SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
KEVIN WIDJAYA
NIM. 050401006
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas sarjana ini. Tugas sarjana ini berjudul “PEMILIHAN
Akhir kata semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dan penulis menyadari bahwasanya tugas sarjana ini jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan pengetahuan dan referensi maka penulis berharap saran dan
kritik yang membangun untuk kesempurnaan tugas sarjana ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian yang
telah diberikan kepada penulis.
Kevin Widjaya
NIM : 030401006
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... .71
5.2 Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
LAMPIRAN
Pada gambar 2.4 juga dapat dilihat terjadinya diagram fasa dari paduan ini
dimana dari gambar ini dapat diketahui titik eutektik yaitu pada suhu 577°C serta
fasa paduan mencair serta terjadinya fasa lainnya.
Bukan Klad
O 23,2 10,5 17 16 E60-70 60 15,5 -
T6 58,4 51,3 11 11 B85-95 150 33,8 16,2
Klad
O 22,5 9,8 17 - - - 15,5 -
T6 53,4 47,1 11 - E88-111 - 32,3 -
Tanur udara terbuka adalah tanur yang bentuknya seperti tungku yang
agak rendah dan logam cair akan akan melebur dan dangkal. Pada bagian bawah
tanur dipasang 4 buah ruang pemanas (regenerator ). Tanur juga disangga oleh
dua buah rol yang memungkinkan untuk dimiringkan pada saat pengeluaran terak
atau logam cair. Burner diletakkan pada kedua sisi tanur dan dioperasikan secara
periodik untuk mendapatkan panas yang merata. Bahan bakar yang digunakan
adalah gas atau minyak. Udara pembakaran dan bahan bakar biasanya dipanaskan
mula dengan melewatkan pada ruang pemanas dibawah tanur. Pemanasan ini
Gambar 2.8. Tanur udara terbuka (a) tanur udara terbuka (b) penampang
melintang
Tanur udara adalah bentuk yang dimodifikasi dari tanur udara terbuka.
Bentuknya hampir sama dengan tanur udara terbuka, penampang tempat logam
cair berbentuk lebar dan dangkal. Tanur dipanaskan dengan alat pemanas dengan
bahan bakar minyak . Burner dan udara pembakaran ditempatkan pada salah satu
ujung tanur dan udara sisa pembakaran akan keluar dari ujung yang lain.
Komposisi kimia dapat dikontrol lebih baik pada dapur ini dibanding dengan
dapur Kupola. Bila ingin melakukan penambahan dilakukan dengan membuka
tutup tanur dan menuangkannya dari atas.
Tanur ini biasanya digunakan untuk melebur besi cor putih dan besi cor
mampu tempa, dan kadang juga digunakan untuk peleburan logam non besi. Biaya
operasi tanur ini lebih tinggi dibandingkan dengan kupola. Sering juga tanur ini
dikombinasikan dengan kupola dalam operasinya. Mula-mula peleburan
dilakukan dengan kupola kemudian cairan dipindahkan ke tanur udara untuk
diatur komposisinya. Skema tanur udara dapat dilihat pada gambar 2.10
Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk Crucible
yang dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja
perkakas, baja untuk cetakan, baja tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi.
Tanur ini bekerja berdasarkan arus induksi yang timbul dalam muatan yang
menimbulkan panas sehingga memanasi crucible dan mencairkan logam di dalam
Crucible. Bentuk dari tanur induksi listrik dapat dilihat pada gambar 2.10. di
bawah ini……
Sebagai bahan pengikat, semen ini dicampur dengan air dan pasir silica
dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Campuran semen dan pasir silica ini kemudian
diaduk selama kurang lebih 2 menit dan kemudian ditambahkan air dan diaduk
kurang lebih 3 menit. Kadar air harus dijaga sebaik mungkin karena bila kadar air
berlebihan akan menyebabkan gelembung gas dan lubang-lubang kecil sedangkan
T1 Tf = T2
R1 = R2 =
q= = …..…….………..(lit 5 hal.65)
dimana :
q = perpindahan kalor
T1 = suhu dalam
T2 = suhu luar
K = konduktifitas termal
h = koefisien perpindahan kalor
L = panjang selinder
r = jari-jari selinder
R2 =
T1 T2
R1 = R3 =
q=
q=
Pemilihan silinder grafit ini sebagai cawan lebur didasarkan pada logam
yang akan dilebur yaitu alumunium dengan temperatur cair 659°C dan tembaga
1083 °C, sedangkan silinder grafit mempunyai titik lebur 3427 °C. Cawan lebur
yang akan direncanakan ini juga harus mempunyai ruang volume cawan yang
mampu menampung logam cair alumunium sesuai dengan spesifikasi tugas yaitu
kurang lebih 50 kg metal cair
Bentuk ukuran dari cawan lebur dapat dilihat pada gambar 3.2
Penumpu ini akan menahan berat dari logam yang akan dilebur dan
berat dari cawan lebur.
Ketahanan temperatur dari semen tahan api ini adalah 1800 oC. Sebagai
bahan pengikat, semen ini dicampur dengan air dan pasir silica dengan
perbandingan Air : Pasir : Semen Tahan Api = 1 : 2 : 3
Tipe : Keong
Ukuran ; 2”
Putaran : 6000 rpm
C + O2 --> CO2
2C + O2 --> 2CO
Sesuai dari judul penulisan skripsi ini, maka akan dibahas mengenai bahan
bakar padat. Bahan bakar padat merupakan salah satu jenis bahan bakar di
samping bahan bakar cair dan gas. Penggunaan bahan bakar padat saat ini tidak
terlalu luas dibanding minyak dan gas. Penyebabnya adalah ketersediaan bahan
Kayu bakar merupakan salah satu contoh bahan bakar padat tradisional
yang penggunaannya saat ini jarang digunakan. Hal ini disebabkan semakin
banyaknya jenis bahan bakar yang penggunaannya lebih efisien dan mudah
didapat dibanding kayu bakar.
Kayu bakar mempunyai keuntungan dari sisi ekonomi dan tingkat
keamanan dalam proses penggunaannya
Dalam dunia industri, penggunaannya hampir tidak dapat kita jumpai.
Ketersediaan menjadi alasan utamanya. Lebih banyak kepada penggunaan dalam
kehidupan rumah tangga daerah perdesaan.
Jika kita tinjau dari pemakaian dalam laboratorium foundry,
penggunaannya tidak terlalu popular. Hal ini disebabkan banyaknya kandungan
air dalam kayu. Banyaknya kandungan air bergantung kepada jenis dan umur
pohon penghasil kayu bakar tersebut. Kandungan air itu mengurangi kalor yang
dibutuhkan dalam proses pembakaran, sedangkan pada industri atau atau
laboratorium foundry membutuhkan kalor yang besar untuk melakukan proses
peleburan. Nilai kalor kayu kering dapat kita tentukan jika kita mengetahui
Q= (4400-50W) kkal/kg
4.2.2 Sekam
Sekam merupakan limbah dari penggilingan padi. Jumlahnya adalah 20%-
23% dari jumlah gabah. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak,
dan energi. Ditinjau dari komposisi kimiawinya, sekam mengandung beberapa
unsur penting.
Kadar air 9,02%
Protein kasar 3,03%
Lemak 1,18%
Serat kasar 35,68%
Abu 17,71%
Karbohidrat kasar 33,71 %
Namun, penggunaan sekam sebagai bahan bakar dahulu tidak begitu
dilirik karena melimpahnya jumlah minyak tanah yang lebih difavoritkan. Saat ini
karena semakin langkanya minyak tanah di samping harga yang relative mahal,
sekam mulai dijadikan bahan bakar alternatif. Sekam tidak dapat digunakan begitu
saja karena akan sulit membangkitkan bara apalagi nyala dalam waktu yang lama.
Dari beberapa keterangan di atas, bahan bakar ini kurang baik jika
digunakan dalam peleburan yang akan dilakukan pada laboraorium foundry.
Selain alasan di atas, mendapatkan bahan bakar ini juga cukup sulit, mengingat
ketersediaan gabah hanya ada saat musim panen padi. Serta kapasitas pembakaran
yang mencapai 15 kg/jam, sangat tidak efisien jika menggunakan bahan bakar ini,
Jika kita tinjau dari karakteristik cangkang, bahan bakar ini sangat baik
dijadikan alternatif bahan bakar saat ini. Namun penggunaannya harus dengan
skala besar. Untuk itu, pemakaian cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar
4.2.5 Batubara
Batubara merupakan batuan yang dapat terbakar yang terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya
relatif lebih mahal. Apalagi pada penggunaan di laboratorium foundry dan
industry-industri rumah, biaya merupakan masalah utama dalam melakukan
kegiatan peleburan menggunakan bahan bakar batubara. Selain itu, didasari juga
oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat
banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh
dunia. Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia
dengan pasokan yang stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
Kemudian, pengaruh pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya
3) Lignit, berupa batu bara yang sangat lunak dan mengandung air 70% dari
beratnya. Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah
dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur
yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan
bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Lignit merupakan
batubara termuda dilihat dari pandangan geologi. Batubara ini merupakan
batubara lunak yang tersusun terutama dari bahan yang mudah menguap
dan kandungan air dengan kadar fixed carbon yang rendah. Fixed carbon
merupakan karbon dalam keadaan bebas, tidak bergabung dengan elemen
lain. Bahan yang mudah menguap merupakan bahan batubara yang mudah
terbakar yang menguap apabila batubara dipanaskan.
4. Analisis proximate
Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon,
bahan mudah menguap, abu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed
carbon dan bahan yang mudah menguap secara langsung turut andil
terhadap nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak sebagai
pembangkit utama panas selama pembakaran. Kandungan bahan yang
mudah menguap yang tinggi menunjukan mudahnya penyalaan bahan
bakar. Kadar abu merupakan hal penting dalam perancangan grate
tungku, volum pembakaran, peralatan kendali polusi dan sistim handling
abu pada tungku.
5. Heating Value
tertentu itu. Nilai kalor merupakan karakteristik untuk setiap zat. Hal ini diukur
dalam satuan energi per unit substansi, biasanya massa, seperti: kkal / kg, kJ / kg,
American Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al.,
1983) Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori
dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried
Tabel 4.5 Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981, op cit Wood
et al., 1983)
Volatile
Fixed
Matter Calorific Value Limits BTU per
Carbon ,% ,
Limits, % , pound (mmmf)
dmmf
dmmf
Class Group
Equal Equal Equal
Less
or Less Greater or or Agglomerating
Greater Than Than Less Greater Character
Than Than Than Than
1.Meta-anthracite 98 2 nonagglomerating
2.Anthracite
I Anthracite* 92 98 2 8
3.SemianthraciteC
86 92 8 14
1.Low volatile
78 86 14 22
bituminous coal
2.Medium
volatilebituminous 69 78 22 31
coal
3.High volatile A
II Bituminous bituminous coal 69 31 14000D commonly
4.High volatile B
13000D 14000 agglomerating**E
bituminous coal
5.High volatile C
11500 13000
bituminous coal
10500 11500 agglomerating
1.Subbituminous
10500 11500
A coal
III 2.Subbituminous
9500 10500
Subbituminous B coal
3.Subbituminous
8300 9500 nonagglomerating
C coal
1.Lignite A 6300 8300
IV. Lignite
1.Lignite B 6300
Ukuran batubara yang benar merupakan salah satu kunci yang menjamin
pembakaran yang efisien. Ukuran batubara yang tepat, sesuai dengan sistim
pembakaran yang digunakan, dapat membantu pembakaran, mengurangi
kehilangan abu dan efisiensi pembakaran yang lebih baik.
Tabel 4.6 Ukuran batubara yang tepat untuk berbagai jenis sistim pembakaran
No. Jenis Sistim Pembakaran Ukuran (dalam mm)
1. Hand Firing
(a) Natural draft 25-75
(b) Forced draft 25-40
2. Stoker Firing 25-40
(a) Chain grate 15-25
i) Natural draft
ii) Forced draft
(b) Spreader Stoker 15-25
3. Pulverized Fuel Fired 75% dibawah 75 mikron*
4 Fluidized bed boiler < 10 mm
( W Rose Cooper dan JR (eds) (1977) Data Teknis Bahan Bakar, edisi 7, Inggris
Komite Nasional, Konferensi Energi Dunia, London.)
Maka jumlah bahan bakar yang dibutuhkan adalah dari jumlah kalor yang
terserap dan kalor yang terbuang dibagi dengan kandungan energi per massa
bahan bakar (HHV), yaitu :
mbb =
Qt1 = QA+QB+QC
Qt2 = Q2 + Q3 + Q4
= QA + QB + QC
= mal . Cpi . Δti + m . h + ma2 .CP2.Δt2
Dimana :
mal = massa alumunium yang akan dilebur
=50 kg
= 0,26 kkal/kg°C
Δt2 = perubahan suhu dari temperature penuangan titik cair
= (750-660)°C
= 90°C
Maka kalor untuk melebur alumunium sebesar :
= (50 × 0,125 × 663) + (30 x 95) + (50 × 0,26 × 90)
= 6163,75 kkal
= 25887,75 kJ
Kalor yang diterima bata selama proses peleburan dapat dihitung dengan:
Q2 = mb . CP3 . dt
Dimana :
mb = massa batu bata yang menerima panas
= 0,84 kkal/kg°C
dt = perubahan suhu di batu bata
= suhu rata-rata batu tahan api bagian luar adalah :
= (27+45) / 2
= 36°C
m = . . (Dlb2 – ddb2) . tb . ρ
dimana :
= 1600 kg/m3
Maka :
= 562,668 kg
m = π . Dp. tp . dp .
dimana :
Dp = diameter luar
= 0,9025 m
dp = ketebalan dinding plat
= 0,0025 m
Maka :
Cawan lebur adalah bagian yang paling besar mengalami perubahan suhu.
Besarnya kalor yang diserap cawan lebur ini adalah :
Q4 = mcl . CP5 . dt
Dimana :
= 728°C
Maka :
Q4 = 25,065 kg. 0,46 kkal/kg°C . 728°C
= 8393,7672 kkal
= 35253,822 kJ
Banyaknya kalor total adalah jumlah dari keseluruhan kalor yang terserap
oleh bahan dapur yaitu :
= Q2 + Q3 + Q4
= 1401413,96 kJ
Cawan lebur
Konduksi
Konduksi
Radiasi
Maka besar perpindahan kalor yang terjadi pada dinding dapur adalah:
q=
Dimana :
T1 = temperature ruang bakar
= 755°C
= 0,45 m + 0,0025 m
= 0,4525 m
L = 0,8 m
kb = konduktivitas thermal ……………..…(lit 5 hal 584)
= 0,69 W/m°C
kp = konduktivitas thermal dinding plat baja ..(lit 5 hal 581)
= 54 W/m°C
h0 = koefisien perpindahan panas konveksi
= 0,9 m + 0,05 m
= 0,905 m
k = konduktivitas thermal udara
konduktivitas thermal udara bergantung pada suhu,
suhu film (tf) = (tp + tI) / 2
= (45 + 27) / 2
= 36°C
= 1/36°C
= 1/305°K
= 3,2 × 10-3/°C
= 0,1073.1010
Maka :
Nu1/2 = 0,825 +
= 11,204
Maka bilangan nusselt : Nu = 125,536
Maka :
h0 = 125,536 × 0,02692/0,905
= 3,734 W/m°C
q=
` =
q = 2388,45 W
q = 8594,42
q2= h2.Adt
Dimana:
h2 = koefisien perpindahan panas konveksi
h2 dapat dicari dengan rumus
h2 = k.Nud …………………………….( lit 5 hal 261 )
Dimana:
k = konduktivitas thermal udara
Sifat udara pada suhu 755 oC atau 1028 K dari literature 5 hal 589 dapat diketahui
antara lain:
ρ = 0,338 kg/m3
Dimana :
Redh = ρ.v.Dh /μ
Maka:
Redh = 0,388 x 5 x
= 22823,52
= 101,446
Maka:
h2 = 0.0701 x 101,446
= 7,112 W/ m o C
= π / 4 d2
= π / 4. (0,284)2
= 0,0633 m2
= 728 oC
= 327,738 W
=1376,499 kJ/jam
Banyaknya laju aliran kalor yang terbuang dalam proses peleburan ini adalah :
= q1 + q2
= 5939,042 kJ/jam
Konduksi
= 43 W/ m oC
=2.π.r2
=2.π.(0,3)2
= 0,14 m2
= 750 oC
= 755 0C
= 0,028 m
Maka :
q3 =
q3 =
q3 = 3002,65 Watt
q3 = 10809,45kJ/Jam
Waktu yang dibutuhkan untuk logam alumunium padat menjadi cair pada
dapur pelebur ini dapat diketahui dari besarnya angka perbandingan antara kalor
Q1
t =
q3
25887,75kJ
=
10809,45kJ/jam
= 2,4 Jam
Qterbuang = qt . t
= 14253,7 kJ
mbb =
25887,75 kJ + 1401413,96 kJ
mbb =
29600kj / kg
mbb = 48,2 Kg
= 0.96 kg
Dari jumlah total kalor yang dibutuhkan untuk melebur aluminium sebesar
1427301,714 kJ dibagi jumlah bahan bakar 50 kg aluminium, maka:
maka dipilih jenis bahan bakar yang digunakan adalah batubara jenis Antracit
dengan Heating value 29600 kJ/kg. Dalam perancangan dan pembuatan Dapur
Crucible untuk peleburan paduan aluminium dan paduan tembaga ini, bahan
bakar yang digunakan adalah batubara.
Pemilihan ini dilakukan karena :
1. Cocok digunakan pada Laboratorium Foundry karena terjangkau dan
mudah didapat oleh mahasiswa
2. Heating Value 29600 kJ/kg. Sesuai dari hasil perhitungan jumlah kalor
total dengan jumlah aluminium yang dilebur.
3. Nilai ekonomis. Harga yang lebih murah dibanding minyak dan gas.
4. Faktor keamanan
Hanya saja, dalam proses peleburan yang dilakukan, arang batubara akan
menimbulkan asap dan abu yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan alat bantu
pembakaran untuk meniup api batubara.
Setelah didapat hasil rancangan seperti diatas , maka langkah selanjutnya adalah
proses pembuatan dapur crucible.
Dinding luar yang dipakai dibuat dari baja karbon rendah denga7n
panjang 2826mm dan lebar 800mm. Ketebalan dinding adalah 2,5 mm berbentuk
plat datar.
Kemudian kita mengisi dinding luar tersebut dengan batu tahan api sesuai
perencanaan dengan ketentuan :
Tebal alas dapur : 200 mm
Tebal dinding dapur : 200 mm
Diameter dapur : 900 mm
Diameter ruang bakar : 500 mm
Tinggi ruang bakar : 600 mm
Diameter lubang burner : 170 mm
Namun perlu diingat untuk menyisakan sebuah lubang dengan ukuran
diameter 170 mm sebagai tempat masuk blower pada bagian samping.dan
menyusun tiga buah batu tahan api pada bagian tengah ruang bakar yang
berfungsi sebagai penumpu cawan.
Posisi penyusunan batu tahan api dapat kita lihat pada gambar berikut:
Dalam hal ini digunakan bahan pengikat semen tahan api. Bahan pengikat
berfungsi untuk mengikat batu tahan api serta untuk menutup celah yang terjadi
dari penyusunan batu bata yang dapat mengakibatkan terbungnya panas dari
celah-celah tersebut. Bahan pengikat yang dipakai ini adalah semen tahan api
yang tahan terhadap suhu tinggi. Ketahanan temperatur dari semen tahan api ini
adalah 1400 oC. Semen ini dicampur dengan air dan pasir silica dengan
perbandingan Air : Pasir : Semen Tahan Api = 1 : 2 : 3…………..( lit 6 hal 513 )
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan perhitungan pada bab-bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
1. Batubara dapat digunakan sebagai bahan bakar pada Dapur Crucible.
2. Pada perancangan Dapur Crucible ini, bahan bakar yang digunakan adalah
batubara jenis antrasit.
3. Jumlah batubara yang digunakan untuk melebur 1 kg aluminium adalah
0,98 kg.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk melebur 1 kg paduan aluminium adalah
2.86 jam.
5.2 Saran
Pembuatan dapur crucible ini masih banyak terdapat kekurangan
terutama pada jenis bahan bakar yang digunakan. Karena menggunakan bahan
bakar batubara dengan crucible terbuat dari grafit, waktu pemanasan awal
memakan waktu yang lama. Selain itu, terdapat abu sisa hasil pembakaran
batubara pada bahan yang dilebur. Untuk itu, saran saya kepada mahasiswa yang
ingin merancang dan membuat kembali dapur jenis ini, diharapkan menggunakan
bahan bakar gas dengan mengutamakan keselamatan kerja pada proses peleburan
dengan tidak mengabaikan tujuan utama peleburan, yaitu mendapatkan hasil yang
baik, waktu yang tidak terlalu lama, dan efisiensi dari dapur itu sendiri.