Tanggal Revisi
Tanggal Terima
PESAWAT ATWOOD
Disusun Oleh:
NIM : 3334200010
Grup : C3
CILEGON – BANTEN
2020
Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712 Fax. (0254)
395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Gerak…………………………………………………………………3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN.................................45
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
Tabel 4.14 Tabel Ralat Langsung t2 ke 4…………………………………..20
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun batasan masalah dalam praktikum ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebasanya yaitu massa benda dan waktu sedangkan
kecepatan dan percepatan merupakan variabel terikat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerak
Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya
dapat dikatakan sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih cepat. Gerak
dibagi atas 2 yaitu gerak linaer dan gerak rotasi, gerak adalah gerak yang dilakukan
secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan gerak rotasi adalah gerak yang
bergerak secara mengelending.
disebutkan tadi bahwa orang yang sangat berjasa dalam kajian Fisika tentang
dinamika adalah Sir Isaac Newton.
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan
pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad.
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel, dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang. Hukum Newton dibagi
atas Hukum Newton 1, Hukum Newton 2 dan Hukum Newton 3. Ketiga Hukum
Newton diatas dijelaskan dibawah ini.
1. Hukum Newton 1
Menyatakan bahwa, “Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem
sama dengan dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang”
∑F = 0………………………………………(5)
Keterangan:
2. Hukum Newton 2
Menyatakan bahwa, “Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu
benda dengan massa ‘m’ tidak sama dengan nol, maka benda tersebut
mengalami percepatan kearah yang sama dengan gaya”. Percepatan a
berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa
benda.
F = m.a............................................................(6)
Keterangan:
F = Gaya
a = Percepatan
m = massa benda
a. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda.
Setiap Gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan gaya lain
yangsama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arahnya. Gaya
reaksi ini dilakukan benda pertama pada benda yang menyebabkan gaya.
Hukum ini dikenal dengan Hukum Aksi Reaksi. Hukum ini dirumuskan
sebagai berikut.
Faksi = - Freaksi…………………………….(7)
7
Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada
gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan
gerak linier. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia I yang ekivalen dengan
besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros
tertentu harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga tersebut
adalah harga yang tetap).
I~m
I ~ r2
𝑚𝑔
𝑎= 𝑖 ………………………………………(8)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟
8
Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka terjadi gerak
dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B, benda m akan tertinggal
dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik Cdengan kecepatan konstan. Karena
M1 = M2, maka M2+m berada di titik A. Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m
akan turun dari titik A ke C melewati titik B dengan gerak dipercepat.
Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini
berlaku persamaan- persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan
gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis momen momen inersia (I) yang ekivalen
dengan besaran fisi massa (m) pada gerak linier. Momen inersia suatu benda terhadap
poros tertentu nilainya sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan
massa mbenda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dari ukuran atau jarak benda
pangkat dua terhadap poros.Untuk katrol dengan beban maka persamaan yang
berlaku adalah sebagai berikut:
9
(𝑚+𝑚1 )+𝑚2
𝑎= 𝐼 ……………………………………(9)
𝑚+𝑚1 +𝑚2 + 2
𝑟
Keterangan :
a = percepatan gerak
m = massa beban
r = jari-jari katrol
g = percepatan gravitasi
Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur, memiliki nilai yang
dapat dinyatakan dengan angka-angka, serta mempunyai satuan tertentu. Sedangkan
yang dimaksud sebagai satuan adalah pernyataan yang menjelaskan arti dari suatu
besaran, atau sesuatu yang dijadikan pembanding dalam pengukuran yang menjadi
acuan. Besaran Terdiri atas 2 macam yaitu :
1. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu (kesepakatan para fisikawan dahulu). Terdapat tujuh besaran
pokok dalam fisika.
3 Waktu (t) T
4 Temperatur (T) Ө
5 Kuat Arus (I) I
6 Intensitas (In) J
7 Jumlah Zat (n) N
2. Besaran Turunan
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran-
besaran pokok penyusunnya. Besaran turunan jumlahnya sangat banyak,
berikut beberapa contohnya.
Ini berarti:
jenis diturunkan dari besaran massa dan panjang, yaitu massa dibagi
dengan panjang pangkat tiga (volume)
METODE PERCOBAAN
Mulai
Data
Pengamatan
Litelatur
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
14
9 Stopwatch 1 buah
BAB IV
Adapu n hasil percobaan pada praktikum pesawat atwood dapat dilihat pada Tabel
4.1
PERCOBAAN A
AB (cm) 14 14 14 14
t1 (detik) 0,75 0,74 0,74 0,76 0,76 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 0,76 0,74
BC (cm) 14 16 18 20
t2 (detik) 0,38 0,37 0,37 0,45 0,42 0,43 0,48 0,46 0,48 0,54 0,52 0,55
PERCOBAAN B
b) M2 + m = 110,7 g
Tabel 4.3 Percobaan B
AB (cm) 14 16 18 20
t1 (detik) 0,82 0,79 0,81 0,83 0,84 0,83 0,89 0,91 0,88 0,96 0,93 0,95
N Ma ̅a
𝑴 |𝝏M| |𝝏M|2 𝜶 SM SR ̅ a ± SM
𝑴
1 100,3 0 0
0 0 0% 100,3 ± 0
2 100,3 100,3 0 0
3 100,3 0 0
18
∑ 300,9
N Ma ̅a
𝑴 |𝝏M| |𝝏M|2 𝜶 SM SR ̅ a ± SM
𝑴
1 100,5 0 0
0 0 0% 100,5 ± 0
2 100,5 100,5 0 0
3 100,5 0 0
∑ 301,5
N ma ̅a
𝒎 |𝝏m| |𝝏m|2 𝜶 Sm SR ̅ a ± Sm
𝒎
1 10,2 0 0
0 0 0% 10,2 ± 0
2 10,2 10,2 0 0
3 10,2 0 0
∑ 30,6
3 0,74 0 0
∑ 2,23 0,01 0,0001
3 0,37 0 0
∑ 1,12 0,01 0,0001
20
3 0,43 0 0
∑ 1,3 0,03 0,0005
3 0,81 0 0
∑ 2,42 0,03 0,0005
3 0,83 0 0
∑ 2,5 0,01 0,0001
3 0,95 0 0
∑ 2,84 0,03 0,0005
2 0,36 0 0 0,007
3 0,36 0 0
∑ 1,06 0,01 0,0001
3 0,34 0 0
∑ 1,03 0,01 0.0001
Percepatan percobaan A
1. 𝑡̅1=0,743 s
2XA −B 2(0,14)
a= = (0,743)2 = 0,5 m/s 2
t̅12
𝐚 𝟐 𝟐
= t̅2 = 𝟕𝟒𝟑𝟐 = 𝟑, 𝟔 𝐦/𝐬𝟐
𝐗𝐀−𝐁 1
= t̅2 = 2XA −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
1
2. 𝑡̅1 = 0,753 s
2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,49 m/s2
t̅12 0,7632
𝟐 𝟐
= t̅2 = (𝟎,𝟕𝟓𝟑)𝟐 = 3,5 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 1
= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21
3. 𝑡̅1 = 0,74 s
24
2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,51 m/s2
t̅12 0,742
𝐚 𝟐 𝟐
= t̅2 = (𝟎,𝟕𝟒)𝟐 = 3,65 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 1
= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21
a ± Sa = 0,49 ± 0 m/s2
4. 𝑡̅1 = 0,746 s
2XA −B 2(0,14)
a= = = 0,5 m/s2
t̅12 0,7462
𝐚 𝟐 𝟐
= = (𝟎,𝟕𝟒𝟔)𝟐 = 3,6 m/s2
𝐗𝐀−𝐁 t̅21
= 2X A −B = 2.0,14 = 0,24 m/s2
t̅21
Percepatan percobaan B
1. 𝑡̅2=0,373 s
XB−c 0,14
V= = 0,373 = 0,375 m/s
t̅2
v 1 1
= t̅2 = 0,373 = 2,7 m/s
XB−C
25
v
= XB −C = 0,14 m/s
t̅2
2. 𝑡̅2=0,433 s
XB−c 0,16
V= = 0,433 = 0,369 m/s
t̅2
v 1 1
= t̅2 = 0,433 = 2,3 m/s
XB−C
v
= XB −C = 0,16 m/s
t̅2
m
Sv = √(2,7 x 0)2 + (0,14 x 33,5 x10−6 )2 = 3,7x10−5 s
𝐦𝐠𝐫 𝟐 − 𝐚𝐫 𝟐 (𝐌𝟏 + 𝐌𝟐 + 𝐦)
𝐈=
𝐚
I
= M1 + M2
m
= 0,1003 + 0,1005
= 0,2007 kgm2
I
= M2 + m
m1
= 0,1005 + 0,0102
= 0,1107 kg
I
= M1 + m
m
= 0,1003 + 0,0102
= 0,1105 kg
I 2 I 2 I 2
SI = √(m x Sm) + (M x SM1 ) + (M x SM2 )
2 2
4.2 Pembahasan
Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang lebih berat
diletakkan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat
akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena adanya tali
dan katrol. Dalam percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB)
dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan
gerakan garis lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak yang ditempuh dalam
27
gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Sedangkan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah gerakan lurus ke arah horizontal dengan kecepatan yang
berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap. Tidak hanya gerakan garis lurus dan
gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip kerja katrol juga diterapkan.
Momen inersia sebuah katrol adalah ukuran dari inersia sebuah katrol untuk memutar
atau mengubah keadaan rotasinya ketika ada momen kekuatan yang dihasilkan
bekerja padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan dengan menggunakan
pendekatan konseptual atau melalui eksperimen dan pendekatan matematika.
Pada percobaan A dengan jarak titik A-B tetap dan jarak titik B-C berubah.
Percepatan yang didapat yaitu 0,511 m/s2, 0,497 m/s2, 0,511 m/s2, dan 0,497 m/s2 .
28
Ketika pengait M1 dilepas maka massa beban M2 +m akan jatuh dari titik A ke titik B
karena mempunyai massa yang lebih berat. Benda M2 +m jatuh dari titik A ke titik b
akibat adanya percepatan yang dialami benda, fenomena jatuhnya benda M2 +m
termasuk ke dalam Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) karena percepatan benda
dari tidak ada menjadi ada. Ketika benda M2 +m melewati titik B maka beban
tambahan akan tetap pada titik B sedangkan beban M2 akan meluncur ke titik C
sehingga kecepatan yang didapat pada titik B-C dihasilkan oleh percepatan A-B.jarak
yang dunakan pada titik B ke titik C yaitu 14 cm, 16 cm, 18 cm, dan 20 cm. nilai
kecepatan pada titik B ke titik C yaitu 0,375 m/s , 0,367 m/s, 0,38 m/s , 0,372 m/s
dari hasil data tersebut kecepatan relatif sama, maka jarak dari titik B ke C termasuk
kedalam Gerak Lurus Beraturan (GLB) karena didalamnya tidak terjadi percepatan
lagi dan kecepatnnya bernilai tetap atau relatif sama. . Percepatan dari titik A ke B
akan sama jika jarak antara titik A ke B tetap atau tidak dirubah. Hal tersebut terbukti
dan dapat dilihat pada grafik kecepatan dengan waktu percobaan di diatas.
Pada percobaan B jarak titik A ke titik B berubah dan jarak titik B ke C tetap.
Jarak yang digunakan yaitu 14 cm, 16 cm, 18 cm, dan 20 cm. pada percobaan didapat
29
percepatan masing-masing jarak yaitu 0,431 ,m/s2, 0,464 m/s2, 0,451 m/s2, dan 0,447
m/s2. Percepatan yang didapat tidak konstan tetapi relatif sama , seharusnya semakin
besar jarak maka percepatan semakin besar pula karena percepatan berbanding lurus
dengan jarak sebagai contoh seharusnya percepatan pada jarak 20 cm lebih besar
dibandingkan jarak 18 cm tetapi nyatanya pada perhitungan pada jarak 18 cm
percepatan lebih besar. Percepatan sesuai grafik dari jarak 14 cm ke 16 cm meningkat
tetapi dari jarak 16 cm ke 18 cm dan 20 cm menurun. Jarak titik B ke titik C dibuat
tetap untuk membuktikan percepatan pada titik A ke titik B karena keduanya saling
berpengaruh percepatan pada titik A ke titik B lebih besar maka kecepatan titik B ke
titik C akan lebih besar juga. Untuk memperbesar kecepatan pada titik B ke titik C
maka yang harus dilakukan adalah memperbesar jarak titik A ke titik B.pada grafik
terlihat bahwa percepatan nilainya berubah-ubah, percepatan pada jarak 14 cm ke
jarak 16 cm meningkat atau dipercepat sedangkan pada jarak 16 cm ke 18 cm, dan 20
cm menurun atau diperlambat.
Pada percobaan pesawat atwood ini terjadi fenomena gerak lurus beraturan
(GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). GLB terjadi pada saat beban turun
dari titik B ke Titik C karena kecepatannya tetap dan tidak adanya percepatan
30
sedangkan GLBB terjadi pada saat balok mulai turun dari titik A ke titik B karena
adanya percepatan maka kecepatannya berubah dari tidak ada menjadi ada. Pada
percobaan ini pula membuktikan penerapan hukum-hukum newton. Ketika benda M1
dan M2 digantung dan tidak dilepas dan dalam keadaan diam maka berlaku hukum
newton 1 yang dimana jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka
benda yang diam akan tetap diam, sedangkan benda yang bergerak akan terus
bergerak dengan kecepatan konstan. Pada saat beban M2 ditambahkan beban m maka
benda mengalami percepatan sehingga terjadi perubahan kecepatan Hal tersebut
sesuai dengan Hukum II Newton tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
Pada saat beban M2 sampai pada titik C, benda tersebut tidak langsung berhenti tetapi
mengalami pantulan terlebih dahulu Hal tersebut karena adanya gaya aksi dan gaya
reaksi, dimana benda M2 memberikan gaya aksi kepada titik C dan titik C
memberikan gaya reaksi kepasa benda M2 denga jumlah yang sama namun arahnya
berlawanan. Peristiwa tersebut masuk ke dalam Hukum III Newton.
Penerapan pesawat atwood dalam bidang metalurgi yaitu pada proses peleburan
logam . Dimana ember atau wadah yang berisi logam yang sudah berubah wujud
menjadi cair diikat oleh suatu rantai katrol. Dan katrol tersebut bertugas untuk
memindahkan ember atau wadah yang berisi leburan dari satu tempat ke tempat yang
lain. Ember tersebur bertindak sebagai beban m1 dan leburan bertindah sebagai m .
bahwa tiang dan tali sejajar supaya dapat memaksimalkan percobaan pesawat atwood
ini.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum pesawat atwood
sebagai berikut :
1. Besaran fisis inersia merupakan h besaran yang menyatakan kelembaman
suatu benda untuk berotasi.
2. Pada percobaan ini hukum newton I terjadi pada saat beban M1dan M2
digantung dalam keadaan diam. Hukum II newton terjadi pada saat M2 jatuh
dari titik A ke titik B. hukum newton III terjadi pada saat beban terjatuh
sampai di titik C dan terpantul saat jatuh.
3. Pada praktikum pesawat atwood jatuhnya benda dari A-B dikarenakan adanya
percepatan dan percepatan tersebut menghasilkan kecepatan untuk jatuh
benda dari B-C.
4. Hukum newton berlaku pada pesawat atwood ini.
5. Momen inersia pada percobaan A adalah 4.56 x 10-5 kgm2 pada percobaan B
adalah 4,18 X 10-5 kgm2.
5.2 Saran
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Percobaan A
• Jarak A-B
t +t +t 0,76+0,76+0,74
t̅2 = 1 32 3 = = 0,753 s
3
t +t +t 0,74+0,74+0,74
t̅3 = 1 32 3 = = 0,74 s
3
a. Percepatan
2XAB
a= 2
t̅1
• Saat t= 0,743 s
2XAB 2(0,14)
a1 = 2 = (0,743)2 = 0,511 m/s 2
t̅1
• Saat t = 0,753 s
2(0.14)
a2 = = 0.497 m/s 2
(0.753)2
36
• Saat t = 0,74 s
2(0.14)
a3 = (0.74)2 = 0.511 m/s2
• Saat t = 0,745 s
2(0.14)
a4 = = 0.497m/s 2
(0.745)2
Percepatan Rata-rata
• Jarak B-C
XBC
v=
t
0.14
v= = 0.375 m/s
0.373
0.16
v= = 0.367 m/s
0.433
0.18
v= = 0.38 m/s
0.473
0.20
v= = 0.372 m/s
0.537
Kecepatan rata-rata
Momen Inersia
mgr 2 − ar 2 (M1 + M2 + m)
I=
a
m = 10,2 gr = 0,010,2 gr
r = 6 cm = 0,06 m
38
PERCOBAAN B
c) M2 + m = 110,7
Jarak A-B
t +t +t 0,83+0,84+0,83
t̅2 = 1 32 3 = = 0,833 s
3
t +t +t 0,89+0,91+0,88
t̅3 = 1 32 3 = = 0,893 s
3
Percepatan
2XAB
a=
t2
2(0.14)
a1 = = 0.431 m/s 2
(0.806)2
2(0.16)
a2 = = 0.464 m/s 2
(0.833)2
2(0.18)
a3 = = 0.451 m/s 2
(0.893)2
2(0.20)
a4 = = 0.447 m/s 2
(0.945)2
Percepatan rata-rata
Jarak B-C
t +t +t 0,33+0,32+0,31
t̅2 = 1 32 3 = = 0,32 s
3
t +t +t 0,34+0,34+0,35
t̅3 = 1 32 3 = = 0,343 s
3
Kecepatan
XAB
v=
t
40
• Saat t = 0,356 s
0.14
v= = 0.393m/s
0.36
• Saat t = 0,32 s
0.14
v= = 0.437 m/s
0.32
• Saat t = 0,343 s
0.14
v= = 0.408 m/s
0.343
• Saat t = 0,343 s
0.14
v= = 0.408 m/s
0.343
• Kecepatan rata-rata
Momen Inersia
mgr 2 − ar 2 (M1 + M2 + m)
I=
a
m = 10,2 gr = 0,010,2 gr
r = 6 cm = 0,06 m
LAMPIRAN B
= 58,8 Newton
= 4,9 𝑚/𝑠 2
F = 60 N
𝜇𝑘 = 0,2
𝛼 = 53𝑜
Fges= ?
Jawab :
∑𝐅𝐲 = 𝟎
N+ Fsin53-w = 0
N= w-Fsin53
4
N= 12(10)- 60(5)
N = 72 N
Fges = 𝜇𝑘 (𝑁) = 0,2(72) = 14,4 𝑁
2. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan badan
di dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan menunjukkan angka
65 kg. Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini merasa sedikit pusing dan
timbangan pun menunjukkan angka tertinggi sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula
sesaat sebelum lift behenti. Di tengah perjalanan, ternyata timbangan
menunjukkan angka konstan 72 kg. Berapakah percepatan gerak lift tersebut?
Diketahui :
W= 65(10) = 650 N
N = 72(10) = 720 N
m= 65 kg
𝑁−𝑊 720−650
a= = = 1,076 𝑚/𝑠 2
𝑚 65
3. Sasuke melempar suriken dengan kecepatan awal 12 m/s dengan sudut 53°
dari sumbu x, berapa tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken
tersebut? (g= 9,8 m/s2)
Vo = 12 m/s
𝛼 = 53𝑜
𝑉𝑜 2 𝑆𝑖𝑛2𝛼 122 2 sin 53 cos 53
Xmax = = = 14.1 m
𝑔 9,8
LAMPIRAN C
Berlubang
46
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN
DATA PRAKTIKAN
NAMA MUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
NIM/GRUP 3334200010/C3
JURUSAN TEKNIK METALURGI
REKAN 'Afif Rizky Tri Nugroho/3334200033
PERCOBAAN A
AB (cm) 14 14 14 14
t1 (detik) 0,75 0,74 0,74 0,76 0,76 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 0,76 0,74
BC (cm) 14 16 18 20
t2 (detik) 0,38 0,37 0,37 0,45 0,42 0,43 0,48 0,46 0,48 0,54 0,52 0,55
PERCOBAAN B
a) M2 + m = 110,7 g
AB (cm) 14 16 18 20
t1 (detik) 0,82 0,79 0,81 0,83 0,84 0,83 0,89 0,91 0,88 0,96 0,93 0,95