Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa atas berkat dan limpahan Rahmat-Nya
sampai detik ini masih diberikan nikmat sehat, nikmat iman, nikmat waktu luang, serta
nikmat rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik dan
tepat waktu sebagaimana semestinya.
Laporan ini disusun berdasarkan apa yang dilakukan penulis saat melakukan
pengerjaan, dalam pembuatan laporan kerja praktek ini tentu banyak dukungan dari berbagai
pihak maka dari itu ucapan terima kasih kepada di tujukan kepada :
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kerja praktek
ini baik dari segi materi dan pemaparannya, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kebaikan laporan kerja praktek ini.
Demikian laporan Kerja Praktek ini dibuat semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Pembahasan..............................................................................................................1
1.3 Manfaat.................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................3
2.1 Pengecoran Logam................................................................................................................3
2.2 Cetakan Pengecoran..............................................................................................................3
2.3 Pola Pengecoran....................................................................................................................4
2.4 Diagram Fasa.........................................................................................................................4
2.5 Sifat Fisis dan Mekanis Alumunium / Logam lainnya.............................................................5
BAB III....................................................................................................................................................6
METODE................................................................................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................................................6
3.2 Desain Benda Kerja............................................................................................................8
3.3 Langkah-langkah pengecoran............................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................................................10
HASIL PEMBAHASAN...........................................................................................................................10
BAB V...................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Logam berasal dari bahasa Yunani yaitu matallon, yang berarti bahwa suatu unsur
kimia yang siap bergabung menjadi ion. Kemudian, memiliki suatu ikatan logam dan
dianggap sebuah logam mirip dengan kaiton yang ada di bawah elektron.
Logam adalah sebuah unsur kimia yang memiliki sifat yang kuat, liat, keras dan
mampu menghantarkan listrik atau energi panas. Logam juga memiliki titik cair yang tinggi.
Selain itu, logam berasal dari bijih logam dan untuk mendapatkannya dengan cara
penambangan.
Benda-benda logam yang bisa dimanfaatkan hanya mencapai 20 buah saja, baik yang
berdiri sendiri atau sebagai bagian aloi atau sebuah campuran dari dua buah logam atau lebih
atau terdapat campuran zat lainnya. Aloi dibuat dengan tujuan untuk membuat logam yang
mempunyai sifat berbeda dari sebelumnya, agar nantinya juga dapat dimanfaatkan dengan
cara maksimal.
Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair
dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga cetak
(cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi
rongga cetak dan tersolidifikasi, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat
digunakan untuk proses sekunder.
1
1.3 Manfaat
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengecoran logam dapat diartikan proses dari logam yang dicairkan, dituangkan ke
dalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah
pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan logam dan bagaimana
membuat cetakan. Logam pertama yang dicor adalah emas dan perak. Hal itu dikarenakan
emas dan perak terdapat di alam dalam keadaan murni. Setelah itu manusia menemukan
tembaga yang sangat cocok untuk berbagai kebutuhan. Di abad ini, emas merupakan logam
pertama yang dituangkan karena sifatnya mudah dibentuk. Pada saat itu logam dari perkakas
dan dekorasi harus didaur ulang dan digunakan kembali karena sulitnya mendapatkan bijih
murni.
Umumnya, pengecoran menghasilkan ingot dan bentuk ( shapes ). Ingot adalah proses
pengecoran yang diproduksi menjadi bentuk sederhana dan diproses lebih lanjut seperti
ekstrusi logam, penempaan, dll. Proses pengecoran bentuk ( shapes ) yaitu pengecoran bentuk
dekat atau bersih untuk menghasilkan geometri kompleks yang mendekati bagian akhir.
3
Yaitu jenis pengecoran di mana cetakan diputar bersamaan dengan penuangan
logam cair ke dalam cetakan. Yang bertujuan agar logam cair tersebut terdorong
oleh gaya sentrifugal akibat berputarnya cetakan. Contoh benda coran yang
biasanya menggunakan jenis pengecoran ini ialah pelek dan benda coran lain yang
berbentuk bulat atau silinder.
3. Die Casting
Yaitu jenis pengecoran yang cetakannya terbuat dari logam. Sehingga cetakannya
dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang dicor ialah logam non ferrous.
4. Investment Casting
Yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin ( wax ), dan cetakannya
terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang biasa menggunakan jenis
pengecoran ini ialah benda coran yang memiliki kepresisian yang tinggi misalnya
rotor turbin.
Jenis-jenis teknik pengecoran berdasarkan jenis cetakannya di bagi atas dua bagian, yaitu :
1. Cetakan Permanen / Tetap
Terdapat 9 teknik pengecoran di antaranya yaitu: permanent mold casting, semi-
permanent mold casting, slush casting, low pressure casting, vacuum permanent
mold casting, die casting, squeeze casting, semisolid metal casting dan centrifugal
casting
2. Cetakan Sekali Pakai / Tidak Tetap
Terdapat 7 teknik pengecoran untuk cetakan sekali pakai diantaranya yaitu: sand
casting, shell molding, vacuum molding, expanded polystyrene casting, investment
casting, plaster mold casting dan ceramic mold casting.
Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dengan kadar
karbon, dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan.
Berikut mertupakan diagram fasa dari alumunium :
4
2.5 Sifat Fisis dan Mekanis Alumunium / Logam lainnya
Alumunium mempunyai sifat mekanis yang sebanding dengan paduan bukan besi ( non
ferrous alloys ) dan juga beberapa jenis baja. Adapun sifat mekanis tersebut adalah kekerasan
dan kekuatan tarik.
5
BAB III
METODE
2. Cetakan kayu
3. Pasir
4. Alumunium ingot
6
5. Sekop
6. Tungku peleburan
7. Ayakan pasir
7
9. Tepung kanji
8
3.3 Langkah-langkah pengecoran
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Saring pasir menggunakan sekop ke saringan pasir.
c. Balurkan pola benda kerja yang terbuat dari kayu dengan tepung kanji.
d. Letakan pola benda kerja yang terbuat dari kayu ke dalam cetakan kayu.
e. Campur pasir dan air sampai tekstur pasir sesuai denga apa yang dibutuhkan.
f. Padatkan pasir kedalam cetakan kayu.
g. Buat lubang untuk jalur masuk penuangan logam dan ventilasi udara.
h. Panaskan tungku peleburan sampai suhu yang dapat melelehkan logam ±1300°F.
i. Masukan alumunium ingot kedalam tungku.
j. Sebelum dilakukan penuangan, buang terak/kotoran yang berada diatas aluminium
lebur tersebut.
k. Setelah alumunium melebur, angkat menggunakan casting spoon dan lindungi tangan
menggunakan sarung tangan anti panas.
l. Tuang dengan cepat alumunium kedalam cetakan pasir melalui lubang penuangan.
m. Setelah dituang, tunggu alumunium berubah dari bentuk liquid dan solid. Lalu tunggu
pendinginan saat alumunium sudah dalam bentuk solid.
n. Rapihkan hasil benda kerja yang telah dicor sesuai apa yang diinginkan.
9
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Hasil cor-an yang baik adalah hasil cor-an yang menyerupai pola aslinya dan
tidak ada cacat suatu apapun ataupun kesalahan lainnya. Hasil yang kurang
memuaskan sering terjadi, dan lebih banyak dibanding hasil yang sempurna. Hal ini
terjadi karena dalam proses pengecorannya masih banyak kesalahan-kesalahan yang
terjadi,dikarenakan kurangnya pemahan ataupun ketelitian dalam membuat cor-an
logam..
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam,
penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang
pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu sendiri
berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang
berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang
berbeda dan hampir semua logam atau paduan dapat dilebur dan dicor.
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran
dan proses percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu
mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar
mengisi rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda,
sehingga pada proses percetakan cetakan umumnya dibuat dari logam. Pada proses
pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir.
Pada proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir, pengecoran logam
dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti, besi, baja paduan tembaga
(perunggu, kuningan, perunggu aluminium dan lain sebagainya), paduan ringan
(paduan aluminium, paduan magnesium, dan sebagainya), serta paduan lain, semisal
paduan seng, monel (paduan nikel dengan sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang
mengandung molibdenum, khrom, dan silikon), dan sebagainya. Dalam proses
pengecoran logam banyak hal yang harus diperhatikan agar dapat meminimalisir
kesalahan atau kegagalan yang mungkin terjadi, diantaranya adalah pada saat
pembuatan pola, dari mulai pola yang dibentuk dengan menggunakan mesin bubut,
hingga pola bisa digunakan sebagai dasar dalam membuat cetakan pair, lalu cetakan
pasir untuk membuat pola, yang selanjutnya akan digunakan untuk membuat cetakan
benda kerja yang berbahan dasar kayu. Selanjutnya pada saat penuangan cairan
alumunium, pencairan benda alumunium hingga mencair.
11
5.2 Saran
Saran untuk penyusun adalah dalam proses mata kuliah pengecoran logam
memang harus di bentuk strategi agar tidak kesulitan pada akhir pertemuan dalam
mata kuliah praktik pengecoran logam, lebih memperhatikan K3, lebih teliti, dan lebih
memahami tata cara pengecoran, dan semoga setelah di adakan perkuliahan praktik
pengecoran logam, dapat di evaluasi lagi kekurangan dan kesalahan yang terjadi
hingga akhir pertemuan dari mata kuliah ini, sehingga dapat terjadi peningkatan mutu
pembelajaran dalam mata kuliah praktik pengecoran logam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ayup Tri Andika, P. S. (2022). Analisis Jenis-Jenis Teknik Pengecoran Logam Berdasarkan
Jenis Cetakannya. Jurnal Energi dan Inovasi Teknologi (ENOTEK), 17-20.
13