Anda di halaman 1dari 19

Konsep Perencanaan

dan Pembangunan
Pertemuan Ke-2

Fani Ratny Pasaribu, S.AP., M.AP


A. PERENCANAAN
1. Konsep Dasar Perencanaan

Di dalam teori perencanaan ada tiga hal utama yang perlu dipahami, (a) definisi perencanaan,
(b) substantif perencanaan, yaitu apa yang akan direncanakan dan untuk siapa
merencanakannya? dan (c) normatif perencanaan, yaitu bagaimana dan apa alasana
perencanaan yang akan disusun? Berbagai definisi mengenai perencanaan yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli perencanaan, dan ternyata kesemuanya mempunyai ruang
lingkup yangsangat luas, tetapi tidak memperlihatkan adanya konsensus. Beberapa konsep
dasar yang berhubungan dengan perencanaan, antara lain:
1. Dipandang dari sudut kegiatan dasar manusia yang terkandung dalam tingkah laku manusia
pada semua tingkatan masyarakat, perencanaan adalah “suatu proses pemikiran dan tindakan
manusia yang berorientasi ke masa depan.”
2. Ditinjau dari sudut pilihan rasional, maka perencanaan adalah “suatu proses untuk menentukan
tindakan- tindakan di masa depan yang sesuai melalui suatu tahapan pemilihan.”
3. Ditinjau dari sudut pemecahan masalah (problem sloving), perencanaan adalah “proses
pemecahan masalah yang ditujukan pada jenis- jenis masalah yang snagat spesifik.”
Berry (1973) mengidentifikasikan empat model dalam perencanaan perkotaan yang prinsip-
prinsipnya dapat pula diterapkan dalam perencanaan secara umum, yaitu:

a.Ameliorative problem-sloving, yaitu perencanaan yang disusun berdasarkan permasalahan


yang ada, dan cenderung hanya berorientasi pada jangka pendek.
b.Allocative trend-modifying, yaitu perencanaan yang lebih berorientasi ke masa depan dan
disusun berdasarkan kecenderungan saat ini untuk mengantisipasi permasalah-
permasalahan yang muncul pada masa yang akan datang.
c.Expolitive opportunity-seeking, yaitu perencanaan yang sama sekali tidak
mengidentifikasikan permasalahan di masa mendatang melainkan langsung melihat peluang-
peluang baru yang muncul. Dalam model ini, baik masyarakat maupun swasta menjadi
pelaku utama dalam sektor- sektor ekonomi, selain pendekatan ini cenderung bertujuan
untuk memaksimalkan keuntungan dengan sedikit sekali memperhatikan masa depan
d.Normative goal oriented planning, yaitu perencanaan yang berorientasi ke masa depan dan
mengidentifikasikan tujuan- tujuan jangka panjang dan negara. Model ini kemungkinan
digunakan pada negara- negara yang berbentuk sentralisasi.
Berdasarkan konsep tersebut, perencanaan adalah kegiatan masyarakat atau
lembaga yang sungguh- sungguh untuk mengembangkan strategi yang
optimal untuk mencapai serangkaian tujuan- tujuan yang diinginkan.
Pengertian perencanaan didefinisikan secara berbeda- beda, dalam
pengertian yang paling sederhana, perencanaan sebenarnya adalah suatu
cara “rasional” untuk mempersiapkan masa depan. Di sisi lain perencanaan
pada dasarnya adalah proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa
yang akan datang (dalam suatu lingkup waktu tertentu) serta menetapkan
tahapan- tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Proses penyusunan perencanaan dapat didekati dengan analisis sistem, yang komponen- komponennya
digambarkan sebagai berikut:

Diagnosis Masalah

Perumusan Tujuan

Proyeksi dan Perkiraan

Pengembangan
Alternatif

ya
Analisis Kelayakan

Evaluasi

Implementasi
a. Diagnosa Masalah. Perencanaan dimulai dengan adanya ketidakpuasan terhadap
keadaan yang ada, berupa isu- isu yang berkembang dan dikembangkan. Bila tidak ada
isu atau masalah tentu tidak akan ada kebutuhan dan tindakan. Diagnosa masalah
tergantung pada gambaran keadaan yang diinginkan, yang berfungsi sebagai sasaran
(goal) yang akan dituju. Pendefenisian masalah ditujukan untuk mencari pemecahan
masalah yang bersangkutan. Akan tetapi, definisi juga tergantung pada orientasi analisis
yang akan dilakukan oleh individu bersangkutan.

b. Perumusan Tujuan. Perumusan tujuan berkaitan dengan definisi masalah, oleh karena itu
pendefinisian masalah merupakan hal yang sangat penting. Apabila definisi masalah
dapat dibuat dengan jelas, maka pendefinisian tujuan pun dapat dilakukan dengan jelas.
Tantangan tersulit dalam perencanaan adalah menerjemahkan tujuan- tujuan yang kabur
dan saling tidak selaras dengan sasaran- sasaran operasional yang ingin dicapai. Tujuan
harus lebih dahulu dirumuskan sebelum rencana tindakan dikembangkan dalam sasaran-
sasaran jangka pendek ataupun jangka pangjang.

c. Proyeksi dan Perkiraan. Orientasi masa depan sangat ditekankan dalam definisi
perencanaan. Prediksi merupakan aspek yang penting dalam mengevaluasi dan
menetukan alternatif- alternatif yang mungkin dilakukan. Evaluasi tidak dapat dilakukan
tanpa memproyeksikan dampak berbagai alternatif kedalam kondisi- kondisi yang mungkin
terjadi di masa depan. Proyeksi dan perkiraan sangat tergantung pada data, informasi
yang kita miliki dan kontinuitas fenomena yang dianalisis.
d. Pengembangan Alternatif. Suatu rencana yang baik tidak akan keluar dari serangkaian
alternatif. Proses perencanaan sering kali mengabaikan pengembangan alternatif,
padahal tahap ini mempunyai pengaruh yang mendalam pada kualitas keputusan akhir,
sebab keputusan tersebut berasal dari rangkaian pilihan yang akan dipilih dalam
rencana tersebut.

e. Analisis Kelayakan. Analisis kelayakan mengajukan pertanyaan tentang setiap pilihan


yang telah dikembangkan. Hambatan- hambatan dalam pelaksanaan sebenarnya
mudah untuk dikenali bila hambatan tersebut telah diprtimbangkan lebih dahulu, namun
yang sering terjadi justru hal ini diabaikan dalam perencanaan. Hambatan- hambatan
yang kurang nyata dapat berupa hambatan politis atau kelembagaan, dan hal- hal ini
pun harus dipertimbangkan dalam suatu rencana yang realistis.

f. Evaluasi. Tahap evaluasi dimulai bila perencana telah mempunyai sejumlah alternatif
yang diperkirakan akan dapat dilaksanakan. Bila hanya ada satu alternatif, maka harus
ada keputusan “ya atau tidak”, yaitu untuk melaksanakan rangkaian tindakan yang
diusulkan atau tidak melakukan apa- apa sama sekali.

g. Pelaksanaan (Implementasi). Suatu komitmen politis yang kuat nampaknya merupakan


suatu syarat yang diperlukan, walaupun belum tentu mencukupi. Tujuan yang
didefinisikan secara jelas, yang dapat diterjemahkan kedalam sasaran- sasaran yang
dapat dimonitor, merupakan hal yang penting.
2. Corak Perencanaan

Dalam sejarah praktik perencanaan, pendekatan perencanaan koprehensif yang saat ini dipakai di
Indonesia, bukan satu- satunya pendekatan, aliran atau corak perencanaan. Secara umum, keragaman
corak perencanaan yang ada dalam praktik saat ini (Ddjunaedi:2000) yaitu:

a.Perencanaan Komprehensif. Seperti arti namanya, yaitu komprehensif, yang berarti menyeluruh, analisis
dalam perencanaan komprehensif dilakukan dari semua aspek kehidupan perkotaan (kependudukan,
perekonomian, sosial, fisik). Meskipun demikian, hasilnya berupa rencana fisik dan tata ruang. Proses
perencanaan komprehensif dilaukan secara sekuensial (urut). Langkah- langkah sekuensial proes meliputi:
ahan data, analisis, perumusan tujuan dan sasaran perencanaan, pengembangan alternatif rencana,
evaluais dan seleksi alternatif rencana, dan penyusunan dokumen rencana.

b.Perencanaan Induk. Perencanaan induk (master planning) biasanya diterapkan pada perencanaan
komplek bangunan atau kota baru secara fisik. Dibandingkan dengan perencanaan komprehensif yang
dilakukan secara multi disiplin, maka perencanaan induk umumnya dilakukan secara satu disiplin, yaitu
arsitektur. Proses perencanaan induk mengacu pada perencanaan dan perancangan arsitektur, yaitu
dengan langkah- langkah sekuensial: (1) problem seeking, (2) programming, (3) designing. Terhadap hasil
perencanaan/ perancangan dilakukan kegiatan konstruksi atau pelaksanaan aksi/ tindakan.
c. Perencanaan Strategis. Pendekatan strategis memfokuskan secra efisien pada tujuan yang
spesifik, dengn meniru cara perusahaan swasta yang diterapkan pada gaya perencanaan
publik, tanpa menswastakan kepemilikan publik. Perencanaan strategis tidak mengenal
standar baku, dan prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Tiap penerapan perlu
merancang variasinya sendiri sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi setempat. Meskipun
demikian, secara umum proses perencanaan strategis memuat unsur- unsur: (1) perumusan
visi dan misi, (2) pengkajian lingkungan eksternal, (3) pengkajian lingkungan internal, (4)
perumusan isu- isu strategis, dan (5) penyusunan strategi pengembangan.

d. Perencanaan Ekuiti. Perencanaan ekuiti mengikuti pendapat perencanaan advokasi bahwa


akar- akar ketidakadilan sosial-ekonomi perkotaan perlu diatasi, tapi tiak sependapat bahwa
perencana mempunyai tanggung jawab eksplisit untuk membantu pihak- pihak yang tidak
beruntung.

e. Perencanaan advokasi

f. Perencanaan Inkremental.
3. Corak Perencanaan dalam Kaitannya dengan Teori Politik

a. Perencanaan Traisional dan Kaitannya dengan Teori Politik: Teknokratik. Perencanaan


tradisional mempunyai karakteristik bahwa penetapan tujuan perencanaan dan cara pencapaian
tujuan dilakukan oleh perencana. Perencanaan tradisional melakukan pengembangan kota secara
tertata dan penerapan standar tertentu. Dengan memakai standar yang dianggap betul dan tepat
“secara ilmiah” tersebut, perencana tradional tidak merasa perlu melakukan konsultasi ke
masyarakat luas. Dengan kepakarannya, para perencana dianggap mampu bertindak objektif, tidak
memihak salah satu kelompok alam menetapkan tujuan perencanaan dan cara mencapai tujuan
tersebut.

b. Perencanaan Demokratis dan Kaitannya dengan Teori Politik: Demokrasi. Perencanaan


demokratis mulai muncul tahun 1960-an denbgan mengkritik perencanaan tradisional sebagai
“memaksakan” rumusan tujuan perencanaannya kepada masyarakat luas yang belum
tentu ,menerim rumusna tujuan tersebut. Dalam kondisi terdapat banyak kelompok dan banyak
kepentingan yang bertentangan, maka perencanaan demokratis perlu mendapatkan legitimasi dari
semua kelompok dan kepentingan. Teori demokrasi, yang melandasi perencanaan demokratis,
menganggap bahwa tiap orang adalah sama dan pendapat tiap orang adalah benar menurut orang
itu sendiri. Berdasar hal ini, maka pendapat dari mayoritas merupakan pendapat yang paling
benar. Dalam perencanaan demokratis, maka tujuan dan cara harus berdasarkan pada kepentingn
atau pendapat mayoritas tersebut.
c. Perencanaan Ekuiti dan Kaitannya dengan teori politik: Sosialis. Perencanaan
ekuiti agak mirip dengan perencanaan demokratis. Perencanaan demokratik
memfokuskan pada proses partisipasi, sedangkan perencanaan ekuiti menekankan
pada program- program substantif. Perencanaan ekuiti percaya ada satu kesepakatan
publik sehingga dapat diwujudkan satu rencana publik, sedangkan perencanaan
advokasi tidak memercayai hal itu. Perencanaan ekuiti maupun advokasi,
berlandaskan teori politik sosialis. Dari pandangan teori sosialis, kaum tersingkir atau
tertindas perlu mendapat pertimbangan kekuatan politik.

d. Perencanaan Inkremental dan kaitannya dengan Teori Politik:Liberal.


Perencanaan inkremental melakukan perencanaan dalam jangka pendek, sepotong
demi sepotong bersambung, bukan dipikirkan secara jangka panjang. Pelaku
perencanaannya juga bukan hanya satu instansi atau lemabaga tapi seluruh unsur
atau kelompok- kelompok masyarakat.
4. Perencanaan Partisipatif

Mengingat sifat pengelolaan pembangunan itu meliputi banyak aspek dan memiliki keterkaitan dengan
banyak pihak, maka tidak dapat dihindari bilamana metode perencanaan partisipatif yang diperkenalkan
juga banyak jenisnya. Diluncurkannya berbagai jenis metode atau cara perencanaan partisipatif seperti itu
sangat dipengarugi oleh masing- masing pihak, baik instansi pemerintah maupun lembaga lainnya, sesuai
dengan kepentingannya.

a.Makna Perencanaan Partisipatif


Melalui metode perencanaan partisipatif diharapkan akan ada hubungan yang erat antara
masyarakat dan kelembagaan masyarakat secara terus menerus. Masyarakat diberi kesempatan untuk
menyatakan masalah yang dihadapi dan gagasan- gagasan sebagai masukan untuk berlangsungnya proses
perencanaan berdasarkan kemampuan warga masyarakat. Itulah makna perencanaan partisipatif,
penghargaan terhadap partisipasi yang layak diberikannya.

b. Unsur yang Berpartisipasi


Dalam perencanaan partisipatif, semua warga atau kelompok dalam masyarakat pada dasarnya
berhak untuk berperan didalamnya agar dapat mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan mereka.
Kemungkinan yang muncul dari perencanaan seperti itu adalah adanya masyarakat yang tidak mau
mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu program atau kegiatan pembangunan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal:
1.Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyususnan perencanaan.
2.Masyarakat kurang diberi kesempatan, peluang, dan penghargaan terhadap partisipasi yang layak
diberikannya.
3.Pemeran atau pelaku partisipasi dicurigai akan mengambil keuntungan pada proses kegiatan
pembangunan.
4.Tingkat kehidupan dan penghidupan ,masyarakat terbatas, sehingga tidak mampu memberikan hasil yang
diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan.
5.Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi
Oleh karenanya, pendekatan perencanaan partisipatif, masyarakat atau kelompok
masyarakat diberi kesemptan untuk berperan aktif sebagai upaya mengangkat harkat dan
martabatnya. Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat dari adanya peren serta
masyarakat dalam proses pembangunan. Adapun ciri- ciri perencanaan partisipatif antara
lain sebagai berikut:

1.Adanya hubungan yang erta antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus
menerus.
2.Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan
permasalahan yang dihadapi dan gagasan- gagasan sebagai masukan berharga.
3.Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
4.Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
5.Warga masyrakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.
B. PEMBANGUNAN
Pembangunan adalah upaya berkesinambungan menciptakan keadaan yang dapat
menyediakan lebih banyak alternatif yang sah bagi setiap warga negara untuk mencapai
aspirasinya yang paling humanistik. Pada umumnya, aspirasi yang paling humanistik
tersebut dinyatakan sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara filosofis
pendefinisian tersebut dapat diterima, tetapi yang jelas definisi tersebut kurang
operasional, sedangkan pada umumnya para ahli pengembangan wilayah ingin mencapai
tolak ukur kapan pembangunan itu telah terjadi.
Secara umum tujuan pembangunan adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan
sejahtera lahir batin, sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil makmur. Untuk mewujudkan sasarn tersebut, maka titik berat
pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama
pembangunaaan seirama dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
didorong secara saling memperkuat, saling terkait, dan terpadu dengan pembangunan
bidang- bidang lainnya. meningkatnya kegiatan pembangunan, mendorong terjadinya
pengelompokan penduduk ataupun kegiatan perekonomian, sehingga terjadi ketimpangan
antarwilayah maupun antargolongan penduduk. Ketidakmerataan ini akan menjadi
semakin besar bila tidak ditangani secara mendasar dan berlanjut. Sebagai akibat adanya
kebutuhan akan sumber daya alam yang meningkat dan terjadinya pengelompokan
penduduk dari kegiatan ekonomi, maka diperkirakan akan terjadi benturan- benturan
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penataan ruang menjadi amat penting dalam
pembangunan di masa depan.
1. Tolak Ukur pembangunan. Tolak ukur suatu pembangunan dapat dilihat dari beberapa hal sebagai
berikut:
a. Pertumbunhan GNP
b. Pendapatan perkapita
c. Kesempatan kerja
d. Kemiskinan
e. Kelestarian lingkungan hidup

2. Pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun
eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah
pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk
menopangnya. Setidaknya ada dua hal yang ditengarai menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan, yaitu laju pertumbuhan penduduk yang relatif cepat dan kemajuan pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi.
mihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk
mewujudkan terjadinya:
1. Pemerataan manfaat hasil- hasil pembangunan antar generasi yang berarti bahwa pemanfaatan
sumber daya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatiakn batas- batas yang wajar
dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumber daya alam yang
replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbungan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumber daya alam yang berkelanjutan antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa
kini maupun masa yang mendatang.
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
antar generasi.
6. Manjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya
Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator pembangunan
berkelanjutan tidak terlepas dari aspek ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial, politik,
dan budaya.
3. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan

Secara ideal pembangunan berkelanjutan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap


keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup, kebutuhan
ekologis,ekonomis, sosial, budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.

a. Keberlanjutan Ekologis. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis diupayakan dengan cara


memelihara integritas tatanan lingkungan dan ,memelihara keanekaragaman hayati.

b. Keberlanjutan Ekonomi Makro. Tiga elemen utama untuk keberlanjunomi makro yaitu efisiensi
ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan
distribusi kemakmuran. Hal tersebut dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi
mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tan domestik,
pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial
untuk pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

c. Keberlanjutan Ekonomi Sektoral. Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral, barbagai


kasus dilakukan terhadap kegiatan ekonomi. Pertama, sumber daya alam yang nilai ekonominya
dapat dihitung harus diperlakukan sebagai kapital yang tangible dalam kerangka akunting
ekonomi. Kedua, secara prinsip harga sumber daya alam harus merefleksi biaya ekstaksi,
ditambah biaya lingkungan dan biaya pemanfatannya.
d. Keberlanjutan Sosial Budaya. Secara menyluruh keberlanjutan sosial dna budaya
dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup
seluruh manusia. Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran, yaitu:
1. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat,
kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita,
meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
2. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi
kemiskinan absolut.
3. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai sistem
sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan
pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.
4. Mendorong partisipsi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan

e. Keberlanjutan Politik. Keberlanjutan politik diarahkan pada respek human right,


kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi di bidang ekonomi, sosial dan politik,
demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan
dan bertanggung jawab, kepastian kesediaan pangan, air, dan pemukiman.

f. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan. Keberlanjutan keamanan seperti


menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan
luar yang langsung dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai