Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mesin uji material dikategorikan sebagai Universal Testing Machine (UTM)


dikatakan demikian karena bersifat umum yang berarti dapat melakukan berbagai
jenis pengujian antara lain adalah Uji tarik (tensile test), Uji tekan (compression
test) dan Uji tekuk (bending test), mesin uji material dapat melakukan pengujian
sesuai dengan standart material (ASTM) American Society for Testing and
Materials. (Alexander Sebayang, 2020)
Dalam mengetahui karakteristik dari suatu material pengujian material terbagi
menjadi dua yakni pengujian merusak dan pengujian tak merusak pengujian
merusak atau pengujian destructive antara lain uji tarik, uji tekan dan uji tekuk.
Sedangkan pengujian tak merusak atau non destructive tes (NDT) adalah proses
pengujian suatu material untuk mengetahui cacat, retak, atau diskontiniunitas lain
pada material tanpa merusak material.
Dalam pengujian material dibutuhkan mesin Universal Test untuk mengetahui
kekuatan bahan didalam ruangan laboratorim Teknik Mesin Universiatas Borneo
Tarakan belum tersedia alat uji material dari beberapa mahasiswa teknik mesin
akan melakuakan perancangan alat mesin uji universal test untuk melakuakan
pengujian material dalam perancanagan tersebut ada tiga pengujian yaitu, uji
tarik ,uji tekan , dan uji tekuk dalam proses pembuatan mesin uji universal akan
dilakuakan tiga pengujian tersebut dalam proses pengujian menggunakan material
(ASTM A36) dalam pengoprasian mesin uji universal test ini menggunakan
sistem penggerak hidrolik yang dihubungkan pada motor listrik yang mana
bertindak sebagai penggerak hidrolik. Motor listrik merupakan sebuah alat
konversi energi yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Energi mekanik tersebut ditransmisikan ke sistem hidrolik yang mana
akan melakukan proses pengujian material pada mesin uji universal test.
Energi yang dibutuhkan oleh motor listrik untuk menggerakan sistem hidrolik
pada mesin uji universal perlu dianalisis terlebih dahulu. Oleh karena itu, tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis daya motor listrik sebagai penggerak
hidrolik pada mesin uji universal

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem
hidrolik pada mesin uji universal ?
2. Berapa efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik ?
3. Bagaimana karakteristik daya pada saat mesin uji universal dioperasikan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian yang telah disusun maka tujuan dari penyusun penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan sistem
hidrolik pada mesin uji universal
2. Menganalisis efisiensi motor listrik sebagai penggerak sistem hidrolik pada
mesin uji universal
3. Menganalisis karakteristisk daya pada saat mesin uji universal dioprasikan

1.4 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, maka


dalam tugas akhir ini perlu adanya batasan-batasan masalah yang akan diuraikan,
antara lain:
1. Melakukan perancangan mesin uji universal untuk melakukan pengujian
material ASTM A36
2. Menganalisis daya motor listrik yang di gunakan untuk mesin uji universal
3. Menganalisi efisiensi daya motor listrik untuk menggerakan hidrolik
4. Menganalisis karakteristik daya motor listrik saat mesin beroprasi

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian daya motor listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan


sistem hidrolik mesin uji universal sebagai berikut:

1. Sebagai penelitian awal dalam merancang mesin uji universal


2. Sebagai data acuan dalam perancangan kebutuhan daya motor listrik pada
mesin uji universal
3. Menambah literasi mengenai analisis daya motor listrik sebagai penggerak
sistem hidrolik pada mesin uji universal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Uji Universal


Universal testing machine (UTM) merupakan sebuah mesin pengujian untuk
menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan bahan atau material. Universal testing
machine, biasanya juga dikenal sebagai universal tester, materials testing
machine atau material test frame. (Dr. Kadek Rihendra Dantes,S.T., M.T. dkk
2017)

Gambar 2.1 Alat Uji Universal Testing Machine (UTM)


Sumber: Dr. Kadek Rihendra Dantes,S.T., M.T (2017)

Mesin pengujian ini dapat melakukan beberapa metode pengujian banyak


standard an tes kompresi pada bahan, komponen, dan struktur. Universal testing
machine akan memberikan informasi mengenai seberapa besar pengukuran yang
akan diuji terhadap bahan sehingga standardisasi yang diinginkan dapat tercapai
dengan sempurna. Dalam aplikasinya, universal testing machine digunakan untuk
menguji material komposit,karet, kayu, logam dan baja, cara melakukan pengujian
ini adalah dengan melakukan beberapa pengujian pada material sesuai apa yang
digunakan untuk melakukan pengujian pada sifat mekanik seperti tegangan,
kompresi dan sebagainya. Dari spesimen uji yang telah diberikan dengan
mengerahkan tegangan yang berupa tarikan, tekanan atau berupa teganan
transversal. (Dr. Kadek Rihendra Dantes,S.T., M.T. dkk 2017)

2.2 Prinsip Kerja Mesin Uji Universal


Pada layar atau monitor atau display dari mesin kita dapat mengatur besar
beban yang kita berikan, biasanya disesuaikan dengan jenis material dan tebal
material yang akan digunakan uji. Kemudian beban tersebut akan menjadi gaya
tarik untuk tensile test dan nick break, sedangan untuk beanding test akan berubah
menjadi gaya tekan. Setelah beban diberikan tunggu hingga material putus untuk
uji tarik dan nick break sedangkan untuk uji tekuk material harus membentuk
radius 180 drajat namun jika belum 180 drajat material sudah terjadi patah maka
dalam pengujian tekuk dapat dihentikan dan hasilnya yang telah dilakukan
pengujian tersebut hasilnya dapat dipastikan jika material dinyatakan ditolak (Ibnu
Abdul Rosid, dkk 2019). Sebagai berikut adalah beberapa penjelasan bagian dan
prinsip kerja mesin uji universal sebagai berikut:

Gambar 2.2 Bagian-Bagian Mesin Uji Universal


Sumber: Ibnu Abdul Rosid, (2019)
2.2.1 Upper Cross Head
Dibagian utama dari mesin uji universal pada bagian atas tersebut terdapat
pencekam atau grip fungsi ya untuk menahan material uji ketika ditarik bagian
atas tersebut akan bergerak naik dan turun menyesuaikan dari kebutuhan dari
material yang akan dilakukan pengujian.

2.2.2 Jarak Untuk Spesimen Uji Tarik


Jarak ini berfungsi sebagai tempat spesimen pengujian tarik, jarak panjang
tersebut menyesuaikan panjang material yang dilakuakan pengujian tarik
mesikupun sudah ditentukan dengan standart material atau kode minimal panjang
spesimen pengujian tarik akan tetapi dari beberapa pihak seorang terkadang
berbeda beda ukuran spesimen pengujian tarik tersebut.

2.2.3 Morable Cross Head


Bagian tersebut yang dapat berpindah pindah biasa bergerak kearah atas atau
kebawah sesuai dengan kebutuhan panjang spesimen material tersebut. Untuk
bagian atas sebagai pencekam spesimen atau mencekam material sedangkan jika
digunakan untuk mencekam mandril saat dilakukan pengujian tekuk akan
diguanakan dibagian bawah.

2.2.4 Table
Meja ini tersebut digunkan sebagai peltakkan mataras untuk pengujian tekuk,
jadi harus dipastikan meja ini sangat kuat dan mampu menekan tekanan saat
dilakukan pengujian tekuk agar tidak terjadinya kegagalan pengujian tersebut.

2.2.5 Indikator Beban


Fungsi dari indicator beban tersebut dapat mengetahui besar beban yang kita
berikan dari memuat indikator untukbeban ini bervariasi ada yang sudah digital
dan juga ada yang masih menggunakan analog tergantung dari mesin uji universal
yang dibuat.
2.2.6 Speed Control
Berfungsi untuk mengatur kecepatan penurunan dan kecepatan saat
mengangkat pencekam sesuai material dan kebutuhan saat melakukan pengujian
material di mesin uji universal.

2.2.7 Komputer
Untuk mesin uji universal yang terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan
komputer lengkap dengan printer untuk mencentak hasil pengujian. jadi dalam
komputer tersebut terdapat software yang sudah terinstall dan connect dengan
dengan mesin uji universal untuk mencetak hasil pengujian dari software tersebut
menghasilkan out put dari hasil yang dilakukan pengujian hasil yang sudah keluar
tidak dapat dirubah lagi hasil yang keluar akan sesuai dengan hasil pengujian.
variable atau dimensi material yang kita gunakan untuk melakukan pengujian
material sesuai tebal dan lebar material tersebut sesuai standar (ASTM).

Gambar 2.3 Komputer Dan Printer Alat Cetak Hasil Dari Pengujian
Sumber: Ibnu Abdul Rosid, (2019)
2.2.8 Sigmat Atau Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
satuan panjang untuk benda kasat mata. Fungsi dari jangka sorong untuk
menghitung panjang dan lebar suatu benda material yang tidak dapat diukur oleh
mistar atau meteran. (Okasatria Novyanto, dkk 2020)

Gambar 2.4 Jangka Sorong


Sumber: Okasatria Novyanto (2020)

2.3 Pengujian Material


Pengujian material merupakan salah satu cara mengetahui kualitas material
pengujian disini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material untuk memperoleh
bahan yang memiliki sifat mekanik yang sesuai dengan keinginan maka perlu
dilakukan seperti pengujian tarik, tekan dan beanding

2.3.1 Uji Tarik


Uji tarik merupakan cara karakterisasi yang paling banyak digunakan untuk
menguji sifat mekanik suatu bahan. Standarisasi pengukuran yang dapat
digunakan untuk uji tarik bahan logam adalah ASTM E8 (Amerika) atau JIS 2241
(Jepang). Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk pengujian
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu (Askeland, 1985). Uji tarik merupakan salah satu cara pengujian material
yang paling mendasar.
Kekuatan tarik dapat diartikan sebagai daya tahan suatu material terhadap
tegangan yang berusaha untuk memisahkan. Kekuatan tarik berhubungan dengan
modulus elastisitasnya. Uji tarik merupakan pengujian yang umum digunakan
untuk mengetahui sifat mekanik dari suatu material. Dalam bentuk yang
sederhana, uji tarik dilakukan dengan menjepit kedua ujung spesimen uji tarik
pada rangka beban uji tarik. Gaya tarik terhadap spesimen uji tarik diberikan oleh
mesin uji tarik (Tensile Testing Machine) yang menyebabkan terjadinya
pemanjangan spesimen uji dan sampai terjadi patah (Tony, 2005).
Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan
tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material
tersebut bertambah panjang. Proses pengujian tarik mempunyai tujuan utama
untuk mengetahui kekuatan tarik bahan. Bahan uji adalah bahan yang akan
digunakan sebagai konstruksi, agar siap menerima pembebanan dalam bentuk
tarikan. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan
arah menjauh dari titik tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu
ujung benda dan ujung benda lain yang diikat (Dieter, 1986).

Gambar 2.5 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar


Sumber: satria yudha setiawan, (2019)
Pengujian ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui bagaiman reaksi
suatu bahan terhadap tenaga tarikan. Pada umumnya, pengujian dilakukan dengan
menarik sampel bahan sampai putus.
Berikut adalah contoh mesin uji tarik yang ada dipasaran dengan menggunakan
sistem single crew.

Gambar 2.6 Alat uji tarik single crew


Sumber: machineseeker.id

Penarikan gaya terhadap spesimen dapat mengakibatkan perubahan bentuk


(deformasi) bahan tersebut. Hal ini dapat diketahui melalui proses pengujian tarik.
Proses terjadinya deformasi pada spesimen adalah proses pergeseran butiran-
butiran kristal logam yang mengakibatkan melemahnya gaya elektromagnetik
setiap atom hingga terlepasnya ikatan tersebut oleh penarikan gaya hingga ke titik
maksimum. Penyusunan butiran kristal diakibatkan oleh adanya pertambahan
volume ruang gerak yang diakibatkan oleh gaya elektromagnetik pada butiran dan
ikatan atom.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break).
Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di
seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face.

Gambar 2.7 proses pengujian tarik sebelum dan sesudah pada plat baja
Sumber: nanang ali sutisna, dkk. (2021)

2.3.2 Uji Tekan


Alat uji tekan adalah peralatan uji untuk mengetahui seberapa besar kekuatan
tekan maksimum (ultimate strength of compression) yang dapat ditahan oleh
spesimen pada kondisi pembebanan stabil dan smooth yang ditandai dengan
spesimen mengalami kepatahan.
Pada umumnya kekuatan tekan lebih tinggi dari kekuatan tarik. Tetapi kalau
suatu komponen hanya menerima beban tekan saja dan dirancang berdasarkan
kekuatan tarik saja, kadang-kadang perhitungan menghasilkan dimensi yang
berlebihan. Jadi dalam hal tersebut pengujian tekan masih diperlukan. Apabila ada
eksentrisitas, akan bertambah besar ketika deformasi berlangsung, maka perlu
suatu cara agar tidak terjadi eksentrisitas.
Jadi hanya bekerja gaya aksial saja. menyatakan cara pengujian tekan 1 angka
disarankan oleh ASTM. Selanjutnya tegangan yang tepat sukar karena batang uji
berdeformasi menjadi bentuk tong disebabkan adanya gesekan antara landasan
dan batang uji atau terjadi tekukan (buckling), karena itu beberapa percobaan
dibuat seperti ditunjukkan dalam baru-baru ini diketemukan bahan yang baik
terbuat dari keramik sebagai landasan dari silika, yang memberikan pengaruh.
(Prof. Ir. Tata Surdia. 1999:21).

Gambar 2.8 pengujian tekan dan pelat tekan Disarankan ASTM konis sudut
gesekan
Sumber: satria yudha setiawan (2019)

Pengujian tekan adalah salah satu pengujian mekanik dan tergolong pada jenis
pengujian yang merusak dimana gaya luar yang diberikan atau penekanan segaris
dengan sumbu spesimen. Pengujian tekan ini bertujuan untuk mencari sifat
mekanik dan beban tekan maksimum yang dapat diterima benda atau spesimen
uji.
Pada beberapa bahan uji yang dibuat panjang, bahan akan melengkung jika
diuji menggunakan pengujian tekan. Namun pengujian tekan ini masih diperlukan
karena ada beberapa bahan yang memiliki perbedaan sehingga bahan tersebut
berbeda pula sifat bahan dalam menerima pengujian tekan. Umumnya, pengujian
tekan ini dilakukan pada logam yang bersifat getas, karena bahan uji yang
demikian memiliki titik hancur yang terlihat jelas saat dilakukan pengujian tekan.
2.3.3 Uji Beanding
Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian
kekuatan lengkung (bending) pada suatu bahan atau material. Pada umumnya alat
uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti: rangka, alat tekan, point
bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai penahan gaya balik yang terjadi
pada saat melakukan uji bending. Rangka harus memiliki kekuatan lebih besar
dari kekuatan alat tekan, agar tidak terjadi kerusakan pada rangka pada saat
melakukan pengujian.
Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya tekan pada benda uji
pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus memiliki kekuatan lebih besar
dari benda yang di uji (ditekan). Point bending berfungsi sebagai tumpuan benda
uji dan juga sebagai penerus gaya tekan yang dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang
pendek tumpuan point bending berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur
adalah suatu alat yang yang menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi
pada benda uji.
Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di tekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung (bending) suatu
material yang di uji. Proses pengujian bending memiliki 2 macam pengujian, yaitu
3 point bending dan 4 point bending.

Gambar 2.9 Pemasangan Benda Uji


Sumber: Nasmi Herlina Sari
2.4 Sifat Mekanik
Sifat mekanik material adalah salah satu faktor penting dalam pemilihan
bahan untuk suatu perancangan. Sifat mekanik dapat didefinisikan sebagai
perilaku atau respon material terhadap pembebanan yang diberikan. dapat berupa
torsi, gaya, atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya, pembebanan pada
materi terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. perbedaan antara
keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh
fungsi waktu dan ditentukan oleh tungsi waktu. beban Untuk mendapatkan sifat
material mekanik, biasanya dilakukan pengujian mekanik.
Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (pengujian merusak).
Hasil pengujian tersebut berupa kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
materi tersebut. Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk spesimen atau
sampel keeil. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh materi apabila berasal
dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya
didapatkan pada spesimen yang memenuhi aspek ketepatanpengukuran.
kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada bahan dan ketelitian dalam
membuat spesimen.

2.5 Macam-Macam Sifat Mekanik Material


Ada beberapa macam pengujian untuk menentukan sifat mekanik material
diantaranya sebagai berikut:

2.5.1 Kekuatan (Strength)


Kekuatan adalah kemampuan material dalam menahan beban pakai tanpa
pecah. Beban tersebut bisa tarik, tekan atau geser. Bahan dapat dibebani dengan
tiga cara, yaitu: tarik, geser dan tekan, seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.10 Tiga cara bahan dapat dibebani: tarik, tekan dan geser
Sumber: Nasmi Herlina Sari

2.5.2 Kekuatan Luluh


Kekuatan luluh menunjukkan material yang dibutuhkan untuk berdeformasi
plastis. Ukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi deformasi plastis atau
batas luluh, tergantung pada ketersediaan dalam pengukuran regangan. Material
mengalami deformasi sifat dari elastis menjadi plastis, dan berlangsung sedikit
demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara
teliti.
Oleh sebab itu, kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kckuatan luluh
offset, ialah besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
deformasi plastis yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset
ditentukan besarnya tegangan yang dari tegangan pada perpotongn antar kurva
tegangan VS regangan pada garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan
tertentu.

2.5.3 Kekuatan Tarik


Kekuatan tarik yang diketahui tegangan maksimum pada kurva σ - ε. Hal ini
terkait dengan tegangan maksimum yang bisa di tahan struktur pada kondisi tarik.
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (UTM, ultimate tensile strength)
yaitu nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tctapi pada
kenyataannya nilai terscbut kurang mendasar dalam dengan kekuatan material.
Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus membebani dengan beban
maksimum. Hal ini dikarenakan logam dapat menahan beban sesumbu untuk
keadaan yang sangat terbatas.

Gambar 2.11 Kurva tegangan (σ ) vs regangan( ε)


Sumber: Nasmi Herlina Sari

Dengan, Ts adalah kekuatan tarik, F adalah titik patah.


Untuk tegangan yang lebih komplek, nilai tersebut dikatkan dengan kekuatan
logam, kecil sekali kegunaannya. Pilihan logam yang banyak ditemukan adalah
sebuah rancangan statis ulet pada kekuatan luluhnya. Namun, karena lebih praktis
menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan bahan kekuatan, maka metode ini
lebih banyak dipakai. Suatu bahan ditentukan dengan membagi beban maksimum
yang diberikan dengan luas penampang lintang benda uji, menggunakan
persamaan (Dieter, 1987):
σ= Pmaks/Ao (2.1)
Dengan, σ adalah kekuatan tarik (Kg/mm²). Pmax adalah beban maksimum
yang diberikan (N).dan A adalah luas penampang rata - rata dari serat (mm²),
Luas penampang berbentuk silinder ditentukan dengan menggunakan persamaan
(Hossain, et. al. 2014):
A = π. (d/2)² (2.2)
Dengan, d adalah diameter rata-rata bahan (mm). Sedangkan, modulus
young’s ditentukan dari bagian linear dari kurva tegangan/regangan.

2.5.4 Kekerasan (Hardnes)


Kekerasan (hardness) adalah salah satu sifat mekanik dari suatu material.
Selain itu, kekerasan dapat juga dinyatakan sebagai sifat komplek yang tidak
dapat didefinisikan secara sederhana, tetapi dapat dikatakan sebagai kemampuan
untuk meregangkan materi lain.kemampuan untuk menahan gores, kemampuan
untuk menahan elastisitas deformasi di bawah indentasi dan kemampuan untuk
menahan pengerolan deformasi.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang
dalam penggunaanya Akan mengalami pergesekan (frictional force) dan dapat di
nilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari deformasi plastis
(deformasi yang diberikan dan setelah dirilis, tidak kembali ke bentuk semula
akibat indentasi oleh suatu benda sebagai alat uji).

2.6 Prilaku Mekanik Material


Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan non
logam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai prilaku
material tersebut terhadap pembebanan mekanis. Informasi penting yang bisa
didapat adalah:
Diagram Tegangan Regangan Secara umum hubungan antara tegangan dan
regangan dapat dilihat pada diagram tegangan – regangan berikut ini:

Gambar 2.12 Diagram Tegangan Regangan


Sumber: Agustinus Purna Irawan (2009)

Keterangan:
A: Batas proposional
B: Batas elastis
C: Titik mulur
D: σy: tegangan luluh
E: σu: tegangan tarik maksimum
F: Putus
Dari diagram tegangan regangan pada Gambar 2.8 di atas, terdapat tiga daerah
kerja sebagai berikut:
1. Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain konstruksi
mesin.
2. Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses pembentukan
material.
3. Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses
pemotongan material.

2.6.1 Hukum Hooke (Hooke's Law)


Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini,
kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
Rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan. Stress adalah beban
dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi
panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A (2.3)
Dimana:
F: Gaya tarikan (N), A: luas penampang (m²)
Strain: ε = ∆ L/ L ∆ L : pertambahan panjang (mm), L: panjang awal (mm)

2.6.2 Batas Elastis (Elastic Limit)


Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang
semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bagian
dari batas elastis ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi
dari luar) maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak
akan kembali kepada ukuran semula.
Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik
dimana tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi
permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas
elastis yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.

2.6.3 Titik luluh (Yield Point) dan kekuatan luluh (Yield Strength)
Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa
penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan terciptanya
mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya
hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC (Body
Centered Cuble) dan FCC (Face Centered Cuble) yang membentuk larutan padat
interstisial dari atom-atom karbon, boron, hidrogen, dan oksigen. Interaksi antar
dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steet
menunjukan tilik lutuh bawah (lower yield point) dan titk luluh atas (upper yield
point). Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya
tidak membatasi batas yang jelas. Sehingga dapat digunakan metode offset untuk
menentukan kekuatan kekuatan material.
Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan dimana
penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan luluh atau
titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi
permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending, atau puntiran.
Gambar 2.13 Kurva tegangan-regangan dari benda getas
Sumber: Akhmad Herman Yuwono, (2009)

2.6.4 Keuletan (Ductility)


Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam
menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa
tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses
rolling, bending, stretching, drawing, hammering, cutting dan sebagainya.
Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation) Diukur sebagai penambahan panjang ukur
setelah perpatahan terhadap panjang awalnya
Elongasi, ε (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (2.4)
Dimana:
Lf = panjang akhir
Lo = panjang awal dari benda uji.
Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction) diukur sebagai
pengurangan luas penampang (cross-section) setelah perpatahan terhadap luas
penampang awalnya.
Reduksi penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (2.5)
Dimana:
Af = luas penampang akhir
Ao luas penampang awal.
2.6.5 Modulus Elastisitas (E)
Gradien bagian linier awal kurva tegangan-regangan adalah modulus
elastisitas atau modulus Young. Modulus elastisitas - regangan adalah konstanta
perbandingan tegangan atau tegangan kompresi terhadap tegangan tarik atau
tegangan kompresi. Semakin besar modulus elastisitas semakin kecil regangan
yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas dirumuskan
seperti persamaan.
TeganganTarik(kompres) F/A LoF
γ = = (2.6)
ReganganTarik(kompres) ∆L/Lo A∆L
atau dapat dituliskan seperti persamaan
Dimana Lo adalah panjang awal benda, A adalah luas penampang lintang, ∆L
adalah perubahan panjang yang disebabkan oleh gaya F yang diberikan. Karena
regangan hanya berupa bilangan, maka satuan modulus Young sama seperti
satuan tegangan yaitu gaya per satuan luas.

2.6.6 Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)


Adalah tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material sebelum
terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum tarik ditentukan
dari beban maksimum dibagi luas penampang.

2.6.7 Kekuatan Putus (Breaking Strength)


Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus
(Fbreaking) dengan luas penampang awal (Ao). Untuk bahan yang bersifat ulet
pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga
titik putus B maka terjadinyan mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat
adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet, kekuatan putus lebih
kecil dari kekuatan maksimum, dan pada bahan getas kekuatan putus sama dengan
kekuatan maksimumnya.

2.6.8 Ketangguhan (Toughness)


Ketangguhan adalah jumlah 42mplit yang diserap material sampai terjadi
patah, yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk
berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami. Kemampuan untuk
menahan beban yang terkadang diatas tegangan luluh tanpa terjadi patah, dan
khususnya diperlukan pada bagian-bagian rantai, roda gigi, kopling mobil, dan
cangkuk kran.
Pada umumnya, ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan
atau didefinisikan. Salah satu cara menyatakan ketangguhan adalah meninjau tiap
satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah.
UT≈ σu . ef (2.8)
UT≈ ( σo+ σu ) . ef/2 (2.9)
2 (2.10)
UT≈ ( σu ) . Ef
3
UT adalah tegangan ultimate pada bahan.

2.7 Bentuk Specimen Uji


Adapun berbagai bentuk serta ukuran dimensi spesimen uji pada mesin uji
universal dengan standar ASTM adalah sebagai berikut:

2.7.1 Dimensi Spesimen dan Grip Uji Tarik


Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi didaerah gage length.
Beban yang diberikan pada bahan uji saat dilakukan pengujian tarik agar dimensi
dan ukuran pada benda uji disesuaikan. Dengan standar baku pengujian tersebut
Gambar 2.14 Standar ukuran ASTM D683 Type 1
Sumber: Aris Puja Widikda (2020)

Pengujian untuk benda yang regas harus menggunakan spesimen dengan


bagian bahu yang lebih besar dari pada bagian uji (gauge). Hal tersebut
dimaksudkan agar benda uji (spesimen) tidak rusak dibagian yang dijepit oleh
grip dan rahang alat uji. Luas penampang spesimen harus dibuat kecil pada
bagian tengahnya agar kondisi patah yang terjadi pada bagian tersebut. Pada
ASTM E8 atau E8M, diameter spesimen pada bagian "gauge" adalah 12,5 mm
(atau 0,500 inci) sampai 50 mm untuk spesimen berbentuk silinder.
Diameter bagian gauge adalah 12,5 mm untuk spesimen yang panjangnya 50
mm. Jika spesimen berbentuk persegi panjang, maka panjang bagian gauge
adalah sekitar 50 mm (atau 2.000 inci), lebar spesimen adalah 12,5 mm (atau
0,500 inci), dan ketebalannya 16 mm (atau 0,625 inci). Pada ASTM E 345,
ketebalan maksimum adalah 0,15 mm atau 0,0059 inci. Pada pelaksanaan uji
tarik, sebuah spesimen mungkin memiliki kurva kelenturan yang cukup panjang
sebelum akhirnya putus. Namun, ada juga spesimen yang segera putus setelah
melewati titik luluhnya.
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam grip (jawbreak). Ini
akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi diseluruh
permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan
langsung dengan face. Beban yang diberikan pada bahan yang diuji. Dimensi dan
ukuran pada baja uji disesuaikan dengan standar pengujian.
Gambar 2.15 Rahang dan Kepala benda uji
Sumber: Ridwan Abdullah Sani. (2019)

Peralatan tarik harus dapat memegang atau mencengkeram benda uji dengan
sangat kuat sehingga benda uji tidak terlepas saat ditarik dengan gaya yang besar.
Ada beberapa jenis rahang atau alat pemegang benda uji yang umum digunakan
pada alat uji tarik. Desain grip tersebut didasarkan pada model sampel atau benda
uji yang digunakan. Ada benda uji yang berbentuk silinder dan ada juga benda uji
berbentuk lempengan. Pada ujung ujung benda uji yang berbentuk silinder,
biasanya dibuat takik atau ulir, sedangkan pada benda uji berbentuk lempengan
diberikan lubang untuk memasang penahan. Bagian benda uji yang dipegang
dibuat lebih besar daripada bagian tengah benda uji. Berikut ini ditampilkan
beberapa desain rahang dan grip yang umum digunakan.

2.7.2 Bentuk dan Dimensi Spesimen Uji Tekuk


Spesimen uji tekan dapat berupa silinder atau segi empat. Perbandingan antara
panjang dan diameter spesimen (L/d) menjadi pertimbangan penting.
Pertimbangan L/d yang kecil untuk menghindari buckling, dan L/d yang kecil
untuk menghindari pengaruh ujung spesimen (end effect). Untuk bahan ulet L/d =
3, dan untuk getas dipilih L/d = 1,5 atau 2. Pemotongan spesimen harus tegak
lurus dengan sumbu.

2.8 Pengujian Tekan


Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, (σ ). Selain
stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan panjang (∆L), dibanding dengan
panjang semula (L), disebut strain, (ε).
Untuk tingkat tegangan yang lemah plot antara stress vs strain akan
membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi pada material logam yang
merupakan jenis material linear elastis. Gambar 2.12 menunjukan keadaan
tersebut.

Gambar 2.16 Hubungan stress-strain untuk material elastis


Sumber: Aris Puja Widikda. (2020)

Uji tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan material jika dikenakan gaya.
Kuat tekan sebuah bahan dengan luas penampang A yang diberi gaya tekan aksial
sebesar F dapat dihitung dengan persamaan:
F (2.11)
σc =
A

F = Gaya tekan
A = Luas penampang melintang
Gambar 2.17 Regangan yang dihasilkan dari pengujian tekan
Sumber: Aris Puja Widikda. (2020)

2.9 Faktor Dan Aspek Pengujian Tekuk (Beanding)


Dalam melakukan uji beanding ada factor dan aspek harus di pertimbangkan dan
dimengerti yaitu:

2.9.1 Tekanan (P)


Tekanan adalah perbandingan antara gaya yang terjadi dengan luasan benda
yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi dipengaruhi oleh dimensi benda
yang di uji. Dimensi mempengaruhi tekanan yang terjadi karena semakin besar
dimensi benda uji yang digunakan maka semakin besar pula gaya yang terjadi.
Selain itu alat penekan juga mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi.
Alat penekan yang digunakan menggunakan system hidrolik. Hal lain yang
mempengaruhi besar tekanan adalah luas penampang dari torak yang digunakan.
Maka daya pompa harus lebih besar dari daya yang dibutuhkan. Dan motor harus
bias melebihi daya pompa, perhitungan tekanan (Sularso & Tahara, 1983):
F (2.12)
P=
A

Keterangan:
P= tekanan (Kgf/cm²), F = Gaya atau beban (Kgf) dan A = luas penampang (m²)
pxQ (2.13)
P=
600
Keterangan:
P = daya (KW), P = tekanan (bar) dan Q = laju aliran (l/min)

2.9.2 Benda Uji


Benda uji adalah suatu benda yang di uji kekuatan lengkungnya dengan
menggunakan alat uji bending. Jenis material benda uji yang digunakan sebagai
benda uji sangatlah berpengaruh dalam pengujian bending. Karena tiap jenis
material memiliki kekuatan lengkung yang berbeda-beda, yang nantinya
berpengaruh terhadap hasil uji bending itu sendiri.

2.9.3 Point Beanding


Point bending adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan pengujian
lengkung (bending). Point bending ini memiliki 2 tipe, yaitu: three point bending
dan four point bending. Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak
dari bentuk dan jumlah point yang digunakan, three point bending menggunakan
2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 1 point pada
bagian atas yang berfungsi sebagai penekan sedangkan four point bending
menggunakan 2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 2
point (penekan) pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan. Selain itu juga
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari cara pengujian three point dan
four point.
Secara umum proses pengujian bending memiliki 2 cara pengujian, yaitu:
Three point bending dan Four point bending. Kedua cara pengujian ini memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing karena tiap cara pengujian memilki
cara perhitungan yang berbeda-beda.

1. Three Point Bending


Three point bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan dan 1
penekan.
Gambar 2.18 Three Point Beanding
Sumber: Ainul Makhrus (2015)

Perhtungan yang digunakan (West Conshohocken,1996):


3PL (2.14)
σf =
2b d2
Rumus:
σ f = Tegangan lengkung (kgf/mm²)
P = beban atau gaya yang terjadi (kgf)
L = jarak point (mm)
b = lebar benda uji (mm)
d = ketebalan benda uji (mm)

2. Four Point Beanding


Four point bending adalah cara pengujian bending yang menggunakan 2 tumpuan
dan 2 penekan.
Gambar 2.19 Four Point Beanding
Sumber: ainul makhrus (2015)

Perhitungan yang digunakan (West Conshohocken,1996):


3PL (2.15)
σf =
4b d 2

2.9.4 Rangka
Rangka berfungsi sebagai penahan kekuatan balik dari gaya tekan yang
dihasilkan oleh alat penekan pada saat proses pengujian. Selain itu rangka juga
berfungsi sebagai dudukan komponen-komponen lain, sehingga ukuran dari
rangka haruslah lebih besar dari komponen-komponen tersebut.

2.9.5 Alat Ukur


Alat ukur befungsi sebagai pembaca data hasil pengukuran pada saat
pengujian berlangsung. Angka-angka yang di tunjukkan oleh alat ukur nantinya di
olah lagi dalam perhitungan untuk mendapatkan data yang inginkan. Pada
umunya alat ukur yang digunakan adalah alat pengukur tekanan.

2.10 Mode Pepatahan Material


Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan
perpatahan seperti diilustrasikan oleh Gambar 2.16 di bawah ini:
Gambar 2.20 Ilustrasi bentuk perpatahan benda uji tarik
Sumber: Akhmad Herman Yuwono. (2009)

2.10.1 Pepatahan Ulet


Perpatahan ulet memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap (dull),
Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih
tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan.
Gambar 2.17 di bawah ini memberikan ilustrasi skematis terjadinya perpatahan
ulet pada suatu spesimen yang diberikan pembebanan tarik:

Gambar 2.21 Tahapan terjadinya perpatahan ulet pada sampel uji tarik
Sumber: Akhmad Herman Yuwono, (2009)

Berdasarkan Gambar 2.17 dapat dilihat pada point (a). Penyempitan awal; (b)
Pembentukan rongga-rongga kecil (cavity); (c) Penyatuan rongga-rongga
membentuk suatu retakan; (d) Perambatan retak; (e) Perpatahan geser akhir pada
sudut 45°.

2.10.2 Pepatahan Getas


Perpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang berbutir (granular)
dan terang. Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada material
2. Retak/perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah
atom-atom material (transgranular).
3. Pada material lunak dengan butir kasar (coarse-grain) maka dapat dilihat
pola-pola yang dinamakan chevrons or fan-like pattern yang berkembang
keluar dari daerah awal kegagalan.
4. Material keras dengan butir halus (fine-grain) tidak memiliki pola-pola yang
mudah dibedakan.
5. Material amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan yang
bercahaya dan mulus.
Contoh perpatahan getas dari suatu benda uji berbentuk pelat diberikan oleh
Gambar 2.22 di bawah ini.

Gambar 2.22 Perpatahan getas pada dua sampel logam (pelat)


Sumber: Akhmad Herman Yuwono, (2009)

2.11 Fenomena Pada Uji Tekan


2.11.1 Barelling
Barreling adalah salah satu fenomena yang terjadi pada uji tekan dimana
terjadi perubahan bentuk dimensi karena gesekan antara penekanan dan benda
kerja. Gesekan antara spesimen dan yang menghambat permukaan atas dan bawah
spesimen bereaksi secara bebas, ini bisa menyebabkan timbulnya fenomena
Barelling.
Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya tergantung dari
diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan diameter
spesimen adalah “d”, dan tinggi spesimen adalah “h”, maka untuk perbandingan
h:d lebih kecil dari 3:2, maka fenomena yang terjadi adalah Barelling. Adapun
contoh gambar dari fenomena barreling ini dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 2.23 (a).spesimen sebelum diuji dan (b).spesimen setelah diuji


Sumber: Satria Yudha Setiawan, (2019)

2.11.2 Buckling
Adalah terjadinya pembengkokan pada material setelah diberikan beban tekan.
Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya tergantung dari
diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan diameter
spesimen adalah “d”, dan tinggi spesimen adalah “h”, maka untuk perbandingan
h:d lebih besar dari 3:2, maka fenomena yang terjadi adalah Buckling. Adapun
contoh gambar dari fenomena buckling ini dapat kita lihat sebagai berikut :

Gambar 2.24 (a).spesimen sebelum diuji, (b).spesimen setelah diuji


Sumber: Satria Yudha Setiawan, (2019)

2.12 Sistem Hidrolik


2.12.1 Definisi Sistem Hidrolik
Sistem Hidrolik adalah Suatu sistem yang memanfaatkan tekanan fluida
sebagai power (sumber tenaga) pada sebuah mekanisme. Karena itu, pada sistem
hidrolik dibutuhkan power unit untuk membuat fluida bertekanan. Kemudian
fluida tersebut dialirkan sesuai dengan kebutuhan atau mekanisme yang
diinginkan. Prinsip dasar dari sistem hidrolik adalah memanfaatkan sifat bahwa
zat cair tidak mempunyai bentuk yang tetap, namun menyesuaikan dengan yang
ditempatinya. Zat cair bersifat inkompresibel. Karena itu tekana yang diterima
diteruskan ke segala arah secara merata (Pernama,2010).
Sistem hidrolik biasanya diaplikasikan untuk memperoleh gaya yang lebih
besar dari awal yang dikeluarkan. Fluida sebagai penghantar dinaikkan
tekanannya oleh pompa yang kemudian diteruskan ke silinder, dengan cara
melalui pipa-pipa saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang piston dari
silinder yang kerja diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder
dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun naik dan turun sesuai
dengan pemasangan silinder yaitu ada horizontal maupun vertikal.
(Pernama,2010).

2.12.2 Dasar-dasar Sistem Hidrolik


Prinsip dasar dari sistem hidrolik berasal dari hukum Pascal, pada dasarnya
sistem hidrolik yaitu suatu bejana tertutup yang ujungnya terdapat beberapa
lubang yang sama maka akan dipancarkan kesegala arah dengan tekana dan
jumlah aliran yang sama. Dimana tekanan dalam fluida statis harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tidak punya bentuk yang tetap, selalu berubah sesuai dengan tempatnya.
b. Tidak dapat dimampatkan.
c. Meneruskan tekana ke semua arah dengan sama rata.
Gambar 2.21 memperlihatkan dua buah silinder berisi cairan yang
dihubungkan dan mempunyai diameter yang berbeda. Aplikasi beban F diletakkan
di silinder kecil, tekanan P yang dihasilkan akan diteruskan ke ilinder besar (P =
F/A, beban dibagi luas penampang silinder) menurut hukum ini, pertambahan
tekanan dengan luas rasio penampanga silinder kecil dan besar, atau F = P.A.

Gambar 2.25 Fluida dalam pipa menurut hukum Pascal


Sumber: hery wibowo, (2016)
Pada gambar diatas di dapatkan sesuai dengan hukum pascal, dapat diperoleh

F1 F2 F1 A1
persamaan sebagai berikut: = =
A1 A2 F2 A2
Sehingga diperoleh:
F1 F2 (2.16)
=
A1 A2
Dimana:
F1 = gaya masuk
F2 = gaya keluar
A1= diameter piston kecil
A2 = diameter piston besar

Persamaan diatas dapat diketahui berdasarkan F2 dipengaruhi oleh besar


kecilnya luas penampang dari pistone A2 dan A1. Dalam sistem hidrolik, hal ini
dimanfaatkan untuk merubah gaya tekan fluida yagn dihasilka oleh pompa
hidrolik untuk menggeserkan silinder yang kerja maju dan mundur maupun naik
dan turun sesuai letak dari silinder. Daya yang dihasilkan kerja silinder hidrolik,
lebih besar dari daya dikeluarkan oleh pompa. Besar kecilnya daya yang
dihasilkan oleh silinder hidrolik dipengaruhi besar kecilnya luas penampang
silinder kerja hidrolik.

2.12.3 Keuntungan dan Kekuarangan


Ada beberapa keuntungan dari sistem hidrolik yang dimiliki diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Fleksibilitas.
Sistem hidrolik berbeda dengan metode pemindahan tenaga mekanis
dimana daya ditransmisikan dari engine dengan shafts, gears, belts, chains,
atau cable (elektrik). Pada sistem hidrolik, daya dapat ditransfer ke segala
tempat dengan mudah melalui pipa/selang fluida.
2. Melipat gandakan gaya.
Pada sistem hidrolik gaya yang kecil dapat digunakan untuk
menggerakkan beban yang besar dengan cara memperbesar ukuran diameter
silinder.
3. Sederhana.
Sistem hidrolik memperkecil bagian-bagian yang bergerak dan keausan
dengan pelumasan sendiri.
4. Hemat.
Karena penyederhanaan dan penghematan tempat yang diperlukan sistem
hidrolik, dapat mengurangi biaya pembuatan sistem.
5. Relatif aman.
Dibanding sistem yang lain, kelebihan beban (over load) mudah dikontrol
dengan menggunakan relief valve.
Adapun kekurangan-kelurangan dari Sistem hidrolik yang dimiliki diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Gerakan relatif lambat.
2. Peka terhadap kebocoran.

2.12.4 Mesin Press Hidrolik


Adalah suatu mesin industri yang mempunyai sistem hidrolik yang dapat
bekerja secara mandiri dengan menggunakan pompa yang terletak terpisah untuk
setiap mesin.Komponen utama pada Mesin Press Hidrolik ini adalah Dongkrak
Hidrolik, dan didukung oleh komponen-komponen lain yaitu Tabung
Pengepressan, Plat penekan (Piston Pengepress), Handle, Frame dan Pegas tarik
sebagai berikut:
Dongkrak Hidrolik Merupakan suatu alat utama yang digunakan pada Mesin
Press Hidrolik untuk memberikan tekanan pada bahan melalui Piston Penekan.
Tabung Pengepressan Merupakan bagian dari Mesin Press yang berbentuk
silinder dengan ketinggian tertentu.
Plat Penekan (Piston Pengepress) Merupakan sumbat geser yang terpasang
presisi di dalam tabung pengepressan. Plat penekan ini berfungsi untuk mengubah
volume dari tabung pengepressan, menekan bahan di dalam tabung pengepressan
ataupun kombinasi keduanya. Handle (ulir) Merupakan bagian mesin press
hidrolik yang digunakan untuk mengatur batas maksimal bawah.
Pegas Tarik Merupakan bagian mesin press hidrolik yang digunakan untuk
menaikkan batang luncur secara otomatis dan dapat juga digunakan untuk
mengembalikan batang luncur pada posisi semula (Putriningtyas dkk, 2007).

2.13 Pengertian Motor Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Begitu juga dengan sebaliknya yaitu alat untuk mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik yang biasanya disebut dengan generator atau
dynamo. Pada motor listrik yang tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektro magnet. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa
kutub-kutub dari magnet yang senamaakan tolak menolak dan kutub yang tidak
senama akan tarik menarik. Dengan terjadinya proses ini maka kita dapat
memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros
yang dapat berputar dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.
(Aditya Kuswardana,dkk 2016)

2.13.1 Prinsip kerja Motor Listrik


pada motor satu fasa memiliki dua belitan stator, yaitu belitan fasa utama (belitan
U1-U2) dan belitan fasa bantu (belitan Z1-Z2), dilihat pada gambar 2.26
Gambar 2.26 Prinsip Medan Magnet Utama dan Medan magnet Bantu
Sumber: Aditya Kuswardana,(2016)

1. Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga lebih besar


sehingga memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan belitan bantu dibuat dari
tembaga berpenampang kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga
impedansinya lebih besar dibanding impedansi belitan utama.
2. Grafik arus belitan bantu Ibantu dan arus belitan utama Iutama berbeda
fasa sebesar φ, hal ini disebabkan karena perbedaan besarnya impedansi kedua
belitan tersebut. Perbedaan arus beda fasa ini menyebabkan arus total,
merupakan penjumlahan vektor arus utama dan arus bantu. Medan magnet
utama yang dihasilkan belitan utama juga berbeda fasa sebesar φ dengan
medan magnet bantu

Gambar 2.27 grafik Gelombang arus medan bantu dan arus medan utama
Sumber: Aditya Kuswardana,(2016)
2.13.2 Mekanisme Kerja Motor Listrik
Secara umum, mekanisme kerja motor hampir sama diantara lainya:
1. Arus listrik dalam medan mangnet akan memberikan gaya
2. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop,
Maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan mangnet, akan
mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan
3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torsi untuk memutar kumparan
4. Motor memiliki beberapa loop pada dynamo untuk memberikan tenaga
putaran yang lebih seragam dan medan mangnetnya dihasilkan oleh susunan
elektromagnetik yang disebut kumparan medan.

2.13.3 Beban Motor Listrik


Dalam sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan beban
motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/torque sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan, beban umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga
kelompok (BEE India, 2004):
1. Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan keluar energinya
bervariasi dengan kecepatan operasinya namun torque nya tidak bervariasi,
contoh beban dengan torque konstan adalah conveyors, klins, dan pompa
displacement konstan.
2. Beban dengan variable torque adalah beban dengan torque yang bervariasi
dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan variable torque adalah
popma sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai kwadrat kecepatan)
3. Beban dengan energi konstan adalah beban, dengan permintaan torque yang
berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban
dengan daya konstan adalah peralatan-peralatan mesin.

2.13.4 Keuntungan dan Kekurangan Motor Listrik


Ada beberapa keuntungan dari motor listrik yang dimiliki diantaranya adalah
sebagai berikut:
Motor AC memiliki keuntungan menjadi motor dengan biaya terendah untuk
aplikasi yang memerlukan lebih dari sekitar 1/2 hp (325 watt) kekuasaan. Hal ini
disebabkan desain motor yang sederhana. Untuk alasan ini, motor AC yang sangat
disukai untuk aplikasi kecepatan tetap dalam aplikasi dan untuk aplikasi komersial
dan domestik di mana AC power line dapat dengan mudah menempel. Lebih dari
90% dari semua motor adalah motor AC induksi. Mereka di AC, mesin cuci,
Pengeringan, mesin industri, fan, blower, penyedot debu, dan banyak, banyak
aplikasi lainnya.
1. Desain Sederhana
2. Biaya Rendah
3. Pengoperasian Terpercaya
4. Mudah Ditemukan Penggantian
5. Gaya Pemasangan Ragam
Adapun beberapa kekurangan dari motor listrik yang dimiliki diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mahal kontrol kecepatan
2. Ketidakmampuan untuk beroperasi pada kecepatan rendah
3. Miskin posisi control

2.14 Jurnal Penelitian Mesin Uji Universal


Beberapa hasil riview jurnal yang saya dapat sebagai berikut:

Ahmad yunus nasution dan Muhammad nur telah melakukan penelitian


mengenai pengujian mesin. Tujuan penelitian tersebut adalah melakukan
pengujian menggunakan motor listrik. Metode yang digunakan adalah analisis
data. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan punch dan dies sangat
kuat, tegangan geser yang terjadi pada proses blanking masih dibawah tegangan
gese dari bahan dies dan punch.
Abdul syukur alfauzi, rofarsyam melakukan penelitian mengenai membuat
rancang pemeras kelapa menggunakan motor 1hp. Tujuan penelitian perancangan
pemeras santan kelapa menggunakan motor 1hp. Metode yang digunakan adalah
mendesain perancangan sebelum membuat mesin pemeras santan kelapa. Hasil
penelitian Mesin pemeras kelapa parut sistim pres ulir (screw press) telah didesain
dan dibuat modelnya, serta dapat digunakan dengan baik untuk memeras kelapa
parut, dengan 53,2 kg kelapa parut per jam menghasilkan santan

Ariawan Wahyu Pratomo, Iwan Hermawan melakukan penelitiann. Rancang


bangun mesin pencetak garam menggunakan briket dan sistem penggerak
menggunakn motor listrik 2hp. Tujuan penelitian melakukan pengujian motor
listrik. Metode Tahapan dalam penelitian ini secara garis besar meliputi;
perancangan dan perhitungan, implementasi rancangan dalam bentuk gambar
desain, pembuatan dan perakitan mesin, serta pengujian mesin hasil rancang
bangun. Hasil penelitian berikut: Bahan punch dan dies sangat kuat, tegangan
geser yang terjadi pada proses blanking.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai daya motor listrik sebagai pengerak
hidrolik pada mesin uji universal dengan tahapan-tahapan sebagaimana
diperlihatkan dalam diagram alir di bawah ini.

Mulai

Studi Literasi

PERANCANGAN DAYA HIDROLIK


1.Perhitungan Beban Hidrolik
2. Perhitungan Hidrolik
3. Perhitungan Daya Motor

Pemilihan jenis motor listrik


untuk mesin uji universal

Pengujian Mesin Uji Universal Test untuk


pengambilan data daya motor listrik pada
proses pengujian
Tarik, Tekan, dan Tekuk.

Hasil pengujian daya Tidak


motor listrik yang
dibutuhkan pada sistem
hidrolik mesin uji Ya
universal

Analisa Data
selesai
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai