Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS DAYA MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK

HIDROLIK PADA MESIN UJI UNIVERSAL KAPASITAS 2


TON

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
SUSANTO
1740303024

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
ANALISIS DAYA MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK
HIDROLIK PADA MESIN UJI UNIVERSAL KAPASITAS 2
TON

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
SUSANTO
1740303024

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang teknik mesin, pengujian material sangat diperlukan untuk


mengetahui karakteristik dari suatu material. Pengujian material terbagi menjadi
dua yakni pengujian merusak dan pengujian tak merusak. Pengujian merusak atau
pengujian destructive merupakan pengujian yang dilakukan terhadap suatu
material dengan memberikan gaya tertentu pada material uji yang ukurannya telah
ditentukan sesuai standar pengujian tersebut. Macam-macam pengujian
destructive antara lain uji tarik, uji tekan dan uji tekuk. Sedangkan pengujian tak
merusak atau non destructive test (NDT) adalah proses pengujian suatu material
untuk mengetahui cacat, retak, atau diskontiniunitas lain pada material tanpa
merusak material uji. Macam-macam pengujian non destructive test antara lain uji
peneteran dan uji kebocoran.
Dalam pengujian merusak, dibutuhkan mesin universal test sebagai alat uji
material. Mesin universal test pada dasarnya berfungsi untuk menekan, menarik,
dan menekuk suatu material uji dengan menggunakan sistem penggerak hidrolik
yang dihubungkan pada motor listrik yang mana bertindak sebagai penggerak
hidrolik. Motor listrik merupakan sebuah alat konversi energi yang berfungsi
untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik tersebut
ditransmisikan ke sistem hidrolik yang mana akan melakukan proses pengujian
material pada mesin uji universal.
Energi yang dibutuhkan oleh motor listrik untuk menggerakkan sistem
hidrolik pada mesin uji universal perlu dianalisis terlebih dahulu. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Daya Motor Listrik Sebagai
Penggerak Hidrolik Pada Mesin Uji Universal Kapasitas 2 Ton.
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem
hidrolik pada mesin uji universal ?
2. Berapa efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik ?
3. Bagaimana karakteristik daya pada saat mesin uji universal dioprasikan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah disusun maka tujuan dari penyusunan


penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem
hidrolik pada mesin uji universal
2. Menganalisis efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik pada
mesin uji universal
3. Menganalisis karakteristik daya pada saat mesin uji universal dioperasikan

1.4 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, maka


dalam tugas akhir ini perlu adanya batasan-batasan masalah yang akan diuraikan,
antara lain:
1. Mesin uji universal kapasitas 2 ton
2. Daya motor listrik
3. Efisiensi daya motor listrik
4. Karakteristik daya motor listrik

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan


sistem hidrolik mesin uji universal sebagai berikut :
1. Sebagai penelitian awal dalam merancang mesin uji universal kapasitas 2 ton
2. Sebagai data acuan dalam perancangan kebutuhan daya motor listrik pada
mesin uji universal kapasitas 2 ton
3. Menambah literasi mengenai analisis daya motor listrik sebagai penggerak
sistem hidrolik pada mesin uji universal kapasitas 2 ton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGUJIAN MATERIAL


Pengujian material merupakan salah satu cara mengetahui kualitas material
pengujian disini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material untuk memperoleh
bahan yang memiliki sifat mekanik yang sesuai dengan keinginan maka perlu
dilakukan seperti pengujian tarik, tekan dan tekuk yang dimana sebagai berikut:

2.1.1 Pengujian Tarik


Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Satria
Yudha Setiawan,dkk 2019). Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang
paling mendasar. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2.1 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar


Sumber: Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Tekan Pada
Proses Ekstrusi Di Mesin Printer 3d
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan
pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM (American
Standard Testing and Material).
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break).
Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face.

Gambar 2.2 Standar ukuran ASTM D638 type 1


Sumber: Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Tekan Pada
Proses Ekstrusi Di Mesin Printer 3d

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan
yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan.
dengan standar baku pengujian. Kurva tegangan-tegangan teknik dibuat
dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 2.3 Contoh kurva uji tarik


Sumber: Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Tekan Pada
Proses Ekstrusi Di Mesin Printer 3d

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata


dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji dengan

persamaan Dituliskan seperti dalam persamaan:

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik


adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal.

Dituliskan seperti dalam persamaan:

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam


tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan,
temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-
parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan
dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus
terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan
yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah
elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh,
benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat
permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastik. Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui
nilai modulus elastisitas. Persamaannya:

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan


untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan
teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara local. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik

2.1.2 Pengujian Tekan


Pada umumnya kekuatan tekan lebih tinggi dari kekuatan tarik. Tetapi
kalau suatu komponen hanya menerima beban tekan saja dan dirancang
berdasarkan kekuatan tarik saja, kadang-kadang perhitungan menghasilkan

dimensi yang berlebihan. Jadi dalam hal tersebut pengujian tekan masih
diperlukan. Apabila ada eksentrisitas, ia akan bertambah besar ketika deformasi
berlangsung, maka perlu suatu cara agar tidak terjadi eksentrisitas.
Jadi hanya bekerja gaya aksial saja.menyatakan cara pengujian tekan 1 angka
disarankan oleh ASTM. Selanjutnya tegangan yang tepat sukar karena batang uji
berdeformasi menjadi bentuk tong disebabkan adanya gesekan antara landasan
dan batang uji atau terjadi tekukan (buckling), karena itu beberapa percobaan
dibuat seperti ditunjukkan dalam baru-baru ini diketemukan bahan yang
baik terbuat dari keramik sebagai landasan dari silika, yang memberikan
pengaruh.( Yudha Setiawan,dkk 2019).

Gambar 2.4 pengujian tekan dan pelat tekan Disarankan ASTM konis sudut
gesekan Sumber: Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Tekan Pada Proses Ekstrusi Di Mesin Printer 3d

Pengujian tekan adalah salah satu pengujian mekanik dan tergolong pada
jenis pengujian yang merusak dimana gaya luar yang diberikan atau penekanan
segaris dengan sumbu spesimen. Pengujian tekan ini bertujuan untuk mencari sifat
mekanik dan beban tekan maksimum yang dapat diterima benda atau spesimen
uji.

1. Fenomena Pada Uji Tekan


Barreling adalah salah satu fenomena yang terjadi pada uji tekan dimana terjadi
perubahan bentuk dimensi karena gesekan antara penekanan dan benda kerja.
Gesekan antara spesimen dan yang menghambat permukaan atas dan bawah 12
spesimen bereaksi secara bebas, ini bisa menyebabkan timbulnya fenomena
Barelling. Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya
tergantung dari diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan
diameter spesimen adalah “d”, dan tinggi spesimen adalah “h”, maka untuk
perbandingan h:d lebih kecil dari 3:2, maka fenomena yang terjadi adalah
Barelling.Adapun contoh gambar dari fenomena barreling ini dapat kita lihat
sebagai berikut :
Gambar 2.5 (a)spesimen sebelum diuji dan (b)spesimen setelah diuji
Sumber: Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Tekan Pada
Proses Ekstrusi Di Mesin Printer 3d

2. Buckling Adalah terjadinya pembengkokan pada material setelah


diberikan beban tekan. Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan pada
prinsipnya tergantung dari diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan
pengujian. Misalkan diameter spesimen adalah “d”, dan tinggi spesimen adalah
“h”, maka untuk perbandingan h:d lebih besar dari 3:2, maka fenomena yang
terjadi adalah Buckling. Adapun contoh gambar dari fenomena buckling ini dapat
kita lihat sebagai berikut :

Gambar 2.6 (a) spesimen sebelum diuji (b) spesimen setelah diuji
Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Tekan Pada Proses
Ekstrusi Di Mesin Printer
1. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah tahanan material terhadap gaya atau beban, tegangan diukur
dalam bentuk gaya per luas. Tegangan normal adalah tegangan yang tegak lurus
terhadap permukaan dimana tegangan tersebut diterapkan. Tegangan normal
berupa tarikan atau tekanan. Satuan aluminium (Al) untuk tegangan normal adalah
Newton permeter kuadrat (N/m 2 ) atau pascal (Pa). Tegangan dihasilkan dari
gaya seperti: tarikan, tekanan atau geseran yang menarik, mendorong, melintir,
memotong atau mengubah bentuk potongan bahan dengan berbagai cara.Cara lain
untuk mendefinisikan tegangan adalah dengan menyatakan bahwa tegangan
adalah jumlah gaya dibagi luas permukaan dimana gaya tersebut bereaksi
(Wu Z.Y. (2016).
Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu tarikan (tensile) dan
dianggap negatif jika menimbulkan penekanan (compression) dengan persamaan
berikut:

2. Regangan (Strain)
Regangan didefenisikan sebagai perubahan ukuran bentuk material dari
panjang awal sebagai hasil dari gaya yang yang menarik atau menekan pada
material. Apabila suatu spesimen struktur material diikat pada jepitan mesin
penguji dan beban serta penambahan panjang spesifikasi diamati serempak, maka
dapat digambarkan pengamatan grafik dimana ordinat menyatakan beban dan 14
absis menyatakan pertambahan panjang. Batasan sifat elastis perbandingan
regangan dan tegangan akan linier akan berakhir sampai pada titik
mulur.hubungan tegangan dan regangan tidak lagi linier pada saat material
mencapai pada batasan fase sifat plastis. Menurut Marciniak dkk (2002), regangan
dibedakan menjadi dua yaitu: enginerring strain dan true strain. enginerring strain
adalah regangan yang dihitung menurut dimensi benda aslinya (panjang awal).
Sehingga untuk mengetahui besarnya regangan yang terjadi adalah dengan
membagi perpanjangan dengan panjang semula.
2.1.3 Pengujian Bending
Untuk mengetahui kekuatan bending suatu material dapat dilakukan
dengan pengujian bending terhadap material komposit tersebut. Kekuatan bending
atau kekuatan lengkung adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima
akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan.
Besar kekuatan bending tergantung pada jenis material dan pembebanan. Akibat
Pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan, sedangkan bagian
bawah akan mengalami tegangan tarik. Dalam material komposit kekuatan
tekannya lebih tinggi dari pada kekuatan tariknya. Karena tidak mampu menahan
tegangan tarik yang diterima, spesimen tersebut akan patah, hal tersebut
mengakibatkan kegagalan pada pengujian komposit. Kekuatan bending pada sisi
bagian atas sama nilai dengan kekuatan bending pada sisi bagian bawah.
Pengujian dilakukan three point bending.( Nasmi Herlina Sari,dkk 2017)

Gambar 2.7 Pemasangan benda uji


Jurnal : Analisa Kekuatan Bending Komposit Epoxy Dengan Penguatan Serat
Nilon

Sehingga kekuatan bending dapat dirumuskan sebagai berikut :


⁄ ⁄

Pada perhitungan kekuatan bending ini, digunakan persamaan yang ada

pada standar ASTM, sama seperti pada persamaan di atas, yaitu:

Dimana; S = Tegangan bending (MPa), P = Beban /Load (N), L = Panjang Span /


Support span(mm), b = Lebar/ Width (mm), d = Tebal / Depth (mm), Sedangkan

untuk mencari modulus elastisitas bending mengunakan rumus:

Dimana; Eb = Modulus Elastisitas Bending (MPa), L = Panjang Span / Support


span(mm), b = Lebar/ Width (mm), d = Tebal / Depth (mm), m = Slope Tangent
pada kurva beban defleksi (N/mm).

2.2 Mesin uji Universal Testing Machine


UTM yakni Alat yang digunakan untuk menguji kekuatan tarik dan
kekuatan tekan material. Kata “Universal” mencerminkan bahwa hal itu dapat
melakukan banyak standar tarik dan kompresi tes pada bahan, komponen dan
struktur, dengan kata lain UTM ini memiliki banyak fungsi.( taufiq rohman,dkk
2017) digunakan untuk melakukan pengujian pada sifat mekanik seperti tegangan,
kompresi dan sebagainya. Dari specimen uji yang telah diberikan dengan
mengerahkan tagangan yang berupa tarikan, tekanan atau berupa tegangan
transversal. Mesin ini dinamakan demikian karena alat ini dapat melakukan
berbagai macam pengetesan dengan objek dari berbagai jenis bahan. Pengujian
pengujian yang sangat berbeda seperti uji kelenturan, uji ketegangan, uji pegas
dan pengujian dinamik lainya dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
Universal Testing Machine
Gambar 2.8 Mesin uji Universal Testing Machine
Jurnal : Mechanical Properties Of Tensile And Bending Strength Analysis In
Biocomposite [Sagoo/Pmma] Material

2.2.1 Prisip Kerja Mesin Uji Universal


Pada layar monitor atau display dari mesin kita dapat mengatur besar
beban yang kita berikan, biasanya disesuaikan dengan jenis material dan tebal
material yang diuji. Kemudian beban tersebut akan menjadi gaya tarik untuk
tensile test dan nick break, sedangkan untuk bending test akan berubah menjadi
gaya tekan. Setelah beban diberikan tunggu hingga material putus untuk uji tarik
dan nick break, sedangkan untuk uji bending material harus membentuk radius
180 derajat, namun jika sebelum 180 derajat material sudah patah maka uji
bending dapat dihentikan dan hasilnya dapat dipastikan jika material dinyatakan
ditolak atau rejected. (Ibnu Abdul Rosid,dkk 2019)

Gambar 2.9 bagian-bagian mesin uji universal


1. Upper Cross Head
Bagian atas dari mesin UTM, pada bagian ini terdapat pencekam atau grip
untuk menahan material ketika ditarik bagian ini juga dapat bergerak naik
dan turun menyesuaikan dari kebutuhan

2. Jarak Untuk Specimen Uji Tarik


Jarak ini berfungsi sebagai tempat specimen uji tarik, panjang jarak ini
menyesuaikan daripanjang material yang di uji tarik meskipun sudah
ditentukan oleh standart atau code minimal panjang specimen uji tarik
namun panjang dari specimen yang akan diuji dari pihak pelanggan
terkadang berbeda beda

3. Morable Cross Head


Bagian yang dapat berpindah pindah bias digerakkan keatas atau kebawah
sesuai dengan panjang specimen untuk bagian atas sebagai pencekam
specimen, sedangkan jika digunakan untuk mencekam mandril saat uji
beanding digunakan bagian bawah

4. Meja
Meja ini digunakan sebagai peletakkan mataras uji beanding, jadi harus
dipastikan meja ini sangat kuat dan mampu menekan tekanan saat uji
beanding berlangsung.

5. Inidikator Beban
Kita dapat mengetahui besar beban yang kita berikan dari load indicator
untuk jenis indicator beban ini bervariasi ada yang sudah digital dan juga
ada yang masih analog tergantung dari mesin uji universal yang dibuat

6. Speed Control
Berfungsi untuk mengatur kecepatan penurunan dan kecepatan saat
mengangkat pencekam
7. Komputer
untuk mesin uji universal terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan 1 set
komputer lengkap dengan printer untuk mencetak hasil pengujian. jadi
dalam komputer tersebut terdapat software yang sudah terinstall dan
connect dengan mesin uji universal dari software tersebut menghasilkan
out put dari hasil pengujian tidak dapat dirubah atau sesuai denganhasil
pengujian. selain untuk mencetak komputer tersebut dapat digunakanuntuk
memasukkan variable atau dimensi material yang kita guanakan untuk
melakukan pengujian sesuai tebal dan lebar material tersebutsesua standar
(ASTM).
8. Extensometer
digunakan untuk mengukur perubahan panjang material saat dilakukan uji
tarik

9. jangka sorong
sebagai alat penunjang dalam pengukuran material

2.2.2 Output Mesin Uji Universal


1. setelah selesai pengujian material maka akan di keluarkan dari mesin uji
universal sesuai data awal yang kita berikan kepada material tersebut.

2. Dari hasil pengujian material akan keluar data diagram tegangan-


renganagn elongation,ultimate tensile strength dan yield strength

3. Uji beanding dan nick break tidak keluar nilai melainkan hanya hasil
pengujian yang akan diamati secara visual

2.3 Sistem Hidrolik


Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan fluida
cair. Minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. Prinsip dasar dari
sistem hidrolik adalah memanfaatkan sifat bahwa zat cair tidak mempunyai
bentuk yang tetap, namun menyesuaikan dengan yang ditempatinya.
Zat cair bersifat inkompresibel. Karena itu tekanan yang diterima diteruskan
ke segala arah secara merata. Sistem hidrolik biasanya diaplikasikan untuk
memperoleh gaya yang lebih besar dari gaya awal yang dikeluarkan. Fluida
penghantar ini dinaikkan tekanannya oleh pompa yang kemudian diteruskan ke
silinder kerja melalui pipapipa saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang
piston dari silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder
dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun naik dan turun sesuai dengan
pemasangan silinder yaitu arah horizontal maupun vertikal. (Ibnu Abdul Rosid
dkk 2019)

2.3.1 Keuntungan Sistem Hidrolik


1. Fleksibilitas
Sistem hidrolik berbeda dengan metode pemindahan tenaga mekanis
dimana daya ditransmisikan dari engine dengan shafts, gears, belts, chains,
atau cable (elektrik). Pada sistem hidrolik, daya dapat ditransfer ke segala
tempat dengan mudah melalui pipa/selang fluida

2. Melipat gandakan gaya


Pada sistem hidrolik gaya yang kecil dapat digunakan untuk
menggerakkan beban yang besar dengan cara memperbesar ukuran
diameter silinder.

3. Sederhana
Sistem hidrolik memperkecil bagian-bagian yang bergerak dan keausan
dengan pelumasan sendiri.

4. Hemat
Karena penyederhanaan dan penghematan tempat yang diperlukan sistem
hidrolik, dapat mengurangi biaya pembuatan sistem.

5. Relatif aman
Dibanding sistem yang lain, kelebihan beban (over load) mudah dikontrol
dengan menggunakan relief valve.
2.3.2 Kekurangan Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik memiliki pula beberapa kekurangan:
Gerakan relatif lambat.
Peka terhadap kebocoran

2.3.3 Dasar-Dasar Sistem Hidrolik


Prinsip dasar dari sistem hidrolik berasal dari hukum Pascal, pada
dasarnya menyatakan dalam suatu bejana tertutup yang ujungnya terdapat
beberapa lubang yang sama maka akan dipancarkan kesegala arah dengan tekanan
dan jumlah aliran yang sama. Dimana tekanan dalam fluida statis harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tidak punya bentuk yang tetap,selalu berubah sesuai dengan tempatnya.
2. Tidak dapat dimampatkan.
3. Meneruskan tekanan ke semua arah dengan sama rata.

Gambar 2.10 Fluida dalam pipa menurut hukum Pascal


Jurnal : perancangan sistem perlengkapan kerja dan sistem kemudi dengan sistem
hidrolik
Memperlihatkan dua buah silinder berisi cairan yang dihubungkan dan
mempunyai diameter yang berbeda. Apabila beban F diletakkan di silinder kecil,
tekanan P yang dihasilkan akan diteruskan ke silinder besar ( P = F/A, beban
dibagi luas penampang silinder ) menurut hukum ini, pertambahan tekanan
dengan luas rasio penampang silinder kecil dan silinder besar, atau F = P.A.

sesuai dengan hukum:


Dimana : F1 = Gaya masuk F2 = Gaya keluar A1 = Diameter piston kecil
A2 = Diameter piston besar Persamaan diatas dapat diketahui besarnya F2
dipengaruhi oleh besar kecilnya luas penampang dari piston A2 dan A1.

Dalam sistem hidrolik, hal ini dimanfaatkan untuk merubah gaya tekan
fluida yang dihasilkan oleh pompa hidrolik untuk menggeserkan silinder kerja
maju dan mundur maupun naik/turun sesuai letak dari silinder. Daya yang
dihasilkan silinder kerja hidrolik, lebih besar dari daya yang dikeluarkan oleh
pompa. Besar kecilnya daya yang dihasilkan oleh silinder hidrolik dipengaruhi
besar kecilnya luas penampang silinder kerja hidrolik.

2.3.4 Komponen-Komponen Penyusun Sistem Hidrolik


Pompa hidrolik ini digerakkan secara mekanis oleh motor listrik. Pompa hidrolik
berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi hidrolik dengan cara
menekan fluida hidrolik ke dalam sistem. Dalam sistem hidrolik, pompa
merupakan suatu alat untuk menimbulkan atau membangkitkan aliran fluida
(untuk memindahkan sejumlah volume fluida) dan untuk memberikan daya
sebagaimana diperlukan. Apabila pompa digerakkan motor (penggerak utama),
pada dasarnya pompa melakukan dua fungsi utama :
a. Pompa menciptakan kevakuman sebagian pada saluran masuk pompa.
Vakum ini memungkinkan tekanan atmospher untuk mendorong fluida
dari tangki (reservoir) ke dalam pompa.
b. Gerakan mekanik pompa menghisap fluida ke dalam rongga
pemompaan, dan membawanya melalui pompa, kemudian mendorong
dan menekannya ke dalam sistem hidrolik.
2.4 Pengertian Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Begitu juga dengan sebaliknya yaitu alat untuk mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik yang biasanya disebut dengan generator atau
dynamo. Pada motor listrik yang tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektro magnet. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa
kutub-kutub dari magnet yang senamaakan tolak menolak dan kutub yang tidak
senama akan tarik menarik. Dengan terjadinya proses ini maka kita dapat
memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros
yang dapat berputar dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.
( Aditya Kuswardana,dkk 2016)

2.4.1 Kontruksi Motor Induksi Satu Fasa

Gambar 2.11 bagian utama motor induksi satu fasa


Jurnal: Modul Pengaturan Kecepatan Motor Satu Phasa Dengan Pid Berbasis
Mikrokontroler Menggunakan Interface Labview
Terdapat 2 bagian penting pada motor induksi 1 fasa, yaitu: rotor dan
stator. Rotor merupakan bagian yang berputar dari motor dan stator merupakan
bagian yang diam dari motor. Rotor umumnya berbentuk slinder dan bergerigi
sedangkan stator berbentuk silinder yang melingkari seluruh badan rotor. Stator
harus dilengkapi dengan kutub-kutub magnet dimana kutub utara dan selatan pada
stator harus sama dan dipasang melingkari rotor sebagai suplai medan magnet dan
kumparan stator untuk menginduksi kutub sehingga menciptakan medan magnet.
Stator umumnya dilengkapi dengan stator winding yang bertujuan membantu
putaran rotor, dimana stator winding dilengkapi dengan konduktor berupa
kumparan. Selain itu, stator juga dilapisi dengan lamina berbahan dasar silikon
dan besi yang bertujuan untuk mengurangi tegangan yang terinduksi pada sumbu
stator dan mengurangi dampak kerugian akibat munculnya arus eddy (eddy
current) pada stator. Masing-masing komponen dipasang pada besi yang
ditunjukkan seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.11 Konstruksi Motor Induksi 1 Fasa Jurnal : Modul Pengaturan


Kecepatan Motor Satu Phasa Dengan Pid Berbasis Mikrokontroler Menggunakan
Interface Labview
2.4.2 Prinsip Kerja Motor Induksi 1 Fasa
Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana motor ini
disuplai oleh sebuah sumber AC 1 fasa. Ketika sumber AC diberikan pada stator
winding dari motor, maka arus dapat mengalir pada stator winding. Fluks yang
dihasilkan oleh sumber AC pada stator winding tersebut disebut sebagai fluks
utama. Karena munculnya fluks utama ini maka fluks medan magnet dapat
dihasilkan oleh stator.

Gambar 2.12 Dampak adanya arus pada stator


Jurnal : Pengaturan Kecepatan Motor Satu Phasa Dengan Pid Berbasis
Mikrokontroler Menggunakan Interface Labview

Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit. Karena rotor
berputar maka dapat dikatakan bahwa konduktor pada rotor akan bergerak
melewati stator winding. Karena konduktor pada rotor bergerak relatif terhadap
fluks pada stator winding, akibatnya muncul tegangan ggl (gaya gerak listrik)
pada konduktor rotor sesuai dengan hukum faraday. Anggap lagi motor terhubung
dengan beban yang akan dioperasikan. Karena motor terhubung dengan beban
maka arus dapat mengalir pada kumparan rotor akibat adanya tegangan ggl pada
rotor dan terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang mengalir pada rotor ini
disebut arus rotor. Arus rotor ini juga menghasilkan fluks yang dinamakan fluks
rotor. Interaksi antara kedua fluks inilah yang menyebabkan rotor didalam motor
dapat berputar sendiri. Perlu diingat bahwa pada kondisi awal diasumsikan rotor
sudah diberi gaya luar untuk menggerakkan konduktor pada rotor, karena jika
tidak maka rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan stator sehingga tidak
terjadi tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum faraday.

Gambar 2.13 Putaran pada rotor akibat fluks. Dimisalkan Rotor sudah berputar
sedikit Jurnal : Modul Pengaturan Kecepatan Motor Satu Phasa Dengan Pid
Berbasis Mikrokontroler Menggunakan Interface Labview
Sebelumnya telah dibahas mengenai adanya arus stator yang
mengakibatkan munculnya arus pada rotor karena hukum faraday. Masing-masing
arus menghasilkan fluks yang mempengaruhi rotor. Bagaimana fluks tersebut
mempengaruhi kecepatan putaran rotor akan dibahas pada paragraf ini. Arus stator
akan menghasilkan fluks utama, sedangkan arus pada rotor menghasilkan fluks
pada rotor. Masing-masing fluks ini akan mempengaruhi arah putaran rotor, hanya
saja arah keduanya berlawanan. Sesuai hukum lorentz, apabila kita memiliki
sebuah kabel yang dialiri arus dan terdapat fluks medan magnet disekitar kabel
tersebut maka akan terjadi gaya pada kabel tersebut. Karena besarnya fluks pada
stator dan rotor relatif sama maka gaya yang dihasilkan juga sama. Namun karena
arah gaya yang berbeda mengakibatkan rotor tidak berputar akibat kedua gaya
yang saling menghilangkan. Hal ini juga yang mengakibatkan motor induksi perlu
diputar sedikit, agar salah satu gaya yang dihasilkan oleh fluks lebih besar
daripada yang lainnya sehingga rotor dapat berputar.

Gambar 2.14 Saat rotor sudah berputar sedikit, total gaya akan memiliki
perbedaan sehingga terjadi putaran.

2.5 JURNAL PENELITIAN MESIN UJI UNIVERSAL


Beberapa hasil review jurnal yang saya dapat sebagai berikut :
Ahmad yunus nasution dan Muhammad nur telah melakukan penelitian
mengenai pengujian mesin. Tujuan penelitian tersebut adalah melakukan
pengujian menggunakan motor listrik. Metode yang digunakan adalah analisis
data. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan punch dan dies sangat
kuat, tegangan geser yang terjadi pada proses blanking masih dibawah tegangan
gese dari bahan dies dan punch.

Abdul syukur alfauzi, rofarsyam melakukan penelitian mengenai membuat


rancang pemeras kelapa menggunakan motor 1hp. Tujuan penelitian perancangan
pemeras santan kelapa menggunakan motor 1hp. Metode yang digunakan adalah
mendesain perancangan sebelum membuat mesin pemeras santan kelapa. Hasil
penelitian Mesin pemeras kelapa parut sistim pres ulir (screw press) telah didesain
dan dibuat modelnya, serta dapat digunakan dengan baik untuk memeras kelapa
parut, dengan 53,2 kg kelapa parut per jam menghasilkan santan

Ariawan Wahyu Pratomo, Iwan Hermawan melakukan penelitiann.


Rancang bangun mesin pencetak garam menggunakan briket dan sistem
penggerak menggunakn motor listrik 2hp. Tujuan penelitian melakukan pengujian
motor listrik. Metode Tahapan dalam penelitian ini secara garis besar meliputi;
perancangan dan perhitungan, implementasi rancangan dalam bentuk gambar
desain, pembuatan dan perakitan mesin, serta pengujian mesin hasil rancang
bangun. Hasil penelitian berikut: Bahan punch dan dies sangat kuat, tegangan
geser yang terjadi pada proses blanking.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai daya motor sebagai pengerak hidrolik
pada mesin uji universal dengan tahapan-tahapan sebagai diperlihatkan dalam
diagram alir pada gambar 3.1 di bawah ini.

3.1 Studi Literasi


Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai analisis daya pada mesin
uji universal serta meninjau dari berbagai literasi tentang proses yang akan
dilaksanakan dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis data pada mesin uji universal yang
mengguanakan motor listrik sebagai pengerak pada hidrolik untuk melakukan
pengujian tarik, tekan dan tekuk dan menggunakan material ASTM A36, dan akan
di ketahui kemampuan mesin bekerja dengan maksimal atau tidak .

3.2 Pertimbangan Daya Hidrolik


Pertimbangan perancangan daya hidrolik dari konseptual rancangan yang
diinginkan seperti rupa. Fungsi dan inovasi yang dipakai.mesin uji universal
(UTM) ini terdiri dari uji tarik,
uji tekan dan uji tekuk yang dimana dalam proses pengujian untuk menggerakan
mesin uji yaitu dongrak hidrolik berkapasitas 2 ton. yang di gerakan
menggunakan daya motor listrik dalam perancangan daya secara rinci adalah
sebagai berikut:
1. Perhitungan beban hidrolik
Yang menggunakan perhitungan hukum pascal
Yang dimana digunakan rumus :

2. Perhitungan hidrolik
Yang dimana digunakan rumus : :
3. Perhitungan daya motor :

3.3 Pemilihan Jenis Motor


pemilihan jenis motor yang digunakan adalah motor listrik 1phasa untuk
menggerakan hidrolik.
3.3 Pengujina Mesin Uji Univesal
Setelah penyelesaian perancangan alat uji tersebut akan dilakukan
pengambilan data disetiap pengujian yaitu pengujian tarik, tekan dan tekuk.

3.4 Hasil Pengujian Pada Daya Motor di Mesin Uji Universal


Dalam pengujian tersebut didalam daya motor akan di lakukan dalam
pengujian tarik,tekan dan tekuk apakah daya pada motor dapat bekerja sesuai
yang dingginkan apakah dalam pengujian tersebut motor mampu bekerja dengan
dongrak hidrolik dalam proses pengujian material tersebut.apa kah alat ini bias
berjalan dengan sesuai harapan atau tidak.

3.5 Analisa Data

Daya motor sebagai pengerak hidrolik untuk mela kukan pengujian tersebut
akan dianalisa, apakah sesuai dengan yang diingginkan jika belum sesuai maka
ada factor factor yang tentunya mempengaruhi hasil pengujian sebagai berikut
factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan rancang bangun mesin uji
uni versal test yaitu
1. perhitungan beban hidrolik
2. perhitungan hidrolik
3. perhitungan daya motor
4. dan hasil pengujian
DAFTAR PUSTAKA

Budi Hartono, Analisadefleksi Plat Stopper Pada Mesin Uji Tarik Hidrolik,1-12

Nanang Ali Sutisna , Sigit Winardi & Agung Suhartono. (2021). Rancang Bangun
Mesin Uji Universal Untuk Pengujian Tarik Dan Tekuk Bertenaga Hidrolik, 6(1),
32-41

Untung Surya Dharma , Lukito Dwieyuono, (2016), Analisa Pengepresan Dengan


Sistem Hidrolik Pada Alat Pembuat Paving Block Untuk Pekeras Lahan Parkir,
5(1), 62-74

Diga Rahma Novandra,Tri Tiyasmihadi&Fais Hamzah, Rancang Bangun Roll


Beanding Machine With Hydraulic Assist, 168-174

Ariawan Wahyu Pratomo,Iwan Hermawan, Rancang Bangun Mesin Pencetak


Garam Briket Otomatis Dengan Sistem Crankshaft Penggerak Motor Listrik 2 Pk
6(2) 1-10

Ahmad yunus nasution, muhamad nur, pengujian mesin press mekanik semi
otomatis dengan penggerak motor listrik 0,5 HP, 10(2), 20-27

Suarsana. I KT. (2017). Diktat Ilmu Material Teknik. Denpasar: Universitas


Udayana Denpasar.
Irawan, A.P. (2009). Diktat Elemen Mesin. Tarumanagara: Universitas
Tarumanegara.
Balasubramanian, S.S., Philpott, C., Hyder, J., Corliss, M., Tai, B, &
Hung, W. (2021). Novel Fatigue Tester For Additively Manufactured
Metals. Procedia Manufacturing, 53(2021), 525-534.
https://doi.org/10.1016/j.promfg.2021.06.054.
Yuwono, A.H. (2009). Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material 1
Pengujian Merusak
(Destructive Testing). Depok: Universitas Indonesia.
Daryanto, A. (2007). Eksperimen Dan Analisis Pemodelan Uji Tarik Plat Logam
(Sheet Metal)
Dengan Standar ASTM E 8M. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wafi, R.R.A. (2018). Rancang Bangun Alat Uji Tarik Dengan Kapasitas
Maksimal 1 Ton.
Jember: Universitas Jember.
Arvoseto, J. (2010). Pembuatan Alat Peraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Makhrus, A. (2015). Modifikasi Alat Uji Bending Sistem Mekanik Hidrolik dan
Hasil Pengujian
Untuk Bahan Besi Cor. Semarang: Universitas Diponogoro.
Wijaya, W.W. (2011). Rancangan Alat Uji Tekan Pada Bahan Komposit Natural
Fiber Dengan
Memperhatikan Aspek Keterulangan Pada Hasil Pengujian. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai