Anda di halaman 1dari 14

TATA GUNA LAHAN

PERANGKAT PENATAAN LAHAN

Dosen pembimbing

Mirtha Firmansyah S.T, M.T

Disusun oleh:

Emelia zain 171910501013

Indy farha elya H. 171910501015

Nugroho chandra wijaya 171910501003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan penataan ruang atau wilayah, perlu dilakukan rencana


terlebih dahulu agar ruang yang ada dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukan
dan juga agar supaya dapat tertata dengan baik. Contohnya saja, jika suatu
pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan maka akan
menyebabkan tidak efektifnya penggunaan ruang yang ada. Untuk menyusun
penataan ruang suatu kawasan atau wilayah perlu diadakan banyak pertimbangan.
Pembuatan rencana tata ruang biasanya tercantum dalam RTRWK (rencana tata
ruang wilayah dan kota), RDTRK, RTBL, dan rencana tata ruang lainnya.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses penataan ruang. Pemanfaatan ruang dibanyak daerah di Indonesia,
dalam pelaksanaan sering atau tidak selalu sejalan dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan. Ketidaksesuaian atau pelanggaran tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain, tekanan perkembangan pasar terhadap ruang, belum
jelasnya mekanisme pengendalian dan lemahnya penegakan hukum (Law
enforcement), (Taufik: 2005).
Dalam melakukan izin pembangunan di Indonesia, masih serimg terjadi suatu
permasalahan, permasalahan-permasalahan yang terjadi karena pemnafaatan yang
selalu tidak sejalan dengan apa yang telah direncanakan atau tidak sesuai dengan
perencanaan tata ruang yang ada. Penegndalian pemanfaatan ruang pada saat ini
kurang efisien dan efektif karena instrumen perizinan yang merupakan langkah
awal dalam pengendalian pemanfaatan ruang sering saling bertentangan dan
bahkan melanggar rencana tata ruang yang ada. Pemanfaatan ruang yang sudah
diatur dalam penyusunan RTRW cenderung masih banyak yang dilanggar oleh
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah.

1. Bagaimanakah proses kegiatan perencanaan tata ruang?


2. Apakah yang dimaksud perencanaan, pengendalian dan pemanfaatan
dalam kegiatan penataan ruang?
3. Apa sajakah instrumen pengendalian dalam tata ruang?
4. Bagaimanakah pengertian, fungsi, tujuan dan tata cara pengaturan zonasi?
5. Bagaimanakah pengertian, fungsi, jenis dan prosedur untuk memperoleh
perizinan?
6. Bagaimanakah pengertian, fungsi,dan bentuk insentif dan disinsentif?
7. Bagaimanakah pengertian, fungsi dan tata cara pengenaan sanksi?
8. Bagaimanakah cara yang dilakukan untuk menentukan nilai insentif dan
disinsentif pada study case?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam makalah ini membahas mengenai pengendalian penataan


ruang yang esuai dengan perencanaan serta instrumen-instrumen atau alat
pengendalian dalam penataan ruang dan juga membahas mengenai jurnal study
case yang telah dipilih.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penataan Ruang

Untuk mewujudkan pengelolaan ruang wilayah yang ada di Indonesia,


dibentuklah Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang
menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang yang pelaksanaan
wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah pusat dan daerah (Pasal 7 ayat (2)
dengan tetap menghormai hak yang dimiliki oleh seiap orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal ayat (3), Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4725). Dalam kegiatan penataan ruang sendiri terdiri atas tiga
kegiatan yaitu:
 Perencanaan tata ruang
 Pemanfaatan ruang
 Pengendalian pemanfaatan ruang
Pengertian

1. Perencanaan tata ruang

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang
guna untuk menyerasikan berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga
dalam memanfaatkan lahan dan ruang dapat dilakukan dengan secara optimal,
efisien dan serasi sehingga dihasilkan rencana umum tata ruang dan rencana
rinci tata ruang (UU penataan ruang pasal 1 dan 14).

2. Pemanfaatan ruang

Dalam pasal 1 angka 14 UU penataan ruang menjelaskan bahwa pemanfaatan


ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola ruang sesuai dengan
rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program serta
pembiayaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan program
pemanfaatan ruang merupakan akiitas pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun masyarakat untuk mewujudkan rencana tata ruang yang
dilakukan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang.
3. Pengendalian pemanfaatan ruang

Pengendalian adalah segala urusan atau kegiatan menjamin dan mengarahkan agar
pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku. Sujamto, 1986 (dalam Andrizal: 2007).
Sedangkan pengertian dari pengendalian pemanfaatan ruang sendiri adalah proses
kegiatan yang mengikuti, mengamati, dan mendudukan pelaksanaan
pembangunan di lapangan agar supaya berdaya guna dan berhasil guna mencapai
tujuan yang ditetapkan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditentukan
(Permendagri Nomor 9 Tahun 1988).

Berdasarkan pengertian diatas dapat kita ketahui bagaimana pentingnya


pengendalian dalam merencanakan pemanfaatan ruang, pengendalian ini sangat
berfungsi dan menjadi tolok ukur dalam merencanakan pemanfaatan ruang,
penataan ruang pastinya ditujukan untuk masyarakat, dalam penataan ruang,
masyarakat diharapkan dapat menjadi lebih makmur, serta dapat bertempat tinggal
di ruang yang nyaman. Oleh karena itu, agar dokumen perencanaan ruang bisa
dilaksanakan dengan baik, perlu adanya pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam
melakukan pengendalian pemanfaatan ruang, ada beberapa instrumen atau alat
pengendalian yang sesuai dengan penataan ruang no. 26/2007. Instrumen tersebut
meliputi:

1. Peraturan zonasi
Pengertian zona sendiri adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik lingkungan yang spesifik. Sedangkan zoning adalah pembagian
lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan
ruang atau memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-beda. Sehingga
pengaturan zonasi memiliki pengertian yaitu ketentuan yang mengatur tentang
klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan, dan
prosedur pelaksanaan pembangunan.
Peraturan Zonasi di Indonesia mulai berlaku dan mulai dipakai sejak
diundangkannya UU penataan ruang no. 26/2007. Di negara-negara luar negeri
seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, dan Jepang sudah lama menggunakan
peraturan zonasi. Berdasarkan UU ini, peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Selanjutnya,
peraturan zonasi ditetapkan dengan:
a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi system nasional
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi system provinsi
c. Peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi
Tujuan diadakannya peraturan zonasi adalah:

 Melndungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu


penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada

 Memelihara nilai properti


 memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
 menyediakan aturan yang seragam disetiap zona

Sedangkan manfaat dari adanya peraturan zonasi adalah:

 meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai

 meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik

 menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat

 mendorong pengembangan ekonomi

fungsi zonasi
a. Sebagai Instrumen pengendalian pembangunan. Peraturan zonasi
yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata
cara pengawasannya
b. Sebagai Pedoman Penyusunan Rencana operasional. Ketentuan zonasi dapat
menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tataruang yang bersifat operasional,
karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro
ke dalam rencana yang bersifat submakro sampai pada rencana yang rinci
c. Sebagai panduan teknis pengembangan/ pemanfaatan lahan. Ketentuan zonasi
mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tatabangunan, prasarana
minimum, dan standar perencanaan
2. Perizinan
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang adalah
izin yang dipersyaratkandalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan (pasal 1). Sedangkan Yang dimaksud
dengan perizinan adalah perizinan yang terkaitdengan izin pemanfaatan ruang
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus
dimilikisebelumpelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin
lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang (Penjelasan pasal 37)

Dalam mengatur perizinan pemerintah dan pemerintah menurut kewenangan


masing-masing diatur dalam ketentuan perundang-undangan. UU PR No. 26/2007
diatur sebagai berikut:
a) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah di
batalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kwenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
b) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan diperoleh melalui prosedur yang
benar
c) Izin pemanfaatan ruang di peroleh melalui prosedur yang benar tetepi jika tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah akan dibatalkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
d) Terhadap kerugian yang ditimbulkan yang diakibatkan oleh pembatalan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat
e) Dapat dimintaan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
f) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai kembali akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah dengan memberikan ganti.
g) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
yang dilarang menerbitkan izin yag tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
h) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan
pemerintah.
Jenis perizinan:

 Lisensi (license):
izin bagi kegiatan tertentu yang tidak [harus] berkaitandengan tata ruang (SIUP, Izin
Prinsip, IUT, Izin Trayek, SIM, dll)
 Izin (permit):
izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan dankualitas ruang (Izin Lokasi,
Tempat Usaha, IMB, dll)
berdasarkan kewenangannya, izin dibagi menjadi dua yaitu:
 Izin yang dikeluarkanoleh Pemerintah Pusat maupun Provinsi sifatnya lisensi,
tidak ada yang masuk kategori permit.
 Izin yang dikeluarkanoleh pemerintah kabupaten/kota berupalisensi dan permit.
Fungsi perizinan
1. Sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan kegiatan dan perilaku
masyarakat.
2. Sebagai sarana hukum administrasi karena izin itu bersifat hukum publik
(bukan perdata namun juga bukan pidana) yang terkait dengan kepentingan
umum, sepihak dan mengikat, sehinggaapabila timbul sengketa hukum
dari perizinan maka penyelesaiannyadilakukan di Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN)
3. Merupakan bentuk ketentuan yang memperbolehkan atau
memperkenankan menurut hukum (sarana pengabsahan atau legitimasi
yuridis) bagi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan jenis
izin yang diterima
Prosedur perolehan perizinan
a. RTRW kabupaten/kota

 Izin prinsip

Diberikan berdasarkan RTRW kab/kota, izin prinsip belum dapat dijadikan


dasar untuk pelaksanaan kegiatan

 Izin lokasi

Izin lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang >1 Ha untuk non


pertanian dan >25 Ha untuk pertanian

 Izin penggunaan pemanfaatan tanah

Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan dasar untuk permohonan


mendirikan bangunan
b. RDTR kab/kota

 Izin mendirikan bangunan

Dasar mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang, diberikan


berdasarkan peraturan zonasi, sebagai surat bukti dari pemda untuk
mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan.

 Izin lain berdasarkan peraturan UU

Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masing-masig sektor dan atau
instansi yang berwewenang
3. Insentif dan disinsntif
Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang,
dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Selanjutnya, Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak
masyarakat. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
(a) Pemerintah kepada pemerintah daerah
(b) pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
(c) pemerintah kepada masyarakat.
Bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif
Insentif

 Kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang didorong


pengembangannya

 Menghormati hak orang

Insentif
Fiskal Non fiskal
Pemberian keringanan pajak Pemberian kompensasi
Pengurangan distribusi Subsidi silang
Kemudahan perizinan
Imbalan
Sewa ruang
Urun saham
Penyediaan sarpras
Penghargaan
Publikasi dan promosi

Disinsentif

 Kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi


pengembangannya

 Menghormati hak orang

Fiskal Nonfiskal
Pengenaan pajak tinggi Kewajiban memberi kompensasi
Persyaratan khusus dalam perizinan
Kewajiban memberi imbalan
Pembatasan penyediaan sarpras

Fungsi insentif dan disinsentif

Insentif Disinsentif
1.Sebagai perangkat untuk mendorong Sebagai perangkat untuk mencegah,
kegiatan dalampemanfaatan ruang pada membatasipertumbuhan, atau
promoted area yang sejalan dengan rencana mengurangi
tata ruang; dan kegiatan yang
2.Sebagai katalisator perwujudan tidak sejalan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang

1. Pengenaan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi. Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan


b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Fungsi dari adanya sanksi adalah:

 Sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan


ataumengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang;
dan
 Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tataruang
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana kewajiban diatas, dikenai
sanksi administratif dapat berupa:

a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan
c. penghentian sementara pelayanan umum
d. penutupan lokasi
e. pencabutan izin
f. pembatalan izin
g. pembongkaran bangunan
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

Tata cara pengenaan sanksi administratif

Pasal 182 ayat 3 Pasal 188-197 Pasal 187


Bentuk Tata cara Kriteria
a. Peringatan tertuis Penerbitan surat peringatan  Besar atau kecilnya
tertulis dampak yang
b. Penghentian Penerbitan surat keputusan ditimbulkan
sementara kegiatan penghentian kegiatan, setelah  Nilai manfaat
peringatan tertulis diabaikan pemberian sanksi
c. Penghentian Penerbitan surat keputusan yang diberikan
sementara pelayanan penghentian sementara  Kerugian publik yang
umum pelayanan umum kepada ditimbulkan
pelanggar, setelah peringatan
tertulis diabaikan
d. Penutupan lokasi Penerbitan surat keputusan
penutupan lokasi, setelah
peringatan tertulis diabaikan
e. Pencabutan izin Penerbitan surat keputusan
pencabutan izin, setelah
peringatan tertulis diabaikan
f. Pembatalan izin Penerbitan surat pembatalan
izin, setelah peringatan
tertulis diabaikan
g. Pemulihan fungsi Penerbitan surat perintah
ruang pemulihan fungsi ruang,
setelah peringatan tertulis
diabaikan
h. Denda administratif Dapat dikenakan bersama
dengan sanksi lain atau
tersendiri
Fungsi dari adanya pengendalian pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat pengendali pengembangan wilayah
2. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
3. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang
yang telah sesuai dengan rencana tata ruang
4. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang
5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan

BAB III
STUDY CASE

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan
Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Kabupaten sidoarjo merupakan salah satu lumbung padi Jawa Timur.


Perkembangan yang cukup pesat di Kabupaten Sidoarjo membawa dampak
terjadinya alih fungsi lahan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan
pertanian pada tahun 2009-2015 yang semula luas lahan pertanian 23,539 Ha
menjadi 19,544 Ha sehingga terjadi penyusutan lahan pertanian sekitar 4,995 Ha.

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata


ruang yang telah dijelaskan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dan perangkat pengendalian yang diterapkandan telah memiliki dasar hukum
berdasarkan UU no 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang pasal 35 mengenai
pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian intensif dan disentif, serta pengenaan sanksi. Insentif Pajak
Bumi dan Bangunan merupakan salah satu instrumen pengendalian sebagaimana
telah diatur dalam PP No. 12/2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu instrumen
fiskal dapat digunakan sebagai alat kebijakan dalam rangka pengendalian sumber
daya lahan. Oleh karena itu peran Pajak Bumi dan Bangunan sangat penting
dalam pengendalian lahan karena dapat berfungsi sebagai instrumen insentif dan
disinsentif untuk alih fungsi lahan pertanian.

Dari hasil analisis overlay, maka didapatkan 4 tipolgi lahan sawah LP2B yang ada
di wilayah penelitian yaitu adalah tipologi 1 yang berwarna kuning pada peta
dengan jenis tipologi lahan berada diperkotaan dengan luas lahan diatas satu
hektar, tipologi 2 (dua) yaitu lahan berada di perdesaan dengan luas lahan diatas 1
hektar, tipologi 3 yaitu lahan berada di perkotaan dengan luas lahan dibawah 1
hektar, dan tipologi 4 yaitu lahan yang berada di perdesaan dengan luas lahan
dibawah 1 hektar. Hasil dari analisis ini akan dijadikan input untuk merumuskan
nilai insentif dan disinsentif PBB berdasarkan tipologi pada wilayah penelitian

Berdasarkan tipologi lahan LP2B di Kabupaten Sidaorjo, terdapat 4 tipologi lahan


LP2B dengan yang terbanyak adalah lahan LP2B tipologi 3 yaitu lahan sawah
yang berada di perkotaan dengan luas lahan dibawah 1 hektar. Dan yang terendah
adalah lahan LP2B tipologi 1 yaitu lahan yang berada di perkotaan dengan luas
lahan diatas 1 hektar. Dari masing-masing tipologi digunakan analisis probit
(probability unit) untuk mengetahui nilai insentif dan disinsentif yang dapat
mempertahankan lahan pertanian di tiap tipologinya. Berdasarkan hasil analisis
insentif dan disinsentif Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan analisis probit
pada tipologi 1 yaitu untuk dapat mempertahankan 90% lahan pertanian sawah
diperlukan insentif sebesar 0% dan disinsentif sebesar 0,82%. Untuk dapat
mempertahankan 90% lahan pertanian pada tipologi 2 maka diperlukan insentif
pajak PBB sebesar 0,03% dan disinsentif pajak PBB sebesar 0,8%. Untuk dapat
mempertahankan 90% lahan pertanian pada tipologi 3 maka diperlukan insentif
pajak PBB sebesar 0,01 dan disinsentif pajak PBB sebesar 0,92%. Untuk dapat
mempertahankan 90% lahan pertanian pada tipologi 4 maka dibutuhkan insentif
sebesar 0,05% dan disinsentif pajak sebesar 0,85%.
BAB III
KESIMPULAN

Pengendalian pemanfaatan ruang oleh pemerintah tidak akan berhasil bila


tanpa didukung oleh masyarakat dan semua pihak yang berperan dalam
pembangunan. Instrumen pengendalian hanyalah alat, alat akan berfungsi
sebagaimana mestinya bila semua pihak berkeinginan menggunakannya dengan
benar. Pemerintah dengan kesadaran penuh mengawal setiap kegiatan agar sesuai
dengan rencana yang ada. Masyarakat juga bisa membantu pemerintah dalam
mengontrol pemanfaatan ruang, yaitu dengan mengadukan kepada pemerintah
setiap kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana ruang.
Pemerintah pun harus mengambil tindakan tegas terhadap setiap kegiatan yang
melanggar. Bila semua pihak telah berperan positif dalam pemanfaatan ruang di
Indonesia, tentunya akan terwujud wajah kota dan wilayah yang mempunyai
estetika dan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi warganya.

DAFTAR PUSTAKA

Deliana Vita Sari Djakaria dan Rahmawati Husein. (2017). Efektivitas Kantor
Pengendalian Pertanahan Daerah (KPPD) Dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Melalui Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) (Studi di Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman). Journal of Governance And Public Policy. Vol. 4
No. 2 June 2017. 253-293

Ichsanul Karim dan Putu Gde Ariastita. (2016). Penentuan Nilai Insentif dan
Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5,
No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print). F-417 – F-421

Anda mungkin juga menyukai