Dosen pembimbing
Disusun oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang
guna untuk menyerasikan berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga
dalam memanfaatkan lahan dan ruang dapat dilakukan dengan secara optimal,
efisien dan serasi sehingga dihasilkan rencana umum tata ruang dan rencana
rinci tata ruang (UU penataan ruang pasal 1 dan 14).
2. Pemanfaatan ruang
Pengendalian adalah segala urusan atau kegiatan menjamin dan mengarahkan agar
pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku. Sujamto, 1986 (dalam Andrizal: 2007).
Sedangkan pengertian dari pengendalian pemanfaatan ruang sendiri adalah proses
kegiatan yang mengikuti, mengamati, dan mendudukan pelaksanaan
pembangunan di lapangan agar supaya berdaya guna dan berhasil guna mencapai
tujuan yang ditetapkan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditentukan
(Permendagri Nomor 9 Tahun 1988).
1. Peraturan zonasi
Pengertian zona sendiri adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik lingkungan yang spesifik. Sedangkan zoning adalah pembagian
lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan
ruang atau memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda. Sehingga
pengaturan zonasi memiliki pengertian yaitu ketentuan yang mengatur tentang
klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan, dan
prosedur pelaksanaan pembangunan.
Peraturan Zonasi di Indonesia mulai berlaku dan mulai dipakai sejak
diundangkannya UU penataan ruang no. 26/2007. Di negara-negara luar negeri
seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, dan Jepang sudah lama menggunakan
peraturan zonasi. Berdasarkan UU ini, peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Selanjutnya,
peraturan zonasi ditetapkan dengan:
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi system nasional
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi system provinsi
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi
Tujuan diadakannya peraturan zonasi adalah:
fungsi zonasi
a. Sebagai Instrumen pengendalian pembangunan. Peraturan zonasi
yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata
cara pengawasannya
b. Sebagai Pedoman Penyusunan Rencana operasional. Ketentuan zonasi dapat
menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tataruang yang bersifat operasional,
karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro
ke dalam rencana yang bersifat submakro sampai pada rencana yang rinci
c. Sebagai panduan teknis pengembangan/ pemanfaatan lahan. Ketentuan zonasi
mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tatabangunan, prasarana
minimum, dan standar perencanaan
2. Perizinan
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang adalah
izin yang dipersyaratkandalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan (pasal 1). Sedangkan Yang dimaksud
dengan perizinan adalah perizinan yang terkaitdengan izin pemanfaatan ruang
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus
dimilikisebelumpelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin
lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang (Penjelasan pasal 37)
Lisensi (license):
izin bagi kegiatan tertentu yang tidak [harus] berkaitandengan tata ruang (SIUP, Izin
Prinsip, IUT, Izin Trayek, SIM, dll)
Izin (permit):
izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan dankualitas ruang (Izin Lokasi,
Tempat Usaha, IMB, dll)
berdasarkan kewenangannya, izin dibagi menjadi dua yaitu:
Izin yang dikeluarkanoleh Pemerintah Pusat maupun Provinsi sifatnya lisensi,
tidak ada yang masuk kategori permit.
Izin yang dikeluarkanoleh pemerintah kabupaten/kota berupalisensi dan permit.
Fungsi perizinan
1. Sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan kegiatan dan perilaku
masyarakat.
2. Sebagai sarana hukum administrasi karena izin itu bersifat hukum publik
(bukan perdata namun juga bukan pidana) yang terkait dengan kepentingan
umum, sepihak dan mengikat, sehinggaapabila timbul sengketa hukum
dari perizinan maka penyelesaiannyadilakukan di Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN)
3. Merupakan bentuk ketentuan yang memperbolehkan atau
memperkenankan menurut hukum (sarana pengabsahan atau legitimasi
yuridis) bagi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan jenis
izin yang diterima
Prosedur perolehan perizinan
a. RTRW kabupaten/kota
Izin prinsip
Izin lokasi
Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masing-masig sektor dan atau
instansi yang berwewenang
3. Insentif dan disinsntif
Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang,
dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Selanjutnya, Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak
masyarakat. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
(a) Pemerintah kepada pemerintah daerah
(b) pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
(c) pemerintah kepada masyarakat.
Bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif
Insentif
Insentif
Fiskal Non fiskal
Pemberian keringanan pajak Pemberian kompensasi
Pengurangan distribusi Subsidi silang
Kemudahan perizinan
Imbalan
Sewa ruang
Urun saham
Penyediaan sarpras
Penghargaan
Publikasi dan promosi
Disinsentif
Fiskal Nonfiskal
Pengenaan pajak tinggi Kewajiban memberi kompensasi
Persyaratan khusus dalam perizinan
Kewajiban memberi imbalan
Pembatasan penyediaan sarpras
Insentif Disinsentif
1.Sebagai perangkat untuk mendorong Sebagai perangkat untuk mencegah,
kegiatan dalampemanfaatan ruang pada membatasipertumbuhan, atau
promoted area yang sejalan dengan rencana mengurangi
tata ruang; dan kegiatan yang
2.Sebagai katalisator perwujudan tidak sejalan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
1. Pengenaan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi. Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan
c. penghentian sementara pelayanan umum
d. penutupan lokasi
e. pencabutan izin
f. pembatalan izin
g. pembongkaran bangunan
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
BAB III
STUDY CASE
Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan
Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo
Dari hasil analisis overlay, maka didapatkan 4 tipolgi lahan sawah LP2B yang ada
di wilayah penelitian yaitu adalah tipologi 1 yang berwarna kuning pada peta
dengan jenis tipologi lahan berada diperkotaan dengan luas lahan diatas satu
hektar, tipologi 2 (dua) yaitu lahan berada di perdesaan dengan luas lahan diatas 1
hektar, tipologi 3 yaitu lahan berada di perkotaan dengan luas lahan dibawah 1
hektar, dan tipologi 4 yaitu lahan yang berada di perdesaan dengan luas lahan
dibawah 1 hektar. Hasil dari analisis ini akan dijadikan input untuk merumuskan
nilai insentif dan disinsentif PBB berdasarkan tipologi pada wilayah penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Deliana Vita Sari Djakaria dan Rahmawati Husein. (2017). Efektivitas Kantor
Pengendalian Pertanahan Daerah (KPPD) Dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Melalui Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) (Studi di Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman). Journal of Governance And Public Policy. Vol. 4
No. 2 June 2017. 253-293
Ichsanul Karim dan Putu Gde Ariastita. (2016). Penentuan Nilai Insentif dan
Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5,
No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print). F-417 – F-421