Anda di halaman 1dari 58

Nilai

Tanggal Revisi

Tanggal Terima

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PESAWAT ATWOOD

Disusun Oleh:

Nama Praktikan : Muhammad Desar Eka Syaputra

NIM : 3334200010

Jurusan : Teknik Metalurgi

Grup : C3

Rekan : Afif Rizky Tri Nugroho

: Miftahul Jannah Ardani

: Rafi Nurdwi Raharjo

Tgl. Percobaan : 2 APRIL 2021

Asisten : Aldi Syahril Anwar

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON – BANTEN

2020
Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712 Fax. (0254)
395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan


antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang lebih berat
diletakkan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat
akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena adanya tali
dan katrol. Tujuan dilaksanakan praktikum pesawat atwood yaitu untuk mengenal
besaran fisis momen inersia, hukum newton melalui sistem katrol, mengamati gerak
dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap, memeriksaapakah hukum newton
berlaku baik terhadap sistem katrol, dan menghitung harga momen inersia katrol bila
percepatan gravitasi diketahui. Aplikasi pesawat atwood yaitu katrol dalam
lift/elevator diatur sedemikan rupa sehingga dapat digerakkan untuk mengangkut
beban berat dengan tenaga yang cukup kecil. Mesin ini disebut Mesin Attwood Mesin
ini adalah yang umumnya dipasang pada gedung–gedung bertingkat modern.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini yang pertama adalah menimbang
massa beban M1, M2, m1 dan m2 kemudian dipasang di ujung-ujung benang dan
katrol M1 dan M2 + m. Letakkan M1 pada pemegang beban pegas, kemudian
tekan pemegang pegas dan catat waktu perpindahan dan lakukan dengan
merubah jarak (tetap dan berubah). Jarak tetap (kecepatan menurun seiring berubah
jarak), kecepatan bertambah dengan jarak tetap, percepatan menurun pada jarak
tetap, percepatan naik pada jarak yang berubah. Momen inersia pada percobaan A
adalah 4.56 x 10-5 kgm2 pada percobaan B adalah 4,18 X 10-5 kgm2.

Kata kunci: Momen Inersia, Pesawat Atwood, GLB dan GLBB.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………….............................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... .iii

DAFTAR TABEL.....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................2

1.3 Batasan Masalah ......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak…………………………………………………………………3

2.2 Gerak Lurus…………………………………………………………..4

2.3 Hukum Newton……………………………………………………....5

2.4 Pesawat Atwood………………………………………………......6


iii
2.5 Benda yang bergerak melingkar melalui poros………………………7

2.7 Momen Inersia………………………………………………………..8

2.8 Besaran Dan Satuan…………………………………………………..9

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan .......................................................................12

3.2 Prosedur Percobaan ..............................................................................14

3.3 Alat yang Digunakan ............................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan ....................................................................................16

4.2 Pembahasan ..........................................................................................26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .........................................................................................32

5.2 Saran ....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN .......................................................................35

LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DANTUGAS KHUSUS ...........36

iv
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN.................................45

LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN..........................................................47

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Besaran Pokok……………………………………………………...10

Tabel 2.2 Besaran Turunan…………………………………………………...10

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pesawat Atwood…………………………...16

Tabel 4.2 Data hasil percobaan A Pesawat Atwood............................................16

Tabel 4.3 Data hasil percobaan B Pesawat Atwood............................................17

Tabel 4.4 Tabel Ralat Langsung M1 ………………………………………………………………17

Tabel 4.5 Tabel Ralat Langsung M2…………………………………………..17

Tabel 4.6 Tabel Ralat Langsung m…………………………………………...18

Tabel 4.7 Tabel Ralat Langsung t1 ke 1……………………………………. .18

Tabel 4.9 Tabel Ralat Langsung t1 ke 3…………………………………….....18

Tabel 4.10 Tabel Ralat Langsung t1 ke 4……………………………………..19

Tabel 4.11 Tabel Ralat Langsung t2 ke 1……………………………………..19

Tabel 4.12 Tabel Ralat Langsung t2 ke 2……………………………………..19

Tabel 4.13 Tabel Ralat Langsung t2 ke 3……………………………………..19

vi
Tabel 4.14 Tabel Ralat Langsung t2 ke 4…………………………………..20

Tabel 4.15 Tabel Ralat Langsung t1 ke 1…………………………………..20

Tabel 4.16 Tabel Ralat Langsung t1 ke 2………………………………….20

Tabel 4.17 Tabel Ralat Langsung t1 ke 3………………………………….20

Tabel 4.18 Tabel Ralat Langsung t1 ke 4……………………………….…21

Tabel 4.19 Tabel Ralat Langsung t2 ke 1…………………………………..21

Tabel 4.20 Tabel Ralat Langsung t2 ke 2……………………………….…21

Tabel 4.21 Tabel Ralat Langsung t2 ke 3…………………………………..21

Tabel 4.22 Tabel Ralat Langsung t2 ke 4…………………………………..22

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.2 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)……………………….……..3

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Pesawat Atwood…………………………..14

Gambar 4.1 Grafik perbandingan kecepatan dengan waktu perocobaan A……….27

Gambar 4.2 Grafik perbandingan percepatan terhadap waktu Percobaan B………28

Gambar C.1 Beban M ……………………………………………………………45

Gambar C.2 Beban M2……………………………………………………………..……..45

Gambar C.3 Beban Tambahan…………………………………………………………….45

Gambar C.4 Neraca………………………………………………………………….…….45

Gambar C.5 Beban M1 …………………………………………………………..………45

Gambar C.8 Pemegang Beban, Berlubang……………………………….………..45

Gambar C.9 Penggaris……………………………………………………..………46

Gambar C.10 Set Pesawat Atwood…………………………………….………….46

Gambar C.11 Stopwatch…………………………………………………….…….46

Gambar C.1 Tali Penggantung ……………………………………………………46

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Perhitungan .......................................................................................42

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus............................................43

B.1 Jawaban Pertanyaan.............................................................................43

B.2 Tugas Khusus ......................................................................................44

Lampiran C. Gambar Alat yang Digunakan...........................................................45

Lampiran D. Blanko Percobaan .............................................................................16

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda yang bergerak lebih mudah kita amati jika benda tersebut
bergerak secara lambat, sedangkan pemngamatan akan sulit dilakukan jika benda
bergerak secara cepat. Secara alamiah, pengukuran statis memang lebih mudah
dari pada pengukuran dinamis. Gerak itu sendiri dapat terjadi karena adanya
tarikan atau dorongan, yang disebut gaya, adalah yang menyebabkan sebuah
benda bergerak dan tanpa adanya gaya, sebuah benda yang sedang bergerak akan
segera berhenti. Sebuah benda yang sedang diam, yang berarti bahwa bila tidak
ada gaya yang bekerja, sebuah benda akan terus diam. Sebuah benda yang mula-
mula diam, akan dapat bergerak jika mendapat pengaruh atau penyebab yang
bekerja pada benda tersebut. Penyebabnya dapat berupa pukulan, tendangan,
sundulan, atau lemparan. Dalam Fisika, penyebab gerak tersebut dinamakan gaya.
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang sering digunakan untuk
mengamati hukum mekanika pada suatu gerak yang dipercepat secara beraturan,
pesawat atwood tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas
kawat/tali.Bila kedua benda massanya sama, keduanya akan diam. Tapi bila salah
satu lebih besar (misal m1>m2). Maka kedua benda akan bergerak ke arah m1
dengan lebih dipercepat. Pesawat Atwood biasanya digunakan sebagai percobaan
laboratorium untuk mempertegas hukum mekanika gerak dengan pecepatan atau
akselerasi tetap (konstan). Pesawat Atwood biasanya digunakan untuk
mendemonstrasikan atau mengilustrasikan prinsip-prinsip fisika, khususnya
dalam bidang mekanika. Aplikasi pesawat atwood yaitu katrol dalam lift/elevator
diatur sedemikan rupa sehingga dapat digerakkan untuk mengangkut beban berat
dengan tenaga yang cukup kecil. Mesin ini disebut Mesin Attwood Mesin ini
2

adalah yang umumnya dipasang pada gedung–gedung bertingkat modern. Untuk.


Tujuan dilaksanakan praktikum pesawat atwood yaitu untuk mengenal besaran
fisis momen inersia, hukum newton melalui sistem katrol, mengamati gerak
dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap, memeriksaapakah hukum newton
berlaku baik terhadap sistem katrol, dan menghitung harga momen inersia katrol
bila percepatan gravitasi diketahui.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dilakukan praktikum pesawat atwood sebagai berikut :
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengemati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah hukum newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi diketahui.
1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam praktikum ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebasanya yaitu massa benda dan waktu sedangkan
kecepatan dan percepatan merupakan variabel terikat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak

Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya
dapat dikatakan sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih cepat. Gerak
dibagi atas 2 yaitu gerak linaer dan gerak rotasi, gerak adalah gerak yang dilakukan
secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan gerak rotasi adalah gerak yang
bergerak secara mengelending.

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia


menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda
berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun
kemudian,Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh
pompa vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-
benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa
ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun
mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan
pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orang pada saat itu (tetapi
tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan
bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah
sepersepuluh waktu dari waktu benda yang lebih ringan” (Karami, 2008).

Ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya


penyebab dari gerak tersebut dinamakan dinamika gerak. Seperti yang telah
4

disebutkan tadi bahwa orang yang sangat berjasa dalam kajian Fisika tentang
dinamika adalah Sir Isaac Newton.

2.2 Gerak Lurus

Dinamika Gerak mempelajari tentang berbagai jenis gerak. Konsep yang


harus dipelajari adalah konsep Gerak Lurus. Gerak lurus adalah gerak suatu objek
yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula jenis geak ini disebut sebagai suatu
translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya
sama. Terdapat dua macam gerak lurus yaitu :

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus suatu objek dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau
konstan sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah
kelajuan kali waktu.
S = v.t……………………………………..…(1)
Keterangan:
S = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus suatu objek diman kecepatanna berubah terhadap waktu
akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan jumlah
jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Pada umumnya
GLBB didasari oleh Hukum Newton 2 (∑F = 0 )
Vt = Vo + at................................................................(2)
Vt2 = Vo2 + 2 as..........................................................(3)
S = Vot + ½ t2 ............................................................(4)
Keterangan :
5

Vo = kecepatan awal (m/s)


Vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (t)
s = jarak yang ditempuh (m)

2.3 Hukum Newton

Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan
pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad.

Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel, dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang. Hukum Newton dibagi
atas Hukum Newton 1, Hukum Newton 2 dan Hukum Newton 3. Ketiga Hukum
Newton diatas dijelaskan dibawah ini.

1. Hukum Newton 1
Menyatakan bahwa, “Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem
sama dengan dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang”

∑F = 0………………………………………(5)

Keterangan:

∑F = jumlah gaya yang bekerja


6

2. Hukum Newton 2
Menyatakan bahwa, “Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu
benda dengan massa ‘m’ tidak sama dengan nol, maka benda tersebut
mengalami percepatan kearah yang sama dengan gaya”. Percepatan a
berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa
benda.
F = m.a............................................................(6)
Keterangan:

F = Gaya
a = Percepatan
m = massa benda

Hukum Newton 2 memberikan pengertian bahwa:

a. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda.

b. Besarnya percepatan berbanding lurus dengan gayanya.


c. Bila gaya bekerja pada benda maka benda mengalami percepatan dan
sebaliknya bila benda mengalami percepatan tentu ada gaya
penyebabnya.
3. Hukum Newton 3

Setiap Gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan gaya lain
yangsama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arahnya. Gaya
reaksi ini dilakukan benda pertama pada benda yang menyebabkan gaya.
Hukum ini dikenal dengan Hukum Aksi Reaksi. Hukum ini dirumuskan
sebagai berikut.

Faksi = - Freaksi…………………………….(7)
7

2.4 Pesawat Atwood

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan


antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang lebih berat
diletakkan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat
akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena adanya tali
dan katrol. Dengan menggunakan pesawat atwood memungkinkan kita untuk
mengamati bagaimana sebuah benda bergerak lurus beraturan ( GLB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB)dan dalam mempelajari konsep dinamika gerak, teori yang
paling penting dan yang banyak dipakai adalah Hukum Newton.

2.6 Benda yang bergerak melingkar melalui poros

Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada
gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan
gerak linier. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia I yang ekivalen dengan
besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros
tertentu harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga tersebut
adalah harga yang tetap).

I~m

I ~ r2

Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada Gambar 1.1,

maka berlaku persamaan seperti berikut (bila dianggap M1 = M2 = M):

𝑚𝑔
𝑎= 𝑖 ………………………………………(8)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟
8

Gambar 1.2 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)

Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka terjadi gerak
dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B, benda m akan tertinggal
dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik Cdengan kecepatan konstan. Karena
M1 = M2, maka M2+m berada di titik A. Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m
akan turun dari titik A ke C melewati titik B dengan gerak dipercepat.

2.7 Momen Inersia

Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini
berlaku persamaan- persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan
gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis momen momen inersia (I) yang ekivalen
dengan besaran fisi massa (m) pada gerak linier. Momen inersia suatu benda terhadap
poros tertentu nilainya sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan
massa mbenda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dari ukuran atau jarak benda
pangkat dua terhadap poros.Untuk katrol dengan beban maka persamaan yang
berlaku adalah sebagai berikut:
9

(𝑚+𝑚1 )+𝑚2
𝑎= 𝐼 ……………………………………(9)
𝑚+𝑚1 +𝑚2 + 2
𝑟

Keterangan :

a = percepatan gerak

m = massa beban

I = momen inersia katrol

r = jari-jari katrol

g = percepatan gravitasi

2.8 Besaran Dan Satuan

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur, memiliki nilai yang
dapat dinyatakan dengan angka-angka, serta mempunyai satuan tertentu. Sedangkan
yang dimaksud sebagai satuan adalah pernyataan yang menjelaskan arti dari suatu
besaran, atau sesuatu yang dijadikan pembanding dalam pengukuran yang menjadi
acuan. Besaran Terdiri atas 2 macam yaitu :

1. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu (kesepakatan para fisikawan dahulu). Terdapat tujuh besaran
pokok dalam fisika.

No. Besaran Pokok Dimensi


1 Panjang (l) L
2 Massa (m) M
10

3 Waktu (t) T
4 Temperatur (T) Ө
5 Kuat Arus (I) I
6 Intensitas (In) J
7 Jumlah Zat (n) N

Tabel 2.1 Besaran Pokok

2. Besaran Turunan
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran-
besaran pokok penyusunnya. Besaran turunan jumlahnya sangat banyak,
berikut beberapa contohnya.

No. Contoh Besaran Satuan


Turunan
1 Luas (A) m2
2 Kecepatan (v) m/s1
3 Percepatan (a) m/s2
4 Massa jenis (ρ) kg/m3
5 Gaya (F) N
6 Tekanan (P) Pa

Tabel 2.2 Besaran Turunan

Ini berarti:

Luas diturunkan dari besaran panjang, yaitu panjang dikali


panjang.Kecepatan diturunkan dari besaran panjang dan waktu, yaitu
panjang/jarak dibagi waktu.Percepatan diturunkan dari besaran panjang
dan waktu, yaitu jarak/panjang dibagi dengan waktu pangkat dua.Massa
11

jenis diturunkan dari besaran massa dan panjang, yaitu massa dibagi
dengan panjang pangkat tiga (volume)

Gaya diturunkan dari besaran massa, panjang, dan waktu, yaitu


massa dikali (panjang dibagi waktu pangkat dua).Tekanan diturunkan
dari besaran massa, panjang, dan waktu, yaitu massa dibagi dengan
(massa dikali waktu pangkat dua).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Adapun Diagram Alir pada praktikum Pesawat Atwood sebagai berikut :

Mulai

Menimbang masa M1,M2,ma dan m2


masing-masing sebanyak 3 kali

Menggantungkan beban massa beban utama dan pada


ujung-ujung tali kemudian memasang pada katrol

Memasangkam pada pemegang beban berpegas

Menambahkan beban m pada pemegang beban M2


13

Menekan pegas pada pemegang beban

Mencatat waktu perpindahan M2+m dari A ke B(t) dan


dari B ke C (t2)

Mengulangi pengamatan sebanyak 3 kali untuk


setip jarak yang ditentukan asisten

Data
Pengamatan

Litelatur

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
14

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Pesawat Atwood

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum pesawat atwood sebagai berikut :
1. Massa M1, M2, ma dan m2 ditimbang sebanyak 3 kali
2. Massa beban utama dan pada ujung-ujung tali digantungkan kemudian pasang
pada katrol
3. Dipasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang sejajar
dengan tali. Jika tidak diatur sampai sejajar
4. Beban m ditambahkan pada beban m2
5. Pegas pada pemegang beban ditekan, maka ma akan terlepas dari pemegang
beban dan bergerak keatas , sedamgkan M2+m akan bergerak kebawah
6. Dicatat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C(t2)
7. Pengamatan sebanyak 3 kali diulangi untuk setiap jarak yang ditentukan
asisten
a. Percobaan A : Jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B : Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

3.3 Alat-alat yang digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Pesawat Atwood sebagai
berikut :
1. Alat Pesawat Atwood 1 set
2. Tali penggantung :Benang nilon 1 m
3. Pemegang beban pegas 1 buah
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 100 g 1 buah
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang 1 buah
8. Penggaris 1 buah
15

9 Stopwatch 1 buah
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Adapu n hasil percobaan pada praktikum pesawat atwood dapat dilihat pada Tabel
4.1

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pesawat Atwood

Massa Peinmbangan 1 Penimbangan 3 Rata-rata


M1(g) 100,3 100,3 100,3
M2(g) 100,5 100,5 100,5
m(g) 10,2 10,2 10,2

PERCOBAAN A

a) M2 + m = 100,5 + 10,2 = 110,7 g


Tabel 4.2 Percobaan A

AB (cm) 14 14 14 14
t1 (detik) 0,75 0,74 0,74 0,76 0,76 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 0,76 0,74

(detik) 0,743 0,753 0,74 0,745

a (m/s2) 0,511 0,497 0,511 0,497

BC (cm) 14 16 18 20
t2 (detik) 0,38 0,37 0,37 0,45 0,42 0,43 0,48 0,46 0,48 0,54 0,52 0,55

(detik) 0,373 0,433 0,473 0,537

v (m/s) 0,375 0,367 0,38 0,372


17

I (kgm2) 4.56 x 10-5

PERCOBAAN B

b) M2 + m = 110,7 g
Tabel 4.3 Percobaan B

AB (cm) 14 16 18 20
t1 (detik) 0,82 0,79 0,81 0,83 0,84 0,83 0,89 0,91 0,88 0,96 0,93 0,95

(detik) 0,806 0,833 0,893 0,945

a (m/s2) 0,431 0,464 0,451 0,447


BC (cm) 14 14 14 14
t2 (detik) 0,35 0,36 0,36 0,33 0,32 0,31 0,34 0,34 0,35 0,34 0,35 0,34

(detik) 0,356 0,32 0,343 0,343

v (m/s) 0,393 0,437 0,408 0,408


I (kgm2) 4,18 X 10-5

4.1 Ralat Langsung

Tabel 4.4 Tabel Ralat Langsung M1

N Ma ̅a
𝑴 |𝝏M| |𝝏M|2 𝜶 SM SR ̅ a ± SM
𝑴
1 100,3 0 0
0 0 0% 100,3 ± 0
2 100,3 100,3 0 0
3 100,3 0 0
18

∑ 300,9

Tabel 4.5 Tabel Ralat Langsung M2

N Ma ̅a
𝑴 |𝝏M| |𝝏M|2 𝜶 SM SR ̅ a ± SM
𝑴
1 100,5 0 0
0 0 0% 100,5 ± 0
2 100,5 100,5 0 0
3 100,5 0 0
∑ 301,5

Tabel 4.6 Tabel Ralat Langsung m

N ma ̅a
𝒎 |𝝏m| |𝝏m|2 𝜶 Sm SR ̅ a ± Sm
𝒎
1 10,2 0 0
0 0 0% 10,2 ± 0
2 10,2 10,2 0 0
3 10,2 0 0
∑ 30,6

Tabel 4.7 Tabel Ralat Langsung t1 ke 1

N ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,75 0,01 0,0001 0,74 ±
0,00003 0,007 0,95%
2 0,74 0,74 0 0 0,007

3 0,74 0 0
∑ 2,23 0,01 0,0001

Tabel 4.8 Tabel Ralat Langsung t1 ke 2


19

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,76 0,01 0,0001 0,75 ±
0,497 0,012 1,63%
2 0,76 0,75 0,01 0,0001 0,012

3 0,74 0,01 0,0001


∑ 2,26 0.03 0,0003

Tabel 4.9 Tabel Ralat Langsung t1 ke 3

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,74 0 0
0 0 0% 0,74 ± 0
2 0,74 0,74 0 0
3 0,74 0 0
∑ 2,22

Tabel 4.10 Tabel Ralat Langsung t1 ke 4

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR ta ± St


1 0,74 0,01 0,0001 0,75 ±
0,497 0,012 1,63%
2 0,76 0,75 0,01 0,0001 0,012

3 0,74 0,01 0,0001


∑ 2,24 0,003 0,0003

Tabel 4.11 Tabel Ralat Langsung t2 ke 1

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,38 0,01 0,0001 0,37 ±
0,00003 0,007 1,9%
2 0,37 0,37 0 0 0,007

3 0,37 0 0
∑ 1,12 0,01 0,0001
20

Tabel 4.12 Tabel Ralat Langsung t2 ke 2

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,45 0,02 0,0004 0,43 ±
0,0001 0,015 3,6%
2 0,42 0,43 0,01 0,0001 0,01

3 0,43 0 0
∑ 1,3 0,03 0,0005

Tabel 4.13 Tabel Ralat Langsung t2 ke 3

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,48 0,01 0.0001 0,47 ±
0,0001 0,012 2,6%
2 0,46 0,47 0,01 0.0001 0,012

3 0,48 0,01 0.0001


∑ 1,42 0,03 0,0003

Tabel 4.14 Tabel Ralat Langsung t2 ke 4

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,54 0 0 0,54 ±
0,00016 0,015 2,9%
2 0,52 0,54 0,02 0,0004 0,015

3 0,55 0,01 0,0001


∑ 1,61 0,03 0,0005

Tabel 4.15 Tabel Ralat Langsung t1 ke 1

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,82 0,01 0,0001 0,81 ±
0,81 0,00016 0,015 1,9%
2 0,79 0,02 0,0004 0,015
21

3 0,81 0 0
∑ 2,42 0,03 0,0005

Tabel 4.16 Tabel Ralat Langsung t1 ke 2

n ta ta̅ |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,83 0 0 0,83 ±
0,00003 0,007 0,85%
2 0,84 0,83 0,01 0,0001 0,007

3 0,83 0 0
∑ 2,5 0,01 0,0001

Tabel 4.17 Tabel Ralat Langsung t1 ke 3

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,89 0 0 0,89 ±
0,00016 0,015 1,77%
2 0,91 0,89 0,02 0,0004 0,015

3 0,88 0,01 0,0001


∑ 2,68 0,03 0,0005

Tabel 4.18 Tabel Ralat Langsung t1 ke 4

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,96 0,01 0,0001 0,95 ±
0,0001 0,015 1,66%
2 0,93 0,95 0,02 0,0004 0,015

3 0,95 0 0
∑ 2,84 0,03 0,0005

Tabel 4.19 Tabel Ralat Langsung t2 ke 1

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,35 0,36 0,01 0,0001 0,00003 0,007 1,96% 0,36 ±
22

2 0,36 0 0 0,007

3 0,36 0 0
∑ 1,06 0,01 0,0001

Tabel 4.20 Tabel Ralat Langsung t2 ke 2

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,33 0,01 0,0001 0,32 ±
0,00006 0,01 3,12%
2 0,32 0,32 0 0 0,01

3 0,31 0,01 0,0001


∑ 0,96 0,02 0,0002

Tabel 4.21 Tabel Ralat Langsung t2 ke 3

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,34 0 0 0,34 ±
0.00003 0,007 2,07%
2 0,34 0,34 0 0 0,007

3 0,35 0,01 0.0001


∑ 1,03 0,01 0.0001

Tabel 4.22 Tabel Ralat Langsung t2 ke 4

n ta 𝒕̅a |𝝏t| |𝝏t|2 𝜶 St SR 𝒕̅a ± St


1 0,34 0 0 0,34 ±
0.00003 0,007 2,07%
2 0,35 0,34 0,01 0.0001 0,007

3 0,34 0 0
∑ 1,03 0,01 0.0001

4.1.2 Ralat Tidak Langsung


23

Adapun ralat tidak langsung dari percobaan pesawat

atwood adalah sebagai berikut:

Percepatan percobaan A

1. 𝑡̅1=0,743 s
2XA −B 2(0,14)
a= = (0,743)2 = 0,5 m/s 2
t̅12

𝐚 𝟐 𝟐
= t̅2 = 𝟕𝟒𝟑𝟐 = 𝟑, 𝟔 𝐦/𝐬𝟐
𝐗𝐀−𝐁 1


= t̅2 = 2XA −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
1

𝑆𝑎 = √(3,6 x 0)2 + (0,24 x 33,5x10 − 6)2 = 8x10-6 m/s2

a ± Sa = 0,5 ± 8x10-6 m/s2

2. 𝑡̅1 = 0,753 s

2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,49 m/s2
t̅12 0,7632

 𝟐 𝟐
= t̅2 = (𝟎,𝟕𝟓𝟑)𝟐 = 3,5 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 1


= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21

𝑎 = √(3,5 x 0)2 + (0,24 x 67x10−6 )2 = 1,6x10-5 m/s2

a ± Sa = 0,49 ± 1,6x10-5 m/s2

3. 𝑡̅1 = 0,74 s
24

2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,51 m/s2
t̅12 0,742

𝐚 𝟐 𝟐
= t̅2 = (𝟎,𝟕𝟒)𝟐 = 3,65 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 1


= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21

𝑎 = √(3,65 x 0)2 + (0,24 x 67x10−6 )2 = 0 m/s2

a ± Sa = 0,49 ± 0 m/s2

4. 𝑡̅1 = 0,746 s

2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,5 m/s2
t̅12 0,7462

𝐚 𝟐 𝟐
= = (𝟎,𝟕𝟒𝟔)𝟐 = 3,6 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 t̅21


= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21

𝑎 = √(3,65 x 0)2 + (0,24 x 134 x10−6 )2 = 3,2 x 10-5 m/s2

a ± Sa = 0,5 ± 3,2 x 10-5 m/s2

Percepatan percobaan B
1. 𝑡̅2=0,373 s

XB−c 0,14
V= = 0,373 = 0,375 m/s
t̅2

v 1 1
= t̅2 = 0,373 = 2,7 m/s
XB−C
25

v
= XB −C = 0,14 m/s
t̅2

Sv = √(2,7 x 0)2 + (0,14 x 33,5 x10−6 )2 = 4,7x10-6 m/s

v ± Sv = 0,375 ± 4,7x10-6 m/s

2. 𝑡̅2=0,433 s
XB−c 0,16
V= = 0,433 = 0,369 m/s
t̅2
v 1 1
= t̅2 = 0,433 = 2,3 m/s
XB−C
v
= XB −C = 0,16 m/s
t̅2
m
Sv = √(2,7 x 0)2 + (0,14 x 33,5 x10−6 )2 = 3,7x10−5 s

v ± Sv = 0,369 ± 3,7x10-5 m/s


3. 𝑡̅2=0,473 s
XB−c 0,18
V= = 0,473 = 0,380 m/s
t̅2
v 1 1
= t̅2 = 0,473 = 2,1 m/s
XB−C
v
= XB −C = 0,18 m/s
t̅2

Sv = √(2,1 x 0)2 + (0,18 x 133,5 x10−6 )2 = 2,4x10−5 m/s


v ± Sv = 0,380 ± 2,4 x10-5 m/s
4. 𝑡̅2=0,537 s
XB−c 0,20
V= = = 0,372 m/s
t̅2 0,537
v 1 1
= t̅2 = 0,537 = 1,8 m/s
XB−C
v
= XB −C = 0,20 m/s
t̅2

Sv = √(1,8 x 0)2 + (0,20 x 233,5 x10−6 )2 = 4,8 x10−5 m/s


v ± Sv = 0,372 ± 4,8 x10-5 m/S
26

𝐦𝐠𝐫 𝟐 − 𝐚𝐫 𝟐 (𝐌𝟏 + 𝐌𝟐 + 𝐦)
𝐈=
𝐚
I
= M1 + M2
m
= 0,1003 + 0,1005
= 0,2007 kgm2

I
= M2 + m
m1
= 0,1005 + 0,0102
= 0,1107 kg
I
= M1 + m
m
= 0,1003 + 0,0102
= 0,1105 kg
I 2 I 2 I 2
SI = √(m x Sm) + (M x SM1 ) + (M x SM2 )
2 2

SI = √(0,2007 x 0)2 + (0,1107 x 0)2 + (0,1107x 0)2


SI = 0
I + SI = 4x10-5 ± 0 kgm2

4.2 Pembahasan

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang lebih berat
diletakkan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat
akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena adanya tali
dan katrol. Dalam percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB)
dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan
gerakan garis lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak yang ditempuh dalam
27

gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Sedangkan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah gerakan lurus ke arah horizontal dengan kecepatan yang
berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap. Tidak hanya gerakan garis lurus dan
gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip kerja katrol juga diterapkan.
Momen inersia sebuah katrol adalah ukuran dari inersia sebuah katrol untuk memutar
atau mengubah keadaan rotasinya ketika ada momen kekuatan yang dihasilkan
bekerja padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan dengan menggunakan
pendekatan konseptual atau melalui eksperimen dan pendekatan matematika.

Prosedur percobaan dalam praktikum pesawat atwood ini yang pertama


menimbang semua massa yang digunakan dalam percobaan setelah itu beban massa
diikat pada ujung-ujung tali kemudian dipasangkan pada katrol dan pasang juga pada
pegasnnya kemudian menekan pegas pada pemegang beban setelah itu catat waktu
perpindahan massa dari A ke B dan B ke C dan yang terakir ulangi pengamaran
sebanyak 3 kali.

Gambar 4.1 Grafik perbandingan kecepatan dengan waktu perocobaan A

Pada percobaan A dengan jarak titik A-B tetap dan jarak titik B-C berubah.
Percepatan yang didapat yaitu 0,511 m/s2, 0,497 m/s2, 0,511 m/s2, dan 0,497 m/s2 .
28

Ketika pengait M1 dilepas maka massa beban M2 +m akan jatuh dari titik A ke titik B
karena mempunyai massa yang lebih berat. Benda M2 +m jatuh dari titik A ke titik b
akibat adanya percepatan yang dialami benda, fenomena jatuhnya benda M2 +m
termasuk ke dalam Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) karena percepatan benda
dari tidak ada menjadi ada. Ketika benda M2 +m melewati titik B maka beban
tambahan akan tetap pada titik B sedangkan beban M2 akan meluncur ke titik C
sehingga kecepatan yang didapat pada titik B-C dihasilkan oleh percepatan A-B.jarak
yang dunakan pada titik B ke titik C yaitu 14 cm, 16 cm, 18 cm, dan 20 cm. nilai
kecepatan pada titik B ke titik C yaitu 0,375 m/s , 0,367 m/s, 0,38 m/s , 0,372 m/s
dari hasil data tersebut kecepatan relatif sama, maka jarak dari titik B ke C termasuk
kedalam Gerak Lurus Beraturan (GLB) karena didalamnya tidak terjadi percepatan
lagi dan kecepatnnya bernilai tetap atau relatif sama. . Percepatan dari titik A ke B
akan sama jika jarak antara titik A ke B tetap atau tidak dirubah. Hal tersebut terbukti
dan dapat dilihat pada grafik kecepatan dengan waktu percobaan di diatas.

Gambar 4.2 Grafik perbandingan percepatan terhadap waktu Percobaan B

Pada percobaan B jarak titik A ke titik B berubah dan jarak titik B ke C tetap.
Jarak yang digunakan yaitu 14 cm, 16 cm, 18 cm, dan 20 cm. pada percobaan didapat
29

percepatan masing-masing jarak yaitu 0,431 ,m/s2, 0,464 m/s2, 0,451 m/s2, dan 0,447
m/s2. Percepatan yang didapat tidak konstan tetapi relatif sama , seharusnya semakin
besar jarak maka percepatan semakin besar pula karena percepatan berbanding lurus
dengan jarak sebagai contoh seharusnya percepatan pada jarak 20 cm lebih besar
dibandingkan jarak 18 cm tetapi nyatanya pada perhitungan pada jarak 18 cm
percepatan lebih besar. Percepatan sesuai grafik dari jarak 14 cm ke 16 cm meningkat
tetapi dari jarak 16 cm ke 18 cm dan 20 cm menurun. Jarak titik B ke titik C dibuat
tetap untuk membuktikan percepatan pada titik A ke titik B karena keduanya saling
berpengaruh percepatan pada titik A ke titik B lebih besar maka kecepatan titik B ke
titik C akan lebih besar juga. Untuk memperbesar kecepatan pada titik B ke titik C
maka yang harus dilakukan adalah memperbesar jarak titik A ke titik B.pada grafik
terlihat bahwa percepatan nilainya berubah-ubah, percepatan pada jarak 14 cm ke
jarak 16 cm meningkat atau dipercepat sedangkan pada jarak 16 cm ke 18 cm, dan 20
cm menurun atau diperlambat.

Momen inersia merupakan kelembaman suatu benda untuk berputar pada


porosnya. Pada percobaan A momen inersianya bernilai 4,65 x 10-5 sedangkan
momen inersia percobaan B sebesar 4,18 x 10-5 . katrol yang digunakan pada
percobaan pesawat atwood sama dan seharusnya momen inersianya juga sama tetapi
pada percobaan ini berbeda karena disebabkan perbedaan nilai percepatan masing-
masing pecobaan sehingga mempengaruhi perhitungan momen inersianya. Nilai
momen inersia dipengaruhi oleh massa benda, jari-jari benda, dan percepatan benda.
Jika massa dan jari-jari yang digunakan semakin besar maka momen inersianya
semakin besar karena nilainya berbanding lurus dan jika percepatan diperbesar juga
akan berpengaruh pada nilai momen inersianya.

Pada percobaan pesawat atwood ini terjadi fenomena gerak lurus beraturan
(GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). GLB terjadi pada saat beban turun
dari titik B ke Titik C karena kecepatannya tetap dan tidak adanya percepatan
30

sedangkan GLBB terjadi pada saat balok mulai turun dari titik A ke titik B karena
adanya percepatan maka kecepatannya berubah dari tidak ada menjadi ada. Pada
percobaan ini pula membuktikan penerapan hukum-hukum newton. Ketika benda M1
dan M2 digantung dan tidak dilepas dan dalam keadaan diam maka berlaku hukum
newton 1 yang dimana jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka
benda yang diam akan tetap diam, sedangkan benda yang bergerak akan terus
bergerak dengan kecepatan konstan. Pada saat beban M2 ditambahkan beban m maka
benda mengalami percepatan sehingga terjadi perubahan kecepatan Hal tersebut
sesuai dengan Hukum II Newton tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
Pada saat beban M2 sampai pada titik C, benda tersebut tidak langsung berhenti tetapi
mengalami pantulan terlebih dahulu Hal tersebut karena adanya gaya aksi dan gaya
reaksi, dimana benda M2 memberikan gaya aksi kepada titik C dan titik C
memberikan gaya reaksi kepasa benda M2 denga jumlah yang sama namun arahnya
berlawanan. Peristiwa tersebut masuk ke dalam Hukum III Newton.

Penerapan pesawat atwood dalam bidang metalurgi yaitu pada proses peleburan
logam . Dimana ember atau wadah yang berisi logam yang sudah berubah wujud
menjadi cair diikat oleh suatu rantai katrol. Dan katrol tersebut bertugas untuk
memindahkan ember atau wadah yang berisi leburan dari satu tempat ke tempat yang
lain. Ember tersebur bertindak sebagai beban m1 dan leburan bertindah sebagai m .

Faktor-faktor kesalahan pada percobaan pesawat atwood diantaranya kesalahan


perhitungan dalam menghitung besaran-besaran yang digunakan pada percobaan ini,
dibuktikan dengan waktu yang didapat berbeda-beda hal tersebut bisa mempengaruhi
nilai perhitungan pada percepatan. Akibat nilai percepatan yang berbeda juga akan
mempengaruhi nilai momen inersianya. Kurang tepatnya saat mengukur waktu yang
dubutuhkan saat melewati titik B dan saat berhenti di titik c juga akan memberikan
data yang salah ketika melakukan perhitungan nanti. Kesalahan saat menghitung
massa beban juga akan mepengaruhi hasil perhitungan nanti. Terakhir dipastikan
31

bahwa tiang dan tali sejajar supaya dapat memaksimalkan percobaan pesawat atwood
ini.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum pesawat atwood
sebagai berikut :
1. Besaran fisis inersia merupakan h besaran yang menyatakan kelembaman
suatu benda untuk berotasi.
2. Pada percobaan ini hukum newton I terjadi pada saat beban M1dan M2
digantung dalam keadaan diam. Hukum II newton terjadi pada saat M2 jatuh
dari titik A ke titik B. hukum newton III terjadi pada saat beban terjatuh
sampai di titik C dan terpantul saat jatuh.
3. Pada praktikum pesawat atwood jatuhnya benda dari A-B dikarenakan adanya
percepatan dan percepatan tersebut menghasilkan kecepatan untuk jatuh
benda dari B-C.
4. Hukum newton berlaku pada pesawat atwood ini.
5. Momen inersia pada percobaan A adalah 4.56 x 10-5 kgm2 pada percobaan B
adalah 4,18 X 10-5 kgm2.
5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum pesawat atwood selanjutnya sebagai berikut :

1. Jika semester depan praktikum masih dilakukan secara online, mungkin


praktikum bisa dilakukan secara langsung oleh asisten dan ditampilkan
melalui zoom.
2. Menggunakan alat ukur waktu otomatis agar pengukuran akurat.
3. Menggunakan pesawat atwood dengan sensor LDR (Light Dependent
33

Resistor) agar data yang diperoleh lebih akurat dan mengurangi


kesalahan hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Arsy, widya, Laporan fisdas pesawat atwood. Slideshare.net. Diakses


pada 8 April 2021 melalui
https://www.slideshare.net/WidyaFitriyani2/laporan-fisdas-pesawat-
atwood

[2] Syahputra, Okta, Laporan Praktikum Fisika Dasar-Pesawat Atwood.


Academi.edu. Diakses pada 8 April 2021 melalui
https://www.academia.edu/12984284/Laporan_Praktikum_Fisika_Dasar_
Pesawat_Atwood

[3] Rachmadhini, Indah, laporan praktikum pesawat atwood. Academi.edu.


Diakses pada 8 April 2021 melalui
https://www.academia.edu/9932920/laporan_praktikum_pesawat_atwood

[4] A. Saripudin, D. R. K dan A. Suganda, Praktis Belajar Fisika Untuk


Kelas X, Jakarta: Visindo Media Persada, 2009.

[5] J. Sumarno, FISIKA Untuk SMA/MA Kelas 10, Jakarta: CV Teguh


Karya, 2009.
35

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN

Percobaan A

• Jarak A-B

t +t2 +t3 0,75+0,74+0,74


t̅1 = 1 = = 0,743 s
3 3

t +t +t 0,76+0,76+0,74
t̅2 = 1 32 3 = = 0,753 s
3

t +t +t 0,74+0,74+0,74
t̅3 = 1 32 3 = = 0,74 s
3

t +t2 +t3 0,74+0,76+0,74


t̅ 4 = 1 = = 0,745 s
3 3

Jarak A-B = 14 cm = 0,14 m

a. Percepatan

2XAB
a= 2
t̅1

• Saat t= 0,743 s

2XAB 2(0,14)
a1 = 2 = (0,743)2 = 0,511 m/s 2
t̅1

• Saat t = 0,753 s

2(0.14)
a2 = = 0.497 m/s 2
(0.753)2
36

• Saat t = 0,74 s

2(0.14)
a3 = (0.74)2 = 0.511 m/s2

• Saat t = 0,745 s

2(0.14)
a4 = = 0.497m/s 2
(0.745)2

Percepatan Rata-rata

∑ ai (0.511 + 0.497 + 0.511 + 0.497)


a̅ = = = 0.504 m/s2
n 4

• Jarak B-C

t +t2 +t3 0,38+0,37+0,37


t̅1 = 1 = = 0,373 s
3 3

t +t2 +t3 0,45+0,42+0,43


t̅ 2 = 1 = = 0,433 s
3 3

t +t2 +t3 0,48+0,46+0,48


t̅ 3 = 1 = = 0,473 s
3 3

t +t2 +t3 0,54+0,52+0,55


t̅ 4 = 1 = = 0,537 s
3 3

XBC
v=
t

• Saat jarak = 14 cm = 0,14 m


37

0.14
v= = 0.375 m/s
0.373

• Saat jarak = 16 cm = 0,16 m

0.16
v= = 0.367 m/s
0.433

• Saat jarak = 18 cm =0,18 m

0.18
v= = 0.38 m/s
0.473

• Saat jarak = 20 cm =0,20 m

0.20
v= = 0.372 m/s
0.537

Kecepatan rata-rata

∑ vi (0.375 + 0.367 + 0.38 + 0.372)


v̅ = = = 0.3735 m/s
n 4

Momen Inersia

mgr 2 − ar 2 (M1 + M2 + m)
I=
a
m = 10,2 gr = 0,010,2 gr

m total = 100,3+100,5+ 10,2 = 211 gr = 0,211 kg

r = 6 cm = 0,06 m
38

0,0102(9,8)(0,06)2 − 0.504(0,06)2 (0,211)


I=
0,504

= 4.56 x 10-5 kgm2

PERCOBAAN B

c) M2 + m = 110,7

Jarak A-B

t +t2 +t3 0,82+0,79+0,81


t̅1 = 1 = = 0,806 s
3 3

t +t +t 0,83+0,84+0,83
t̅2 = 1 32 3 = = 0,833 s
3

t +t +t 0,89+0,91+0,88
t̅3 = 1 32 3 = = 0,893 s
3

t +t2 +t3 0,96+0,93+0,95


t̅ 4 = 1 = = 0,946 s
3 3

Percepatan

2XAB
a=
t2

• Saat jarak = 14 cm = 0,14 m

2(0.14)
a1 = = 0.431 m/s 2
(0.806)2

• Saat jarak = 16 cm= 0,16 m


39

2(0.16)
a2 = = 0.464 m/s 2
(0.833)2

• Saat jarak = 18 cm = 0,18 m

2(0.18)
a3 = = 0.451 m/s 2
(0.893)2

• Saat Jarak 20 cm = 0,2 m

2(0.20)
a4 = = 0.447 m/s 2
(0.945)2

Percepatan rata-rata

∑ a (0.431 + 0.464 + 0.451 + 0.447)


a̅ = = = 0.448 m/s2
n 4

Jarak B-C

t +t2 +t3 0,35+0,36+0,36


t̅1 = 1 = = 0,356 s
3 3

t +t +t 0,33+0,32+0,31
t̅2 = 1 32 3 = = 0,32 s
3

t +t +t 0,34+0,34+0,35
t̅3 = 1 32 3 = = 0,343 s
3

t +t2 +t3 0,34+0,35+0,34


t̅ 4 = 1 = = 0,343 s
3 3

Kecepatan

XAB
v=
t
40

• Saat t = 0,356 s

0.14
v= = 0.393m/s
0.36

• Saat t = 0,32 s

0.14
v= = 0.437 m/s
0.32

• Saat t = 0,343 s

0.14
v= = 0.408 m/s
0.343

• Saat t = 0,343 s

0.14
v= = 0.408 m/s
0.343

• Kecepatan rata-rata

∑ vi (0.393 + 0.437 + 0.408 + 0.401)


v̅ = = = 0.409 m/s
n 4

Momen Inersia

mgr 2 − ar 2 (M1 + M2 + m)
I=
a
m = 10,2 gr = 0,010,2 gr

m total = 100,3+100,5+ 10,2 = 211 gr = 0,211 kg


41

r = 6 cm = 0,06 m

0,0102(9,8)(0,06)2 − 0.448 (0,06)2 (0,211)


I=
0.448

= 4,18 X 10-5 Kgm2


42

LAMPIRAN B

JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS

B.1 Jawaban Pertanyaan

Dua buah benda yang masing-masing bermassa 4 kg dan 12 kg digantung


dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang massa dan diameternya dapat
diabaikan. Hitunglah percepatan gerak system dan tegangan yang dialami oleh
tali!
Diketahui :
M1= 4 kg
M2 = 12 kg
T1=T2=T
Ditanya :
a= ?
T= ?
Jawab :
∑𝐅 𝑇1 −𝑇2 +𝑊2 −𝑊1
a= = 𝑇1 = 𝑚1 (𝑎) + 𝑚1 (𝑔)
𝑚 𝑚1 +𝑚2
12(9,8)−4(9,8)
= = 4(4,9+9,8)
12+4

= 58,8 Newton
= 4,9 𝑚/𝑠 2

1. Ujung sebuah balok bermassa 12 kg ditarik di sebuah bidang datar kasar


dengan gaya 60 N. Berapakah gaya gesek yang bekerja pada balok tersebut
jika koefisien gesek kinetiknya 0,2 dan gaya Tarik yag bekerja pada balok
tersebut membentuk sudut 53° terhadap garis vertikal?
Dik =
m= 12 kg
43

F = 60 N
𝜇𝑘 = 0,2
𝛼 = 53𝑜
Fges= ?
Jawab :
∑𝐅𝐲 = 𝟎
N+ Fsin53-w = 0
N= w-Fsin53
4
N= 12(10)- 60(5)

N = 72 N
Fges = 𝜇𝑘 (𝑁) = 0,2(72) = 14,4 𝑁
2. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan badan
di dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan menunjukkan angka
65 kg. Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini merasa sedikit pusing dan
timbangan pun menunjukkan angka tertinggi sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula
sesaat sebelum lift behenti. Di tengah perjalanan, ternyata timbangan
menunjukkan angka konstan 72 kg. Berapakah percepatan gerak lift tersebut?
Diketahui :
W= 65(10) = 650 N
N = 72(10) = 720 N
m= 65 kg
𝑁−𝑊 720−650
a= = = 1,076 𝑚/𝑠 2
𝑚 65

Hal tersebut berhubungan dengan hukum III newton dimana ketika


benda pertama memberikan gaya kepada benda kedua, maka benda kedua
juga akan memberikan gaya kepada benda pertama dengan jumlah yang sama
namun dengan arah yang berlawanan. Berat dari mahasiswa tersebut
sebenarnya adalah 65 kg. sesaat lift bergerak ke atas, lift akan memberikan
44

gaya (aksi) kepada mahasiswa tesebut kemudian mahasiswa akan memberikan


gaya (reaksi) juga kepada lift dengan jumlah yang sama sehingga beratnya
menjadi 75 kg. Di tengah perjalanan berat mahasiswa konstan diangka 72 kg.
hal tersebut karena gaya yang diberikan lift di tengah perjalan tidak sebesar
gaya sesaat lift naik ke atas.

3. Sasuke melempar suriken dengan kecepatan awal 12 m/s dengan sudut 53°
dari sumbu x, berapa tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken
tersebut? (g= 9,8 m/s2)
Vo = 12 m/s
𝛼 = 53𝑜
𝑉𝑜 2 𝑆𝑖𝑛2𝛼 122 2 sin 53 cos 53
Xmax = = = 14.1 m
𝑔 9,8

4. Naruto sedang menaiki patung wajah hokage yang memiliki ketinggian 65 m,


dia berniat untuk mencoret-coret patung itu. Ketika dia sedang asik mencoret-
coret patung wajah hokage, dia terpeleset dan terjatuh (tanpa kecepatan awal).
Tentukan berapa lama waktu naruto terjatuh sampai ke permukaan tanah!
(g=9,8 m/s2)
h = 65 m
Vo = 0 m/s
g = 9,8 m/𝑠 2
t=?
h = 1/2gt2
2ℎ 2(65)
t = √𝑔 = √ = 3,64 s
9,8

B.2 Tugas Khusus


45

LAMPIRAN C

GAMBAR ALAT DAN BAHAN

Gambar C.1 Beban M Gambar C.2 Beban M2

Gambar C.3 Beban Tambahan Gambar C.4 Neraca

Gambar C.5 Beban M1 Gambar C.8 Pemegang Beban,

Berlubang
46

Gambar C.9 Penggaris Gambar C.10 Set Pesawat Atwood

Gambar C.11 Stopwatch Gambar C.1 Tali Penggantung


47

LAMPIRAN D

BLANKO PERCOBAAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABOLATORIUM FISIKA TERAPAN

Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502Website:


http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id

BLANGKO PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD

DATA PRAKTIKAN
NAMA MUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
NIM/GRUP 3334200010/C3
JURUSAN TEKNIK METALURGI
REKAN 'Afif Rizky Tri Nugroho/3334200033

Miftahul Jannah Ardani/3334200064

Rafi Nurdwi Raharjo/3334200081


TGL 2 APRIL 2021
PEROBAAN

Massa Peinmbangan 1 Penimbangan 3 Rata-rata


M1(g) 100,3 100,3 100,3
M2(g) 100,5 100,5 100,5
m(g) 10,2 10,2 10,2

PERCOBAAN A

a) M2 + m = 100,5 + 10,2 = 110,7 g


Tabel 4.2 Percobaan A
48

AB (cm) 14 14 14 14
t1 (detik) 0,75 0,74 0,74 0,76 0,76 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 0,76 0,74

(detik) 0,743 0,753 0,74 0,745

a (m/s2) 0,511 0,497 0,511 0,497

BC (cm) 14 16 18 20
t2 (detik) 0,38 0,37 0,37 0,45 0,42 0,43 0,48 0,46 0,48 0,54 0,52 0,55

(detik) 0,373 0,433 0,473 0,537

v (m/s) 0,375 0,367 0,38 0,372

I (kgm2) -4.56 x 10-5

PERCOBAAN B

a) M2 + m = 110,7 g

AB (cm) 14 16 18 20
t1 (detik) 0,82 0,79 0,81 0,83 0,84 0,83 0,89 0,91 0,88 0,96 0,93 0,95

(detik) 0,806 0,833 0,893 0,945

a (m/s2) 0,431 0,464 0,451 0,447


BC (cm) 14 14 14 14
t2 (detik) 0,35 0,36 0,36 0,33 0,32 0,31 0,34 0,34 0,35 0,34 0,35 0,34

(detik) 0,356 0,32 0,343 0,343

v (m/s) 0,393 0,437 0,408 0,408


I (kgm2) 4,18 X 10-5

Grafik Kecepatan Percobaan A (𝒗𝑨) terhadap Waktu (𝒕̅𝟐)


49

Grafik Percepatan Percobaan B (𝒂𝑩) terhadap Waktu (𝒕̅𝟏)

Anda mungkin juga menyukai