Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS AKHIR

KETAHANAN KOROSI BAJA RINGAN TERHADAP


ADUKAN SEMEN

Disusun oleh:

FIRDAUS
NIM: 10/303738/NT/14390

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

TUGAS AKHIR

KETAHANAN KOROSI BAJA RINGAN TERHADAP


ADUKAN SEMEN
Nomor persoalan

: 187/12/PL/SJK/2/14

Disusun oleh

Nama

: Firdaus

Nomor Mahasiswa

: 10/303738/NT/14390

Jurusan

: Program Studi Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji:


Hari

: Kamis

Tanggal

: 6 Maret 2014

Pukul

: 13.00 wib

Tempat

: Program Studi Teknik Mesin Sekolah Vokasi


Universitas Gadjah Mada
TIM PENGUJI

Ketua

: Lilik Dwi Setyana, ST.,MT

1. ....................

Penguji Utama

: Ir. Andr. Surjaka Isp., MT

2. ....................

Anggota

: Nugroho Santoso, ST., M.Eng

3. ....................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Lilik Dwi Setyana, ST., MT


NIP. 197703312002121002

ii

Lembar Persembahan

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :


Keluarga dirumah yang selalu memberikan doa dan dukungan

iii

Kata Pengantar
Dengan memanjatkan segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk
menempuh ujian akhir Program Studi (D-3) Jurusan Teknik Mesin, sekolah
Vokasi Universitas Gadjah Mada.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menemui berbagai kesulitan
namun berkat arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing akhirnya Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
Penulis ingin menyatakan terimakasih kepada pihak lain juga, yang telah
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, baik sebelum, selama,
maupun hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis tidak lupa
mengucapkan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Lilik Dwi Setyana, ST., MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
2. Ir. Andr. Surjaka Ispandriatno, MT. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
3. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Teknik Mesin Universitas
Gadjah Mada.
4. Wiyadi, A.md. Selaku pembimbing lapangan.
5. Seluruh teman-teman yang telah memberi bantuan dalam pembuatan laporan.
6. Kepada Bapak, Ibu, dan keluarga yang telah memberi dukungan dan bantuan.
7. Semua pihak yang telah membantu penulisan laporan Tugas Akhir ini, baik itu
berupa saran, doa, maupun dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, masih terdapat
kekurangan dan kesalahannya karena segala keterbatasan yang dimiliki penulis,
untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.

iv

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, September 2013

Penulis

Abstract
Mild steel is more often used in building construction because of the
strength of the material is light enough steel buildings can meet the requirements.
But the resilience of the material to be seen. The workmanship, mild steel should
not be exposed mortar. corrosion resistance of mild steel material to the mortar
needs to be examined in order to predicted life of the building as well as building
the necessary action so that it remains durable and corrosion resistant.
The aim of research is to determine the effect of mortar against mild steel
corrosion rate with corrosion resistant coatings zincallume by coating the surface
of the mild steel in the scratch by gluing mortar and sand .
the results of this research for 4 months can be seen that mild steel with a
scratch width, having a faster corrosion rate.

Keyword: Corrosion rate, Mild steel, Zincallume

vi

DAFTAR ISI
LEMBAR NOMOR BPERSOALAN ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
1.4 Butusan Masalah ........................................................................ 2
1.5 Metode penelitian ....................................................................... 2
1.6 Sistemika Penulisan ........... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 4
2.1 Dasar Teori ................................................................................ 4
2.1.1 Semen .............................................................................. 4
2.1.2 Baja Ringan ...................................................................... 5
2.1.3 Korosi................................................................................ 6
BAB III Rencana Penelitian....................................................................... 10
3.1 Diagram alir penelitian ............................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 11
3.3 Prosedur penelitian ..................................................................... 11
3.4 Proses pengerjaan 12
3.5 Pengamatan dengan mikroskop optic logam.. 14

vii

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 15


4.1 Hasil pengamatn melalui mikroskop.. 15
4.1.1 Pengamatan foto makro 15
4.1.2 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebala
Goresan 0.05mm.... 15
4.1.3 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebala
Goresan 0.1mm...... 17
4.1.4 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebala
Goresan 0.05mm.... 19
BAB V PENUTUP .................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 21
5.2 Saran .......................................................................................... 21
Daftar Pustaka .................................................................................. 22

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ............................................................. 9
Gambar 4.1 Korosi pada baja ringan ............................................................ 15
Gambar 4.2 Korosi pada baja ringan ............................................................ 16
Gambar 4.3 Korosi pada baja ringan ............................................................ 16
Gambar 4.4 Korosi pada baja ringan ............................................................ 17
Gambar 4.5 Korosi pada baja ringan ............................................................ 18
Gambar 4.6 Korosi pada baja ringan ............................................................ 19
Gambar 4.7 Korosi pada baja ringan ............................................................ 19
Gambar 4.8 Korosi pada baja ringan ............................................................ 20
Gambar 4.9 Korosi pada baja ringan ............................................................ 21

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Deret galvanic dalam air laut ........................................................ 9
Tabel 3.1 Jadwal penelitian .......................................................................... 12
Tabel 3.1 Daftar baja ringan ........................................................................ 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan baja sebagai bahan konstruksi
bangunan mengalami pergeseran. Penggunaan profil baja berukuran besar dan
tebal mulai digantikan dengan konstruksi baja ringan. Dari sisi kekuatan
bangunan baja ringan cukup dapat memenuhi persyaratan. Namun dari sisi
ketahanan material terhadap korosi penggunaan baja ringan perlu dicermati.
Laju korosi baja baik baja karbon rendah maupun baja kekuatan tinggi relatif
tidak berubah. Akibatnya baja ringan yang lebih tipis perlu didukung dengan
lapisan penahan korosi yang mencukupi. Berbagai merk baja ringan yang ada
dipasaran mempunyai spesifikasi yang berbeda, baik jenis dan ketebalan baja,
maupum jenis dan ketebalan bahan pelapisnya. Tentu saja hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap ketahan korosi material tersebut.
Dalam pengerjaannya, baja ringan tidak boleh terkena jatuhan adukan
semen saat melakukan plesteran dinding atau ketika pemasangan nok genteng.
Adukan semen yang jatuh, selain mengganggu kebersihan dan kerapian
perangkat kuda-kuda, memiliki daya lekat yang sangat kuat dan dapat, yang
mengakibatkan kerusakan pada lapisan coating material baja tersebut
Ketahanan korosi material baja ringan terhadap adukan semen ini perlu
diteliti agar dapat diramalkan umur bangunan serta tindakan-tindakan yang
diperlukan agar bangunan itu tetap awet dan tahan korosi.
Penulis akan meneliti ketahan korosi baja ringan dari berbagai merk
terhadap prosentase adonan pasir semen yang sering digunakan dalam
pembuatan bangunan

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang diambil dari hal diatas adalah untuk mengetahui laju korosi
dari pelat baja ringan terhadap yang ditempeli adukan semen.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh adukan semen
terhadap laju korosi baja ringan dengan pelapis tahan korosi zincalume.
1.4

Batasan Masalah
Agar penelitian fokus terhadap pengaruh variabel yang diteliti maka perlu

dilakukan pembatasan masalah sehingga kerumitan pengaruh banyak variabel


dapat dihindari.
Batasan tersebut berupa:
1. Bahan benda kerja adalah baja ringan yang ada dipasaran, diambil dari 3
merk terbesar.
2. Bahan uji korosi adalah adukan pasir dan semen dengan perbandingan 1
(semen) : 3 (pasir), 1 : 5, dan 1 : 7.
3. Pengkorosian pada baja ringan yang tanpa digores dan yang digores
dengan lebar goresan 0,5 mm, 1 mm dan 1,5 mm.
1.5 Metode Penelitian
Sebagai bahan dalam pembuatan laporan, diperlukan data-data
penunjang yang diperoleh dengan berbagai metode, yaitu:
a. Metode Observasi
Yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan dengan terlibat langsung
ke obyek , sehingga diperoleh data yang sistematis sesuai data yang
sesungguhnya.
b. Metode interview
Yaitu melakukan kegiatan tanya jawab baik dengan dosen pembimbing
maupun narasumber lain yang memiliki kompetensi dalam hal tersebut
c. Data sekunder
a. Studi literature, penyusun mengumpulkan data berdasarkan
literature- literatur yang ada di lapangan yang mendukung

penyusunan tugas akhir ini.


b. Riset perpustakan, data diperoleh dari buku-buku yang ada di
perpustakaan instansi
1.6

Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab yang saling
berhubungan satu sama lain. Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang dasar teori yang berhubungan dengan semen,
baja ringan dan korosi.
BAB III PENGENALAN ALAT
Bab ini berisikan tentang Metodologi penelitian laju korosi.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil dari penelitian
BAB V PENUTUP
Bab ini Berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang dibahas dan saran-saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DASAR TEORI
2.1.1 Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO),
silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta
oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940). Untuk menghasilkan
semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh dan ditambah dengan gips
(gypsum) dalam jumlah tertentu.
Jenis-jenis semen dan penggunaannya:
1. Semen abu-abu (Portland)
Adalah semen bubuk berwarna abu-abu kebiruan, yang dibentuk dari batu
kapur berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester.
Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe, yaitu
tipe 1, 2, 3, 4, dan 5.
-

Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan
sifat-sifat khusus.

Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen


yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk
membangun struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat
mengeras.
4

Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus
untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.

Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus
untuk digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah, atau
di air yang tinggi kadar alkalinya.

2. Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian, seperti sebagai pengisi. Semen jenis ini dibuat
dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3. Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida,
dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

2.1.2

Baja Ringan

Baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis,
akan tetapi kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional. Ada bebarapa macam
baja ringan yang dikelompokan berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile
strength). Kemampuan tegangan tarik ini umumnya didasarkan pada fungsi akhir
dari baja ringan tersebut.
Sebagai contoh untuk produk structural seperti rangka atap baja ringan
menggunakan baja ringan dengan tegangan tarik tinggi (G550). Namun untuk
berbagai produk home appliances diperlukan baja ringan dengan tegangan tarik
yang lebih rendah (G300, G250) yang lebih lentur dan lunak sehingga lebih
mudah dibentuk sesuai keinginan.
Karena tingkat kualitas dan kuat tarik tinggi, tidak heran baja ringan lebih
tipis dan ringan dibandingkan baja konvensional. Baja G550 bisa diartikan

sebagai baja yang mempunyai kuat tarik 550 Mpa (Mega Pascal). Uji kualitas ini
hanya dapat dibuktikan di laboratorium.
Meskipun lebih ringan dan tipis dari baja konvensional, dengan kuat tarik
sebesar 550 Mpa baja ringan dapat dijadikan andalan untuk menopang beban
struktur bangunan. Untuk fungsi non structural seperti penutup atap diguanakan
baja ringan kualitas G300.
Dipasaran umum ketebalannya berkisar antara 0,20 2,00 mm. Variasi
ketebalan ini ditentukan oleh fungsi , seberapa besar beban yang ditopang dan
ukuran bentang baja itu sendiri. Ketebalan yang lebih kecil dibandimg dengan
baja konvensional dengan tujuan untuk mengurangi beban struktur bangunan.
Kuda-kuda baja ringan mempunyai ketebalan antara 0,45 1,00 mm.
Berbeda dengan kolom yang akan menopang beban yang lebih besar,
ketebalannya kisaran antara 1,00 - 2,00 mm (profil C). Sedangkan untuk genteng
metal ketebalannya 0,20 mm karena bisa dikatakan tidak memikul beban dengan
ketebalan tersebut sudah cukup memadai.
Baja tersusun dari besi dan karbon (Fe dan C). Apabila unsur tersebut
bercampur dengan air dan udara akan timbul reaksi yang mendorong terjadinya
karat. Maka baja ringan perlu dilapisi antikarat. Pengaplikasian lapisan antikarat
sangat penting untuk menjaga agar material awet dan tahan lama. Lapis anti karat
pada baja ringan menggunakan paduan Zincalume, yaitu paduan dengan 55% Zn
dan 45% Aluminium. Lapisan ini berfungsi sebagai umpan agar baja ringan tidak
terserang korosi.

2.1.3

Korosi
Korosi diartikan sebagai perusakan bahan karena bereaksi dengan

lingkungannya (Fontana, 1987). Korosi juga dapat diartikan sebagai penurunan mutu
logam karena adanya reaksi elektrokimia dengan lingkungannya (Trethewey dan
Chamberlain, 1988). Korosi logam berakibat pada peristiwa hilangnya elektron-elektron
logam karena bereaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan oksida. Korosi adalah
gejala yang timbul secara alami, pengaruhnya dapat dialami oleh hampir semua zat dan

diatur oleh perubahan-perubahan energi. Bentuk energi sebagai penggerak terjadinya


korosi cukup banyak, tetapi yang paling signifikan adalah energi kimia.

Faktor logam dan faktor lingkungan merupakan faktor utama penyebab


terjadinya korosi. Faktor logam disebut sebagai faktor dalam seperti komponenkomponen penyusunnya atau cacat kristal. Faktor lingkungan disebut faktor luar
yang disebabkan oleh konsentrasi oksigen dalam air atau dalam udara bebas, pH,
temperatur, komposisi kimia atau konsentrasi larutan.
Reaksi elektrokimia penyebab terjadinya korosi dapat dijelaskan dengan
menggunakan molekul natrium klorida, yaitu reaksi-raksi yang menggambarkan
pembentukan garam dapur sebagai berikut :

Na Na e

(1)

Cl e Cl

(2)

Persamaan (1) menyatakan bahwa sebuah atom natrium menyerahkan


sebuah elektron untuk membentuk ion natrium bermuatan positif, persamaan (2)
menyatakan bahwa sebuah atom klorin menerima sebuah elektron untuk
membentuk atom klorida bermuatan negatif. Reaksi-reaksi seperti persamaan (1)
disebut reaksi oksidasi, sedangkan pada persamaan (2) disebut reaksi reduksi.
Apabila suatu bahan ionik dilarutkan ke dalam air maka ion-ionnya akan
memisahkan diri dan menyebar secara acak diantara molekul-molekul air. Setiap
kali sebuah ion positif terbentuk, sebuah ion negatif juga terbentuk, pernyataan ini
disebut dengan prinsip elektronetralitas. Reaksi elektrokimia pada proses korosi
melibatkan sistem anoda dan katoda, elektrolit, dan hubungan listrik.
Pada sisi anoda terjadi reaksi oksidasi yaitu pelepasan elektron-elektron
dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan. Reaksi
ini bisa saja menghalangi pelarutan logam lebih lanjut sehingga korosi terhenti
dan permukaan logam mengalami pemasifan (passivated).
Pada sisi katoda terjadi reaksi reduksi yaitu reaksi yang harus
mengkonsumsi elektron-elektron yang dihasilkan oleh proses anoda, sehingga
reaksi pada anoda dan katoda ini terjadi secara bersamaan dan tidak dapat berdiri7

sendiri. Reaksi oksidasi yang terjadi pada anoda dapat dituliskan dengan rumus
sebagai berikut :
M M

(3)

ze

Sedangkan reaksi reduksi yang terjadi pada katoda dapat dituliskan dengan rumus
sebagai berikut :

ze M

(4)

Bahan yang paling penting dalam proses terjadinya korosi selain dari logam itu sendiri
adalah air. Air adalah molekul netral dengan dua atom hidrogen yang digabungkan
dengan sebuah atom oksigen (H2O). Selain persamaan (4), reaksi korosi yang umumnya
sering terjadi di dalam lingkungan elektrolit, ditulis sebagai berikut :

2H 2e H 2

(generasi hidrogen)

O2 2 H 2 O 4e 4OH

(pembentukan hidroksil)

2H 2 O 2e H 2 2(OH )

(dekomposisi air)

(7)

O2 4H 4e 2H 2 O

(pembentukan air)

(8)

(5)

(6)

Korosi galvanik adalah korosi yang disebabkan karena adanya dua logam
yang terhubung (coupled) dalam elektrolit yang korosif. Perbedaan potensial
biasanya ada diantara dua logam tak sejenis ketika tercelup dalam larutan korosif
atau konduktif. Jika logam ini dihubungkan secara elektronik, perbedaan potensial
ini menghasilkan aliran elektron diantara dua logam tersebut.
Logam yang kurang resisten terhadap korosi bersifat anodik dan akan
mengalami korosi, sedangkan logam yang lebih resisten terhadap korosi bersifat
katodik dan terlindung dari korosi.
Kecenderungan korosi suatu logam dibandingkan logam lain ditunjukkan
pada deret galvanik logam atau paduan, tabel 2.1 di bawah ini.
8

Tabel 2.1 Deret galvanic dalam air laut (Trethewey dan Chamberlain, 1998)

Prinsip korosi galvanik ini diterapkan pada perlindungan katodik dengan metode
anoda tumbal (Sacrificial Anoda Chatodic Protection) yaitu dengan cara logam
yang akan dilindungi, diposisikan sebagai sebagai katoda dan logam tumbal
diposisikan sebagai anoda dengan mengacu pada deret galvanik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


3.2 Alat dan Bahan
Sarana prasarana yang digunakan dalam penelitian ini (baik perangkat keras
maupun perangkat lunak) adalah:
1. Coating Thickness Gage.

10

2. Micrometer.
3. Mikroskop optik logam (Microscope metalurgi) merk Olympus model BHMML-2 dengan peralatan pendukung unit kamera.
4. Spectrometer untuk pengujian komposisi kimia bahan benda kerja
5. Baja ringan berbagai merk ( diambil 3 besar ). yang digunakan adalah baja
ringan dengan tiga tipe merk yang berbeda yaitu taso,superlokfom dan lvsaght
smartruss.
6. semen
7. pasir

3.3 Prosedur Penelitian


Langkah langkah penelitian yang hendak dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pengukuran ketebalan material dengan mikrometer dan pengukuran
ketebalan lapis lindung dengan coating thickness gage.
2. Pembuatan adukan semen dengan perbandingan 1 (semen) : 3 (pasir), 1 : 5 ,
dan 1 : 7. Pengujian ini dilakukan dengan mengkorosi material baja ringan
dari 3 merk yang berbeda dengan 3 variasi media pengkorosi yaitu, dengan
adukan semen pasir dengan perbandingan 1 : 3, 1 : 5, dan 1 : 7
Terakhir dilakukan olah data dengan metode statistik untuk mendapatkan
persamaan empiris pengaruh ketebalan lapis lindung Zincallume dari 3 merk baja
ringan terhadap ketahanan korosi di lingkungan adonan semen
Tabel 3.1 Jadwal penelitian
Tahap Kegiatan

Bulan ke :
1

11

Persiapan
a. Pembuatan proposal

b. Pembelian bahan dan alat

c. Preparasi specimen

Pelaksanaan
a. Perancangan, Job Setup, Toolpath dan
Simulasi
b. Olah data hasil pengujian
c. Preparasi spesimen dan pengujian

X
X

X
X

tambahan bila ada data yang meragukan


atau secara statistik harus dieliminir.
d. Analisa, pembahasan dan kesimpulan

Penyelesaian
a. Pembuatan laporan

3.4 Proses pengerjaan


pada penelitian ini spesimen yang digunakan adalah baja ringan
dengan 3 merk berbeda yaitu TASO, SUPER LOKFOM dan LVSAGHT
SMARTRUSS ((R) 75X1.00. baja ringan yang digunakan berjumlah 27
spesimen . langkah awal pada penelitian ini ialah menimbang masing masing
spesimen dengan menggunakan neraca. Langkah selanjutnya baja ringan
diberi goresan atau sayatan di permukaan baja ringan, goresan dibuat
mengunakan benda yang tajam yang terdiri dari tiga macam ketebalan variasi

12

sayatan dengan tebal sayatan 0,5mm, 1mm dan 1,5 mm . baja ringan dibagi
dalam 3 kelompok baja dengan ketebalan sayatan berbeda . baja kelompok
pertama diberi tanda dengan spidol . kelompok pertama baja ringan yang
jumlahnya 9 spesimen diberi tanda dengan angka romawi kemudian
kelompok kedua baja ringan yang jumlahnya 9 spesimen diberi tanda dengan
huruf alphabet dan yang terakhir baja kelompok ketiga baja ringan yang
jumlahnya 9 spesimen diberi tanda dengan angka . kemudian setelah disayat,
dibuat adukan pasir dan semen dengan tiga variasi yaitu 1:3 , 1:5 dan 1:7
.langkah selanjutnya

adukan semen

ditempelkan pada baja yang telah

digores .setelah aduk semen ditempelkan pada baja ringan . tahap selanjutnya
adalah menunggu korosi selama empat bulan
Tabel 3.2 Daftar baja ringan
No

Jenis
Merk

Kode

Variasi
Tebal sayatan
(millimeter)

Variasi
Perb Adukan
(pasir:semen)

Berat
(mm)

0.5

1:3

32.00

II

0.5

1:5

31.37

III

0.5

1:7

32.89

IV

1:3

31.68

1:5

31.58

VI

1:7

30.96

VII

1.5

1:3

31.95

VIII

1.5

1:5

31.57

IX

1.5

1:7

31.30

10

0.5

1:3

48.08

0.5

1:5

49.63

0.5

1:7

47.79

1:3

47.69

11
12
13

TASO

SUPER
LOKFOM

13

1:5

48.72

15

1:7

48.50

16

1.5

1:3

49.15

17

1.5

1:5

47.71

18

1.5

1:7

47.78

19

0.5

1:3

48.25

0.5

1:5

48.52

0.5

1:7

48.26

1:3

47.12

1:5

49.26

1:7

48.00

1.5

1:3

48.45

1.5

1:5

48.50

1.5

1:7

47.91

20
21
22
23
24
25
26
27

LVSAGHT SMARTRUSS ((R)


75X1.00

14

3.5 Pengamatan dengan mikroskop optik logam


Pengamatan makro merupakan suatu cara pengujian dengan menggunakan
mikroskop optik untuk mengamati dan menganalisis logam melalui pembesaran
gambar. pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk korosi pada daerah
goresan baja ringan
Langkah- langkah pengamatan laju korosi adalah sebagai berikut:
1. Hilangkan

semen

yang

melapisi

baja

ringan

dengan

cara

membenturkan palu ke lapisan semen


2. Sisa adukan semen yang masih menempel di goresan baja ringan
dihilangkan dengan cara menggesekkan kain ke permukaan goresan
baja ringan
3. Permukaan benda yang akan diamati harus bersih dari lapisan semen

14

4. Pengamatan dan pemotretan dilakukan pada bagian goresan baja


ringan.

15

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengamatan Melalui Mikroskop

4.1.1 Pengamatan foto makro


Setelah dilakukan penempelan pada adukan semen pada baja ringan dalam
jangka waktu empat bulan ,maka baja ringan akan terkorosi karena adukan semen
Pengamatan yang akan dilakukan adalah pengamatan makro menggunakan
mikroskop yang diamati adalah daerah goresan baja ringan yang sebelumnya telah
dilapisi semen.
Dari hasil pengamatan makro menggunakan mikroskop tidak ada korosi
yang signifikan .hanya terlihat korosi yang sangat sedikit pada tiga variasi
ketebalan goresan yang berbeda .
4.1.2 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebalan goresan 0.5mm
Baja ringan dengan ketebalan goresan 0.5mm dengan tiga varisasi adukan
semen merupakan baja yang paling sedikit terkorosi. Berikut ini merupakan salah
satu contoh gambar dari foto makro baja ringan dngan goresan 0.5mm

Gambar 4.1 korosi pada baja ringan

15

Dari gambar tersebut baja ringan dengan ketebalan goresan 0.5mm dengan
variasi adukan semen dengan pasir 1:3 tidak terlihat adanya korosi yang
signifikan. Pada gambar 4.2 dibawah adalah baja ringan dengan goresan 0.5mm
dengan variasi adukan semen dan pasir 1:5 dari pengamatan foto makro
didapatkan hasil yaitu terlihat adanya sedikit korosi pada daerah goresan.

Gambar 4.2 korosi pada baja ringan

Gambar 4.3 korosi pada baja ringan


Pada gambar 4.3 baja ringan dengan variasi adukan semen dan pasir 1:7,
dari hasil pengamatan foto makro tidak terlihat adanya korosi.dari Semua Baja

16

ringan dengan ketebalan goresan 0.5mm dengan variasi adukan pasir dan semen
yang berbeda yang diamati melalui mikroskop tidak terlihat adanya korosi
4.1.3 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebalan goresan 1mm
Baja ringan dengan ketebalan goresan 1mm dengan tiga varisasi adukan
semen mengalami sedikit korosi. Berikut ini merupakan salah satu contoh gambar
dari foto makro baja ringan goresan 1mm dengan variasi semen dan pasir 1:3.

Gambar 4.4 korosi pada baja ringan


Dari gambar tersebut baja ringan dengan ketebalan goresan 1mm dengan
variasi adukan semen dengan pasir 1:3 tidak terlihat adanya korosi yang sangat
sedikit.
pada gambar 4.5 baja ringan dengan goresan 1mm dengan variasi adukan semen
dan pasir 1:5 dari pengamatan foto makro didapatkan hasil yaitu tidak terlihat
korosi pada daerah goresan.

17

Gambar 4.5 korosi pada baja ringan

Gambar 4.6 korosi pada baja ringan

Pada gambar 4.6 baja ringan dengan variasi adukan semen dan pasir 1:7,
dari hasil pengamatan foto makro terlihat adanya korosi yang sangat sedikit.
Baja ringan dengan ketebalan goresan 1mm dengan variasi adukan pasir
dan semen yang berbeda yang diamati melalui mikroskop terlihat adanya korosi
sangat sedikit.

18

4.1.4 Hasil pengamatan makro baja ringan dengan ketebalan goresan 1.5mm.
Baja ringan dengan ketebalan goresan 1.5mm dengan tiga varisasi adukan
semen mengalami sedikit korosi. Berikut ini merupakan salah satu contoh gambar
dari foto makro baja ringan goresan 1.5mm dengan variasi semen dan pasir 1:3.

Gambar 4.7 korosi pada baja ringan.

Dari gambar 4.7 baja ringan dengan ketebalan goresan 1.5mm dengan
variasi adukan semen dengan pasir 1:3 tidak terlihat adanya korosi yang sangat
sedikit.
. Pada gambar 4.8 dibawah adalah baja ringan dengan goresan 1.5mm
dengan variasi adukan semen dan pasir 1:5 dari pengamatan foto makro
didapatkan hasil terlihat adanya sedikit korosi pada daerah goresan.

19

Gambar 4.8 korosi pada baja ringan.


Pada gambar 4.9 baja ringan dengan variasi adukan semen dan pasir 1:7,
dari hasil pengamatan foto makro terlihat adanya korosi yang sangat sedikit.Baja
ringan dengan ketebalan goresan 1mm dengan variasi adukan pasir dan semen
yang berbeda yang diamati melalui mikroskop terlihat adanya korosi sangat
sedikit.

Gambar 4.9 korosi pada baja ringan.


20

BAB V
KESIMPULAN
5.1

Kesimpulan
1. Baja ringan dengan tiga variasi goresan sebesar 0.5mm,1mm dan 1.5mm
yang telah dilapisi semen dalam jangka waktu 4 bulan sudah mulai terlihat
adanya gejala korosi pada baja dengan lebar goresan 1.5mm
2. Variasi adonan semen dan pasir mempengaruhi laju korosi . perbandingan
adonan pasir dan semen sebesar 1:7 laju korosinya lebih cepat dari adonan
semen dan pasir dengan perbandingan 1:3 dan 1:5

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengamatan dalam jangka waktu lebih lama supaya semua
baja ringan bisa diamati laju korosinya

21

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.C, Leaver, K.D., Rawlings, R.D., Alexander, J.M., 1990, Material science
Chapman & Hall, London.
Callister, Material Science., Tata Mc. Graw Hill Inc., 2008.
Surdia, T, dan Saito, S.,, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, 2006
Varghese., CD., Electroplating and other surface treatments, McGraw-Hill Publishing
Company Limited, 1993

22

Anda mungkin juga menyukai