Anda di halaman 1dari 59

Nilai

Tanggal Revisi

Tanggal Terima

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


MODULUS YOUNG

Disusun Oleh:

Nama Praktikan : Basuki Abdulah


NIM : 3331200001
Jurusan : Teknik Mesin
Grup : A3
Rekan : Agus Kurniawan, Bayu Wardana, Haikal Ilya
Muhammad
Tgl. Percobaan : 14 Oktober 2020
Asisten : Aldi Syahril Anwar [AS]

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN 2020

Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK

Modulus young dapat diartikan secara sederhana, yaitu adalah hubungan besaran
regangan tarik dan tegangan tarik. Lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan
tarik dan regangan tarik. Hukum Hooke berbunyi, " Jika gaya tarik melampaui batas
elastis pegas,maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan
gaya tariknya ". Pengukuran Modulus Young bertujuan untuk mendapatkan nilai modulus
dari beberapa benda logam yang diuji, dalam kehidupan sehari hari nilai modulus yang
ini biasanya dijadikan acuan elastisitas suatu logam yang dapat digunakan ketika kita
sedang memilih bahan-bahan dari suatu konstruksi dalam sebuah bangunan. Prosedur dari
praktikum Modulus Young ini di lakukan degan menyiapkan beberapa jenis logam lalu
mengukur dimensi dari logam yang akan kita gunakan sebanyak tiga kali, setelah itu
logam di letakan pada dudukan penumpu logam dan di berikan beban maksimal 250gram,
setelah itu praktikan harus mengatur dial indikator supaya dial indicator menyentuh
bagian logam namun nilainya tetap berada di angka nol. Sesudah semua langkah tadi
ambil satu-persatu kepingan beban dan di catat nilai perubahannya, setelah itu gunakan
logam yang berbeda dan ulangi prosedur dengan cara yang sama.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

ABSTRAK................................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................


1.2 Tujuan Percobaan.............................................................................
1.3 Batasan Masalah...............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1....................................................Modulus Young
2.2................................................................................R
egangan............................................................................................
2.3................................................................ Tegangan
2.4............................................................... Elastisitas
2.5........................................................ Hukum Hooke
2.6..........................................................Dial Indicator

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan...................................................................


3.2 Prosedur Percobaan..........................................................................
3.3 Alat yang Digunakan........................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan................................................................................
4.2 Pembahasan......................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN............................................................................

LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DANTUGAS KHUSUS.................

LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN...................................

LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN.................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Alat - alat percobaan Praktikum (Modulus Young).................................

Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Logam Alumunium......................................................

Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Modulus Young Logam Alumunium..........................

Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Logam Baja..................................................................

Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Modulus Young Logam Baja.......................................

Tabel 4.5 Tabel Ralat Langsung Alumunium............................................................

Tabel 4.6 Tabel Ralat Langsung Baja........................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Efek Tegangan dan Tarikan..................................................................

Gambar 2. 2 Gaya dari Persamaan Modulus Young..................................................

Gambar 2. 3 Bagian Bagian Dial Indicator................................................................

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan (Modulus Young)..........................................

Gambar B. 1 Grafik Tegangan-Regangan Logam.....................................................

Gambar B. 2 Grafik Tegangan-Regangan Polimer....................................................

Gambar B. 2 Grafik Tegangan-Regangan Keramik...................................................


Gambar C.1 Batang Logam........................................................................................

Gambar C.2 Jangka Sorong........................................................................................

Gambar C.3 Mikrometer Sekrup................................................................................

Gambar C.4 Beban Bercelah......................................................................................

Gambar C.5 Rel Alumunium.....................................................................................

Gambar C.6 Batang Rel Al .......................................................................................

Gambar C.7 Statif penyangga ...................................................................................

Gambar C.8 Dial Indicator.........................................................................................

Gambar C.9 Penggantung Beban...............................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN.............................................................................
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN..........................................................
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN......................................
LAMPIRAN D. BLANKO........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam semester 1 terdapat mata kuliah Praktikum Fisika Dasar dengan
fungsi pembelajaran Fisika adalah mengembangkan kemampuan berfikir
analisis, iduktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara
kualitif maupun kuantitatif (Foster,2006). Salah satu kegiatan yang dapat
membantu meletakan fungsi mata kuliah Praktikum Fisika Dasar adalah
kegiatan praktikum penelitian oleh mahasiswa yang dikerjakan secara
berkelompok maupun perseorangan. Pada kali ini mahasiswa melakukan
praktikum fisika dasar dengan modul Modulus Young dan dengan di dampingi
oleh asisten lab fisika terapan. Modulus Young dapat kita artikan secara
sederhana sebagai hubungan antara besaran tegangan tarik dan regangan tarik.
Modulus Young merupakan salah satu dari sekian banyak materi dalam ilmu
Fisika yang sangat menarik untuk di bahas, selain menarik untuk di bahas
materi Modulus Young ini juga sangat penting dalam ilmu fisika karena
setelah mempelajari dan memahami konsep konsep dalam Modulus Young,
kita dapat menggunakannya untuk menentukan nilai kelastisitasan dari sebuah
benda. Selain itu juga alasan materi Modulus Young sangat menarik untuk di
bahas karena materi ini cukup berkaitan dengan kehidupan kita sehari hari,
contoh kecil misalnya ketika kita sedang membangun sebuah rumah atau
membangun jembatan di daerah sekitar tempat tinggal kita, dengan
menggunakan konsep dari materi Modulus Young ini kita dapat menentukan
jenis material apa saja yang akan kita gunakan untuk membangun rumah atau
jembatan tersebut berdasarkan sifat keelastisitasannya.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah kita diharapkan dapat
menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.
1.3 Batasan Masalah

Dalam materi Modulus Young kali ini yang berperan sebagai


variabel bebas adalah beban yang diberikan, dan yang berperan sebagai
variabel terikat adalah pengukuran yang di lakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modulus Young


Modulus elastisitas (Modulus Young) merupakan kemampuan pengukuran
benda untuk menahan perubahan bentuk atau lentur yang terjadi sampai
dengan batas elastisnya. Semakin besar bebannya, semakin tinggi tegangan
yang timbul dan semakin besar perubahan bentuk yang terjadi sampai batas
elastis. Modulus elastisitas benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda misalkan kayu dan kita
mengamati penunjukan oleh garis rambut  sebagai regangannya. Elastisitas
adalah kemampuan suatu objek untuk kembali ke bentuk awalnya setelah
suatu gaya eksternal (dari luar) yang diberikan sebelumnya berakhir. Jika
benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya dihentikan, benda
tersebut dikatakan memiliki sifat plastis (Wardana Jaya Wisnu, 2014).

Modulus elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan


dan regangan. Tegangan (σ) adalah besar gaya yang bekerja, dibagi dengan
luas permukaan. Sedangkan regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat
tegangan, diukur sebagai rasio perubahan dari sejumlah dimensi benda
terhadap dimensi awal dimana perubahan terjadi. Elastisitas adalah
kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya yang
diberikan pada benda dihentikan. Dengan kata lain, semakin besar gaya tarik
semakin besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan besar gaya tarik
terhadap pertambahan panjang pegas yang bernilai konstan. Sesuai dengan
rumus yang dikemukakan oleh Robert Hooke dan dikenal dengan hukum
hooke, yaitu sebagai berikut :

 = k.f  =  ...............................................................persamaan (1)

Menurut Hooke, regangan sebanding dengan tegangannya,dimana yang


dimaksud dengan regangan adalah presentasi perubahan dimensi. Tegangan
adalah gaya-gaya yang merenggang persatuan luas penampang yang
dikenainya. Modulus young merupakan besaran yang menyatakan sifat
elastis suatu bahan tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh
sebuah batang atau kabel atau pegas yang bersangkutan mengalami
perubahan akibat pengaruh beban. Konstanta k atau perbandingan gaya
terhadap perpanjangan disebaut konstanta gaya atau kekuatan pegas.
Bilangannya sama dengan gaya yang diperlukan untuk menghasilkan
perpanjangan satuan. Menentukan Modulus Young dari suatu bahan tidak
terlepas dari sifat elastisitas suatu benda dan batas elastisnya. Elastisitas
adalah sifat dimana benda kembali pada ukuran dan bentuk awalnya ketika
gaya-gaya yang mengubah bentuknya dihilangkan. Batas elastis suatu benda
adalah tegangan terkecil yang akan menghasilkan gangguan permanen pada
benda. Ketika diberikan tegangan melebihi batas ini, benda tidak akan
kembali persis seperti keadaan awalnya setelah tegangan tersebut
dihilangkan ( Sulistyo Jati, 2016 ).

Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori


elastisistas. Apabila   hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan
dalam bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan
bahwa keelastisitasan benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Hubungan
proporsional antara tegangan dan regangan dalam daerah ini sesuai dengan
Hukum Hooke.

Gambar 2. 2 Efek Tegangan dan Tarikan


Perhitungan persamaan Modulus Young bisa dinyatakan

sebagai berikut:

.................................................................2.1

Yang dimana :

 W = Berat beban yang akan ditambahkan ke logam,


 L2 = Jarak antara kedua ujung logam
 H = Tinggi lekukan bengkok
 B = Lebar logam
 t2 = Tebal logam

Gambar 2. 3 Gaya dari Persamaan Modulus Young

2.2 Tegangan

Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami
kawat dengan luas penampangnya (A) atau bisa juga didefinisikan sebaghai gaya
per satuan luas. Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan
N/m² atau Pascal (Pa). Tegangan sendiri dapat dirumuskan menjadi:

Ada tiga jenis tegangan yang dikenal, yaitu tegangan tarik, tegangan tekan dan
tegangan geser. Pada tegangan tekan, kedua ujung benda akan mendapatkan gaya
yang sama besar dan berlawanan arah. Tapi, walau pemberian gaya
dilakukan di ujung-ujung benda, seluruh benda akan mengalami
peregangan karena tegangan yang diberikan tersebut. Pada tegangan tekan materi
yang diberi gaya bukannya ditarik, melainkan ditekan sehingga gaya-gaya akan
bekerja di dalam benda, contohnya sepeti tiang- tiang pada kuil Yunani.
Tegangan yang ketiga adalah tegangan geser. Benda yang mengalami

tegangan geser memiliki gaya-gaya yang sama dan berlawanan arah


yang
diberikan melintasi sisi-sisi yang berlawanan. Misalkan sebuah buku atau batu-
bata terpasang kuat dipermukaan. Meja memberikan gaya yang sama
dan
berlawanan arah sepanjang permukaan bawah. Walau dimensi benda tidak banyak
berubah, bentuk benda berubah.

Satuan Internasional (SI) tegangan adalah Newton per meter persegi (N.m-2).


Satuan ini juga memiliki nama khusus yaitu pascal(disingkat Pa). 1 pascal = 1 Pa
= 1 N.m-2. Satuan tegangan yang lain adalah dyne per sentimeter persegi
(dyn.cm-2). Perbandingan tegangan perregangan, atau tegangan per unit regangan
disebut Modulus Young suatu bahan (Sears, 1984).
Tegangan diberi simbol σ (dibaca sigma). Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut.

Keterangan: F: besar gaya tekan/tarik (N)


A: luas penampang (m2)
σ : tegangan (N/m2)

Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya berbeda
diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda.
Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar
dibandingkan kawat dengan ,ZC penampang lebih besar. Tegangan benda sangat
diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis bahan penyangga atau
penopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan gantung dan bangunan
bertingkat.
Tegangan bisa di definisikan juga dengan sebuah besaran skalar dan
memiliki satuan N/m² atau Pascal (Pa). Tegangan ini sendiri dibutuhkan untuk
menghasilkan regangan tertentu yang tergantung pada keadaan bahan yang
ditekan. Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan per satuan
regangan disebut modulus elastisitas bahan. Semakin besar suatu nilai elastisitas,
maka semakin besar juga tegangan yang dibutuhkan untuk suatu regangan
tertentu.

2.3 Regangan

regangan yang merupakan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang


∆L dengan panjang awalnya L. Atau perbandingan perubahan panjang dengan
panjang awal. Regangan dapat dirumuskan sebagai berikut : Karena pertambahan
panjang ∆L dan panjang awal L adalah besaran yang sama, maka regangan tidak
memiliki satuan atau dimensi. Dalam modulus young ada suatu hukum yang
berbunyi “Jika gaya tarik tidak melampui batas elastis pegas, maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”. Pernyataan
ini dikemukakan oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan membangun
kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666.
Oleh karena itu, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Hooke. Hukum Hooke
dan dapat ditulis melalui persamaan:
F merupakan gaya tarik yang bekerja pada benda. k adalah tetapan umum yang
berlaku untuk benda elastis jika diberi gaya yang tidak melampui titik batas
hukum Hooke. ∆x merupakan perubahan panjang benda. Kata regangan
berhubungan dengan perubahan relatif dalam dimensi atau bentuk suatu benda
yang mendapat tekanan. Suatu batang yang panjang normalnya l 0 dan memanjang
menjadi l  l 0  l bila pada kedua ujungnya ditarik oleh gaya F. Pertambahan
panjang l , tentu saja tidak hanya pada ujung-ujung saja; setiap elemen-elemen
batang tertarik pada proporsi yang sama seperti batang seluruhnya. Regangan
tarik pada batang dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara
pertambahan panjang dengan panjang semula, yang dimana harganya lebih besar
dari 0. Regangan tekan suatu batang yang ditekan didefinisikan dengan cara yang
sama sebagai pembanding antara berkurangnya panjang batang dengan panjang
semula, yang harganya lebih kecil dari 0. Regangan, ε yang disebabkan
dinyatakan dengan persamaan:
∆L
ε= ................................................................2.3
L

 Y = Modulus Young untuk menentukan sifat elastis


 ε = Regangan
 L = Panjang
 ΔL = Pertambahan Panjang

2.4 Elastisitas

Secara sederhana elastisitas merupakan sifat dari benda yang berdeformasi


untuk sementara, tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan
deformasi yang terjadi. Menurut Soedojo (2004:33) yang menyatakan bahwa
bahan elastis adalah bahan yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke
keadaan semula, dengan mengenakan gaya reaksi elastisitas atas gaya tegangan
yang meregangkan-nya.Pada hakekatnya semua bahan yang memiliki sifat elastik
meskipun boleh jadi amat sukar diregangkan.

Namun jika menurut Sarojo (2002: 318), sifat elastik merupakan


kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar
yang diberikan benda itu dihilangkan. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna
jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke
bentuk semula. Sekalipun tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi
banyak benda yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang
terbatas disebut limit elastik. Jika benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan
apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda tersebut tidak lagi kembali ke bentuk
semula. Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan plastik, hanyalah terletak
pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. suatu deformasi
dikatakan elastik jika (i) deformasi merupakan proposional dengan gaya
penyebabnya, (ii) bekerjanya gaya, maka deformasi diabaikan Blatt (1986:179).
Semua benda dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran apabila
dikenakan oleh suatu gaya apapun jenis benda itu baik padat maupun cair. Benda
yang tidak dapat kembali ke bentuk semula disebut sebagai plastis. Dua jenis
acuan material suatu benda mempengaruhi jumlah elastisitas benda tersebut.
Parameter pertama adalah modulus yang nilainya adalah hasil pengukuran dari
jumlah gaya per satuan luas (stress) yang diperlukan untuk mencapai deformasi
tertentu. Yang kedua adalah batas elastis, batas elastis dapat di sebut juga dengan
stress luar yang dimana itu terjadi pada saat keadaan dimana suatu benda tersebut
tidak lagi elastis, atau mengalami deformasi luar yang menyebabkan benda
tersebut kehilangan sifat keelastissitasan nya, itu artinya jika kita tidak
memberikan gaya yang lebih dari batas keelastissitasannya maka objek akan
kembali menjadi bentuk semula. Dan jika gaya yang kita berikan melebihi batas
elastisitas maka kemungkinan besar objek tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Ketika menggambarkan elastisitas dari dua bahan, kita harus memperhatikan
modulus dan batas elastisnya. Contoh nuya karet yang cenderung memiliki
modulus yang lebih rendah dan bersifat meregang jauh (memiliki batas elastis
tinggi), sifat peregangan jauh ini menunjukan bahwa karet memiliki batas elastis
tinggi jika dibandingkan dengan logam (modulus tinggi, batas elastis rendah).

2.5 Hukum Hooke

Konsep Hukum Hooke sudah kita ketahui menyatakan bahwa “jika gaya
yang diberikan pada sebuah pegas tidak melebihi batas elastisitasnya,
pertambahan panjang pegas akan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan
tersebut”. Hukum Hooke dapat dirumuskan sebagai berikut.

F = Gaya yang diberikan (N)

k = Konstanta pegas (N/m)

Δx = Pertambahan panjang pegas (m)


2.6 Dial Indicator

Dial indicator atau yang bias akita sebut juga dengan dial gauge adalah
alat ukur yang digunakan untuk mengukur serta memeriksa kerataan bahkan
kesejajaran di suatu permukaan benda dengan skala pengukuran yang sangat
kecil. Prinsip kerja dial indicator adalah mengubah gerak lurus dari spindle
menjadi gerak berputar yang bisa kita perhatikan melalui gerakan jarum yang
tampak pada bagian muka dial indicator ini. Alat ini mampu mengukur
keberadaan jarak atau sudut yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
atau mendeteksi perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah bidang
berpermukaan datar
Bentuk dari dial indicator ini menyerupai jam analog dengan dua buah
jarum penunjuk yaitu satu jarum penunjuk besar panjang dan satunya lagi
jarum penunjuk kecil. Dikarenakan alat ini mempunyai dua jenis jarum alat
ini memiliki tingkat ketelitian hingga 0,01 mm.
Bagian bagian dial indicator :

Gambar 2. 3 Bagian Bagian Dial Indicator

1. Jarum Penunjuk Ukuran 0.01 mm


Jarum ini merupakan bagian dari dial indikator yang berfungsi untuk
menunjukan ukuran dari komponen yang sedang di kerjakan.
Jarum penunjuk ini menghasilkan 0.01 mm di setiap garisnya.

2. Jarum Penunjuk Ukuran 1.0 mm

Jarum ini adalah bagian dial indikator yang berfungsi untuk menunjukan
ukuran dari komponen yang sedang di kerjakan. Jarum penunjuk ini
menghasilkan 1.0 mm dalam setiap garisnya.

3. Dial Face/Pemutar Kalibrasi Nol

Bagian ini terbuat dari bahan plastik yang di tempatkan pada bagian luar
lingkaran jarum penunjuk ukuran 0.01 mm. Bagian ini berfungsi untuk
mengkalibrasi jarum agar menunjukan angka nol.

4. Kumparaan

Kumparan ini merupakan bagian dial indikator yang di bagian dalamnya


terdapat sebuah pegas yang terhubung dengan jarum penunjuk ukuran.
bagian ini memiliki bentuk yang kecil supaya saat bagian ini tertekan akibat
pengukuran bagian ini bisa masuk dan keluar dengan lancar.

5. Ujung Pengukuran Tergantung/Measuring Tip

Bagian ini adalah bagian yang bersentuhan langsung dengan permukaan


komponen yang di ukur. Bagian ini memiliki tipe-tipe yang berbeda-beda
tergantung dari kondisi komponen tersebut
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Berikut merupakan data dari Diagram Alir Percobaan, dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan

Mengukur dimensi (p,l,t) benda dengan jangka sorong


Tambahkan Beban sebanyak 250gr
Literatur

Atur dial indicator sampai menyentuh permukaan logam


namun jarum tetap berada di angka nol.

Pembahasan
Lepaskan beban satu persatu lalu catat hasilnya.

Lakukan cara yang sama dengan logam lainnya


Kesimpulan

Data Pengamatan
Selesai
Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan (Modulus Young)


3.2 Prosedur Percobaan
Berikut merupakan prosedur percobaan Praktikum Modulus Young.

1. Alat percobaan dirangkai seperti di gambar.


2. Dilakukan pengukuran dimensi logam sebanyak 3 kali lalu dicatat
hasil pengukuran yang didapat.
3. Logam yang akan diukur diletakan pada dudukan atau penumpu
logam dan diatur posisinya lalu dipastikan jarak di kedua statif
penyangga sesuai dengan nilai yang ditentukan asisten.
4. Ditambahkan beban hingga mencapai massa maksimum: 250 gram,
tempat di letakannya beban penggantung adalah pada pemegang
beban.
5. Dial indicator diatur agar menyentuh oermukaan logam namun
jarum tetap di angka nol.
6. Dicatat hasil pengukuran berat beban setelah beban di lepaskan
satu per satu.
7. Dilepaskan beban secara perlahan agar kesalahan pengukuran
dapat di hindari, saat dilakukannya percobaan pastikan bahwa meja
yang digunakan tidak bergerak
8. Dilepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung
beban akan naik dan menekan dial indicator. Nilai yang terukur
dibaca dan dicatat hasilnya di dalam tabel. Setiap massa beban
yang dilepaskan sama dengan massa beban yang ditambahkan pada
penggantung beban. Maka pada kolom massa beban, dicatat massa
beban yang dilepaskan bukan yang digantung.
9. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
10. Digunakan logam yang berbeda dan diulangi lagi dengan langkah
yang sama.
3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Adapun alat-alat percobaan dalam percobaan Praktikum Modulus Young
adalah sebagai berikut :

1. Rel aluminium (1 set)


2. Statif penyangga balok, besi, Panjang 300mm (1 set)
3. Batang rel aluminium (1 buah)
4. Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan dapat dipasang)
(1 buah)
5. Beban bercelah 5 x beban 50g 10 x beban 10g (1 buah)
6. Penggantung beban dengan bukaan bentuk V (1 buah)
7. Logam yang diukur antara lain baja (1 set), Aluminium (1 set),
dan kuningan (1 set)
8. Jangka Sorong (1 buah)
9. Dial indicator (1 buah)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan Modulus Young

PERCOBAAN A (Alumunium)

Pengukuran logam
1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar, (m) 9,96 x 10-3 10,02 x 10-3 10,02 x 10-3
Tinggi, (m) 2 x 10-3 1,99 x 10-3 1,94 x 10-3
Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Logam Alumunium
Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young
Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
0,05 0,5 46 x 10-5 0,009601 x 1013 96,01 0,37
0,1 1 117 x 10-5 0,00756 x 1013 75,6 0,08
0,15 1,5 175 x 10-5 0,00757 x 1013 75,7 0,08
0,2 2 240 x 10-5 0,00736 x 1013 73,6 0,05
0,25 2,5 340 x 10-5 0,0649 x 1012 64,9 0,07
Rata-rata 77162 x 106 77,162 0,13
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Modulus Young Logam Alumunium
PERCOBAAN B (Baja)

Pengukuran logam
1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,04 x 10-3 20,01 x 10-3 20 x 10-3
Tinggi, t (m) 1,48 x 10-3 1,44 x 10-3 1,47 x 10-3
Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Logam Baja

Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young


Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus Young,
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Y (Pa)
(kg) (GPa)
0,05 0,5 55 x 10-5 0,233 x 1013 233 0,10
0,1 1 121 x 10-5 0,0212 x 1013 212 0,009
0,15 1,5 176 x 10-5 0,02219 x 1013 219 0,04
02 2 242 x 10-5 0,0212 x 1013 212 0,009
0,25 2,5 298 x 10-5 0,0215 x 1013 215 0,007
Rata-rata 63818 x 107 218,5 0,033
Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Modulus Young Logam Baja
4.1.1 Ralat Langsung

Ralat langsung Panjang Aluminium


N Ln L͞n IdLI IdLI2 α SL SR L¯n ± SL
1 30 x 10 −2

2 30 x 10−2 0 0 0 0 0 30 x 10−2
3 30 x 10−2
30 x 10−2 ±
Σ 90 x 10−2
0

Ralat langsung Lebar Aluminium


n Bn b͞n IdbI IdbI2 α Sb SR b͞n ± Sb
1 9.96 x 10−3 0.04 x 10−31.6 x 10−9
−3
2 10.02 x 10−3 0.02 x 10−30.4 x 10−9 0.8 x 10−9 10.9 x 10−55.5 x 10−2 10 x 10
3 10 x 10−3 ±
10.02 x 10−3 0.02 x 10−30.4 x 10−9
10.9 x 10−5
Σ 30 x 10−3 −3
0.08 x 10 2.4 x 10 −9

Ralat langsung Tinggi Aluminium


n tn tn͞͞ IdtI IdtI2 α St SR t͞n ± St
1 2 x 10−3 0.03 x 10−3 9 x 10−3
2 1.99 x 10−3 0.02 x 10−3 4 x 10−3 −10 −5 1.97 x 10−3
−2
7.3 x 10 11 x 10 5.58 x 10
3 −3 1.97 x 10−3 −3 −3 ±
1.94 x 10 0.03 x 10 9 x 10
11 x 10−5
Σ 5.93 x 10−3 0.8 x 10−3 22 x 10−3
Tabel 4.5 Tabel Ralat Langsung Alumunium
Ralat Langsung Panjang Baja
n Ln Ln͞ IdLI IdLI2 α SL SR L¯n ± SL
1 40 x 10−2
2 40 x 10−2 0 0 0 0 0 40 x 10−2
−2 ±
3 40 x 10−2 40 x 10
0
Σ 120 x 10−2

Ralat langsung Lebar Baja


n Bn b͞n IdbI IdbI2 α Sb SR b͞n ± Sb
1 20.04 x 10−3 0.03 x 10−39 x 10−10
2 20.01 x 10−3 0 0 −10 −5 −2 20.01 x 10−3
3.3 x 10 2.23 x 10 1.11 x 10
3 −3 20.01 x 10−3 ±
20 x 10 0.01 x 10−31 x 10−10
2.23 x 10−5
Σ 60.05 x 10−3 0.04 x 10−310 x 10−10

Ralat langsung Tinggi Baja


n tn t͞n IdtI IdtI2 α St SR t͞n
1 1.48 x 10−3 0.02 x 10−34 x 10−10
−3
2 1.44 x 10−3 0.02 x 10−34 x 10−10 3.3 x 10−10 2.23 x 10−51.11 x 10−21.46 x 10
−3 ±
3 1.47 x 10−31.46 x 10 0.01 x 10−31 x 10−10
2.12 x 10−5
Σ 4.39 x 10−3 0.05 x 10−39 x 10−10
Tabel 4.6 Tabel Ralat Langsung Baja
4.1.2 Ralat Tidak Langsung

(A) Aluminium

w l3
R. y=
4 Hbt 3

∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3

∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3

∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4

Percobaan 1

w=0.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=46 x 10−5 y=96.01GPa

∂y 3 x 0.5 (0.3)2
=
∂ l 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.135
¿
2.77 x 10−16

¿ 0.0487 x 1016

¿ 4.87 x 1014 Pa

∂y −0.5(0.3)3
=
∂b 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) 2 ¿ ¿

−0.0135
¿
2.77 x 10−18
¿−0.00487 x 1018

¿−4.87 x 10 16 Pa

∂y −3 x 0.5 (0.3)3
=
∂ t 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.0405
¿
2.77 x 10−16

¿−0.0146 x 1 016

¿−1.46 x 1014 Pa

Percobaan 2

w=1 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=117 x 10−5 y=75.6 GPa

∂y 3 x 1(0.3)2
=
∂ l 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.27
¿
7.048 x 10−16

¿ 1.902 x 1016 Pa

∂y −1(0.3)3
=
∂b 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.027
¿
7.048 x 10−18

¿−0.1902 x 1018
¿−1.902 x 1017 Pa

∂y −3 x 1(0.3)3
=
∂ t 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.081
¿
7.048 x 10−16

¿−0.0114 x 10 16

¿−1.14 x 1014 Pa

Percobaan 3

w=1.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=175 x 10−5 y=75.7 GPa

∂y 3 x 1.5(0.3)2
=
∂ l 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.405
¿
1.054 x 10−15

¿ 0.384 x 1015

¿ 3.84 x 10 14 Pa

∂y −1.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.0405
¿
1.054 x 10−17

¿−0.0384 x 1017
¿−3.84 x 1015 Pa

∂y −3 x 1 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.1215
¿
1.054 x 10−15

¿−0.115 x 1 015

¿−1.15 x 1014 Pa

Percobaan 4

w=2 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=240 x 10−5 y=73.6 GPa

∂y 3 x 2(0.3)2
=
∂ l 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.54
¿
1.44 x 10−15

¿ 0.375 x 1015

¿ 3.75 x 1014 Pa

∂y −2(0.3)3
=
∂b 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.054
¿
1.44 x 10−17

¿−0.0375 x 1017

¿−3.75 x 1015 Pa
∂y −3 x 2(0.3)3
=
∂ t 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.162
¿
1.44 x 10−15

¿−0.1125 x 1 015

¿−1.125 x 1014 Pa

Percobaan 5

w=2.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=340 x 10−5 y=64.9GPa

∂y 3 x 2.5( 0.3)2
=
∂ l 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.675
¿
2.048 x 10−15

¿ 0.329 x 1 015

¿ 3.29 x 1014 Pa

∂y −2.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.0675
¿
2.048 x 10−17

¿−0.0329 x 1017

¿−3.29 x 1015 Pa
∂y −3 x 2 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.2025
¿
2.048 x 10−15

¿−0.0988 x 1 015

¿−9.88 x 1013 Pa

(B) Baja

w l3
R. y=
4 Hbt 3

∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3

∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3

∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4

Percobaan 1

w=0.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=55 x 10−5 y=233GPa

∂y 3 x 0.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 55 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.24
¿
2.00023 x 10−16

¿ 0.119 x 1016

¿ 1.19 x 1015 Pa

∂y −0.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 55 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.032
¿
4.0024 x 10−18

¿−0.00799 x 1018

¿−7.99 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 0.5 ¿ ¿
∂t

−0.096
¿
2.00023 x 10−16

¿−0.0479 x 1 016

¿−4.79 x 1014 Pa

Percobaan 2

w=1 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=121 x 10−5 y=212GPa

∂y 3 x 1(0.4)2
=
∂ l 4 ( 121 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.48
¿
4.4005 x 10−16

¿ 0.10907 x 1016

¿ 1.0907 x 1015 Pa

∂y −1(0.4)3
=
∂b 4 ( 121 x 10−5 ) (20.01 x 10−3)2 ¿ ¿

−0.064
¿
8.805 x 10−18

¿−0.00726 x 1018

¿−7.26 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 1 ¿¿
∂t

−0.192
¿
4.4005 x 10−16

¿−0.0436 x 1 016

¿−4.36 x 10 14 Pa

Percobaan 3

w=1.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=176 x 10−5 y=219GPa

∂y 3 x 1.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 176 x 10−5 )( 20.01 x 10−3 ) ¿¿
0.72
¿
6.4007 x 10−16

¿ 0.112 x 10 16

¿ 1.12 x 1015 Pa

∂y −1.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 176 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.096
¿
1.28 x 10−17

¿−0.0075 x 1017

¿−7.5 x 1014 Pa

∂y
=−3 x 1.5 ¿ ¿
∂t

−0.288
¿
6.4007 x 10−16

¿−0.0449 x 1 016

¿−4.49 x 1014 Pa

Percobaan 4

w=2 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=242 x 10−5 y=212GPa

∂y 3 x 2(0.4)2
=
∂ l 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.96
¿
8.801 x 10−16

¿ 0.10907 x 1016

¿ 1.0907 x 1015 Pa

∂y −2(0.4)3
=
∂b 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3)2 ¿ ¿

−0.128
¿
1.76 x 10−17

¿−0.072 x 1017

¿−7.2 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 2 ¿¿
∂t

−0.384
¿
8.801 x 10−16

¿−0.0436 x 1 016

¿−4.36 x 10 14 Pa

Percobaan 5

w=2.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=298 x 10−5 y=215GPa

∂y 3 x 2.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 298 x 10−5) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
1.2
¿
1.083 x 10−15

¿ 1.108 x 1015 Pa

∂y −2.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 298 x 10−5) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.16
¿
2.16 x 10−17

¿−0.074 x 1017

¿−7.4 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 2.5 ¿ ¿
∂t

−0.48
¿
1.083 x 10−15

¿−0.443 x 1 015

¿−4.43 x 1014 Pa

4.2 Pembahasan

Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Sedangkan benda yang tidak elastic adalah benda yang tidak
kembali kebentuk semula saat gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut
dilepaskan. Untuk mengetahui tingkat kealastisitas dari suatu benda logam
praktikan harus melakukan praktikum Modulus Young. Dalam praktikum kali
ini kita menggunakan Baja dan Allumunium. Sebelum memulai praktikum ada
baiknya bila kita mengetahui isi dari prosedur percobaan, dari percobaan yang
akan kita praktikan. Langkah pertama dari praktikum kita kali ini, kita harus
menyiapkan seluruh kebutuhan-kebutuhan praktikum. Setelah itu praktikan
harus menghitung dimensi (panjang,lebar dan tinggi) dari logam yang akan di
gunakan menggunakan jangka sorong sebanyak tiga kali pengukuran. Logam
yang tadi sudah sudah melewati proses pengukuran dimensi (panjang, lebar
dan tinggi) menggunakan jangka sorong tadi diletakan pada dudukan yang
nanti akan di gunakan untuk penumpu dari logam yang akan kita hitung.

Setelah itu marilah kita mulai memasangkan gantungan pemberat yang


nanti akan di gunakan untuk menahan beban ukur. Setelah itu pasang beban
seberat 50 gram satu persatu hingga maksimal 5 beban dengan total berat 250
gram. Langkah selanjutnya, pastikan dial indicator menyentuh permukaan dari
logam yang akan kita ukur, namun pastikan juga nilai dari dial indicatornya
tetap menunjukan angka dengan nilai nol. Tujuan dari menggantungkan beban
pada logam ini adalah untuk menghasilkan gaya tarik yang nantinya bekerja
pada batang logam.

Setelah dial indicator terpasang dengan benar dan beban sudah di pasang
sampai berat maksimum 250 gram, langkah selanjutnya adalah melepas beban
satu persatu lalu mencatat perubahan tinggi beban yang terjadi mulai dari
beban pertama, kedua, ketiga, keempat hingga beban yang ke lima. Catatan
tersebut nantinya akan di gunakan sebagai data acuan yang nanti data tersebut
akan di gunakan untuk menghitung tegangan.

Di percobaan pertama praktikum modulus young ini praktikan


menggunakan logam berjenis Allumunium sebagai media praktikum. Dan
setelah tadi praktikan mendapat data menggunakan dial indicator dan telah
menghitung datanya di dapatkanlah nilai hasil rataan lebar sebanyak 10 x 10 -3
dan rataan tinggi sebanyak (1,97 x 10-3)-3. Karena pada praktikum ini praktikan
mengggunakan dua jenis logam yang dimana dua jenis logam tersebut ialah
logam berjenis aluminium dan baja, maka kedua data perhitungan modulus
pada logam ini akan menentukan tingkat keelastisitasan yang lebih besar
diantara kedua logam tersebut.

Di perhitungan yang pertama dengan menggunakan data A kita dapat


mengetahui berat beban sebesar 0,5 dan pertambahan tinggi beban sebesar 46
x 10-5. Dengan berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di
kerjakan praktikan harus mengalikan 0,5 dengan (0,3)3 sehingga didapatkan
hasil sebesar 0,0135. 135 x 10-4 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan
hasil perkalian 4(46 x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 yang di dapatkan hasil
nilai sebesar 0,009601 x 1013 hasil tersebut masih ada di dalam satuan pascal,
sehingga praktikan harus mengubah satuan pascal tersebut menjadi Gpa
dengan cara membaginya dengan pangkat 9 (109) sehingga diperoleh lah
nilai modulus sebesar 96,01 Gpa.

Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 117 x 10-5.
berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan, praktikan
harus mengalikan kalikan 1 dengan (0,3)3 supaya kita mendapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,027. 27 x 10-3 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi
dengan hasil perkalian 4(117 x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita
dapat mendapatkan hasil sebesar 0,00756 x 1013 hasil tersebut masih di dalam
satuan pascal, sehingga praktikan harus mengubah satuan pascal tersebut
menjadi Gpa dengan cara membaginya dengan 109 sehingga diperoleh lah
nilai modulus sebesar 75,6 Gpa.

Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1,5 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 175 x 10-5.
Berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan praktikan
mengalikan kalikan 1,5 dengan (0,3)3 hingga diperoleh hasil sebesar 0,0405.
405 x 10-4 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan hasil perkalian 4(175
x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita dapat mendapatkan hasil sebesar
0,00757 x 1013 hasil tersebut masih di dalam satuan pascal sehingga praktikan
harus mengubah satuan pascal tersebut menjadi Gpa dengan cara
membaginya dengan pangkat 9 (109) untuk memperoleh nilai modulus
sebesar 75,7 Gpa.

Setelah mendapatkan seluruh data tadi maka kita harus menghitung


presentasi error yang terjadi pada data – data yang tadi sudah kita dapatkan
dengan cara mengurangi Y literatur allumunium dengan nilai 70 dengan nilai
dari Y percobaan. Error data pertama dapat praktikum dapatkan dengan cara
mengurang 70 dengan 96.01 sehingga bisa mendapatkan hasil mutlak dengan
nilai 26,01 yang akan dibagi dengan Y literatur, Sehingga didapatkan lah
error data dengan nilai 0,37.

Setelah semua hasil tersebut didapatkan praktikan tinggal mengulangi


tahapan yang sama dengan data selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan praktikum percobaan Modulus Young yang sudah
dilakukan oleh praktikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Modulus Young, merupakan penjelasan mengenai
perubahan dari suatu benda di dalam batas elastisitasnya,
singkatnya Modulus Young adalah perbandingan antara
tegangan dan regangan.
2. Nilai modulus young yang berasal dari logam alumunium
adalah 77,162 dengan presentase error sebesar 0,13.
3. Nilai modulus yong yang berasal dari logam baja adalah
218,5 dengan presentase error sebesar 0,033.
5.2 Saran
Melaksanakan praktikum dengan modul “Modulus Young”
merupakan pengalaman yang sangat berharga. Semoga setiap modul yang
akan dipraktikan selanjutnya lebih baik dari praktikum yang sekarang, dan
semoga wabah corona ini segera berlalu agar kami semua dapat
melaksanakan praktikum secara offline karena pasti akan lebih mudah
memahami materi bila kami melaksanakan praktikum secara offline.
DAFTAR PUSTAKA

Kane J. W. and M.M.Sternheim., 1976. terjemahan P. Silaban, 1991., Fisika, edisi


ke tiga. AIDAB dan ITB, Bandung

Sarojo, G. 2002., Fisika Dasar Seri Mekanika. Salemba Teknika, Jakarta

Sears dan Zemansky. 1982. Fisika Universitas. Penerbit Bina Cipta. Bandung;
dalam Anwar B. 2008 [Jurnal].
Sears F. W. 1944., terjemahan P. J. Soedarjana, 1986., Mekanika, Panas dan
Bunyi. Binacipta, Bandung

http://kitacintafisika.blogspot.com/2010/07/modulus-young.html
http://theindahndut-diaryindahpuspitasari.blogspot.com/2011/05/laporan-
modulus-elastisitas.html
http://zahrah-littlenotes.blogspot.com/2012/05/modulus-young.html
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Lampiran A. Perhitungan

Percobaan A (Aluminium)

w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3

0.5(0.3)3
1. y=
4 ( 46 x 10−5 )( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.0135
¿
1.406 x 10−13
¿ 0.00960 1 x 1013 Pa
¿ 960 10000000 :109
¿ 96.01 GPa
1( 0.3)3
2. y=
4 ( 117 x 10−5 )( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.027
¿
3.57 x 10−13
¿ 0.00756 x 1013 Pa
¿ 756 00000000 :109
¿ 75.6 GPa
1.5 (0.3)3
3. y=
4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.0405
¿
5.35 x 10−13
¿ 0.00757 x 1013 Pa
¿ 7570 0000000:10 9
¿ 75.7 GPa
2(0.3)3
4. y=
4 ( 240 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.054
¿
7.33 x 10−13
¿ 0.00736 x 1013 Pa
¿ 7360 000000:10 9
¿ 73.6 GPa

2.5 (0.3)3
5. y=
4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.0675
¿
1.039 x 10−12
¿ 0.0649 x 1012 Pa
¿ 6490 0000000 :109
¿ 64.9 Gpa

Percobaan A persentase Kesalahan (Error)


Y literatur −Y percobaan
R. Error
Y literatur
70−96.01 −26.01
1. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
0.37

70−75.6 −5.6
2. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
0.08

70−75.7 −5.7
3. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
0.08

70−73.6 −3.6
4. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
0.05

70−64.9 5.1
5. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
0.07

Percobaan B (Baja)
w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3
0.5( 0.4)3
1. y=
4 ( 55 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.032
¿
1.37 x 10−13
¿ 0.0233 x 1013 Pa
¿ 0.223 x 1013 :109
¿ 233 Gpa

1(0.4 )3
2. y=
4 ( 121 x 10−5 )( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.064
¿
3.014 x 10−13
¿ 0.0212 x 1013 Pa
¿ 0.0212 x 1013 :10 9
¿ 212 GPa
1.5( 0.4)3
3. y=
4 ( 176 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.096
¿
4.38 x 10−13
¿ 0.0219 x 1013 Pa
¿ 0.02219 x 1013 :109
¿ 219 GPa
2(0.4)3
4. y=
4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.128
¿
6.028 x 10−13
¿ 0.0212 x 1013 Pa
13 9
¿ 0.0212 x 10 :10
¿ 212 GPa
2.5( 0.4)3
5. y=
4 ( 298 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
0.16
¿
7.42 x 10−13
¿ 0.0215 x 1013 Pa
¿ 0.0215 x 1013 :109
¿ 215 Gpa
Percobaan B persentase Kesalahan (Error)
Y literatur −Y percobaan
R. Error
Y literatur
210−233 −23
1. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
0.10

210−212 −2
2. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
0.009

210−219 −9
3. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
0.04

210−212 −2
4. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
0.009

210−215 −5
5. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
0.07
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta pristiwa necking baik


secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
Jawab:

Mengetahui dimana deformasi elastis dan plastis terjadi merupakan fungsi


dari grafik tegangan-regangan. Bila masih ada di dalam area elastis maka modulus
elastisitas masih berlaku. Namun bila sudah mengalami deformasi plastis maka
modulus elastisitasnya sudah tidak berlaku.

Necking merupakan suatu pristiwa deformasi tarik - menarik dimana


sejumlah besar regangan melokalisasi secara tidak proporsional di dalam wilayah
yang kecil.

2. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10-6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk
menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik
itu! Jawab:
3. Bagaimana perbedaan grafik tegangan–regangan antara
bahan logam, polimer, dan keramik ?

A.Bahan Logam

Gambar B. 3 Grafik Tegangan-Regangan Logam

B. Bahan Polimer

Gambar B. 4 Grafik Tegangan-Regangan Polimer

C. Bahan Keramik

Gambar B. 5Grafik Tegangan-Regangan Keramik


4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 50 m dan tebalnya 1,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 80 kg, tali bertambah panjang 1,6 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan dan g = 9,8 m/s2

Jabwab :

5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4) !


LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
Lampiran C. Gambar Alat Dan Bahan

Gambar C.1 Batang Logam Gambar C.5 Rel Alumunium

Gambar C.2 Jangka Sorong Gambar C.6 Batang Rel Al

Gambar C.3 Mikrometer Sekrup Gambar C.7 Statif penyangga

Gambar C.4 Beban Bercelah Gambar C.8 Dial Indicator


Gambar C.9 Penggantung Beban
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id

BLANGKO PERCOBAAN MODULUS YOUNG


DATA PRAKTIKAN
NAMA Basuki Abdulah
NIM / GRUP 3331200001
JURUSAN Teknik Mesin
Agus Kurniawan, Muhammad Bayu Wardana, Haikal Ilya
REKAN
Muhammad
TGL. PERCOBAAN 14 Oktober 2020

PERCOBAAN A ( Allumunium )

Tabel A Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar, (m) 9,96 x 10-3 10,02 x 10-3 10,02 x 10-3
Tinggi, (m) 2 x 10-3 1,99 x 10-3 1,94 x 10-3

Tabel B Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young

Massa Beban, Berat, W Pertambahan Modulus Young, Modulus Young,


Error (%)
m (kg) (N) Tinggi, H (m) Y (Pa) Y (GPa)

0,05 0,5 46 x 10-5 0,009601 x 1013 96,01 0,37


0,1 1 117 x 10-5 0,00756 x 1013 75,6 0,08
0,15 1,5 175 x 10-5 0,00757 x 1013 75,7 0,08
0,2 2 240 x 10-5 0,00736 x 1013 73,6 0,05
0,25 2,5 340 x 10-5 0,0649 x 1012 64,9 0,07
Rata-rata 77162 x 106 77,162 0,13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id

PERCOBAAN B (Baja)

Tabel C Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,04 x 10-3 20,01 x 10-3 20 x 10-3
Tinggi, t (m) 1,48 x 10-3 1,44 x 10-3 1,47 x 10-3

Tabel D Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young

Massa Beban, Berat, W Pertambahan Modulus Young, Modulus Young,


Error (%)
m (kg) (N) Tinggi, H (m) Y (Pa) Y (GPa)

0,05 0,5 55 x 10-5 0,233 x 1013 233 0,10


0,1 1 121 x 10-5 0,0212 x 1013 212 0,009
0,15 1,5 176 x 10-5 0,02219 x 1013 219 0,04
02 2 242 x 10-5 0,0212 x 1013 212 0,009
0,25 2,5 298 x 10-5 0,0215 x 1013 215 0,007
Rata-rata 63818 x 107 218,5 0,033

Anda mungkin juga menyukai