PRAKTIKUM METALURGI
Disusun oleh :
i
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 202321201010
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan praktikum Metalurgi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat tuhan yang maha Esa atas
segala taufik, hidayah dan inayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Metalurgi ini tepat pada waktunya.
Maka dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah memberi motifasi kepada kami baik berupa tenaga
maupun pikiran, sehingga terselesaikannya tugas ini.
Besar harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi semua pihak …. Amin
ILHAM ALFAIZIN
202321201010
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
BAB II PENGUJIAN TARIK
2.1 Standart Pengujian........................................................................................3
2.2 Bentuk dan Dimensi Spesimen Uji..............................................................4
2.3 Kurva Tegangan Dan Regangan..................................................................5
2.4 Kekuatan Tarik.............................................................................................7
2.5 Kekuatan Luluh ( Yield Strength )...............................................................8
2.6 Pengukuran Keliatan ( Keuletan )..............................................................10
2.7 Modulus Elastisitas.....................................................................................10
2.8 Kelentingan (Resilience)............................................................................10
2.9 Ketangguhan (Toughness)..........................................................................11
2.10 Alat dan Bahan Yang diigunakan serta prosedur pengujian.......................12
BAB III PENGUJIAN IMPAK
3.1 Dasar Teori Pengujian Impak.....................................................................13
3.2 Prinsip Kerja Pengujian Impak...................................................................13
BAB IV LANGKAH PENGUJIAN
4.1 Pengujian Tarik..........................................................................................17
4.2 Pengujian Impak.........................................................................................17
BAB V PERHITUNGAN
5.1 Data Pengujian Tarik..................................................................................18
5.2 Data Pengujian Impak.................................................................................20
5.3 Gambar Pola Patahan Spesimen.................................................................21
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan..................................................................................................22
6.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
LAMPIRAN...........................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang diambil dalam laporan ini adalah :
a. Pengujian Tarik
b. Pengujian Impak
1.4 MANFAAT
Beberapa manfaat dari pengujian ini antara lain :
a. Menambah pengetahuan bagi para praktikum khususnya tentang sifat-sifat
logam.
b. Sebagai pelatihan dalam melakukan pengujian suatu bahan.
c. Dapat mengetahui dan menganalisis bentuk perpatahan pada material
yang di ujikan.
2
BAB II
PENGUJIAN TARIK
Seperti pada gambar 2.1 benda yang diuji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi
beban yang sama besarnya. Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian
mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah
distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah.
Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi disbanding
nilai yang valid adalah bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan
lain-lain.
3
2.2. Bentuk dan Dimensi Spesimen Uji
Spesimen uji harus memenuhi standart dan spesifikasi dari ASTM E8
atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada dimensi grip atau yang lainnya. Jadi
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar tidak retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada
pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan standat baku pengujian.
4
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan
L1 - L0
ε= L0
Keterangan : ε : Besarnya regangan
L1 : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
5
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastis.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai
modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
σ
E=
ε
Keterangan : E : Besar Modulus Elastisitas (kg/mm2)
ε : Regangan (mm)
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan
bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik dimana pengurangan
luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi
beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama
kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lemah
dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pergeseran regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah
bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan
(1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara
lain [Dieter, 1993] :
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastis dari material
5. Kelentingan dari material
6. Ketangguhan
6
2.4. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik biasanya ditentukan ditentukan dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate
Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate
Tensile Strength UTS), adalah beban maksikum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji
Pmax
σu =
Ao
Keterangan : : Kekuatan tarik Ultimate
σu
7
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
8
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan
kekuatan bahan, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas,
kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan dimana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik dimana deformasi plastik mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti. Telah ditentukan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inch. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proposional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proposional antara tegangan-tegangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
tegangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai
batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inch), batas elastik lebih besar daripada batas proposional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang beban-tak
diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
9
plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan dengan rumus sebagai
berikut.
Py
Ys =
Ao
Keterangan : : besarnya tegangan luluh(kg/mm2)
Ys
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah
benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan
kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya bertambah panjang
0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada tegangan uji (prof stress)
biasanya harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh
dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan
keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam
pengukuran batas elastik atau batas proposional.
10
2.6. Pengukuran Keliatan (Keuletan)
Keuletan adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada
saat diberikan n penetrasi dan akan kembali ke bentuk semula. Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal
[Dieter, 1993] :
1. Untuk menunjukkan elongasi dimana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses pembentukan logam, misalnya
pengerolan dan ekstrusi
2. Untuk menberi petunjuk secara umum kepada mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara plastis sebelum patah
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan.
σel
Mo =
εel
Dimana : Mo :modulus elastic
σel : tegangan
εel : regangan
11
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga luluh σo . Energi regangan tiap
volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
1
σE εE σo =
2
Persamaan ini menunjukkan bahwa bahan ideal untuk menahan energi pada
pemakaian dimana bahan tidak mengalami deformasi permanen, missal pegas
mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
U =
εu
.
+ σy )
(σ u
T
2
- Untuk material yang getas
2
U =
+ε)
(σ
T
3u
i
Keterangan :UT
= Modulus ketangguhan (toughness indeks )
σu = ultimate tensile strength
12
σ y = yield point / strength
13
2.10. Alat dan Bahan yang digunakan serta Prosedur Pengujian
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Mesin uji tarik
2. Jangka sorong
3. Meteran
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel berbentuk kawat
Prosedur pengujiaannya adalah sebagai berikut :
1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar
2. Mengukur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang
irisan benda uji
3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah
pada mesin uji tarik
4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda
uji putus
5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala
6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian
satukan keduanya seperti semula
7. Mengukur panjang regangan yang terjadi
14
BAB III
PENGUJIAN
IMPAK
15
Gambar 3.1. Alat Uji Impak
Cara menghitung energi yang diserap sebagai berikut
Jika nilai h1 = L - L cosα dan nilai h2 = L - L cos β , sehingga :
Eawal = Eakhir + E
E = Eawal - Eakhir
E = W .h1 -W
.h2
E = W (L - L cos α ) -W (L - L cos β)
E = m. g (L - L cos α)- m. g (L - L cos β)
1. Metode Charpy
Pada metode ini peletakan spesimen dilakukan secara horizontal atau
mendatar dengan takikan diletakkan membelakangi arah striking edge.
Dalam prakteknya metode Charpy ini lebih banyak digunakan daripada
metode yang lain. Hal ini disebabkan karena pada metode ini, energi dari
16
striking edge yang hilang akibat tahanan peletak spesimen lebih kecil
daripada metode yang lain. Dengan ini asumsi bahwa energi yang hilang
diserap oleh spesimen yang patah dapat semakin didekati. Posisi peletakan
spesimen pada metode ini digambarkan pada gambar dibawah.
2. Metode Izod
Pada gambar yang terletak diatas sebelah kanan merupakan gambar skema
pengujian menurut Izod. Metode ini memiliki perbedaan dengan metode
charpy dalam hal peletakan spesimen yang diletakkan secara vertikal serta
pada dimensi spesimennya. Panjang spesimen dalam metode ini lebih
panjang daripada yang dipakai dalam metode Charpy, yaitu 75 mm
sedangkan untuk takikannya diletakkan 28 mm dari salah satu ujungnya.
Gambar 3.4. Contoh bahan uji tarik beserta arah datang beban
17
Setelah dilakukan pengujian, maka spesimennya akan mengalami patah.
18
BAB IV
LANGKAH PENGUJIAN
19
BAB V
PERHITUNGAN
5.1 Data Pengujian Tarik
Tabel 5.1 Data Pengujian Tarik
Praktikum dilaksnakan pada tanggal 26 Juni 2022 di
Laboratorium METALURGI Universitas Darul Ulum Jombang. Di
mana diketauhi dimensi spesimen yang digunakan praktikum
Panjang mula-mula (L0) yaitu 60 mm dengan Diameter mula-mula
spesimen (d0) 4 mm. pengujian ini menggunakan diameter piston
Hidrolis (dp) 102 mm. setelah dilakukan pengujian di dapat data
Panjang akhir spesimen (L1) 63 mm dengan tekanan hidrolis (P) 22
kg/mm2. Maka pertambahan Panjang spesimen (ΔL) setelah
dilakukan pengujian adalah 5 mm dan diameter akhir spesimen (d1) 3
mm.
Dari data diatas akan digunakan bahan sebagai perhitungan dalam
pengujian tarik untuk mengetahui sifat material uji.
1. Gaya Tekan Hidrolis (Fh )
Fh
P =
h
Ao
Fh = Ph . Ao
𝐹ℎ = 𝑃ℎ. 𝐴𝑜
𝐹ℎ = 22 . 8.167,14 = 179.677,08 𝑘𝑔. 𝑚𝑚2
2. Kekuatan Tarik (σu )
Jika gaya tekan hidrolis (F ) = gaya tarik pada spesimen (F )maka :
h s
20
Fs
σ =
u
Ao
𝑢 𝐴𝑜 12,56
3. Keuletan (D e )
𝐿1 − 𝐿0
𝐷 = × 100%
𝑒
𝐿
63 −0 60
𝐷 = × 100% = 5%
𝑒
60
Jika material < 50% maka materialnya getas
-
( )
Tegangan σ :
𝑃 179.677,08
𝜎= = = 14.305,5 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
𝐴𝑜 12,56
21
- Regangan (ε) :
𝐿1 − 𝐿0
𝜀= 𝐿0
63 − 60
𝜀= = 0,05 𝑚𝑚⁄𝑚𝑚
60
Jika tegangan dan regangan diketahui, maka langkah selanjutnya
menghitung modulus ketangguhan
22
Impact Strength (E)
𝐸𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐸𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 + 𝐸
𝐸 = 𝐸𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐸𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐸 = 𝑊(𝐿 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛼) − 𝑊(𝐿 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛽)
𝐸 = 𝑊(𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛽 − 𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝛼)
𝐸 = 𝑊. 𝐿(𝑐𝑜𝑠 𝛽 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)
𝐸 = 10.80(0,8660 − (−0,4226))
𝐸 = 1030,88 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
23
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Pengujian tarik merupakan salah satu pengujian yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang sifat-sifat dan keadaan dari suatu
logam
2. Pada pengujian tarik ini kita menguji ketahanan bahan matererialnya
sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tarikan.
3. Pada pengujian Tarik didaptkan kekuatan Tarik sebesar
14.305,5 𝑘𝑔/mm dan modulus Ketangguhan 476,85 Kg/mm2
Sehingga di daptkan keuletan 5 % yang berarti Getas.
4. Impact test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji
ketangguhan suatu spesimen terhadap pemberian beban secara tiba-
tiba melalui tumbukan.
5. Dari pengujian, didapatkan Impact Strength (IS) 1030,88 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
6. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi
akaan semakin getas.
7. Energi impak yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran
dan terendah pada takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perpatahan akan semakin mudah terjadi pada takikan bersudut.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan pada bidang ini kitaperlu alat alat
penunjang agar kedepannya lebih maksimal dalam pelaksaan hal
semacam ini.
2. Tetap menggunakan prosedur dan menerapkan K3 dalam setiap
melakkukan apapun di tempat praktik.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
Alamat : JL. Gus Dur 29 A Jombang 61413 Telp. (0321) 877157
LEMBAR ASISTENSI
NAMA : Ilham Alfaizin
NIM : 202321201010
FAKULTAS / JURUSAN : Teknik Mesin
ASISTENSI : Praktikum METALURGI
N0 URAIAN TTD
TANGGAL
Jombang, 2022
Pembimbing Laporan
26
27