PENDAHULUAN
Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem
hidrolik pada mesin uji universal ?
2. Berapa efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik ?
3. Bagaimana karakteristik daya pada saat mesin uji universal dioperasikan ?
Dari uraian yang telah disusun maka tujuan dari penyusun penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan sistem
hidrolik pada mesin uji universal
2. Menganalisis efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik pada
mesin uji universal
3. Menganalisis karakteristisk daya pada saat mesin uji universal dioprasikan
2.2.4 Table
Meja ini tersebut digunkan sebagai peltakkan mataras untuk pengujian tekuk,
jadi harus dipastikan meja ini sangat kuat dan mampu menekan tekanan saat
dilakukan pengujian tekuk agar tidak terjadinya kegagalan pengujian tersebut.
2.2.7 Komputer
Untuk mesin uji universal yang terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan
komputer lengkap dengan printer untuk mencentak hasil pengujian. jadi dalam
komputer tersebut terdapat software yang sudah terinstall dan connect dengan
dengan mesin uji universal untuk mencetak hasil pengujian dari software tersebut
menghasilkan out put dari hasil yang dilakukan pengujian hasil yang sudah keluar
tidak dapat dirubah lagi hasil yang keluar akan sesuai dengan hasil pengujian.
variable atau dimensi material yang kita gunakan untuk melakukan pengujian
material sesuai tebal dan lebar material tersebut sesuai standar (ASTM).
Gambar 2.3 Komputer Dan Printer Alat Cetak Hasil Dari Pengujian
Sumber: Ibnu Abdul Rosid, (2019)
2.2.8 Sigmat Atau Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
satuan panjang untuk benda kasat mata. Fungsi dari jangka sorong untuk
menghitung panjang dan lebar suatu benda material yang tidak dapat diukur oleh
mistar atau meteran. (Okasatria Novyanto, dkk 2020)
Gambar 2.7 proses pengujian tarik sebelum dan sesudah pada plat baja
Sumber: nanang ali sutisna, dkk. (2021)
Gambar 2.8 pengujian tekan dan pelat tekan Disarankan ASTM konis sudut
gesekan
Sumber: satria yudha setiawan (2019)
Pengujian tekan adalah salah satu pengujian mekanik dan tergolong pada jenis
pengujian yang merusak dimana gaya luar yang diberikan atau penekanan segaris
dengan sumbu spesimen. Pengujian tekan ini bertujuan untuk mencari sifat
mekanik dan beban tekan maksimum yang dapat diterima benda atau spesimen
uji.
Pada beberapa bahan uji yang dibuat panjang, bahan akan melengkung jika
diuji menggunakan pengujian tekan. Namun pengujian tekan ini masih diperlukan
karena ada beberapa bahan yang memiliki perbedaan sehingga bahan tersebut
berbeda pula sifat bahan dalam menerima pengujian tekan. Umumnya, pengujian
tekan ini dilakukan pada logam yang bersifat getas, karena bahan uji yang
demikian memiliki titik hancur yang terlihat jelas saat dilakukan pengujian tekan.
2.3.3 Uji Beanding
Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian
kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada umumnya alat
uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti: rangka, alat tekan, point
bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai penahan gaya balik yang terjadi
pada saat melakukan uji bending. Rangka harus memiliki kekuatan lebih besar
dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi kerusakan pada rangka pada saat
melakukan pengujian.
Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya tekan pada benda uji
pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus memiliki kekuatan lebih besar
dari benda yang di uji (ditekan). Point bending berfungsi sebagai tumpuan benda
uji dan juga sebagai penerus gaya tekan yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang
pendek tumpuan point bending berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur
adalah suatu alat yang yang menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi
pada benda uji.
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu
3 point bending dan 4 point bending.
Keterangan:
A: Batas proposional
B: Batas elastis
C: Titik mulur
D: σy: tegangan luluh
E: σu: tegangan tarik maksimum
F: Putus
Dari diagram tegangan regangan pada Gambar 2.8 di atas, terdapat tiga daerah
kerja sebagai berikut:
1. Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain konstruksi
mesin.
2. Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses pembentukan
material.
3. Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses
pemotongan material.
2.6.3 Titik luluh (Yield Point) dan kekuatan luluh (Yield Strength)
Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa
penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan terciptanya
mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya
hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC (Body
Centered Cuble) dan FCC (Face Centered Cuble) yang membentuk larutan padat
interstisial dari atom-atom karbon, boron, hidrogen, dan oksigen. Interaksi antar
dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steet
menunjukan tilik lutuh bawah (lower yield point) dan titk luluh atas (upper yield
point). Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya
tidak membatasi batas yang jelas. Sehingga dapat digunakan metode offset untuk
menentukan kekuatan kekuatan material.
Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan dimana
penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan luluh atau
titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi
permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending, atau puntiran.
Gambar 2.13 Kurva tegangan-regangan dari benda getas
Sumber: Akhmad Herman Yuwono, (2009)
Peralatan tarik harus dapat memegang atau mencengkeram benda uji dengan
sangat kuat sehingga benda uji tidak terlepas saat ditarik dengan gaya yang besar.
Ada beberapa jenis rahang atau alat pemegang benda uji yang umum digunakan
pada alat uji tarik. Desain grip tersebut didasarkan pada model sampel atau benda
uji yang digunakan. Ada benda uji yang berbentuk silinder dan ada juga benda uji
berbentuk lempengan. Pada ujung ujung benda uji yang berbentuk silinder,
biasanya dibuat takik atau ulir, sedangkan pada benda uji berbentuk lempengan
diberikan lubang untuk memasang penahan. Bagian benda uji yang dipegang
dibuat lebih besar daripada bagian tengah benda uji. Berikut ini ditampilkan
beberapa desain rahang dan grip yang umum digunakan.
Uji tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan material jika dikenakan gaya.
Kuat tekan sebuah bahan dengan luas penampang A yang diberi gaya tekan aksial
sebesar F dapat dihitung dengan persamaan:
F (2.11)
σc =
A
F = Gaya tekan
A = Luas penampang melintang
Gambar 2.17 Regangan yang dihasilkan dari pengujian tekan
Sumber: Aris Puja Widikda. (2020)
Keterangan:
P= tekanan (Kgf/cm²), F = Gaya atau beban (Kgf) dan A = luas penampang (m²)
pxQ (2.13)
P=
600
Keterangan:
P = daya (KW), P = tekanan (bar) dan Q = laju aliran (l/min)
2.9.4 Rangka
Rangka berfungsi sebagai penahan kekuatan balik dari gaya tekan yang
dihasilkan oleh alat penekan pada saat proses pengujian. Selain itu rangka juga
berfungsi sebagai dudukan komponen-komponen lain, sehingga ukuran dari
rangka haruslah lebih besar dari komponen-komponen tersebut.
Gambar 2.21 Tahapan terjadinya perpatahan ulet pada sampel uji tarik
Sumber: Akhmad Herman Yuwono, (2009)
Berdasarkan Gambar 2.17 dapat dilihat pada point (a). Penyempitan awal; (b)
Pembentukan rongga-rongga kecil (cavity); (c) Penyatuan rongga-rongga
membentuk suatu retakan; (d) Perambatan retak; (e) Perpatahan geser akhir pada
sudut 45°.
2.11.2 Buckling
Adalah terjadinya pembengkokan pada material setelah diberikan beban tekan.
Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya tergantung dari
diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan diameter
spesimen adalah “d”, dan tinggi spesimen adalah “h”, maka untuk perbandingan
h:d lebih besar dari 3:2, maka fenomena yang terjadi adalah Buckling. Adapun
contoh gambar dari fenomena buckling ini dapat kita lihat sebagai berikut :
F1 F2 F1 A1
persamaan sebagai berikut: = =
A1 A2 F2 A2
Sehingga diperoleh:
F1 F2 (2.16)
=
A1 A2
Dimana:
F1 = gaya masuk
F2 = gaya keluar
A1= diameter piston kecil
A2 = diameter piston besar
Gambar 2.27 grafik Gelombang arus medan bantu dan arus medan utama
Sumber: Aditya Kuswardana,(2016)
2.13.2 Mekanisme Kerja Motor Listrik
Secara umum, mekanisme kerja motor hampir sama diantara lainya:
1. Arus listrik dalam medan mangnet akan memberikan gaya
2. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop,
Maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan mangnet, akan
mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan
3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torsi untuk memutar kumparan
4. Motor memiliki beberapa loop pada dynamo untuk memberikan tenaga
putaran yang lebih seragam dan medan mangnetnya dihasilkan oleh susunan
elektromagnetik yang disebut kumparan medan.
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai daya motor listrik sebagai pengerak
hidrolik pada mesin uji universal dengan tahapan-tahapan sebagaimana
diperlihatkan dalam diagram alir di bawah ini.
Mulai
Studi Literasi
Analisa Data
selesai
Kesimpulan