TUGAS AKHIR
Tugas Akhir Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Persyaratan Gelar
Sarjana Pada Strata 1 (ST) Program Study Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Darma Agung Medan
Disusun Oleh:
BENYAMIN HARAHAP
21.043.117.054
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
judul “Analisa Numerik Pada Plat Aluminium 1050 Dengan Variasi Tebal
merupakan salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin Fakultas
selesai dan tersusunnya skripsi ini bukan merupakan hasil dari segelintir orang,
karena setiap keberhasilan manusia tidak akan lepas dari bantuan orang lain. Oleh
1. Dr. Ir. Janter Napitupulu, MT, IPM, S selaku Dekan Teknik Universitas
Darma Agung.
Agung,
3. Bapak Enzo W.B. Siahaan, ST, MT, selaku dosen pembimbing I yang telah
5. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan
i
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Universitas Darma Agung yang telah
sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, semoga apa yang ada dalam skripsi ini dapat
Benyamin Harahap
NPM : 21.043.117.054
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
ABSTRASK.......................................................................................................viii
iii
2.9 Pengertian Abaqus........................................................................27
2.9.1 Preprocessing.......................................................................29
2.9.2 Simulasi.....................................................................................31`
2.9.3 Post processing...........................................................................31
2.9.4 Fitur Simulia Abaqus.................................................................32
2.9.5 Keuntungan Menggunakan Software Abaqus...........................32
2.9.6 Produk Produk Abaqus..............................................................33
iv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................60
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................62
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
ANALISA NUMERIK PADA PLAT ALUMINIUM 1050 DENGAN
VARIASI TEBAL PLAT PROSES DEEP DRAWING
MENGGUNAKAN SOFTWARE ABAQUS
Pada proses deep drawing, tegangan yang akan dialami bahan adalah kombinasi
antara tegangan tarik (Uniaxial Tension) dengan tegangan kompresi (Uniaxial
Compression) pada satu arah pula. Seperti pembentukan Cup Drawing (mangkok)
adalah dengan melakukan penekanan terhadap blank aluminium. Faktor yang
mempengaruhi proses ini adalah antara lain gaya, Floe stress, temperatur
pengerjaan, kecepatan deformasi dan gesekan antara benda kerja dan dinding die
maupun punch. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengatahui hasil analisa
variasi tebal plat aluminium 1050 dengan ketebalan plat 1mm sampai dengan
3mm, menentukan hasil fenomena distibusi plat aluminium 1050 dengan
menggunakan Forming Limit Diagram. Dari hasil analsia dapat disimpulkan
bahwa plat aluminium 1050 dengan simulasi Abaqus Pada proses deep drawing
tidak mengalami kerusakan. Terlihat warna merah dimana nilai tertinggi 1.174 x
022 Mpa. Sementera disekeliling warnah merah terdapat perubahan wama
berwarna kuning dengan nilai 1.060 x 022 Mpa. Sementara pada bagian tengah
material aluinium mengalami perubahan warna menjadi hijau dengan nilai 1.002 x
022 Mpa. Sementara pada pinggiran material tidak mengalami perubahan wama
dengan mlai 9.310 x 012 Mpa, dengan menggunakan Forming Limit Diagram
(FLD) material aluminium mengalami pergesaran posisi awal sehingga
mengakibatkan material manjadi ansiotropis.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada proses deep drawing, tegangan yang akan dialami bahan adalah
kombinasi antara tegangan tarik (Uniaxial Tension) dengan tegangan kompresi
(Uniaxial Compression) pada satu arah pula. Seperti pembentukan Cup Drawing
(mangkok) adalah dengan melakukan penekanan terhadap blank aluminium.
Faktor yang mempengaruhi proses ini adalah antara lain gaya, Floe stress,
temperatur pengerjaan, kecepatan deformasi dan gesekan antara benda kerja dan
dinding die maupun punch.
1
Deep drawing (sheet metal forming ) adalah sebuah proses yang bertujuan
agar pelat atau material mengalami deformasi plastis sehingga berbentuk
komponen dari desain yang diinginkan. Penggunaan Sheet Metal Forming
menjadi teknik pembentukan yang efektif karena dapat menggantikan proses
permesinan dan pengelasan. Komponen yang dihasilkan Sheet Metal Forming
dari bentuk yang sangat sederhana sampai bentuk-bentuk yang rumit dan kecil
Analisa numerik pada plat dan variasi tebal plat lebih baiknya menggunkan
metode elemen hingga seperti : penggunaan software,software ansys, abagus, dan
nasran. Penulis menggunakan software abaqus berdasarkan refrensi dan sumber
jurnal yang terkait dengan tugas ini. Adapun material yang digunakan untuk tugas
ini adalah Aluminium seri 1050 dengan tebal blank 0,2 mm, diameter blank 120
mm.
2
2. Bagaimana mengetahui hasil analisa akhir plat aluminium 1050 dengan variasi
ketebalan 1mm sampai dengan 3m.
1. Untuk mengetahui hasil analisa variasi tebal plat aluminium 1050 dengan
ketebalan plat 1mm sampai dengan 3mm.
2. Untuk menentukan hasil fenomena distribusi plat aluminium 1050 dengan
menggunakan Forming Limit Diagram
3
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman serta kontribusi kepada penyedia informasi dan pengembang
ilmu khususnya dalam pembahasan plat aluminium 1050.
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
yang bermanfaat bagi penulis sebagai bekal bekerja di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan dan asumsi serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini di uraikan landasan teori yang digunakan
sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini diuraikan tentang jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data dan metode analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis
data, dan pembahasan atas hasil pengolahan hasil.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
serta saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahhaan dan pihak-
pihak yang membutuhkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 2.1.Blank dan Draw Piece
6
Gambar 2.2. Prinsip pembentukan Lembaran dengan Deep Drawing
2.2. Komponen Utama Die Set
1. Punch
7
posisi dari Punch sebenarnya.
2. Blank Holder
3. Die
8
Sumber: H.Takuda,K.Maori,I.Masuda.Judul: finite element
simulation of warm deep drawing.Tahun:2002 hal: 412-418
Gambar 2.4. Bagian Utama Die Drawing
2.3 Proses Deep Drawing
Ada beberapa langkah yang terjadi dalam proses Deep Drawing antara lain
adalah :
1. Kontak Awal
Pada Gambar 2.5.A, Punch bergerak dari atas kebawah, Blank
dipegang oleh Blank Holder agar tidak bergeser ke samping, kontak awal
terjadi ketika bagian-bagian dari die set saling menyentuh lembaran logam
(Blank) saat kontak awal terjadi belum terjadi gaya-gaya dan gesekan
dalam proses drawing.
2. Bending
9
3. Straightening
5. Tension
Tegangan tarik terbesar terjadi pada bagian bawah Cup produk hasil
deep drawing, bagian ini adalah bagian yang paling mudah mengalami
cacat sobek, pembentukan bagian bawah cup merupakan proses terakhir
pada proses deep drawing.
10
2.4. Variabel Yang Mempengaruhi Proses Deep Drawing
1. Gesekan
A. Pelumasan
Dimana :
π = 3,14
11
Db = Diameter blank (mm ; inchi)
Pada proses deep drawing setelah Blank Holder dan Punch menempel
pada permukaan Blank saat kondisi Blank masih lurus selanjutnya terjadi
proses pembengkokan material (bending) dan pelurusan sheet sepanjang
sisi samping dalam Die (straightening). Variabel yang mempengaruhi
proses ini adalah :
12
A. Radius Punch
B. Radius Die
3. Proses Penekanan
A. Keuletan Logam
13
drawing) tidak boleh melebihi batas tegangan maksimum dari material
yang digunakan untuk mencari gaya drawing sesuai dengan jenis material
blank yang dipakai maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Db
F = π Dp t (TS) ( −0.7 ) ............................... (2.2)
Dp
Dimana :
F = Gaya Drawing (N)
Π = 3,14
Dp = Diamter punch (mm;inchi)
TS = Kekuatan tarik material (lb/in2 ; Mpa)
t = Tebal blank original (mm;inchi)
Db = Diamter blank (mm;inchi)
0.7 = Faktor koreksi
C. Ketebalan Blank
t Tebal blank
= ........................................ (2.3)
Db Diameter blank
14
E.. Temperatur
4. Diameter Blank
Dimana :
5. Kelonggaran (Clearance)
15
lembaran logam, lembaran logam dapat mengalami penipisan (ironing) dan
bila besar clearence melebihi toleransi 20% dapat mengakibatkan
terjadinya kerutan. (Donalson, 1986 : 73).
6. Strain Ratio
Die drawing jenis Punch berada diatas dengan nest dapat diberi
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan jenis Die yang menggunakan
Blank Holder, kecepatan yang tidak sesuai dapat menyebabkan retak
bahkan sobek pada material, masing-masing jenis material mempunyai
karakteristik berbeda sehingga kecepatan maksimal masing-masing
material juga berbeda. Tabel 2.1 adalah kecepatan maksimal beberapa jenis
material yang biasa digunakan untuk sheet Metal drawing.
Material Kecepatan
16
2.5. Mekanisme Deformasi pada Proses Deep Drawing
Dalam proses deep drawing lembaran logam akan mengalami tiga
deforrmasi yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini yang
memperlihatkan deformasi dan jenis dari deformasi yang berlangsung :
17
kedalam cetakan. Akibat dari ini keliling dari lingkaran mengalami
pengecilan. Ini disebabkan karena bagian tersebut mengalami regangan
tekan pada daerah tegak lurus radialnya dan regangan tarik pada arah
radial.
18
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari proses deep-
drawing antara lain seperti beban penekanan, tekanana jepit , pelumas
(memakai pelumasan atau tidak), sifat mekanis serta faktor anisotrophy dari
lembaran logam yang digunakan dalam proses tersebut.
19
R=strainw/straint
Zinc 0,2
Hot Rolled Steel 0,8 – 1
Cold rolled rimmel steel 1,0 - 1,35
Cold Rolled Alluminium Killed Steel 1,35 – 1,8
Alluminium 0,6 – 0,8
Copper and Brass 0,8 – 1,0
Titanium 4–6
20
Dimana : he : Tinggi Maksimum (mm) ht : Tinggi Minimum (mm)
21
Gambar 2.9. Batas Aman dan tidak aman FLD
22
Hubungan antara R dan LDR beberapa logam dapat digambarkan pada
gambat dibawah ini yaitu nilai anisotrophy beberapa bah
Gambar 2.10. Korelasi antara harga r dengan LDR untuk berbagai jenis
logam.
Nilai LDR akan berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis logam yang berbeda
pula. Nilai LDR akan tergantung pada nilai dari anisotropy suatu bahan.
Disamping itu, nilai LDR juga akan sangat bergantung dari gesekan antara benda
kerja dengan die adan punch. Akan terjadi perbedaan nilai LDR antara proses
yang menggunakan pelumas dengan proses yang tidak menggunakan pelumas.
23
Earing
Gambar 2.11. Bentuk cacat earing yang mungkin terjadi pada deep
drawing mangkok
24
menyatakan bahwa pelumasan yang lebih baik memungkinkan logam ber
deformasi lebih baik dan juga dapat mengurangi terjadinya regangan setempat.
2. Kedalaman Stretching
Kedalaman stretching merupakan salah satu parameter penentu
kemampuan stretching suatu lembaran logam. Makin besar kedalaman
yang dapat dihasilkan, maka dikatakan lembaran logam tersebut makin
baik mampu stretchingnya.
2.8.1 Tegangan
F
σ= ........................................ (2.11)
Ao
Dimana :
F = beban yang diberikan ( lb atau N )
AO = luas penampang bahan sebelum dibebani ( in^2 atau m^2 )
σ = Tegangan (psi, MPa.)
Sumber: Chennakesa R alavala,judul: finite element methods,tahun:2008 ha;257
25
Tegangan atau Stress dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tegangan Normal
Tegangan normal merupakan tegangan pada bidang yang tegak lurus
dengan arah gaya. σ = bukan tegangan di suatu titik pada penampang A,
tetapi tegangan rata-rata semua titik pada penampang A. Pada umumnya
tegangan di suatu titik tidak sama dengan tegangan rata-rata. Tetapi dalam
prakteknya, tegangan ini dianggap seragam, kecuali pada titik beban, atau
adanya konsentrasi tegangan.
2. Tegangan Tarik
Tegangan tarik adalah tegangan yang diakibatkan beban tarik atau
beban yang arahnya tegak lurus meninggalkan luasan permukan. Tegangan
adalah tegangan yang diakibatkan beban tekan atau beban yang arahnya
tegak lurus menuju luasan permukaan suatu benda yang statis, jika
dipotong harus tetap statis dengan resultan gaya = 0 (ΣF=0).
3. Tegangan Geser
Tegangan geser adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya yang
arahnya sejajar dengan luasan permukaan (gaya tangensial). A = luas
penampang yang menahan beban P Tegangan yang terjadi pada luasan A
disebut tegangan geser, τ (tau) P τ rata = A Jika permukaan geser hanya
satu, maka disebut geseran tunggal. Jika permukaan geser dua, maka
disebut geseran ganda, sehingga tegangan geser Ps menjadi : τs=2A
Bearing Stress in Connections σb=PP=A td
2.8.2 Regangan
Li− Lo ΔL
ε= X 100 %= X 100%.......... (2.12)
Lo Lo
Dimana :
26
lo = panjang mula – mula (mm)
li = panjang akhir (mm)
Δl = pertambahan panjang (mm)
ε = Regangan (%)
Sumber: Chennakesa R alavala,judul: finite element methods,tahun:2008 ha;233
Regangan atau strain adalah perubahan pada ukuran benda karena
gaya dalamkesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula. Strain
juga dapat dikatakan sebagai tingkat deformasi. Tingkat deformasi
tersebut dapat memanjang, memendek, membesar, mengecil dan
sebagainya.
27
masalah mulai dari analisis linier relative sederhana sampai simulasi nonlinier
yang paling menantang.
28
BAB III
METODOLOGI PEMODELAN
Aluminium seri 1050 adalah salah satu jenis material yang banyak
penerapannya pada industri maju karena memiliki keunggulan dari
berbagai sisi yaitu seperti kemampuan permesinan yang baik, penyelesaian
permukaan sempurna, kekuatan yang tinggi dan ringan, serta tahan
terhadap korosi.(Husaini, 2006)
Aluminium terbagi menjadi dua jenis, yaitu aluminium murni dan
aluminium paduan. Berikut ini perbedaan dari kedua jenis aluminium
tersebut.
1. Aluminium Murni
Aluminium memiliki berat jenis 2,7 gram/ cm3, kira-kira sepertiga
dari berat jenis baja (7,83 gram/ cm3), tembaga (8,93gram/ cm3), atau
kuningan. Selain itu aluminum menunjukan ketahanan korosi yang baik
pada kebanyakan lingkungan termasuk udara, air (air garam), petrokimia
dan lingkungan kimia lainya. Dilihat dari konduktivitas thermalnya adalah
ntara 50-60 % dari tembaga, bersifat nonmagnetic dan tidak beracun.
(Surdia .T.,Saito,S., 1995)
2. Aluminium Paduan
Berdasarkan metode pengerasannya, aluminium dapat dibagi
menjadi dua kelompok, heattreatable alloys dan non-heat treatable alloys.
Heat- treatable alloys adalah paduan aluminium yang dapat diperkeras
dengan penuaan (aging). Sementara nonheattreatable alloys tidak dapat
diperkuat dengan penuaan melainkan dengan penguatan larutan-padat
29
(solid solution strengthening), pengerasan butir (strain hardening), atau
pengerasan dispersi (dispersion strengthening)
Komposisi kimia dan sifat mekanik dari Aluminium 1050
dipaparkan di tabel 3.1 dan tabel 3.2 dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi kimia Aluminium 1050
Aluminium ( Al ) 99,5 %
Tembaga ( Cu ) 0,05 %
Chromium ( Cr ) 0,95 %
Magnesium ( Mg ) 0,05 %
Manganese ( Mn ) 0,05 %
Silicon ( Si ) 0,25 %
Titanium ( Ti ) 0,03 %
Seng ( Zn ) 0,05 %
30
Sumber : Jurnal Rotor, Volume 9., Nomor 1, April 2016
31
Tabel 3.3 Yield stress dan plastic strain
35 0
36
Yield Stres Plastic Strain Fild 1
418 0 1
450.13 0.01 1
473.53 0.02 1
492.15 0.04 1
507.72 0.05 1
521.15 0.06 1
548.56 0.09 1
570.33 0.12 1
588.5 0.15 1
604.16 0.18 1
617.97 0.21 1
630.36 0.24 1
641.6 0.27 1
651.9 0.3 1
661.44 0.33 1
670.31 0.36 1
686.42 0.42 1
700.79 0.48 1
713.78 0.54 1
725.65 0.6 1
746.77 0.72 1
765.19 0.84 1
781.57 0.96 1
796.36 1.08 1
809.84 1.2 1
958.17 2.4 1
836 0 2
900.26 0.01 2
947.06 0.02 2
37
984.3 0.04 2
1015.43 0.05 2
38
3.1.2. Alat
1. Laptop
Laptop digunakan untuk menjalankan software Abaqus 6.14. Berikut ini
merupakan spesifikasi laptop yang diinstalasi dengan software Abaqus 6.14 :
Processor : Intel Core i5-7200U CPU @2.50GHz (4 CPUs), ~2.7GHz
RAM : 4GB DDR4
Operating System : Windows 10 Pro 64-bit (10.0, Build 14393)
DirectX Version : DirectX 12
Display : 14” HD (1366×768)
USB 3.1 type-C, port USB 2.0, USB 3.0, Bluetooth, HDMI
39
atau dari data yang telah kita import dari input file. ABAQUS juga
menyediakan menu yang bisa digunakan untuk import Sketch, Part dan
Model dari perangkat lunak yang lain diantaranya adalah CATIA, Pro
Engineer, PATRAN, MARC. Dalam menggambarkan model yang akan
kita analisa kita bisa menentukan koordinat sistem yang akan kita buat.
Sebelum kita melakukan simulasi kita memasukkan data ke dalam
modul ABAQUS CAE sehingga semua keyword dan parameter yang
kita masukkan kedalam input file bisa kita periksa kebenarannya
sebelum kita melakukan proses running. Urutan dalam memasukkan
data harus kita perhatikan dengan benar karena antara satu modul
dengan modul yang lain saling berhubungan. Secara garis besar urutan
memasukkan data ke dalam input file adalah sebagai berikut :
40
Step berfungsi untuk menentukan bagian mana yang akan
didefinisikan sebagai letak pemberian beban atau kecepatan. Modul step
menyediakan menu Set dan Surface untuk meletakkan beban yang akan
dikerjakan pada benda.
41
ABAQUS. Hasil dari simulasi bisa dilihat pada viewport dan kita bisa
menampilkan grafik output yang kita inginkan.
42
3.2.1.Part
43
Gambar 3.3 Tampilan 3D material berbentuk
3.2.2.Property
Setelah selasai dalam pemodelan, klik Create Material,kemudian muncul
seperti pada gambar 3.2 dan kemudian Klik Mechanical => Elasticity => Elastic
Kemudian setelah menyelesaikan tahap penentuan bahan, nilai material dan
potion ratio Klik Create Section untuk tahap selanjutnya. Create Section
berfungsi untuk menentukan Category dan Type pada material yang
diinginkan.dan pada penentuan Category dan Type tersebut berkaitan dengan
penentuan bahan material. Kemudian dalam hal ini tidak bisamenentukan
Category dan Type sesuai dengan ke inginan pengguna aplikasi karena dalam hal
44
ini ada keterkaitan dengan penentuan bahan material kemudian langkah
selanjurnya Klik Continue.
3.2.3 Assembly
45
Setelah selesai pada tahap Property maka langkah selanjutnya ialah pilih
module Assembly. Assembly berfungsi untuk menggabungkan atau menentukan
posisi kordinat pada setiap material yang sudah di buat atau ditentukan.
3.2.4.Step
(a)
(b)
Gambar 3.6 (a) Tampilan pada Create Step, (b) Tampilan Edit Step.
Pada Module Step berhubungan pada module Load dan pada Step ini
berfungsi untuk menentukan sifat pada material yang ditentukan, kemudian pada
tahap ini harus dilakukan supaya dapat melanjutkan tahap selanjutnya seperti pada
penentuan nilai Create Load, Create Boundary Coundition, dan lain – lain. Untuk
menyelesaikan Module Step Klik Insert New Step=>Procedure Type=>Klik
Continue.
46
3.2.5.Load
3.2.6.Mesh
47
Gambar 3.9 Hasil penyelesaian Mesh
Setelah dipilih Object : Part dan memilih material yang akan di meshing
maka langkah selanjutnya adalah Klik Seed Part, kemudian akan muncul
tampilan seperti gambar 3.18 diatas. Kemudian tentukan nilai pada Approximate
global size kemudian setelah di tentukan Klik Ok
Setelah tahap Seed Partselesai maka kita Klik Mesh Part dan pada bagian bawah
maka akan timbul pertanyaan OK to mesh the part ? Klik Ok, dan pengemeshan
selesai
3.2.7.Job
48
Gambar 3.10 (a) Tampilan Create Job, (b), Muncul setelah di klik Create Job ,(c)
tampilan Job Manager
Module Job adalah tahap yang berfungsi menganalisa seluruh material
yang sudah didefinisikan dan tahap ini adalah tahap terakhir dalam langkah –
langkah permodelan yang dilakukan dalam proses pembuatan simulasi di Abaqus
Abaqus 2016 Student Version. Dalam tahap penyelesaian Module Job ini pertama
Klik Create Job =>maka muncul tampilan,kemudian Klik Continu, maka
muncul Edit Job. Dan pada tahap selanjutnya ialah tahap penganalisaan seluruh
material yang sudah di defenisikan sebelumnya, adapun langkah – langkahnya
ialahKlik Job Manager maka akan muncul tampilan, kemudian tahap analysis
yaitu Klik Submit, tunggu pada saatRuningsampai dengan selesai dan
49
dinyatakan Compeletedmaka kemudian Klik Results. Secara otomatis akan
pindah ke module Visualization.
3.2.8.Visualization
Gambar 3.11.visualization
Pada module Visualization ini berfungsi untuk melihat hasil yang sudah di
analysis pada tahap module Job sebelumnya. Kemudian Visualization
menampilkan hasil seperti pada gambar 3.11, tampilan ini adalah tampilan Plod
Underformed Shape yang belum terlihat hasil tegangan dan regangan yang
sudah di analysis sebelumnya. Kemudian untuk melihat nilai tegangan dan
regangan yang terjadi pada material yang sudah di analysis maka Klik Plot
Contours On Deformed Shape.
50
3.3 Waktu Peneltian.
Adapun Waktu penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Waktu penelitian
Pengajuan
Judul
Pembuatan
Proposal
Seminar
Proposal
Analisa
Pengolahan
Data
Seminar
Hasil
Sidang
Meja Hijau
51
3.4 Diagram Alir
Mulai
Menentukan Sifat
Material
Pengoperasian
software
Analisa Hasil
Selesai
52
BAB IV
Dalam pemadelan ini, setelah job selesai maka hasil analisa yang
dilampilkan adalah Hasil analisa S mises dan hasil analisa damage. Pada hasil
damage tagangan terjadi pada bagian lekukan yang di buat pada plate, sehingga
awal belum terlihat damage. Pada gambar 4.1 dibawab mamperlihatkan Hasil
blank horder
Gambar 4.1.1 Tampilan Simulasi Deep Drawing Sebelum Dijalankan pla 1 mili
Meter
53
Gambar 4.1.2. Tampilan Simulasi Deep Drawing Sebelum Dijalankan pla 2 mili
meter
Gambar 4.1.3 Tampilan Simulasi Deep Drawing Sebelum Dijalankan pla 3 mili
Meter
Pemodelan blank aluminium adalah logam unsur kimia yang secara luas di
gunakan beberapa produk. Adapun unsur kimia logam memiliki nomor atom 13
dengan dengan simbol Al. Pemodelan blank aluminium pada penelitian im dengan
54
Gambar 4.2.1 Tampilan Simulasi Blank Sebelum Dijalankan plat 1 mili meter
Gambar 4.2.2 Tampilan Simulasi Blank Sebelum Dijalankan plat 2 mili meter
55
Gambar 4.2.3. Tampilan Simulasi Blank Sebelum Dijalankan plat 2 mili meter
luar 120 mm dengan diameter dalam 60 mm. Gambar simulasi blank dapat dilihat
pada gambar 4.2 di bawah ini. Adapun ukuran mesh yang digunakan mesh
labalaba dengan ulcuran mesh 2. Dengan model penelitian explicit pada sofware
abaqus.
ukuran yaitu diameter luar 120 mm dan diamater dalam 60 mm ketebalan 0,1 mm,
56
Gambar 4.3.1 Tampilan Simulasi Setelah Selesai
Pada gambar 4.3 diatas terithat hasil distribusi pada material aluminium
setelah terjadi tekanan. Terithat warna merah dimana mlai tertinggi 1.174 x 022
kuning dengan nilai 1.060 x 022 Mpa. Sementara Pada bagian tengah material
aluinium mengalami perubahan wama menjadi hijau dengan nilai 1.002 x 022
Mpa. Sementara pada pinggiran material tidak menlmi nernhthrn wrnmi dengan
57
Pada gambar 4.3 diatas terlihat hasil distribusi pada material aluminium
setelah terjadi tekanan. Terithat warna merah dimana nilai tertinggi 1.190 x 022
kuning dengan nilai 9.5 72 x 022 Mpa. Sementara pada bagian tengah material
aluinium mengalami perubahan warna menjadi hijau dengan nilai 8.007 x 022
Pada gambar 4.3.3 diatas terlihat hasil distribusi Pada material aluminium
setelah terjadi tekanan. Terlihat warna merah dimana nilai tertinggi 1.190 x 022
kuning dengan nilai 9.64 1 x 022 Mpa. Sementara pada bagian tengah material
aluinium mengalami perubahan warna menjadi hijau dengan nilai 8.5 14 x 022
58
4.4 Hasil Analisa Grafik Penekanan Terhadap Waktu
Dan analisis grafik gaya penekanan terhadap waktu penekanan untuk material
aluminium 1050 blank dan plat aluminium 1050 menunjukkan bentuk datar.
Gambar grafik gaya penekanan dengan waklu dapat dilihat pada gambar 4.5. Pada
Gambar 4.4 Grafik Hasil Proses Deep Drawing Waktu dan Tekanan
Gambar 4.5 Hasil analisa Forming Limit Diagram Menggunakan Soft wer Origin
Pada gambar 4.3 diatas terlihat basil distribusi pada material aluminium
setelah teijadi tekanan. Hal mi terlihat dan garis besar besar yang tersebar
dibawah batas aman. Terlihat wama merah dimana nilai tertinggi 1.174 x 022
59
Mpa. Sementera disekeliling warnah merah terdapat perubahan wama berwarna
kuning dengan nilai 1.060 x 022 Mpa. Sementara Pada bagian tengah material
aluinium mengalami perubahan warna menjadi hijau dengan nilai 1.002 x 022
60
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa plat aluminium 1050 dengan simulasi Abaqus Pada
dimana nilai tertinggi 1.174 x 022 Mpa. Sementera disekeliling warnah merah
terdapat perubahan wama berwarna kuning dengan nilai 1.060 x 022 Mpa.
menjadi hijau dengan nilai 1.002 x 022 Mpa. Sementara pada pinggiran
material tidak mengalami perubahan wama dengan mlai 9.310 x 012 Mpa.
61
5.2 Saran
komputer sehingga mahasiswa mempunyai suatu keahlian atau nilai jual yang
3. Ada pun out yang bisa di capai pada saat pemodelan menggunakn software
abaqus selain dari simulasi seperti ; forming limit diagram, diagram tekanan
dan waktu, pengujian tekan, pengujian Tarik dan sebainya,ini sangat penting
62
DAFTAR PUSTAKA
[7] Chennakesava R Alavala, Finite Element Methods: Ba- sic Concepts and
Applications, PHI Learning Pvt. Ltd., New Delhi,2008
[8] G. R. Johnson, &W. H. Cook, “A constitutive model and data for metals
subjected to large strains, high strain rates and high temperatures. In
63
Proceedings of the Se- venth Symposium on Ballistics, The Hague, The
Nether- lands, pp.1-7, 1983
64