimpinan
Pi i KL P
Perangkat
k t Daerah
D h Pimpinan
Pi i SKPD pengalokasiannya.
pengalokasiannya
(Ps. 19 Ayat 2) (Renstra SKPD) (Ps. 19 Ayat 4) 6. kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
j Pemerintah
Rencana Kerja Per Pres Rencana Kerja
j Pemerintah Peraturan KDH
(RKP) Daerah (RKPD)
7 Orang,
7. Orang organisasi,
organisasi atau badan pelaksananya
pelaksananya.
(Ps. 26 Ayat 1) (Ps. 26 Ayat 2)
Rencana Kerja Peraturan Rencana Kerja Satuan Peraturan 8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
Kementerian / Lembaga Pimpinan KL Kerja Perangkat Daerah Pimpinan SKPD pelaksanaannya.
p y
(Renja KL) Ayat 1) (Renja SKPD)
(Ps. 21www.dadangsolihin.com ( Ps. 21 Ayat133) www.dadangsolihin.com 14

Syarat Perencanaan . . . Fungsi//Manfaat Perencanaan


Fungsi

• Faktual dan Realistis Sebagai penuntun arah


• Logis dan Rasional
Minimalisasi ketidakpastian
• Fleksibel
• Komitmen
• Komprehensif atau Minimalisasi inefisiensi sumberdaya

menyeluruh
Penetapan standar dan pengawasan kualitas

www.dadangsolihin.com 15 www.dadangsolihin.com 16
Kegagalan Perencanaan (1)
1. Penyusunan perencanaan tidak tepat,
mungkin karena:
ƒ informasinya kurang
l
lengkap,
k
ƒ metodologinya belum
dikuasai,,
ƒ perencanaannya tidak
realistis sehingga tidak
mungkin pernah bisa
terlaksana
ƒ pengaruh politis terlalu besar
sehingga pertimbangan-
pertimbangan teknis
perencanaan diabaikan.
p
K
Kegagalan
l P Perencanaan www.dadangsolihin.com 18

Kegagalan Perencanaan (2) Kegagalan Perencanaan (3)


2. Perencanaannya mungkin baik, tetapi 3. Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak
pelaksanaannya tidak seperti seharusnya
seharusnya. sesuai dengan kondisi dan perkembangan serta tidak
ƒ kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dapat mengatasi masalah mendasar negara
dengan pelaksanaannya. berkembang.
ƒ aparatt pelaksana
l k tidak
tid k siap
i atau
t tid
tidak
k kkompeten,
t ƒ Misalnya, orientasi
ƒ masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga semata-mata pada
tidak mendukungnya. pertumbuhan yyang
p g
menyebabkan makin
melebarnya kesenjangan.
ƒ Dengan demikian, yang
keliru bukan semata-mata
perencanaannya, tetapi
falsafah atau konsep di
balik perencanaan itu.

www.dadangsolihin.com 19 www.dadangsolihin.com 20
Kegagalan Perencanaan (4)

4. Karena perencanaan diartikan sebagai pengaturan


total kehidupan manusia sampai yang paling kecil
sekalipun.
sekalipun
ƒ Perencanaan di sini tidak memberikan kesempatan
berkembangnya prakarsa individu dan pengembangan
kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh
penuh.
ƒ Sistem ini bertentangan dengan hukum penawaran dan
permintaan karena pemerintah mengatur semuanya.
ƒ Perencanaan
P seperti
ti iinilah
il h yang di
disebut
b t sebagai
b i sistem
i t
perencanaan terpusat (centrally planned system).

Bias-bias
Bias bias dalam
Perencanaan Pembangunan
g
www.dadangsolihin.com 21

Bias--Bias dalam Perencanaan


Bias Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias
Pembangunan (1) Pembangunan (2)
Bias pertama
ƒ Adanya kecenderungan berpikir bahwa: Bias kedua
– dimensi rasional dari pembangunan lebih penting dari ƒ Pendekatan pembangunan yang berasal dari atas
dimensi moralnya, lebih sempurna daripada pengalaman dan aspirasi
– dimensi material lebih penting daripada dimensi pembangunan di tingkat bawah (grass-root).
(grass root).
kelembagaannya, dan ƒ Akibatnya kebijakan pembangunan menjadi
– dimensi ekonomi lebih penting dari dimensi sosialnya. kurang efektif karena kurang mempertimbangkan
ƒ Akibat dari anggapan itu ialah alokasi sumber kondisi yang nyata dan hidup di masyarakat
masyarakat.
daya pembangunan diprioritaskan menurut jalan
pikiran yyang
p g demikian.

www.dadangsolihin.com 23 www.dadangsolihin.com 24
Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias
Pembangunan (3) Pembangunan (4)
Bias keempat
Bias ketiga ƒ Teknologi yang diperkenalkan dari atas selalu jauh
ƒ Pembangunan masyarakat banyak di tingkat lebih ampuh daripada teknologi yang berasal dari
bawah lebih memerlukan bantuan material masyarakat itu sendiri.
daripada keterampilan teknis dan manajerial. ƒ Anggapan demikian dapat menyebabkan
ƒ Anggapan ini sering mengakibatkan pemborosan pendekatan pembangunan yang:
ƒ terlalu memaksa dan menyamaratakan teknologi tertentu
sumber daya dan dana, karena: untuk seluruh kawasan pembangunan di tanah air yang
– kurang mempersiapkan keterampilan teknis dan sangat luas dan beragam tahap perkembangannya ini ini.
manajerial dalam pengembangan sumber daya manusia, ƒ pendekatan pembangunan terlalu mengabaikan potensi
dan teknologi tradisional yang dengan sedikit penyempurnaan
– mengakibatkan makin tertinggalnya masyarakat di dan pembaharuan mungkin lebih efisien dan lebih efektif
lapisan bawah. untuk dimanfaatkan dibandingkan dengan teknologi
impor.

www.dadangsolihin.com 25 www.dadangsolihin.com 26

Bias--Bias dalam Perencanaan


Bias Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias
Pembangunan (5) Pembangunan (6)
Bias kelima Bias keenam
ƒ Lembaga-lembaga yang telah berkembang di kalangan ƒ Masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa yang
rakyat cenderung tidak efisien dan kurang efektif diperlukannya atau bagaimana memperbaiki nasibnya
nasibnya.
bahkan menghambat proses pembangunan. ƒ Oleh karena itu, mereka harus dituntun dan diberi
ƒ Anggapan ini membuat lembaga-lembaga masyarakat petunjuk dan tidak perlu dilibatkan dalam perencanaan
di lapisan bawah kurang dimanfaatkan dan kurang ada meskipun
ki yang menyangkutk t di
dirinya
i sendiri.
di i
ikhtiar untuk memperbaharui, memperkuat serta ƒ Akibat dari anggapan ini banyak proyek-proyek
memberdayakannya. pembangunan yang ditujukan untuk rakyat, tetapi
ƒ Bahkan justru terdapat kecenderungan untuk salah alamat, tidak memecahkan masalah, dan bahkan
memperkenalkan lembaga-lembaga baru yang asing merugikan rakyat.
dan tidak selalu sejalan
j dengan
g nilai dan norma ƒ Bias ini melihat masyarakat sebagai objek dan bukan
masyarakat. subjek pembangunan.

www.dadangsolihin.com 27 www.dadangsolihin.com 28
Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias
Pembangunan (7) Pembangunan (8)
Bias k
Bi kedelapan
d l
Bias ketujuh ƒ Ukuran efisiensi pembangunan yang salah
ƒ Orang miskin adalah miskin karena bodoh dan diterapkan, misalnya ICOR, diartikan bahwa
malas. Dengan demikian, cara menanganinya investasi harus selalu diarahkan pada yang segera
haruslah bersifat paternalistik seperti menghasilkan bagi pertumbuhan.
memperlakukan
l k k orang b bodoh
d hd dan malas,
l d
dan ƒ Padahal upaya pemberdayaan masyarakat
masyarakat, akan
bukan dengan memberi kepercayaan. menghasilkan pertumbuhan, bahkan merupakan
sumber pertumbuhan yang lebih lestari
ƒ Dengan anggapan demikian masalah kemiskinan (sustainable) tetapi umumnya dalam kerangka
(sustainable),
dipandang lebih sebagai usaha sosial (charity) dan waktu (time frame) yang lebih panjang.
bukan usaha penguatan ekonomi. ƒ Anggapan yang demikian beranjak dari konsep
pembangunan
b yang sangatt bersifat
b if t tteknis
k i ddan tid
tidak
k
memahami sisi-sisi sosial budaya dari
pembangunan
g dan potensi yyang
g ada pada rakyat
y
sebagai kekuatan pembangunan.
www.dadangsolihin.com 29 www.dadangsolihin.com 30

Bias--Bias dalam Perencanaan


Bias Bias--Bias dalam Perencanaan
Bias
Pembangunan (9) Pembangunan (10)
Bias kesembilan
• Sektor pertanian dan perdesaan adalah sektor Bias kesepuluh
tradisional kurang produktif
tradisional, produktif, dan memiliki masa ƒ Kegiatan investasi makin cenderung terpusat di
investasi yang panjang, karena itu kurang menarik perkotaan, di sektor industri yang justru banyak
untuk melakukan investasi modal besar-besaran di disubsidi dan diproteksi, yang akibatnya juga
sektor itu.
itu mendorong
d urbanisasi.
b i i
• Oleh karenanya, bermitra dengan petani dan usaha
kecil di sektor pertanian dan perdesaan dipandang ƒ Pengalaman Taiwan dan Jepang menunjukkan
tidak menguntungkan dan memiliki risiko tinggi
tinggi. bahwa investasi di wilayah perdesaan dapat
• Anggapan ini juga telah mengakibatkan prasangka dan meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus
menghambat
g upaya
p y untuk secara sungguh-sungguh
gg gg pemerataan yang menyebabkan ekonominya
membangun usaha pertanian dan usaha kecil di menjadi
j di kkukuh.
k h
perdesaan.

www.dadangsolihin.com 31 www.dadangsolihin.com 32
Perencanaan yang Ideal
Sistem Perencanaan yang Berhasil
• Prinsip partisipatif: masyarakat yang akan
memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut
serta dalam prosesnya.
• Sistem perencanaan yang mendorong
• Prinsip kesinambungan: perencanaan tidak hanya
berkembangnya mekanisme pasar dan peran berhenti pada sat
satu tahap
tahap; tetapi har
haruss berlanj
berlanjutt
serta masyarakat. sehingga menjamin adanya kemajuan terus-menerus
• Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan dalam kesejahteraan, dan jangan sampai terjadi
menentukan sasaran-sasaran secara garis besar, k
kemunduran.
d
baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku • Prinsip holistik: masalah dalam perencanaan dan
utamanya adalah masyarakat dan usaha swasta
swasta. pelaksanaannya
p y tidak dapat
p hanya y dilihat dari satu sisi
(atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek,
dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.
• Mengandung sistem yang dapat berkembang (a
learning and adaptive system).
• Terbuka dan demokratis (a pluralistic social setting).
www.dadangsolihin.com 33 www.dadangsolihin.com 34

Dadang Solihin’s Profile


Dadang Solihin currently is Director for System and Reporting of
Development Performance Evaluation at Indonesian National
Development Planning Agency (Bappenas). He holds MA degree
(Economics), University of Colorado, USA. His previous post is Head,
Center for Research Data and Information at DPD Secretariat General
as wellll as D
Deputy
t Di
Director
t ffor IInformation
f ti off S
Spatial
ti l Pl
Planning
i and
dLLand
d
Use Management at Bappenas.
ƒ Beside working g as Assistant Professor at Graduate School of Asia-
Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as
Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
Terima Kasih ƒ He got various training around the globe, included Public Officials Capacity
Building Training Program for Government Innovation, Seoul –Korea (2007),
Advanced International Training Programme of Information Technology
g
Management, , at Karlstad City,
y, Sweden (2005);
( ); the Training
g Seminar on Land
Use and Management, Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications
for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development
Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government Administration
Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and
Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than
five books regarding local autonomous.
ƒ You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his
www.dadangsolihin.com 35 mobile at +62812 932 2202 www.dadangsolihin.com 36

Anda mungkin juga menyukai