DEFINISI AL QUR’AN
Secara Etimologis
Al Qur’an => Bacaan atau yang dibaca
Q.S. Al Qiyamah: 18
Page 2
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw,
bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi
sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau
pembukuan yang dilakukan para sahabat. Pertama kali
dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah
Abu Bakar, lalu pada masa Khalifah Utsman bin Affan
dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang
diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang
disebut pula Mushaf Utsmani.
Page 3
KANDUNGAN AL QUR’AN
Tauhid
Janji dan Ancaman
Ibadah
Jalan dan cara mencapai kebahagiaan
Riwayat dan cerita kaum dahulu
Page 4
DEFINISI AS SUNNAH
Secara Etimologis:
As Sunnah=> Jalan yang ditempuh
الطريقة المسلوكة
Secara Terminologis:
As Sunnah=> Perkataan, perbuatan, dan taqrir
Nabi.
Page 5
DEFINISI AL HADITS
Secara Etimologis:
Al Hadits=> Sesuatu yang baru
Secara Terminologis:
Al Hadits=> Perkataan Nabi
Page 6
Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk
pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan
tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud.
Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh
langsung bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram
(bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah,
bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat
dan salam.
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang
para sahabatnya menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan
itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur
dengan wahyu (Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu
hanya berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat.
Page 7
Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(100 H/718 M), lalu disempurnakan sistematikanya pada masa
Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M). Para ulama waktu itu mulai
menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan
kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis Al-Fiqh, serta
Imam Syafi’i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-Sunnah.
Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi
40.000 Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya
hingga kini adalah Imam Bukhari (194 H/256 M) dengan kitabnya
Shahih Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M) dengan kitabnya
Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi rujukan utama umat
Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak
600.000 hadits yang kemudian diseleksinya. Imam Muslim
mengumpulkan 300.000 hadits yang kemudian diseleksinya.
Page 8
Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam
Nasa'i yang menuangkan koleksi haditsnya dalam
Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi,
Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam Ibnu
Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam
Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam
Daruquthni dalam Sunan Daruquthni.
Page 9
Klasifikasi Hadits berdasarkan pada Kuat Lemahnya Berita
Page 10
Hadits Shahih
Page 11
Syarat-Syarat Hadits Shahih
Rawinya bersifat adil, artinya seorang rawi selalu memelihara ketaatan dan
menjauhi perbuatan maksiat, menjauhi dosa-dosa kecil, tidak melakukan
perkara mubah yang dapat menggugurkan iman, dan tidak mengikuti
pendapat salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’
Sempurna ingatan (dhabith), artinya ingatan seorang rawi harus lebih banyak
daripada lupanya dan kebenarannya harus lebih banyak daripada
kesalahannya, menguasai apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya
dan maknanya
Sanadnya tiada putus (bersambung-sambung) artinya sanad yang selamat
dari keguguran atau dengan kata lain; tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan
menerima langsung dari yang memberi hadits.
Hadits itu tidak ber’illat (penyakit yang samar-samar yang dapat menodai
keshahihan suatu hadits)
Tidak janggal, artinya tidak ada pertentangan antara suatu hadits yang
diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh
rawi yang lebih rajin daripadanya.
Page 12
Hadits Hasan
Hadits yang tertolak adalah hadits yang dhaif dan juga hadits
palsu. Sebenarnya hadits palsu bukan termasuk hadits,
hanya sebagian orang yang bodoh dan awam yang
memasukkannya ke dalam hadits. Sedangkan hadits dhaif
memang benar sebuah hadits, hanya saja karena satu sebab
tertentu, hadis dhaif menjadi tertolak untuk dijadikan
landasan aqidah dan syariah.
Hadits Dhaif yaitu hadits yang kehilangan satu syarat atau
lebih dari syarat-syarat hadits Shahih atau hadits Hasan.
Hadits Dhaif merupakan hadits Mardud yaitu hadits yang
tidak diterima oleh para ulama hadits untuk dijadikan dasar
hukum.
Page 15
Page 16