Oleh :
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena atas
berkat dan rahmat-Nya, serta tuntunan dan bimbingannya, kami dapat menyelesaikan
proposal ini meskipun sangat sederhana. penulisan proposal ini dengan judul “Daya
Tahan Otot Gastrocnemius Dengan Latihan Ankle Hops Pada Pengemudi Taksi Di
Wahana Bali Taksi”, kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami
mengharapkan sumbangan pikiran berupa kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan dan pengetahuan yang lebih untuk kami.
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pentunjuk dan bimbingannya
dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini
penulis mengucapkan terimakasih.
ii
4.2.2 Waktu Penelitian.................................................... 26
4.3 Populasi da Sampel Penelitian ........................................ 27
4.3.1 Populasi Penelitian ................................................ 27
4.3.2 Sampel Penelitian .................................................. 27
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 27
4.5 Bahan Penelitian .............................................................. 27
4.6 Instrumen Pengumpula Data ........................................... 28
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 28
4.7 Analisis Data ................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
tujuan. Transportasi erat kaitannya dengan pengemudi. Pekerjaan pengemudi atau
supir merupakan jenis pekerjaan sektor informal pekerjaan yang memerlukan
konsentrasi tinggi karena membutuhkan perpaduan yang tepat antara otak, tangan,
kaki, dan mata.
Gerakan menginjak pedal pada saat mengemudi yaitu gerakan plantar fleksi yang
digerakan oleh otot utama yaitu m. gastrocnemius. Mengenudi dalam waktu yang
lama akan menimbulkan gerakan yang secara terus menerus dan berulang pada otot
gastrocnemius yang mengakibatkan otot tersebut berkontraksi terus menerus. Otot
yang berkontraksi secara terus menerus memerlukan daya tahan otot yang maksimal.
Daya tahan otot tungkai bawah berperan penting dalam gerakan menginjak pedal
secara terur menerus dan berulang. Gerakan repetitif dapat menimbulkan gangguan
pada musculoskeletal. Gangguan musculoskeletal yang dapat terjadi yaitu pada
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan
dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan gangguan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Gangguan musculoskeletal muncul akibat postur kerja
yang terdiri dari posisi tubuh yang janggal, gerakan repetitif atau berulang, gaya
berlebih pada bagian kecil tubuh seperti pada bagian pergelangan dan pada pekerjaan
dengan gerakan kecepatan tinggi tanpa jeda.
Penyebab rasa tidak nyaman pada tungkai bawah adalah durasi kerja atau
frekuensi yang sangat berpengaruh pada timbulnya keluhan. Berdasarkan hal tersebut
maka pada postur kerja secara terus menerus akan meningkatkan keluhan pada
tungkai bawah.
1
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan November, keluhan
muncul ketika pengemudi taksi 8 jam pertama pada saat bekerja dan jam kerja
pengemudi taksi rata-rata adalah 8-10 jam per hari dengan istirahat 1-2 jam. Istirahat
yang dilakukan di luar mobil seperti makan dan berkumpul di pangkalan yang berada
di daerah seminyak. Hal tersebut menunjukan bahwa daya tahan yang buruk dari otot
gastrocnemius dalam mengatasi pembebanan yang diterima dalam waktu yang lama.
Selain itu, didapatkan hasil pengukuran secara objektif berkaitan dengan daya tahan
otot gastrocnemius yang memiliki daya tahan otot yang dibawah normal dengan 50
repetisi.
Test yang digunakan untuk mengetahui daya tahan otot gastrocnemius yaitu Calf
Raises Repetition Maximum. Dalam upaya meningkatkan daya tahan otot
gastrocnemius dapat diberikan latihan Ankle Hops. Pemberian latihan Ankle Hops
bertujuan untuk meningkatkan daya tahan otot, pada latihan tersebut terjadi gerakan
loncatan yang bersamaan pada kedua kaki yang diharapkan terjadi perubahan
biomekanik pada saat melakukan latihan pergerakan yang banyak berulang-ulang
dengan setiap latihan mengalami kenaikan intensitas.
2
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada daya tahan otot
gastrocnemius dengan latihan ankle hops pada pengemudi taksi di Wahana Bali
Taksi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Transportasi memiliki 2 fungsi yaitu melancarkan arus barang dan manusia dan
menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector). Manfaat transportasi
diklasifikasikan sebagai manfaat ekonomi yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia dengan menciptakan manfaat. Manfaat sosial transportasi menyediakan
berbagai kemudahan, diantaranya pelayanan untuk perorangan atau kelompok,
pertukaran atau penyampaian informasi, perjalanan untuk bersantai, memendekkan
jarak dan memencarkan penduduk. Manfaat Politik transportasi menciptakan
persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi bencana, dan
sebagainya. Manfaat Kewilayahan memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa,
atau pedalaman. Terdapat jenis transportasi yaitu transportasi darat kendaraan
bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi, kerbau), atau
manusia.
4
ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan
mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan (Setiani, 2015:104).
2.1.1 Mengemudi
2.1.2 Pengemudi
Supir atau pengemudi merupakan jenis pekerjaan sektor informal yang
memiliki risiko gangguan kesehatan yang memiliki kemampuan dalam
mengendalikan suatu kendaraan (Fitrianingsih dan Hariyono 2011:67). Kegiatan
yang paling membebani pengemudi adalah mengegas dan ganti kopling. Posisi
kaki saat dipedal rem dan kopling ketika dalam kedaan normal yaitu fleksi ankle
20º-30º dengan tekanan yang berbeda (Ismail, 2003:14) .
5
2.2 Anatomi Ankle & Foot
Ankle terdiri dari 28 tulang dan paling sedikit 29 sendi, yang mana Ankle dibentuk
oleh ujung distal os. Tibia dan os. Fibula (yang kompleks terdiri dari 3 artikulasi:
sendi talocrural, sendi subtalar, dan tibiofibular) yang bersendi langsung dengan: Os.
Talus paling atas, Os. Calcaneus paling belakang, Os. Navicularis bagian medial, Os.
Cuboideus bagian lateral, Ossa. Cuneiforme bagian medial, middel, lateral, Ossa.
Metatarsalia 5 buah, dan Ossa. Phalangeal 14 buah.
a. Fore foot, terdiri dari: Ossa metatarsalia dan Ossa phalangea, pada anterior
segmen.
b. Mid foot, terdiri dari : Os. Navicularis, Os Cuboid dan Ossa Cuneiforme, pada
middle segmen.
c. Rear foot, terdiri dari: Os, Talus dan Os Calcaneus (Subtalar joint/Talo
calcanel joint), posterior segmen.
2.2.1 Persendian Kaki
a. Distal Tibio Fibular Joint
Subtalar joint merupakan jenis sendi plan joint, dibentuk oleh os. Talus
dan Calcaneus. Arthrokinematik dan osteokinematik adalah gerakan
6
yang terjadi berupa adduksi (valgus) dan abduksi (varus), yang ROM
keduanya adalah hard end feel. Semakin besar posisi kaki dalam fleksi
plantar, semakin besar kemiringan varusnya. Diperkuat oleh
talocalcaneal ligamen. (Kisner dan Colby, 2012:851)
7
sehingga bersendi juga dengan Cuneiforms I-III, sehingga sendi ini
paling stabil dan gerakannya sangat kecil. Arthrokinematiknya
berupa traksi gerak Metatrsal ke distal.
e. Metatarso phalangeal dan Inter phalangeal Joint (Fore Foot)
Metatarso phalangeal Joint.
Ankle and foot terdapat fascia superficialis dorsum pedis yang terletak di
bagian distal retinaculum musculorum extensoren inferius. Fascia ini membentuk
fascia cruris dan terbentang ke distal masuk ke dalam aponeurosis extensoris
jarijari. Pada bagian proksimal melekat pada retinaculum musculorum extensor
superior dan membentuk penyilangan dengan retinaculum musculorum
extensorum inferius hanya dapat dilihat pada diseksi perlahan-lahan dan bagian
lateralnya crus proksimal sering tidak ada. Disebelah dalam tendon-tendon
musculus extensor digitorum longus yang merupakan lapisan jaringan
8
penyambung fascia profunda dorsum pedis yang padat, kaku dan juga melekat
pada batas-batas kaki (Kisner dan Colby, 2012:852).
Ligamen merupakan struktur yang elastis dan sebagai stabilisasi pasif pada
ankle and foot joint. Ligamen yang sering mengalami cedera yaitu ligament
kompleks lateral kaki antara lain: ligamen talofibular anterior yang berfungsi
untuk menahan gerakan ke arah plantar fleksi, ligamen talofibular posterior yang
berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi, ligamen calcaneocuboideum
yang berfunsgsi untuk menahan gerakan kearah plantar fleksi, ligamen
talocalcaneus yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi dan ligamen
calcaneofibular yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi membuat
sendi kaki terkunci pada batas tertentu sehingga tebentuknya stabilitas pada kaki
dan ligamen cervical. Selain itu juga terdapat ligamen cuneonavicular plantar,
ligamen cuboideonavicular plantar, ligamen intercuneiform plantar, ligamen
cuneocuboid plantar dan ligamen interrosea yaitu ligamen cuneocuboideum
interossum dan ligamen intercuneiform interrosea. Pada ligamen antara tarsal
dan metatarsal terdapat ligamen tarsometatarso dorsal, ligamen tarsometatarso
plantar dan ligamen cuneometatarsal interrosea. Diantara ossa metatarsal
terdapat ligamen metatarsal interrosea dorsal dan plantar yang terletak pada
basis metatarsal (Chook & Hegedus, 2013:402).
9
L5-S1. Fungsinya untuk pronasi (abduksi dan eversi) dan plantar fleksi pedis,
tidak hanya pada ligamen, jaringan lain seperti tendon dapat mengalami cedera,
tendon yang sering mengalami cedera pada ankle sprain adalah tendon peroneus
longus dan brevis yang berfungsi terhadap gerakan eversi pada kaki (Cleland ,
2015:407).
Pada ekstremitas bawah, kelompok otot triceps surae terdiri dari otot soleus
dan kepala medial dan lateral gasrocnemius. Kepala medial gastrocnemius (GM)
berasal dari epicondilus lateral femur, sedangkan kepala lateral gastrocnemius
(GL) berasal dari epicondilus lateral femur. Otot-otot tersebut termasuk dalam
tendon achilles. Tendon achilles merupakan tendon terbesar dan terkuat dalam
tubuh manusia. Otot soleus menghasilkan momentum sudut ke depan, sedangkan
otot gastrocnemius menghasilkan momentum sudut ke belakang. Perbedaan
antara kedua otot tersebut adalah memiliki masing-masing peran dalam
pembentukan gaya reaksi tanah (ground reaction forces) secara horizontal dan
vertikal. Triceps surae memiliki dua peran penting, yaitu memberi kontribusi
pada torsi plantar fleksi yang besar serta menstabilkan ankle dan memungkinkan
rolling ke depan dari total massa kaki tungkai bawah, dan tubuh selama fase
stance dari gaya berjalan.
10
Otot berfungsi dalam berbagai aktvitas sebagai generator produksi paksa
dan decelerator eksentrik / peredam kejut terutama karena sifat aktif dan elastik di
dalam otot. Sifat elastis ini membentuk dasar mekanis mekanika otot dan
disebabkan oleh tiga komponen structural di dalam otot yaitu komponen
kontraktil (CC),komponen elastik seri (SEC), dan komponen elastik parallel
(PEC). Ketiga komponen tersebut berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan
gaya (Davies et al, 2015:763).
Pada ekstremitas bawah, kelompok otot triceps surae terdiri dari otot soleus,
kepala medial dan lateral gastrocnemius. Kepala medial gastrocnemius (GM)
berasal dari epicondilus medial femur, sedangkan kepala lateral gastrocnemius
(GL) berasal dari epicondilus lateral femur. Otot-otot tersebut termasuk dalam
tendon achiles. Tendon achilesmerupakan tendon terbesar dan terkuat pada tubuh
manusia. Otot soleus menghasilkan momentum sudut ke depan, sedangkan otot
gastrocnemius menghasilkan momentum sudut ke belakang. Perbedaan antara
kedua otot tersebut adalah masing-masing memiliki peran dalam pembentukan
gaya reaksi tanah (ground reaction forces) secara horizontal dan vertical. Triceps
surae memiliki dua peran yang penting, yaitu member kontribusi pada torsi
plantar fleksi yang lebih besar serta menstabilkan ankle dan memungkinkan
rolling ke deoa dari total massa kaki, tungkai bawah, dan tubuh selama fase
stance dari gaya berjalan (Kubo et al, 2015:3764).
11
mengalami kelelahan dan memungkinkan untuk dapat menghasilkan
energi yang lebih banyak, metabolic aerobic (oxidative), berfungsi
untuk mempertahankan sikap tubuh. Patologi pada otot tipe
inicenderung tegang dan memendek diantaranya adalah otot-otot
postural untuk mempertahankan sikap tubuh(Lesmana, 2008).
Tipe II (fast twitch fiber) atau otot phasik dibandingkan dengan tipe
serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan/ fatigue. Disebut juga
otot putih, karena berwarna lebih pucat. Yang mempunyai lama
kontraksi yang singkat, serabut otot besar sedikit mengandung
mitokondria sehingga cepat mengalami kelelahan, metabolisme
dengan anaerob. Berfungsi sebagai mobilisasi dan khusus untuk
gerakan halus dan terampil. Otot-otot ekstraktor dan beberapa otot
tangan mengandung banyak serat tipe II dan umumnya digolongkan
kedalam otot putih. Sedangkan otot soleus memiliki tipe otot ini.
b. Mekanisme Kontraksi Otot
Menurut teori filamen geser, kontraksi otot terjadi melalui relative geser
dua set filamen ( aktin dan myosin ). Menurut geser ini diproduksi oleh
interaksi siklik dari sidepieces dari filamen myosin (cross-bridges)
dengan situs tertentu pada filamen aktin. Setiap interaksi tersebut
dikaitkan dengan cross-bridge power stroke yang energinya berasal dari
hidrolisis adenosine triphosphate ( ATP ), satu ATP per cross-bridge
cycle (Herzog, 2014:824).
c. Jenis Kontraksi Otot
Isokinetik
Isometrik
12
Isotonik
Isotonik Eksentrik
Isotonik Konsentrik
Merupakan tipe kerja otot dimana kedua ujung atau perlekatan otot
(origo insersio) saling mendekat atau otot dalam keadaan
memendek.
13
Kontraksi otot terjadi oleh adanya interaksi antar protein kontraktil aktin dan
myosin serta adanya daya (energi) ATP. Aktin adalah protein globiun yang
berpolimerisasi, yang berpilin satu sama lain menjadi inti filament tipis. Myosin
di bagian ujungnya membulat membentuk kepala myosin yang disebut Cross
Bridge (CB). Bagian ekornya berjalan sejajar satu sama lain membentuk sumbu
filament tebal. Pada setiap CB terdapat lokasi/situs tertentu untuk melekatnya
filamen aktin, dan di sebelahnya terdapat situs enzim ATP-ase, yang merupaka
katalisator untuk memecah ATP → ADP + Pi +E. Molekul-molekul myosin
ekornya menghadap ke tengah dan melekat pada garis M. Pada kontraksi filament
aktin ditarik ke tengah sehingga kedua ujung sarkomer tertarik kea rah garis M
maka pada kontraksi otot, sarkomer memendek.
14
Perilaku membrane sel otot adalah sama dengan perilaku membrane sel saraf.
Potensial aksi pada sel otot berlangsung selama 1-2 milisecond, dan sudah
berakhir sebelum terjadinya respons mekanik.Gerak mekanis yang dihasilkan oleh
1 potensial aksi berlangsung ≥ 100 milisecond. Pengaruh listrik pada membrane
sel otot tidak berpengaruh langsung kepada protein kontraktil, akan tetapi
meningkatkan kadar Ca2+ dalam sarkoplasma dan baru kemudian terjadi aktivasi
apparat kontraktil (Giriwijoyo, S. 2017:83).
Ankle and foot merupakan distal ekstremitas bawah yang berfungsi sebagai
stabilisator dan penggerak.
Ini merupakan hinge joint yang dibentuk oleh cruris (tibia dan fibula) dan
os talus. Diperkuat oleh ligament tibio fibular ligamen sisi superior juga
posterior, inferior dan anterior tibiotalar ligamen, serta posterior, inferior dan
anterior talofibular ligament.
15
2.5 Daya Tahan Otot
2.5.1 Pengertian Daya Tahan Otot
Daya tahan merupakan istilah yang luas yang mengacu pada kemampuan
otot untuk melakukan aktivitas dengan intensitas rendah, berulang atau
berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.
Latihan daya tahan ditandai dengan adanya kontraksi otot dan mengangkat
atau menurunkan sebuah beban ringan untuk pengulangan yang banyak atau
mempertahankan kontraksi otot untuk waktu yang lama. Elemen penting dalam
latihan daya tahan adalah kontraksi otot dengan intensitas rendah (low-intensity),
pengulangan yang banyak, dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
Otot-otot yang terlibat dalam latihan ini,beradaptasi dengan cara meningkatkan
kapasitas oksidatif dan metabolisme yang memungkinkan penyampaian dan
penggunaan oksigen lebih baik (Kisner & Colby, 2007:159).
Daya tahan otot betis dapat diukur sebagai jumlah maksimal dari heel raise
yang dapat dilakukan pada posisi tumpuan penuh atau full weight bearing. Daya
tahan otot betis yang diukur dengan hell raise lebih menyerupai fungsi harian otot
betis sehingga dapat menjadi ukuran klinis yang berguna. Kelemahan daya tahan
otot gastrocnemius dapat meningkatkan resiko cidera pada ankle seperti Achilles
Tendon Rupture (ATR). Dengan mengasumsikan bahwa pemulihan daya tahan
otot betis penting dalam mencegah tendinopati dan meningkatkan kinerja
(Bostick et al, 2010:347).
16
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi
Latihan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan lokal melibatkan
banyak pengulangan latihan terhadap beban submaksimal. Selain itu latihan daya
tahan juga dilakukan dengan mempertahanlan kontraksi otot isometric dalam
jangka waktu yang lebih lama, serta dilakukan terhadap tingkat resistensi yang
sangat rendah (Kisner & Colby, 2007:160).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan otot gastrocnemius yaitu :
1. Kekuatan otot
2. Fleksibilitas
3. Keseimbangan
17
3. Subjek mengangkat kedua tumit (calf raises) secara berulang selama 1 menit
setelah diberikan aba-aba.
4. Peneliti memulai perhitungan dengan menggunakan stopwatch.
5. Peneliti memperhatikan alignment subjek dan mencatat hasilnya.
2.7 Latihan Ankle Hops
2.7.1 Definisi
Latihan ankle hops dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu dan
posisi badan tegak, digunakan hanya untuk momentum, lompatan hop pada satu
tempat. Pergelangan kaki memanjang secara maksimal pada satu lompatan hop ke
atas. Usahakan mendarat pada posisi semula seperti pada awal gerakan kemudian
bersiap melompat lagi.
Dosis aplikasi latihan ankle hops yang akan diterapkan sama dengan squat
jump yaitu selama 4 minggu, 3 kali per minggu dilakukan 2 - 3 set dengan jumlah
pengulangan 8 - 12 kali dengan periode istirahat 2 - 3 menit di sela - sela set.
Gerakan lompat naik turun juga menggunakan menggunakan irama metronom.
Hitungan ganjil lompat ke atas dan ketika hitungan genap turun (Desliana,
2011:71).
Ankle hops adalah salah satu latihan dari plyometric drill, latihan ini
ditujukan untuk penguatan, kelincahan dan daya tahan otot dimana pada gerakan
18
tersebut terjadi gerakan loncatan yang bersamaan pada kedua kaki (Desliana,
2011:75).
19
pada otot sehubungan dengan sifat kontraktil dan metabolik. Selama
seminggu latihan resistance trainingyang berat dapat membuat serabut
tipe II lebih tahan terhadap kelelahan (Kisner & Colby, 2007:208).
c. Adaptasi Jaringan Lunak
Peningkatan kekuatan pada tendon terjadi pada sambungan
musculotendinous,sedangkan penngkatan kekuatan ligamen dapat terjadi
pada antarmuka tulang-ligamen. Hal ini mendukung bahwa tendon dan
daya tarik ligamen meningkat dalam merespon resistance training untuk
mendukung kekuatan adaptif dan terjadinya perubahan ukuran otot.
Jaringan ikat pada otot juga mengalami penebalan, sehingga memberikan
lebih banyak dukungan pada serabut yang membesar. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan resiko cedera pada ligamen dan
tendon yang kuat (Kisner & Colby, 2007:211).
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
Tranportasi
Pengemudi
Keterangan :
: Alur berpikir
Berdasarkan kerangka konsep ini menjelaskan bahwa trasportasi tidak lepas dari
pekerjaan pengemudi. Pengemudi taksi yang harus tetap berkonsentrasi, dan gerakan
terus menerus pada tungkai khususnya pada gerakan plantar fleksi pada saat
menginjak pedal. Pada saat menginjak pedal ada gerakan plantar fleksi yang
melibatkan otot gastrocnemius, gerakan terus menerus pada saat menginjak pedal
memerlukan daya tahan otot gastrocnemius yang baik. Pemeberian latihan Ankle
Hops diharapkan dapat meningkatkan daya tahan otot dari pengemudi taksi di
Wahana Bali Taksi.
21
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan daya tahan otot
gastrocnemius setelah diberikan latihan Ankle Hops pada pengemudi taksi di Wahana
Bali Taksi.
3.3 Variabel
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek
yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek yang
lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut dari setiap obyek.Struktur organisasi, model pendelegasian,
kepemimpinan, pengawasan, kordinasi, prosedur, dan mekanisme kerja, deskripsi
pekerjaan, kebijakan, adalah contoh variabel dalam kegiatan administrasi (Nasir dkk,
2014:234).
1. Variabel Bebas
22
2. Variabel Terikat
23
melompat ke depan
(forwards),melompat
ke belakang
(backwards),
melompat lateral dan
melompat secara
diagonal. Latihan
ankle hops dilakukan
dengan gerakan
plantar fleksi ankle
dan berkonsentrasi
untuk cepat
melompat.
24
berulang kali datar.
terhadap beban 2. Kedua kaki dibuka
(resistance) yang selebar bahu dan posisi
menghasilkan dan kaki lurus, kedua
mempertahankan tangan subjek berada
ketegangan, serta disamping badan, dan
menahan kelelahan pandangan mata subjek
selama periode yang ke depan.
lama. Daya tahan 3. Subjek mengangkat
otot merupakan kedua tumit (calf
suatu kemampuan raises) secara berulang
kerja otot atau selama 1 menit setelah
sekelompok otot diberikan aba-aba.
dalam jangka waktu 4. Peneliti memulai
tertentu. perhitungan dengan
menggunakan
stopwatch.
5. Peneliti memperhatikan
alignment subjek dan
mencatat hasilnya.
25
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Pre Experimental Design
dengan rancangan penelitian One Grup Pretest-Posttest Design.
P S O1 O2
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
26
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nasir dkk,2014:188). Populasi penelitian ini adalah seluruh.
pengemudi taksi yang bekerja di Wahana Bali Taksi yang berjumlah 43 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Populasi yang akan diteliti terkadang jumlahnya sangat melimpah, tempatnya
sangat luas dan berasal dari strata/tingkatan yang berbeda. Sebagian dari populasi
yang mewakili populasi disebut sebagai sampel (Nasir dkk, 2014:191). Sampel
penelitian di dapat berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi :
1. Kriteria inklusi
a. Pengemudi taksi yang menggunakan mobil dengan jenis transmisi
manual.
b. Memiliki daya tahan otot gastrocnemius dibawah normal.
c. Mampu melakukan instruksi yang diberikan.
2. Kriteria eksklusi
a. Pengemudi taksi yang menggunakan mobil dengan jenis transmisi
automatic.
b. Memiliki daya tahan otot gastrocnemius diatas normal.
c. Mengalami kelainan pada tungkai bawah.
4.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada fisioterapi yang khusus untuk
mengetahui apakah peningkatan daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi taksi
di Koperasi Wahana Bali Taksi.
4.5 Bahan Penelitian
Bahan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku
dan jurnal yang memiliki hubungan dan memiliki tujuan yang sama dengan penelitian
ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui proses pengukuran
menggunakan Calf Raises Repetition Maximum.
27
4.6 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini adalah segala peralatan yang digunakan untuk meperoleh,
mengelola,dan menginterpretasikan informasi dari para sampel yang dilakukan
dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk,2014:249).
1. Stopwatch
Untuk mengukur waktu.
2. Kamera
Digunakan untuk mendokumentasikan penelitian.
3. Alat tulis
Untuk mencatat hasil pengukuran.
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
28
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis (Siyoto, 2015 : 109).
1. Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif dilakukan terhadap hasil pengukuran daya tahan otot
gastrocnemius sebelum dan sesudah latihan, meliputi rata –rata (mean),
median, minimal dan maksimal.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian yang berdistribusi normal atau tidak.
Apabila jumlah sampel >50 maka uji normalitas yang digunakan yaitu
Kolmogorov Smirnov. Sedangkan apabila jumlah sampel <50 maka
menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk Test. Data berdistribusi normal
menggunakan statistik parametrik, sedangkan data berdistribusi tidak normal
menggunakan statistik non parametrik.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah membandingkan hasil statistik sampel dengan nilai
hipotesis. Apabila terdapat perbedaan antara nilai statistik sampel dengan nilai
hipotesis cukup besar maka hipotesis ditolak. Namun saat perbedaan tersebut
kecil maka hipotesis diterima (Budiarto, 2015 : 178).
29
DAFTAR PUSTAKA
Cook, Chad E and Eric J Hegedus. 2013. “Orthopedic Physical Examination Test, An
Evidence Based Approach 2nd Edition”. New Jersey : Pearson Education,
Inc.
Desliana, Indah Suci. 2011. “Penambahan Traksi Osilasi Pada Intervensi Transverse
Friction& Latihan Fungsional Ankle Dapat Meningkatkan Kemampuan Hop
Jump Sprained Ankle Kronis”. Jakarta : Universitas Esa Unggul.
Davies. G., Rieman, B. L., & Manske, R. 2015. “Current Concepts of Plyometric
Exercise”. International Journal of Sports Physical Therapy, Volume 10. No.
6,760-860. https://10.1080/00754170500221345
Dixion, J. B.2009. “Gastrocnemius vs. Soleus Strain: How to Differentiate and Deal
With Calf Muscle Injuries”. Current Reviews in Musculoskeletal Medicine.
Volume 2. No. 2, 74-77. Htpps://doi.org/10.1007/sl2178-009-9045-8
Fitrianingsih dan Hariyono W. 2011. “Hubungan Umur, Beban Kerja dan Posisi
Duduk Saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemudi
Angkutan Kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”.Volume 5. No. 2.
Giriwijoyo, Santosa. 2017. “Fisiologi Kerja dan Olahraga” : Fungsi Tubuh Manusia
pada Kerja dan Olahraga. Edisi 1.Cetakan 1. Jakarta : Rajawali Pers.
Kisner, C. dan Colby, LA. 2012. “Therapeutic Exercise Foundations And Techniques
Sixth Edition”. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Kubo, S., Hisada, T., & Sato, T. 2015.”Determination of the Fascicle Length of the
Gastrocnemius Muscle During Calf Raises Exercise Using
Ultrasonography”. Journal of Physical Therapy and Science, Volume 27.
No. 12, 3763-3766.
Markovic, g., & Jaric, S. 2007. “Is vertical jump height a body size-independent
measure of muscle power?”. Journal of Sport Science, Volume 25. No. 12,
1355-1363.https://doi.org/10.1080/02640410601021713.
Putra, S.S. 2015. “Calf Raises Exercise dan Ankle Hops Sama Baiknya Terhadap
Peningkatan Daya Tahan Otot Gastrocnemius”. Universitas Esa Unggul.
Sari, W.P., Mahyuni, E.L., & Salmah, U. 2015. ‘Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Potensi ecelakaan Kerja Pada Pengemudi Truk Di Pt Berkatnugraha
Sinarlestari Belawan Tahun 2015”. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.