SKRIPSI
ARIMAN SITOMPUL
NIM. 080421021
TUGAS SARJANA
PENGECORAN LOGAM
OLEH :
ARIMAN SITOMPUL
NIM. 080421021
Diketahuui /Disyahkan
Departemen Teknik Mesin Disetujui oleh
Fakultas Teknik USU Dosen Pembimbing
Ketua
OLEH :
ARIMAN SITOMPUL
NIM. 080421021
Diketahuui oleh
Departemen Teknik Mein
Ketua
DR.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri
NIP : 196412241992111001
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana
ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi di Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.
Adapun judul dari tugas sarjana ini adalah Perancangan dan Pembuatan Batang
Torak Untuk Truck Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 rpm Dengan Proses
Pengecoran Logam.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis telah berupadengan segala kemampuan
pembahasan dan penyajian baik dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari perkuliahan,
menggunakan literature serta bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, yang telah mendoakan saya sehingga saya dapat menyelesaikan
perkuliahan dan tugas sarjana ini..
2. Ibu Ir. Raskita S. Meliala sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dan meluangkan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bpk Dr. Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus ST,
MT sebagai ketua dan sekretaris Departemen Teknik mesin serta seluruh staff
pengajar dan pegawai Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera utara.
4. Kepada teman-teman ku Eko Bambang, Ade Putra, Rizki Akbar , Kurniawan,
M.sadjali dan seluruh rekan-rekan stambuk 08 ekstensi yang tak mungkin
tersebutkan satu persatu terima-kasih atas bantuannya semoga kita tetap
mempertahankan hubungan kita yang terbentuk dalam satu ikatan
PERSAHABATAN.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
. ARIMAN SITOMPUL
NIM : 08042021
BAB -I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang …………….…………………………………… 1
1.2.Maksud dan Tujuan ……………………………………………. 1
1.3.Batasan Masalah……... ………………………………………….. 2
1.4.Metode Penulisan………………………………………………... 2
1.5.Sistematika Penulisan …………………………………………… 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Sf Faktor keamanan -
τgi Tegangan geser izin Kg/mm²
dp Diameter Poros mm
Kt Faktor koreksi untuk tumbukan -
Cb Faktor koreksi beban lentur -
Mp Momen puntir Kg/mm
D Diameter pola mm
P Panajng Pola mm
R Radius Pola mm
Ast Luas saluran turun mm²
Asm Luas saluran masuk mm²
Ap Luas penampang pengalir mm²
A Ukuran pengalir mm
Abt Luas penampang batang torak mm²
Dp Diameter penambah mm
dsm Diameter saluran masuk mm
H Tinggi mm
L Panjang langkah torak mm
T Momen Kg/mm
g Percepatan gravitasi m/s²
c Kecepatan torak m/s²
P Tekanan Kg/cm²
VL Volume langkah torak cm³
Z Jumlah silinder -
W Berat / Beban kg
R Jari-Jari mm
N Daya PS
n Putaran rpm
Dari ketiga jenis batang torak diatas yang akan direncanakan adalah jenis normal.
Jenis ini umum digunakan pada kendaraan yang menggunakan mesin jenis standart.
V = C 2 gh
Bila lubang diganti dengan pipa maka akan timbul gesekan antara cairan logam
dengan dinding dari pipa yang mengakibatkan kecepatan aliran berkurang menurut
persamaan berikut:
V = C 2 gh
Likuid + δ Austenit
2.5. Pola
Pola adalah bentuk dari benda coran yang akan digunakan dalam pembuatan rongga
cetakan . pola yang digunakan dalam pembuatan cetakan terdiri dari pola logam dan pola
kayu. Pola logam digunakan untuk menjaga ketelitian ukuran coran , terutama pada
produksi massal dan dapat tahan lama serta produtifitasnya lebih tinggi. Pola kayu dibuat
dari kayu , murah, cepat, pembuatannya dan pengolahannya lebih mudah dibandingkan
cetakan logam oleh karena itu pola kayu lebih cocok digunakan dalam cetakan pasir.
Tambahn Bahan
Penyusutan
8 / 1000 Besi cor, Baja cor tipis
9 /1000 Besi cor, baja bor tipis yang banyak menyusut
10 /1000 Sama dengan diatas dan almunium
12 / 1000 Paduan almunium, Brons, Baja cor (tebal 5-7)
14 / 1000 Kuningan kekuatan tinggi , baja cor
16 / 1000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)
20 / 1000 Coran baja yang besar
25 / 1000 Coran baja yang besar dan tebal
(Sumber : Prof.Ir.Tata surdia M.S Met E, Prof.Dr. kenji Chijwa, Teknik Pengecoran
logam Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta 1986)
3. Pola kup dan drag, pola ini diletakkan pada dua pelat demikian juga saluran
turun, pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pelat tersebut adalah pelat kup dan drag ,
kedua pelat dijamin oleh pena d bagian atas dan bawah dari coran menjadi sesuai.
3. Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah lingkaran,
sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah dan juga pengalir mempunyai
luas permukaan terkecil untuk satu luasan tertentu, sehingga lebih efektif untuk pendinginan
yang lambat.
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung terutama pada
permukaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut.
Ada beberapa cara untuk membuang kotoran tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir
b. membuat kolam putaran pada tengah saluran pengalir (dibawah saluran turun)
c. membuat saluran turun bantu
d. membuat penyaring
Banyaknya Penambah =
PanjangBagianDimanaPenambahHarusDisediakan
2 xJarakpenambah
P+L
Perbandingan volume penambah dan volume coran didasarkan pada
T
Dimana :
P = Panajang Coran
L = Lebar Coran
T = Tebal Coran
BAB III
Ada beberapa jenis factor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan sesuai
dengan tabel 3.1
Tabel 3.1. Jenis- jenis factor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
Daya yang Akan di transmisikan Fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2
Daya normal 1,0-1,5
Sumber : Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 7
Untuk merancang batang torak daya yang ditransmisikan sesuai dengan brosur kendaraan
merupakan daya maksimum mesin dari harga Fc pada tabel 3.1. diperoleh factor koreksi 0,8
– 1,2. Disini dipilih factor koreksi sebesar 1,2 yang merupakan harga terbesar sehingga
daya rencana yang dipakai pada perancangan lebih besar sehingga rancangan akan memiliki
dimensi yang lebih besar dan akan benaenr-benar aman. Selain itu juga dapat mengimbangi
kerugian-kerugian yang terjadi akibat gesekan. Maka :
Pd = 1,2 x 100PS
= 120 PS
Vl =
4500000.D
……………………………………………( Lit.2.hal.24)
pxzxnxa
N = Daya yang dihasilkan motor (PS)
P = Tekanan efektif rata-rata diambil 7,31Kg/cm
VL = Volume langkah torak per silider (cm)
Z = Jumlah silinder
n = Putaran
a = Jumlah siklus perputaran yaitu ½ untuk motor 4 langkah , maka dari rumus diatas
diproleh volume langkah torak persilinder :
Vl =
4500000.120 PS
7,31kg / cm 2 x 4 x3500 x1 / 2
Vl = 1055,306 cc
π
Vl = .D 2 .L
4
Vl =
π .L
4.Vl
Dimana :
D = Diameter silinder
L = Panjang langkah torak (mm), dimana perbandingan panjang langkah torak dengan
diameter silinder yaitu L/D = (0,9-1,9), diambil L/D = 0,9
Maka :
L = 0,9D
Didapat :
π
Vl = .D 2 .0.9 D
4
π
1.141.400 = .0.9 D
4
D=3
4 x1055,306
3,14 x0,9
D = 110 mm
5,1 3
1
= .C b .K t .M t
τa
D pe
Dimana;
C b = Faktor koreksi untuk keadaan lentur yang terjadi yaitu sebesar (1,2-2,3);diambil
C b = 2,3 (Lit.6.Hal.8)
M t = 9,74.10 5.
N
n
M t = 9,74.10 5.
114
3500
M t = 33.942,857 kg.mm
σb
τa=
S f 1 .S f 2
Dimana ;
σb = Kekuatan tarik bahan yaitu dipilih bahan poros engkol S 45 C dengan
kekuatan tarik sebesar 58 kg/mm²
S f1 = Faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan untuk baja = 6 (Lit 6 hal 8)
S f2 = Faktor keamanan berdasarkan factor alur pasak sebesar (1,3-3,0) karena tidak
adanya pasak yang dipasang pada poros maka factor ini diabaikan.
Maka:
τa =
58
6
τ a = 9,67 kg/mm²
Jadi diperoleh diameter poros engkol
5,1 3
1
= x 2,3 x3 x 49.212,63
9,67
d pe
dpe = 49,80 mm ≈ 50 mm
d3 = dpe
= 50
d4 = d3 + 2 tb
= 50 + 2 (2,31)
= 54,62 mm
d5 = (1,2-1,4)d4
= (1,2 – 1,4) 54,62
= (65,54 - 76,46) mm
Diambil d5 = 70 mm
D6 = (1,2-1,4)d5
= (1,2-1,4) 70 mm
= (84 - 98)
Diambil 90 mm
Sehingga ukuran-ukuran batang torak dapat dilihat gambar 3.2. dan penentuan radius
disesuaikan perancang sendiri. Untuk dimensi lainnya diambil dari data praktis (data
lapangan )
σb
σa =
Sf
Diamana:
σb = Kekuataemn tarik bahan, bahan S 45 C memiliki kekuatan tarik sebesar 58 kg/mm²
Sf = Faktor keamanan ditentukan Sf = 8
σa =
58
8
= 7,25 kg/mm²
Z
Dimana :
n = Putaran (rpm)
R = Jari-jari engkol (mm)
A = Luas Penampang (mm²)
Ρ = Massa jenis baja sebesar 7,8 x10 −6 kg/mm³
Z = Modulus inersia penampang (mm)
Lbt = Panjang Batang Torak (mm)
Luas penampang batang torak adalah :
A1 y1 + A2 y 2 + A3 y 3
y=
A1+ A 2 + A3
184 x3,5 + 232 x 20,75 + 184 x34,5
y=
184 + 232 + 184
y = 23,27 mm
sehingga didapat :
23 x(8) 3 8 x(29) 3
Z = + 184(4 − 23,27) 2 mm + + 232(24,5 − 23,27) 2 mm
12 12
23 x(8) 3
+ + 184(41 − 23,27) 2
12
4
= 144.739,16 mm
Sehingga tegangan bengkok yang diambil pada batang torak adalah :
F 1 + k .Lbt
σt =
2
A
x
r2
Dimana :
K = Konstanta yang besarnya 1,6 x10 −4 bila batang torak dihubungkan oleh suatu
pena atau pin terhadap piston atau torak
r = Radius gyrasi pada pusat batang torak (mm)
Maka
F = PxA
= 7,31kg/cm³x 4,3 cm²
= 31,43kg
Sedangkan
bh 3 − (b − t )(h − 2t ) 3
12[23.45 − (23 − 8)(45 − 2.8)
r² =
876680
=
5208
r² = 168,33 mm²
r = 12,97 mm² ≈ 13 mm²
Maka didapatlah :
434
x
13 2
σ t = 3,02 kg/mm²
Jadi dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa batang torak aman karena tegangan tarik
yang timbul jauh lebih kecil dari tegangan izin bahan.
3.5. Perencanaan Baut
Baut merupakan alat pengikat yang digunakan untuk menghubungkan dua benda
agar dapat dilepaskan jika dibutuhkan tanpa merusak benda yang disambung. Untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan cara seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai.
Dan diambil factor keamanan (Sf ) = 6 sehingga tegangan tarik izin dapat diketahui yakni
:
σb
σt =
Sf
σt =
27
6
σ t = 4,5 kg/mm²
Gaya tekan yang bekerja pada kepala silinder :
σt = p . A
π
F = p. .D 2
4
F = 7,31. 0,785.(11)²
F = 694,34 kg
Gaya tekan yang dialami tiap baut adalah
Fw = Gaya yang dialami baut
Fw = = = 347,17 kg
f 694,34
i 2
Maka diameter baut (d) adalah
Maka
d≥
π .σ t .0,64
4, f w
Maka
d≥
4.(347,17)
3,14.4,5.0,64
d ≥ 12,39 mm ≈13 mm
σt =
π
Fw
(11,22)mm
4
σt =
π
347,17
(11,22)mm
4
σ t = 3,40 kg/mm²
Karena tegangan tarik yang timbul lebih kecil dari tegangan tarik yang diizinkan
( σ t < σ t ) maka baut yang direncanakan aman.
Panjang :
P1 (263) = 263 + (263 x 0,016) + 2 + 5 = 274,20 mm
P2 (41 ) = 41 + (41 x 0,016) + 2 + 5 = 48,65 mm
P3 (15) = 15 + (15 x 0,016) = 15,24 mm
b (19) = 19 + (19 x 0,016) = 19,30 mm
h (38) = 38 + (38 x 0,016) = 38,60 mm
t (7) = 7 + (7 x 0,016) = 7,11 mm
Diameter :
D1 (29) = 29 - (29 x 0,016) = 28,53 mm
D2 (40) = 40 + (40 x 0,016) = 40,64 mm
D3 (54,6) = 54,6 - (54,6 x 0,016) = 53,72 mm
D4 (70) = 70 + (70 x 0,016) = 71,12 mm
D5 (90) = 90 + (90 x 0,016) = 91,44 mm
Tebal :
T (38) = 38 + (38 + 0,016) = 38,60 mm
Radius :
R1 (15) = 15 + (15 + 0,016) = 22,24 mm
R2 (2) = 2 + (2 + 0,016) + 2 + 5 = 9,03 mm
R3 (4) = 4 + (4 + 0,016) + 2 + 5 = 11,64 mm
R4 (2) = 2 + (2 + 0,016) + 2 + 5 = 9,03 mm
= (π / 4( D1 − Dd ).t + (2bt + h − 2t )l + (π / 4( D1 − Dd )t
2 2 2 2
Volume coran batang torak
= (π/4(112,66²-62,47)45,60 + (2x30,37x15,13+(45,60-
(2x15,13)1x(π/4(45,60-42,15)45,60
= 450.034,52 mm³
Sehingga dapat diketahui :
Berat tuang = 450.034,52 x 7,8 x10 −6 kg / mm 3
= 3,51 kg
(Sumber : Prof.Ir.Tata surdia M.S Met E, Prof.Dr. kenji Chijwa, Teknik Pengecoran
logam Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta 1986)
Untuk berat coran yang kurang dari 50 kg maka diambil 25 mm untuk diameter saluran
turun .
Berat coran dari batang torak yaitu 3,51 kg maka dari tabel didapat diameter
saluran turun untuk keduanya yaitu 25 mm. tinggi saluran turun adalah 5x diameter saluran
turun yaitu 125 mm.
(Sumber : Prof.Ir.Tata surdia M.S Met E, Prof.Dr. kenji Chijwa, Teknik Pengecoran
logam Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta 1986,)
4.2.3. Pengalir
Ukuran saluran pengalir disesuaikan dengan ukuran saluran turun dengan
perbandingan sebagai berikut :
Luas saluran turun (Ast) : Luas pengalir (Ap) = 1(1,5-2); dipilih 1,5
Maka
Ap = Ast/1,5
= 490,63/1,5
= 327,09 mm²
Bentuk permukaan pengalir yang digunakan adalah bentuk trapesium dengan
perbandingan ukuran pada gambar 4.7.
n≥
l
8t
Dimana :
l = Panjang coran
t = Tebal coran
maka banyaknya saluran turun tiap coran adalah:
n≥ = 0,82
343,80
8.52,72
Banyaknya saluran masuk direncanakan 2 agar cairan logam yang berasal dari cawan
tuang dapat memenuhi ruang coran dengan cepat sehingga dapat menimbulkan proses
pembekuan yang merata.
4.2.5. Penambah
Penambah memberi logam cair yang mengimbangi penyusutan dalam
pembekuan dari coran, sehingga ia harus membeku lebih lambat dari coran jika
penambah terlalu besar maka persentase terpakai akan dikurangi dan jika penambah
terlalu kecil akan terjadi rongga penyusutan oleh karena itu penambah harus
mempunyai ukuran yang sesuai.
Gambar 4.7 Hubungan antara tebal coran (T) dan jarak isi dari penambah (JP)
(Sumber : Prof.Ir.Tata surdia M.S Met E, Prof.Dr. kenji Chijwa, Teknik Pengecoran logam
Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta 1986, )
Dengan menarik garis perpotongan sumbu tebal coran 38,60 mm dengan garis
kelengkungan daerah yang dapat diisi terhadap sumbu jarak pengisian (JP) didapat jarak
pengisian (JP) yaitu 178 mm
Jumlah panjang bagian yang ditambah adalah 272,31 mm. maka banyak penambah
untuk coran batang torak adalah :
Sesuai dengan komposisi bahan tambahan dan kerja yang dilakukan pada batang
torak bahan yang dipilih adalah Baja AISI C1045
Pembagian komposisi bahan baja AISI C1045 dari masing-masing unsur paduan
yang diinginkan adalah dapat ditunjukkan pada tabel berikut;
(Sumber : Prof.Ir.Tata surdia M.S Met E, Prof.Dr. kenji Chijwa, Teknik Pengecoran
logam Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta 1986,)
= 1,06 kg
60
1,76kgx
100
Jadi kekurangan karbon dalam tanur dapat ditambahkan dengan arang kemiri
sebesar 1,06 kg.
b. Mangan
Kadar mangan disini yang ditingkatkan adalah
- Kadar karbon yang diperlukan 0,90%
- Kadar karbon dalam tanur 0,5%
0,90 − 0,50
Kadar karbon yang diperlukan = x2200kg = 8.8 kg
100
Unsur mangan yang diperoleh dengan memasukkan Fe-Mn dengan kadar
mangan 76%
Mn yang ditambhkan dalam 100 kg adalah sebesar
= 6,69 kg
76
8,8kgx
100
Jadi kekurangan mangan dalam tanur dapat ditambahkan dengan arang kemiri
sebesar 6,69 kg.
4.6. Penuangan Logam Cair
Cairan logam yang dikeluarkan dari tanur diterima didalam ladel dan dituangkan
kedalam cetakan. Sebelum dituang kedalam ladel, cairan logam diberi bahan pengikat
terak (slag coagulant) untuk mengikat terak yang terkandung didalam cairan logam
tersebut, sehingga tidak ikut masuk dalam cawan tuang. Bahan ini akan mengikat
(menggumpalkan) kotoran-kotoran yang terdapat didalam cairan logam seperti sisa
karat dari bahan baku.
V = C 2 gh
Dimana :
V = Kecepatan rata-rata logam cair (m/s)
C = Koefisien aliran, untuk saluran rumit 0,5-0,6 diambil sebesar
0,55 (Lit.7.71)
g = Percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s²
h = tinggi saluran turun (0,1250
Maka :
V = 0,55 2.9,8.0,125
V = 0,95 m/s
Waktu penuangan adalah lamanya penuangan untuk menuang logam cair.
Dari diagram dapat dilihat untuk berat tuangan 3,51 kg waktu penuangan yang
dipakai adalah ±12 detik.
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dan perhitungan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Batang torak dengan daya 100 PS dan putaran 3500 rpm dibuat dari bahan
baja cor S 45 C dengan kekuatan tarik 58 kg/mm²
2. Dimensi batang torak:
a. Panjang = 263 mm
b. Tebal = 38 mm
c. Diameter dalam kepala kecil = 29 mm
d. Diameter luar kepala kecil = 38 mm
e. Diameter dalam kepala besar = 54,62 mm
f. Diameter luar kepala besar = 90 mm
3. Dimensi Pola :
a. Panjang = 274,20 mm
b. Tebal = 38,60 mm
c. Diameter dalam kepala kecil = 28,53 mm
d. Diameter luar kepala kecil = 38,60 mm
e. Diameter dalam kepala besar = 53,77 mm
f. Diameter luar kepala besar = 91,44 mm
4. Bahan pola adalah kayu jati. Bahan ini lunak sehingga mudah dibentuk
sedangkan bentuk pola yang digunakan adalah pola pejal dengan jenis pola
setengah.
5. Ukuran saluran turun:
a. Diameter = 25 mm
b. Tinggi = 125 mm
6. Ukuran cawan tuang :
a. Panjang = 250 mm
b. Lebar = 100 mm
c. Kedalaman (terdalam) = 125 mm
d. Kedalaman (terdangkal) = 112,5 mm
5.1. Saran
1. Untuk mengurangi persentase terjadinya cacat pada coran, maka perlu
diperhatikan perencanaan ukuran dan bentuk pola, cetakan dan saluran penambah yang
kurang memadai karena penyusutan yang terjadi selama proses pengecoran logam
dengan cetakan pasir (Sand Casting) harus dipertimbangkan dengan matang.
2. Untuk hal ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pola adalah
kemudahan saat dikeluarkan dari cetakan, karena jika tidak akan merusak dan pada
akhirnya menghasilkan produk yang cacat.