Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MAKALAH

TEKNIK PEMBENTUKAN DAN PENGECORAN


REVIEW JURNAL

Disusun Oleh :
Abdul Rahman 1710631150017
Anggi Miptahul Holik 1710631150016
Syifa Nurohmah 1710631150007
Muhammad Wandhika N. 1710631150005
Afrizal Ammrih Pambudi 1710631150021
Akmal Muhammad A 1710631150026

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan makalah review jurnal tentang teknik pembentukan dan
pengecoran. Kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan pihak lainnya
yang sudah memberikan dukungan dan bimbingannya baik berupa materi, ide,
dan waktu.
Adapun isi dari makalah ini yaitu mengulas tentang Analisis Kualitas
Billet Dengab Metide Statistica Proces Control (SPC) Pada PT. HANIL JAYA
STEEL Dan Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal Terhadap Penurunan
Temperatur Billet Baja Dalam Sistem Transportasi Billet Baja. Harap kami
semoga hasil review jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat
pada umumnya. Sehingga bisa memberikan pengetahuan dan wawasan lebih
bagi pembaca.
Review jurnal ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang dan sedikit hambatan dalam mencari materi
tersebut. Oleh sebab itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
hasil dari penelitian.

Karawang, 12 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
1.4 Manfaat ..........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Review Jurnal 1 .............................................................................................3
2.2 Review Jurnal 2 ...........................................................................................12
2.3 Review Jurnal 3……....................................................................................17
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................23
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................23
3.2 Saran ............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang ke dalam cetakan,
kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah
pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan logam
dan bagaimana membuat logam. Hal itu terjadi kira-kira 4000 SM, sedangkan
tahun yang lebih tepat tidak diketahui orang.

Awal penggunaan logam oleh orang, ialah ketika orang membuat


perhiasan dari emas atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata atau
mata bajak dengan menempa tembaga. Kemudian secara kebetulan orang
menemukan tembaga mencair, selanjutnya mengetahui cara untuk menuang
logam cair kedalam cetakan, dengan demikian untuk pertama kalinya orang
dapat membuat coran yang berbentuk rumit.

Pengecoran perunggu dilakukan pertama di Mesopotamiakira-kira 3000


tahun SM, teknik ini diteruskan ke asia tengah, india dan cina. Sementara itu
teknik pengecoran Mesopotamia diteruskan juga ke eropa dalam tahun 1500-
1400 SM, barang-barang seperti mata bajak, pedang, mata tombak perhiasan,
tangki, dan perhiasan makam di spanyol, swis, jerman, dan perancis.

Telah dikatakan bahwa ketika pengecoran tembaga pertama kali


ditemukan di Mesopotamia, logam cair dituang ke dalam pasir, kemudian
seperti halnya cara baru, dicari akal untuk menuang logam cair kedalam
rongga yang dibuat ke dalam batu. Bahan batu tersebut adalah pasir, batu
gamping atau serpentin yang mudah diolah, kadang-kadang dipergunakan
juga tanah liat untuk menguatkan.

Pada mulanya benda tipis yang berbentuk seperti kapak atau pedang dicor
hanya dengan mempergunakan drag (cetakan bawah) tidak dengan kup
(cetakan atas). Kemudian keduanya baik drag ataupun kup dipergunakan dan
selanjutnya dicari akal untuk membuat coran berongga dengan
mempergunakan inti yang dibuat dari tanah lempung dan bubuk arang batu.

Coran paduan ringan adalah coran paduan alumunium, coran paduan


magnesium dan sebagainya.Alumunium murni mempunyai sifat mampu cord
an sifat mekanis yang jelek. Oleh karena itu dipergunakan paduan alumunium
karena sifat-sifat mekanisnya akan diperbaiki dengan menambahkan tembaga,
silisium, magnesium, mangan, nikel dan sebagainya.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pembentukan dan Pengecoran


2. Agar penulis dapat memahami dan mengimplementasikan teori pada
jurnal yang di review
3. Untuk mengetahui Analisa Struktur Mekanis Pada Billet Besi Beton di
Proses Pengerolan
4. Untuk mengetahui Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal Terhadap
Penurunan Temperatur Billet Baja Dalam Sistem Transportasi Billet Baja
5. Untuk mengetahui Analisis Kualitas Billet Dengan Metode Statistica
Proces Control (SPC) Pada PT. Hanil Jaya Steel

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Analisa Struktur Mekanis Pada Billet Besi Beton di Proses


Pengerolan?
2. Bagaimana Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal Terhadap Penurunan
Temperatur Billet Baja Dalam system Transportasi Billet Baja?
3. Bagaimana Analisa Kualitas Billet Dengan Metode Statistica Proces
Control (SPC) pada PT. Hanil Jaya Steel?
1.4 Manfaat Penelitian

Dengan melakukan review jurnal “Analisa Struktur Mekanis Pada Billet


Besi Beton di Proses Pengerolan “ , “Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal
Terhadap Penurunan Temperatur Billet Baja Dalam system Transportasi
Billet Baja”, dan “Analisa Kualitas Billet Dengan Metode Statistica Proces
Control (SPC) pada PT. Hanil Jaya Steel” diharapkan dapat memahami
struktur atau pengaruh konveksi dan radiasi padabillet besi beton.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 REVIEW JURNAI 1


A. Penulis
Ery Diniardi 1, Anwar Ilmar Ramadhan 2, Syawaluddin 3, Hasan
Basri 4, Erwin Dermawan 5.
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Jurusan Teknik Otomotif dan Alat Berat, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah
No.27 Jakarta 10510
E-mail : erydiniardi@yahoo.co.id

B. Judul Penelitian
Analisa Struktur Mekanis Pada Billet Besi Beton di Proses
Pengerolan

C. Latar Belakang Penelitian


Prosedur proses dan fabrikasi merupakan hal terpenting dalam
menentukan ada tidaknya cacat atau perubahan metalurgi yang terjadi
pada struktur komponen. Proses mekanis, termal, dan kimia dapat
menimbulkan cacat mikroskopik dan makroskopik, cacat tadi mungkin
berada di dekat permukaan atau didalam. biasanya cacat awal itu sendiri
tidak terlalu membahayakan, tetapi ketika terjadi interaksi antara
lingkungan (proses) dan tegangan dapat menimbulkan pertumbuhan
cacat, dan cacat subkritis berubah menjadi cacat kritis.
Dalam prakteknya semua bahan dianggap peka terhadap cacat dan
perlu dilakukan pengkajian pembebanan untuk menilai berbahaya
tidaknya cacat tersebut. Sering kali kegagalan pada pemrosesan terjadi
akibat gabungan beberapa penyebab yang saling berkaitan. Salah
satunya adalah faktor metalurgi (komposisi kimia dan struktur logam)
yang dapat ditentukan dengan jelas. Dengan mengetahui pengaruh
penyimpangan dalam komposisi, dan struktur logam yang menjadi
penyebab cacat/kegagalan diharapkan dapat menjadi salah satu
kontribusi bahan pertimbangan terhadap produksi pembuatan baja
beton, baik dari segi pemilihan bahan, maupun proses produksinya.
Untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, tentunya tidaklah seluruhnya sifat-sifat
fisis dan mekanis tersebut. Penelitian sifat mekanis yang akan di
gunakan meliputi: uji kekerasan, pengamatan fraktografi dan struktur
mikro serta pengujian komposisi kimia pada bahan yang cacat dan
sempurna. Hasil tersebut dianalisis atau dibandingkan untuk melihat
perbedaan-perbedaan maupun perubahan struktur logam yang tentunya
juga merubah sifat logam tersebut. Dengan terbatasnya permasalahan
yang diharapkan akan didapat hasil analisa yang lebih spesifik dan baik.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisa Struktur Mekanis
Pada Billet Besi Beton di Proses Pengerolan.

E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian yang dilakukan


Sampel pengujian yang digunakan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Sampel Billet.

F. Hasil Penelitian
Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia pada spesimen Sempurna dan Cacat dengan
spectrometer merk SHIMADZU type OES - 5500 II pada
Laboratorium P.T. Komatsu Indonesia didapatkan hasil sebagai berikut
:
Tabel 1. Komposisi kimia Billet

Unsur Billet Billet Billet Billet


Sempurna Cacat Cacat cacat
(%) 1 (%) 2 (%) 3 (%)
C 0.24 0.15 0.11 0.18
Si 0.25 0.17 0.14 0.24
Mn 0.54 0.39 0.49 0.51
Cr 0.24 0.06 0.04 0.18
Mo 0.03 0.01 0.01 0.02

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa bahan sempurna


memiliki komposisi karbon yang lebih tertinggi yaitu sebesar 0,24 % .
Sedangkan dengan bahan cacat 3 memiliki kadar karbon sebesar 0,18
%, cacat 1 sebesar 0,15%, cacat 2 sebesar 0,11%. Kesemua bahan
tersebut telah memenuhi standar komposisi Baja tulangan polos yang
sama dengan komposisi baja karbon rendah, yaitu dengan kadar karbon
mencapai 0,3%. Lain halnya dengan Baja tulangan sirip yang memiliki
standar baja karbon sedang, yaitu dengan kadar karbon berkisar 0,3%-
0,6%, hal ini dilakukan untuk memenuhi kekuatan mekanis yang lebih
tinggi.
Pengujian Kekerasan
Kekerasan pada sampel Billet Standar dan Billet Cacat
dilakukan dengan metode pengujian kekerasan Rockwell (HRB),
diperoleh hasilnya sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengujian kekerasan

Nomor Billet Billet Billet Billet


Jejaka Sempurn Cacat Cacat Cacat
N a (HRB) 1 2 3
(HRB (HRB (HRB
) ) )
1 110 82 72 87
2 109.5 81 66 89
3 109 79 71 90
4 110 77,5 71,5 90
5 102.5 84 76 90
6 105 89 99 90
7 104 82 74 91
8 102.5 82 72 90
9 103 82 71 88
10 102.5 81 72,5 86
Rata-
105.8 73,85 67,25 89.1
rata

Dari pengujian kekerasan diatas dapat kita simpulkan bahwa


bahan sempurna memiliki kekerasan paling tinggi sebesar 105,8 HRB,
sedangkan bahan cacat 3 menempati peringkat kedua sebesar 89,1
HRB, posisi ketiga oleh bahan cacat 2 dengan 73,85 HRB, kemudian
diikuti bahan cacat 2 dengan kekerasan 67,25 HRB. Kekerasan ini
tentunya amat berhubungan erat dengan kadar karbon.
Pengujian Struktur Mikro
Pengamatan Struktur Mikro ini di lakukan di Laboratorium PT.
Komatsu Indonesia. Alat yang di gunakan dalam pengujian ini adalah
Mikroskop Optik dengan pembesaran 200 X dan 400 X dengan
demikian akan dapat diamati hasil dari pengamatan struktur mikro
dapat dilihat pada Gambar 3-6 berikut ini :
Gambar 3. Struktur Mikro Billet Standar

Gambar 4. Struktur Mikro Billet Cacat 1

Gambar 5. Struktur Mikro Billet cacat 2


Gambar 6. Struktur Mikro Billet cacat 3
Dari pengamatan Struktur mikro dapat di simpulkan bahwa
kandungan ferit lebih mendominasi dibandingkan perlit baik pada
bahan sempurna maupun Cacat. Jejak perpatahan Trankristalin
(membelah batas butir) tejadi pada setiap bahan cacat. Pada area
perpatahan bahan cacat batas butir lebih terlihat dibandingkan pada area
yang jauh dari retakan.

G. Kesimpulan dari Hasil Penelitian


Dari korelasi pengujian maupun pengamatan dapat disimpulkan
bahwa pembilahan yang terjadi akibat retakan tepi sehingga terjadi laju
keretakan menuju pusat billet tidak terlalu di pengaruhi oleh struktur
bahan, namun lebih kuat disebabkan oleh faktor kadar karbon dan
silikon. Kadar kedua bahan yang tinggi tesebut menciptakan nilai
kekerasan yang tinggi pula pada bahan billet sehingga dapat menahan
laju keretakan akibat beban besar reduksi pada proses pengerollan
(canai). Hal tersebut juga tidak berlepas dari fungsi mangan yang dapat
menambah keuletan bahan yang menunjang proses pembentukan.
Dalam hal ini juga terlihat bahwa di dekat area sepanjang retakan batas
butir terbelah oleh retakan atau lebih dikenal dengan jejak perpatahan
transkristalin.
H. Kata Asing
 Kekerasan Rockwell = menekan permukaan spesimen (benda uji)
dengan suatu indentor
 Perpatahan Transkristalin = membelah batas butir
3.2 REVIEW JURNAL 2

A. Penulis
Prayudi 1, Efy Yosrita 2.
Teknik Mesin STT-PLN Jakarta, Teknik Informatika STT-PLN Jakarta,
Menara PLN Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi Cengkareng Jakarta
Barat, 11750
email: prayudi.sttpln@yahoo.com email: yosrita_ryanto@yahoo.co.id

B. Judul Penelitian
Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal Terhadap Penurunan
Temperatur Billet Baja Dalam Sistem Transportasi Billet Baja

C. Latar Belakang Penelitian


Penelitian tentang laju penurunan temperatur secara transient pada
billet baja telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya
dilakukan oleh, L. Buchori, Y Bindar dan Istadi. Pada penelitian tersebut
bertujuan mempelajari efek kondisi batas kombinasi konveksi dan
radiasi termal pada komputasi proses pendinginan slab baja dengan
metode komputasi Volume Hingga. Metode komputasi ini diaplikasikan
untuk menyelesaikan model perpindahan panas transien dua dimensi
karena sulitnya penyelesaian secara analitis. Dari penelitian disimpulkan
bahwa metode komputasi volume hingga (Finite Volume) merupakan
metode komputasi yang tangguh untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan perpindahan panas transien baik satu dimensi, dua dimensi,
bahkan tiga dimensi. Pada kasus-kasus tertentu dengan bentuk
geometri yang bagaimanapun, metode ini tetap lebih tangguh. Pada
kasus-kasus yang melibatkan kondisi-kondisi batas radiasi termal atau
kombinasi konveksi dan radiasi termal, maka pemilihan metode
linierisasi suku sumber pada persamaan aljabar kondisi batas sangat
menentukan realitas dari hasil simulasi. (Buchori, 2000). Sedangkan dan
perpindahan panas konduksi transien dengan batas konveksi pada billet
baja, khususnya untuk kasus dua dimensi, juga telah digunakan untuk
menggambarkan laju perubahan panas pada Billet baja. Dari simulasi
dengan program Matlab diperoleh hasil bahwa perpindahan konveksi
dari udara sekitar cukup berpengaruh pada laju penurunan temperatur
Billet baja dalam jangka waktu yang cukup lama. (Prayudi, 2013).
Penurunan temperatur juga terjadi pada pembuatan kawat pada industri
baja PT. Krakatau Stell. Temperatur bilet rata-rata yang keluar dari
sistem roller caster pada BSP adalah 900OC, dan turun menjadi 130OC
sebelum dibawa ke WRM. Kehilangan panas dan dua cara yakni
pendinginan melalui konveksi panas dari udara, dan konduksi panas ke
bed pendinginan. Bed pendinginan ikut mengkontribusi kehilangan
panas Billet baja yang cukup berarti, dan panas ini tidak dimanfaatkan
(Tusy,2006).

D. Tujuan Penelitian
Penelitian eksperimen untuk mempelajari perilaku penurunan
temperatur Billet baja juga telah dilakukan oleh BTMP BPPT dalam
program otomasi industri baja. Tim Peneliti Program Otomasi
mengkondisikan sistem transportasi billet baja dalam skala laboratorium
dengan tiga perlakuan, yakni pertama sistem transportasi tanpa isolasi
pendinginan, kedua isolasi pendinginan dengan mengkondisikan billet
dilewatkan pada hot tunnel tertentu, dengan tujuan mengisolasi panas,
yang ketiga adalah membuat Hot box didesain dalam keadaan close
system yang digunakan sebagai isolator untuk menahan panas dari billet
yang telah keluar dari BSP agar temperaturnya tetap dalam keadaan
kondisi yang tinggi sebelum unloading. (BTMP BPPT, 2010).
E. Metodologi Penelitian
Dalam Penelitian ini, metodologi penelitian yang dilakukan adalah
Kondisi Batas Konveksi dan Radiasi Termal, dengan dimensi billet baja
digunakan berukuran, (180x180x600) mm diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Billet Baja dan Tray

Simulasi Numerik Metode Beda Hingga, Penggunaan metode beda


hingga (Finite difference methode) dilakukan dengan cara menganti
koefesien persamaan differensial dengan koefesien beda (difference),
skema beda (diffrence scheme) merupakan syatu pendekatan dari suatu
derivatif pada suatu titik menggunakan nilai kolektif dari titik sekitarnya
yang dibagi atas tiga skema yaitu : skema sentral (center scheme),
skema beda maju (forward diffrence scheme) dan skema beda mundur.

F. Hasil Penelitian
Simulasi Penurunan Temperatur Tanpa Isolasi
Pada kondisi lingkungan tanpa isolasi, syarat batas yang digunakan
untuk simulasi adalah Tf=32OC, Tw=700OC, k=33 W/m.K, h=60
W/m2K, dan waktu simulasi 3600 detik, hasil simulasinya diperihatkan
pada Gambar 6 dan 7 berikut ini.
Gambar 6. Laju Penurunan Temperatur Tanpa Isolasi, k=33
W/m.K, h=60 W/m2K

Gambar 7. Peta kontur dua dimensi setelah 3600 s, k=33 W/m.K,


h=60 W/m2K

Simulasi Penurunan Temperatur Dengan Isolasi


Pada kondisi lingkungan yang isolasi artinya transportasi billet baja
melalui suatu terowongan, syarat batas yang digunakan untuk simulasi
adalah Tf=34OC, Tw=700OC, k=32 W/m.K, h=30 W/m2K, dan waktu
simulasi 3600 detik, hasil simulasinya diperihatkan pada Gambar 8 dan
9 berikut ini.

Gambar 8. Laju Penurunan Temperatur Dengan Isolasi, k=32


W/m.K, h=30 W/m2K

Gambar 9. Peta kontur dua dimensi setelah 3600 s, k=32 W/m.K,


h=30 W/m2K
Simulasi Penurunan Temperatur Hot Box
Pada kondisi lingkungan yang isolasi sempurna artinya transportasi
billet baja dimasukkan dalam sutu hot box, syarat batas simulasi adalah
Tf=40OC, Tw=700OC, k=31 W/m.K, h=10 W/m2K, dan waktu
simulasi 3600 detik, hasil simulasinya diperihatkan pada Gambar 10 dan
11 berikut ini.

Gambar 10. Laju Penurunan Temperatur Dalam Hot Box, k=31


W/m.K, h=10 W/m2K
Gambar 11. Peta kontur Dalam Hot Box, k=31 W/m.K, h=10
W/m2K
Dari Gambar 6, 8 dan 10 untuk bagian sisi-sisi ujungnya yang
berbatasan dengan udara luar, khususnya disisi kanan dan kiri
temperaturnya langsung turun sedangan pada bagian dalam dan
temperatur rata-ratanya turunnya relatif belum tajam. Penurunan
temperaturnya tidak linier, tetapi mengikuti fungsi eksponensial atau
mendekati polynomial orde tiga. Dari Gambar 6, setelah 3600 detik
temperature turun menjadi 180OC, atau ratarata temperatur billet baja
turun 8,67OC per menit. Dari Gambar 10, temperature turun menjadi
305OC, atau rata-rata temperatur billet turun 6,58OC per menit, dan dari
Gambar 10 temperatur turun menjadi 490OC atau rata-rata turun 3,5OC
per menit. Dari peta kontur pada Gambar 7, 9 dan 11 terlihat setelah
3600 detik, terlihat bahwa rata-rata temperatur di bagian ujung-ujung
bilet lebih rendah dari pada pada bagian atas dan bawah billet,
sedangkan temperatur pada bagian dalam lebih tinggi atau lebih panas.
Hasil simulasi ini relevan dengan hasil penelitian eksperimental yang
dilakukan oleh Tim Otomisasi BTMP BPPT, yakni bahwa dalam jangka
waktu 3600 detik temperatur billet turun dari 700OC menjadi 200OC,
pada kondisi tanpa isolasi dan turun menjadi sekitar 310OC pada
kondisi ada isolasi termal. Dari Gambar 11, memperlihatkan peta kntour
pada t=3600 detik, temperatur billet baja berkisar pada 470OC-510OC,
hal ini sudah memenuhi persyaratan hasil eksperimental, dimana
temperatur Billet Baja setelah 3600 detik masih diatas 500OC
Dari Gambar 6, 8 dan 10, dan syarat batas untuk simulasi terlihat
bahwa temperatur udara sekitar, koefisien konveksi, dan koefisien
perpindahan panas konduksi berpengaruh pada penurunan temperatur
billet baja. Setiap penurunan koefisien koveksi sebesar 10 W/m2.K,
temperatur billet baja pada t=3600 detik rata-rata naik sebesar 60OC.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakukan kondisi lingkungan sistem
transportasi billet yang berdamak pada temperatur udara sekitar akn
mempengaruhi besar kecilnya koefisien konveksi. Semakin kecil
koefisien perpindahan konveksi dampak dari temperatur udara sekitar,
dan radiasi termal maka akan mengakibatkan kenaikan temperatur billet
baja, artinya adalah untuk membuat agar supaya temperatur billet baja
tetap tinggi yang perlu diperhatikan adalah koefisien perpindahan
konveksi, infiltrasi udara sekitar agar koefisien konveksi tetap rendah.
Parameter-paremeter dalam simulasi ini dapat digunakan sebagai
salah satu acuan awal untuk menentukan desain Hot Box Billet Baja.
Atas dasar hasil simulasi ini, dalam membuat desain Hot Box Billet Baja
yang perlu diperhatikan adalah besarnya koefisien perpindahan
konveksi, yang dipengaruhi oleh temperatur udara sekitar dan besarnya
pengaruh radiasi termal. Desain Hot Box Billet baja sedapat mungkin
dapat mencegah terjadinya inflitrasi masuknya udara sekitar, sehingga
perpindahan panas konveksi dibuat serendah mungkin. Mengacu hasil
penelitian dari TIM BTMP, bahwa desain Hot Box yang diisolasi dapat
mencegah penurunan temperatur Billet Baja menjadi 500OC setelah
3600 detik, hal ini menunjukkan bahwa perpindahan panas konveksi
yang rendah cukup signifikan dan radiasi termal mempengaruhi
temperatur Billet Baja.

G. Kesimpulan dari Hasil Penelitian


Dari hasil simulasi terlihat bahwa penurunan temperatur billet baja
secara signifikan dipengaruhi oleh koefisien perpindahan konveksi, dan
radiasi termal, dan kondisi lingkungan sistem tranportasi. Temperatur
billet rata-rata turun 3,5OC-8,67OC per menit dalam jangka waktu 1
jam.
Simulasi numerik ini didasarkan pada pendekatan model
perpindahan panas dua dimensi, dengan asumsi batas konveksi, radiasi
termal dan koefisien perpindahan panas konduksi konstan, oleh karena
itu untuk mendapatkan hasil optimal disarankan model dikembangkan
dengan asumsi batas konveksi dan radiasi termal, serta koefisien
perpindahan panas konveksi dan konduksi merupakan fungsi dari
waktu.
H. Kata Asing
 Wire Roads Mill (WRM) = Penggiling Kawat
 Billet Steel Plant (BSP) = Penanaman Baja billet
 Hot Box Billet = Kotak Billet Panas
 Close System = Sistem Tertutup
 Unloading = Menurunkan muatan
 Fouriers = Deret Matematika

3.3 REVIEW JURNAL 3


A. Penulis
Eko Sutanto, Dyah Riandadari
S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Surabaya, JurusanTeknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Surabaya.
e-mail : e_susanto@yahoo.com e-mail : dyahreri@yahoo.com

B. Judul Penelitian
Analisa Kualitas Billet Dengan Metode Statistica Proces Control
(SPC) pada PT. Hanil Jaya Steel.

C. Latar Belakang Penelitian

Kualitas suatu perusahaan tidak lepas dari konsumen serta


produk yang dihasilkannya. Konsumen tentunya berharap bahwa
barang yang dibelinya akan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya sehingga konsumen berharap bahwa produk tersebut
memiliki kondisi yang baik serta terjamin. Oleh karena itu perusahaan
harus melihat serta menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan
terjamin serta diterima oleh konsumen serta dapat bersaing di pasar.
Pemenuhan kebutuhan konsumen seringkali hanya berfokus pada segi
kuantitas mengingat pangsa pasar yang semakin berkembang dari
waktu ke waktu.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mnegetahui kualitas billet
dengan menggunakan alat bantu statistic, yaitu metode pengendalian
kualitas yang terdapat pada Statistical Proces Control.

E. Metodologi Penelitian
Dalam Penelitian ini, metodologi penelitian yang dilakukan adalah
Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian,
Variabel-Variabel Penelitian, Sasaran Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

Gambar 22. Flowchart Penelitian

F. Hasil Penelitian
Proses Pembuatan Billet
Pada PT. Hanil Jaya Steel proses pembuatan billet terdapat dua
bagian yaitu Electric Arc Furnace (EAF) dan Continuous Casting
Machine (CCM).
Pemilihan obyek penelitian
PT. Hanil Jaya Steel adalah perusahaan yang bergerak di bidang
produksi baja tulangan. Di PT. Hanil Jaya Steel memproduksi baja
billet dan besi beton. Berdasarkan kebijakan perusahaan yang
diberikan kepada peneliti maka obyek penelitian adalah baja billet.
Penelitian dilakukan pada produk besi billet karena produk ini adalah
bahan baku besi dan baja yang dapat diolah menjadi bahan baku utama
besi beton dan dapat diolah menjadi berbagai macam produksi besi dan
baja lainya sehingga sangat menentukan kualitas produk utamanya.

Pengumpulan data Tahap berikutnya adalah menetapkan rencana


pengumpulan data yang akan dilakukan pada tingkat output. Data yang
dikumpulkan merupakan data yang bersifat diskrit yang merupakan
jumlah produk cacat (jenis cacat atribut) yang bersifat kuantitatif,
dihitung menggunakan daftar pencacahan untuk keperluan pencatatan
dan analisis.
Tabel 2. Data Jumlah Produksi Billet Tahun 2013
Jumlah
Jumlah Produk
Bulan Produksi
Billet (Eksemplar)
(Ton)
Januari 10800 8100
Februari 7900 5925
Maret 11000 8250
April 8060 6045
Mei 10700 8025
Juni 10000 7500
Juli 6400 4800
Agustus 9600 7200
September 7800 5850
Oktober 10160 7620
November 8180 6135
Desember 7700 5775
Total 108300 81225

(Sumber, Departemen Pengendalian Kualitas PT. Hanil Jaya Steel)

Untuk Produksi 1 buah billet mempunyai berat ± 750 kg, jadi


jumlah produksi billet tiap bulan dihitung dan dikonversikan per
eksemplar seperti pada tabel diatas.

a. Check Sheet
Langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisis
pengendalian kualitas secara Statistical Process Control adalah
membuat tabel (check sheet) jumlah produksi dan produk rusak
/ tidak sesuai dengan standar mutu. Berikut ini data produksi
dan tahun 2013 :

Tabel 3. Data Jumlah Produksi Dan Jumlah Cacat Billet 2013


Jumlah Produk Jumlah Produk
Bulan Billet Cacat
(Eksemplar) (Eksemplar)
Januari 10800 378
Februari 7900 316
Maret 11000 440
April 8060 403
Mei 10700 428
Juni 10000 400
Juli 6400 320
Agustus 9600 336
September 7800 273
Oktober 10160 254
November 8180 409
Desember 7700 308
Total 108300 4265

(Sumber, Departemen Pengendalian Kualitas PT. Hanil Jaya Steel)

b. Histogram
Tabel 4. Data Cacat Billet 2013
Jenis Cacat (Eksemplar)
Bulan
Rumbik Retak Patah
Januari 183 116 79
Februari 111 144 61
Maret 166 157 117
April 127 168 108
Mei 232 127 69
Juni 175 134 91
Juli 91 135 94
Agustus 144 75 117
September 86 93 94
Oktober 132 60 62
November 189 97 123
Desember 86 132 90
Total 1722 1438 1105

(Sumber, Departemen Pengendalian Kualitas PT. Hanil Jaya Steel)

Dari daftar tabel diatas maka didapatkan gambar histogram seperti


dibawah ini :
Gambar 36. Histogram Data Cacat Billet

Gambar 37. Histogram Jumlah Menurut Jenis Cacat Billet


Dari diagram diatas, dapat kita lihat jenis kerusakan yang paling
dominan / sering terjadi adalah cacat rumbik dengan jumlah 1722
eksemplar, cacat retak dengan jumlah 1438 eksemplar, dan kerusakan
karena cacat patah dengan jumlah 1105 eksemplar.

b. Diagram Pareto
Tabel 5. Hasil Analisis Kecacatan Billet
Jenis cacat : Retak Frekuensi : 1438 Frekuensi kumulatif : 1722
+ 1438= 3160 Presentase dari total : 1438 4265 x 100 % = 33,72%
Presentase kumulatif : 40,37% + 33,72% = 74,09%

Berikut ini Pareto Chart dari hasil olah data Minitab :

100
4000

80
3000
Frekuensi

60

Percent
2000
40

1000
20

0 0
Jenis Cacat Rumbik Retak Patah
Frekuensi 1722 1438 1105
Percent 40.4 33.7 25.9
Cum % 40.4 74.1 100.0

Gambar 38. Pareto Chart of Jenis Cacat

Dari tabel 5. dan gambar 38. diketahui bahwa jenis kacacatan billet
jika diurut mulai dari yang terbesar hingga terkecil adalah Rumbik
(40,4%), Retak (33,7%), Patah (25,9%).

d. Peta Kendali P (P-chart)


Langkah selanjutnya adalah membuat peta kendali (P-chart) yang
berfungsi untuk melihat apakah pengedalian kualitas pada perusahaan
ini sudah terkendali atau belum. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya bahwa langkah awal dalam membuat peta kendali adalah
sebagai berikut :
a. Menghitung Persentase Kerusakan
Persentase kerusakan produk digunakan untuk melihat
persentase kerusakan produk pada tiap sub-group (bulan). Rumus
untuk menghitung persentase kerusakan adalah :
P = 𝑛𝑝/𝑛 ............................(1)
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render.2006 – Manajemen Operasi
Keterangan :
np : Jumlah gagal dalam sub grup
n : Jumlah yang diperiksa dalam sub grup
subgroup : Bulan ke-

b. Menghitung Garis Pusat / Central Line (CL)


Garis pusat / Central Line adalah garis tengah yang berada
diantar batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL).
Garis Pusat ini merupakan garis yang mewakili rata-rata tingkat
kerusakan dalam suatu proses produksi. Untuk menghitung garis
pusat digunakan rumus :
CL = p̅ = 𝛴𝑛𝑝 𝛴𝑛 .............................(2)
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render.2006 – Manajemen Operasi
Keterangan :
Ʃnp = Jumlah total yang rusak
Ʃn = Jumlah total yang diperiksa
Berdasarkan rumus (2) maka didapatkan Central Line (CL) sebagai
berikut :
Ʃnp = 4265
Ʃn = 108300
CL = p̅ = 𝛴𝑛𝑝/𝛴𝑛 = 4265/108300 = 0,03938135 = 0,03938

c.Menghitung Batas Kendali Atas / Upper Control Limit (UCL)


Batas kendali atas dan batas kendali bawah merupakan
indikator ukuran secara statistik sebuah proses bisa dikatakan
menyimpang atau tidak. Batas kendali atas (UCL) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
d. Menghitung Batas Kendali Bawah / Lower Control Limit (LCL)
Sedangkan untuk menghitung batas kendali bawah (LCL)
digunakan rumus :

e. Menggambar Peta Kendali P Dengan Software MINITAB


Peta kendali p dibuat menggunakan bantuan program
Minitab agar memudahkan peneliti untuk melihat grup mana
sajakah yang keluar dari batas kendali. Berikut ini p-chart dari
hasil olah data Minitab :
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa masih ada titik-
titik yang berada diluar batas kendali (UCL dan LCL). Terdapat 4
Titik yang berada diluar batas kendali dan 8 titik yang berada di
dalam batas kendali, sehingga bisa dikatakan bahwa proses tidak
terkendali.
f. Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram)
Diagram sebab-akibat / Fishbone Diagram digunakan
untuk menganalisis faktorfaktor apa sajakah yang menjadi
penyebab kerusakan produk. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan produk secara
umum dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pekerja (People), yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam
proses produksi.
2. Bahan Baku (Material), yaitu komponenkomponen dalam
menghasilkan suatu produk menjadi barang jadi.
3. Mesin (Machine), yaitu mesin-mesin dan berbagai peralatan
yang digunakan selama proses produksi.
4. Metode (Method), yaitu instruksi atau perintah kerja yang harus
diikuti dalam proses produksi.
5. Lingkungan (Environment), yaitu keadaan sekitar tempat
produksi baik secara langsung maupun secara tidak langsung
mempengaruhi proses produksi.
Faktor-faktor penyebab defect billet antara lain :
1. Manusia
Skill dan kemampuan operator sangat penting didalam
menyelesaikan tugasnya. Karena dengan skill dan kemampuan
yang baik maka kesalahan dalam pengerjaan suatu produk akan
berkurang dan jumlah cacat yang timbul dapat seminimal
mungkin dikurangi. Begitu juga tingkat ketelitian
mempengaruhi hasil dari pengerjaan produk. Mencari operator
yang berpengalaman, juga selalu mengadakan training untuk
operator yang baru merupakan langkah yang tepat dalam upaya
meningkatkan skill dan kemampuan mereka. Skill manusia
yang dibutuhkan disini kaitannya dengan mengoperasikan
mesin lewat komputer. Akan tetapi kemampuan mekanik juga
sangat dibutuhkan untuk setting mesin apabila terjadi kesalahan
dalam proses produksi, dibutuhkan operator yang benar –benar
sudah mengerti tentang keadaan mesin itu sendiri.
2. Mesin
Mesin yang cara kerjanya kurang optimal atau rusak pasti
berpengaruh terhadap kualitas billet yang dihasilkan. Kelainan
pada billet antara lain disebabkan oleh :
a. Kepala Mould yang sudah aus
b. Saluran Mould jaket yang berkerak
c. Saluran pipa spray yang bermasalah
3. Metode
Metode yang tidak sesuai dalam maintenance dan persiapan
kerja dapat menyebabkan kecacatan pada billet, maka dari itu
diperlukan metode yang sesuai agar rutinitas perbaikan dan
pengecekan pada mesin-mesin bisa diterapkan dengan baik.
4. Material
Dari faktor material / bahan baku disebabkan berbagai macam
alasan sehingga hasil produksi billet tidak terbentuk dengan
baik, seperti tidak cocoknya komposisi campuran bahan aditif
(Kapur, Ferro alloy, Mangan, Vanadium, dan Molibdium)
sehingga billet harus didaur ulang dan membuat kerugian bagi
pihak perusahaan.
5. Lingkungan
Suhu air yang tidak memenuhi kapasitas pendinginan normal
dapat menyebabkan cacat pada hasil produksi billet.
G. Kesimpulan dari Hasil Penelitian
Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian yang
dilakukan di PT. Hanil Jaya Steel adalah sebagai berikut :
1. Persentase jumlah cacat produk dari total produksi pada PT. Hanil
Jaya Steel sebesar 3,9%. Dari total cacat 3,9% jenis cacat Rumbik
(40,4%), Cacat Retak (33,7%), Cacat Patah (25,9%).
2. Faktor – faktor penyebab kecacatan billet, berasal dari faktor
a. Manusia : Kemampuan dan tingkat ketelitian operator kurang
b. Mesin : Kerak pada saluran mould jaket, ausnya kepala mould,
pipa spray bermasalah.
c. Metode : Setting mould, setting pipa spray
d. Material : Terlalu banyak campuran kapur dan vanadium
e. Lingkungan : Suhu air pendinginan tidak normal
3. Tindakan yang harus dilakukan untuk perbaikan kecacatan billet,
adalah
a. Manusia : Pelatihan dan training untuk meningkatkan skill
operator
b. Mesin : Perawatan saluran mould jaket, perbaikan keausan
mould dan pipa spray
c. Metode : Penyetingan mould dan pipa spray harus benar
d. Material : Komposisi bahan aditif harus benar dan sesuaikan
campuran kapur dan vanadium
e. Lingkungan : Menjaga suhu air tetap normal pada cooling water.
H. Kata Asing
 defect = kerusakan
 zero defect = kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi produk
 cooling water = air yang mengeluarkan panas dari mesin atau suatu
sistem
 setting mould = pengaturan cetakan
 electric arc furnace = peralatan / alat yang digunakan untuk proses
pembuatan logam / peleburan logam, dimana besi bekas dipanaskan dan
dicairkan dengan busur listrik yang berasal dari elektroda ke besi bekas
di dalam tanur
 continous casting machine = proses dimana logam cair dibentuk
padatkan menjadi "setengah jadi" billet, bloom, atau slab kemudian
bergulir pada tahap berikutnya di pabrik finishing
 quality control = kontrol kualitas
 Statistical process control = metode pemantauan proses dengan
menggunakan diagram kontrol
 detection = deteksi
 prevention = pencegahan
 quality dispersion = dispersi kualitas
 batch = sekumpulan/sejumlah/setumpuk
 mass production = produksi massal
 check sheet = sebuah dokumen sederhana yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada saat real-time dan pada lokasi dimana data
tersebut muncul. Biasanya dokumen ini terdiri dari formulir kosong yang
didesain untuk “merekam” atau menyimpan informasi yang diinginkan
dengan cepat, mudah, dan efisien
 chart = grafik
 reject = menolak
 upper/lower control unit = bagian kontrol atas / bawah
 fishbone diagram = diagram tulang ikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil review ketiga jurnal diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembilahan yang terjadi akibat retakan tepi sehingga terjadi laju keretakan
menuju pusat billet tidak terlalu di pengaruhi oleh struktur bahan, namun lebih
kuat disebabkan oleh faktor kadar karbon dan silikon. penurunan temperatur
billet baja secara signifikan dipengaruhi oleh koefisien perpindahan konveksi,
dan radiasi termal, dan kondisi lingkungan sistem tranportasi. Temperatur
billet rata-rata turun 3,5OC-8,67OC per menit dalam jangka waktu 1 jam.
Persentase jumlah cacat produk dari total produksi pada PT. Hanil Jaya Steel
sebesar 3,9%. Dari total cacat 3,9% jenis cacat Rumbik (40,4%), Cacat Retak
(33,7%), Cacat Patah (25,9%).

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Ery Diniardi, Anwar Ilmar Ramadhan, Syawaluddin, Hasan Basri, Erwin


Dermawan. “Analisa Struktur Mekanis Pada Billet Besi Beton di Proses
Pengerolan”. Fakultas Teknik : Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Prayudi, Efy Yosrita. “Pengaruh Konveksi dan Radiasi Termal Terhadap
Penurunan Temperatur Billet Baja Dalam Sistem Transportasi Billet
Baja”. Teknik Mesin dan Teknik Informatika : STT-PLN Jakarta.
3. Eko Sutanto, Dyah Riandadari. “Analisa Kualitas Billet Dengan Metode
Statistica Proces Control (SPC) pada PT. Hanil Jaya Steel”. Teknik
Mesin, Fakultas Teknik : Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai