TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
i
THE EFFECT OF SILVER ON THE PHYSICAL AND
MECHANICAL PROPERTIES OF Al-Si CASTING
FINAL PROJECT
By :
ii
iii
iv
v
Halaman Persembahan
indah ini.
ibuku Sumarti atas cinta dan kasih sayang yang tidak akan
vi
INTISARI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Akhir dengan judul ” Pengaruh Penambahan Perak Terhadap Sifat Fisis Dan
besarnya kepada:
1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama S.J. M.Sc. selaku Rektor
3. Budi Sugiharto S.T.,M.T. selaku ketua program studi Teknik Mesin dan
angkatan 2004 yang telah membantu dan mendukung Tugas Akhir ini.
viii
Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka akan adanya kritik
dan saran yang membangun untuk menjadikan laporan ini lebih baik lagi.
Pada akhirnya penulis berharap agar Laporan Tugas Akhir ini dapat
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
3.5.1 Bahan coran ........................................................................... 27
3.5.2 Alat-alat yang digunakan ...................................................... 28
3.5.3 Proses peleburan logam......................................................... 28
3.5.4 Pelepasan hasil coran ............................................................ 30
3.6 Pembuatan Benda Uji........................................................................... 30
3.7 Peralatan Pengujian .............................................................................. 33
3.8 Pengujian Hasil Coran ......................................................................... 34
3.8.1 Pengujian Impak .................................................................. 34
3.8.2 Pengujian Kekerasan ............................................................. 37
3.8.3 Pengamatan Struktur Mikro ................................................. 40
3.8.4 Pengamatan Porositas Hasil Coran ....................................... 42
3.8.5 Pengujian Komposisi Kimia ................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 46
4.1 Pengujian Impak ................................................................................. 46
4.2 Pengujian Kekerasan ............................................................................ 48
4.3 Pengamatan Struktur Mikro ................................................................. 50
4.4 Pengamatan Porositas .......................................................................... 52
4.5 Pengamatan Komposisi Kimia ............................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 57
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 57
5.2 Saran..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
xi
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai macam bahan terutama dalam dunia industri juga bertambah dan
semakin komplek. Salah satu bidang yang mendukung industri adalah pengecoran
logam. Bidang ini telah mengalami perkembangan dalam metode yang digunakan
dalam proses pengecoran maupun dari bahan yang digunakan dalam pengecoran.
proses pengerjaannya, dan biaya yang diperlukan. Pemilihan bahan yang tepat
dapat memberikan beberapa keuntungan baik dilihat dari sisi mekanis maupun
Dalam bidang industri salah satu bahan yang sering digunakan adalah
aluminium. Aluminium adalah salah satu logam non ferro yang memiliki banyak
sifat yang menguntungkan, sifat-sifat itu antara lain : berat jenis yang rendah
pengerjaannya relatif cepat, daya hantar listrik tinggi, tahan terhadap korosi, dan
terutama kekuatan yang cukup tinggi dalam bentuk paduan serta kebutuhan akan
logam jenis ini tiap tahun mengalami peningkatan, penulis menjadikan paduan
1
2
aluminium sebagai objek penulisan tugas akhir. Dalam hal ini penulis memilih
Penelitian ini meneliti perubahan sifat fisis dan mekanis hasil coran
paduan Al-Si dengan variasi kadar perak (Ag), yang mana Al-Si diperoleh dari
pelek mobil. Coran yang ingin dibuat dan diteliti terdiri dari lima jenis coran,
yaitu :
Hasil dari setiap coran akan dibandingkan dan dilihat akibat pengaruh unsur perak
yang ditambahkan.
cetakan pasir, penulis memberikan batasan supaya penulisan tidak terlalu luas
serta mengenai sasaran yang ingin dicapai. Pembatasan penulisan adalah sebagai
berikut:
penambahan perak
penambahan perak.
BAB II
DASAR TEORI
cetakan. Hal itu terjadi kira-kira 4000 sebelum masehi, sedangkan tahun yang
pasti tidak diketahui. Awal penggunaan logam adalah ketika manusia membuat
perhiasan atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata atau mata bajak
selanjutnya mengetahui cara untuk menuang logam cair ke dalam cetakan, dengan
demikian untuk pertama kalinya manusia dapat membentuk coran yang rumit,
umpamanya perabot rumah, perhiasan atau hiasan makam. Coran tersebut dibuat
dari perunggu yaitu suatu paduan tembaga, timah dan timbal yang titik-cairnya
kira 3000 tahun sebelum Masehi, teknik ini diteruskan ke asia tengah, India
dan Cina. Penerusan ke Cina kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, dan dalam
zaman Cina kuno semasa Yin, yaitu kira-kira 1500-1000 tahun sebelum Masehi.
Pada masa itu tangki-tangki besar yang halus dibuat dengan cara dicor. Sementara
4
5
itu teknik pengecoran Mesopotamia juga diteruskan ke Eropa, dan dalam tahun
tombak, perhiasan, tangki, dan perhiasan makan dibuat di Spanyol, Swiss, Jerman,
perunggu di India dan Cina diteruskan ke Jepang dan Asia Tenggara, sehingga
Jepang banyak arca-arca Budha dibuat antara tahun 600 dan 800.
sebelum Masehi, ditemukan cara membuat coran dari besi kasar yang mempunyai
sekitar Laut Tengah. Di Yunani 600 tahun sebelum Masehi, arca-arca raksasa
Epaminondas atau Hercules, berbagai senjata, dan perkakas dibuat dengan jalan
pengecoran. Di India zaman itu pengecoran besi kasar dilakukan dan diekspor ke
Mesir dan Eropa. Walaupun demikian baru pada abat ke 14 saja pengecoran besi
kasar dilakukan secara besar-besaran, yaitu ketika Jerman dan Itali meningkatkan
tanur beralas datar yang primitif itu menjadi tanur tiup berbentuk silinder, di mana
pencairan dilakukan dengan jalan meletakan biji besi dan arang batu berselang-
seling. Produk-produk yang dihasilkan pada waktu itu adalah : meriam, peluru
meriam, tungku, pipa, dan lain-lain. Cara pengecoran pada zaman itu ialah
menuangkan secara langsung logam cair yang didapat dari biji besi ke dalam
cetakan. Kokas ditemukan di Inggris pada abad 18, yang kemudian di Prancis
6
disahkan agar kokas dapat dipakai untuk mencairkan kembali besi kasar dalam
tanur kecil pada pembuatan coran. Kemudian tanur yang serupa dengan tanur
kupola yang ada sekarang dibuat di Inggris, dan cara pencairan besi kasar yang
dilakukan sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang. Walaupun sejak masa
kuno baja dipakai dalam bentuk tempaan, namun sejak H. Bessemer atau W.
Siemens sajalah telah diusahakan untuk membuat baja dari besi kasar, dan coran
baja diproduksi pada akhir pertengahan abad 19. Coran paduan aluminium dibuat
pembersihan, proses daur ulang pasir cetakan, dan hasilnya disebut coran.
menjadi :
Coran dibuat dari logam yang dicairkan dan dituang ke dalam cetakan,
Oleh karena itu sebelum membuat coran harus dibuat perencanaan yang matang
1 Penentuan pola
Pola adalah tiruan benda coran (tidak sama dengan benda coran, baik
Untuk mendapatkan hasil coran yang baik penentuan kup, drag, dan
• Penempatan inti harus mudah. Tempat inti dalam cetakan utama harus
logam yang ada dalam ladel harus dibuang. Supaya pada saat
berkualitas tinggi.
dan cermat.
5. Pembongkaran cetakan
Pada umumnya dapur kupola atau tanur frekuensi rendah dipergunakan untuk besi
cor, tanur busur listrik atau tanur induksi frekuensi tinggi untuk baja tuang, dan
tanur krus untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan karena tanur-tanur ini
dapat menghasilkan logam cair yang baik dan ekonomis untuk logam-logam
termasuk logam paduan ringan sebagai bahan dasar maka tanur yang dibahas
Gambar 2.1 Tanur Krus Tampak Atas (kiri) dan Tampak Samping (kanan)
Peleburan dengan krus besi cor dan krus karbon dilakukan sebagai berikut.
Pertama diisikan sekrap, kemudian logam baru dan paduan dasar. Magnesium
seperti alat untuk pemberi fosfor. Magnesium yang tenggelam kemudian mencair
oksidasi, lebih baik memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian
dipanaskan. Kalau bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditambahkan untuk
11
mencegah oksidasi dan absorpsi gas. Selama pencairan permukaan harus ditutup
dengan fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah
segregasi.
dipakai kadang-kadang pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah
lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal asal dipakai pasir yang
semen, resin furan, resin fenol atau minyak pengering karena pengunaan zat-zat
dalam rangka cetak (flask) yang terdiri atas dua bagian, bagian atas disebut kup
dan bagian bawah disebut drag. Belahan pola diletakkan diatas papan kayu yang
rata, drag diletakkan di atas papan kemudian diisi penuh pasir dan ditekan keras.
Bila pasir kurang padat cetakannya mudah rusak pada waktu pengerjaan atau
rusak akibat aliran logam cair. Bila terlalu padat, gas dan uap sulit menguap, hal
ini dapat mengakibatkan cacat pada benda cor. Drag dan kup dipasang jadi satu
sesudah diberi grafit, kegunaan grafit adalah untuk mencegah melekatnya pasir
dari kedua bagian cetakan dan memperhalus permukaan hasil cor. Penampang
berikut ini :
kecil.
3. Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian rupa sehingga terjadi
cetakan ke arah logam cair sehingga selalu ada logam cair cadangan untuk
4. Usahakan kotoran dan partikel asing tidak dapat masuk ke dalam rongga
cetakan.
jalan untuk logam cair ke dalam cetakan. Saluran turun berfungsi untuk
mengalirkan logam cair ke dalam cetakan. Selain itu ada saluran penambah yang
berfungsi untuk menambahkan logam cair pada saat logam cair membeku.
1. Cawan tuang
Cawan tuang adalah penerima pertama yang menerima logam cair langsung
dari ladel. Cawan ini biasanya berbentuk corong, cawan ini harus
terbawa logam cair dari ladel. Cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal,
pusaran yang akan menampung kotoran/terak sisa pada logam cair, sehingga
2. Saluran turun
Saluran turun saluran yang pertama membawa logam cair dari cawan tuang
kedalam pengalir dan saluran masuk. Saluran ini dibuat tegak lurus dengan
irisan yang berupa lingkaran, biasanya irisannya sama dari atas sampai
panas.
3. Pengalir
Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun
4. Saluran masuk
Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir
kedalam rongga cetakan. Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih
kecil dari pada pengalir. Bentuk irisan biasanya berupa bujur sangkar,
cetakan.
yaitu : proses pengolahan alumina (Al2O3) dan proses elektrolisa alumina menjadi
proses yang disebut proses Bayer. Bauksit dimasukan ke dalam larutan NaOH dan
Alumina yang diperoleh melalui proses pengolahan bauksit, diproses lagi secara
mempunyai titik leleh yang tinggi (2000˚C), maka alumina tersebut dilarutkan ke
dalam cairan cryolite (Na3AlF6) yang bertindak sebagai elektrolit sehingga titik
1. Kerapatan (density).
3. Salah satu ciri dari logam non ferro adalah jika suatu logam non ferro
mempunyai kerapatan yang tinggi maka daya tahan terhadap korosi yang
dimiliki logam tersebut juga semakin baik. Hal tersebut tidak berlaku untuk
aluminium, walaupun aluminium merupakan alah satu jenis logam non ferro.
Karena aluminium memiliki lapisan atau selaput tipis oksida transparan dan
besi (non ferrous alloy) juga beberapa jenis baja. Adapun sifat mekanis
5. Aluminium mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Daya hantar listrik
yang dimiliki aluminium adalah sekitar 65% dari daya hantar tembaga.
6. Aluminium merupakan bahan yang tidak beracun. Maka dari itu aluminium
minuman. Hal ini disebabkan reaksi kimia antara makanan dan minuman
membahayakan manusia..
dibuat menjadi lembaran tipis atau plat. Sifat mampu bentuk ini disebut juga
untuk proses penuangan dengan waktu peleburan relatif singkat dan dengan
perlengkapan bidang kimia, lembaran (plat) dan sebagainya. Salah satu usaha
proses pengerasan regangan, tetapi cara ini tidak senantiasa memuaskan bila
paduan aluminium adalah : tembaga (Cu), mangan (Mn), silikon (Si), magnesium
(Mg), seng (Zn), dan lain sebagainya, serta sifat lainnya seperti mampu cor dan
diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh berbagai negara di dunia. Saat ini
klasifikasi yang sangat terkenal dan sangat sempurna adalah standar Aluminium
Association di Amerika (AA) yang didasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa
dua kelompok umum, yaitu : paduan aluminium tuang/cor (cast aluminium alloys)
tersebut dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu dengan perlakuan panas (heat
treatable alloys) dan paduan tanpa perlakuan panas (non heat treatable alloys).
dilakukan. Laju pendinginan ini tergantung pada jenis cetakan yang digunakan.
dibandingkan dengan cetakan pasir sehingga struktur logam cor yang dihasilkan
akan lebih halus dan menyebabkan peningkatan sifat mekanisnya. Berikut ini
1. Paduan Al-Cu.
penyusutan yang besar, resiko besar pada kegetasan panas dan mudah terjadi
retakan pada coran. Paduan ini juga memiliki sifat-sifat mekanis dan mampu
mesin yang baik sedangkan mampu cor bahan ini agak jelek. Adanya Si
cornya. Dengan perlakuan panas pada coran dapat dibuat bahan yang
Paduan ini mempunyai visikositas yang baik dan tahan terhadap korosi serta
penghantar panas dan listrik yang baik. Bila Paduan ini dicor, akan
kristal halus dan memperbaiki sifat-sifat mekanisnya, tetapi cara ini tidak
efektif untuk coran tebal. Sifat-sifat mekanik paduan Al-Si dapat diperbaiki
dengan menambahkan Mg, Cu, atau Mn, dan selanjutnya diperbaiki dengan
komposisi eutektik, dapat digunakan pada suhu tinggi dengan koefisien muai
panjang relatif kecil. Paduan ini banyak digunakan untuk bahan piston mesin
3. Paduan Al-Mg.
ketahanan korosi dan sifat-sifat mekanis yang baik. Paduan ini mempunyai
bagian-bagian dari alat-alat industri kimia, kapal laut, kapal terbang yang
mempunyai daya tahan yang sangat baik terhadap korosi dalam air laut dan
dapat dengan mudah ditempa, dirol dan diekstrusi. Paduan Al dengan 4,5 %
Mg setelah dianil merupakan paduan cukup kuat dan mudah dilas. Paduan
4. Paduan Al-Mn.
tahan korosi
5. Paduan Al-Mg-Zn.
turun. Telah diketahui sejak lama bahwa paduan sistem ini dapat dibuat
keras dan getas oleh korosi tegangan. Paduan tersebut dinamakan ESD
sehimgga paduan ini banyak dipakai untuk piston atau tutup silinder.
terhadap suhu tinggi sehingga paduan ini banyak dipakai untuk piston.
dari coran aluminium tersebut, ada yang memberi pengaruh baik dan ada juga
yang memberikan pengaruh kurang baik. Berikut ini adalah pengaruh unsur-unsur
proses penuangan.
METODE PENELITIAN
Uji komposisi
Kesimpulan
25
26
kualitatif, yaitu suatu penelitian terhadap obyek tertentu dan kesimpulan yang
diambil hanya terbatas pada obyek yang diteliti berdasarkan hasil analisa data
yang telah dilakukan. Dalam hal ini obyek yang diteliti adalah pengaruh
1. Tahap persiapan
2. Tahap penelitian
• Penelitian pendahuluan
• Pelaksanaan penelitian
3. Penelitian Kepustakaan
kendaraan bermotor (mobil), untuk perak (Ag) yang digunakan berasal dari
2. Burner
3. Kompresor
4. Tang penjepit
6. Thermokopel
7. Stopwatch
8. Cetakan pasir
diaduk hingga seluruh bahan mencair dan menjadi satu, cetakan pasir disiapkan
komposisinya
5. Cetakan disiapkan
6. Kowi diletakan sedemikian rupa pada tungku yang sudah dipasangi burner
7. Api dihidupkan dan dicari yang paling baik nyalanya (dilakukan penyetelan
8. Pada saat kowi mulai memanas bahan cor dimasukkan kurang lebih 5 menit
11. Saat inilah kowi dapat diambil dari tungku dengan menggunakan tang
sudah dipersiapkan
dilakukan dengan cara merusak cetakan sehingga coran terlepas dari cetakan.
Setelah lepas dilakukan pembersihan dan pembuangan bekas lubang saluran turun
dan keluar menggunakan gergaji tangan dan kikir, setelah itu baru dilanjutkan
mm .
32
Sisa dari potongan balok akan dipakai untuk melakukan pengujian kekerasan
1. Mesin Uji Impact Charpy milik Laboratorium Ilmu Logam Jurusan Teknik
2. Mesin uji kekerasan "Brinell hardness tester MOD 100 MR" milik
Yogyakarta
struktur mikro
6. Jangka sorong
Energi kejut yang dikenakan pada suatu bahan dapat dianalogikan dengan
pengujian ini adalah ayunan beban yang dikenakan pada benda uji ( specimen ).
Energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji dihitung langsung dari
perbedaan energi potensial pendulum pada awal ( dijatuhkan ) dan akhir setelah
menabrak benda uji. Untuk memastikan bagian benda uji yang patah, perlu dibuat
180°
h0 a ß h1
R
0°
h0 = R + R cos(180-α)
= R – R cos α
= R (1 – cos α)
35
h1 = R+R cos(180-β)
= R – R cos β
= R (1 – cos β)
= G . R (cos β – cos α)
Tenaga patah
Harga keuletan =
Luas penampang patahan
dengan :
R = Radius Pendulum ( m )
Menggunakan R = 39,48 cm
benda uji
1. Lengan kita naikan pendulum sesuai dengan sudut yang telah ditentukan,
uji.
4. Amati dan catat jarum yang terdorong oleh ayunan pemberat( sudut α ).
langkah 2.
berdimeter 5 mm, ditekankan ke permukaan bagian dari benda uji dengan beban
menggunakan alat ukur optik. Cara Brinell ini dilakukan dengan penekanan
sebuah bola (penetrator) yang terbuat dari baja krom ke permukaan benda uji
Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis. Permukaan yang diuji harus
bersih dan rata. Setelah gaya tekan ditiadakan pada benda uji akan terdapat bekas
injakan penetrator, kemudian diameter bekas injakan tadi diukur secara teliti
untuk dipakai dalam perhitungan uji kekerasan. Kekerasan ini disebut “Kekerasan
Besarnya harga kekerasan brinell dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2P kg
HB =
πD( D − D 2 − d 2 ) mm 2
dengan :
Bola Brinell tidak boleh terdeformasi saat pengujian benda uji. Bola Brinell
mempunyai standar dengan diameter (D). Saat pengujian Brinell ini, perlu
diperhatikan beban tekan (P), diameter bola dan jenis logam uji. Besar beban yang
bekerja tergantung pada diameter bola dan jenis benda uji. Diameter penetrator
Diameter P P P
penetrator =5 = 10 = 30
D2 D2 D2
(D = mm)
Gaya (kg)
2,5 31,25 62,5 187,5
5 125 250 750
10 500 1000 3000
1. Permukaan pada benda uji harus dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas
penekanan.
4. Benda uji yang telah selesai diuji dipindahkan dari alat uji untuk diamati
5. Data yang ada dari hasil pengujian yang dilakukan dicatat dan dihitung harga
Gambar 3.7 Mesin uji kekerasan "Brinell Hardness Tester MOD 100 MR"
struktur benda uji dengan menggunakan mikroskop, disamping itu dapat pula
mengamati cacat dan bagian yang tidak teratur. Struktur mikro dari suatu bahan
dapat diketahui dengan cara memfoto yang sudah dietsa. Pengamatan struktur
mikro dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari sifat-sifat logam dan akibat
dari perlakuan panas dengan mikroskop, serta memeriksa struktur logam. Bila
Bila berkas dipantulkan dan tidak mengenai lensa, daerah itu akan tampak hitam.
Batas butir akan tampak seperti mengelilingi setiap butir dan cahaya tidak
41
dipantulkan ke dalam lensa. Jadi batas butir tampak seperti garis-garis hitam. Pada
Gambar yang difoto sebelum benda uji dietsa ini nantinya akan digunakan
Setelah itu benda uji dimasukan ke dalam cairan alkohol untuk menetralkan
benda tersebut. Pada pengujian ini yang patut diketahui adalah sedikit banyaknya
pori-pori, dengan kita mengetahui sedikit banyaknya pori-pori yang ada di benda
tersebut dapat memberi kesimpulan pada kita bahwa semakin sedikit pori-pori
suatu benda berarti semakin padat molekul yang terdapat pada benda tersebut dan
sebaliknya. Porositas atau cacat lubang jarum dapat terjadi apabila gas hidrogen
Penyebab utamanya adalah adanya gas yang terserap dalam logam cair selama
penuangan coran. Beberapa upaya untuk mencegah timbulnya cacat pori-pori ini
2. Seluruh daerah hitam (pori-pori) yang mengisi kotak millimeter blok juga
dijumlahkan.
3. Kedua luasan dibagi dan hasilnya kemudian dikalikan 100%, maka akan
blok kecil kemudian dilakukan perhitungan jumlah pori hitam pada foto.
kimia dari benda coran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian kita
dapat mengetahui seberapa banyak unsur paduan yang larut ke dalam coran.
• Letakan sampel benda uji pada dudukan kerja, kemudian tekan start
yang diberikan sebesar 1%, 2%, dan 3%. Penambahan Ag adalah untuk mengetahui
menggunakan tiga buah spesimen dengan Ag 1%, 2%, dan 3%. Dari ketiga spesimen
yang telah diuji itu kemudian ditentukan rata-rata sudut setelah ada benda uji ( β ),
sehingga dengan melakukan pengujian impak ini akan diperoleh harga keuletan. Dari
46
47
25
15
10
0
1 2 3 4
Bahan
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa harga keuletan terbesar terdapat pada
paduan Al-Si yang telah ditambah kan unsur Ag sebanyak 3% (4) adalah sebesar 23
dengan Al-Si saja, semakin banyak penambahan nilai Ag maka semakin besar pula
harga keuletannya. Hal ini terjadi karena atom-atom Ag yang ditambahkan pada
paduan Al-Si menempati tempat kosong atau celah dari struktur atom paduan Al-Si
sehingga akan memperbaiki sifat-sifat paduan tersebut. Besarnya nilai keuletan dari
seluruh paduan adalah sebagai berikut (seperti terlihat pada lampiran hal 62) :
48
100
80
60
BHN
40
20
0
1 2 3 4
Bahan
ditambahkan, hal ini ditunjukkan oleh besar kecilnya diameter bekas injakan. Besar
diameter bekas injakan bola baja mewakili tingkat kekerasan bahan yang diuji.
Semakin besar diameter bekas injakan oleh bola baja yang terbentuk maka kekerasan
akan menurun, sebaliknya semakin kecil diameter bekas injakan yang terbentuk oleh
bola baja maka kekerasannya akan meningkat. Dari melihat grafik diatas semakin
kekerasan tertinggi terdapat pada paduan Al-Si yaitu sebesar 92,5 BHN dan
kekerasan terendah terdapat pada variasi Ag 3% yaitu sebesar 75,1 BHN. Hal ini
terjadi karena proses pendinginan perak setelah dilakukan peleburan relatif lebih lama
sehingga terjadi kekerasan yang tidak merata. Besarnya BHN pada masing-masing
variasi dapat dilihat pada tabel berikut ini (seperti terlihat pada lampiran hal 64) :
No Bahan BHN
1 Al-Si 92,5
2 Al-Si-Ag 1% 88,3
3 Al-Si-Ag 2% 84,4
4 Al-Si-Ag 3% 75,1
50
butir yang terjadi pada setiap coran. Pengamatan struktur mikro dilakukan pada benda
uji yang sudah dietsa, adapun fungsi etsa adalah untuk mengkorosi permukaan benda
Dari gambar-gambar di atas dapat dilihat bahwa pada setiap variasi memiliki
struktur mikro yang berbeda-beda,ada yang berbentuk oval ada juga yang berbentuk
bulat dengan ukuran yang tidak sama. Pada paduan Al-Si strukturnya lebih besar
52
sehingga nilai kekerasannya lebih baik. Pada gambar diatas untuk paduan yang telah
4
Porsitas (%)
0
1 2 3 4
Bahan
No Bahan Porositas
(%)
1 Al-Si 4,64
2 Al-Si-Ag 1% 2,36
3 Al-Si-Ag 2% 1,33
4 Al-Si-Ag 3% 1,19
53
Porositas didapatkan dari benda uji struktur mikro tetapi yang belum dietsa,
caranya adalah dengan memfoto benda uji yang belum dietsa dengan bantuan
mikroskop. Kemudian hasil cetakan foto tersebut diletakan dibawah millimeter blok
yang sudah ditransparasi, warna hitam yang terdapat pada foto tersebut diasumsikan
sebagai porositas. Dari gambar terlihat bahwa porositas terbanyak justru terdapat
pada paduan Al-Si. Hal ini disebabkan karena adanya udara yang terjebak pada waktu
proses penuangan dan proses pembekuan yang tidak merata. Terbentuknya cacat
dalam coran dapat dipengaruhi oleh unsur paduan yang memiliki titik cair yang
berbeda serta proses pembekuan yang tidak sama, biasanya cacat banyak terjadi pada
bagian yang paling lambat membeku. Penyebab porositas yang lain adalah
permeabilitas cetakan yang kurang baik, penuangan yang terlalu lambat, cawan tuang
atau saluran basah, temperatur penuangan rendah. Berbeda dengan benda yang
dilakukan pengecoran di pabrik pasti hasilnya lebih baik, karena memakai peralatan
Dari hasil pengujian komposisi kimia (pada lampiran hal 68) dapat dilihat bahwa
variasi unsur Ag yang ada sebesar 2,38%. Walaupun kelebihan sebesar 0,62% tetapi
56
masih dapat ditoleransi, kekurangan unsur ini disebabkan pada saat penimbangan
Pada saat penimbangan untuk mendapatkan berat yang tepat sangat sulit karena benda
yang terlalu kecil, faktor yang lain adalah karena unsur Ag yang hilang akibat proses
peleburan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
3%, yaitu sebesar 23 kJ/m2. Dan angka keuletan terkecil terdapat pada
sebesar 92,5 HB, sedangkan untuk nilai kekerasan terendah terdapat pada
3. Pada analisis struktur mikro terjadi perubahan besar butir pada setiap variasi
57
58
5.2 Saran
1. Alat-alat uji dan alat-alat yang mendukung tugas akhir sebaiknya harus
dirawat dengan baik, atau yang sudah rusak harus segera dibelikan yang baru
diperbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Dieter, G. E., 1996, Metalurgi Mekanik, Edisi ketiga, alih bahasa, Djaprie, S.,
Erlangga, Jakarta
Susanto, A.F., 2007, Sifat Fisis dan Mekanis Paduan Al-Si-Zn, Skripsi, Fakultas
Teknik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Surdia, T., Chijiiwa, K., 1984, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Surdia, T., Chijiiwa, K., 1986, Teknik Pengecoran Logam, Pradnya Paramita,
Jakarta.
_____, 1973, JIS Hand Book Non-Ferrous Metals And Metarlurgy, Tokyo-Japan.
59
60
60
Perhitungan:
Tenaga patah
1. Harga Keuletan =
Luas penampang patahan
G ⋅ R ⋅ (cos β − cos α )
=
8 ⋅ 10
13,31 ⋅ 0,394 ⋅ (cos127,3 − cos147 )
=
8 ⋅ 10
= 0,013 joule / mm2
= 13 kJ / m2
61
Tenaga patah
2. Harga Keuletan =
Luas penampang patahan
G ⋅ R ⋅ (cos β − cos α )
=
8 ⋅ 10
13,31 ⋅ 0,394 ⋅ (cos123,3 − cos147 )
=
8 ⋅ 10
= 0,019 joule / mm2
= 19 kJ / m2
Tenaga patah
3. Harga Keuletan =
Luas penampang patahan
G ⋅ R ⋅ (cos β − cos α )
=
8 ⋅ 10
13,31 ⋅ 0,394 ⋅ (cos121 − cos147 )
=
8 ⋅ 10
= 0,021 joule / mm2
= 21 kJ / m2
Tenaga patah
4. Harga Keuletan =
Luas penampang patahan
G ⋅ R ⋅ (cos β − cos α )
=
8 ⋅ 10
13,31 ⋅ 0,394 ⋅ (cos119,6 − cos147 )
=
8 ⋅ 10
= 0,023 joule / mm2
= 23 kJ / m2
62
Dari perhitungan diatas sehingga didapat harga keuletan, seperti pada tabel
dibawah :
2P
Angka kekerasan Brinell (BHN) :
(
π D D − D2 − d 2 )
Dengan:
P = beban yang diberikan pada Indentor (kg)
D = diameter Indentor (mm)
d = diameter bekas injakan (mm)
63
Perhitungan:
2P
1. =
(
π D D − D2 − d 2 )
2 ⋅ 125
=
(
π 5 5 − 5 2 − 1,30 2 )
= 92,5
2P
2. =
(
π D D − D2 − d 2 )
2 ⋅ 125
=
(
π 5 5 − 5 2 − 1,33 2 )
= 88,3
2P
3. =
(
π D D − D2 − d 2 )
2 ⋅ 125
=
(
π 5 5 − 5 2 − 1,36 2 )
= 84,4
2P
4. =
(
π D D − D2 − d 2 )
2 ⋅ 125
=
(
π 5 5 − 5 2 − 1,44 2 )
= 75,1
64
Dari perhitungan diatas sehingga didapat angka Brinell, seperti pada tabel
dibawah
No Bahan BHN
1 Al-Si 92,5
2 Al-Si-Ag 1% 88,3
3 Al-Si-Ag 2% 84,4
4 Al-Si-Ag 3% 75,1
517
= x100
11136
= 4,64 %
263
= x100%
11136
= 2,36%
149
= x100%
11136
= 1,33%
65
133
= x100%
11136
= 1,19%
Dari perhitungan diatas sehingga didapat persentase porositas, seperti pada tabel
dibawah:
No Bahan Porositas
(%)
1 Al-Si 4,64
2 Al-Si-Ag 1% 2,36
3 Al-Si-Ag 2% 1,33
4 Al-Si-Ag 3% 1,19
Pada gambar terlihat ukuran kawat adalah 25 mm, dan ukuran kawat asli
25
= 178,57 = 179 x
0,14
2,5
2,5 cm dalam foto = = 0.0139 cm dari ukuran asli, atau sama dengan
179
139 μ m.
66
139 μ m = 2,5 cm
100 μ m = 1,8 cm
200 μ m = 3,6 cm
25 mm