Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIKUM METALURGI

Disusun oleh :

ILHAM ALFAIZIN (202321201010)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM METALURUGI

Nama : Ilham Alfaizin

NIM : 202321201010

Jurusan : Teknik Mesin Universitas Darul ‘Ulum Jombang

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan praktikum Metalurgi

Jombang, Juli 2022


Menyetujui
Pembimbing

( IRA KUSUMA NINGRUM, S.T.,MT


)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat tuhan yang maha Esa atas
segala taufik, hidayah dan inayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Metalurgi ini tepat pada waktunya.

Sesuai dengan kalender Fakultas yang tercantum dalam kurikulum


Program S1, Fakultas Teknik, Universitas Darul ‘ulum, maka setiap mahasiswa
diwajibkan untuk mengikuti dan melaksanakan Praktikum Metalurgi, dan ini
sesuai dengan kurikulum Inti Nasional.

Maka dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah memberi motifasi kepada kami baik berupa tenaga
maupun pikiran, sehingga terselesaikannya tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak terdapat


kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kelancarantugas-tugas kami selanjutnya.

Besar harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi semua pihak …. Amin

Jombang, Juli 2021


Penyusun

ILHAM ALFAIZIN
202321201010

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
BAB II PENGUJIAN TARIK
2.1 Standart Pengujian........................................................................................3
2.2 Bentuk dan Dimensi Spesimen Uji..............................................................4
2.3 Kurva Tegangan Dan Regangan..................................................................5
2.4 Kekuatan Tarik.............................................................................................7
2.5 Kekuatan Luluh ( Yield Strength )...............................................................8
2.6 Pengukuran Keliatan ( Keuletan )..............................................................10
2.7 Modulus Elastisitas.....................................................................................10
2.8 Kelentingan (Resilience)............................................................................10
2.9 Ketangguhan (Toughness)..........................................................................11
2.10 Alat dan Bahan Yang diigunakan serta prosedur pengujian.......................12
BAB III PENGUJIAN IMPAK
3.1 Dasar Teori Pengujian Impak.....................................................................13
3.2 Prinsip Kerja Pengujian Impak...................................................................13
BAB IV LANGKAH PENGUJIAN
4.1 Pengujian Tarik..........................................................................................17
4.2 Pengujian Impak.........................................................................................17
BAB V PERHITUNGAN
5.1 Data Pengujian Tarik..................................................................................18
5.2 Data Pengujian Impak.................................................................................20
5.3 Gambar Pola Patahan Spesimen.................................................................21
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan..................................................................................................22
6.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini
berkembang bukan berdasarkan teori saja atas dasar pengamatan, pengukuran
dan pengujian. Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam
konstruksi, permesinan, bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini
disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah, sehingga pengetahuan
tentang metalurgi terus berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat
kaitannya dengan pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi
suatu alat, selain itu juga bisa untuk membuktikan suatu teori yang sudah ada
ataupun peneman baru dibidang metalurgi. Dalam proses perencanaan, dapat
juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinya, sehingga apabila tidak
sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih cepat. Disamping tidak
mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk
diketahui sifat dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik,
bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Adapaun proses pengujiannya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
metode pengujian, yaitu :
1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat
menimbulkan kerusakan logam yang diuji.
2. Non destructive test (NDT), yaitu proses logam yang tidak dapat
menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji.
3. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi
kimianya, unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk
strukturnya.

1
1.2 Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang diambil dalam laporan ini adalah :
a. Pengujian Tarik
b. Pengujian Impak

1.3 Tujuan Praktikum


1.3.1 Pengujian Tarik
Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
a. Mengetahui sifat logam dengan uji tarik.
b. Mengetahui tegangan luluh, ultimate tensile.
c. Mengetahui tegangan kejut yang dapat dialami oleh bahan

1.3.2 Pengujian Impak


Dalam pengujian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
a. Untuk mengetahui tegangan kejut yang dapat dialami oleh
bahan.
b. Untuk menentukan kekuatan suatu bahan.
c. Untuk mengetahui bentuk alur akibat perpatahan suatu baha.

1.4 MANFAAT
Beberapa manfaat dari pengujian ini antara lain :
a. Menambah pengetahuan bagi para praktikum khususnya tentang sifat-sifat
logam.
b. Sebagai pelatihan dalam melakukan pengujian suatu bahan.
c. Dapat mengetahui dan menganalisis bentuk perpatahan pada material
yang di ujikan.

2
BAB II
PENGUJIAN TARIK

2.1. Standart Pengujian


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan / material dengan cara memberikan beban gaya yang bercumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan
material. Pengujian tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lembut.

Gambar 2.1. Mesin uji tarik dilengkapi specimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 2.1 benda yang diuji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi
beban yang sama besarnya. Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian
mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah
distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah.
Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi disbanding
nilai yang valid adalah bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan
lain-lain.

3
2.2. Bentuk dan Dimensi Spesimen Uji
Spesimen uji harus memenuhi standart dan spesifikasi dari ASTM E8
atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada dimensi grip atau yang lainnya. Jadi
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar tidak retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada
pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan standat baku pengujian.

Gambar 2.2.Contoh bahan uji tarik

2.3. Kurva Tegangan dan Regangan


Kurva tegangan – regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang
didapatkan

Gambar 2.3. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-


rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara
membagi

4
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan

seperti dalam persamaan 2.1 berikut.


P
σ=
A
o

Keterangan : σ : Besarnya tegangan (kg/mm2)


P : Beban yang diberikan (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah


regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan
yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan
seperti dalam persamaan 2.2 berikut

L1 - L0
ε= L0
Keterangan : ε : Besarnya regangan
L1 : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam


tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastis, laju regangan,
temperature dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-
regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan
berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada
pembebanan, daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila
beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang
berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto.
Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Tegangan yang dibutuhkan

5
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastis.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai
modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
σ
E=
ε
Keterangan : E : Besar Modulus Elastisitas (kg/mm2)
ε : Regangan (mm)
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan
bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik dimana pengurangan
luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi
beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama
kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pergeseran regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah
bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan
(1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara
lain [Dieter, 1993] :
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastis dari material
5. Kelentingan dari material
6. Ketangguhan

6
2.4. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik biasanya ditentukan ditentukan dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate
Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate
Tensile Strength UTS), adalah beban maksikum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji

Pmax
σu =
Ao
Keterangan : : Kekuatan tarik Ultimate
σu

Pmax : Beban maksimum

Ao : Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan


beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan
yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, dimana
logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasar
kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan
yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan
yang rasional yakni mendasar statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya.
Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk
menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan
merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjtunya,

7
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah

8
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan
kekuatan bahan, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas,
kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan dimana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik dimana deformasi plastik mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti. Telah ditentukan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inch. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proposional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proposional antara tegangan-tegangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
tegangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai
batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inch), batas elastik lebih besar daripada batas proposional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang beban-tak
diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

2.5. Kekuatan Luluh (Yield Strength)


Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (yield strength). Kekuatan luluh (yield strength)
merupakan titik yang menunjukkan perubahan deformasi elastis ke deformasi

9
plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan dengan rumus sebagai
berikut.
Py
Ys =
Ao
Keterangan : : besarnya tegangan luluh(kg/mm2)
Ys

Py : Beban beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal (mm2)

Tegangan dimana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati


tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, titik dimana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering
digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan
yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan
garis sejajar dengan elastis ofset kurva regangan tertentu. Di Amerika Serikat
offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)
F(offset )
So =
Ao

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah
benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan
kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya bertambah panjang
0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada tegangan uji (prof stress)
biasanya harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh
dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan
keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam
pengukuran batas elastik atau batas proposional.

10
2.6. Pengukuran Keliatan (Keuletan)
Keuletan adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada
saat diberikan n penetrasi dan akan kembali ke bentuk semula. Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal
[Dieter, 1993] :
1. Untuk menunjukkan elongasi dimana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses pembentukan logam, misalnya
pengerolan dan ekstrusi
2. Untuk menberi petunjuk secara umum kepada mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan.

2.7. Modulus Elastisitas


Modulus elatisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh
gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi
perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah
satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat dirubah. Sifat ini hanya sedikit
berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan
dingin. Secara matematis modulus elastic dapat ditulis

σel
Mo =
εel
Dimana : Mo :modulus elastic

σel : tegangan

εel : regangan

2.8. Kelentingan (Resilience)


Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
waktu berdeformasi secara elastis dan kembali ke bentuk awal apabila bebannya

11
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga luluh σo . Energi regangan tiap
volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
1
σE εE σo =
2
Persamaan ini menunjukkan bahwa bahan ideal untuk menahan energi pada
pemakaian dimana bahan tidak mengalami deformasi permanen, missal pegas
mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.

2.9. Ketangguhan (Toughness)


Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada
daerah plastis. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah
meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas
ini
menunjukkan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada
bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (UT )adalah perbandingan
antara kekuatan dan keuletan. Persamaan sebagai berikut
- Untuk material yang ulet (ductile)
UT = εu .σi Atau

U =
εu
.
+ σy )
(σ u

T
2
- Untuk material yang getas
2
U =
+ε)

T
3u
i

Keterangan :UT
= Modulus ketangguhan (toughness indeks )
σu = ultimate tensile strength

12
σ y = yield point / strength

εi = regangan total pada saat putus

13
2.10. Alat dan Bahan yang digunakan serta Prosedur Pengujian
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin uji tarik
2. Jangka sorong
3. Meteran
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel berbentuk kawat
Prosedur pengujiaannya adalah sebagai berikut :
1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar
2. Mengukur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang
irisan benda uji
3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah
pada mesin uji tarik
4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda
uji putus
5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala
6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian
satukan keduanya seperti semula
7. Mengukur panjang regangan yang terjadi

14
BAB III
PENGUJIAN
IMPAK

3.1. Dasar Teori Pengujian Impak


Pengujian ini dilakukan, bermula disebabkan adanya kejadian di masa
Perang Dunia II yang relatif aneh pada saat itu. Pada masa itu terdapat kapal-
kapal tangker yang tiba-tiba patah dan tenggelam pada musim dingin padahal
kapal-kapal tersebut hanya didiamkan di pelabuhan. Hal inilah yang
mengawali diadakannya pengujian impak. Setelah dilakukan studi serta
penelitian tentang fenomena ini didapatkan suatu fakta bahwa sifat mekanik
suatu material dalam, hal ini logam akan berubah secara signifikan pada
temperatur tertentu. Temepratur inilah yang akhirnya kita sebut dengan
temperatur transisi dimana pada temperatur transisi ini sifat mekanik suatu
bahan berubah secara signifikan dari ulet (ductile) menjadi getas (britle).
Dalam pengujian impak ini perubahan sifat ini akan terlihat dari kurva
perbandingan antara harga impak terhadap temperatur. Dari kurva tersebut
kita dapat melihat bahwa pada temperatur transisi (dalam range tertentu)
harga impak berubah secara drastis, hal inilah yang menunjukkan fenomena
perubahan sifat material tersebut dari ulet menjadi getas terjadi.

3.2. Prinsip Kerja Pengujiaan Impak


Pada dasarnya prinsip kerja hanyalah adanya energi yang diserap oleh
spesimen sehingga spesimen tersebut patah. Pada pengujian ini digunakan
digunakan pendulum untuk mematahkan spesimen. Dari sini terlihat adanya
perbedaan ketinggian pendulum sebelum menumbuk spesimen dan setelah
menumbuk/mematahkan spesimen. Semua energi yang hilang tersebut
diasumsikan merupakan energi yang diserap atau energi yang diperlukan
untuk mematahkan spesimen tersebut. Pada keadaan sebenarnya tidak semua
energi yang hilang tersebut diserap spesimen ada sebagian energi yang hilang
tersebut terjadi karena adanya tahanan spesimen, untuk itu dalam pengujian
ini sebisa dipilih metode yang tepat sehingga besarnya energi yang hilang
akibat tahanan spesimen yang menghambat pendulum dapat diminimalisir.

15
Gambar 3.1. Alat Uji Impak
Cara menghitung energi yang diserap sebagai berikut
Jika nilai h1 = L - L cosα dan nilai h2 = L - L cos β , sehingga :
Eawal = Eakhir + E
E = Eawal - Eakhir
E = W .h1 -W
.h2
E = W (L - L cos α ) -W (L - L cos β)
E = m. g (L - L cos α)- m. g (L - L cos β)

Dimana E : impect strength (kg.m2/s2)


L : panjang lengan bandul (m)
β : sudut simpangan akhir (˚)
α : sudut simpangan awal (˚)

Contoh dimensi dari spesimen uji adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2. Contoh Bahan Uji


Ada dua metode yang dijelaskan dalam standar yang relatif paling banyak
digunakan, yaitu :

1. Metode Charpy
Pada metode ini peletakan spesimen dilakukan secara horizontal atau
mendatar dengan takikan diletakkan membelakangi arah striking edge.
Dalam prakteknya metode Charpy ini lebih banyak digunakan daripada
metode yang lain. Hal ini disebabkan karena pada metode ini, energi dari

16
striking edge yang hilang akibat tahanan peletak spesimen lebih kecil
daripada metode yang lain. Dengan ini asumsi bahwa energi yang hilang
diserap oleh spesimen yang patah dapat semakin didekati. Posisi peletakan
spesimen pada metode ini digambarkan pada gambar dibawah.

Gambar 3.3. Posisi Peletakan Spesimen

2. Metode Izod
Pada gambar yang terletak diatas sebelah kanan merupakan gambar skema
pengujian menurut Izod. Metode ini memiliki perbedaan dengan metode
charpy dalam hal peletakan spesimen yang diletakkan secara vertikal serta
pada dimensi spesimennya. Panjang spesimen dalam metode ini lebih
panjang daripada yang dipakai dalam metode Charpy, yaitu 75 mm
sedangkan untuk takikannya diletakkan 28 mm dari salah satu ujungnya.

Gambar 3.4. Contoh bahan uji tarik beserta arah datang beban

17
Setelah dilakukan pengujian, maka spesimennya akan mengalami patah.

Gambar 3.5. Bentuk Specimen Setelah Pengujiaan Impak


Pada pengujian kali ini, kita menggunakan metode /Charpy, karena pada
pengujian ini energi yang digunakan seluruhnya digunakan untuk
memberikan beban kepada spesimen. Sedangkan menurut metode izot,
energi yang digunakan tidak seluruhnya energi diberikan pada spesimen,
tetapi ada energi yang diberikan pada tempat penampang spesimmen.
Seingga metode charpy lebih banyak digunakan pada berbagai pengujian
impak.
Untuk mengetahui spesimen bersifat ulet atau getas, maka kita lihat
permukaan patahnya. Spesimen yang ulet permukaannya akan berserabut,
sedangkan spesimen getas akan mengkilap. Hal ini dikarenakan spesimen
akan patah pada batas butirnya (trans granular), sedangkan spesimen getas
akan memotong butirnya itu sendiri (inter granular)

Gambar 3.6. Trans Granular Dan Granular

18
BAB IV
LANGKAH PENGUJIAN

4.1. Pengujian Tarik


1. Tentukan titik tengah pada bahan uji yang akan di uji.
2. Mengukur dimensi benda uji, dimensi yang dihitung berupa panjang mula-
mula dan diameter bendauji tersebut.
3. Hidupkan mesin uji tarik.
4. Cekam batang uji pada kedua penjepit dan kencangkan dengan keras.
5. Masukan data-data yang diperlukan dalam Gotech testing machine
software di computer.
6. Klikʺtestʺ pada Gotech testing machine software untuk memulai pengujian.
7. Lihat proses ujiTarikpada monitor dan akan terlihat dan E
8. Print hasil pengujian yang berupa diagram.
9. Lepas batang uji tersebut lalu ukur panjang akhir benda uji tersebut.
10. Catat hasil pengujian

4.2. Pengujian Impak


1. Periksa jarum penunjuk angka, jika godamkapak menggantung bebas.
2. Naikan godamkapak pada posisi awal dan jepit.
3. Tekan jarum penunjuk angka sampai menunjukan angka 300 kg.
4. Tempatkan batang uji pada penampang, bila perlu stel kedua penampang.
5. Tekan kedua tangkai secara bersamaan untuk melepas kapak agar berayun
kebawah.
6. Tekantuas rem guna menghentikan godamkapak.
7. Catat hasil pengujian.

19
BAB V
PERHITUNGAN
5.1 Data Pengujian Tarik
Tabel 5.1 Data Pengujian Tarik
Praktikum dilaksnakan pada tanggal 26 Juni 2022 di
Laboratorium METALURGI Universitas Darul Ulum Jombang. Di
mana diketauhi dimensi spesimen yang digunakan praktikum
Panjang mula-mula (L0) yaitu 60 mm dengan Diameter mula-mula
spesimen (d0) 4 mm. pengujian ini menggunakan diameter piston
Hidrolis (dp) 102 mm. setelah dilakukan pengujian di dapat data
Panjang akhir spesimen (L1) 63 mm dengan tekanan hidrolis (P) 22
kg/mm2. Maka pertambahan Panjang spesimen (ΔL) setelah
dilakukan pengujian adalah 5 mm dan diameter akhir spesimen (d1) 3
mm.
Dari data diatas akan digunakan bahan sebagai perhitungan dalam
pengujian tarik untuk mengetahui sifat material uji.
1. Gaya Tekan Hidrolis (Fh )
Fh
P =
h
Ao
Fh = Ph . Ao

Luas penampang piston (A o) :


𝜋 2 3,14
𝐴𝑜 = 1022 = 8.167,14 𝑚𝑚2
= 4
𝑑𝑜4
Jika luas penampang piston diketahui maka gaya tekan hidrolis dapat
dihitung.

- Gaya tekan hidrolis (Fh ) :

𝐹ℎ = 𝑃ℎ. 𝐴𝑜
𝐹ℎ = 22 . 8.167,14 = 179.677,08 𝑘𝑔. 𝑚𝑚2
2. Kekuatan Tarik (σu )
Jika gaya tekan hidrolis (F ) = gaya tarik pada spesimen (F )maka :
h s

20
Fs
σ =
u
Ao

- Luas penampang spesimen (Ao ):


𝜋 2 3,14
𝐴𝑜 = 4 2 = 12,56 𝑚𝑚2
= 4
𝑑𝑜4
Jika luas penampang spesimen diketahui, maka kekuatan tarik dapat
di hitung.

- kekuatan tarik (σu :


𝐹
𝜎 = 𝑠= ) = 14.305,5 𝑘𝑔/mm
167.677,08

𝑢 𝐴𝑜 12,56

3. Keuletan (D e )
𝐿1 − 𝐿0
𝐷 = × 100%
𝑒
𝐿
63 −0 60
𝐷 = × 100% = 5%
𝑒
60
Jika material < 50% maka materialnya getas

4. Modulus Ketangguhan (UT)


Untuk material yang getas
2
UT = σ .ε
3
- Tegangan (σ) :
P
σ=
A
o

Luas penampang spesimen (Ao ) :


𝜋 2 3,14
𝐴𝑜 = 42 = 12,56 𝑚𝑚2
= 4
𝑑𝑜4
Jika luas penampang spesimen diketahui, maka tegangannya dapat
dihitung.

-
( )
Tegangan σ :
𝑃 179.677,08
𝜎= = = 14.305,5 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
𝐴𝑜 12,56

21
- Regangan (ε) :
𝐿1 − 𝐿0
𝜀= 𝐿0
63 − 60
𝜀= = 0,05 𝑚𝑚⁄𝑚𝑚
60
Jika tegangan dan regangan diketahui, maka langkah selanjutnya
menghitung modulus ketangguhan

- Modulus Ketangguhan (UT)


2
𝑈𝑇 = 𝜎. 𝜀
3
𝑈𝑇 = 2 14.305,5 . 0,05 = 476,85 Kg/mm2
3

5.2 Data Pengujian Impak


Tabel 5.2 Data Pengujian Impak
Pengujian impak atau pukul tarik menggunakan bandul berayun
yang digunakan untuk memukul benda uji atau specimen hingga patah.
Bentuk specimen dibuat bertarik. Pada alat uji ini menggunakan metode
Charpy yaitu spesimen dijepit pada kedua ujungnya dengan tarik pas
berada ditengah-tengah atau pada lintasan bandul. Spesimen dipukul oleh
bandul dari arah belakang tarik.
Diketauhi panjang lengan bandul (L) 80 mm dengan berat bandul
(W) 10 kg , sudut awal (α) pada pengujian impek sebesar 115°, setelah di
lakukan pengujian di dapatkan sudut akhir 30°.
Sehingga Energi yang dibutuhkan untuk mematahkan specimen E atau
dikenal dengan Impact Strength (IS) dapat dihitung dengan rumus :

22
Impact Strength (E)
𝐸𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐸𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 + 𝐸
𝐸 = 𝐸𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐸𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐸 = 𝑊(𝐿 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛼) − 𝑊(𝐿 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛽)
𝐸 = 𝑊(𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛽 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛼)
𝐸 = 𝑊. 𝐿(𝑐𝑜𝑠 𝛽 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)
𝐸 = 10.80(0,8660 − (−0,4226))
𝐸 = 1030,88 𝑘𝑔. 𝑚𝑚

5.3 Gambar Pola Patahan Spesimen


Gambar Pola Patahan Spesimen

GAMBAR POLA PATAHAN SPESIMEN

Dari pengujian diatas di dapatkan gambar patahan spesimen berbintik


yang memiliki keuletan sebesar 5% sehingga dapat disimpulkan jika benda
kerja tersebut getas , karena nilai keuletanya kurang dari < 50%

23
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Pengujian tarik merupakan salah satu pengujian yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang sifat-sifat dan keadaan dari suatu
logam
2. Pada pengujian tarik ini kita menguji ketahanan bahan matererialnya
sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tarikan.
3. Pada pengujian Tarik didaptkan kekuatan Tarik sebesar
14.305,5 𝑘𝑔/mm dan modulus Ketangguhan 476,85 Kg/mm2
Sehingga di daptkan keuletan 5 % yang berarti Getas.
4. Impact test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji
ketangguhan suatu spesimen terhadap pemberian beban secara tiba-
tiba melalui tumbukan.
5. Dari pengujian, didapatkan Impact Strength (IS) 1030,88 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
6. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi
akaan semakin getas.
7. Energi impak yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran
dan terendah pada takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perpatahan akan semakin mudah terjadi pada takikan bersudut.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang ini kitaperlu alat alat
penunjang agar kedepannya lebih maksimal dalam pelaksaan hal
semacam ini.
2. Tetap menggunakan prosedur dan menerapkan K3 dalam setiap
melakkukan apapun di tempat praktik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT Gelora Aksara


Pratama Surdia, Tata 1985, “Pengetahuan Bahan Teknik”, Jakarta: PT Pradnya
Paramita http://jejakklinisku.blogspot.co.id/2013/06/uji -tarik.html
http://fhianunikoe.blogspot.com/2011/10/tensile-test.html

25
UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
Alamat : JL. Gus Dur 29 A Jombang 61413 Telp. (0321) 877157

LEMBAR ASISTENSI
NAMA : Ilham Alfaizin
NIM : 202321201010
FAKULTAS / JURUSAN : Teknik Mesin
ASISTENSI : Praktikum METALURGI
N0 URAIAN TTD
TANGGAL

Jombang, 2022
Pembimbing Laporan

26
27

Anda mungkin juga menyukai