Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah las listrik dan las gas ini. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah
banyak membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Makalah las listrik dan las gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan
dari pembelajaran las listrik dan las gas serta dari berbagai referensi yang penulis
dapatkan.

Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat
digunakan sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan.
Disamping itu penulis mengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap
tugas saja melainkan dapat disebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan
digunakan sebagaimana mestinya.

Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu
demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat
mengharapkan saran serta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca sehingga dengan semua itu kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Las DC .............................................................................. 3
B. Perlengkapan Las DC ........................................................ 4
C. Perlengkapan Keselamatan Kerja ...................................... 6
D. Elektroda………………………………………………….. 9
E. Teknik Dasar Pengelasan…………………………………. 12
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................... 16


3.2 Saran ................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa
mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama
produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat
rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal
ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja,
aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan
tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi.
Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai
alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin,
bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut
menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah
satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan.
Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok
besar,
yaitu :
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam
yang dapat dilepas kembali.
2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam
dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan
logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan
pengelasan.
Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda
logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan
terdiri dari las listrik dan las gas.

1
B. Rumusan Masalah

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :


a. Mampu menggunakan atau mengoperasikan mesin-mesin las DC.
b. Mengetahui jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pengelasan DC.
c. Mengenal dan dapat memahami mesin las listrik.
d. Untuk mengetahui teknik pengelasan yang baik dan benar
e. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengelasan

C. Tujuan Penulisan

1. Menciptakan mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.


2. Mahasiswa mampu menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mahasiswa mampu membuat alur las yang baik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengelasan yang baik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui teori-teori tentang pengelasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Las DC ( Arus Searah)

Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala busur listrik adalah arus searah.
Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo motor listrik searah. Dinamo dapat
digerakkan oleh motor listrik, motor bensin, motor diesel, atau alat penggerak yang lain.
Mesin arus yang menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya memerlukan
peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau rectifier berfungsi
untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Arus bolak-balik diubah
menjadi arus searah pada proses pengelasan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

Nyala busur listrik yang dihasilkan lebih stabil,

 Setiap jenis elektroda dapat digunakan pada mesin las DC,

 Tingkat kebisingan lebih rendah,

 Mesin las lebih fleksibel, karena dapat diubah ke arus bolak-balik atau arus searah.

Mesin las DC ada 2 macam, yaitu mesin las stasioner dan mesin las portabel. Mesin las
stasioner biasanya digunakan pada tempat atau bengkel yang mempunyai jaringan listrik
permanen, misal listrik PLN. Adapun mesin las portabel mempunyai bentuk relatif kecil
biasanya digunakan untuk proses pengelasan pada tempat-tempat yang tidak terjangkau
jaringan listrik. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian mesin las adalah
penggunaan yang sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan oleh prabrik pembuat mesin,
perawatan yang sesuai dengan anjuran. Sering kali gangguan-gangguan timbul pada mesin
las, antara lain mesin tidak mengeluarkan arus listrik atau nyala busur listrik lemah.
Mesin Las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas
terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan
kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam
induk dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik
(DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang
elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
negatif.
Pilihan ketika menggunakan DC polaritas negatif atau positif adalah terutama ditentukan
elektroda yang digunakan. Beberapa elektroda didisain untuk digunakan hanya DC- atau
DC+. Elektroda lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+. Elektroda E7018 dapat
digunakan pada DC polaritas terbalik (DC+). Pengelasan ini menggunakan elektroda E7018
dengan diameter 3,2 mm, maka arus yang digunakan berkisar antara 115-165 Amper.
Dengan interval arus tersebut, pengelasan yang dihasilkan akan berbeda-beda. Tidak semua
logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai sifat mampu las yang
baik diantaranya adalah baja paduan rendah. Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda
terbungkus, las busur rendam dan las MIG (las logam gas mulia). Baja paduan rendah biasa
digunakan untuk pelat-pelat tipis dan konstruksi umum.

3
Pergerakan atau ayunan elektroda las juga dapat mempengaruhi karakteristik hasil lasan,
pada sisi lain bentuk gerakan elektroda untuk pengelasan sering menjadi pilihan pribadi dari
tukang las itu sendiri tanpa memperhatikan kekuatan lasnya.Untuk mengetahui bentuk
gerakan elektroda yang menghasilkan sifat mekanik yang paling baik, perlu dilakukan
penelitian dan pengujian. Salah satu sifat mekanik yang paling penting dalam pengelasan
adalah sifat kekerasan (hardness).

B. Perlengkapan Las DC

1. Kabel Las

Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet
isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :

• kabel elektroda
• kabel massa
• kabel tenaga

Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah
kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las.
Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC - DC.

2. Pemegeng Elektroda

Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh
bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang
tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber
atau kayu.

4
3. Palu Las

Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.Berhati-hatilah
membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik
ke mata atau ke bagian badan lainnya.

4. Sikat Kawat

Dipergunakan untuk :
• Membersihkan benda kerja yang akan dilas
• Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

5. Tang Penjepit
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang
masih panas.

5
6. Klem Massa

Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik
seperti Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini
dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja. Walaupun
demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

C. Perlengkapan Keselamatan Kerja

1. Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata
dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun
mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi
sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu
tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu
pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinar las
dengan kaca las.

6
2. Sarung Tangan (Welding Gloves)

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung
tangan.

3. Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit
atau dari asbes.

4. Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.

7
5. Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

6. Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang
ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas,
sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi: Didalam kamar las
ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah
terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak
las dan bunga api.

7. Jaket Las
Jaket pelindung badan+tangan yang tebuat dari kulit/asbes

8
D. Elektroda

Klasifikasi Elektroda

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX
yang artInya sebagai berikut :
E menyatakan elaktroda busur listrik

XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan
Ib/in2 lihat table.

X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.

angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di
bawah tangan
X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk
pengelasan lihat table.
Contoh : E 6013

Artinya:

Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2
Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium
dan pengelasan dengan arus DC +atau DC
• Elektroda Baja Lunak
• . E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi
dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya
mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan
pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan
akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu
menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
• . E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi
kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi

9
pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere
yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium
memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan
diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.
• . E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah
dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan
mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
• Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat
dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari
1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis- jenis
selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03),
titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk
besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-
beda, untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda berkisar antara
70% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada
waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas
CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat
mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan
membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
• Elektroda dengan selaput serbuk besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput
elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi.
Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan
ampere yang lebih tinggi.

10
• Elektroda Hydrogen rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari
0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai
untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E
7018.
• Elektroda untuk besi tuang
• Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk
mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau
DC kutub terbalik.
• Elektroda Nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih
dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi
pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah
rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik
elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
• Elektroda Perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga
panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor
dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
• Elektroda untuk aluminium
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang
sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan
pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-
ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub
terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut.

11
• Elektroda untuk pelapis keras
• Elektroda tahan kikisan
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan
serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai
peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk
pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa
type pisau.
• Elektroda tahan pukulan
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai
untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
• Elektroda tahan keausan
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt,
Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan
katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.

E. Teknik dasar Pengelasan

1. Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan

Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan
mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif
mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang
udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk
menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur
listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda
misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah
arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada
lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek
(garis tengah elektroda).
• Kawat inti

• Selubung elektroda
• Busur listrik

• Pemindahan logam
• Gas pelindung

• Terak
• Kampuh las

12
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang
akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu
arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda
itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara
elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur
cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi
pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri
atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus
menerus mene

2. Proses Penyulutan

Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan


disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda).
3. Menyalakan busur listrik

Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat
sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan
dengan cara. Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan
seperti pada gambar.

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan
pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika
busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk
melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit
dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk
elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan
dasar ± 3,25 mm.

13
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk
besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya
ke sisi logam induk.
• Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk
memanaskan logam induk.
• Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama
dengan garis tengah penampang tadi.

4. Memadamkan busur listrik

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap


mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas
yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur
dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak
miring.
5. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang
normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti
elektroda.
• Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik. Hasilnya :
 rigi-rigi las yang halus dan baik.
 tembusan las yang baik
 perpaduan dengan bahan dasar baik
 percikan teraknya halus.
• Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk
bola dari cairan elektroda. Hasilnya :
 rigi-rigi las kasar
 tembusan las dangkal
 percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.
• Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan
ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya :
 rigi las tidak merata
 tembusan las tidak baik
 percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

6. Pengaruh Besar Arus

Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah
akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi
tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan
dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta
14
penembusan yang kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda
akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan
penembusan yang dalam.
Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi
pengelasan serta tebal bahan dasar.
7. Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan

Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda,


bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain- lainnya.
Dalam hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus
dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi.
Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan
maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi di samping itu
sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan akan memperbesar
penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per
satuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu
cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ
Pada umumnya dalam pelaksanaan kecepatan selalu diusahakan setinggi- tingginya
tetapi masih belum merusak kwalitas manik las. Pengalaman juga menunjukkan
bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang terjadi.

Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak


dan pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan manik.
Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan menyebabkan
terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik, terlihat seperti gambar dibawah
ini.

8. Pendinginan

Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur tertentu dari suatu siklus
termal las sangat mempengaruhi kwalitas sambungan. Karena itu banyak sekali
usaha-usaha pendekatan untuk menentukan lamanya waktu pendinginan tersebut.
Pendekatan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris. Struktur mikro dan
sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan
dari temperatur 800 oC sampai 500oC. Sedangkan retak dingin, dimana hidrogen
memegang peranan penting, terjadinya sangat tergantung oleh lamanya pendin ginan
dari temperatur 800 oC sampai 300 oC atau 100 oC.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan
dari penyusunan makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
 Pada akhirnya penulis mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang
digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi pengelasan laslstrik,
tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja
yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai
berikut :
 Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai
referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.
 Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi

16
DAFTAR PUSTAKA

www.lab teknologi mekanik.com

http://kamissore.blogspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html

Cary Howard B, “Modern Welding Technology” Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey Q7632, USA, 1994.

Messler R.W, Jr., “Principles of Welding” John Wiley & Sons, Inc. USA, 1999.

http://laslistrik.blogspot.com/2009/06/.html

http://materi-kuliah.blogspot.com/2009/06/.html

http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html

17
MAKALAH
LAS DC (ARUS SEARAH)

Di susun oleh:
Nama Nim
1. Abdul Azis (171010300481)
2. Candra Aditama (171010300476)
3. Herisman (171010300470)
4. Rohdiawan (171010300477)
5. Ruli Anwar (171010300143)

SEMESTER GENAP
2018/2019
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG

Anda mungkin juga menyukai