Anda di halaman 1dari 182

BUNGA RAMPAI

KESEHATAN OLAHRAGA

Penerbit

Rumah Sakit Olahraga Nasional


Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
Penyusun
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS

ISBN 978-602-73002-1-7

Penyunting
dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG
drg. Esti Cahyani Adiati

Penerbit
Rumah Sakit Olahraga Nasional
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
Jl. Jambore Raya No.1, Cibubur, Jakarta Timur
Cetakan Pertama, Desember 2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat


Allah SWT. Dengan izin Allah SWT dan bantuan
serta kerjasama berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan Buku Bunga Rampai Kesehatan
Olahraga ini.
Terbitnya buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga
ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai Kesehatan Olahraga,
diantaranya mengenai penatalaksanaan cedera olahraga, artikel populer
kesehatan dan olahraga serta berbagai tips kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa rumah sakit mempunyai empat tugas
utama dalam bidang kesehatan, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Penerbitan Buku ini merupakan salah satu upaya promotif dan
preventif dari Rumah Sakit Olahraga Nasional. Upaya promotif merupakan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan upaya preventif
adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit.
Atlet dan insan olahraga adalah kelompok masyarakat yang mempunyai
resiko tinggi terhadap terjadinya cedera olahraga dan penyakit lain yang
menyertainya. Banyak atlet dan masyarakat yang tidak dapat mencegah
terjadinya cedera olahraga dan penyakit lain yang menyertai olahraga karena
ketidaktahuannya. Banyak pula yang kemudian tidak paham bagaimana cara
mengatasinya. Maka dari itu, kami merasa perlu diterbitkannya Buku Bunga
Rampai Kesehatan Olahraga ini. Harapan kami, Buku ini dapat diterbitkan
secara periodik dengan materi yang berbeda-beda pada setiap edisi.
Kami senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan kami kepada

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA iii


masyarakat Indonesia terutama insan olahraga. Kami berharap buku ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat serta menjadi salah satu bentuk sumbangsih
kami, Rumah Sakit Olahraga Nasional, terhadap dunia Kesehatan dan Olahraga
Indonesia. Tak lupa kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga ini.
Tiada gading yang tak retak, kami memohon maaf apabila selama penyusunan
Buku ini terdapat banyak kekurangan.

Jakarta, Februari 2016

PENYUSUN
Dr. dr. BASUKI SUPARTONO, Sp.OT, FICS, MARS

iv BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ Iii


Daftar Isi.......................................................................................................... V
Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga RI................................................Vii
Sambutan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga RI...........................X

BAB 1: ARTIKEL ILMIAH


1. Peranan Postur Tubuh Terhadap Prestasi Atlet.........................................3
2. Peran Sport Science dalam Mendukung Prestasi Olahraga....................20
3. Meningkatkan Volume Oxygen Maximal untuk Prestasi Atlet yang
Maksimal ................................................................................................22
4. Pembiayaan Kesehatan untuk Atlet.........................................................26
5. Prinsip Dasar Penatalaksanaan Cedera Olahraga....................................33
6. Teknik Rekayasa Jaringan untuk Penyembuhan Cedera Olahraga..........37
7. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan ?..............................50
8. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Pertandingan
Internasional pada Atlet Tinju Amatir.....................................................65
9. Penatalaksanaan Cedera di Kejuaraan Olahraga ....................................69
10. Karakteristik Cedera pada Kompetisi Olahraga Cabor Tenis,
Sepeda Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate..............................82
11. Gambaran Cedera Olahraga Atlet Taekwondo pada Kompetisi Pra
Pon 2015.................................................................................................91
12. Gambaran Cedera Olahraga Atlet Karate pada Asian Pacifics
Karate-Do Gojukai Championship 2015..................................................96
13. Penanganan Dislokasi Jari Tangan .......................................................100
14. Penatalaksanaan Cedera Kepala pada Atlet.........................................104
15. Nyeri Haid pada Atlet, Kapan Harus ke Dokter?....................................109

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA v


16. Kenali Berbagai Penyebab Keputihan...................................................112
17. Penatalaksanaan Asma..........................................................................115
18. Dukungan Psikologis Pelatih Bagi Atlet yang Cedera............................117
19. Hidroterapi............................................................................................120
20. Hydropool..............................................................................................125
21. Continuous Passive Motion (CPM)........................................................127
22. Pentingnya Pemanasan Sebelum Berlatih.............................................130
23. Mouthguards Mencegah Cedera Gigi dan Mulut..................................133

BAB 2: ARTIKEL POPULER


24. Jogging untuk Tubuh Sehat dan Segar..................................................137
25. Olahraga Melancarkan Sirkulasi Darah..................................................140
26. Jalan Kaki Olahraga yang Mudah & Aman ...........................................142
27. Salah Menyikat Gigi Menyebabkan Gigi Sensitif...................................148
28. Pencegahan Gigi Berlubang...................................................................150
29. Peran Gizi dalam Olahraga....................................................................152
30. Madu,yang Menyehatkan.....................................................................154
31. Infused Water Minuman Menyehatkan...............................................156
32. Khasiat Wortel Bagi Kesehatan..............................................................161
33. Curcumin: Suplemen Pencegah Cedera Otot pada Atlet?....................164
34. Melindungi Kulit Saat Aktifitas Outdoor................................................167
35. Puasa yang Menyehatkan.....................................................................170

vi BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


PENGANTAR
MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI

Assalamualaikum Wr Wb
Salam Olahraga !!
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT – Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
kita masih diberi kesehatan dan kesempatan hingga hari
ini.
Rumah Sakit Olahraga Nasional di bawah Kementerian
Pemuda dan Olahraga telah banyak memberikan
terobosan-terobosan dalam upaya pelayanan kesehatan olahraga di Indonesia.
Pelayanan kesehatan terhadap Atlet Nasional di Rumah Sakit Olahraga Nasional
sudah berjalan dengan baik, pelatihan-pelatihan untuk mencegah terjadinya
cedera olahraga juga sudah banyak dilakukan, pemeriksaan kesehatan bagi
Atlet Nasional pun sering dilaksanakan di Rumah Sakit Olahraga Nasional.
Kehadiran Buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga ini merupakan
terobosan baru yang berguna untuk meberikan ilmu pengetahuan bagi
seluruh masyarakat Indonesia mengenai kesehatan olahraga. Kesehatan
dan Olahraga merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Kondisi kesehatan
atlet yang optimal berperan penting pada pencapaian prestasi atlet yang
maksimal, khususnya dalam perkembangan dunia olahraga di Indonesia.
Lebih jauh, Buku ini turut mendukung NAWACITA Kabinet Kerja saat ini yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Pada kesempatan ini pula saya mengajak kepada seluruh stakeholder di

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA vii


bidang olahraga untuk mendukung upaya Rumah Sakit Olahraga Nasional
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang sehat dan
bugar, khususnya insan olahraga. Tantangan Rumah Sakit Olahraga Nasional
ke depan akan semakin sulit. Dengan dimulainya Era Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), kita akan bersaing dengan penyedia pelayanan kesehatan asing
khususnya dalam bidang kesehatan olahraga. Bukan hal yang mustahil pula,
atlet-atlet asing nantinya akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatahn
di Rumah Sakit Olahraga Nasional yang kita miliki. Kerja keras saja tidak
cukup, marilah kita bersama-sama bekerja cerdas demi mengharumkan nama
bangsa dan negara Indonesia di mata Dunia.
Jayalah Indonesia Hebat dan Majulah Olahraga Indonesia.

Wassalamualaikum Wr Wb

Menteri Pemuda dan Olahraga


Republik Indonesia

Imam Nahrawi

viii BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


PENGANTAR
SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA
DAN OLAHRAGA RI

Assalamualaikum Wr Wb
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas segala limpahan berkat dan nikmat-Nya kita
masih diberikan kesehatan hingga saat ini.
Kami merasa bangga dengan hadirnya Buku Bunga
Rampai Kesehatan Olahraga ini. Buku ini merupakan
sebuah karya yang kami sambut baik dan kami harapkan
dapat memberikan manfaat baik untuk masyarakat luas
maupun bagi insan olahraga Indonesia. Karena, pada
dasarnya kesehatan dan olahraga merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi positif kepada Rumah Sakit
Olahraga Nasional atas terbitnya hasil karya yang baik ini. Buku ini merupakan
salah satu bentuk sumbangsih Kementerian Pemuda dan Olahraga terhadap
dunia olahraga di Indonesia. Dengan hadirnya Buku ini kita juga dapat melihat
adanya potensi yang baik dalam hal penulisan karya ilmiah di Rumah Sakit
Olahraga Nasional. Potensi ini harus terus digali dan dikembangkan demi ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan olahraga.
Dengan adanya Buku Bunga Rampai Kesehatan olahraga ini, diharapkan
angka kejadian cedera olahraga di Indonesia dapat menurun. Selain itu,
pemanfaatan Rumah Sakit Olahraga Nasional sebagai rumah sakit dengan
unggulan kesehatan olahraga juga dapat meningkat. Semakin banyak angka

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA ix


kunjungan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Olahraga Nasional, semakin
beragam pula kasus yang ditangani. Dengan begitu dapat mendatangkan ide-
ide materi artikel ilmiah dalam Buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga edisi
berikutnya.
Rumah Sakit Olahraga Nasional merupakan salah satu bagian penting yang
tidak terlepas dari pencapaian prestasi atlet. Semoga itikad baik dari Rumah
Sakit Olahraga Nasional dalam meningkatkan kualitas kesehatan atlet dan
masyarakat olahraga dapat terus dilanjutkan. Kami berharap semua pihak
terkait dapat membantu upaya Rumah Sakit Olahraga Nasional ini dalam
membangun pelayanan yang lebih baik lagi ke depannya.

Wassalamualaikum Wr Wb

Sekretaris Kementerian
Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia

H. Alfitra Salamm, APU.

x BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


bab
1
ARTIKEL ILMIAH

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 1


2 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA
TERHADAP
PRESTASI ATLET
PERANAN POSTUR TUBUH
Dr.TERHADAP PRESTASI
dr. Basuki Supartono ATLET
SpOT, MARS*
*Direktur dan Dokter Spesialis
Dr. dr. Basuki Bedah Orthopaedi
Supartono Rumah
SpOT, Sakit Olahraga Nasional
MARS
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional
Urgen
baik
Pos
penting
baik me
dan se
beban
tubuh m
Tubuh se
meraih
dan koko
keseimb
dan kel
atlet m
PENDAHULUAN
dan beb

S
PENDAHULUAN

S etiap atlet pasti ingin berprestasi. Menjadi yang terbaik, menjadi juara
etiapidaman
adalah
menjadi
atlet tidak
pastihanya
juara
inginbagiberprestasi.
adalah idaman tidak
Menjadi
para atlet sendiri,
hanya
namunyang
bagi
pelatih, pengurus cabang olahraga, organisasi olahraga, insan olahraga,
terbaik,
juga bagi
para
para
atlet
dengan
atlet ditu
tinggi d
sendiri, namun juga bagi para pelatih, pengurus cabang
keluarga, bangsa dan negara. Menjadi juara adalah hasil proses latihan yang ber
olahraga, organisasi olahraga, insan olahraga, keluarga, bangsa dan
dan kompetisi yang baik. Proses yang baik mem­butuhkan masukan yang lagi pada
negara.
baik yangMenjadi juarabanyak
dipengaruhi adalah hasil diantaranya
variabel proses latihan
adalahdan kompetisi
mental, sosial, Pos
yang baik. Proses yang baik mem butuhkan masukan yang baik
spiritual, fisik dan medis. Semua struktur sel, jaringan, organ dan sistem yang menyeb
dipengaruhi banyak
tubuh atlet harus variabel
dapat diantaranya
berfungsi dengan baikadalah mental,
dan optimal agar sosial,
dapat
simetris
spiritual, fisik dan medis. Semua struktur sel, jaringan, organ dan (loading
menghasilkan performa terbaik sebagai jalan meraih prestasi tertinggi.
sistem tubuh atlet harus dapat berfungsi dengan baik dan optimal akan m
Banyak faktor yang memengaruhi fungsi tersebut agar berjalan dengan baik
agar dapat menghasilkan dan flek
dan optimal. Salah satu faktorperforma
yang pentingterbaik sebagai
dan utama adalahjalan
posturmeraih
tubuh
biasa ke
prestasi tertinggi.
yang baik. Banyak faktor yang memengaruhi fungsi tersebut
menjadi
agar berjalan dengan baik dan optimal. Salah satu faktor yang
dapat
penting dan utama adalah posturBUNGA
tubuh yangKESEHATAN
RAMPAI baik. OLAHRAGA 3
Edisi keempat Tahun
Urgensi Postur tubuh yang baik
Postur tubuh yang baik sangat penting bagi atlet karena postur yang baik
membuat tubuh menjadi simetris dan seimbang sehingga distribusi beban
tersebar merata ke seluruh tubuh membuat tubuh menjadi kokoh. Tubuh
seperti ini ideal bagi atlet untuk meraih prestasi. Tubuh yang simetris dan
kokoh akan memberikan stabilitas, keseimbangan, kekuatan, daya tahan, dan
kelenturan yang memungkinkan atlet melakukan seluruh aktifitas dan beban
tanpa gangguan. Berbeda dengan orang biasa (bukan atlet), atlet dituntut
melakukan aktifitas yang tinggi dan mampu menahan beban yang berat baik
di saat latihan terlebih lagi pada saat kompetisi.
Postur tubuh yang kurang baik menyebabkan tubuh menjadi tidak
simetris sehingga distribusi beban (loading) menjadi tidak merata yang
akan menurunkan stabilitas tubuh dan fleksibilitas gerakan. Bagi orang biasa
kelainan tubuh mungkin tidak menjadi masalah namun bagi atlet dapat
menjadi petaka. Kelainan postur membuat atlet mudah lelah (fatigue) dan
mudah cedera. Cedera atau trauma yang minimal saja namun bila berlangsung
terus menerus, dalam waktu lama sudah cukup untuk menimbulkan
kerusakan struktur jaringan tubuh dan anggota gerak. Jaringan tersebut
misalnya jaringan lunak seperti otot, syaraf, tulang rawan, meniskus, ligamen
dan jaringan keras seperti tulang dan persendian. Kerusakan struktur jaringan
tubuh akan menimbulkan penurunan aktifitas biokimia seluler yang pada
akhirnya menimbulkan penurunan fungsi tubuh dan menimbulkan penyakit.
Penyakit yang sering terjadi akibat kelainan postur tubuh adalah pengapuran
(osteoartritis) sekunder. Pengapuran adalah kerusakan jaringan pelapis sendi
(tulang rawan) disebut sekunder karena terjadi akibat beban berat, yang
berulang-ulang pada atlet dengan kelainan postur tubuh. Osteoarthritis
sekunder dapat mengenai leher, bahu, lutut dan persendian lainnya. (Gb.1)
Gambaran klinis yang sering terjadi adalah nyeri, kekakuan sendi dan gangguan
pergerakan, pembengkakan dan deformitas.1 Hal tersebut akan mengganggu
aktifitas latihan dan kompetisi serta menurunkan performa atlet. Kalau sudah
demikian atlet akan sering sakit dan prestasinya tidak akan stabil, naik - turun
dan sulit meraih prestasi terbaiknya.
Postur tubuh yang baik penting sebagai pertimbangan dalam peman­duan
bakat, penerimaan atlet, dan perencanaan latihan. Peman­duan bakat ini
momen yang penting dan perlu dilakukan sedini mungkin, prosesnya melalui

4 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


berbagai pengukuran parameter termasuk
postur tubuh. Pemanduan bakat yang baik
akan menghasilkan calon atlet yang baik,
dan siap menjadi juara. Seleksi penerimaan
atlet juga harus memperhatikan postur
tubuh terutama bagi atlet yang dibiayai
negara; agar mendapatkan calon atlet
yang baik dan terhindar dari pemborosan
uang negara. Perencanaan latihan juga
perlu didesain secara khusus dan individual
dengan merespons karakteristik postur (a)
tubuh agar atlet terhindar dari cedera atau
penyakit yang seharusnya dapat dicegah. 2

Gambaran kelainan postur


Postur tubuh dipertahankan oleh
jaringan lunak seperti syaraf pusat, syaraf
tepi, otot, ligamen, dan jaringan keras
seperti tulang dan sendi. Jaringan tersebut
mempertahankan postur tubuh sehingga
tubuh menjadi fleksibel, lentur, simetris,
(a)
dan anatomis. Bila terjadi kelainan fungsi (b)
jaringan tersebut maka postur tubuh
menjadi tidak normal yaitu otot menjadi
kaku, terlalu lentur, bentuk tubuh menjadi
asimetris, dan tidak anatomis.
Gangguan jaringan otak dapat
menimbulkan gangguan kese­ imbangan,
kekakuan otot (spastik). Kelainan jaringan
lunak menimbulkan beberapa tanda
(a)
penting yaitu hiperlaksiti (laxity), kaki(b) (c)
bebek (flat feet). Kelainan jaringan keras Gb. 1: Osteoartritis Lutut Sekunder
misalnya asimetris tulang belakang dengan faktor risiko: atlet beladiri,
skoliosis, genu varum: Foto ronsen
(skoliosis), asimetris sendi panggul (limb (a) Tulang belakang tampak depan (b)
Sendi lutut, tampak depan (c) Sendi
leg discrepancy), sendi lutut berbentuk lutut tampak samping (koleksi pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 5


huruf O (bow leg atau genu varum).
Hiperlaksiti adalah kondisi jaring­an ikat sendi (ligament) yang terlalu
lentur. Ligamen memang harus lentur untuk kebutuhan pergerakan sendi
namun bila terlalu lentur menyebabkan pergerakan sendi menjadi berlebihan
sehingga menurunkan stabilitas dan me­nurunkan kemampuan sendi untuk
mempertahankan postur. Keadaan ini terjadi secara sistemik di tangan, kaki,
tulang belakang, dan sendi lutut. Skoliosis adalah ketidaksegarisan tulang
belakang yaitu tulang belakang melengkung ke arah lateral membentuk kurve.
Skoliosis cukup banyak keja­diannya, pada atlet yang berobat ke poli ortopedi
RSON, Kemenpora di Jakarta angkanya mencapai 20 %.3-6 Penyebabnya
banyak faktor salah satu diantaranya adalah hiperlaksiti, menurut penelitian
Czaprowski et al 51,4% penderita idiopatik scoliosis mengalami hipermobilitas
sendi akibat kelenturan ligamen yang berlebihan.7 Skoliosis mudah dikenali
bahkan lebih mudah mengenalinya dari pada mengoreksinya. Pada skoliosis
tampak adanya ketidak segarisan tulang belakang dan asimetris bahu dan
sendi panggul. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk me­nentukan besar sudut lengkungan, yang akan menjadi acuan untuk
melakukan tindakan koreksi.
Genu varum adalah salah satu kelainan bentuk sendi lutut; dimana sendi
lutut melengkung terlalu kedalam sehingga membentuk huruf O. Pada kondisi
ini terjadi ketidak­segarisan antara sendi panggul, sendi lutut dan pergelangan
kaki.3-5 Genu varum meningkatkan risiko cedera lutut pada atlet sepakbola.8
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk me­nentukan besar
sudut lengkungan dan kesegarisan
sendi lutut sebagai acuan untuk
melakukan tindakan koreksi.
Flat feet atau masyarakat sering
menyebutnya sebagai kaki datar
adalah penurunan lengkungan
bagian medial kaki sehingga
telapak kaki hampir bersentuhan
atau bersentuhan dengan lantai,
dan tumit terdorong kearah luar.
Kondisi ini dapat mengenai satu
atau bahkan kedua kaki sekaligus. Gb.2: Hiperlaksiti (koleksi pribadi)

6 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Penyebabnya banyak faktor, salah
satu diantaranya adalah ligamen
kaki yang terlalu lentur. Kondisi
ini sering terjadi pada anak-anak
namun dengan bertambahnya usia
anak maka kelenturan tersebut akan
menurun dan telapak kaki akan
normal. Pada kondisi tertentu ligamen
kaki tetap sangat lentur sehingga
kaki tetap datar saat menapakkan
kaki, sehingga menimbulkan keluhan
kaki terasa cepat lelah dan nyeri
bila berjalan atau berlari.3-5 Kondisi
ini menyebabkan ketidaknyaman
Gb.3: Pemeriksaan kesegarisan tulang
dan menurunkan daya tahan atlet belakang menggunakan bandul (koleksi pribadi)
saat latihan dan kompetisi. Kelainan
bentuk kaki ini akan memengaruhi kondisi sendi lutut dan meningkatkan
peluang terjadinya pengapuran sendi lutut.1 Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai acuan untuk melakukan tindakan koreksi.

Bagaimana mengenali postur tubuh


Postur tubuh dapat dikenali melalui pemeriksaan fisik dan peme­riksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik ini mudah dan prosesnya singkat terutama bila
dilakukan oleh peme­riksa yang terlatih. Pemeriksa adalah seorang dokter
atau tenaga lain seperti perawat, pelatih, guru pendidikan jasmani, orang tua,
keluarga, atlet, atau insan olahraga lainnya yang telah dilatih. Pemeriksaan
dapat dilakukan setiap saat sesuai keperluan namun paling tidak dilakukan
pada dua momen penting yaitu saat pemanduan bakat (talent scouting) dan
seleksi penerimaan atlet.
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh dan anggota gerak terutama
regio (bagian tubuh) tangan, leher, tulang belakang, panggul, lutut dan kaki.
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat dan meraba jaringan lunak, tulang
dan sendi atau menggerakkan anggota tubuh. Hasil pemeriksaan dicatat
satu persatu, namun semua data dianalisa secara utuh untuk menentukan
kesimpulan akhir dan rekomendasi selanjutnya. Berikut di bawah ini dijelaskan

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 7


peme­riksaan fisik pada tangan, tulang
belakang, lutut, panggul dan kaki
untuk menemukan kelainan postur
tubuh.2

1. Pemeriksaan Fisik 3-5


Gb 4: Pemeriksaan tulang belakang dari 1.1. Pemeriksaan tangan
samping (koleksi pribadi)
Pemeriksaan tangan bertujuan
mencari ada tidaknya kelemahan
jaringan lunak yaitu hiperlaksiti.
Prosedur pemeriksaan adalah sebagai
berikut, pemeriksa meme­gang ibu jari
tangan atlet, dan menggerakkannya
ke arah volar (depan) mendekati
perge­langan tangan. Apabila ibu jari
dapat menyentuh pergelangan tangan
berarti atlet mempunyai kelainan
hiperlaksiti (Gb.2)
Gb 5: Pemeriksaan kesimetrisan tulang
panggul (pelvic obliquity) (koleksi pribadi)


1.2. Pemeriksaan tulang belakang
Pemeriksaan postur tulang belakang bertujuan mencari ada tidaknya
kelainan bentuk yaitu skoliosis. Pemeriksaan dilakukan dalam dua posisi
yaitu posisi berdiri tegak dan membungkuk. Prosedur pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
Pemeriksa menjelaskan kepada atlet prosedur yang akan dilaku­kan dan
meminta persetu­juan pemeriksaan. Selanjutnya pemeriksa meminta
atlet mem­buka alas kaki, berdiri dengan posisi tegak dan anatomis dan
melepas baju. Baju dilepas dengan maksud agar pemeriksa dapat melihat
dengan jelas postur tulang belakang tanpa terhalang pakaian. Pemeriksa
melihat dari tiga arah yaitu dari belakang (posterior), depan (anterior)
dan samping atlet. Pemeriksa melihat tiga hal penting yaitu kesegarisan,
kesimetrisan dan ada tidaknya tonjolan di tulang belakang (rib hump). Dari
posterior kesegarisan dikenali dengan memperhatikan leher, punggung

8 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


dan pertengahan sendi panggul.
Idealnya ketiga bagian tubuh
tersebut segaris dan dipastikan
dengan memasang benang
berbandul dari atas (leher) dan
bawah sendi panggul (Gb.3)
Kesimetrisan dilihat dari keting­
gian bahu dan tulang pelvis.
Pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan melihat ketinggian
bahu kanan dan kiri bila kedua Gb.6: Pemeriksaan Rib Humb (koleksi pribadi)

bahu perada pada ketinggian


yang sama maka berarti tulang
belakang dalam keadaan simetris.
Selanjutnya pemeriksa berdiri
di samping pasien dan meminta
atlet membungkuk; dan melihat
bentuk punggung atlet apakah
simetris atau tidak (Gb.4).
Kesimetrisan tulang pelvis dikenali
dengan melihat garis imajiner
antara tulang pelvis bagian depan Gb.7. Pemeriksaan Sendi Lutut
(Genu Varum) (koleksi pribadi)
(spina iliaca anterior superior)
kanan dan kiri. Prosedurnya ada­lah sebagai berikut. Pemeriksa meminta
atlet berdiri tegak dan pemeriksa berjongkok di depan atlet. Pemeriksa
meraba tulang pelvis yang menonjol dan melihat apakah kedua tulang
tersebut berada pada ketinggian yang sama. Apabila ketinggian tulang
tersebut sama berarti tulang pelvis simetris dan bila tidak sama tinggi
berarti tulang pevis tidak simetris (pelvic obliquity) (Gb. 5)
Setelah pemeriksa menilai kesegarisan, kesimetrisan dan pelvic obliquity
selanjutnya pemeriksa mencari adanya tonjolan tulang belakang (rib
hump). Pemeriksa memeriksa atlet dalam dua posisi yaitu posisi berdiri
tegak dan membungkuk. Pemeriksa memperhatikan ben­tuk tulang
belakang dari arah bela­kang (posterior) bila ada tonjolan akan terlihat
pada sisi kanan atau kiri garis tengah tulang belakang (biasanya di bagian

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 9


atas). Selain melihat juga dengan
meraba untuk memastikan tonjolan
tersebut. (Gb.6)
Adanya ketidaksegarisan, asimetris,
Gb.8. Pemeriksaan kesegarisan sendi lutut pelvic obliquity dan tonjolan tulang
(koleksi pribadi)
belakang meng­indi­kasikan adanya
kelainan skoliosis pada atlet dan perlu
ditindaklanjuti dengan pe­me­rik­saan
penunjang.

1.3. Pemeriksaan Lutut


Pemeriksaan lutut bertujuan
mengenali kelainan bentuk dan
kesegarisan sendi. Pemeriksaan
Gb.9. Pemeriksaan bentuk kaki, flat feet
(koleksi pribadi) bentuk sendi lutut dilakukan dalam
posisi atlet berdiri dan berbaring.
Prosedur pemeriksaan bentuk sendi lutut adalah sebagai berikut.
Pemeriksa meminta atlet berdiri tegak dengan posisi anatomis yaitu kedua
lutut dan mata kaki bertemu (rapat). Pemeriksa memperhatikan kedua
sendi tersebut, bila kedua mata kaki atlet dapat bertemu dan kedua sendi
lutut renggang dan berjarak lebih dari 6 cm berarti atlet mengalami genu
varum (Gb.7).
Selanjutnya pemeriksa meminta atlet berbaring di tempat periksa dan
memeriksa kesegarisan antara sendi panggul, lutut dan kaki. Pemeriksa
menggunakan benang atau tali, dan meletakkan tali tersebut di tonjolan
sendi panggul (SIAS) memanjang menyentuh ujung jari kaki kedua. Bila tali
tersebut meliwati garis tengah sendi lutut atau tulang tempurung maka
berarti sendi lutut tersebut normal. Bila tali tersebut berada di sisi luar
sendi lutut maka berarti sendi lutut mengalami kelainan bentuk atau genu
varum (Gb. 8). Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

1.4. Pemeriksaan kaki


Pemeriksaan kaki bertujuan me­ngenali kelainan bentuk kaki yaitu flat feet.
Prosedur peme­riksaan adalah sebagai berikut.
Pemeriksa meminta atlet mem­buka alas kaki dan berdiri dengan posisi

10 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


[a] [b]

Gb. 10. Pemeriksaan Ronsen Skoliosis Gb.11. a. Hasil Pemeriksaan form metri, b. Pemeriksaan form metri)
(koleksi pribadi)

tegak dan mereng­gangkan kedua kaki (posisi istirahat). Pemeriksa


memeriksa dari arah depan dan belakang, menilai keleng­kungan telapak
kaki atlet, bila telapak kaki menyentuh lantai, maka berarti kaki tersebut
flat feet 4 (Gb.9).

2. Pemeriksaan Penunjang 3-5


Pemeriksaan fisik perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan ini penting untuk memastikan hasil pemeriksaan fisik sekaligus
menentukan tingkat keparahan dan rencana penata­laksanaan selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan bantuan alat diagnostik baik yang
menggunakan radiasi maupun nirradiasi, berikut ini dijelaskan secara ringkas
beberapa pemeriksaan penunjang untuk kelainan postur di tulang belakang,
sendi lutut dan kaki.
2.1. Pemeriksaan penunjang tulang belakang.
Pemeriksaan penunjang tulang belakang dilakukan untuk menilai derajat
keparahan skoliosis (besar sudut Cobb), rotasi tulang belakang, kesegarisan
pelvis, dan maturitas atlet serta kelainan lainnya. Pemeriksaan dilakukan
dengan bantuan pencitraan yaitu ronsen foto polos tulang belakang dengan
posisi pasien berdiri. Hasil pemeriksaannya memperlihatkan struktur
tulang vertebra, dan tulang pelvis sehingga dapat dinilai kesegarisan,
kesimetrisan, rotasi dan fleksibilitas tulang (Gb.10). Pemeriksaan ronsen
me­miliki kelemahan yaitu adanya efek radiasi, hal ini telah dapat diatasi
dengan menggunakan alat formmetri dengan menggunakan prinsip
optical stereographic. Pemeriksaan ini memungkinkan pemeriksaan dalam
keadaan statis maupun dinamis (Gb.11a, 11b). 9

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 11


2.2. Pemeriksaan penunjang
kaki.
Pemeriksaan penunjang kaki
dilakukan untuk mendapatkan bukti
objektif dari ketinggian lengkung kaki
(arch pedis atau arkus pedis). Arkus
pedis dapat digolongkan menjadi tiga
tipe yaitu high arch (arkus tinggi),
[a]
medium arch (normal) dan low arch
(kaki datar).10 Pemeriksaan ini dapat
dilakukan secara manual dengan
pemeriksaan foot print (cap kaki)
atau dengan menggunakan alat yaitu
pedoscan.
Pemeriksaan cap kaki bertujuan
mendapatkan informasi tipe arkus
[3]
yang ada pada kedua telapak kaki.
Gb. 12: a. Pemeriksaan Foot Print, Prosedurnya adalah sebagai berikut.
b. Hasil Pemeriksaan Foot Print flat feet (kiri)
dan normal (kanan) (koleksi pribadi) Pemeriksa menjelaskan tujuan dan
prosedur pemeriksaan dan meminta
persetujuan atlet. Selanjutnya pemeriksa meminta atlet membuka alas
kaki dan membersihkan kedua telapak kaki dan meminta atlet untuk
menginjakkan kedua kakinya ke wadah berisi tinta cetak. Kemudian
pemeriksa meminta atlet menginjakkan kedua kakinya ke kertas kotak
milimiter sampai cukup meninggalkan bekas cap kaki. Selanjutnya kaki
diangkat dan hasil cetakan kaki dihitung luasnya dan dimasukkan ke dalam
rumus sehingga didapatkan skor tertentu. Bila skornya antara 0.21 – 0.26
maka telapak kaki tersebut termasuk normal sedangkan bila skornya lebih
kecil dari 0.21 maka telapak kaki tersebut termasuk arkus tinggi dan bila
skornya lebih dari 0.26 maka kaki tersebut masuk dalam golongan kaki
datar atau kaki bebek.11 (Gb.12)
Pemeriksaan pedoscan menggu­nakan prinsip pencatatan dan pengukuran
tekanan kaki serta pusat gravitasi untuk mendapat­kan gambaran objektif
dari efek tekanan terhadap kaki.12 Alat tersebut terdapat di Rumah Sakit

12 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Olahraga Nasional (RSON) milik
Kemenpora di Cibubur, Jakarta
Timur seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.

2.3. Pemeriksaan penunjang


sendi lutut.
Pemeriksaan penunjang sendi
lutut dilakukan dengan bantuan
sinar ronsen, pemeriksaan ini
terutama menilai kesegarisan dan
bentuk tulang sendi lutut. Bila
ingin mengenali struktur jaringan
lunak atau pada kelainan postur
patologis (Blount’s disease) harus
menggunakan MRI.
Pemeriksaan kesegarisan
dilakukan dengan membuat Gb.13: a. Pemeriksaan Pedoscan, b.Hasil
foto sendi panggul, lutut dan Pemeriksaan Pedoscan (koleksi pribadi)
pergelangan kaki dalam satu
lembar film ronsen. Kesegarisan ditentukan oleh sumbu mekanin yaitu
garis yang menghubungkan antara titik tengah tulang femur bagian kepala
dengan garis tengah sendi pergelangan kaki. Kesegarisan terjadi bila garis
tersebut melalui titik tengah sendi lutut (Gb.14). Bila garis mekanik berada
di sisi dalam lutut maka disebut sebagai kelainan genu varum. Pemeriksaan
bentuk sendi lutut dilakukan dengan membuat foto sendi lutut AP berdiri
dan lateral (Gb.15). Pada saat ronsen pasien diminta berdiri dengan tujuan
melihat efek tekanan atau gravitasi pada sendi lutut. Bila celah sendi di
bagian dalam lutut menyempit dibandingkan sisi luarnya maka dapat
dikatakan sendi lutut mengalami kelainan bentuk yaitu disebut sbagai kaki
O atau genu varum .

Bagaimana menyikapi kelainan postur tubuh


Setelah mengenal selanjutnya kita lakukan penilaian (assestment)
terhadap postur tubuh. Apakah postur tubuh tersebut memungkinkan atlet

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 13


untuk melaksanakan fungsi, tugas
dan bebannya meraih prestasi. Hasil
penilaian postur tubuh bukanlah
sesuatu nilai yang diskrit; yaitu
normal atau tidak normal namun
suatu garis kontinum. Garis kontinum
tersebut mungkin bergerak dari
kurang norma (di bawah standar
baku) sampai melebihi norma
seperti ketinggian lengkung kaki,
atau bergerak menjauhi batas
norma seperti kelengkungan tulang
belakang atau genu varum pada
sendi lutut. Penilaian postur tubuh
ini penting, namun lebih penting lagi
adalah kemampuan memutuskan
sikap dan menentukan rencana aksi
selanjutnya.
Postur tubuh di luar norma
Gb.14: Pemeriksaan kesegarisan sendi lutut harus disikapi dengan melakukan
dengan bantuan sinar ronsen (koleksi pribadi) pencegahan, dan respons yang
positif. Pencegahan dimulai dengan
mengenal dan menyadari kondisi postur tubuh. Respon positif dilakukan
dengan mengoreksi dan memproteksi kelainan postur tubuh agar terhindar
dari cidera atau kerusakan akibat efek beban latihan dan kompetisi. Respon
ini bersifat spesifik sesuai dengan jenis kelainan, jenis cabang olahraga dan
usia atlet.

Postur tubuh dengan variasi normal


Postur tubuh dengan variasi normal adalah postur tubuh yang mengalami
deviasi dari norma (nilai normal) namun belum sampai pada tingkat patologis
atau penyakit. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan melakukan koreksi atau
proteksi.
Kondisi ini dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh terutama tulang
belakang, sendi panggul, sendi lutut, dan kaki. Pada tulang belakang misalnya

14 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


lengkungan tulang belakang dengan
sudut kelengkungan < 10o.13 Pada
sendi lutut misalnya genu varum
ringan (< 10 o).14 Pada sendi panggul
misalnya asimetris pelvis, pada kaki
misalnya kaki datar. Postur tubuh
seperti ini dapat mengganggu
fungsi tubuh namun masih dapat
ditoleransi dan diantisipasi dengan
mengoreksinya. Koreksi bertujuan
untuk mengembalikan kesegarisan,
ke­simetrisan sehingga atlet mempu­
nyai tubuh yang seimbang dan
stabil. Selain itu koreksi juga a
melindungi tubuh dari cedera atau
penyakit. Apabila variasi postur
ini tidak dikoreksi akan merugikan
karena menyebabkan penurunan
keseimbangan, stabilitas, kekuatan,
kecepatan dan performance atlet.
Selain itu kondisi ini membuat
atlet rentan terhadap cedera dan
penyakit muskuloskletal (otot, tulang
dan sendi). Atlet dengan postur b
tubuh seperti ini masih tetap dapat Gb.15: Foto ronsen sendi lutut: (a) AP berdiri,
melanjutkan profesinya namun harus (b) lateral. (koleksi pribadi)
melakukan koreksi dan proteksi agar
tidak membahayakan karir dan kesehatannya. Berikut ini penulis jelaskan
secara ringkas beberapa variasi postur tubuh tersebut dan bagaimana
penyikapannya.
Kelainan kaki datar menye­babkan atlet mudah lelah capek pasca aktifitas
dan bahkan nyeri. Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi peradangan
jaringan lunak telapak kaki (plantar fascitis) atau pengapuran tulang tumit kaki
(osteoartritis calcaneus). Kelainan ini juga dapat menyebabkan efek kerusakan
bagian tubuh yang lain misalnya pengapuran sendi lutut. Koreksi kaki datar

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 15


Gb.16: Arch Support (koleksi pribadi) Gb.17: Insole (koleksi pribadi)

ini sebenarnya mudah dengan memasang arch support di dalam sepatu atlet
(Gb.16). Sepatu yang telah diberi alat tersebut harus terus dipakai selama
atlet beraktifitas baik saat berlatih maupun kompetisi. Kelainan asimetris
pelvis menyebabkan atlet mudah lelah pada sendi panggul dan bahkan nyeri.
Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi peradangan jaringan lunak pada
otot paha dan punggung. Kelainan ini juga dapat menyebabkan efek kerusakan
bagian tubuh yang lain misalnya pengapuran sendi lutut atau persendian
tulang belakang. Koreksinya dengan memasang insole di dalam sepatu atlet
(Gb.17). Sepatu tersebut harus terus dipakai selama atlet beraktifitas.
Genu varum dapat menimbulkan keluhan nyeri di bagian dalam lutut
pasca berlatih dan bahkan nyeri. Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi
peradangan lapisan tulang rawan atau pengapuran sendi lutut. Kondisi ini
sangat mengganggu atlet, terutama pada cabor beladiri, permainan bola dan
lainnya. Lutut seperti ini sebaiknya diberi proteksi dengan memasang knee
support (Gb.18). Tulang belakang yang tidak simetris dapat menimbulkan
keluhan pegal atau nyeri. Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi
peradangan jaringan lunak fascia, otot, dan jaringan lunak lainnya pada
persendian tulang belakang. Kondisi ini bila dibiarkan dapat menyebabkan
efek kerusakan jaringan pada bagian tubuh lainnya seperti leher atau lutut.
Sebaiknya atlet mengantisipasinya dengan memakai sejenis korset yaitu

16 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


lumbo sacral corset (Gb.19). Korset ini harus terus dipakai selama aktifitas
terutama pada saat berlatih dan kompetisi.

Postur tubuh dengan kelainan patologis


Postur tubuh dengan kelainan patologis adalah postur tubuh yang
mengalami deviasi jauh dari norma dan sampai pada tingkat patologis atau
penyakit. Pada tulang belakang, misalnya skoliosis dengan sudut kelengkungan
lebih dari 45o, kelainan ini memerlukan tindakan pembedahan. Skoliosis
dengan sudut kurang dari itu masih memungkinkan penggunaan spinal brace
dengan syarat tidak ada progresifitas dan defisit neurologis.13 (Gb.20) Pada lutut
misalnya penyakit blount (blount disease) yaitu kelainan genu varum progresif
akibat gangguan pertumbuhan sel. Kondisi ini memerlukan pembedahan atau
pemakaian knee brace dengan catatan tidak ada perburukan. 14,15 (Gb.21)
Postur tubuh seperti ini akan mengganggu fungsi tubuh tidak saja pada
bagian yang bermasalah tapi juga ke bagian tubuh yang lain (efek sistem).
Kondisi seperti ini membutuhkan observasi, kontrol, tindakan koreksi dan
rehabilitasi agar penyakitnya tidak bertambah parah. Semua hal tersebut
memer­lukan waktu lama yang berpotensi mengganggu jadwal latihan,
kompetisi dan menurunkan kapasitas dan prestasi atlet. Atlet dengan postur
seperti ini perlu menyadari, mempertimbangkan dan mengambil keputusan
yang tepat. Keputusan tersebut sebaiknya di­musyawarah­kan bersama
keluarga, pelatih atau pihak lain. Beberapa pilihan dapat diambil sesuai

Gb.18: Knee Support Gb.19: Lumbo Sacral Corset

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 17


dengan kebutuhan dan kenyataan yang ada. Pilihan itu diantaranya adalah
memilih aktifitas non kontak dengan beban minimal, misalnya bila terjadi
pada atlet Taekwondo pindah dari kirurgi menjadi pomse. Pilihan lain adalah
pindah cabang olahraga atau berhenti beralih profesi menjadi pelatih, pilihan
yang tidak nyaman namun masih bermanfaat untuk kemajuan dunia olahraga.
Pilihan ini tentu tidak mudah dan sulit namun harus dipilih demi kebaikan dan
kesejahteraan atlet, keluarga bangsa dan negara. Wallahua’alam.

Penutup
Tulisan di atas telah mengulas mengenai postur tubuh atlet, urgensi,
peranannya, pengenalan, dan penyi­kapannya. Semoga tulisan singkat ini
dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita semua para insan olahraga
dalam upaya peningkatan prestasi olahraga Indonesia.

Gb.20: Boston Brace (koleksi pribadi)

18 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kami hatur­
kan kepada staff RSON, Kemenpora
yang telah membamtu penulisan
tulisan ini khususnya kepada dr.
Muhammad Abdurrahman, dr.
Danarto Hari Adhimukti, drg.
Esti Cahyani Adiati, Ns. Yulianti,
Shofwatun Nida.

Gb.21: Knee Brace

Daftar Pustaka
1. Supartono B. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan?. Majalah Media Informasi RSON.
Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
2. Khodaee M, Madden CC, Putukian M. The Preparticipation Physical Evaluation. In: Madden CC,
Putukian M, Young CC, McCarty E, editors. Netter’s Sports Medicine. Philadelphia: Saunders
Elsevie; 2010. p.10
3. Salter R. Common Normal Variation. In: Salter R. Textbook of Disorder and Injuries of The
Musculoskeletal System. 3rd ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 1999. p.117-29.
4. Solomon L, Wakeley C. Orthopaedic diagnosis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. p.3-28
5. Birch JG. The Orthopaedic Examination: Clinical Application. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s
Pediatric Orthopaedic. Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.61-8
6. Gamma R, Supartono B, Nurohowati N. Pengaruh Skoliosis Terhadap Timbulnya Osteoartritis Lutut
Sekunder Pada Atlet (Skripsi). Fakultas Kedokteran UPN “Veteran Jakarta”. 2015.
7. Czaprowski D, Kotwicki T, Pawloska P, Stolinski L. Joint Hypermobility in Children With Idiopathic
Scoliosis. Scoliosis Journal. 2011;6(22):1-10
8. Nejad T, Daneshmandi H. The Study of Knee Alignment in Elite Soccer Player. International Journal
of Sport Studies. 2013;3(3):242-45
9. Diers. Diers formetric 4D. Diers Biomedical Solutions; 2009.
10. Serodio K. What Brand of Footwear is Best? [Internet]. 2015 May. [Cited 2015 Nov 23]. Available
from: www.hamptonpt.com/what-brand-of-footwear-is-best/
11. Roy H, Bhattacharya K, Deb S, Ray K. Arch Index: An Easier Approach for Arch Height (A Regression
Analysis). Al Ameen J Med Sci.2012;5(2):137-46
12. Diers. Diers Pedoscan. Diers Biomedical Solutions; 2009.
13. Richards BS, Sucato DJ, Johnston CE. Scoliosis. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s Pediatric
Orthopaedic. Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.206-307
14. Johnston CE, Young M. Disorders of the leg. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s Pediatric Orthopaedic.
Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.713-60
15. Thomson J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition. Saunders. Philadelphia. 2010. p.332

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 19


PERAN SPORT SCIENCE
DALAM MENDUKUNG
PRESTASI OLAHRAGA
Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd
*Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

S alah satu kesuksesan atlet di negara maju berawal dari sumbangan ilmu
pengetahuan olahraga dan ilmu kedokteran serta ilmu lainnya. Tidak
disangsikan bah­wa bermutunya pertandingan olah­raga akibat dari ilmu
pengetahuan. Latihan di kalangan atlet andalan dalam memper­siapkan
pertandingan mengacu pada hasil penelitian dan kajian serta pengamatan
ilmiah.
Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap perkem­bangan
olahraga yakni:
• Ilmu pengetahuan yang mengarah pada hubungan sebab akibat dari
prestasi rekor.
• Ilmu pengetahuan yang berhu­bungan dengan prestasi tinggi dalam arti
luas memusatkan perhatian kepada penelitian dan realisasi perkembangan
sejak usia muda sampai prestasi puncak hingga stabilisasi tingkat prestasi.
• Ilmu pengetahuan dalam usaha pengembangan metode terbaik dalam
menangani atlet dunia melalui upaya peningkatan prestasi sebagai
penjabaran dari program latihan efektif, adanya inovasi dari bidang
peralatan serta fasilitas

Menghadapi olympic games membutuhkan persiapan beberapa


tahun sebelumnya dengan target sasaran yang telah di tentukan. Selama
meningkatkan kualitas fisik ada keterlibatan pemanfaatan dan penerapan
iptek yang terprogram secara proporsional. Kualitas fisik dihasilkan dari
teknik yang terbaik. Menganalisa teknik suatu gerakan dari cabang olahraga
memerlukan keilmuan tersendiri sesuai ciri kecabangannya. Teknik atlet dapat
dibentuk dari latihan. Melalui latihan antara lain untuk memperbaiki atau
membentuk teknik terbaik.

20 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Ilmu olahraga atau lebih dikenal dengan sport science adalah disiplin ilmu
olahraga yang mempelajari bagaimana tubuh bekerja selama latihan, dan
bagaimana olahraga serta aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan. Ilmu
Keolahragaan menggabungkan bidang Fisiologi (Fisiologi Latihan, Anatomi,
Biomekanik dan
Biokimia (Kinesiology) Pengem­bangan pemahaman lebih besar tentang
bagaimana tubuh bereaksi terhadap latihan, lingkungan yang berbeda dan
banyak rangsangan lainnya.
Nilai fisik adalah himpunan struktur, himpunan kualitas dan himpunan
kelakuan kinetik serta berbagai cara ekspresi dari dimensi biologis. Struktur
dapat menetapkan perbedaan pokok dukungan fungsi serta hubungan.
Sedangkan kualitas adalah ekspresi gerak metabolik, mekanik serta estetik
berdasarkan struktur fisik.
Kerja fisik memerlukan persentase otot yang yang dapat di dukung oleh
kerja jantung, pernafasan serta peredaran darah secara baik.
Kualitas otot didasarkan pada perlakuan faal dan mekanis otot yang
bekerja secara aerobik dan anaerobik Sedangkan kelakuan kinetik erat
kaitannya dengan bakat atau hasil latihan secara menyeluruh.
Untuk mengetahui kualitas fisik atlet dibutuhkan teknik analisa secara
cermat. Teknologi modern telah menyediakan peningkatan secara tepat dalam
memperoleh an dan ef gerakan melalui penggunaan peralatan canggih seperti
video perubahan kecepatan, analisa komputer, dan pengukuran kekuatan.
Seluruh bidang ilmu keolahragaan (ilmu biomekanika, ilmu genetika, ilmu
gerak) menjadi sangat penting.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 21


Meningkatkan Volume
Oxygen Maximal untuk
Prestasi Atlet yang Maksimal
dr. Agoes Kooshartoro, Sp.PD & dr. Danarto Hari Adhimukti
*Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Olahraga Nasional,
**Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

I ndonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk sebesar 237.641.326


jiwa menurut data resmi sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik sebenarnya sangat berpotensi menghasilkan atlet-atlet
yang dapat berprestasi di kawasan regional maupun internasional. Kondisi
yang terjadi saat ini, prestasi atlet - atlet Indonesia di kawasan regional
maupun internasional belum maksimal. Salah satu hal yang membuat belum
maksimalnya prestasi mereka adalah kurang baiknya endurance (daya tahan
tubuh) saat bertanding. Untuk mengukur endurance atlet saat bertanding,
dapat menggunakan pengukuran Volume Oxygen Maximal (VO2Max).
Ballady dkk tahun 2010 didalam Tesis A Comparison of Two Protocols in
Measuring Maximal Oxygen Consumption in Highly Trained Distance Runners
mengatakan, bahwa pemeriksaan konsumsi oksigen maksimal oleh tubuh atau
yang biasa disebut VO2Max dengan menggunakan treadmill test adalah suatu
prosedur yang sudah populer. Tujuannya untuk menilai fungsi kardiopulmoner
individu dan dapat memberikan informasi lebih lanjut yang berguna dalam
membuat resep program latihan. Basset dan Howley dalam judul tesis yang
sama mengatakan bahwa prosedur tes VO2Max dapat digunakan untuk
membantu menentukan kemampuan atlet untuk menghasilkan energi secara
aerobik. Suatu komponen yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan pada
cabang olahraga yang memerlukan endurance.
Metode pengukuran VO2Max sendiri terdiri dari dua cara, yakni metode
pengukuran langsung atau direct VO2 Max Test dan metode pengukuran
tidak langsung atau indirect VO2 Max Test. Direct VO2Max dilakukan pada
alat tes ergometrik dengan beban yang meningkat progresif dan menganalisa

22 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


oksigen serta karbondioksida yang dikeluarkan saat proses pernapasan
selama latihan melalui sungkup yang terpasang pada atlet, sehingga disebut
metode pengukuran secara langsung. Pada indirect VO2Max, tes dilakukan
untuk memprediksi nilai VO2Max dengan menggunakan beberapa protokol
di lapangan seperti Balke, Bleep Test, Astrand Test dengan menggunakan
sepeda dll. Dari dua metode pengukuran VO2Max tersebut, memang idealnya
dilakukan di laboratorium dengan menganalisa gas ekspirasi menggunakan
instrumen komputer (Direct VO2Max). Hasil pengukuran ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi nilai dari VO2Max, yaitu genetik, usia, jenis
kelamin, komposisi tubuh, metode pemeriksaan dan juga ketinggian

Genetik
Faktor genetik diperkirakan dapat mempengaruhi 20 - 30% dari nilai
VO2Max seseorang.

Usia
Faktor usia akan mempengaruhi nilai dari VO2Max. Pada anak-anak nilai
VO2Max akan sama pada jenis kelamin laki - laki maupun perempuan sampai
usia 12 Tahun, kemudian pada usia 14 Tahun nilai VO2Max laki - laki lebih
besar 25% daripada perempuan. Pada usia diatas 16 tahun nilai VO2Max laki
- laki dapat lebih besar hingga 50% daripada perempuan. Pada usia diatas 25
tahun jika tidak terlatih, VO2Max akan menurun bertahap sebesar 1%/Tahun.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 23


Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi nilai dari VO2Max. Secara umum
nilai VO2Max pada wanita 15 - 30% lebih rendah jika dibandingkan dengan
pria.

Metode Pengukuran
Metode pengukuran dengan menggunakan treadmill memiliki nilai yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan ergocycle. Tapi perlu
diperhatikan juga spesifisitas tes berdasarkan cabang olahraga atlet tersebut.
Jika atlet sepeda dilakukan tes dengan menggunakan ergocycle atau jika atlet
lari dilakukan tes menggunakan treadmill.

Ketinggian (Altitude)
Semakin tinggi lokasi seseorang berada, maka akan mempengaruhi nilai
dari VO2Max. Setiap 1000 m pada ketinggian diatas 1600 m, nilai VO2Max
diperkirakan akan berkurang sebesar 8-11%. Hal itu terjadi karena semakin
tinggi suatu lokasi akan membuat tekanan pasial O2 di atmosfer berkurang
yang membuat tekanan parsial O2 pada darah arteri berkurang sehingga
saturasi hemoglobin terhadap O2 berkurang.

Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh seseorang mempengaruhi nilai dari VO2Max, sebagai
contoh semakin meningkat persentase lemak tubuh, maka nilai VO2Max

24 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


semakin berkurang. Shannan E dkk di dalam kesimpulan penelitian yang
berjudul Effect of Intensity of Aerobic Training on VO2Max menyatakan bahwa
ketika volume exercise dikontrol, vigorousintensity exercise lebih efektif untuk
meningkatkan VO2Max jika dibandingkan dengan moderateintensity exercise.
Menurut
World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan vigorous-
intensity exercise adalah latihan yang membutuhkan > 6 Mets seperti
jogging, lari, bersepeda dengan kecepatan > 10 mph, berenang dengan
cepat, membawa beban sebesar > 20 kg. Sedangkan yang dimaksud dengan
moderate - intensity exercise adalah latihan yang membutuhkan 3-6 Mets
seperti berjalan kaki, bersepeda dengan kecepatan<10 mph, membawa
beban sebesar < 20 kg.
Pemeriksaan VO2Max memiliki beberapa risiko khususnya pada populasi
yang berisiko tinggi, seperti sudden death, infark miokard, abnormalitas
tekanan darah dan aritmia. Sehingga butuh pengawasan dari dokter dan
sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi kardiovaskular sebelum dilakukan
pemeriksaan VO2Max. Endurance pada atlet sangat penting ketika bertanding
untuk mencapai prestasi maksimal.
Meningkatkan VO2Max atlet adalah salah satu cara agar atlet memiliki
endurance yang baik. Untuk menghasilkan atlet Indonesia yang berprestasi
di kawasan regional dan internasional memang bukan hal yang mudah, butuh
dukungan dan kekompakkan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.

Tips Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Saat Latihan Bagi Atlet


1. Sebelum latihan
a. Makan 300 - 600 kalori, yang terdiri dari karbohidrat 2-3 gram per kilogram berat badan,
rendah lemak dan protein sedang.
b. Kurangi serat agar mencegah rasa tidak nyaman pada perut.
c. 3 - 4 jam sebelum latihan minum 2-4 gelas air dan 1 jam sebelum latihan minum 1-2 gelas
air.
2. Saat Latihan
a. Minum 6 - 12 oz (1 - 2 gelas) air mineral atau minuman khusus olahraga setiap jamnya.
b. Makanan saat latihan yang dibutuhkan yaitu madu, pisang, jeruk atau minuman berenergi
yang mengandung elektrolit.
3. Setelah Latihan
a. Minum 2 gelas air setiap pound kehilangan berat badan setelah latihan.
b. Dalam setiap 30 menit latihan, seorang atlet membutuhkan 300 - 400 kalori yang terdiri
dari 75 - 100 gram karbohidrat dan 6 gram protein. (Sumber American College of Sport
Medicine)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 25


Pembiayaan Kesehatan
untuk Atlet
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH.
*Pakar asuransi kesehatan FKM UI

A tlet mudah cedera. Itu pasti. Bukan hanya cedera. Atlet pun tidak terlepas
dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau sakit. Kalau sudah begitu,
siapa yang akan membayarkan biaya pengobatannya? Mengingat biaya
berobat itu mahal.
Inilah salah satu kenyataan hidup yang membuat Prof. dr. Hasbullah
Thabrany, MPH, Dr.PH, Pakar Ekonomi Kesehatan serta salah satu inisiator dari
program JKN, mengimbau betapa pentingnya asuransi kesehatan. Alasannya? 
Pembiayaan kesehatan dengan sistem pembayaran tunai berdasarkan jumlah
dan jenis pelayanan (fee for service), seperti yang selama ini diterapkan di
Indonesia, dinilai kurang efektif. Sistem pembiayaan semacam itu, menurut
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia ini, 
membuat sebagian masyarakat tidak bisa menjangkau pelayanan kesehatan.
Akan lebih baik kalau setiap orang diwajibkan menabung atau membayar
iuran asuransi atau jaminan kesehatan yang besarnya terjangkau sesuai
penghasilannya. Dengan demikian mereka tidak kesulitan bila sewaktu-waktu
sakit.
Menurut Hasbullah atlet harus dianggap sebagai pekerjaan. Seperti
karyawan di perusahaan atau pabrik yang  memiliki jaminan kecelakaan
kerja. Pekerjaan atlet berisiko tinggi menderita cedera, sakit atau kecelakaan
lainnya. Maka cara yang terbaik harus ada jaminan kecelakaan kerja khusus
untuk atlet dimana  iurannya bisa saja dibebankan biayanya dari gaji bulanan
atau bonus atlet. Jadi semacam asuransi sosial khusus untuk kecelakaan para
atlet. Namun bagaimana seandainya atlet tidak mendapat gaji bulanan? 
Maka biaya diambil dari Pengurus Besarnya.
Di sisi lain, pertandingan yang diikuti atlet biasanya ramai didukung

26 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


sponsor. Salah satu sponsor terbesar dari pertandingan atlet datang dari
produsen rokok, dimana rokok kontradiksi dengan atlet karena dampaknya
yang merugikan kesehatan tubuh. Bicara tentang rokok, Hasbullah sudah
mengingatkan kepada pemerintah untuk menaikkan harga cukai rokok. Ia
sendiri sudah meminta Kemenpora mendorong kebijakan kenaikan harga
rokok hingga tiga kali lipat dari harga sekarang.
Sebagian dari harga cukai rokok yang sudah dinaikkan harganya itu, dapat
digunakan untuk pengembangan generasi muda, termasuk olahraga dan
kesenian. Dari dana ini pula dapat disisihkan untuk biaya Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atlet dan biaya jaminan pensiun atlet. Jadi ketika atlet sudah
tua, tidak perlu pusing memikirkan hidupnya karena sudah ada sistem yang
mengatur biaya hidup, hingga ia tak lagi aktif menjadi atlet. Kenyataan yang
dialami atlet saat ini, ketika masih muda dan berjaya dalam event pertandingan
mendapat banyak bonus. Ironisnya ketika sudah tua, hidupnya merana. Ini
karena sebagian penghasilan saat ia berjaya tak disisihkan untuk persiapan
mana kala ia sudah tua. Seharusnya, mulai diatur semacam asuransi sosial
untuk atlet dan jaminan pensiunnya.
Persoalannya bukan hanya terjadi di kalangan olahraga dimana atlet belum

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 27


peduli akan asuransi dan jaminan
“Harus ada pemikiran pensiun. Sebagian besar masyarakat
ke depan soal jaminan pun belum peduli terhadap masa
depan mereka. Bagi sebagian
kesehatan. Tak hanya
kalangan itu, kebutuhan makan lebih
profesi atlet, namun seluruh utama.
lapisan masyarakat.” Menurut Hasbullah, pembuat
kebijakan di Kemenpora sudah
seharusnya memikirkan masalah JKN untuk atlet. Sistem dananya selain
didapat dari cukai rokok, bisa juga dari segala penerimaan olahraga. Misalnya
ada pertandingan sepak bola, hasil penjualan karcis dapat disisihkan untuk
biaya JKN dimana untuk mengobati sakit atau kecelakaan atlet. Semua atlet
harus terdaftar di JKN yang dibayarkan oleh Pengurus Besar.  Sekaligus atlet
didaftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Jadi semua hadiah yang diterima atlet bisa dipotong untuk jaminan hari
tuanya. Dengan demikian, atlet tidak lagi akan merana hidupnya di masa tua.
Atlet pun harus bisa mengelola penghasilannya kala ia berjaya, bisa hidup
sederhana dan tidak berfoya foya.
“Harus ada pemikiran ke depan soal jaminan kesehatan. Tak hanya profesi
atlet, namun seluruh lapisan masyarakat. Tugas pemerintah dan kalangan
akademisi adalah mendidik masyarakat untuk bisa berpikir jauh ke depan,
antara lain merencanakan kehidupannya. Cara mendidiknya tentu saja, tidak
cukup hanya dengan bicara saja tapi harus ada sistemnya. Itulah konsep yang
saya laksanakan dengan JKN ini. JKN harus bisa jalan dan dinikmati masyarakat.
JKN harus dikawal dengan sebuah sistem.  Atlet dan kalangan olahraga harus
masuk ke dalam JKN.  Honor atlet bisa didaftarkan untuk menjadi peserta JKN.
Jadi kalau sakit, cedera atau kecelakaan,  atlet langsung bisa ditangani oleh
JKN,” papar pria berkacamata ini.

Promosikan jaminan kesehatan


Dari pengalaman pribadi, ketika baru lulus dari Fakulitas Kedokteran
dan pertamakali jadi dokter dan  praktik di klinik swasta, Hasbullah banyak
menerima pasien dari kalangan miskin. Saat bertugas mengganti senior di salah
satu klinik di kawasan Tebet dan Klender Jakarta, pasien berobat membayar

28 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


dengan uang recehan.  Mereka
umumnya adalah kalangan pedagang,
tukang becak dan pekerja yang
penghasilannya minim. Saat datang
mengeluhkan sakitnya, pasien dari
kalangan ini juga kesulitan membeli
obat. Karena trenyuh dengan kondisi
ekonomi mereka, biasanya Hasbullah
membebaskan biaya dokternya.
Kondisi yang dialami golongan
ekonomi lemah ini jelas tak akan
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH.
menyelesaikan masalah kesehatan.
Mereka sungkan untuk datang ke
dokter karena khawatir dengan biaya berobat yang mahal. Bagi mereka yang
punya penghasilan pas-pasan, tentu sulit membeli obat, kalaupun mereka
datang ke dokter. Dari pengalaman pribadi pun, Hasbullah banyak menemui
kasus. Pasien tidak bisa berobat ke rumah sakit karena tidak punya uang muka
saat mendaftar untuk pengobatan sakitnya. Banyak pasien meninggal karena
kondisi di awal yang tak tertangani dengan cepat, hanya karena terbentur
masalah uang muka di rumah sakit
Hasbullah pun pernah mengkritik salah satu rumah sakit di Jakarta
di tahun 2002. Waktu itu ia ingat, RS tidak mau menerima pasien karena
orangtua si pasien tak sanggup bayar uang muka. Pasien bayi itu seharusnya
harus segera masuk ICU. Alasan RS, karena domisili pasien ada di Depok dan
bukan penduduk DKI, RS tak mau melayani. Pasien terpaksa dibawa pulang,
dan esok harinya meninggal. Kondisi ini sungguh ironis dan banyak dialami
masyarakat miskin.
“Saya punya pengalaman pribadi. Tahun 1989 sewaktu masih tinggal di
Amerika dan pertamakalinya hidup di sana, istri sakit. Kita berobat di salah
satu rumah sakit swasta yang bagus. Awalnya saya bayar dulu sedikit,sekitar 80
dollar Amerika. Ternyata saya harus bayar 640 dollar Amerika. Jadi masih ada
kekurangan 560 dollar Amerika. Namun rumah sakit tetap memberi pelayanan.
Tidak ada istilah harus bayar full dulu. Seminggu setelah pulang dari rumah
sakit, baru datang tagihan bahwa pembayaran masih kurang. Saya sempat

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 29


bingung karena waktu itu belum punya uang. Ternyata saya tergolong orang
miskin dan diminta mengisi formulir. Seminggu kemudian sudah dibayarkan
oleh pemerintah Amerika yang mengumpulkan dana dari cukai rokok. Dana
itulah yang digunakan untuk biaya kesehatan orang miskin,” ujarnya.
Dari pengalaman pribadi itulah, maka ketika tahun 1995 Hasbullah
pulang ke Tanah Air, ia pun mulai mempromosikan jaminan kesehatan. Ia
banyak belajar soal jaminan kesehatan dan asuransi kesehatan. Sejauh ini
kesadaran tentang pentingnya asuransi kesehatan masih sangat lemah.
Bahkan pemerintah pun tak punya konsep soal asuransi kesehatan. Padahal
seandainya para pejabat pemerintah menyadari manfaat asuransi kesehatan,
mereka akan mensosialisasikannya karena manfaatnya yang baik untuk
masyarakat.
Di awal kehidupannya saat masih duduk di bangku SMA, Hasbullah sudah
bercita-cita ingin menjadi dokter. Setelah lulus SMA, selain mendaftar  di
Fakultas Kedokteran UI, ia pun pilih Teknik Kimia ITB dan IPB. Beruntung,
Hasbullah diterima oleh 3 PTN ternama tersebut. Pria asli Betawi asal
Cawang, Jakarta Timur ini pun bertanya ke ibunya, PTN mana yang harus ia
pilih. Sang ibu yang sempat mengalami kebutaan karena mengalami diabetes
menyarankan Hasbullah untuk memilih kuliah di Jakarta. Akhirnya Hasbullah
memilih FK UI karena tak perlu bayar kos.
“Sejak saya lulus di tahun 1980, saya hanya sempat dua tahun praktik. Ini
karena kondisi menyedihkan dimana pasien tidak bisa bayar dokter. Saat aktif
jadi mahasiswa, saya juga ikut aktivis mahasiswa. Sempat dilarang Mendikbud
Daud Yusuf dan dilarang jadi dosen di seluruh universitas negeri.  Tahun 78
- 79 ketika itu mahasiswa memang dilarang berorganisasi  kecuali belajar
saja. Padahal saya aktif di HMI dan senat mahasiswa,” ujar Ketua Pusat Studi
Ekonomi Kesehatan FKM.
Di tengah perjuangannya terus menggencarkan asuransi kesehatan ini,
Hasbullah berupaya mewujudkan mimpinya agar setiap orang di Indonesia
bisa memiliki asuransi kesehatan dan dana pensiun. Dengan demikian, tidak
ada lagi warga yang nantinya akan kesulitan menerima pelayanan kesehatan
dan menghadapi hari tuanya kelak.

30 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Berharap JKN Atlet
Ia banyak berharap agar proses JKN bisa berjalan mulus dan diperlu­
kan kerjasama yang baik antara seluruh pemangku kepentingan sektor
kesehatan, termasuk sektor swasta untuk menyediakan akses terhadap obat-
obatan yang ampuh, aman dan berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia. “Pada akhirnya, hal terpenting adalah tujuan program
tersebut tidak hanya terbatas pada upaya penyediaan akses terhadap layanan
kesehatan yang lebih baik dan luas bagi publik tanpa terkecuali, tapi juga
untuk menyediakan pengobatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan para
pasien,” tegasnya.
Menurut Hasbullah, ia sangat memahami betapa pentingnya mendapatkan
kemudahan akses pelayanan kesehatan. Terutama bagi warga miskin. Sebab
itu ketika ia mendapatkan ilmunya, ia  berprinsip ilmu yang ia dapat dari
bangku kuliah haruslah bermanfaat bagi manusia.  “Dari pengalaman di negeri
orang, betapa saya memahami pentingnya kesehatan bagi setiap warga.
Tak hanya kesehatan, ilmu pun harus dikejar. Bahkan ketika saya belajar di
Amerika untuk meraih gelar S3, saya tak sungkan menjadi loper koran. Itu
saya lakukan demi mengejar ilmu dan manfaatnya bagi sesama,” ujar mantan
Dekan di FKM UI.
Jadi loper koran pun tidak mengapa, yang penting bisa melanjutkan
kuliah sampai S3, karena beasiswa yang saya dapat hanya sampai S2 saja.
Sehingga, saya harus mencari biaya sendiri untuk kuliah S3 di negeri Paman
Sam. Beruntung, penghasilan saya sebagai loper koran cukup besar yaitu
mencapai 1200 dollar Amerika sebulan. Penghasilan saya cukup untuk dapat
melanjutkan kuliah S3 sampai selesai,” katanya.
Keuletan dan ketekunan Hasbullah dalam menjalani pendidikan sudah
terlihat sejak masa anak-anak. Ia selalu meraih prestasi tertinggi di sekolah.

“Pembuat kebijakan di Kemenpora


sudah seharusnya memikirkan
masalah JKN untuk atlet”

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 31
Bahkan, prestasinya yang begitu tinggi dan kebersahajaannya serta metode
belajar yang dilakukannya sempat mencengangkan teman-teman sekelasnya.
Karena setiap ditanya dan diajak belajar bersama ia selalu menjawab dirinya
tidak pernah belajar dan selalu ada di rumah.  “Bahkan ketika ada teman yang
mengecek keberadaan saya di rumah, selepas Maghrib ternyata saya sedang
tidur, karena kebiasaan saya tidur lebil awal sejak dan bangun tengah malam
sekitar pukul 03.00 pagi untuk belajar dan sholat Isya. Juga sholat malam
sampai subuh,” jelasnya. 
Apa yang dilakukannya ini hampir tidak mungkin dilakukan anak-anak,
terutama remaja seusianya yang umumnya masih senang hura-hura. Inilah
anugerah yang diberikan Tuhan kepada Hasbullah, yang dilahirkan di Jl
Madrasah, Cawang Jakarta Timur. Ia selalu dengan mudah meraih prestasi
tertinggi di sekolah. Tak hanya cerdas, Hasbullah juga pintar berorganisasi. Ia
pun pernah mendirikan organisasi PAMJAKI (Perhimpunan Ahli Manajemen
Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia) tahun 1998 di mana dia menjadi
Ketua Umum PAMJAKI sampai kini. (Ratih Sayidun)

32 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


PRINSIP DASAR
PENATALAKSANAAN
CEDERA OLAHRAGA
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS*
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional

C edera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, balk pada waktu
latihan, pertandingan dan sesudah pertandingan (Walker, 2007). Bila
terjadi cedera maka olahragawan memberikan respons psikologis dan fisik
sebagai mekanisme pertahanan untuk mencapai keseimbangan baru. Secara
psikologis olahragawan merasa bahwa dirinya dalam kondisi kesehatan yang
optimal sehingga ingin segera pulih dan secepat mungkin dapatbertandinglagi.
Bagi atlet cedera ringan saja sangat berarti karena berpotensi kehilangan
momentum untuk mencetak prestasi optimal. Cedera olahraga sebagian
besarterjadi pada saat berlatih dan waktu pemulihannya membuat atlet
kehilangan waktu tiga sampai dengan enam bulan untuk berlatih dan
bertanding (Supartono, B. 2010).

Cedera olahraga yang Sering Terjadi


1. Bone bruise, lecet tulang: perdarahan pada jaringan di bawah kulit
2. Boxer’s fracture, patah tulang petinju: patah tulang bagian leher
3. Cedera kepala
4. Fracture: patah tulang
5. Hip pointer: cedera pada tonjolan tulang pinggul
6. Runner’s knee: kumpulan nyeri pada lutut bagian luaryang bertambah bila
berlari 7. Kramotot
8. Pulled groin: nyeri pada selangkangan
9. Torn cartilage: robekan jaringan tulang rawan sendi
10. Over-use: cedera timbul karena pemakaian otot berlebihan atau terlalu
lelah

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 33


Gejala akibat cedera olahraga biasanya dikeluhkan oleh pasien diantaranya
rasa nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Gangguan fungsi misalnya pincang,
kaku sendi, kesemutan dan sebagainya. Diagnosis cedera olahraga dilakukan
oleh dokter berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan penunjang biladiperlukan.
Sebagian besar cedera dengan penanganan yang cepat dan tepat oleh
ahlinya berakhir dengan baik, sembuh seperti sediakala tanpa gangguan
atau disability. Tetapi tanpa ada penanganan yang balk cedera akan berlanjut
menjadi komplikasi yang membutuhkan perhatian dan upaya yang lebih
serius dan membutuhkan sumber daya yang lebih baik.

Cedera Olahraga pada Anak


Anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Jenis cederanya dan responnya
juga berbeda. Anakanak lebih sering mengalami cedera namun diagnosisnya
lebih sulit dibandingkan dewasa karena masalah komunikasi dan perbedaan
struktur tubuh. Anak-anak mempunyai lempeng per­tumbuhan yang
menuylitkan diagnosis dan juga penatalak­sanaannya. Penata­lak­sanaannya
yang kurang baik akan berakhir dengan gangguan pertumbuhan dan
selanjutnya berakhirdengan kecacatan.

Pencegahan Cedera Olahraga


Pencegahan mempunyai berpe­ran penting. Mencegah lebih baik dan lebih
murah daripada mengobati. Pencegahan terbaik dengan meniada­kan faktor-
faktor penyebab cedera. Beberapa upaya dapat dilakukan dalam pencegahan
cedera olahraga, yaitu:
1. Pemeriksaan medis
2. Memperkuat struktur otot dan meningkatkan fungsisendi
3. Memberikan program latihan sesuai umurdan kebutuhan
4. Memberikan asupan gizi dan variasi menu sesuai kebutuhan
5. Memberikan kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan dan kondisi
cuaca
6. Meningkatkan skill olahragawan
7. Meningkatkan peran dan kemampuan pelatih
8. Meningkatkan peran pemimpin pertandingan

34 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


9. Membuat disain pelindung seperti kacamata, helm dan bantalan bahu
10. Menunjuk pengawas olahraga
11. Melakukan olahraga sesuai kaidah
12. Melakukan pemanasan, pen­dinginan dan peregangan
13. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih
14. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga
15. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara
16. Menyusun peraturan keselamatan
17. Memberikan jaminan pembiaya­an cedera olahraga pada olah­ragawan
18. Kerjasama seluruh pelaku olahraga

Terapi Cedera olahraga


1. Terapi emergensi
a. Airway, memastikan tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Breathing, memastikan organ pernafasan berfungsi baik
c. Circulation, memastikan tidak ada hambatan dalam sirkulasi darah
d. Disability, memastikan tidak ada gangguan motorikatau kelumpuhan
2. Terapi sementara
Pada fase akut cedera olahraga jangan melakukan hal yang berbahaya
(HARM). HARM adalah singkatan dari Heat, Alcohol, Running dan Massage.
Jangan memberikan panas, alkohol, dan jangan melakukan gerakan
dan pijat. Lakukan RICE. RICE singkatan dari Rest, Ice, Compression dan
Elevation. Tindakan ini meliputi empat langkah dengan urutan ICRE.
- Pemberian es atau kompres dingin, 1-2 hari, selanjutnya kompres
hangat
- Pemberian tekanan, dengan pemasangan softband dan elastic verban
- Istirahat bagian tubuh yang cedera, dengan cara imobilisasi sendi atau
anggota gerak
- Elevasi, dengan mengangkat bagian tubuh yang cedera sehingga lebih
tinggi dari jantung.
3. Terapi definitif
Prinsip terapi adalah:
a. Tidak membahayakan / Do Not Harm / Primum Non Nocere
b. Terapi dilakukan berdasarkan ketepatan diagnosis dan prognosis

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 35


c. Terapi dipilih berdasarkan tujuan khas
d. Terapi tidak bertentangan dengan sifat dasartubuh
e. Terapi realistisdan praktis
f. Terapi dipilih yang pas sesuai kebutuhan masing-masing individu

Terapi definitif mempunyai beberapa modalitas yaitu terapi non bedah,


terapi bedah dan terapi rekayasa jaringan. Terapi non bedah misalnya
menggunakan obat-obatan, dukungan psikologis, dan terapi fisik serta
bantuan apparatus dan apliances seperti knee support dan brace.
Terapi bedah meliputi terapi pembedahan minimal dan prosedur
pembedahan konvensional, masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Terapi rekayasa jaringan menggunakan tiga komponen balk
murni maupun campuran, Komponen tersebut adalah sel punca, faktor
pertumbuhan dan perancah.
Rekayasa jaringan sangat menjanjikan karena menghasilkan jaringan
normal seperti semula dan prosedurnya dapat tanpa pembedahan. Sangat
menjanjikan bagi terapi cedera olahraga pada olahragawan profesional yang
membutuhkan kekuatan dan kecepatan.

Rehabilitasi Cedera Olahraga


a. Tahap I: menghilangkan nyeri, menghilangkan bengkak, mencegah cedera
tambahan
b. Tahap II : meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas otot
c. Tahap III : meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas otot, ketahanan otot,
proprioseptifmendekati normal
d. Tahap IV : olahragawan berlatih kembali, mengikuti program tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan, gerakan cabang olahraga masing-masing.

** Penulis adalah Direktur RSON

36 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


TEKNIK REKAYASA JARINGAN
UNTUK PENYEMBUHAN
CEDERA OLAHRAGA
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional

S
etiap atlet mempunyai risiko cedera baik saat berlatih maupun
saat bertanding1. Cedera akan menimbulkan kerusakan struktur
dan gangguan fungsi2. Walaupun tubuh mempunyai kemampuan
regenerasi untuk memperbaiki jaringan yang rusak namun beberapa jaringan
tubuh tertentu seperti ligamen, meniskus, tulang rawan, dan saraf, tidak
dapat melakukan regenerasi secara sempurna sehingga terbentuk jaringan
parut yang menyisakan keluhan dan problema. Masalahnya, baik terapi
dengan obat-obatan maupun tindakan bedah belum berhasil mengatasi
masalah tersebut. Maka alternatifnya adalah teknik rekayasa jaringan.

APAKAH REKAYASA JARINGAN?


Rekayasa jaringan adalah cabang
ilmu kedokteran untuk memperbaiki
jaringan atau organ tubuh yang
rusak.3-6 Berbagai jaringan dapat
diperbaiki secara aman dengan
terapi ini.7,8 Rekayasa jaringan
membutuhkan tiga komponen yaitu
sel, molekul sinyal dan perancah.
Teknik ini dapat dilakukan dengan
menggunakan satu, dua atau bahkan Gb 1: Sel Punca Embrional (Pluripoten)
tiga komponen sekaligus.3,7-12 Sel yang Manusia (dikutip dari kepustakaan 46)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 37


digunakan adalah sel punca sedangkan molekul
sinyalnya adalah faktor pertumbuhan.13-17
Perancah adalah lingkungan buatan tempat sel
hidup. Perancah yang sering digunakan dalam
terapi klinis adalah asam hialuronat dan PRP
(Plasma Rich Platelet).18-21 Asam hialuronat
dan PRP, secara tunggal atau bersamaan telah
Gb 2: Sel Punca Embrional (Hewan Mencit) sering digunakan untuk terapi kerusakan
muskuloskeletal seperti otot, meniskus atau
tulang rawan. Selanjutnya akan lebih dijelaskan
mengenai sel punca dalam sifat, potensi dan
manfaatnya.

APAKAH SEL PUNCA ?


Sel punca adalah sel yang belum mempunyai
bentuk dan fungsi tertentu namun mempunyai
Gb 3: Sel MNC (Sel Mononuklear)
kemampuan memperbarui, memperbanyak
diri, dan membentuk sel atau jaringan tubuh. Sel punca yang ditemukan di
sel embrio, disebut sebagai sel punca embrional, sedangkan yang berada di
jaringan tubuh disebut sebagai sel punca jaringan. 22-45

Sel Punca Embrional


Sel punca embrional dapat diisolasi dari sel embrio tikus, primata atau
manusia.30,31 Sel tersebut diisolasi dari sel blastosit yang berusia sekitar 5-7

Gb 4: Bio Safety Cabinet, ruang kerja pembuatan Gb.5: Penulis Bersama Mesin Prodigy; mesin pem-
komponen rekayasa jaringan. buat sel punca, produksi Miltenyi, di Koln - Jerman.

38 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


hari. Untuk mendapatkannya terlebih dahulu lapisan luar sel blastosit dirusak
agar dapat diambil massa sel dalamnya (Inner Cell Mass = ICM). Selanjutnya
sel tersebut dibiakkan pada kondisi dan waktu tertentu sehingga menjadi
sel punca embrional (Gb.1-2). Pembuatan dan penggunaan sel punca ini
mempunyai banyak kendala yaitu hal etika, hukum, risiko teratoma (tumor
embryonal), risiko penolakan dan faktor teknis.22,43,46

Sel Punca Jaringan


Sel punca jaringan diperoleh dengan cara melakukan isolasi sel
mononuklear (MNC) (Gb.3) untuk selanjutnya diberi perlakuan khusus agar
menjadi sel punca. Isolasi dapat dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan mesin penghasil sel punca (Gb.4-5). Sumber sel punca ini
bisa berasal dari jaringan yang padat (solid) atau cair (likuid). Jaringan solid
misalnya kulit, lemak, lemak sinovium, otot, dan gigi. Sedangkan jaringan
likuid berupa cairan tubuh seperti cairan sendi, cairan sumsum tulang, darah
tali pusat, atau darah tepi. 47-52 Ditinjau dari karakternya, sel punca jaringan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sel punca mesenkim, dan sel punca
hematopoietik (Gb.6-7).
Sel punca jaringan mempunyai sifat khusus yaitu sifat regeneratif dan sifat
plastis. Sifat regeneratif maksudnya sel punca ini dapat memperbaiki jaringan
yang rusak secara mandiri. Sifat regeneratif mempunyai karakter konstitutif
dan fakultatif. Konstitutif berarti perbaikan jaringan dilakukan hanya bila
diperlukan dan fakultatif berarti aktivasi terjadi hanya bila ada jaringan yang
cedera.3
Sifat plastis maksudnya sel punca jaringan dapat membentuk sel yang
berbeda dengan garis keturunannya.33 Misalnya, sel punca darah dapat
membentuk sel endotel, sel osteoblas (tulang) dan sel kondrosit (tulang
rawan).53-57

Sel Punca Mesenkim


Sel punca mesenkim bersifat multipoten artinya sel tersebut mempunyai
kemampuan membentuk berbagai jenis sel dewasa dalam lini yang sama

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 39


Gb. 7: Sel Punca Hematopoietik Gb 6: Sel Punca Mesenkim

seperti sel tulang rawan, tulang, lemak dan jaringan penyangga pembuluh
darah. 14,19,24,25,30,58
Sel punca mesenkim bentuk selnya sel fibroblas dan melekat pada
lempeng plastik. (Gb.3) Sel punca mesenkim memiliki kriteria a) melekat pada
lempeng plastik kultur, b) positif terhadap penanda CD 78, CD 95, CD 105, CD
146, c) negatif terhadap penanda CD 11 b, CD 14, CD 19, CD 34, CD 45, CD 84-
α, HLA-DR, d) dapat membentuk sel osteoblas, lemak dan kondroblas secara
in vitro (International Society for Cellular Therapy).22 Sifat plastis sel punca
mesenkim membuatnya dapat membentuk sel ginjal, jantung, saraf, hepar,
dan sel meniskus. 13,24,27,45 Sel punca mesenkim dibuat dengan membiakkan
sel MNC hasil isolasi dari cairan atau jaringan tubuh dalam medium dan
waktu tertentu.22,23,47,58,59

Sel Punca Hematopoietik


Sel punca hematopoietik adalah sel progenitor pembentuk sel darah,
bersifat pluripoten dan totipoten,60-61 sehingga dapat juga membentuk sel
jantung, hati, pankreas, otot, lemak, tulang dan tulang rawan.18,37,40,50,54,55
Sel ini didapatkan dengan melakukan seleksi dari populasi sel MNC.54,60-67
Sel punca hematopoietik diiden­tifikasi dengan penanda permukaan sel
seperti CD 34, atau CD 133.68-70

40 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Bagaimana Pemanfaatan
Teknik Rekayasa Jaringan?

Pemanfaatan perancah
Salah satu perancah yang banyak dan telah digunakan pada pasien adalah
asam hialuronat. Perancah ini tersedia dalam bentuk cairan. Perancah untuk
sendi mempunyai sifat yang mirip dengan kualitas cairan sendi manusia
sehingga dapat digunakan untuk mengatasi defisit cairan sendi dan sekaligus
melapisi defek atau luka pada jaringan sendi. Sediaan ini digunakan untuk
mengobati gangguan akibat kerusakan lapisan di dalam sendi seperti tulang
rawan, meniskus atau ligamen.
Sediaan ini digunakan untuk mengobati gangguan akibat kerusakan
lapisan di dalam sendi seperti tulang rawan, meniskus atau ligamen. Sendi
yang sering membutuhkan pengobatan adalah sendi lutut, bahu, panggul,
dan pergelangan kaki.

Pemanfaatan molekul sinyal


Molekul sinyal yang digunakan pada teknik rekayasa jaringan adalah
faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan ini bermanfaat untuk memicu
regenerasi jaringan yang cedera atau mengalami kerusakan. Sediaan aslinya
dalam bentuk bubuk konsentrat namun harganya sangat mahal berkisar 100
juta rupiah untuk satu kali pengobatan, lagipula tidak tersedia di Indonesia.
Alternatifnya, kita dapat memperoleh faktor pertumbuhan tersebut dari
darah pasien sendiri. Pasien diambil darahnya seperti biasa, kemudian
darah tersebut diisolasi di laboratorium sel punca untuk dipisahkan lapisan
plasmanya. Lapisan plasma yang banyak mengandung faktor pertumbuhan
tersebut selanjutnya diberikan pada jaringan tubuh yang mengalami kerusakan
atau cedera. Faktor pertumbuhan ini dapat diberikan secara tunggal atau
diberikan bersama-sama dengan perancah untuk meningkatkan potensinya.
Pemberian faktor pertumbuhan ini bermanfaat dalam penyembuhan jaringan
muskuloskeletal yang cedera seperti putusnya tendon akiles (urat kambing)
atau otot sendi bahu. Selain itu juga bermanfaat untuk gangguan sendi
seperti cedera sendi lutut yang mengalami kerusakan lapisan tulang rawan,
meniskus, atau ligamen.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 41


Pemanfaatan sel Mononuklear (Sel MNC)
Sel mononuklear merupakan kum­pulan sel yang di dalamnya ter­kandung
bakal sel punca baik sel punca
Beberapa peneliti memanfaat­kannya untuk penyem­buhan keru­
sakan jaringan seperti kerusakan lapisan tulang rawan sendi lutut. Penulis
memanfaatkan untuk penyembuhan luka stadium akhir pada kaki pasien
dengan penyakit kencing manis (diabetes) yang tidak terkontrol sedangkan
pasien menolak amputasi. Pemberian sel MNC dapat menyembuhkan luka
tersebut dengan sempurna (Gb. 8a-8b).

Pemanfaatan sel punca mesenkim


Pemanfaatan sel punca mesen­kim sudah banyak dilakukan. Pertim­­
bangannya karena sel punca mesenkim mempunyai kemampuan menyatu
dengan jaringan yang membutuhkan (homing), membentuk jenis sel sesuai
kebutuhan (diferen­siasi), memperbaiki kerusakan jaringan, mencegah
peradangan (inflamasi) dan mempertahankan kekebalan tubuh.71
Pemanfaatan sel punca mesekim hanya dilakukan dalam lingkup penelitian.
Artinya sel punca ini belum dilepas ke pasaran sebagaimana asam hialuronat
yang tersedia di apotek. Namun pemanfaatan sel punca mesenkim tersebut
telah mencapai uji klinis tahap III artinya telah diberikan pada pasien dalam
jumlah tertentu sesuai protokol penelitian.
Sel punca mesenkim terbukti dapat memperbaiki kerusakan jaringaan
seperti otot, saraf, tulang atau tulang rawan.8,11,13,22,23,59,72
Penggunaan sel punca mesenkim sebagai terapi memang sangat
menjanjikan namun mempunyai kendala yang tidak sedikit. Kendala
tersebut diantaranya dalam hal pengambilan, sifat, pengem­bangan dan hasil
regenerasinya. Pengambilan sumber sel punca mesenkim pada sumsum
tulang harus dilakukan melalui tindakan operasi, sehingga menimbulkan
nyeri dan berisiko infeksi.13 Selain itu potensi selnya melemah seiring dengan
bertambahnya usia donor.13,20,22 Pengembangbiakannya juga menimbulkan
risiko kontaminasi dan perubahan potensi sel.58
Karena itu, seorang peneliti sel punca bernama Khan, menyarankan
adanya alternatif yang lebih mudah dan lebih kecil risiko pengambilannya.
Selain itu konsentrasi dan sifat selnya tidak berubah dengan bertambah­nya
umur donor.13 Hal ini dibenarkan oleh Terayama, seorang peneliti sel punca
dari Jepang.

42 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gb.8a; Sebelum Terapi Penyembuhan luka dengan sel Gb.8b; Setelah Terapi
MNC (komplikasi penyakit kencing manis)

Ia merekomendasikan pengguna­an sel punca hematopoietik sebagai


pengganti sel punca mesenkim. 53

Pemanfaatan Sel Punca Hematopoietik


Sebenarnya, sel punca hema­topoietik telah lama dimanfaatkan untuk
penyembuhan pasien kanker darah.53 Selain itu telah dimanfaatkan juga
untuk pengobatan penyakit iskemik menahun pada kaki dan kelainan tulang
pada anak-anak dimana tulangnya rapuh dan mudah patah (osteogenesis
imperfekta)56,65 Penggunaan sel punca hematopoietik untuk terapi non darah
seperti gangguan otot, tulang dan sendi mulai dikembangkan melalui berbagai
penelitian pada hewan coba. Sel punca hematopietik yang digunakan adalah
sel CD34+dan sel CD133+. Sel CD133+ terbukti dapat memicu regenerasi otot
dan dapat membentuk pembuluh darah (angiogenesis) sel saraf, sel lemak,
dan sel tulang (osteosit).28,50,61 Penelitian membuktikan bahwa pemberian sel
CD34+ melalui pembuluh darah (intra vena) dapat membuat tulang paha tikus
yang patah menyambung kembali. Hal ini menunjukkan bahwa sel CD34+
mempunyai kemampuan membentuk pembuluh darah baru (vaskulogenik)
dan membentuk jaringan tulang baru (osteogenik).53,73
Penulis dalam disertasinya membuktikan pemberian sel punca CD34+
yang berasal dari darah tepi manusia dapat memperbaiki kerusakan tulang
rawan pada sendi lutut tikus. Penelitian tersebut membuktikan bahwa sel
punca CD34+ bersifat plastis dan terbukti dapat membentuk sel kondrosit
(Gb.9). 5

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 43


Prinsip Pemanfaatan Teknik Rekayasa Jaringan

Teknik rekayasa jaringan terbukti sangat bermanfaat bagi penyem­buhan


penyakit-penyakit yang selama ini belum teratasi namun dalam penerapannya
perlu mempertimbang­kan beberapa prinsip. Pemanfaatan atau penggunaan
komponen rekayasa-rekayasa hendaknya tidak bertentangan dengan
ketentuan medis, aspek legal dan keyakinan pasien. Kesemua hal tersebut itu
harus dikomunikasikan dan disetujui oleh pasien.

Komponen Rekayasa Jaringan


Komponen rekayasa jaringan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
komponen sel dan komponen bukan sel. Komponen bukan sel bersifat tidak
hidup (benda mati) yaitu protein. komponen ini meliputi perancah dan faktor
pertumbuhan. Perancah tersedia dalam dua sediaan yaitu hasil fermentasi sel
bakteri tertentu atau hasil isolasi jaringan tubuh hewan. Peneliti dapat memilih
perancah yang terbaik dan sesuai dengan keyakinan pasien. Komponen sel
yaitu sel punca yaitu sel yang hidup dengan segala sifat kehidupannya.
Penggunaan sel punca perlu memperhatikan beberapa hal yaitu mengenai
donor, jenis material dan cara penghantaran sel punca ke jaringan yang
membutuhkan.
Donor sel punca dapat berasal dari dari hewan atau manusia. Donor
manusia dapat berasal dari orang lain atau diri sendiri (pasien). Berdasarkan
hal tersebut pemberian (transplantasi) sel punca dapat dibedakan menjadi
tiga macam yaitu Xenograf, Alograf dan Autolog. Xenograf adalah pemberian
sel punca hewan kepada manusia atau sebaliknya. Alograf adalah pemberian
sel punca antar manusia. Autolog adalah pemberian sel punca yang berasal
dari tubuh orang itu sendiri. Jenis sel punca yang ditransplantasikan dapat
menggunakan sel punca embrional atau sel punca jaringan seperti sel punca
mesenkim atau sel punca hematopoietik.
Adapun cara transplantasi sel punca dapat melalui 4 pilihan rute yaitu
topikal, intravenus, intra artrikular atau intra lesi. Rute topikal adalah
pemberian sel punca langsung Pada luka pada jaringan kulit atau jaringan di
bawah kulit.
Rute intravena adalah pemberian sel punca melalui pembuluh darah

44 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Keterangan:
PBS: Larutan Serum Fosfat
CD34 : Sel Punca Hematopoietik
AH: Asam Hialuronat
FP: Faktor Pertumbuhan

GB. 9 Penyembuhan Defek Tulang Rawan Sendi Lutut Tikus dengan Teknik Rekayasa Jaringan

(infus), penghantaran ini dilakukan bila defek atau lokasi jaringan yang sakit
berada pada organ di dalam tubuh dan organ targetnya mempunyai akses
pembuluh darah yang memadai. Sedangkan rute intraartrikular adalah
pemberian sel punca dengan menyuntikkannya ke dalam rongga sendi. Hal
ini dilakukan bila jaringan yang rusak berada pada rongga sendi dan jaringan
tersebut tidak memiliki akses pembuluh darah yang memadai (avaskular).
Pemberian intra lesi adalah pemberian sel punca langsung pada jaringan
yang rusak (luka). Penggunaan sel punca dan pilihan rute penghantarannya
disesuaikan dengan kondisi penyakit, ketersediaan sel punca, kemudahan
teknik, aspek legal dan kesepakatan pasien.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 45


Aspek Legal Penggunaan Sel Punca
Negara Indonesia memberikan apresiasi terhadap penelitian dan
pemanfaatan sel punca namun negara juga harus melindungi kesehatan
warganya. Keseimbangan kedua hal tersebut diatur dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bagian Kelima, Pasal 63 ayat 3, Pasal 64 ayat 1
dan 2, Pasal 66 dan Pasal 70 ayat 1,2 dan 3. Selanjutnya pemerintah membuat
ketentuan teknisnya melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No 833 tahun
2009. Selain regulasi tersebut pemerintah juga menyiapkan kelembagaannya
yaitu Komite Nasional Sel Punca.74-75 Pada prinsipnya Indonesia meng­
izinkan penggunaan sel punca untuk penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan serta pelayanan medik namun dengan beberapa pembatasan.
Pembatasan itu menyangkut beberapa aspek yaitu tujuan, jenis sel punca
dan syarat penggunaannya. Tujuan penggunaan sel punca yang diizinkan di
negara kita hanyalah tujuan kemanusiaan dan bukan untuk komersialisasi.
Pemberiannya kepada pasien hanya boleh dilakukan setelah terbukti
keamanan dan kemanfaatannya. Pemberian sel punca hanya boleh dilakukan
untuk penyembuhan, dan bukan untuk tujuan reproduksi.
Sel punca embrional dilarang digunakan di Indonesia. Sel punca Yang
diizinkan di Indonesia adalah sel punca jaringan. Sel punca tersebut harus
berasal dari isolasi jaringan tubuh manusia karena sel punca hasil isolasi hewan
dilarang digunakan di Indonesia. Pengambilan sel punca di Indonesia hanya
dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang telah memiliki kemampuan namun
penjelasan rincinya belum ada sehingga menyisakan beberapa pertanyaan.
Rumah sakit yang tidak punya laboratorium sel punca namun bekerjasama
dengan laboratorium swasta apakah diizinkan? Bagaimana hukumnya rumah
sakit yang belum mempunyai laboratorium sel punca namun melayani
tindakan sel punca? Bagaimanakah jaminan kualitas sel punca yang diproduksi
oleh laboratorium swasta ? Sampai saat ini belum ada regulasi yang mengatur
standar baku laboratorium sel punca di Indonesia. Dalam kenyataannya
beberapa sarana kesehatan di Indonesia secara terbuka atau tertutup, baik
secara individu atau kelembagaan, secara sendiri atau bekerja sama dengan
lembaga manca negara telah melakukan aplikasi sel punca. Sudah seharusnya
pemerintah bersikap responsif, progresif dan adaptif sesuai dengan kebutuhan
hajat hidup masyarakat luas.

46 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Aspek Religi Penderita
Pemanfaatan teknik rekayasa jaringan dengan Menggunakan perancah,
molekul sinyal dan sel punca mempunyai dampak bagi keyakinan penerima
donor (pasien) terutama bagi masyarkat di negara Indonesia yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Apakah secara umum terapi berbasis teknik
rekayasa jaringan dapat diterima oleh keyakinan agama pasien? Hal lain yang
perlu mendapatkan klarifikasi yaitu apakah kebolehannya bersifat mutlak
atau hanya dalam kondisi darurat? Apakah pemanfaatan sel punca embrional
diperbolehkan atau tidak? Apakah semua jenis sel punca jaringan dilarang
atau diizinkan semuanya? Atau diizinkan sebagiannya? Apakah sel punca
hewan boleh digunakan sebagai terapi penyebuhan pada manusia? Apakah
sel punca dari orang lain boleh digunakan untuk penyembuhan seseorang?
Sebaiknya kita semua meminta fatwa hukum dan agama mengenai hal
ini. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Maha
Pengampun. Amin Ya Rabbal Alamin.
Tulisan ini telah menjelaskan berbagai hal mengenai teknik rekayasa
jaringan untuk penyembuhan jaringan dari berbagai aspeknya. Semoga tulisan
ini bermanfaat memperluas khasanah ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan, menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi kita semua. Amiin.

Daftar Pustaka
1. Supartono,Basuki. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan Cedera 7. Chiang H, Jiang CC. Repair of articular cartilage defect: Review
Olahraga pada Olahragawan. Kementerian Pemuda dan and prespectives.J Formos Med Assoc. 2009;108(2):87-101.
Olahraga. 2010 8. Haleem AM, Chu CR. Advances in tissue engineering
2. Miller MD, Thompson SR. Delee & Drez’s Orthopaedic techniques for articular cartilage repair. Optechorthopaedics.
Sports Medicine: Principles and Practice, Fourth Edition. 2010;20(2):76-89. doi:10.1053/j.oto.2009. 10.004.
Philadelpia:Elsevier. 2015 9. Gelse K, Schneider H. Ex vivo gene therapy approaches to
3. Kim BS, Park KI, Hosiba T, et al. Design of artificial cartilage repair. J.Addr. 2006;58(2):259-84. doi:10.1016/j.
extracellular matrices for tissue engineering. J addr.2006.01.019.
Progpolymsci. 2011;36(2):238-68. doi:10.1016/j.prog- 10. Chen FH, Rousche KT, Tuan RS. Technology insight: adult
polymsci.2010.10.001. stem cells in cartilage regeneration and tissue engineering.
4. Khan WS, Malik AA, Hardingham TE. Stem cell applications Nat Clin Pract Rheumatol. 2006;2(7):373-82. doi:10.1038/
and tissue engineering approaches in surgical practice. J ncprheum0216.
Perioper Pract. 2009;19(4):130-5. 11. Murphy JM, Fink DJ, Hunziker EB, Barry FP. Stem cell therapy
5. Grayson LW, Martens PT, Eng MG, Radisic M, Vunjak GN. in a caprine model of osteoarthritis. Arthritis Rheum.
Biomimetic approach to tissue engineering. Semin Cell Dev 2003;48(12):3464- 74. doi:10.1002/art.11365.
Biol. 2009;20(6): 665-73. doi:10.1016/j.semcdb.2008.12.008 12. Kelly DJ, Prendergast PJ. Mechano regulation of stem cell
6. Burdick JA, Novakovic GV. Enginereed microenvirontments differentiation and tissue regeneration in osteochondral
for controlled stem cell differentiation. Tissue Eng Part A. defects.J Biomech. 2005;38(7):1413-22.
2009;15(2):205-19. doi:10.1089/ten.tea.2008.0131. doi:10.1016/j.jbiomech.2004.06.026.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 47


13. Khan WS, Johnson DS, Hardingham TE. The potential of local injection of human peripheral blood-derived CD133-
stem cells in the treatment of knee cartilage defect. Knee. positive cells. Stem Cells. 2009;27(4):949-60.
2010;17(6):369-74. Doi:10.1016/j.knee.2009.12.003. 29. Bryant JP, Schwartz HP. Stem Cells. In : Monroe KR, Miller
14. Han Y, Wei Y, Wang S, Song Y. Cartilage regeneration RB, Tobis JS, editors. Fundamentals of the Stem Cell Debate
using adipose-derived stem cells and the controlled- The Scientific, Religious, Ethical, and Political Issues. London.
released hybrid microspheres. JBSpin. 2010;77(1):27-31. University of California Press; 2008.
doi:10.1016/j.jbspin.2009.05.013. 30. Hee HT, Ismail HD, Lim CT, Goh JC, Wong HK.. Effects of
15. Bessa PC, Cerqueira MT, Rada T, et al. Expression, purification implantation of bone marrow mesenchymal stem cells,
and osteogenic bioactivity of recombinant human BMP-4, disc distraction and combined therapy on reversing
-9, -10, -11 and -14. Protein Expr Purif. 2009;63(2):89-94. degeneration of the intervertebral disc. J Bone Joint Surg Br.
doi:10.1016/j.pep.2008.09.014. 2010;92(5):726-36. doi: 10.1302/0301-620X.92B5.23015
16. Orr AW, Helmke BP, Blackman BR, Schwartz MA. Mechanisms 31. Pera MF, Dottori M. Stem Cells and Their Developmental
of mechanotransduction. Dev Cell. 2006;10(1):11-20. Potential. In: Bongso A, Lee EH, editors. Stem Cell from
doi:10.1016/j.devcel.2005. 12.006. Bench to Bedside. Singapore. World Scientific Publishing Co.
17. Altman GH, Horan RL, Martin I, et al. Cell differentiation by Pte. Ltd; 2005. p.55-70
mechanical stress. FASEB J. 2002;16(2):270-2. doi:10.1096/ 32. Vats A, Tolley NS, Buttery LDK, Polak JM. The stem cell in
fj.01-0656fje. orthopaedic surgery. J Bone Joint Surg Br. 2004;86(2):159-
18. Richardson JB, Lim JTK, Hui JHP, Lee EH. Stem cells and 64. doi:10.1302/0301-620X.86B2.14756.
cartilage. In : Bongso A, Eng HL, editors. Stem Cell from 33. Wagers AJ, Weissman IL. Plasticity of adult stem cells. Cell.
Bench to Beside. Singapore : World Scientific Publishing Co. 2004;116(5):639-48.
Pte. Ltd.; 2005. p. 466 - 493. 34. Raff M. Adult stem cell plasticity: fact or artifact?. Annu
19. Choi KH, Choi BH, Park SR, Kim BJ, Min BH. The chondrogenic Rev Cell Dev Biol. 2003;19:1-22. doi:10.1146/annurev.
differentiation of mesenchymal stem cells on extracellular cellbio.19.111301.143037.
matriks scaffold derived from porcine chondrocytes. 35. Kim SJ, Cho HH, Kim YJ, et al. Human adipose stromal cells
Biomaterials. 2010;31(20):5355-65. doi:10.1016/j. expanded in human serum promote engraftment of human
biomaterials. 2010.03.053 peripheral blood hematopoietic stem cells in NOD/SCID
20. Schulz RM, Bader A. Cartilage tissue engineering and mice.
bioreactor systems for the cultivation and stimulation BBRC. 2005;329(1):25-31. doi:10.1016/j.bbrc. 2005.01.092.
of chondrocytes. Eur Biophys J. 2007;36(4-5):539-68. 36. Barry PF, Murphy MJ. Mesenchymal stem cells: clinical
doi:10.1007/s00249-007-0139-1. application and biological characterization. IJBCB.
21. Muzzarelli RAA. Chitins and chitosan for the repair of 2004;36(4):568-84.doi:10.1016/ j.biocel.2003.11.001.
wounded skin, nerve, cartilage and bone. Carbohydrate 37. Kuwana M, Okazaki Y, Kodama H, et al. Human circulating
Polymers. 2009;76(2):167-82. Doi:10.1016/j. CD14+ monocytes as a sources of progenitors that
carbpol.2008.11.002. exhibit mesenchymal cell differentiation. J Leukoc Biol.
22. Shenaq DS, Rastegar F, Petkovic D, et al. Mesenchymal 2003;74(5):833-45. doi:10.1189/jlb.0403170.
progenitor cells and their orthopedic application: forging a 38. Dragoo JL, Samimi B, Zhu M, et al. Tissue-engineered
path towards clinical tials. Stem Cells Int. 2010;14 pages. cartilage and bone using stem cells from human
23. English D, Islam MQ. Mesenchymal Stem Cell: Use in Cartilage infrapatellar fat pads.J Bone Joint Surg Br. 2003;85(5):740-7.
Repair. Current Rheumatology Reviews. 2009;5(1):24-33. doi:10.1302/0301-620X.85B5.13587.
24. Raghunath J, Sutherland J, Salih V, Mordan N, Butler PE, 39. Pittenger MF, Mackay AM, Beck SC, et al. Multilineage
Seifalian AM. Chondrogenic potential of blood-acquired potential of adult human mesenchymal stem cells.
mesenchymal progenitor cells. JPRAS. 2010;63(5):841-7. Science.1999;284(5411):143-7.
doi:10.1016/j.bjps.2009.01.063. 40. Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T,
25. Sell S. Stem Cells: What Are They ? Where Do They Come Setiawan B. Stem Cell Dasar Teori & Aplikasi Klinis. Jakarta:
From ? Why Are They Here ? When do They Go Wrong Penerbit Erlangga; 2010.
? Where Are They Going ?. In: Sell S, editor. Stem cells 41. Doyonnas R, Blau HM. What is the Future for Stem Cell
Handbook. New Jersey : Humana Press Inc; 2004. P.1-18 Research? Whether Entity or Function?. In: Sell S, editor.
26. Marot D, Knezeviv M, Novakovic GV. Bone tissue engineering Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana Press; 2004.
with human stem cells.Stem Cell Res Ther. 2010; 1(2):10. P.491-9
doi:10.1186/scrt10. 2010;31(20):5355-65. doi:10.1016/j. 42. Stem Cells Basics [internet] 2011 [cited 2011 Feb 17].
biomaterials. 2010.03.053. Available from: http://stemcells.nih.gov/info.
27. Choi YH, Burdick DM, Strieter RM. Human circulating 43. Syamsuhidajat, Sandra F, Tarwadi, Sardjono CT, Widyawati
fibrocytes have the capacity to differentiate osteoblasts and H, Ismail, dkk. Pedoman Riset Sel Punca Manusia. Jakarta:
chondrocytes. Int J Biochem Cell Biol. 2010;42(5):662-71. Asosiasi Sel Punca Indonesia; 2010.
doi:10.1016/j.biocel.2009.12.011. 44. Forbes SJ, Vig P, Poulsom R, Wright NA, Alison MR. Adult
28. Shi M, Ishikawa M, Kamei N, et al. Acceleration of skeletal stem cell: new pathway of tissue regeneration become
muscle regeneration in a rat skeletal muscle injury model by visible. Clin Sci (Lond). 2002;103(4):355-69.

48 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


45. Horie M, Sekiya I, Muneta T, et al. Intra-articular Injected p.155-61
synovial stem cells differentiate into meniscal cells directly 61. Tondreau T, Meuleman N, Delforge A, et al. Mesenchymal
and promote meniscal regeneration without mobilization stem cells derived from CD133-positive cells in mobilized
to distant organs in rat massive meniscal defect. Stem Cells. peripheral blood and cord blood: proliferation, Oct4
2009;27(4):878-87. expression, and plasticity. Stem Cells. 2005; 23(8):1105-12.
46. Fadel Hossam E. Prospects and Ethics of Stem Cell Research: doi:10.1634/stemcells.2004-0330.
An Islamic Perspective. JIMA: 2007;39: 73 62. Zvaifler NJ, Mutafchieva LM, Adams G, et al. Mesenchymal
47. Milljkovic ND, Cooper GM, Marra KG. Chondrogenesis, precursor cells in the blood of normal individuals. Arthritis
bone morphogenetic protein-4 and mesenchymal Res. 2000;2(6):477-88.
stem cells. OARSI. 2008;16(10):1121-30.. doi:10.1016/j. 63. Hu G, Liu P, Feng J, Jin Y. A novel population of mesenchymal
joca.2008.03.003. progenitors with hematopoietic potential originated from
48. Koga H, Shimaya M, Muneta T, et al. Local adherent technique CD14 peripheral blood mononuclear cells.Int J Med Sci.
for transplanting mesenchymal stem cells as a potential 2010;8(1):16-29.
treatment of cartilage. Arthritis Res Ther. 2008;10(4):R84.1- 64. Vokurka S, Koza V, Lysak D, et al. Successful peripheral
10. doi:10.1186/ar2460. blood stem cells collection in imatinib pretreated and
49. Morito T, Muneta T, Hara K, et al. Synovial fluid-derived nilotinib-treated chronic myeloid leukemia patient. J Oncol.
mesenchymal stem cells increase after intra-articular 2010:460859. doi:10.1155/2010/460859.
ligament injury in humans. Rheumatology (Oxford). 65. Gopall J, Huang W, Zhao Y. Prospect of adult stem cells
2008;47(8):1137-43. doi:10.1093/rheumatology/ken114. therapy in peripheral vascular disease. BJMP. 2010;3(4):a345.
50. Peault B, Rudnicki M, Torrente Y, et al. Stem and progenitor 66. Mattoli S, Bellini A, Schmidt M. The role of human
cells in skeletal muscle development, maintenance, and hematopoietic mesenchymal progenitor in wound healing
therapy. Mol Ther.2007;15(5):867-77. and fibrotic diseaes and implications for therapy. Curr Stem
51. Krampera M, Pizzolo G, Aprili G, Franchini M. Mesenchymal Cell Res Ther. 2009;4(4):266-80.
stem cells for bone, cartilage, tendon and skeletal 67. Kawano Y, Takaue Y, Watanabe T, et al. Efficacy of the
muscle repair. Bone. 2006;39(4):678-83. doi:10.1016/j. mobilization of peripheral blood stem cells by granulocyte
bone.2006.04.020. colony-stimulating factor in pediatric donors. Cancer Res.
52. Sakaguchi Y, Sekiya I, Yagishita K, Muneta T. Comparison 1999;59(14): 3321-4.
of human stem cells derived from various mesenchymal 68. Krzyzanowski PM, Navarro MAA. Identification of novel stem
tissues: superiority of synovium as a cell source. Arthritis cell markers using gap analysis of gene expression data.
Rheum. 2005;52(8):2521-9. doi:10.1002/art.21212. Genome Biol. 2007;8(9):R193-19. doi:10.1186/gb-2007-8-
53. Terayama H, Ishikawa M, Yasunaga Y, et al. Prevention of 9-r193.
osteonecrosis by intravenous administration of human 69. Miraglia S, Godfrey W, Yin AH, et al. A novel five-
peripheral blood-derived CD34-positive cells in a rat transmembrane hematopoietic stem cell antigen:
osteonecrosis model. J Tissue Eng Regen Med.2011;5(1):32- isolation, characterization, and molecular cloning. Blood.
40. doi:10.1002/term.285. 1997;90(12):5013-21.
54. Supartono,B. Regenerasi Tulang Rawan Hialin Pada Defek 70. Yin AH, Miraglia S, Zanjani ED, et al. AC133,a novel marker
Osteokondral Melalui Penyuntikan Intraartrikular Suspensi for human hematopoietic stem and progenitor cells.
Sel Punca CD34+ Darah Tepi Manusia, Asam Hialuronat, Blood.1997;90(12):5002-12.
TGF- β1, IGF, FGF dan Fibronektin Pada Tikus Spraque Dawley 71. Wang Shihua, Qu Xuebin, Zhao Robert Chunhua. Clinical
(disertasi). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. applications of mesenchymal stem cells. Journal of
55. Kraft DL, Weissman IL. Hematopoietic Stem Cells: Basic Hematology & Oncology. 2012;5:19
Science to Clinical Applications. In: Bongso A, Lee EH, editors. 72. Saw KY, Anz A, Merican S, et al. Artricular cartilage
Stem Cell from Bench to Bedside. Singapore. World Scientific regeneration with autologous peripheral blood
Publishing Co. Pte. Ltd; 2005. p. 253-91. progenitor cells and hyaluronic acid after arthroscopic
56. Korbling M, Estrov Z. Adult stem cells for tissue repair - a new subchondral drilling: a report of 5 cases with histology.
therapeutic concept?.N Engl J Med. 2003;349(6):570-82 Arthroscopy.2011;27(4):493-506. doi:10.1016/j.
57. Grove JE, Bruscia E, Krause DS. Plasticity of bone marrow- arthro.2010.11.054.
derived stem cells. Stem Cells. 2004;22(4):487-500 73. Matsumoto T, Kawamoto A, Kuroda R, et al. Therapeutic
58. Dennis JE, Caplan AI. Bone marrow mesenchymal stem cells. potential of vasculogenesis and osteogenesis promoted by
In: Sell S, editor. Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana peripheral blood CD34-positive cells for functional bone
Press; 2004. p.107-17 healing. Am J Pathol. 2006;169(4):1440-57. doi:10.2353/
59. Battiwalla M, Hematti P. Mesenchymal stem cells in ajpath.2006.060064.
hematopoietic stem cell transplantation. Cytotherapy. 74. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
2009;11(5):503-15. doi:10.1080/1465324090319-3806. tentang Kesehatan.
60. Ponting I, Zhao Y, Anderson WF. Hematopoietic stem cells 75. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 833/
Identification, characterization and assays. In: Sell S, editor. MENKES/PER/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Sel Punca.
Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana Press; 2004.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 49


PENGAPURAN
SENDI LUTUT
Dapatkah Disembuhkan ?
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional

PENDAHULUAN
Diantara pembaca atau keluarga
kita mungkin pernah mengalami
gangguan sendi lutut. Bangun dari
duduk susah, apalagi kalau sudah
terlalu lama duduk. Naik tangga nyeri
apalagi turun tangga, sholat susah
bahkan mungkin harus duduk. Semua
orang dapat terkena gangguan ini,
warga kota atau desa, kaya-miskin,
pegawai biasa-pejabat, tua-muda;
atlet atau masyarakat umum.
Gangguan terjadi akibat adanya
perubahan cairan dan struktur
jaringan sendi lutut, yaitu jaringan
tulang rawan. Penyakit ini sering
disebut dengan pengapuran, secara
medis disebut dengan osteoarthritis.
Penyakit ini menimpa 2 dari 3
orang lanjut usia dan satu dari lima orang muda dan kejadiannya cenderung
meningkat pada usia muda. Secara umum diper­kirakan 15 % dari penduduk
dunia atau sekitar 200 juta penduduk dunia terkena penyakit ini. Satu dari
empat orang yang berusia 50 tahun dan setiap orang yang berusia 65 tahun
dipastikan mengalami pengapuran sendi lutut.1-7
Penyakit ini menyebab­kan berbagai keluhan, gangguan gerak dan
penurunan fungsi sendi bahkan kecacatan. Mengganggu aktifitas kehidupan

50 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gambar 2: Gambar skematis lapisan tulang rawan: (a) lapisan superfisial (b) lapisan transisi (c) lapisan radial
(d) lapisan dalam (e) lapisan tidemark (f) lapisan kalsifikasi (g) tulang.(dikutip kepustakaan 6)

sehari-hari dan menjadi beban bagi kesehatan, ekonomi dan sosial.8-13


Repotnya pengobatan penyakit ini tidak di tanggung sepenuhnya oleh jaminan
kesehatan seperti BPJS.

Tulang Rawan Sendi Lutut


Sendi lutut dilapisi oleh tulang rawan hialin setebal 5 mm yang
memungkinkan sendi bergerak tanpa gesekan (Gb.1). Fungsi lainnya adalah
menyangga tubuh, menyerap tekanan, mencegah cedera dan melindungi
jaringan di dalam sendi lutut. Tulang rawan sendi lutut mempunyai struktur
yang unik dan kompleks, namun terorganisasi dengan baik dan sempurna.
Permukaannya halus berwarna putih kebiruan, selalu basah oleh cairan sendi
sehingga dapat meredam dan menahan berbagai jenis beban. Tulang rawan
sendi lutut mampu menahan 20 kali berat badan seseorang. 14-17,
Ketebalan tulang rawan tidak tergantung jenis kelamin, besar tubuh dan
latihan. Tulang rawan sendi lutut mengan­dung beberapa unsur yaitu air,
kolagen, proteoglikan, dan glukosa aminoglikan. Tulang rawan sendi lutut
tersusun atas sel kondrosit dan jaringan pe­nyangga. Sel kondrosit meru­pa­kan
sel tunggal, berbentuk lonjong, berada dalam lakuna sehingga sulit bermigrasi.
Tingkat kepa­datan sel nya sangat rendah hanya 1%. Sel kondrosit berfungsi
membentuk semua unsur tulang rawan, mengorganisasikan, mem­­pertahankan
dan menjaga ke­utuhannya. Aktifitas sel kondrosit menurun setelah

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 51


pertumbuhan selesai karena sel kondrosit yang rusak tidak diganti dengan sel
baru. Hal ini menjelaskan mengapa orang dewasa tidak mempunyai kemam­
puan re­generasi tulang rawan.
Tulang rawan sendi lutut mempunyai empat lapisan yaitu lapisan
superfisial, transisional, dalam dan kalsifikasi (Gb.2). Lapisan tersebut
mempunyai komposisi, susunan, jumlah, dan bentuk sel, orientasi serat
kolagen dan fungsi matriksnya masing-masing.6,10,17
Jaringan penyangga tulang rawan sendi lutut terdiri atas serat kolagen II dan
proteoglikan. Proteoglikan yang tersusun atas protein dan glukosaaminoglikan
yang berfungsi mengatur penyerapan dan pengeluaran cairan sendi. Hal
ini penting untuk meredam beban dan proses nutrisi tulang rawan yang
berlangsung secara difusi. Proses pergantian proteoglikan berlangsung terus
menerus. dan diatur oleh sel kondrosit. Contoh proteoglikan adalah kondroitin
sulfat. Tulang rawan hialin tidak mempunyai pembuluh darah, metabolismenya
terbatas se­hingga tulang rawan tidak mem­­punyai kemampuan penyem­buhan
regenerasi atau penyembuhan.,3,6,10,12,15-25,

Penyebab dan proses penyakit


Osteoartritis terjadi oleh berbagai sebab namun secara garis besar dapat
dibedakan menjadi penyebab primer (utama) dan sekunder. Penyebab tersebut
secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan kerusakan lapisan
tulang rawan. Penyebab primer adalah proses penuaan.
Proses penuaan adalah kodrat manusia dan berlangsung mulai umur empat
puluh tahun. Mekanisme terjadinya diawali dengan proses pembengkakan
jaringan dan pelepasan zat yang bersifat racun terhadap tulang rawan. Kondisi
ini menyebabkan cairan sendi berkurang dan menurun kualitasnya ditandai
dengan penurunan kekentalan cairan sendi. Zat racun tersebut mengganggu
pembentukan sel dan menyebabkan penurunan jumlah sel tulang rawan,
selain itu juga menurunkan produksi dan kualitas proteoglikan sehingga
kualitas jaringan penyangga tulang rawan menurun. Penurunan kualitas
tersebut diikuti dengan perubahan serat kolagen dan penurunan jumlah
senyawa kondroitin sulfat dan glukosamin (Gb.3). Proses kerusakan bersifat
progresif dan terus berlanjut. Dimulai dengan penekanan lapisan subkondral
(tulang di bawah tulang rawan) yang kemudian diikuti dengan perubahan

52 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


tulang rawan. Permukaan tulang
rawan menjadi kuning, kelenturan
dan kekenyalan menurun sehingga
menjadi kaku, tipis, rapuh, robek
akhirnya membentuk lubang (defek).
Defek ini menimbulkan rasa nyeri
pada sendi lutut.
Penyebab sekunder atau disebut
juga faktor risiko adalah berbagai
kelainan atau penyakit yang dapat
menimbulkan atau mempercepat
terjadinya kerusakan tulang rawan.
Proses ini umumnya menimpa
orang muda. Faktor risiko tersebut
misalnya gangguan genetik dan Gambar 3: Perubahan struktur tulang rawan karena
kelainan bawaan. Kelainan genetik penuaan: struktur tulang rawan (a) bayi (b) dewasa
(c) lanjut usia; tidak teratur, proteoglikan lebih jarang
mengganggu gen pembentuk dan lebih pendek. (dikutip kepustakaan 6)
kolagen sehingga produksi kolagen
terganggu yang akhirnya merusak tulang rawan. Kelainan bawaan dapat
menimbulkan kelemahan jaringan dan perubahan postur tubuh. Perubahan
postur menyebabkan ketidaksegarisan sehingga terjadi ketidakseimbangan
beban tubuh di salah satu sisi dan memicu terjadinya proses kerusakan
tulang rawan. Beberapa contoh kelainan bawaan adalah jaringan ikat terlalu
lentur (hyperlaxity), tulang belakang melengkung (scoliosis), lutut bentuk
O (bowleg) dan kaki datar (flat feet) (Gb.4). Kelemahan otot sendi lutut
dapat menimbulkan pergeseran tulang tempurung lutut berulang sehingga
menyebabkan cedera kronik yang merusak tulang rawan. Faktor risiko lainnya
misalnya lingkungan rumah, ling­kungan pekerjaan, aktifitas, asupan makan,
infeksi (gonitis), gangguan pasokan darah (osteokondritis disekan), gangguan
pem­bekuan darah (hemofili), penurunan densitas tulang (osteoporosis),
tumor, trauma dan beban (faktor mekanik).
Trauma dapat merusak tulang rawan dan jaringan lain dalam sendi lutut.
Kerusakan tulang rawan saja biasanya terjadi akibat trauma tumpul. Trauma
ringan tetapi bila berulang-ulang dan berlangsung terus menerus juga dapat
merusak tulang rawan. Proses ini menyebab­kan gangguan keseimbangan

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 53


biologis tulang rawan sehingga terjadi kerusakan
sel kondrosit, hilangnya zat proteoglikan dan
munculnya jaringan kolagen yang tidak normal.
Kerusakan tulang rawan juga dapat terjadi
akibat kerusakan atau hilangnya jaringan lain di
(a)
dalam sendi lutut seperti jaringan ligamentum
atau bantalan meniskus. Apabila lapisan ini
rusak atau dihilangkan maka tulang rawanpun
akan rusak karena tidak ada lagi yang menjaga
fungsi sendi dan keutuhan tulang rawan
padahal tindakan itu menyebabkan perubahan
biomekanik dan pembebanan berlebihan
pada salah satu sisi sendi. Pasien yang diambil
jaringan meniskusnya di masa datang akan
menderita pengapuran.
Faktor mekanik adalah terdapatnya kondisi
tanpa tekanan atau tekanan berlebihan pada
(b)
sendi lutut. Kondisi tanpa tekanan terjadi
bila sendi lutut tidak digerakkan (imobilisasi).
Bila sendi tidak digerakkan maka sendi tidak
merasakan perubahan tekanan (tidak ada
rangsangan mekanik) sehingga menghambat
interaksi jaringan penyangga dan sel kondrosit
yang memicu terjadinya proses kerusakan
tulang rawan. Kondisi tekanan berlebihan
misalnya pada kegemukan (obesitas),
kehamilan, dan beban pekerjaan seperti
(c) pada pekerja tambang. Tekanan tersebut
menyebabkan stres mekanik dan memicu
kerusakan tulang rawan sendi. Tekanan
lain misalnya aktifitas high impact, seperti
naik turun tangga, olahraga lari, maraton,
(d)
taekwondo, tenis. sepak bola, futsal dan
Gambar 4: Contoh Kelainan Bawaan.
(a) Hiperlaksiti, (b) Skoliosis, (c) bowled olahraga lain yang sejenis (Gb.5).27-32
leg (d) flat feet (koleksi pribadi)

54 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


(a) (b) (c)
Gambar 5: Osteoartritis Lutut Sekunder dengan faktor risiko: atlet beladiri, skoliosis, genu varum:
Foto ronsen (a) Tulang belakang tampak depan (b) Sendi lutut, tampak depan (c) Sendi lutut tampak
samping (koleksi pribadi)

Defek tulang rawan sendi lutut


Defek tulang rawan sering muncul di bagian tengah (troklear) atau
tonjolan (kondilus) bagian dalam (medial) dari tulang femur (Gb.6). Luas defek
memengaruhi stabilitas dan gerakan sendi lutut selain itu juga menen­tukan
kecepatan kerusakan (degenerasi) tulang rawan. Semakin luas defek, semakin
luas proses degenerasinya dan semakin parah penyakitnya. Kedalaman
defek menentukan proses regenerasi tulang rawan. Defek yang dangkal tidak
akan mengalami regenerasi (penyembuhan) sedangkan defek dalam dapat
mengalami proses penyembuhan karena keluarnya sel punca yang membantu
proses regenerasi. Sayangnya proses ini tidak menghasilkan tulang rawan
hialin namun jaringan parut sehingga menimbulkan keluhan nyeri pada sendi
lutut.10,33,34

Bagaimana memastikan adanya penyakit ini


Pengapuran dikenali dari adanya keluhan dan tanda pada sendi lutut yang
kemu­dian dikonfirmasi dengan peme­riksaan penunjang.10 Keluh­an utama
pasien biasanya nyeri, bengkak dan kaku. Nyeri dirasakan terutama bila
beraktifitas misalnya berjalan, berlari, naik tangga atau turun tangga. Nyeri
juga dirasakan bila penderita hendak bangkit sesudah duduk lama. Terkadang
pasien mengeluh rasa tidak enak dibagian belakang sendi lutut. Sendi lutut
mungkin bengkak dan teraba hangat. Bila tulang tempurung digerakkan ke
atas ke bawah atau ke samping terdengar bunyi gemeretak dan terasa nyeri.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 55


(a) (b)
Gambar 6: Defek tulang rawan:
(a) gambar teropong sendi (dikutip kepustakaan 35) (b) gambar histologi (dikutip kepustakaan 36)

Sendi lutut bagian medial (dalam) bila ditekan terasa sakit. Gerakan sendi
terbatas, bila lutut diluruskan atau ditekuk maksimal maka terasa nyeri
di sendi. Beberapa pasien tidak bisa menekuk lutut dengan mudah, bila
dipaksakan terasa nyeri dan kaku. Ruang lingkup gerakan sendi terbatas hanya
mencapai 90˚. Sendi lutut menjadi bengkok seperti huruf O (bowleg) sehingga
pasien sulit jongkok, dan menganggu gerakan sholat bahkan terpaksa sholat
duduk.
Keluhan dan tanda tersebut selanjutnya dikonfirmasi dengan pemeriksaan
penunjang atau tindakan teropong sendi lutut (artroskopi). Melalui
pemeriksaan tersebut dapat diketahui adanya penyakit osteoartritis dan
derajat keparahannya. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pemeriksaan ronsen sendi lutut.
Pemeriksaan ini bersifat non invasif. MRI dapat memberikan gambaran 3
dimensi seluruh lapisan tulang rawan, volume tulang rawan, kondisi defek
dan cairan sendi lutut. Pemeriksaan ini cukup mahal biayanya dan hanya dapat
dilakukan di beberapa rumah sakit tertentu seperti rumah sakit kelas A atau
Rumah Sakit Olahraga Nasional Cibubur. Pemeriksaan ronsen dilakukan dengan
posisi pasien berdiri untuk melihat efek tekanan pada sendi lutut. Gambaran
yang dihasilkan tidak sebaik MRI karena sinar ronsen tidak dapat ‘melihat’
tulang rawan namun hanya ‘melihat’ kondisi tulang. Hasil pencitraannya
tidak dapat memperlihatkan adanya kerusakan (defek) tulang rawan tetapi
hanya memperlihatkan efek kerusakan tulang rawan terhadap tulang
sendi lutut. Kellgreen–Lawrence menyebutkan tanda radiologis sendi lutut
penderita osteaoartritis yaitu sklerosis, osteofit, penyempitan celah sendi,
dan kelainan bentuk tulang. Tanda ini walaupun bukan konfirmasi diagnosis

56 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


penyakit pengapuran (osteoartritis) namun
mempunyai korelasi dengan temuan
artroskopi pada penderita osteoartritis.
Diagnosis pasti penyakit ini dilakukan
dengan pemeriksaan histologis jaringan
tulang rawan (biopsi), melalui pemeriksaan
histologis dan imunohistokimia. Pemeriksaan
histologis bertujuan mengenali struktur
dan bentuk jaringan (defek) tulang rawan
sedangkan imunohistokimia untuk mengenali
jenis kolagennya. Tindakan biopsi jarang
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
pengapuran cukup dari keluhan pasien,
tanda di sendi lutut dan pemeriksaan
penunjang.37-42

Apakah Pengapuran Sendi Lutut bisa


disembuhkan?
Penatalaksanaan penyakit penga­puran
yang dilakukan selama ini adalah dengan
melakukan pence­gahan dan pemberian
terapi. Pencegahan dilakukan dengan
mengelola faktor risiko penyakit sedemikian
rupa sehingga tulang rawan tetap sehat dan Gambar 7: Osteoartritis Primer:
(a) foto lutut; sendi lutut pasien bengkok
sekaligus menghambat keparahan penyakit. ke dalam membentuk huruf O:
(b) ronsen lutut; (1) tulang memutih
Pencegahan tersebut dilakukan dengan (sklerosis), (2) pengapuran (osteofit), (3)
menjalankan pola hidup sehat yaitu pola penyempitan celah sendi(koleksi (4) sendi lutut
berbentuk huruf O pribadi)

pikir, pola makan dan perilaku yang sehat.


Menjaga asupan makanan sangat penting untuk mempertahankan berat badan
ideal dan tidak terkena penyakit asam urat, kencing manis, hipertensi, artritis
rheumatoid, infeksi, kekurangan kalsium dan lain sebagainya. Kesegarisan dan
keseimbangan tubuh harus dijaga, dengan cara mengoreksi kelainan postur
tubuh seperti skoliosis, bowleg (kaki O), flat feet (kaki bebek). Kelemahan
otot perlu diatasi dengan melatih otot sendi lutut untuk mencegah risiko

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 57


(a) (b)

Gb. 8: MRI Osteoartritis Sendi Lutut:


(a) penipisan tulang rawan (b) permukaan tulang tidak rata. (koleksi pribadi)

bergesernya tulang tempurung, selain latihan tersebut penderita sebaiknya


menggunakan knee support atau knee brace.
Kesehatan sendi lutut harus dijaga dengan membuat sendi senantiasa
bergerak karena gerakan adalah kehidupan bagi sendi. Tulang rawan ‘makan’
dengan cara menyerap zat nutrisi dari cairan sendi oleh karenanya sendi
perlu bergerak untuk meningkatkan penyerapan makanan. Sendi yang diam
akan membuat tulang rawan kelaparan, lambat laun akan mati dan sendi
lutut akan menjadi kaku selamanya. Aktifitas atau gerakan memang penting
namun harus tetap menyesuaikan dengan kondisi sendi lutut masing-masing.
Bagi seseorang atau penderita yang mempunyai satu atau lebih faktor
risiko dianjurkan untuk memilih lingkungan, aktifitas, dan olahraga yang
sesuai dengan dirinya dan tidak memperburuk penyakitnya. Sebagai contoh
seseorang dengan kelainan postur tubuh sebaiknya menjaga berat tubuh
ideal dan tidak memilih olahraga yang high impact. Wanita hamil dengan
kelainan postur tidak dianjurkan untuk memilih pekerjaan atau beraktifitas
di bangunan bertingkat yang tidak ada liftnya sehingga harus turun naik
tangga. Aktifitas seperti ini tidak sehat bagi kesehatan sendi lutut dan akan
memperburuk penyakit pengapuran.
Terapi penyakit pengapuran selama ini dilakukan dengan cara konservatif
atau operatif. Terapi konservatif dilakukan dengan memberikan obat
atau terapi fisik. Obat yang diberikan diantaranya obat anti nyeri, anti
pembengkakan, glukosamin, kondroitin sulfat dan vitamin E. Terapi fisik

58 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


diantaranya pemberian fisioterapi dan pemakaian penyangga lutut. Terapi
operatif diantaranya tindakan pencucian sendi lutut, stimulasi sumsum
tulang, koreksi tulang, penggantian sendi lutut dan pengakuan sendi. Terapi
tersebut di atas hanya mengatasi gejala akibat kerusakan tulang rawan namun
tidak dapat mem­perbaiki kerusakannya dan tidak dapat melakukan regenerasi
tulang rawan.1-7,10,12,14-30,23-24,43

Rekayasa Jaringan Tulang Rawan Sendi Lutut


Pengapuran sendi lutut terjadi akibat berbagai kondisi, kelainan atau
penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menimbulkan
kerusakan tulang rawan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tulang
rawan termasuk jaringan yang tidak mempunyai kemampuan penyembuhan
sehingga bila rusak tidak dapat sembuh seperti sediakala. Perbaikan tulang
rawan yang rusak memerlukan teknik rekayasa jaringan.
Akhir-akhir ini mulai dikembangan metode penyem­buhan dengan
menggunakan teknik rekayasa jaringan. Rekayasa jaringan tulang rawan sendi
lutut merupakan alternatif yang memberikan harapan karena dapat meng­
hasilkan tulang rawan hialin.1,15,17,20,23-25 Rekayasa jaringan membutuh­kan tiga
komponen yaitu perancah, faktor pertum­buhan dan sel.12,14,16,23,24

(a) (b)
Gambar 9: (a) latihan otot paha, (b) penggunaan penyangga lutut (koleksi pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 59


Perancah adalah bahan yang
dapat menjadi lingkungan yang baik
untuk regenerasi jaringan. Salah
satu contohnya adalah hialuronan
yang dapat memicu pembentukan
jaringan tulang rawan. Hialuronan
buatan dikenal dengan nama sodium
hialuronat telah dipakai dalam praktek
pengobatan pengapuran sendi lutut
dengan cara menyuntikkannya ke
dalam sendi lutut. Perancah ini dapat
meningkatkan pembentukan sel dan
meningkatkan jaringan tulang rawan,
sekaligus mengisi defek yang ada. 44
(a) Faktor pertumbuhan adalah
molekul yang memicu pem­bentukan
sel dan jaringan tulang rawan,
contohnya adalah TGF-β1, IGF-1,
dan FGF. Kehadirannya memberikan
lingkungan yang baik bagi pertum­
buhan sel, mempertahankan
integritas tulang rawan dan
memperbaiki tulang rawan yang
rusak. Faktor pertumbuhan tersebut
dapat dibuat dengan cara mengisolasi
plasma kaya protein (PRP) dari darah
penderita. Plasma tersebut telah
digunakan untuk pengobatan dengan
cara menyuntikkannya ke dalam
sendi lutut. 45
Sel yang diguna­kan harus­lah sel
yang responsif, yaitu sel kondrosit
(b)
atau sel punca. Sel kondrosit tidak
Gambar 10: Foto ronsen penggantian sendi lutut.
(a) tampak depan (b) tampak samping (koleksi pribadi)
digunakan karena pengguna­annya

60 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


banyak kendala dan hasilnya tidak
memuaskan selanjutnya digunakan
sel punca karena hasilnya lebih
menjanji­kan. Sel punca adalah (a1)
sel yang mempunyai kemam­puan
membentuk, dan menyusun jaringan
tubuh. Sel punca mempunyai
keunggulan yaitu bersifat plastis,
dapat membentuk kondrosit, tumbuh
di tulang rawan, memicu regenerasi
dan menghambat degenerasi. Sel (a2)
punca ada dua jenis yaitu sel punca
embrional dan sel punca jaringan.
Sel punca embronal tidak digunakan
karena mempunyai banyak kendala
yaitu etika, teknis, reaksi penolakan
dan risiko teratoma. Sel punca
jaringan adalah sel punca yang
berada di berbagai jaringan tubuh.
Sel punca jaringan ada dua jenis yaitu
sel punca mesenkim dan sel punca
hematopoietik.1,36, 46-49
Sel punca mesenkim merupakan
(b2)
sumber yang baik namun pengguna­
annya terkendala oleh pengambilan
dan sifatnya. Alternatif lain yang
mudah pengambilannya, minimal
komplikasinya, konsentrasi sel­nya
tinggi, regenerasinya baik, tanpa
dipengaruhi umur adalah sel punca
Gb 11:
hematopoietik.50 Regenerasi Tulang Rawan Hialin pada defek lutut
tikus dengan Sel Punca Hematopoietik:
Sel punca hematopoietik mempu­ (a1): defek dangkal (a2) defek dalam (b1) regenerasi
tulang rawan hialin pada defek dangkal (b2) regen-
nyai potensi regenerasi yang tinggi erasi tulang rawan hialin pada defek dalam.(dikutip dari
dan bersifat plastis sehingga dapat kepustakaan 36)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 61


membentuk sel non hemato­poietik. Sel punca hematopoietik dapat ber­
gerak menuju jaringan yang mem­butuh­kan dan membentuk jaringan baru
yang sesuai. 51,52 Basuki melapor­kan bahwa sel punca hemato­poietik dapat
membentuk sel tulang rawan hialin (Gb.11).36
Teknik rekayasa jaringan tulang rawan hialin masih terus diteliti dan
dikembangkan agar dapat diterapkan pada pasien dengan aman, nyaman dan
murah. Pemanfaatannya diharapkan tidak bertentangan dengan ketentuan
medis, aspek legal, keyakinan pasien dan ditujukan untuk meningkatkan
kualitas hidup umat manusia dan kemanusiaan.

Daftar Pustaka
1. Khan WS, Johnson DS, Hardingham TE. The potential of stem cells in the treatment of knee
cartilage defect. Knee. 2010;17(6):369-74. doi:10.1016/j.knee.2009.12.003.
2. Minas T, Gomoll AH. What is the best treatment for chondral defects in the knee? In : Wright
JG, editor. Evidence-based orthopaedics The Best Answers to Clinical Questions. Philadelphia.
Saunders Elsevier; 2009.p.640-7
3. Schindler OS. (iv) Articular cartilage surgery in the knee. Mini-Symposium: Soft Tissue Surgery
in The Knee. Orthopaedics and Trauma Elsevier. 2010;24(2):107-20.
4. Eltawil NM, Bari CD, Achan P, Pitzalis C, Accio FD. A Novel in vivo murine model of cartilage
regeneration. Age and strain-dependent outcome after joint surface injury. OARSI.
2009;17(6):695-704.doi:10.1016/j.joca.2008.11.003.
5. Shenaq DS, Rastegar F, Petkovic D, et al. Mesenchymal progenitor cells and their
orthopedic application: forging a path towards clinical tials. Stem Cells Int. 2010;14 pages.
doi:10.4061/2010/519028.
6. Schulz RM, Bader A. Cartilage tissue engineering and bioreactor systems for the cultivation
and stimulation of chondrocytes. Eur Biophys J. 2007;36(4-5):539-68. doi:10.1007/s00249-
007-0139-1.
7. Solomon L. Osteoarthritis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S, editors. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures 9 th ed. London. Hodder Arnold; 2010.p.85-102
8. Gomoll AH, Minas T. Autologous chondrocyte implantation. In: Gill TJ,editor. Arthroscopic
Techniques of the knee a Visual Guide. Thorofare NJ. Slack Incorporated; 2009.p.83-91
9. Dabov GD. Miscellaneous non traumatic disorder. In: Canale ST, Beaty JH, editors. Campbell’s
Operative Orthopaedics vol.111 th ed. Philadelphia, Mosby Elsevier; 2008.p.999-1018
10. Erggelet C, Mandelbaum BR. Principal of Cartilage Repair. Germany: Steinkopff Verlag; 2008.
11. Hofmann GO, Marticke J, Grossstück R, et al. Detection and evaluation of initial cartilage
pathology in man: A comparison between MRT, arthroscopy and near-infrared spectroscopy
(NIR) in their relation to initial knee pain. J.Pathophys.2010;17(1):1-8. doi:10.1016/j.

62 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


pathophys. 2009.04.001.
12. Gelse K, Schneider H. Ex vivo gene therapy approaches to cartilage repair. J.Addr.
2006;58(2):259-84. doi:10.1016/j.addr.2006.01.019.
13. English D, Islam MQ. Mesenchymal Stem Cell: Use in Cartilage Repair. Current Rheumatology
Reviews. 2009;5(1):24-33.
14. Fitzgordon J. The Body is a Machine: The Quadriceps Muscle as a Pulley [Internet]. Jonathan
Fitzgordon [cited 2015 June 24]. Available from: http://corewalking.com/the-body-is-a-
machine-the-quadriceps-muscle-as-a-pulley/
15. Han Y, Wei Y, Wang S, Song Y. Cartilage regeneration using adipose-derived stem cells and
the controlled-released hybrid microspheres. JBSpin. 2010;77(1):27-31. doi:10.1016/j.
jbspin.2009.05.013.
16. Chiang H, Jiang CC. Repair of articular cartilage defect: Review and prespectives.J Formos
Med Assoc. 2009;108(2):87-101.
17. Richardson JB, Lim JTK, Hui JHP, Lee EH. Stem cells and cartilage. In : Bongso A, Eng HL,
editors. Stem Cell from Bench to Beside. Singapore : World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.;
2005. p. 466 - 493.
18. Raghunath J, Sutherland J, Salih V, Mordan N, Butler PE, Seifalian AM. Chondrogenic potential
of blood-acquired mesenchymal progenitor cells. JPRAS. 2010;63(5):841-7. doi:10.1016/j.
bjps.2009.01.063.
19. Khan WS, Malik AA, Hardingham TE. Stem cell applications and tissue engineering
approaches in surgical practice. J Perioper Pract. 2009;19(4):130-5.
20. Milljkovic ND, Cooper GM, Marra KG. Chondrogenesis, bone morphogenetic protein-4 and
mesenchymal stem cells. OARSI. 2008;16(10):1121-30.. doi:10.1016/j.joca.2008.03.003.
21. Saw KY, Hussin P, Loke SC, et al. Articular cartilage regeneration with autologous marrow
aspirate and hyaluronic acid: An experimental study in a goat model. Arthroscopy. 2009;
25(12):1391-400. doi:10.1016/j.arthro.2009. 07.011.
22. Burnett BP, Levy R, Cole BJ. Metabolic Mechanism in the Pathogenesis of Osteoarthritis. J
Knee Surg. 2006;19(3):191-7.
23. Haleem AM, Chu CR. Advances in tissue engineering techniques for articular cartilage repair.
Optechorthopaedics. 2010;20(2):76-89. doi:10.1053/j.oto.2009. 10.004.
24. Chen FH, Rousche KT, Tuan RS. Technology insight: adult stem cells in cartilage regeneration
and tissue engineering. Nat Clin Pract Rheumatol. 2006;2(7):373-82. doi:10.1038/
ncprheum0216.
25. Kelly DJ, Prendergast PJ. Mechano regulation of stem cell differentiation and tissue
regeneration in osteochondral defects.J Biomech. 2005;38(7):1413-22. doi:10.1016/j.
jbiomech.2004.06.026.
26. Buckwalter JA. Nonoperative Treatments for Patients With Osteoarthritis - Advice for
the Practicing Orthopedist [internet]. [cited 2015 June 24]. Available from: http://www.
medscape.org/viewarticle/436984
27. Grobbee DE, Hoes AW. Clinical Epidemiology Principles, Methods and Applications for Clinical
Research. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers; 2009. Chapter 1, Introduction; p.1-
23.
28. Nasry NN. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2008. Bab 3, Pengertian dan ruang lingkup
epidemiologi; hal.10-19.
29. Gordis L. Epidemiology. Philadelphia: WB Saunders Company; 1996. Chapter 2, The Dynamics
of Disease Transmision;p.13-29.
30. Poole AR. Immunology of Cartilage. In : Moskowitz RW, Howell DS, Goldberg VM, Mankin HJ,
editors. Osteoarthritis Diagnosis and Medical / Surgical Management. 2nd ed. Philadelphia.
WB Saunders Company; 1992.
31. Peyron JG, Altman RD. The Epidemiology of Osteoarthritis. In : Moskowitz RW, Howell
DS, Goldberg VM, Mankin HJ, editors. Osteoarthritis Diagnosis and Medical / Surgical
Management. 2nd ed. Philadelphia. WB Saunders Company; 1992. p.15-37
32. Williams FM, Andrew T, Saxne T, Heinegard D, Spector TD, MacGregor AJ. The heritable
determinants of cartilage oligomeric matriks protein. Arthritis Rheum. 2006;54(7):2147-51,
doi:10.1002/art.21931
33. Steadman JR, Briggs KK, Rodrigo JJ, Kocher MS, Gill TJ, Rodkey WG. Outcomes of
microfracture for traumatic chondral defects of the knee: average 11-year follow-up.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 63


Arthroscopy. 2003;19(5):477-84. doi:10.1053/jars.2003. 50112
34. Spector M. Articular cartilage repair for chondral defects: lessons from an animal model.
Orthojournalhms. 2001;3:51-57
35. Bampalis GA. Chondral Knee Injuries [Internet]. Athens: George A Bampalis [cited 2015 June
24]. Available from: www.sportsurgery.gr/knee6_en.html
36. Supartono B. Regenerasi Tulang Rawan Hialin pada Defek Osteokondral melalui Penyuntikan
Intra-artikular Suspensi Sel Punca CD34+ Darah Tepi Manusia, Asam Hialuronat, TGF-beta1,
FGF dan Fibronektin pada Tikus Spraque Dawley (Disertasi). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2013.
37. Rosenberg L. Chemical basis for the histological use of safranin O in the study of articular
cartilage. J Bone Joint Surg Am. 1971;53(1):69-82.
38. Amin S, La Valley MP, Guermazi A, et al. The relationship between cartilage loss on magnetic
resonance imaging and radiographic progression in men and women with knee osteoarthritis.
Arthritis Rheum. 2005;52(10):3152-9. doi:10.1002/art.21296.
39. (73) Kijowski R, Blankenbaker D, Stanton P, Fine J, Smet AD. Arthroscopic validation of
radiographic grading scales of osteoarthritis of the tibiofemoral joint. AJR AmJ Roentgenol.
2006;187(3):794-9. doi:10.2214/AJR.05.1123.
40. Hunter DJ, Li J, La Valley M, et al. Cartilage markers and their association with cartilage loss
on magnetic resonance imaging in kneeosteoarthritis: the Boston Osteoarthritis Knee Study.
Arthritis Res Ther. 2007;9(5):R108.1-8. doi:10.1186/ar2314
41. Hohe J, Ateshian G, Reiser M, Englmeier KH, Eckstein F. Surface size, curvature analysis, and
assessment of knee joint incongruity with MRI in vivo. Magn Reson Med. 2002;47(3):554-61.
doi:10.1002/mrm.10097.
42. Uhl M, Haberstroh J, Bley T, Wieben O, Langer M, Lahm A. Detection of posttraumatic
cartilage lesions using Magnetic Resonance Imaging (MRI): An experimental study on
canines [internet]. 2005 [cited 2011 Feb 11]. Available from:http://www.ispub.com/journal/
the-internet-journal-of-radiology/volume-4-number-1/detection-of-posttraumatic-cartilage-
lesions-using-magnetic-resonance-imaging-mri-an-experimental-study-on-canines.htmL.
43. Dodson CC, Marx RG. Is there a role for arthroscopy in the treatment of knee osteoarthritis?
In : Wright JG, editor. Evidence-based orthopaedics The Best Answers to Clinical Questions.
Philadelphia. Saunders Elsevier; 2009.
44. Saw KY, Anz A, Merican S, et al. Artricular cartilage regeneration with autologous peripheral
blood progenitor cells and hyaluronic acid after arthroscopic subchondral drilling: a report of
5 cases with histology.Arthroscopy.2011;27(4):493-506. doi:10.1016/j.arthro.2010.11.054.
45. Rarasati T, Supartono B, Wiyono S. Efektivitas Pemberian Platelet-Rich Plasma Pada
Osteoartritis Sendi Lutut (Skripsi). Fakultas Kedokteran UPN “Veteran Jakarta”.2015.
46. Doyonnas R, Blau HM. What is the Future for Stem Cell Research? Whether Entity or
Function?. In: Sell S, editor. Stem Cells Handbook. New Jersey. Humana Press; 2004. p.491-9
47. Murphy JM, Fink DJ, Hunziker EB, Barry FP. Stem cell therapy in a caprine model of
osteoarthritis. Arthritis Rheum. 2003;48(12):3464-74. doi:10.1002/art.11365.
48. Koga H, Shimaya M, Muneta T, et al. Local adherent technique for transplanting mesenchymal
stem cells as a potential treatment of cartilage. Arthritis Res Ther. 2008;10(4):R84.1-10.
doi:10.1186/ar2460.
49. Forbes SJ, Vig P, Poulsom R, Wright NA, Alison MR. Adult stem cell: new pathway of tissue
regeneration become visible. Clin Sci (Lond). 2002;103(4):355-69.
50. Terayama H, Ishikawa M, Yasunaga Y, et al. Prevention of osteonecrosis by intravenous
administration of human peripheral blood-derived CD34-positive cells in a rat osteonecrosis
model. J Tissue Eng Regen Med.2011;5(1):32-40. doi:10.1002/term.285.
51. Shi M, Ishikawa M, Kamei N, et al. Acceleration of skeletal muscle regeneration in a rat
skeletal muscle injury model by local injection of human peripheral blood-derived CD133-
positive cells. Stem Cells. 2009;27(4):949-60.
52. Matsumoto T, Kawamoto A, Kuroda R, et al. Therapeutic potential of vasculogenesis and
osteogenesis promoted by peripheral blood CD34-positive cells for functional bone healing.
Am J Pathol. 2006;169(4):1440-57. doi:10.2353/ajpath.2006.060064.

64 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Pentingnya Pemeriksaan
Kesehatan Sebelum
Pertandingan Internasional
pada Atlet Tinju Amatir
dr. Ferdianto, Sp.Ok
*Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi RSON

T ujuan pelaksanaan peme­riksa­an kesehatan sebelum pertan­dingan atau


Preparticipation Physical Evaluation (PPE) adalah untuk mengetahui
tingkat kesehatan dan keselamatan atlet pada saat latihan dan kompetisi.
PPE memberikan gambaran medis atlet yang menentukan aktifitas fisik yang
mampu dilakukan atlet dari segi kesehatannya. Hal yang perlu diperhatikan
pada PPE atlet adalah riwayat kesehatan, pemeriksaan medis, penunjang.1
Cabang olah raga tinju termasuk salah satu cabang olahraga yang cukup
memperhatikan pemeriksaan kesehatan terutama untuk pertan­dingan
ditingkat Internasional. Terkait hal ini Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir
Indonesia (PP Pertina) meminta bantuan Rumah Sakit Olahraga Nasional
(RSON) untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan sebelum pertandingan pra
kualifikasi Olimpiade pada salah seorang petinju (kelas 49 Kg) yang bertanding
di APB (AIBA Pro Boxing) melawan petinju Uganda di China pada bulan Juli
2015. Salah satu syarat untuk mengikuti event tersebut adalah hasil tes
kesehatan atlet tinju tersebut.

Jenis Pemeriksaan Kesehatan pada atlet tinju amatir


Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sesuai dengan APB Medical Check
Form dan disesuaikan dengan Medical Handbook for Boxing by Medical
Commission of the International Boxing Federation (AIBA). AIBA singkatan
dari Association Internationale de Boxe Amateur (International Boxing
Association). Di bawah ini merupakan contoh APB Medical check form.2

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 65


APB Medical Check Form
No Medical Tests To be done Date of Exams Notes
dd/mm/yyyyy

General Physical Body Check-Up


1 Once a year
(including Allergies, Medical History)

Musculoskeletal Exam: Joints,


2 Once a year
Ribcage, and Related Areas

Neurological Exam (Tests for


3 Rombergism, Reflexes, Power and Once a year
Coordination)

4 Baseline NeuroPsych Testing Once a year

5 Ophthalmological Test Once a year

At contract (unless already


6 Vaccination Hepatitis B
taken)

Once a year (at contract


7 Electrocardiography EKG (Heart Test)
and over 35)

Once a year (at contract


8 Chest X-Ray and 3 to 5 years unless
exposed to TB or other)

Once a year (at contract


9 CAT Scan or MRI / MRA (Brain X-Ray) and over 35 if injury or
symptoms)

Once a year (at contract


10 Stress ECG  
and over 35)

11 CBC (Blood Count)   Once a year

Detailed Cardiovascular Endurance


12   Boxers over 35
Exam

13 Negative HIV (AIDS Test)

Negative Hepatitis BsAg (Hepatitis B Before the contract and


14
Test) in Non-Vaccinated Patients one month before the
bout
Negative Hepatitis CAb (Hepatitis C
15
Test)
Sumber : APB (AIBA Pro Boxing) Medical Check Form, July 2014

66 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Pemeriksaan yang dilakukan
di Rumah Sakit Olahraga Nasional
(RSON) di mulai dari pengisian form
riwayat kesehatan, pemeriksaan
medis, pemeriksaan fisik (Strength,
Flexibility), termasuk vaksinasi
hepatitis B untuk atlet yang belum
divaksinasi (vaksinasi ke I, sedangkan
untuk vaksinasi ke II dan ke III akan
dijadwalkan selanjutnya) sampai
dengan dikeluarkannya medical
clearance form untuk atlet tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai
pengaturan Medical check up unit
dengan bantuan tenaga professional
dibidangnya seperti dokter
umum, dokter gigi, perawat, staf Staf RSON melakukan pemeriksaan kekuatan
otot pada atlet tinju nasional
laboratorium, radiografer, sarjana
olahraga, staf non medis. Pemeriksaan kesehatan ini melibatkan berbagai
disiplin Ilmu kedokteran sehingga diperlukan konsultasi dengan dokter
spesialis terkait seperti Spesialis Orthopaedi, Penyakit Dalam, Mata, Jiwa,
Radiologi, Patologi Klinik

Faktor kesehatan yang dapat menyebabkan didiskualifikasi


Faktor yang dapat menyebabkan didiskualifikasi pada atlet tinju yang
mengikuti pertandingan dari faktor kesehatan berupa Hepatitis B, hepatitis
C, Infeksi HIV, penyakit jantung bawaan, atau penyakit jantung yang didapat,
dysrhythmia, sistolik dan diastolic murmur (bunyi jantung patologis), atau
pembesaran Jantung, penyakit kulit yang terinfeksi, gangguan defisiensi
musculoskeletal (otot dan rangka), gangguan gerakan sendi, kekakuan sendi
(joint stiffness), massa intrakranial atau perdarahan intracranial, riwayat
Epilepsi, adanya kejang pada 3 tahun terakhir, Hepatomegaly (pembesaran
Hati), splenomegaly (pembesaran ginjal), sedang hamil, diabetes mellitus
yang tidak terkontrol, atau penyakit tiroid yang tidak terkontrol, gangguan

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 67


asma berat, tuberculosis, dan lain-lain.3
Pemeriksaan Neurologi: gang­gu­an saraf kranialis, tremor, gangguan
lokomotor, gangguan keseim­bangan. Pemeriksaan status mental: gang­guan
psikiatri, gangguan retardasi mental. Pemeriksaan mata dengan funduskopi,
tes ketajaman penglihatan dengan Snellen chart. Refractive and intraocular
surgery, retinal detachment, myopia (gangguan ketajam­an penglihatan jauh)
yang lebih dari minus 3,5 dioptri atau ketajaman penglihatan lebih buruk dari
20/60 setelah dikoreksi dan lain-lain. 3
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan di RSON untuk atlet tinju ini
diantaranya : Pemeriksaan gigi seperti : Active dental sepsis, excessive carries
of the incisors and/or canines. Setelah dilakukan seluruh pemeriksaan diatas
dibuat keputusan untuk penentuan fitness statusnya apakah dapat bertanding
(Fit to box) atau tidak dapat bertanding. 3

Daftar Pustaka
1. American Academy of Family Physicians, American Academy of Pediatrics,
American College of Sports Medicine, American Medical Society for Sports
Medicine, American Orthopaedic Society for Sports Medicine. Preparticipation
Physical Evaluation. 2010
2. APB (AIBA Pro Boxing) Medical Check Form. 2014
3. Medical Commissions of AIBA. Medical Handbook for Boxing. 2013. Eighth
Edition.

68 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


PENATALAKSANAAN
CEDERA
DI KEJUARAAN OLAHRAGA
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional

PENDAHULUAN
“Olahragawan adalah manusia langka. Tidak gampang mencetak olahragawan
berprestasi. Makanya, kesehatan olahragawan, apalagi yang sudah berprestasi
harus dijaga. Jangan sampai karena kesalahan penanganan olahragawan kehilangan
masa depan di usia emasnya.” 1 (dr. Basuki Supartono, Staf Ahli Menpora, Kompas
7 Mei 2007)
Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu
latihan, saat pertandingan, dan sesudah pertandingan.2 Cedera adalah kerusakan
kulit, jaringan lunak, tulang rawan, tulang, dan atau organ tubuh lainnya akibat
adanya kontak atau datangnya energi dari luar; yang menganggu fungsi tubuh. 3-5

Respon Atlet Terhadap Cedera


Atlet yang mengalami cedera memberikan respons psikologis dan fisiologis.
Secara psikologis olahragawan merasa bahwa dirinya berada dalam kondisi
kesehatan yang optimal sehingga mampu (ingin) pulih segera dan secepat
mungkin bertanding lagi. Bagi atlet profesional cedera ringan saja, sangat
berarti karena cedera berpotensi menurunkan peluang untuk menang. Atlet
setiap saat mempunyai risiko cedera. Atlet yang cedera, cenderung bersifat
neurotik, apalagi bila cederanya tidak ditangani secara serius, atau dokternya
tidak ahli, karena hal itu dapat berimplikasi kepada prestasi dan kelanjutan
karirnya sebagai atlet. Respon fisiologis atlet sesuai jenis jaringan tubuh
yang cedera. Cedera tulang dapat menimbulkan kematian sel, gangguan
penyimpanan dan penyerapan sel sampai pada kegagalan mekanik yaitu
patah tulang. Cedera otot menimbulkan kerusakan struktur seperti robek,
putus, atrofi, hipertrofi, nekrosis, sampai dengan kontraktur otot.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 69


Epidemiologi Cedera Olahraga
Data di Amerika Serikat menyebutkan tingginya angka kejadian cedera
olahraga baik pada orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa
mencapai angka 1,5 juta kali pertahun, dan setengahnya adalah cedera serius,
pada anak dan remaja angkanya lebih tinggi yaitu 3-4, 3 juta kali pertahun.
Angka kejadiannya sama antara pria dan wanita, namun lebih tinggi dua kali
lipat pada olahraga kontak dibanding olahraga non kontak. Bagian tubuh yang
sering cedera adalah lutut.6

Derajat Cedera Olahraga


Cedera olahraga dikelompokkan berdasarkan penatalaksanaannya menjadi
lima derajat 1) cedera yang mengancam nyawa, 2) cedera yang mengancam
anggota tubuh, 3) cedera berat, 4) cedera sedang, dan 5) cedera ringan. Cedera
yang mengancam nyawa adalah semua cedera yang mengakibatkan sumbatan
jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan (hematotoraks, pneumotoraks),
gangguan fungsi jantung (tamponade jantung), penurunan perfusi darah
(syok) dan penurunan kesadaran. Cedera yang mengancam anggota tubuh
adalah patah tulang terbuka, sindroma kompartemen, dan dislokasi. Cedera
berat bila jaringan tubuh putus sehingga mengganggu fungsi misalnya patah
tulang tertutup, ruptur ligamentum, ruptur tendon, ruptur pembuluh darah,
dan ruptur syaraf. Cedera sedang bila jaringan yang terkena cedera tidak putus
total hanya ruptur sebagian atau robek (partial ruptur,tear). Cedera ringan
adalah bila jaringan tubuh tidak putus, tidak robek atau tidak menimbulkan
kerusakan struktur dan tidak
mengganggu fungsi tubuh. Penyebab
cidera ringan yang tersering adalah
kelelahan dan kekakuan. Cedera ini
biasanya sembuh dengan istirahat.
Cedera sedang dan berat tidak
sembuh dengan istirahat saja namun
memerlukan tindakan medis. Cedera
yang mengancam nyawa dan anggota
tubuh memerlukan tindakan medis
sesegera mungkin.
Gb.1: Komplikasi Dislokasi Siku kanan
(koleksi pribadi)

70 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gb.2: Alat Pengukur Saturasi Oksigen (Oksimetri) (a): sebelum dipasang (b) sesudah dipasang (koleksi pribadi)

Jenis Cedera Olahraga


Cedera olahraga dikelompokkan berdasarkan jenis jaringan tubuh dan
bagian tubuh yang terkena.
Jaringan tubuh. Cedera olahraga dapat menimpa jaringan tulang atau
jaringan lunak. Cedera tulang dapat menimbulkan patah tulang dan dislokasi
(cerai sendi). Cedera jaringan lunak dapat menimpa berbagai jaringan seperti
kulit, lemak, fascia, otot, bursa, ligamen, meniscus, syaraf atau pembuluh
darah. Cedera tersebut dapat menimpa satu jaringan saja atau beberapa
jaringan sekaligus. Cedera kulit dapat menimbulkan abrasi, laserasi, tato, luka.
Cedera lemak dapat menimbulkan emboli lemak yang sangat berbahaya dan
mematikan. Cedera pada ligament dapat menimbulkan sprain, pada tendon
menimbulkan strain atau bahkan ruptur. Cedera meniskus menimbulkan
robekan (tear) yang dapat mengganggu fungsi dan gerakan lutut. Cedera
syaraf menimbulkan degenerasi sel dan ruptur syaraf. Cedera pembuluh darah
menimbulkan putusnya pembuluh darah (ruptur) sehingga menimbulkan
perdarahan dan syok. Cedera tulang rawan menimbulkan kerusakan sel
atau defek yang akan berakhir
dengan pengapuran sendi. Cedera
sendi dapat menyebabkan cerai
sendi dengan atau tanpa kerusakan
pembuluh darah dan syaraf. Cedera
sendi sangat berbahaya dan harus
segera ditangani dalam waktu kurang
dari enam jam, bila tidak maka akan
menimbulkan kecacatan. Cedera Gb.3: Hard Collar (koleksi pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 71


lempeng pertumbuhan, harus segera
ditangani secara akurat karena bila
tidak akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang dan kecacatan.
Bagian Tubuh. Cedera olahraga
dapat mengenai berbagai bagian
tubuh seperti kepala, muka,
Gb.4: Penatalaksanaan Cedera pada Kejuaraan Down leher, tulang belakang, lutut dan
Hill (koleksi pribadi)
pergelangan kaki. Cedera kepala
termasuk di dalamnya cedera
kuping, hidung, telinga dan mulut
menimbulkan kerusakan otak,
gangguan kesadaran, ingatan dan
perilaku. Cedera muka menimbulkan
lecet, luka, kerusakan jaringan lunak,
patah tulang hidung, tulang geraham
dan dislokasi rahang. Cedera leher dan
Gb.5: Penatalaksanaan Cedera pada kejuaraan Tae- tulang belakang dapat menyebabkan
kwondo (koleksi pribadi)
kerusakan otot, diskus, patah tulang,
pergeseran dan dislokasi dengan
atau tanpa defisit syaraf seperti
kesemutan atau kelumpuhan. Cedera
lutut dapat menimbulkan masalah
serius, yaitu kerusakan meniskus dan
ligamen. Cedera ini sering terjadi
pada olahraga kontak, dan olahraga
yang menggunakan lutut sebagai titik
Gb.6: Penatalaksanaan Cedera pada kejuaraan Karate
(koleksi pribadi) tumpu gerakan, serta olahraga yang
membutuhkan kecepatan seperti
sepakbola, futsal, beladiri, bulutangkis, bola voli. Cedera pergelangan kaki.
Pergelangan kaki seperti halnya lutut adalah sendi gerak dan sendi penyangga
dan keseimbangan tubuh sehingga rentan cedera. Cedera pergelangan kaki
dapat menyebabkan strain dan sprain. Strain terjadi karena arah tarikan
otot yang salah, kontraksi otot berlebihan atau ketidaksiapan otot ketika
kontraksi. Sprain terjadi karena kurangnya pemanasan dan peregangan

72 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


yang kurang tepat. Seperti halnya
lutut cedera ini sering terjadi pada
olahraga kontak dan olahraga yang
membutuhkan kecepatan. Cedera
siku dapat menyebabkan kerusakan
kulit jaringan lunak otot, tendon,
ligament, dan tulang. Cedera yang
sering terjadi di siku diantaranya
medial epycondilitis (golfer’s elbow),
lateral epicondilitis (tennis’s elbow),
dislokasi dan patah tulang.

Gb.7: Pemasangan Back Slab untuk patah tulang


Etiologi Cedera Olahraga humerus (koleksi pribadi)

Cedera olahraga dapat terjadi


karena faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik bersumber dari
kondisi atlet di antaranya kelainanan
struktur jaringan, kelemahan jaringan,
postur tubuh, aktifitas, kelemahan
skill, kurangnya kesiapan fisik, mental,
pemanasan dan konsentrasi. Cedera
ini dapat dicegah atau diminimalisir.
Kelainan struktur. Kelainan Gb.8: Pemasangan Arm Sling untuk cedera anggota
tulang, sendi dan jaringan lunak tubuh bagian atas (koleksi pribadi)

menimbulkan kelainan bentuk


tubuh dan anggota gerak sehingga
menyebabkan gangguan fungsi,
stabilitas, koordinasi, dan kekakuan
sehingga meningkatkan potensi
cedera ketika atlet berlatih atau
bertanding. Kelainan bentuk tulang
terjadi karena kelainaan bawaan sejak
lahir atau dari cedera sebelumnya
Gb.9: Pemasangan Thomas Splint untuk patah tulang
misalnya patah tulang, gangguan paha (koleksi pribadi)
lempeng pertumbuhan dan lainnya.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 73


HARM adalah singkatan dari Heat, Alcohol,
Running dan Massage.
Jangan memberikan panas, alkohol dan jangan melakukan gerakan dan pijat,
karena :
1) Panas bersifat melebarkan jaringan. Pemberian panas diberikan sesudah
fase akut terlewati yaitu setelah 48 jam.
2) Alkohol bersifat melebarkan jaringan termasuk pembuluh darah sehingga
meningkatkan perdarahan yang terjadi. Selain itu alkohol bersifat
mengurangi nyeri sehingga olahrgawan tidak merasakan nyeri dan terus
menggunakan anggota tubuh yang cedera sehingga dapat memparah
cedera.
3) Gerakan meningkatkan pembengkakan dan nyeri.
Pemijatan merusak pembuluh darah sehingga menambah perdarahan
dan pembengkakan serta kerusakan syaraf yang dapat memperparah cedera.
Gb. 10: Tips: HARM

Beberapa kelainan bentuk tulang di antaranya yaitu a) Loss of allignment


(ketidaksegarisan) b) Abnormal Length / Limb length discrepancy (perbedaan
panjang) c) Bony outgrowth (tulang tumbuh). Beberapa kelainan bentuk sendi
yaitu a) Displacement of the Joint (cerai sendi) b) Hypermobility of the Joint c)
Restricted Mobility of the Joint. Kelainan bentuk sendi terjadi karena beberapa
sebab di antaranya ketidaknormalan sendi, perlengketan sendi, kontraktur
sendi, gangguan keseimbangan otot, dislokasi.
Kelemahan struktur. Kelemahan jaringan lunak (otot, tendon, ligamen,
meniscus) menyebabkan penurunan kemampuan tubuh menahan beban
sehingga meningkatkan risiko terjadinya cedera pada atlet.
Faktor ekstrinsik. Faktor ini bukan dari diri atlet namun dari luar seperti
jatuh, atau terkena hantaman, peralatan yang sub standar, prasarana,
lapangan, atau metode latihan yang salah. Cedera ini sering terjadi pada
olahraga kontak karena itu atlet disarankan menggunakan alat pelindung
(proteksi) untuk mencegah terjadinya cedera.

Komplikasi cedera olahraga


Sebagian besar cedera bila ditangani cepat, tepat dan oleh ahlinya berakhir
dengan sembuh tanpa komplikasi, namun sebaliknya bila tidak ditangani
dengan baik akan meninggalkan komplikasi kecacatan atau kematian.

74 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


TIPS ICRE
• Pemberian es atau kompres dingin.
Bagian yang cedera diberikan es yang dibungkus kain untuk waktu 1-2 hari
kemudian selanjutnya bagian tubuh diberi kompres hangat. Pemberian dingin
ini sangat menolong karena akan membuat pembuluh darah mengkerut,
menghentikan perdarahan, cairan yang keluar sehingga mengurangi
pembengkakan sekaligus mengurasi nyeri dan kan mempercepat penyembuhan.
• Pemberian tekanan
Tindakan ini dilakukan setelah pemberian dingin, dengan memberikan tekanan
yang lembut melalui pemasangan softband dan elastic verban, secukupnya
sesuai kebutuhan dengan tekanan yang pas tidak terlalu menekan karena
akan membahayakan aliran darah dan juga tidak terlalu longgar sehingga tidak
bermanfaat.
• Istirahat bagian tubuh yang cedera.
Bagian tubuh, sendi, anggota gerak yang cedera harus diistirahatkan agar sel
dan jaringan yang cedera mempunyai kesempatan untuk sembuh sesuai dengan
kondisi sebelumnya berdasarkan sifat dasar tubuh manusia. Apabila tidak
dilakukan dengan baik akan memperlama waktu penyembuhan, menimbulkan
gejala sisa berulang bahkan kecacatan. Mengistirahatkan bagian tubuh yang
cedera dengan melakukan immobilisasi sendi atau anggota gerak sehingga tidak
bergerak dengan memasang penyangga bonce atau cast bila diperlukan sesuai
derajat cederanya.
• Elevation.
Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat bagian tubuh yang cedera
sedemikian rupa se­hingga lebih tinggi dari jantung. Hal ini dilakukan untuk
untuk mengurangi pembengkakan dengan cara membantu aliran balik cairan
dari bagian yang bengkak agar mudah dan cepat ke jantung sehingga cairan
tersebut dapat dikeluarkan melalui ginjal dan menjadi air seni sehingga bagian
tubuh yang cedera lebih cepat kempes.

Gb. 11: Tips ICRE

Beberapa komplikasi tersebut dapat bersifat akut, dan lambat. Komplikasi


akut di antaranya cedera kulit, pembuluh darah, syaraf, otot, organ tubuh,
perdarahan, syok. Komplikasi lambat diantaranya, kaku sendi, pengapuran
sendi, gangguan penyembuhan tulang, gangguan pertumbuhan tulang,
infeksi, osteoporosis, miositis osifikan, kelumpuhan, neurosis.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 75


Gb.12: Rujukan Pasien ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (koleksi pribadi)

PENATALAKSANAAN CEDERA DI KEJUARAAN


OLAHRAGA
Penatalaksanaan cedera olahraga di kejuaraan olahraga fokus pada
diagnosis dan terapi. Tujuan diagnosis adalah menghasilkan kesimpulan dan
rekomendasi kondisi atlet mengenai: (1) life threathening (ancaman kematian/
nyawa), (2) limb threathening (ancaman kematian anggota tubuh (organ) dan
(3) kerusakan struktur dan atau gangguan fungsi anggota tubuh (organ).
Diagnosis dan terapi dimulai sejak di lokasi kejadian yaitu di tempat latihan
atau di arena pertandingan dan berlanjut di rumah sakit yaitu di ruang gawat
darurat atau ruang rawat inap. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi. Hasilnya
dapat bersifat sementara bila masih membutuhkan pemeriksaan lanjutan
dan bersifat definitif bila telah menghasilkan kesimpulan pasti. Pemeriksaan
dilakukan oleh dokter ahli bedah ortopedi dan traumatologi dan dokter
umum terlatih yang memiliki sertifikat penatalaksanaan trauma, jantung dan
cedera olahraga.

Penataksanaan di Lokasi Kejadian Cedera


Penatalaksanaan di lokasi kejadian meliputi penegakkan diagnosis,
pemberian terapi sementara dan pengelolaan rujukan. Penegakkan diagnosis
bertujuan menentukan kegawatdaruratan dan indikasi rujukan. Pemeriksaan

76 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


dilakukan dalam dua tahap secara berurutan dan hirarkis Tahap pertama
bertujuan menentukan apakah ada ancaman nyawa. Ancaman nyawa dapat
disebabkan oleh beberapa sebab di antaranya sumbatan jalan nafas, trauma
paru, trauma jantung, kehilangan darah, perdarahan otak, patah tulang leher
dan lainnya. Tim medis memeriksa tingkat kesadaran, patensi jalan nafas,
gerakan dan frekuensi pernafasan, frekuensi nadi, dan kondisi permukaan
tubuh. Bila ada ancaman nyawa maka atlet seketika diberikan terapi (life
saving). Terapi tersebut diantaranya pembebasan jalan nafas, pemberian
oksigen, stabilisasi tulang leher dan pemberian cairan resusitasi sampai
tercapai stabilitas, dan di rujuk dengan ambulans medik (siaga di lokasi) ke
Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).
Bila tidak ada ancaman nyawa, dan kondisi atlet stabil maka pemeriksaan
dilanjutkan dengan tahap ke dua untuk mencari adanya ancaman kematian
anggota tubuh, kerusakan struktur dan gangguan fungsi anggota tubuh.
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh dan anggota gerak terutama kepala,
wajah, leher, tulang belakang, panggul, tangan, lutut dan kaki. Pemeriksaan
dilakukan dengan melihat, meraba dan menggerakkan anggota tubuh, sendi,
jaringan lunak, dan tulang. Selain itu pemeriksa juga memastikan fungsi
syaraf tepi dan pembuluh darah. Tim medis memeriksa anggota tubuh kiri
dan kanan, memperhatikan bentuk, dan panjang anggota tubuh. Selanjutnya
diperiksa kondisi permukaan anggota tubuh apakah ada luka dan aliran darah.
Pemeriksa memastikan kemampuan gerak sendi dan anggota tubuh. Selain
itu frekuensi nadi, tekanan nadi, dan fungsi syaraf tepi. Bila ada ancaman

Gb.13. Pemeriksaan Atlet di IGD RSON (koleksi pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 77


kematian anggota tubuh maka segera diberikan terapi penyelamatan anggota
tubuh (limb saving). Ancaman kematian anggota tubuh diantaranya a) patah
tulang terbuka dengan atau tanpa ruptur pembuluh darah dan b) sindroma
kompartemen. Terapi penyelamatan diantaranya pembebasan tekanan, balut
tekan, rawat luka, stabilisasi sementara dan resusitasi cairan selanjutnya di
rujuk ke RSON.
Bila tidak ada ancaman nyawa, ancaman anggota tubuh dan kondisi
atlet stabil maka pemeriksaan dilanjutkan untuk mencari adanya kerusakan
berat dari struktur jaringan dan gangguan fungsi anggota tubuh. Kondisi
ini di antaranya adalah patah tulang tertutup, dislokasi sendi, cedera syaraf
tepi, otot, ligamen dan meniskus. Bila hal tersebut terjadi maka diberikan
terapi sementara. Terapi tersebut diantaranya stabilisasi sementara anggota
tubuh (organ) dan resusitasi cairan dan selanjutnya di rujuk ke RSON. Hasil
pemeriksaan masing-masing tahapan tersebut dianalisa ulang dan menyeluruh
untuk menentukan diagnosis dan terapi definitif, dan pengelolaan rujukan.2
Bila tidak ada ancaman nyawa, tidak ada ancaman anggota tubuh, dan
tidak ada kerusakan anggota tubuh hanya gangguan fungsi minimal maka
atlet diberikan terapi di lapangan dan tidak dirujuk hanya diminta kontrol ke
poli ortopedi RSON. Tim medis memberikan terapi ICRE (Ice, Compression,
Rest. Elevation) dan tidak memberikan atau melakukan HARM (Heat, Alcohol,
Running, Massage).
Pengelolaan Rujukan. Pengelolaan rujukan meliputi beberapa aspek
penting di antaranya stabilisasi pasien, transportasi pasien, komunikasi.
Stabilisasi dan transportasi pasien meliputi pengamanan jalan nafas,
pernafasan sirkulasi darah, tulang leher, tulang belakang dan anggota gerak.
Komunikasi meliputi pemberian informasi dan koordinasi tim medis lapangan
kepada pihak rumah sakit rujukan (supervisor harian, supevisor medik, kepala
instalasi, dan direktur rs) dengan tujuan agar rumah sakit siap dan mampu
menangani pasien rujukan dengan baik.

Penatalaksanaan di RSON
Penatalaksanaan di RSON meliputi penyiapan rumah sakit, review pasien,
diagnosis definitif dan terapi definitif. Penyiapan Rumah Sakit bertujuan
agar RSON dapat memberikan layanan yang aman, nyaman dan berkualitas.
Kegiatan penyiapan meliputi penyiapan personil, alat kesehatan, bahan

78 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


habis pakai, listrik, air, AC dan memastikan semuanya tersedia dan berfungsi
dngan baik. Penyiapan dilakukan di berbagai unit di antaranya instalasi gawat
darurat, instalasi penunjang seperti laboratorium dan radiologi, rawat inap,
kamar bedah, Intensive Care Unit (ICU) dan lainnya.
Kegiatan di instalasi gawat darurat bertujuan memastikan kondisi atlet
pasca rujukan, kegiatan utamanya di antaranya adalah pemeriksaan ulang,
stabilisasi dan pemantauan kondisi, diagnosis definitif, terapi pra operasi dan
penyiapan operasi. Pemantauan kondisi atlet dilakukan secara manual atau
dengan bantuan mesin pemantau. Variabel yang dipantau di antaranya adalah
tingkat kesadaran, saturasi oksigen, kondisi pernafasan, sirkulasi darah,
pembuluh darah dan saraf tepi anggota tubuh. Selain itu atlet diberikan
tindakan medis di antaranya pemberian oksigen, pemasangan hard collar,
pemasangan kateter saluran kencing, pengambilan sampel darah dan ronsen.
Penegakkan diagnosis definitif dilakukan dengan bantuan pemerik­saan
penunjang seperti labora­torium dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium
bertujuan menentukan beberapa hal di antaranya status kecukupan darah,
risiko infeksi, kemungkinan operasi, toleransi operasi dan kemungkinan
pera­watan intensif di ruang ICU. Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk
menentukan kondisi organ penting di antaranya paru-paru, tulang leher, tulang
pelvis, organ dan anggota tubuh lainnya untuk menentukan kemungkinan
operasi, dan toleransi operasi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan foto

Gb.14: Pemeriksaan MRI di ruang radiologi RSON (koleksi pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 79


Gb.16. Perawatan Atlet di ruang rawat RSON 3-5,
9,11, 12 (koleksi pribadi)

Gb.15: Tindakan bedah di kamar operasi RSON


(koleksi pribadi)

ronsen untuk cedera tulang sedangkan untuk cedera jaringan lunak digunakan
ultrasonografi (usg) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Terapi definitif mempunyai be­berapa tujuan di antaranya menyel­amatkan
nyawa, menyelamatkan bagian tubuh, memperbaiki fungsi dan kemampuan,
memperbaiki kecacatan, menghilangkan nyeri, menekan reaksi tubuh,
membantu atlet memahami kondisinya, membe­rikan dukungan psikologis,
mem­berikan semangat agar atlet tetap aktif mempertahankan fungsi sendi,
mencegah kecacatan, mengoreksi kecacatan, dan memulihkan atlet. Terapi
definitif dilakukan secara konservatif (tanpa operasi) atau operasi sesuai indikasi
dan kebutuhan pasien. Terapi konservatif menggunakan beberapa metoda
di antaranya terapi psikologis, terapi obat, terapi orthopaedic apparatus dan
appliances, terapi fisik dan okupasi. Terapi operasi menggunakan beberapa
metode di antaranya debridemant, evacuation, repair, release, resection,
reconstruction, dan replacement. Terapi operatif menggunakan prosedur
pembiusan secara lokal, regional dan umum, menggunakan teknik bedah
biasa atau minimal (minimal invasive surgery). Terapi definitif lainnya adalah
teknik rekayasa jaringan dengan menggunakan sel punca, faktor pertumbuhan
dan perancah.11 Dokter menjelaskan rencana terapi atlet, meliputi beberapa
hal di antaranya urgensi tindakan, proses pelaksanaaan, manfaat dan risiko.

80 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Setelah atlet memahami, mempertimbangkan, memutuskan dan memberikan
persetujuan, tindakan dilakukan. Atlet berhak mencari second opinion.

PENUTUP
Tulisan di atas telah mengulas mengenai penatalaksanaan cedera olahraga
pada atlet, gambaran cedera olahraga secara umum, secara khusus di rumah
sakit olahraga nasional, Jakarta, bagaimana mengenalnya dan bagaiman
mensikapinya. Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan inspirasi dan
motivasi bagi kita semua khususnya para atlet dan insan olahraga dalam
upaya meningkatkan prestasi olahraga Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami haturkan kepada staff RSON, Kemenpora yang
telah memban­tu penulisan tulisan ini khusus­nya kepada dr. Muhammad
Abdurrahman, dr. Danarto Hari Adhimukti, drg. Esti Cahyani Adiati, Ns.
Yulianti, Shofwatun Nida.

Daftar Pustaka
1. Harian Kompas; 7 Mei 2010
2. Walker B. The Anatomy of Sports Injuries. England: Lotus Publishing; 2007.
3. Badudu Y, Zain SM. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan; 1994.
4. Kamus Istilah Kedokteran Indonesia. Universitas Indonesia.
5. Hoppenfeld S, Zeide MS. Orthopaedic Dictionary. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher;
1994.
6. Caine DJ, Caine CG, Lindner KJ. Epidemiology of Sports Injuries. Human Kinetics; 1996.
7. Supartono B. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan Cedera Olahraga pada Olahragawan. Jakarta:
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI; 2010.
8. Supartono B. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan?. Majalah Media Informasi
RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
9. Supartono B. Peranan Postur Tubuh Terhadap Prestasi Atlet. Majalah Media Informasi RSON.
Edisi Keempat Tahun II. 2015. 13-21
10. Supartono B. Buku Saku, Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan? Jakarta: Majalah
Media Informasi RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
11. Supartono B. Teknik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olahraga. Majalah
Media Informasi RSON. Edisi Kedua Tahun II. 2015. 9-18
12. Khodaee M, Madden CC, Putukian M. The Preparticipation Physical Evaluation. In: Madden
CC, Putukian M, Young CC, McCarty E, editors. Netter’s Sports Medicine. Philadelphia:
Saunders Elsevie; 2010. p.10

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 81


KARAKTERISTIK CEDERA PADA KOMPETISI
OLAHRAGA CABOR TENIS, SEPEDA GUNUNG,
SEPAKBOLA, TAEKWONDO DAN KARATE
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional

Abstrak

Pendahuluan. Penyelenggaraan kompetisi olahraga berpotensi menimbulkan


cedera pada berbagai bagian tubuh olahragawan dengan berbagai derajat
keparahan dan dapat mengancam keselamatan dan kesehatan olahragawan.
Selama ini belum ada data mengenai karakteristik cedera pada kompetisi
olahraga di Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan
data tersebut dalam rangka peningkatan kualitas penatalaksanaan cedera
olahraga.

Metoda. Analisis deskriptif.

Hasil. Selama tahun 2015, RSON menjadi tim medis pada penyelenggaraan
lima kompetisi olahraga yaitu Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Karate dan
Taekwondo. Jenjang kompetisi adalah nasional dan internasional. Jumlah
keseluruhan peserta 1390, yang cedera 87 orang. Angka kejadian cedera rata-
rata 6,3 %, terendah Sepeda Gunung (3%) dan tertinggi Karate (7,1%). Tidak
didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh. Cedera ringan
terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan berat hanya
terjadi pada Taekwondo dan Karate. Jumlah cedera berat 8 kasus (0,6 %),
cedera sedang 45 kasus (3,2 %) sedangkan cedera ringan 34 kasus (2,5%).

82 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Jenis cedera berat adalah dislokasi jari tangan dan patah tulang hidung. Cedera
terjadi pada semua regio tubuh, terbanyak pada anggota tubuh bagian bawah
yaitu 47 dari 87 kasus (54 %), berdasarkan sendi/ tulang yaitu tulang hidung
yaitu 14 kasus (16 %). Cedera kepala, tulang belakang dan perut hanya terjadi
pada olahraga Taekwondo dan Karate. Taekwondo banyak menciderai lutut,
karate tulang hidung. Cedera selama kompetisi berlangsung dirujuk ke RSON
kecuali cedera ringan.

Pembahasan. Kejadian cedera pada kompetisi olahraga cukup tinggi, dan


berpotensi menciderai seluruh tubuh. Dibandingkan olahraga non kontak,
Olahraga kontak mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dengan
derajat cedera yang lebih berat. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan
olahragawan maka perlu dihadirkan tim medis dan rumah sakit rujukan sebagai
satu kesatuan sistem pelayanan.Tim medis yang bersertifikat, kompeten dan
cekatan. Rumah Sakit yang dekat (di dalam) kawasan pertandingan dengan
fasilitas yang memadai dan tenaga medis yang kompeten,

Kesimpulan. Angka kejadian cedera rata-rata pada kompetisi Tenis, Sepeda


Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate mencapai 6,3 %. Cedera menimpa
seluruh bagian tubuh dengan distribusi terbanyak anggota tubuh bagian bawah.
Dibanding olahraga non kontak, olahraga kontak menghasilkan angka kejadian
cedera yang lebih tinggi, menimbulkan derajat cedera yang lebih parah dan
mencederai seluruh bagian tubuh. Seluruh cedera dapat ditangani dengan cepat
dan tepat oleh tim medis lapangan dan rumah sakit olahraga nasional (RSON).

Saran. Perlu penelitian lanjutan dengan memperbanyak cabang olahraga.


Pengurus cabang olahraga di Indonesia perlu memnfaatkan RSON sebagai tim
medis dalam setiap penyelenggaraan kompetisi.

Kata Kunci: Kompetisi Olahraga, Karakteristik Cedera, Cedera Olahraga,


RSON

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 83


PENDAHULUAN
Pembinaan dan pengembangan olahraga di Indonesia, diseleng­garakan di
antaranya melalui penye­lenggaraan kompetisi cabang olah­raga pada berbagai
jenjang baik lokal nasional dan inter­nasional.1 Kegiatan tersebut berpotensi
menim­ bulkan cedera di berbagai bagian tubuh dengan berbagai derajat
keparahan. Semua jenis cedera tersebut harus ditangani dengan baik, agar
tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan atlet.2 Tingkat bahaya dan
penatalaksanaannya ditentukan berdasarkan jenis cedera dan bagian tubuh
yang terkena (Tabel 1) .

TABEL 1: Derajat, Jenis Dan Penatatalaksanaan Cedera Pada


Kompetisi Olahraga
NO DERAJAT JENIS CEDERA Penatalaksanaan
CEDERA
Sumbatan Jalan Nafas, Patah
Tulang Leher dengan gangguan Life Saving:
Mengancam syaraf, Kontusio Paru, Hemotoraks, Terapi awal 15 - 30 mt
1
Nyawa Pneumotoraks, Tamponad Jantung, Rujuk RS
Infark Syok, dan Cedera Kepala Terapi definitif < 3 jam
Berat (Koma)
Patah Tulang Terbuka
Limb Saving:
Dislokasi sendi anggota tubuh
Mengancam Stabilisasi
2 Sindroma Kompartemen
anggota tubuh Rujuk RS
Patah Tulang dengan gangguan
Terapi definitif < 6 jam
syaraf
Patah Tulang Tertutup, Dislokasi Stabilisasi
Jari, Ruptur Organ, Ruptur Total Rujuk RS
3 Cedera Berat
Pembuluh Darah, Syaraf, Otot dan Terapi definitif
Ligamen terencana
StabilisasisdxcTRF
Ruptur Parsial Pembuluh Darah, Rujuk RS
4 Cedera Sedang
Syaraf, Otot dan Ligamen Terapi definitif
terencana
RICE di lokasi
5 Cedera ringan Kontusio Otot, Strain, Sprain
Kontrol Poli Spesialis

Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu di jaga keselamatan dan kesehatan


atlet. Untuk menjaga hal tersebut maka pada setiap penyelenggaraannya, maka
penyelenggara wajib menghadirkan tim medis dan rumah sakit rujukan.3 Tim

84 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


medis tersebut hendaknya bersertifikat, kompeten dan cekatan. Rumah Sakit
tersebut hendaknya dekat (berada dalam) dengan kawasan pertandingan dengan
fasilitas yang mumpuni untuk penatalaksanaan cedera olahraga. Fasilitas rumah
sakit yang berkualitas untuk diagnostik cedera olahraga, tindakan, perawatan
dan perawatan intensif serta pemulihan olahragawan (return to competition).
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)
di masa Menteri (Menpora) Adhyaksa Dault melaksanakan amanat undang-
undang tersebut dengan membangun Rumah Sakit Olahraga di kawasan
olimpik, Cibubur Jakarta.. Pada tanggal 20 Agustus 2013, Menpora Roy Suryo
meresmikan berdirinya rumah sakit olahraga dan melantik direkturnya pada
tanggal 11 Februari 2014.4 Selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri untuk
mengatur struktur organisasi dan tata kelola rumah sakit olahraga nasional
(RSON). 5 Saat ini RSON telah mendapatkan penetapan kelas rumah sakit
dan ijin tetap.6 RSON merespon tugas tersebut di atas dengan membentuk
Tim Medis Kompetisi Olahraga dan menyiapkan pelayan rumah sakit yang
berkualitas, aman, nyaman dan terakreditasi.
Selama tahun 2015 tim medis Rumah Sakit Olahraga, Kemenpora (RSON)
memenuhi undangan beberapa panitia penyelenggara kompetisi cabang
olahraga, yaitu kualifikasi Tenis Zona Asia (Davis Cup), Down Hill (Sepeda
Gunung) tingkat Provinsi, Kompetisi Sepak Bola Tingkat Nasional Antar
Pesantren (Liga Santri), Seleksi Pra-Pon 2017 Taekwondo, dan Kompetisi
Karate Asia Pasifik. Data epidemiologis Amerika Serikat menyebutkan
tingginya angka kejadian olahraga terutama pada olahraga kontak, dan cedera
tersebut sering mengenai lutut.2 Sampai saat ini belum terdapat data cedera
pada kompetisi olahraga di Indonesia. Mengingat hal tersebut maka penulis
membuat penelitian mengenai karakteristik cedera pada kompetisi olahraga di
Indonesia.

METODA
Analisis deskriptif. Penelitian menggunakan data laporan kegiatan Tim
Medis RSON pada beberapa kompetisi olahraga selama tahun 2015. Data
dianalisis secara deskriptif dan diolah menjadi tulisan.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 85


HASIL
Selama tahun 2015, RSON menjadi tim medis pada penyeleng­garaan lima
kompetisi olahraga yaitu cabang olahraga Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola,
Karate dan Taekwondo. Jenjang kompetisi yang diselenggarakan bersifat
nasional dan internasional. Jenjang kompetisi nasional pada tiga cabang
olahraga yaitu Sepeda Gunung, Sepak Bola dan Taekwondo sedangkan jenjang
kompetisi internasional pada dua cabang olahraga yaitu Tennis dan Karate.
Cabang olahraga yang dipertandingkan bersifat non kontak dan kontak.
Olahraga non kontak adalah tenis, sepeda gunung dan sepak bola sedangkan
olahraga kontak adalah taekwondo dan karate. Jumlah seluruh peserta
kompetisi dari kesemua cabang olahraga adalah 1390 orang, dan peserta yang
cedera sekuruhnya berjumlah 87 orang. Angka kejadian cedera rata-rata 6,3
%, terendah pada cabang olahraga non kontak yaitu Sepeda Gunung (3%) dan
tertinggi pada cabang olahraga kontak yaitu Karate (7,1%). Angka kejadian
cedera pada olahraga kontak lebih tinggi dua kali lipat dari olahraga non
kontak. (Tabel 2).

Tabel 2. Kejadian Cedera Pada Beberapa Kompetisi Olahraga


Tenis Sepeda Sepak Taekwondo Karate Total
Gunung Bola
Jenjang Kompetisi Asia Provinsi Nasional Nasional Asia-Pasifik
Peserta 50 100 320 500 420 1390
Jumlah Cedera 3 3 17 34 30 87
Angka Kejadian 6% 3% 5.3 % 6,8 % 7.1 % 6,3 %

Tidak didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh atlet.
Cedera ringan terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan
cedera berat terjadi pada Taekwondo dan Karate (Tabel 3).

Tabel 3. Derajat Cedera Pada Beberapa Kompetisi Olahraga


Tenis Sepeda Sepak Taekwondo Karate Total
Gunung Bola
Ancaman Nyawa 0 0 0 0 0 0
Ancaman Anggota Tubuh 0 0 0 0 0 0
Cedera Berat 0 0 0 6 2 8
Cedera Sedang 0 0 0 18 27 79
Cedera ringan 3 3 17 10 1 34
Jumlah 3 3 17 34 30 87

86 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Cedera berat terjadi sebanyak 8 kasus (0,6 %), cedera sedang 45 kasus
(3,2 %) sedangkan cedera ringan 34 kasus (2,5%). Jenis cedera berat adalah
dislokasi jari tangan dan patah tulang hidung (Tabel 4).

Tabel 4: Diagnosis Cedera Berat dan Angka Kejadian pada Taekwondo


dan Karate
Diagnosis Taekwondo Karate Jumlah
Patah Tulang Hidung 2 2 4
Dislokasi Jari Tangan 4 0 4
Jumlah 6 2 8
Peserta 500 420 920
Angka Kejadian 1,2 % 0,5 % 0,9 %

Cedera terjadi pada semua regio tubuh, terbanyak pada anggota tubuh
bagian bawah yaitu sejumlah 47 kasus (54 %). Dilihat berdasarkan sendi /
tulang maka cedera tulang hidung berada di peringkat teratas yaitu 14 kasus
(16 %) dan sendi lutut berada di bawahnya dengan 13 kasus (15 %). Cedera
kepala, hidung, mata, rahang, gigi, leher, tulang belakang dan perut tidak terjadi
pada olahraga non kontak namun hanya terjadi pada olahraga Taekwondo
dan Karate. Taekwondo banyak menciderai lutut, karate mematahkan tulang
hidung (Tabel 5-6).

Tabel 5: Distribusi Cedera berdasarkan regio pada beberapa Kompetisi


Olahraga
Tenis Sepeda Sepak Taekwondo Karate Total
Gunung Bola
Kepala 0 0 0 7 21 28
Tulang Belakang 0 0 0 1 1 2
Perut 0 0 0 0 1 1
Anggota Tubuh 1 1 1 5 1 9
Atas
Anggota Tubuh 2 2 16 21 6 47
Bawah
Total 3 3 17 34 30 87

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 87


Tabel 6: Distribusi Cedera pada bagian Tubuh pada beberapa
Kompetisi Olahraga
No Bagian Tubuh Tenis Sepeda Liga Taekwondo Karate Jumlah
Gunung Santri
1 Kepala 0 0 0 0 5 5
2 Hidung 0 0 0 5 9 14
3 Mata 0 0 0 2 3 5
4 Rahang 0 0 0 0 3 3
5 Gigi 0 0 0 0 1 1
6 Leher 0 0 0 0 1 1
7 Tulang Belakang 0 0 0 1 0 1
8 Bahu 0 1 0 0 0 1
9 Perut 0 0 0 0 1 1
10 Tangan 1 0 1 5 0 7
11 Pergelangan Tangan 0 0 0 0 1 1
12 Paha 1 0 2 4 0 7
13 Lutut 0 1 0 10 2 13
14 Betis 0 0 11 0 0 11
15 Pergelangan Kaki 0 0 3 4 3 10
16 Kaki 1 1 0 3 1 6
Jumlah 3 3 17 34 30 87

PEMBAHASAN
Kompetisi olahraga menim­bulkan cedera dengan angka yang cukup tinggi
(6,3 %), hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggaraan kejuaraan
cabang olahraga berpotensi menimbulkan cedera. Cedera terjadi pada semua
cabang olahraga baik yang non kontak seperti Tenis, Sepak bola dan Sepeda
Gunung, maupun kontak seperti Taekwondo dan Karate. Perbedaan keduanya
terletak pada angka kejadian, derajat keparahan dan bagian tubuh yang
terkena. Angka kejadian cedera olahraga kontak lebih tinggi dari olahraga
non kontak, hal ini sesuai dengan literatur dan data epidemiologis di Amerika
Serikat.2 Pada olahraga kontak nilai kemenangan dihitung dari jumlah kontak
ke tubuh lawan, hal ini meyebabkan tingginya angka kejadian cedera.

88 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Pada cabor tenis tingkat kejadian cedera lebih tinggi dibandingkan sepeda
gunung hal ini disebabkan beberapa faktor di antaranya, jenjang, sifat, dan
cuaca pertandingan. Kompetisi Tenis diselenggarakan untuk menentukan
negara yang mewakili Asia dalam kompetisi Davis Cup (dunia) sehingga sifat
pertandingannya sangat kompetitif dan kompetisi diselenggarakan dalam
cuaca panas kota Jakarta. Kompetisi sepeda gunung walaupun diselenggarakan
di gunung dengan medan ekstrem namun cederanya sedikit karena peserta
menggunakan alat pelindung diri pada beberapa bagian tubuh seperti kepala,
siku dan lutut. Pengunaan alat pelindung ini terbukti menekan kejadian cedera
pada olahraga non kontak.
Kompetisi olahraga menim­bulkan derajat keparahan yang bervariasi
namun tingkat kepa­ rahannya lebih berat pada olahraga kontak. Peserta
kompetisi taekwondo dan karate walaupun sudah menggunakan alat
pelindung diri namun masih mengalami cedera berat. Hal ini membuktikan
potensi cedera yang lebih berbahaya dari olahraga kontak (Taekwondo dan
Karate). Cedera berat tersebut membutuhkan penatalaksanaan rumah sakit.8
Risiko cedera berat seperti ini (dislokasi dan patah tulang) perlu di antisipasi
penyelenggara dan tim medis dengan menyiapkan rumah sakit rujukan yang
mempunyai kapasitas penatalaksanaan cedera olahraga yang memadai.
Distribusi cedera pada bagian tubuh berbeda sesuai dengan sifat cabang
olahraganya, pada olahraga kontak cedera menimpa seluruh bagian tubuh
karena target kemenangan adalah jumlah kontak ke tubuh atlet sendiri.
Penggunaan pelindung bermanfaat mengurangi derajat keparahan namun
alat pelindung tidak melindungi wajah sehingga masih terjadi cedera di
bagian hidung, mata, rahang, gigi bahkan kepala dan leher. Cedera ini dapat
menimbulkan ancaman nyawa pada atlet. Hal ini perlu dicegah dengan
meningkatkan disiplin terhadap aturan pertandingan untuk menghindari hal
tersebut di atas. Sedangkan olahraga non kontak seperti tenis, sepeda gunung
hanya menimbulkan cedera ringan pada anggota tubuh atas atau bawah.
Tulisan ini merupakan laporan pertama kali mengenai angka kejadian
cedera pada kompetisi olahraga di Indonesia. Hal ini bermanfaat karena
memberikan data angka kejadian, distribusi dan tingkat keparahan cedera

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 89


pada kompetisi berbagai cabang olahraga olahraga. Laporan ini membuktikan
bahwa tidak ada kompetisi olahraga yang bebas cedera. Laporan ini bermanfaat
sebagai sumber informasi dan bahan perbaikan untuk peningkatan kualitas
penatalaksanaan cedera olahraga di Indonesia. Penelitian ini hanya berbasis
data dari lima cabor sehingga perlu dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah
cabang olahraga. Penelitian ini juga tidak melaporkan karakteristik jenis
kelamin dan umur peserta mengingat keterbatasan data yang ada.

KESIMPULAN
Angka kejadian cedera rata-rata pada kompetisi cabang olahraga Tenis,
Sepeda Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate mencapai 6,3 %.
Cedera menimpa seluruh bagian tubuh dengan distribusi terbanyak anggota
tubuh bagian bawah. Dibanding olahraga non kontak, olahraga kontak
menghasilkan angka kejadian cedera yang lebih tinggi, menimbulkan derajat
cedera yang lebih parah dan mencederai seluruh bagian tubuh dari kepala
sampai kaki. Seluruh cedera dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh tim
medis lapangan dan rumah sakit olahraga nasional (RSON).

SARAN
Perlu penelitian lanjutan dengan memperbanyak subjek dan jumlah cabor.
Para pengurus cabor di Indonesia perlu memanfaatkan RSON sebagi tim
medis dalam setiap penyelenggaraan kompetisinya .

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami haturkan kepada staff RSON, Kemenpora yang
telah membamtu penulisan tulisan ini khususnya kepada dr. Muhammad
Abdurrahman, dr. Danarto Hari Adhimukti, dr. Anang Basuki, drg. Esti
Cahyani Adiati, Ns. Yulianti, Shofwatun Nida.

90 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gambaran Cedera Olahraga
Atlet Taekwondo
pada Kompetisi Pra PON 2015
dr. Muhammad Abdurrahman
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

Abstraksi
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak terjadi
pada atlet atekwondo saat kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional (PON)
2015 berlangsung serta cedera yang paling banyak dirujuk ke Rumah Sakit
Olahraga Nasional (RSON) dan pembagian cedera yang dirujuk ke Rumah Sakit
Olahraga Nasional berdasarkan anggota gerak tubuh dan jenis kelamin

Pendahuluan
Taekwondo adalah olahraga beladiri yang berasal dari Korea dan akhirnya
berkembang ke seluruh dunia dengan lebih dari 80 juta praktisinya di lebih
dari 184 negara di dunia saat ini (1). Taekwondo merupakan olahraga full
body contact yang banyak menggunakan kaki untuk menyerang lawan dan
mendapatkan point. Point didapat ketika menyerang badan dan kepala. 1 Point
dihasilkan ketika mengenai badan dan 3 point ketika mengenai kepala. Setiap
pertandingan berlangsung dalam 3 ronde. Tiap ronde berlangsung selama 2
menit (2). Untuk menjadi juara di final setiap atlet harus memenangkan 5-6
pertandingan dalam 1 hari . Oleh karenanya Atlet Taekwondo sangat rentan
dalam mendapat cedera (3).
Kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional ini diikuti oleh 365 atlet dari 34
Propinsi se Indonesia. Kompetisi ini bertujuan untuk menyaring atlet yang
dapat mengikuti Pekan Olahraga Nasional 2016 di Bandung. 8 besar atlet dari
tiap tiap kelas yang dapat lolos ke Pekan Olahraga Nasional 2016.

Cara Kerja
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis Pertandingan yang
beranggotakan 1 dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter
umum dan 3 paramedis pada event Kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 91


cabang olahraga Taekwondo yang berlangsung selama 3 hari pada tanggal 17
Nopember – 19 Nopember di GOR POPKI Cibubur, Jakarta

Hasil
Selama 3 hari kompetisi ber­langsung terdapat 37 atlet yang mengalami
cedera dan ditangani oleh tim medis RS Olahraga Nasional (tabel 3). Dari 37
orang yang ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, 3 kasus terbanyak
adalah cedera lutut (ankle sprain) sebanyak 10 kasus (27%), cedera ankle
(ankle sprain) sebanyak 7 kasus (18%) dan cedera hamstring sebanyak 4 kasus
(10%) .
Dari 37 atlet, terdapat 10 atlet (27%) yang dirujuk ke UGD RSON karena
membutuhkan penanganan lebih lanjut (tabel 4). 3 Kasus terbanyak yang
dirujuk adalah dislokasi jari sebanyak 3 kasus (30%) diikuti Mild Head Injury
beserta Trauma Nasal sebanyak 2 kasus (20%) dan Cedera Ankle (Ankle Sprain)
sebanyak 2 kasus (20%)
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis di
lokasi pertandingan adalah Anggota gerak bawah sebanyak 22 kasus (59%),
Anggota Gerak Atas sebanyak 6 kasus (16%), Kepala dan leher sebanyak 9
kasus (24 %)
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang dirujuk ke IGD RS Olahraga
Nasioanal adalah Anggota gerak bawah sebanyak 4 kasus (40 %), Anggota
Gerak Atas sebanyak 4 kasus (40%), Kepala dan leher sebanyak 2 kasus (20 %)
Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera dan dirujuk ke RS
Olahraga Nasional ialah kasus pada Atlet Laki laki sebanyak 8 kasus (80%) dan
kasus pada Atlet perempuan sebanyak 2 Kasus (20%).

Tabel 1. Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan


No Kasus Jumlah Persen
1 Knee Sprain 10 27 %
2 Ankle sprain 7 18 %
3 Hamstring injury 4 10 %
4 Trauma nasal 3 8%
5 Dislokasi digiti 3 8%
6 Trauma okuli 2 5%
7 Mild Head Injury 2 5%
8 Fraktur Nasal 1 2%
9 Dislokasi distal radius ulnar joint 1 2%
10 Susp. Fraktur Metacarpal II Sinistra 1 2%
11 Contusio musculorum at regio vertebrae 1 2%
12 Epistaksis 1 2%
13 Vulnus Ekskoriasi at regio genu 1 2%

92 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


pertandingan

Gb.1: Cedera yang ditangani tim medis di lokasi


Gb.2: Cedera Berdasarkan Regio Badan di Lokasi
Pertandingan

Tabel 2. Cedera yang dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional


Jenis
No Identitas kelamin Diagnosis
1 Nn. A P Dislokasi digiti V manus sinistra
2 Tn.O L Dislokasi digiti IV manus sinistra
3 Tn. A L Knee Sprain susp.ligament injury
4 Tn. E L Ankle Sprain
5 Nn.Y P Dislokasi Distal Radio Ulnar Joint dextra
6 Tn. E L Mild Head Injury fraktur os.nasal
7 Tn. H L Ankle Sprain
8 Tn.R L Dislokasi digiti V manus sinistra
9 Tn. A L Harmstring injury dextra
10 Tn. A L Mild Head Injury (Trauma nasal)

Tabel 3. Jumlah cedera yg dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional


No Kasus Jumlah Persen
1 Dislokasi Digiti 3 30%
2 Ankle Sprain 2 20%
3 Mild Head Injury 2 20%
4 Sprain 1 10%
5 Hamstring Injury 1 10%
6 Dislokasi Wrist Joint 1 10%

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 93


Gb.3: Cedera Berdasarkan Regio Badan
yang dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional Gb.4: Cedera berdasarkan jenis kelamin
yang dirujuk ke RS Olahraga Nasional

Pembahasan
Seperti yang sudah ditampilkan pada hasil bahwa cedera yang
paling banyak ditemukan di lokasi pertandingan adalah knee sprain
dan ankle sprain hal ini tidak mengejutkan mengingat taekwondo
adalah olahraga yang lebih banyak menggunakan kaki sebagai
senjata untuk menyerang lawan dan mendapatkan point (4).
Kasus yang paling banyak dirujuk adalah kasus dislokasi jari
tangan hal ini cukup mengejutkan karena dari beberapa literatur
yang penulis baca, penulis tidak mendapatkan adanya data tentang
dislokasi jari tangan pada atlet taekwondo . menurut penulis cedera
ini disebabkan oleh kesalahan posisi tangan atlet pada pertandingan
yang menyebabkan terjadinya dislokasi akibat ditendang oleh kaki
lawan .
Jumlah atlet pria lebih banyak mengalami cedera dibanding
atlet perempuan, mengingat jumlah massa otot pria tentu lebih besar
daripada wanita sehingga energi yang dihasilkan tentu lebih besar
dan juga atlet pria lebih aggresif ketika sedang bertanding (5)(6)(7)
Jumlah pertandingan yang banyak dalam sehari juga berperan
mengingat ketika atlet sudah lelah dan tidak fokus sangat gampang
untuk mengalami cedera

94 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Kesimpulan
Berdasarkan studi diatas cedera yang paling sering terjadi pada
saat kompetisi berlangsung adalah cedera lutut tetapi cedera yang
paling banyak dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional adalah dislokasi
jari tangan. Maka dari itu perlu dipertimbangkan untuk mengurangi
jadwal pertandingan dalam sehari dan penggunaan pelindung tangan
untuk mengurangi resiko terjadinya cedera

Daftar Pustaka
1. World Taekwondo Federation (WTF) website, http://wtf.org/ (Date accessed:
Nopember 2015).
2. Kazemi M, Shearer H, Choung YS (2005) Pre-competition habits and injuries in
Taekwondo athletes. BMC Musculoskelet Disord 6: 26.
3. Kazemi M (2009) Nine year longitudinal retrospective study of Taekwondo Injuries.
JCCA 53:4
4. Comparison of Children and Youth Taekwondo Injuries Via Sport Medicine
Federation Injury Surveillance System in Iran, 2009-2010
5. Zemper ED, Pieter W (1989) Injury Rates During the 1988 US Olympic Team Trials
For Taekwondo. Br J Sports Med 23:161-164
6. Pieter W, van Ryssegem G, Lutfing R, Heijmans J (1995) Injury Situation and And
Injury Mechanisme at the 1993 European Taekwondo Cup . J Hum Movem Stud 28:
1-24
7. Pieter W, Zairatulnas W, Thung JS (2005) Competition Injuries and Their
Mechanisms in Malaysian Taekwondo Athletes. First Asia Pacific Sports Science
Conference, Kota Kinabalu, Malaysia

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 95


Gambaran Cedera
Olahraga Atlet Karate
pada Asian Pacifics Karate-Do
Gojukai Championship 2015
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS*
dan dr. Muhammad Abdurrahman**
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional,
**Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

Abstraksi
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak
terjadi pada atlet karate saat kompetisi Asian Pacifics Karate-Do Gojukai
Championship 2015 berlangsung.

Pendahuluan
Karate secara kata berarti tangan kosong, secara harfiah berarti seni
beladiri untuk menaklukan lawan dengan menggunakan tangan kosong.
Olahraga beladiri ini berasal dari Jepang dan mempunyai banyak aliran
diantaranya Shotokan, Gojuryu, Shitoryu, Wadaryu dan Kyokushin . Karate
merupakan olahraga full body contact yang menggunakan kaki dan tangan
untuk menyerang lawan dan mendapatkan point. Point didapat ketika
menyerang badan dan kepala. 1 Point dihasilkan ketika mengenai badan
dan 3 point ketika mengenai kepala. Setiap pertandingan berlangsung dalam
1 ronde. Tiap ronde berlangsung selama 3 menit (1). Maka dari itu karate
merupakan salah satu olahraga beladiri yang rawan terhadap cedera (2)
Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship adalah event 4 tahunan
yang diadakan oleh International Karatedo Gojukai Association yang pada
tahun 2015 ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Event diikuti oleh 365
atlet dari 18 Negara se Asia Pasifik.

Cara Kerja
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis Pertandingan yang
beranggotakan 1 dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter
umum dan 2 paramedis pada event Asian Pacifics Karate-Do Gojukai

96 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Championship 2015 yang berlangsung selama 3 hari pada tanggal 27-29
Nopember di GOR POPKI Cibubur, Jakarta
Kami urutkan cedera yang terbanyak kami tangani dan kami bagi
berdasarkan 3 regional tubuh dan juga berdasarkan jenis kelamin .
3 regional tubuh yang kami bagi adalah : 1. Upper Extremity and Abdomen
(lengan atas, lengan bawah, tangan dan perut), 2. Lower Extremity (tungkai
atas, lutut, tungkai bawah, kaki ) serta 3. Head and Neck (kepala dan leher)

Hasil
Selama 3 hari kompetisi berlangsung terdapat 30 atlet yang mengalami
cedera dan ditangani oleh tim medis RS Olahraga Nasional (tabel 1). Dari 30
orang yang ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, kasus terbanyak
adalah epistaxis sebanyak 9 kasus (27%). Dari 30 atlet, terdapat 1 atlet (3 %)
yang dirujuk ke UGD RSON karena membutuhkan penanganan lebih lanjut
(tabel 2) .
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis
di lokasi pertandingan adalah Kepala dan Leher sebanyak 20 kasus (67%),
Anggota Gerak Bawah sebanyak 7 kasus (23%), Anggota Gerak Atas sebanyak
3 kasus (10 %).
Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera Atlet Laki laki
sebanyak 21 kasus (80%) dan kasus pada Atlet perempuan sebanyak 9 Kasus
(20%).

Tabel 1. Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan


No Nama Penyakit Jumlah Persen
1 Epistaxsis 9 30%
2 Mild Head Injury 5 16%
3 Ankle sprain 3 10%
4 Knee sprain 2 6%
5 Soft Tissue Injury (mandibula) 2 6%
6 V eskoriatum (genu ; manus) 2 6%
7 Broken Tooth 1 3%
8 Dislokasi Temporo Mandibular Joint 1 3%
9 Soft Tissue Injury (neck) 1 3%
10 Soft Tissue Injury pedis 1 3%
11 Wrist sprain 1 3%
12 Vomitus ec Abdominal Trauma 1 3%
13 Oculi Trauma 1 3%
Total 30 100%

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 97


` Tabel 2.
Cedera yang dirujuk ke IGD RS
Abdominal Trauma
Oculi Trauma
Foot Soft Tissue 3%
3%

Olahraga Nasional
Injury Wrist Sprain
3% 3%
Neck Soft

No Identitas Jenis Diagnosis


Tissue
Injury
3%
TMJ Dislocations Epistaxis kelamin
3% 32%
Broken Tooth 1 Nn. Z P Close Fraktur Tip
3%
Maleollus
Vulnus
Excoriatum
6%

Pembahasan
Mandible Soft
Tissue Injury
6% Mild Head Injury
Hasil dari studi ini cedera yang
Ankle Sprain
17%
paling banyak terjadi ialah epistaksis.
Knee Sprain
7% 11%
Hal ini sesuai dengan beberapa studi
yang menyatakan epsitaksis sebagai
Gb.1: Cedera yang ditangani tim medis di lokasi
pertandingan salah satu cedera yang paling sering
terjadi pada atlet karate (3)(4),
Meskipun begitu tetap ada beberapa
penelitian yang tidak sesuai dengan
studi ini. Karena mereka menyatakan
cedera yang paling sering terjadi
adalah bruises, dislocation kemudian
strain (5)(6).
Cedera yang paling sering
adalah cedera di bagian head and
neck. Hal ini sesuai dengan beberapa
Gb.2: Cedera Berdasarkan Regio Badan
studi yang menyatakan bahwa
daerah head and neck merupakan
daerah yang paling sering terjadinya
cedera pada atlet karate (3)(4)(7)
Epistaxis dan Cedera di bagian
head and neck merupakan cedera
yang tersering dan terbanyak. Hal
ini dapat dipahami karena, karate
tidak menggunakan helm pelindung
Gb.3: Cedera Berdasarkan Umur
kepala sehingga penggunaan helm
sebagai pelindung kepala tentu akan
mengurangi angka cedera di masa

98 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


depan (9)(10). Meskipun begitu
ada juga penelitian yang hasilnya
berlawanan, diantaranya studi yang
mengatakan bahwa daerah yang
paling banyak terjadi cedera adalah
daerah lower extremity (5)(8)
Jumlah atlet pria lebih banyak
mengalami cedera dibanding
atlet perempuan. Penulis tidak dr. Muhammad Abdurrahman melakukan penanga-
nan cedera pada atlet Karate.
mendapatkan penelitian cedera
karate yang berkaitan dengan ini. Menurut penulis ini mengingat jumlah
massa otot pria tentu lebih besar daripada wanita sehingga energi yang
dihasilkan tentu lebih besar dan juga lebih aggresif ketika sedang bertanding.

Kesimpulan
Berdasarkan studi ini cedera yang paling sering terjadi pada saat kompetisi
berlangsung adalah epistaksis dan cedera di bagian kepala dan leher. Perlu
dipertimbangkan kedepannya untuk menggunakan helm sebagai salah satu
cara untuk mengurangi resiko terjadinya cedera di bagian kepala dan leher

Daftar Pustaka
1. Rahimi M, Halabachi F, Alibakshi F, Kalali N (2012) Sport Injuries of Karatekas at International
Competition . IJMM Volume 13 Issue 4 ; 1-6
2. Bebary M (2009) Injury Profile in Competition of Non Contact Karate. 12 th Asian Federation
of Sport Medicine Congress, Amritsar, India
3. Halabachi F, Ziaee V, Lotfian S. (2007) Injury Profile in Woman Shotokan Karate Championship
in Iran 2005 . J Sportcs Sci Med 2007;6(2):5 2-7
4. Arriaza R, Leyes M (2005) Injury Profile in Competitive Karate: Prospective Analysis of
Three Consecutive World Karate Championships. Knee Surg Sports Traumatolo Arthrosc
2005;13(7):603-7
5. Daneshjoo A, Rahmana N, Bambaee E. Epidemic, Typeand Mechanisme of Injuries in Women
Professional Karate in Shotokan Style . Pakistan ; National Congress of Sports Science 2008
6. Rahimi M, Halabachi F, Ghasemi GH, Zolaktaf V. (2009). Prevalence of Karate Injuries in
Professional Karate Athletes in Isfahan . J Mil Med Sci Univ Iran . 2009;3(7):201-7[Persian]
7. Pieter W,. 2009 Competition Injury Rates in Young karate Athletes. Science and Sport Sci
25(1): 32-28
8. Deshtombe C, Lejeune L, Guillodo Y, Roudaut A, Jousse S, Devauchelle V, et al . Incidence and
Nature of Karate Injuries. Joint Bone Spine . 2006;73(2):182-8
9. Peeri M, Boostani MH, Boostani MA, Kohanpur A, Mirsepasi M. The Rate of Prevalence and
causes of Sport Injuries in Males karate Kumite Players. World Applied Sciences Journal .
2011. 15 (5) : 660-666
10. Boostani MH, Erfani M, Boostani MA, Zare N, Faghihi H, Rezaei AM. Sport Injuries in Karate
Competition. J Am Sci 2012;8 (12):637-639

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 99


Penanganan Dislokasi
Jari Tangan
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
dan dr. Muhammad Abdurrahman
*Direktur dan Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional,
**Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

T angan kita mempunyai 5 jari dan 14 tulang jari tangan. Masing masing jari
terdiri dari 3 ruas tulang jari yaitu tulang jari proksimal, medial dan distal
kecuali jempol tangan yang hanya tersusun dari 2 tulang jari yaitu proksimal
dan distal dan juga setiap jari terdiri dari dua persendian yaitu sendi proksimal
inter phalang (PIP) dan sendi distal inter phalang (DIP)
Dislokasi jari tangan adalah tulang jari yang bergeser atau mengalami
perpindahan lokasi dari tempatnya yang normal. Dislokasi ini dapat terjadi
pada ruas tulang jari proksimal, medial ataupun distal. Berpindahnya tulang
jari ini dapat disertai dengan patah tulang jari maupun tidak. Dislokasi
ini disebabkan karena ada tekanan hiperektensi besar yang dialami oleh
jari sehingga mengakibatkan tulang jari bergeser atau keluar dari tempat
persendiannya.
Dislokasi jari merupakan cedera yang umum terjadi pada atlet olahraga,
jari yang paling sering terkena adalah jari kelingking tangan yang dominan.

Gb.1: Dislokasi PIP Jari Kelingking Nn.A (pribadi) Gb.2: Dislokasi PIP jari manis Tn.O (pribadi)

100 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gejala, Tanda dan Diagnosis
Gejala dan tanda pasien yang
mengalami dislokasi jari tangan
adalah nyeri, bengkak dan adanya
deformitas pada jari nya dan tentu
ada riwayat benturan keras pada
jarinya bisa ketika pasien sedang Gb.3: dislokasi PIP jari kelingking Tn .B (pribadi)

berolahraga ataupun karena pasien


mengalami kecelakaan. (Gambar 1-3)
Kita perlu melakukan peme­
riksaan radiologis dengan proyeksi AP
dan Lateral pada jari tangan pasien,
tentunya untuk mengkonfirmasi
apakah benar ini dislokasi jari tangan
atau bukan, jika benar apakah
Gb.4: Tampak rontgen ap lateral yang menunjukkan
dislokasi nya disertai patah tulang dislokasi PIP jari kelingking Nn.A yang mengarah ke
dorsomedial (pribadi)
atau tidak (Gambar 4-6)

Penanganan
Sesudah terkonfirmasi oleh pe­
meriksaan radiologis, tentunya jari
yang mengalami dislokasi harus kita
kembalikan ke posisi yang normal
dengan cara close reduksi dengan
bius lokal dengan menggunakan Gb.5: Tampak rontgen ap lateral Tn.O menunjukkan
dislokasi pip jari manis yang mengarah ke dorsolateral
lidokain 2% didalam spuit 3 cc (pribadi)

dengan jarum no 24. Adapun teknik


bius lokal untuk jari ada beberapa
macam diantaranya (Gambar 7-9)
1. Wrist Block
2. Metacarpal Block
3. Digital Block

Kita dapat menggunakan salah Gb.6: Tampak rontgen ap lateral Tn.B menunjukkan dislo-
kasi jari manis yang mengarah ke inferiomedial (pribadi)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 101


15 menit untuk mulai bekerja,
kita dapat mulai melakukan close
reduction pada jari yang terdislokasi
yaitu dengan cara kita fiksasi bagian
Gb.7: Wrist Block untuk memblock nerve medianus
(pribadi) proksimal jari dan kita lakukan traksi
longitudinal gentle pada bagian distal
jari sampai terdengar bunyi klik.
(Gambar 10)
Setelah itu kita perlu melakukan
Gb.8: Metacarpal block untuk memblock palmar digital
tes stabilitas pada jari yang sudah
nerve (pribadi) di reduksi, disini kita melakukan
test stabilitas pada tendon Fleksor
Digitorum Superficialis dan Fleksor
Digitorum Profundus pasien (Gambar
11-12).

Gb.9: Digital block di pangkal jari untuk memblock digital


palmar nerve
(http://www.doomandbloom.net/wp-content/up-
loads/2012/04/DigitalBlock2.jpg)
(http://murtagh.fhost.com.au/html/practice_tips/pic-
spt/9780070158986_001_033.jpg )

Gb.11: Tes Stabilitas Flexor Digitorum Superficialis

Gb.10: Penulis sedang melakukan reduksi pada jari


tangan Tn.O (pribadi)

satu dari ketiga jenis bius lokal diatas


ataupun mengkombinasikannya.
Setelah pasien dibius lokal, biasanya
bius dengan menggunakan block
membutuhkan waktu sekitar 10-
Gb.12: Tes Stabilitas Flexor Digitorum Profundus

102 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Gb.15: Contoh Splint pada jari (pribadi)

Gb.13: Roentgen Ap Lateral Nn.A post reduksi

radiologi ulang untuk mengkonfirmasi


secara radiologis apakah reduksi kita
berhasil atau tidak. (Gambar 13-14)
Sebelum pasien pulang kita
lakukan pemasangan splint pada
jari yang sudah di reduksi (Gambar
15) dan kita berikan obat pengurang
nyeri dan penghilang bengkak.
Pasien lalu dijadwalkan kontrol poli
Gb.14: Roentgen Ap Lateral Post reduksi Tn O orthopaedi tiap 2 minggu sekali
selama 3 kali sampai minggu ke 6
Sesudah dilakukan test dan setelah kejadian untuk memantau
hasilnya stabil, lakukan pemeriksaan perkembangan jari pasien.

Daftar Pustaka
1. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System
3rd Ed. Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins. 1999
2. Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th ed. Bristol.
2010
3. Hoshino Max, Tiberi III John, Harris G. Thomas. Orthopaedic Offices and
Emergency Procedures. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins. 2014
4. Tobing S. Dohar. Pemeriksaan Fisik Orthopaedi . Jakarta : Sagung Seto 2015.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 103


PENATALAKSANAAN
CEDERA KEPALA
PADA ATLET
dr. Otin Rochyatin, Sp.S
*Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Olahraga Nasional

I. Pendahuluan
Cedera olahraga (sport injury) adalah segala macam cedera yang timbul,
baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan)
ataupun sesudah pertandingan1. Cedera kepala pada atlet memang tidak
sebanyak cedera olahraga yang mengenai tulang, otot, tendo serta ligamen.
Tetapi cedera kepala ini bersifat fatal karena dapat menyebabkan kematian
ataupun kecacatan fisik atau mental yang menetap. Cedera kepala yang
disebabkan olahraga dan aktivitas rekreasi berjumlah sekitar 21% dari seluruh
kasus cedera kepala karena trauma pada anak-anak dan dewasa muda di
Amerika Serikat2.
Cedera kepala akibat trauma didefinisikan sebagai : pukulan atau benturan
pada kepala, atau cedera akibat luka tembus kepala yang mengganggu
fungsi otak normal. Cedera kepala akibat trauma dapat ditimbulkan karena
pukulan atau benturan kepala terhadap suatu benda yang terjadi tiba-tiba,
atau adanya suatu benda yang menembus tengkorak kepala dan masuk ke
jaringan otak. Gejala cedera kepala akibat trauma dapat ringan, sedang atau
berat, tergantung luasnya kerusakan pada otak. Pada kasus yang ringan (mild
traumatic brain injury atau mTBI) mungkin menyebabkan perubahan singkat
status mental atau kesadaran, sedangkan kasus berat dapat menyebabkan
penurunan kesadaran yang memanjang, koma atau bahkan kematian2.
Evaluasi dan tatalaksana cedera otak pada atlet termasuk : penilaian gejala,
pemeriksaan medis dan tes neu­rokognitif dengan evaluasi yang berke­lanjutan
dalam beberapa hari, minggu, sampai bulan setelah kejadian3.

104 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


II. Penilaian cedera kepala yang berhubungan dengan olahraga dan
penatalaksanaannya
Cedera kepala ringan yang berhubungan dengan aktivitas olahraga sering
terjadi dengan tanda dan gejala yang dapat mengalami progresivitas dalam
jam atau hari setelah terjadinya trauma. Evaluasi cedera kepala akibat trauma
harus dimulai dengan evaluasi tulang belakang bagian leher. Sangat penting
diperhatikan, bila seorang atlet mengalami cedera kepala dengan disertai
penurunan kesadaran, harus dinilai tentang patensi jalan nafas (airway),
pernafasan (breathing), sirkulasi pembuluh darah (circulation) dan stabilisasi
tulang leher. Penilaian ini harus dilakukan saat kejadian di lapangan. Jika
penurunan atau perubahan kesadaran menetap, harus dijaga agar tetap
dalam kondisi stabil dan ditransportasikan menggunakan backboard dan
ambulan untuk segera dirujuk ke unit gawat darurat rumah sakit3.
Atlet yang dicurigai mengalami cedera kepala akibat trauma harus segera
dipindahkan dari lapangan untuk evaluasi semestinya. Hal yang sangat
penting untuk dinilai pertama kali adalah tingkat kesadaran. Mungkin juga
dapat terjadi gejala lanjut yang muncul setelah terjadinya trauma (delayed
symptoms) ataupun terjadinya gangguan neurologis lanjut. Oleh karena itu
sangat dianjurkan untuk pemeriksaan serial, baik pemeriksaan neurologis
maupun neuropsikologis4.
Setelah diagnosis cedera kepala akibat trauma ditegakkan, atlet tersebut
harus dibawa keluar lapangan pertandingan dan ditempatkan di ruangan yang
tenang. Penilaian awal yang digunakan saat ini di bidang kedokteran olahraga
adalah menggunakan instrumen the SCAT-2 (Sport Concussion Assessment
Tool-2), yang merupakan panduan/pedoman yang pertama kali diterbitkan
di Zurich pada tahun 2008 saat berlangsungnya konferensi internasional ke-3
tentang cedera kepala pada olahraga. SCAT-2 merupakan suatu instrumen
yang sudah terstandardisasi dan digunakan untuk mengevaluasi atlet yang
mengalami cedera kepala, berumur 10 tahun atau lebih5 (Formulir penilaian
SCAT-2 dalam versi asli bahasa Inggris terlampir). Beberapa komponen yang
ada pada SCAT-2 yaitu tinjauan tentang gejala subjektif, skala GCS (Glasgow
Coma Scale), penilaian fungsi kognitif menggunakan instrumen Standardized
Assessment of Concussion (SAC), Maddocks score dan evaluasi mengenai
keseimbangan dan kordinasi. Skor total SCAT-2 dapat dihitung. Tetapi harus

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 105


diingat bahwa tidak ada “skor normal” atau skor cut off, karena sebaiknya nilai
SCAT-2 harus dibandingkan dengan keadaan pemeriksaan skrining pertama
kali atau pemeriksaan serial yang dilakukan pada atlet yang mengalami cedera
kepala akibat trauma3.

Penatalaksanaan terapi konservatif (non-bedah) bertujuan untuk6 :


• Pasien yang tidak memiliki indikasi operasi
• Pasien post operatif, untuk mengoptimalkan kemampuan jaringan otak
yang masih normal
• Melindungi/mencegah kerusakan sekunder

Penatalaksanaan konservatif cedera kepala6


1. Simple Head Injury
• Tanpa penurunan kesadaran (GCS 15)
 Perawatan luka, pemberian obat penghilang nyeri (anal­getik) jika
diperlu­kan3,6
 Pemeriksaan radiologi hanya atas dasar indikasi
 Tidak perlu dirawat
 Pesan kepada keluarga: observasi kesadaran
• Kesadaran terganggu sesaat
 Penderita sadar saat diperiksa, tidak ditemukan amnesia
 Buat foto kepala
 Penatalaksanaan selan­jutnya sesuai simple head injury
Pasien diobservasi di rumah sakit selama 6-8 jam
2. Cedera Kepala Ringan (GCS 13-15)
• Pasien mengalami disorientasi atau tidak mematuhi perintah. Pada
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pemeriksaan neurologis.
• Setelah pemeriksaan fisik, dilakukan perawatan luka, baru diperiksa
ronsen kepala
• Observasi adanya lucid interval, dimana kesadaran pada awalnya
baik, tetapi kemudian mengalami penurunan kesadaran atau adanya
kelainan pemeriksaan neurologis.
• Pemeriksaan CT scan kepala harus dikerjakan
• Penderita harus dirawat
• Follow up tingkat kesadaran, pupil dan kelainan pemeriksaan
neurologis.

106 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Tabel 1: Pembagian Cedera Kepala Ringan dalam Trauma Olahraga7
Lamanya
Kehilangan kesadaran
amnesia
Ringan/ grade I concussion Tidak; bingung; disorientasi 5-15 menit
Sedang/ grade II concussion Tidak atau singkat (1-5 menit) 15-30 menit)
Berat/ grade III concussion Ada (> 5 menit) >1 jam

3. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12)


• Biasanya disertai gangguan kardiopulmonal
• Periksa dan atasi gangguan pada jalan nafas, gangguan pernafasan dan
gangguan sirkulasi
• Perbaiki keadaan gangguan sirkulasi, sebaiknya dengan memasang
infus
• Fiksasi leher dan fraktur di tempat lain
• Lakukan pemeriksaan Schedel foto dan apabila diperlukan foto bagian
tubuh lainnya
• CT scan kepala
• Pasien harus dirawat, lakukan observasi ketat : GCS, pupil dan kelainan
neurologis
4. Cedera Kepala Berat (GCS<8 yang menetap dalam 48 jam sesudah trauma,
pingsan > 24 jam, amnesia pasca trauma > 7 hari)
• Biasanya disertai cedera multipel
• Kelainan serebral diikuti kelainan sistemik
• Harus dilakukan CT scan kepala
• Hampir 20% kematian di tempat kejadian atau dalam perjalanan ke
rumah sakit6,7

Indikasi operasi pasien cedera kepala7 :


1. EDH (epidural hematoma)
a. Perdarahan lebih dari 40 cc dengan midline shifting pada daerah
temporal/frontal/parietal dengan fungsi batang otak masih baik
b. Perdarahan lebih dari 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-
tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang
otak masih baik
c. EDH progresif

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 107


2. SDH (subdural hematoma)
a. SDH luas (lebih dari 40 cc/lebih dari 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi
batang otak masih baik
b. SDH dengan edema serebri/kontusio serebri disertai midline shift
dengan fungsi batang otak masih baik
3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma dengan :
a. Penurunan kesadaran progresif
b. Hipertensi, bradikardi, dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing
reflex)
c. Perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe
5. Fraktur kranium dengan laserasi serebri
6. Fraktur kranium terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)
7. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dipertimbangkan operasi dekompresi

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo H. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.
2. American Association of Neurological Surgeons. Sports-related Head Injury.
Updated August 2014. (diunduh 13 Desember 2015). Tersedia dari: http://www.
aans.org.
3. Sahler CS, Greenwald BD. Traumatic Brain Injury in Sports: A Review. Hindawi
Publishing Corporation. Rehabilitation Research and Practice. Volume 2012.
Article ID 659652. doi:10.1155/2012/659652.
4. Guskiewicz KM, McCrea M, Marshall SW et al. Cumulative Effects Associated
with Recurrent Concussion in Collegiate Football Players: the NCAA Concussion
Study. Journal of The American Medical Association. 2003;290(19):2549-2555.
5. Dvorak J, McCrory P, Aubry M, Molloy M, Engebretsen L. Concussion in Sport.
British Journal of Sports Medicine. 2009;43(1).
6. Alfa AY, Penatalaksanaan Medis (non bedah) Cedera Kepala: Kegawatdaruratan
Neurologi. Edisi ke-1. Bandung: Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf FK Unpad/
RSHS; 2009.
7. Soertidewi L, dkk. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Jakarta:
Bagian Neurologi FKUI/RSCM; 2006.

108 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


NYERI HAID PADA ATLET,
KAPAN HARUS KE DOKTER?
dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG
*Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Olahraga Nasional

H aid yang sering diibaratkan sebagai tamu bulanan, terkadang


kehadirannya membawa penderitaan. Meskipun bagi sebagian besar
wanita tidak merasa terganggu karenanya, namun untuk sebahagian yang
lain datangnya haid bagaikan horor. Horor tersebut berwujud nyeri haid
(dismenore). Dalam menghadapi nyeri haid dengan berbagai bentuknya tak
sedikit yang siap tempur bersenjatakan macam-macam jenis ramuan dan
obat-obatan. Yang tumbang, terpaksa harus meringkuk di tempat tidur dan
aktivitas harian pun terpaksa diurungkan.
Prosentase wanita yang mengalami nyeri haid sebetulnya cukup besar,
namun jarang di antara mereka yang datang berobat ke dokter dikarenakan
nyerinya. Di Amerika, 30-50% wanita mengalami nyeri haid, bahkan 10-30%
di antaranya harus meninggalkan pekerjaan atau sekolahnya. Di Swedia,
sebanyak 72,42% wanita usia19 tahun mengalami nyeri haid. Bagaimana
dengan di Indonesia? Sebuah penelitian yang melibatkan 733 orang siswi
SMP di Jakarta, ternyata 74,1% mengalami nyeri haid derajat ringan sampai
berat. Para siswi tersebut juga mengeluh pusing, sakit kepala, dan mual
sebagai gejala yang menyertai nyeri haid. Sebuah penelitian lain di Amerika
mengungkapkan bahwa nyeri haid dialami oleh 20% - 90% wanita di usia
reproduksi

“Olahraga teratur dapat


meringankan nyeri haid”

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 109


Mengapa Bisa Timbul Nyeri Haid?
Nyeri haid digambarkan dengan nyeri yang ringan sampai berat di area
perut bagian bawah. Nyeri tersebut bersifat spasmodik yaitu nyeri mirip
kram dan berdenyut-denyut. Dari perut bagian bawah, nyeri bisa menjalar
sampai ke paha bagian dalam atau ke area bokong. Derajat nyeri bisa berbeda
antar satu wanita dengan wanita lain. Bila nyeri haid yang digambarkan di
atas tersebut dibarengi dengan mual, muntah, diare, bahkan ada yang sampai
pingsan, maka nyeri tersebut digolongkan sebagai nyeri haid berat.
Dalam dunia medis, nyeri haid disebut dismenore, berasal dari kata “dis”
(sulit, nyeri, abnormal), “meno” (haid) dan “rhea” (aliran). Ada dua jenis
dismenore, yakni primer dan sekunder. Disebut dismenore primer apabila
tidak diketemukan kelainan organik. Sifat nyerinya, timbul sejak hari pertama
haid dan menghilang atau berkurang banyak di hari kedua. Penyebabnya
adalah kontraksi rahim ditambah dengan pengaruh bebe­ rapa hormon.
Meskipun mekanisme bagaimana terjadinya dismenore primer ini belum jelas
benar, namun diduga nyeri timbul akibat keluarnya hormon prostaglandin
yang berlebihan. Prostaglandin ini menyebabkan kontraksi rahim sehingga
timbul nyeri. Kadar Prostaglandin yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya
hormon Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum.
Berkebalikan dengan yang primer, pada dismenore sekunder, nyeri haid
yang timbul diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ reproduksi. Sifat
nyerinya juga berbeda, yaitu:
1. Baru timbul di usia dewasa, dimana sebelumnya tidak pernah mengalami
nyeri haid.
2. Nyeri mulai timbul di hari pertama haid, namun semakin lama semakin
meningkat sejalan dengan makin banyaknya darah haid yang keluar.
Bahkan bisa saja nyeri haid bertahan sampai dengan haid berakhir!
3. Derajat nyeri juga lebih berat sehingga hampir selalu dibutuhkan obat
penghilang nyeri

Olahraga Bisa Ringankan Nyeri Haid


Yang menarik adalah bahwa nyeri haid ternyata berkaitan juga dengan
kondisi psikologis sese­orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita
yang kepribadiannya belum matang, yang merasa tidak nyaman saat dirinya

110 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


sedang haid, yang mengalami konflik
berkaitan dengan kewanitaannya, Kelainan yang sering
menyebabkan dismenore
kebanyakan mengalami nyeri haid sekunder
yang lebih berat. Demikian juga,
1. Endometriosis
wanita yang kurang berolahraga, atau 2. Mioma uterus (tumor jinak
yang mengalami kurang gizi ternyata rahim)
lebih sering menderita akibat nyeri 3. Penyakit Radang Panggul
4. Tumor Indung Telur, terutama
haid. kista endometriosis
5. Kelainan letak rahim
6. Kelainan bawaan saluran
Kapan Harus ke Dokter?
genitalia
Nyeri haid tak selalu harus diobati, 7. Penyempitan atau striktura
namun apabila dirasakan perlu, 8. Penggunaan AKDR
9. Faktor psikis
jangan ragu-ragu untuk berkonsultasi
ke dokter. Pengobatan medis
dianjurkan apabila ada kecurigaan
nyeri haid sekunder. Untuk nyeri haid primer namun membuat tidak nyaman
dalam beraktivitas bisa mengonsumsi obat penghilang nyeri yang beredar
bebas. Namun hendaknya mengonsumsi obat tersebut sesuai dengan
dosis yang dianjurkan dan tidak menggunakannya secara sembarangan dan
berlebihan. Akan lebih baik lagi bila dilakukan perubahan pola hidup dan
pola makan agar nyeri haid tidak terlalu menganggu. Misalnya bisa dicoba
beberapa alternatif berikut ini:
1. Berolahraga secara teratur
2. Makan makanan yang sehat dan diperbanyak sayur dan buah-buahan
3. Mengurangi konsumsi garam, gula, dan lemak
4. Kompres hangat di bagian perut yang terasa nyeri

Daftar Pustaka
• Astarto, NW, Djuwantono,T, Permadi,W et al. (ed). Kupas Tuntas Kelainan Haid, Sagung
Seto, 2011, Jakarta
• Jones, Llewellyn. Fundamentals of Obstetric and Gynaecology, Mosby Elsevier, 2010
• Osayande, AS; Mehulic, S (1 March 2014). “Diagnosis and initial management of
dysmenorrhea.”. American family physician 89 (5): 341–6. PMID 24695505.
• Stanway, P. Natural Guide to Women’s Health, Kyle Cathy Limited, Great Britain, 2003

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 111


KENALI BERBAGAI
PENYEBAB KEPUTIHAN
dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG
*Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Olahraga Nasional

“Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan yang normal (fisiologis)


dan keputihan yang tidak normal (patologis).”

S iapakah wanita yang tidak pernah keputihan? Yang menjawab “pernah”


pasti jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang menjawab “tidak
pernah”. Jadi tak perlu malu-malu mengakuinya. Ini sesuai dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 80% wanita di dunia
pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya. Termasuk
para olahragawati, tak luput dari masalah ini.
Meski bisa saja itu keadaan normal, tidak lantas keputihan bisa
diabaikan begitu saja. Perlu dikenali jenis-jenis keputihan, penyebab dan
pencegahannya. Sehingga seseorang tahu kapan harus berobat dan kapan
bisa tenang-tenang saja.
Membicarakan keputihan tidak bisa dilepaskan dari fisiologi alat repro­
duksi wanita. Di sepanjang saluran genitalia terdapat kelenjar-kelenjar yang
menyekresikan cairan, sehingga kondisi saluran tersebut selalu lembab dan
basah. Namun pada saat-saat tertentu tingkat kebasahan tersebut berlebihan
karena produksi cairan meningkat. Inilah yang dinamakan keputihan. Ada dua
jenis keputihan, yaitu keputihan yang normal (fisiologis) dan keputihan yang
tidak normal (patologis). Terlebih dahulu harus diketahui sifat dari masing-
masing keputihan tersebut.

KEPUTIHAN FISIOLOGIS
Cairannya jernih atau putih, dan tidak bergumpal. Cairan ini juga tidak
berbau, tidak berbuih, tidak gatal, dan tidak pedih. Cairan keluar pada waktu-
waktu tertentu dan akan hilang dengan sendirinya setelah waktu-waktu
tersebut terlampaui. Sikap kita terhadap keputihan fisiologis ini adalah tetap
tenang dan menjaga kebersihan area genitalia dengan lebih seksama. Tidak

112 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


ada cairan pembersih tertentu yang
dianjurkan. Cukup dengan air bersih
saja. Sesungguhnya Allah sudah
menganugerahkan sebuah sistem
pembersihan yang adekuat yaitu
dengan pengaturan keseimbangan
asam basa dan adanya komunitas
bakteri penyeimbang yaitu bakteri
Doderlein sp. Dengan adanya sistim
ini maka bakter-bakteri penyebab
penyakit akan terbunuh dengan
sendirinya, dan sebagian berada
dalam kondisi dorman (inaktif).
Dengan demikian tidak perlu
Gb.1: Candida albicans
menggunakan pembalut spesial,
atau bahkan benda-benda tertentu yang dimaksudkan untuk mengurangi
kelebihan cairan.
Saat dimana produksi cairan akan meningkat di antaranya adalah hari-hari
menjelang haid, masa subur, saat aktivitas fisik meningkat atau kelelahan,
demikian pula di saat mengalami stres pikiran. Para akseptor KB hormonal
juga kerap mengalami keputihan, demikian pula di saat ada rangsangan
seksual. Perlu dipahami juga bahwa meskipun cairan tersebut normal
adanya, namun peluang untuk berkembangbiaknya jamur dan kuman jadi
meningkat, apalagi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Karena itu selain
pembersihan sehari-hari, bisa dibantu dengan cairan untuk mempertahankan
suasana asam (pH rendah) untuk membersihkan area genital.

KEPUTIHAN PATOLOGIS
Berbeda dengan cairan yang normal, keputihan patologis menimbulkan
keluhan-keluhan penyerta. Misalnya, cairan berbau amis, atau terkesan
lebih menusuk. Cairan berbuih, berwarna kuning, kehijauan, atau bahkan
kecoklatan. Keluhannya biasanya gatal, pedih, atau panas. Semua gejala
tersebut menunjukkan adanya infeksi. Jangan mengobati sendiri. Karena tiap
sifat keputihan menunjukkan penyebab yang berbeda.
Kenali dulu penyebab keputihan patologis. Yang paling banyak adalah
infeksi jamur dari jenis Candida sp.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 113


Ciri khasnya, selain keputihan yang banyak juga disertai dengan rasa
gatal, dari ringan sampai berat. Dari golongan bakteri, penyebab keputihan
terbanyak adalah Chlamydia sp. Khusus untuk infeksi Chlamydia ini harus
diwaspadai karena bisa menyerang sampai ke saluran telur. Karenanya
sering dikaitkan dengan kesulitan hamil di kemudian hari. Dengan kata lain,
infeksi Chlamydia harus disembuhkan dengan tuntas dengan antibiotik sesuai
dengan penyebabnya. Bukan antibiotik yang dibeli sendiri di tanpa resep
dokter. Penyebab lain adalah golongan parasit, yakni sejenis hewan bersel
tunggal, bernama Trichomonas sp. Infeksi Trichomoniasis mempunyai ciri
khas keputihan berwarna kehijauan, berbau nanah, dan daerah yang teriritasi
terasa nyeri serta berwarna kemerahan. Trichomonas bahkan bisa menyerang
saluran kemih yang ditandai dengan rasa nyeri saat berkemih.
Keputihan patologis harus dibuktikan dulu penyebabnya dan kemudian
diobati sesuai dengan penyebabnya itu. Bila tidak, maka keputihan akan
hilang timbul terus menerus. Tentu saja dampak yang ditimbulkan akan
semakin serius.

PENCEGAHAN KEPUTIHAN - PERBAIKI GAYA HIDUP


Bagaimana pun mencegah lebih baik daripada mengobati. Beberapa gaya
hidup ternyata berkaitan dengan keputihan. Misalnya, kebiasaan menggunakan
celana dari bahan nilon dan celana ketat. Termasuk di sini adalah penggunaan
celana panjang berbahan denim (celana jins). Bahan denim terkenal sangat
menyerap air sehingga meningkatkan kelembaban daerah genitalia. Celana
ketat dapat meningkatkan suhu sehingga memudahkan hidupnya jamur dan
kuman. Pemakaian panty liner, tidak sesehat yang diduga selama ini. Pada
beberapa orang yang sensitif, kontak yang lama dengan bahan tersebut –
apalagi bila ditambah parfum – dapat memicu terjadinya alergi yang berimbas
ke keputihan juga.
Dari segi makanan, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi
seimbang. Dalam susunan seimbang, kebutuhan gula, minyak (lemak),
dan garam bersifat secukupnya saja. Tidak perlu berlebihan. Karena itu,
membatasi makanan manis juga dapat membantu mencegah keputihan
patologis. Sebaliknya, beberapa jenis makanan diisukan dapat menyebabkan
keputihan, misalnya mentimun atau nanas. Hal itu sama sekali tidak ada
buktinya sehingga tidak perlu diikuti.

114 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


PENATALAKSANAAN ASMA
dr. Erna Juniety, Sp.P
*Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Olahraga Nasional

A sma merupakan inflamasi (peradangan) kronik pada saluran napas.


Peradangan tersebut menyebabkan penyempitan pada saluran napas.
Penyakit asma dapat membaik dengan ataupun tanpa pengobatan. Penyakit
ini dapat mengenai semua umur dari mulai bayi sampai dewasa. Prevalensi
penyakit asma di Indonesia mencapai 5% per tahun.
Asma biasanya kambuh bila ada faktor pencetus. Pasien asma harus
menghindari faktor pencetus yang dapat merangsang saluran napas. Setiap
pasien mempunyai faktor pencetus asma yang berbeda-beda, diantaranya :
1. Makanan 6 Obat-obatan
2. Stress/emosi 7 Udara
3. Infeksi Saluran Pernapasan Atas 8 Debu
4. Sinusitis 9 Bau
5. Gastritis 10 Rokok

Penyakit asma terdiri atas 2 tipe :


1. Asma intermiten, merupakan penyakit asma yang jarang kambuh, biasanya
kambuh kurang dari 1 kali seminggu .
2. Asma persisten, terbagi menjadi
a. Asma persisten ringan, yang kambuh lebih dari 1 kali seminggu namun
tidak setiap hari.
b. Asma persisten sedang, yang kambuh hampir setiap hari.
c. Asma persisten berat, yang kambuh berkepanjangan.
Asma biasanya tidak dapat disem­buhkan namun dapat dikontrol. Kriteria
penyakit asma yang terkontrol adalah :
1. Gejala asma minimal
2. Tidak ada gejala asma malam
3. Obat asma jarang dipakai
4. Kunjungan ke IGD karena asma minimal
Pengobatan asma dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
inhalasi (dihirup) ataupun obat-obatan oral (diminum). Obat-obatan inhalasi

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 115


mempunyai efek yang lebih baik karena ketika obat dihirup langsung
menuju ke paru dan berefek sistemik minimal. Sedangkan obat-obatan oral
seperti metil prednisolon dan triamsinolon memang cepat bereaksi namun
mempunyai efek samping sistemik lebih sering seperti penyakit lambung,
batuk darah, TBC dan osteoporosis.
Obat oral sebaiknya tidak sering dikonsumsi. Bila memang tergolong
asma persisten yang harus menggunakan obat anti inflamasi, pilihan utama
adalah obat inahalasi. Obat injeksi triamsinolon intramuskular mempunyai
efektivitas yang bagus tetapi efek sampingnya lebih sering terjadi. Sehingga
hanya dianjurkan apabila terpaksa tidak ada sediaan obat yang lainnya.
Pengobatan asma ada dua macam, yaitu yang bersifat pelega dan
pengontrol. Obat pelega digunakan saat terjadi serangan asma. Sedangkan
obat pengontrol digunakan sebagai pengontrol asma persisten.

Contoh obat pelega adalah :


• Agonis β2 kerja singkat inhalasi
• Kortikosteroid sistemik
• Antikolinergik inhalasi
• Teofilin kerja singkat
• Agonis β2 kerja singkat

Contoh obat pengontrol asma adalah:


• Kortikosteroid inhalasi
• Kortikosteroid sistemik
• Sodium kromolin
• Sodium nedokromil
• Antihistamin lain seperti ketotifen, terfenadin, loratadin
• Teofilin lepas lambat
• Agonis β2 kerja lama inhalasi
• Agonis β2 kerja lama oral
• Antileukotrien

Sebaiknya pengobatan penyakit asma dievaluasi setiap 3 bulan sekali.


Pasien asma diharapkan dapat meningkatkan kebugaran tubuhnya dengan
cara berolahraga untuk meningkatkan kemampuan otot napas. Olahraga yang
sesuai untuk pasien asma adalah renang, bersepeda dan senam asma.

116 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


DUKUNGAN PSIKOLOGIS
PELATIH BAGI ATLET
YANG CEDERA
Muhammad Syauqi Putra, S.Psi., M.Si
*Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

C edera olahraga merupa­kan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi


atlet. Sebagai sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan, penolakan
terhadap kenyataan cedera seringkali yang menjadi sebuah siklus awal dari
reaksi kemarahan, pembenaran, depresi dan menerima kondisi (Austenfeld.
& Stanton, 2004). Reaksi perilaku semacam ini merupakan sebuah reaksi
yang juga dialami oleh seseorang yang merasa kekecewaan mendalam atau
bahkan kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup (Sarafino&Smith,
2012). Reaksi tersebut menunjukkan bahwa resiko cedera olahraga adalah
sebuah hal yang krusial bagi seorang atlet. Oleh karena itu pemahaman
resiko psikologis sebuah cedera olahraga bisa menjadi sebuah hal yang sangat
bermanfaat dalam meminimalkan resiko.
Begitu tinggi resiko psikologis yang muncul karena cedera bukanlah tanpa
alasan. Sebagai gambaran, seorang atlet setiap harinya “dipaksa” untuk tetap
konsisten mengikuti jadwal pelatihan guna mencapai target kompetisi, dan
jika mengalami cedera dapat menyebabkan pencapaian target tersebut harus
tertunda. Perasaan menyesal dan ketidakmampuan atlet menerima fakta yang
dihadapi memperbesar resiko munculnya keyakinan yang salah. Kondisi itu
yang akhirnya memunculnya berbagai permasalahan psikologis lain semisal
stres atau depresi (Heil, 1993; Austenfeld & Stanton, 2004). Namun demikian,
masih banyak resiko psikologis yang akan muncul saat atlet mengalami cedera
olahraga. Resiko psikologis tersebut antara lain krisis identitas dan perasaan
takut.
Bagi atlet yang telah memiliki identitas sebagai seorang olah­ragawan
di masyarakat, misalnya: “pesepakbola nasional”, “pebulu­tangkis dunia”,

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 117


“petenis terbaik Indonesia”, “pelari terbaik bangsa”, cedera olahraga akan
menjadi sebuah hal yang menyakitkan dan memunculkan perasaan eksistensi
“gelar” yang dimiliki terancam hilang. Sementara itu, perasaan takut muncul
karena adanya keterbatasan atlet untuk mampu bermain seperti sebelum
cedera terjadi. Keterbatasan tersebut yang akhirnya memunculkan pemikiran
negatif, seperti perasaan akan dikucilkan, takut tidak akan ikut berkompetisi
atau bahkan perasaan dianggap sebagai individu gagal (Heil, 1993).
Sebagai individu yang memiliki peran penting dalam karir dan kehidupan
atlet, pelatih dapat memberikan dukungan moral. Dukungan moral tersebut
begitu dibutuhkan dalam pemulihan guna meminimalkan resiko psikologis
yang muncul saat cedera. Terdapat berbagai cara praktis yang dapat dilakukan
pelatih dalam memberikan dukungan moral bagi atlet yang cedera, antara
lain:

Sarankan atlet melakukan konseling


Sebagian besar atlet masih ragu untuk mendapatkan layanan konseling
psikologis. Hal itu disebabkan masih belum di­terimanya konseling sebagai
se­buah cara yang umum dilakukan bagi setiap atlet yang cedera dan image
konseling masih belum dinilai sebagai sebuah aktifitas yang positif. Faktanya,
atlet yang melakukan konseling saat cedera memiliki kecepatan waktu
sembuh dan berpikir lebih terarah pada proses penyembuhan yang dijalani,
keuntungan ini terwujud karena konseling dapat memberikan sebuah
pandangan yang lebih real bagi atlet dalam memahami cedera (Klenk, 2006)

Berikan atlet “pekerjaan”


Sebagian besar atlet yang mengalami cedera tidak mampu mengikuti
proses pelatihan dan memilih untuk tidak hadir di lokasi latihan. Berbagai
alasan diutarakan oleh atlet yang tidak hadir dilokasi pelatihan, salah satu
diantaranya “pelatih menyuruh istirahat”.
Mengistirahatkan bagian tu­buh yang cedera meru­pa­kan sebuah keharusan
dalam pemulihan. Namun meng­istirahat­kan bukanlah berarti atlet tidak
melatih apapun selama cedera, memberikan “pekerjaan” yang berkaitan
dengan kegiatan sebelum cedera terbukti mampu meningkatkan kepercayaan
diri atlet dalam menjalani pemulihan cedera (Klenk, 2006).

118 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Ajak atlet untuk berbicara secara terbuka. Berbicara secara terbuka dapat
dilakukan dengan mem­posisikan atlet sebagai rekan. Ini bermakna pelatih
bukanlah pemegang kendali dalam sebuah pembicaraan yang dilakukan.
Ditambah lagi, berbicara secara terbuka mampu memberikan kesempatan
bagi pelatih untuk meyakinkan atlet akan kemampuannya untuk kembali
pulih. Disisi lain atlet juga akan merasa didukung sehingga motivasi untuk
segera kembali berlatih setelah pulih dari cedera akan muncul.

Ajarkan atlet pelatihan mental


Pelatihan mental seperti visualisasi, relaksasi, dan penen­tuan sasaran
telah terbukti mampu memberikan pengaruh positif bagi mental atlet dalam
menghadapi cedera olahraga (Dwiariani, 2012). Jika pelatih merasa hal ini
sulit untuk dilakukan, meminta bantuan dari profesional yang memahami
psikologi olahraga akan sangat berguna.

Berikan atlet tulisan ini


Terkadang pengetahuan baru yang diperoleh lewat pengalaman membaca
sebuah artikel di majalah, mampu memberi dampak yang lebih besar.
Mungkin sebagian atlet akan menyadari bahwa mereka tidak sendiri dan
pelatih mendukung mereka, melalui perilaku tidak langsung yang ditunjukkan.

Daftar Pustaka
Klenk C. A. (2006). Psychological response to injury, recovery, and social support: A survey of
athletes at an NCAA Division I university. Senior Honors Projects, paper 9.
Austenfeld, J.L. & Stanton, A.L. 2004. Coping Through Emotional Approach : A New Look at
Emotion, Coping and Health Related Outcome. Journal of Personality December 2004.
Blackwell Publishing.
Sarafino, E.P. & Smith, T.W. 2012. Health Psychology; Biopsychosocial Interactions 7th Edition.
Asia : John Wiley & Sons, Ltd
Dwiariani, D. A. (2012). The role of mental training in decreasing re-injury Anxiety in women
Basketball Athlete. Universitas Indonesia. Tesis tidak diterbitkan

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 119


HIDROTERAPI
dr. Azis Djunaidi, SpKFR
*Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSON

B anyak diantara kita yang masih asing dengan istilah Hidroterapi. Namun
ter­nyata Hidroterapi telah dikenal sejak tahun 2400 sebelum masehi
di Mesir. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan hidroterapi? Apa saja
manfaatnya?
Hidroterapi adalah penggu­naan air secara eksternal untuk mengatasi
gangguan fisik atau untuk penyembuhan, sehingga disebut juga dengan “the
healing power of water/ water Cure”. Efek ini dicapai dengan memanfaatkan
sifat fisik air (daya apung, tekanan, relative density dan kekentalan), suhu
dan arus. Hidroterapi merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan zat cair sebagai sarana pengobatan. Hidroterapi dilakukan
menggunakan kolam air untuk program terapi yang didesain khusus untuk
individu guna memperbaiki fungsi neu­romuscular dan tulang. Terapi dilakukan
dan diawasi oleh orang yang profesional. Hidroterapi berbentuk pelayanan
fisioterapi spesifik untuk anak dan dewasa yang dilakukan dalam kolam air
bertemperatur optimum yang bermanfaat untuk melebarkan pembuluh
darah dan mengurangi ketegangan otot (relaksasi otot).
Hidroterapi dapat dilakukan untuk terapi berbagai penyakit, yaitu
Parkinson, nyeri bahu, nyeri leher, nyeri pinggang, Osteoporosis, Osteoarthritis
(pengapuran), nyeri ketika masa kehamilan, syaraf terjepit, gangguan
koordinasi, total hip replacement, total knee replacement, gangguan ke­
seimbangan, kelelahan ber­lebih dan kelumpuhan, cedera sendi, ligamen dan
otot serta gangguan diskus (bantalan sendi).

Hidroterapi bermanfaat untuk:


• Membantu proses detoksifikasi
• Menstimulasi dan merilekskan otot

120 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


dr. Azis Djunaedi, Sp.KFR disamping fasilitas Hydropool milik RSON

• Memperbaiki aktivitas metabolik tubuh


• Meningkatkan imunitas tubuh
• Meningkatkan fungsi organ
• Rehabilitasi syaraf, tulang, otot, sendi.
• Memperbaiki pola jalan dan bentuk tubuh.
• Mengurangi nyeri, bengkak, kaku otot dan sendi
• Meningkatkan fungsi jantung, sirkulasi darah dan pernafasan.
• Meningkatkan kemampuan fungsional dan kualitas hidup.
• Memperbaiki keseimbang­an dan koordinasi.
• Memperbaiki lingkup gerak sendi, stroke, nyeri sendi lutut dan penyakit
rematik, scoliosis, gangguan per­kembangan anak, paska cedera kepala
dan tulang belakang, pasca cedera olah raga, paska operasi patah tulang
dan paska melahirkan.

Terdapat beberapa prinsip dasar dalam melakukan Hidroterapi, yaitu:


1. Aplikasi dingin dapat membantu mengurangi ujung saraf bebas yang
sensitif terhadap nyeri dan dapat mengurangi reaksi inflamasi yang
menyertainya.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 121


2. Aplikasi dingin dan panas dapat mengurangi reaksi kongesti atau
pembengkakan yang mengakibatkan nyeri kekakuan.
3. Aplikasi dingin yang agak lama dapat mengurangi kecepatan aliran darah
sehingga dapat mencegah timbulnya reaksi memar.
4. Uap air hangat dapat membantu mengurangi nyeri dada dan sumbatan
sinus.
5. Aplikasi panas dapat mengakibatkan dilatasi dan membukanya aliran
darah yang mengakibat­kan relaksasi dari otot.
6. Aplikasi dingin sesaat pada awalnya menyem­pitkan pembuluh darah,
mengurangi aliran darah, dan jaringan yang bengkak dan meningkatkan
aliran darah pada organ dalam. Setelah aplikasi dingin sesaat pembuluh
darah terbuka dan jaringan dipenuhi oleh darah yang yang mengandung
banyak oksigen.
7. Aplikasi panas dan dingin yang bergantian dapat meningkatkan drainase
dan oksigenase ke jaringan.
8. Selalu kompres dingin dahulu kemudian dilan­jut­kan dengan kompres
panas dan diakhiri dengan kompres dingin
9. Aplikasi dingin yang lama dapat menekan sirkulasi dan metabolisme.
10. Aplikasi panas yang ter­lalu lama dapat membuat kongesti/ sumbatan dan
membutuhkan aplikasi dinghin untuk memper­baikinya.
11. Pada pengobatan hidro­terapi, temperatur dibagi menjadi:
a. Pana : 36-40⁰C
b. Hanga : 34-36⁰C
c. Hangat kuku/ suam : 26-33⁰C
d. Sejuk : 18-26⁰C

Berdasarkan metode aplikasinya Hidroterapi dapat dibagi menjadi:


A. Pool Therapy
1. Watsu (water shiatsu)
2. The bad ragaz ring method
3. The hallwick methode
B. Whirlpool
C. Cantras Bath
D. Hubbart Tank

122 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Pool Therapy
Pool therapy adalah bagian dari hidroterapi yang memungkinkan
perendaman seluruh tubuh pasien dan melakukan latihan dengan bantuan
terlatih agar diperoleh efek fisioterapi dan psikologis. Indikasi pool therapy
adalah pasien dengan kelemahan anggota gerak untuk memperbaiki kekuatan
otot, kebugaran kardiovaskuler, atau daya tahan dan aktifitas fungsional. Pool
therapy tidak boleh dilakukan pada pasien hipertensi tidak terkontrol, gagal
jantung, infeksi, inkontinensia alvi dan epilepsi berat. Komplikasi yang dapat
terjadi pada terapi ini antara lain hipotermia, kelelahan dan tenggelam
• Watsu
Menggabungkan penggu­na­an air untuk menopang tubuh dengan gerakan
tarian balet. Gerakan dilakukan diantara posisi terbang dan mengapung.
• Bad Ragaz Ring Methode (BRRM)
merupakan teknik latihan terapeutik yang memakai gerakan spesifik untuk
meningkatkan kekuatan dan rentang gerak lengan, tungkai dan badan.
• The Halliwick Methode
metode ini berdasarkan prinsip hidrodinamik dan perkembangan manusia.
Pelaksanaannya hampir sama seperti teknik berenang dan merupakan
teknik fasilitas rehabilitasi neuropati yang mengikuti prinsip pelepasan.

Whirlpool
Whirlpool adalah hidroterapi yang menggunakan suatu bak yang dapat
menampung air dan turbin yang menghasilkan gerakan air. Tujuannya untuk
mendapatkan keuntungan hidroterapi khususnya anggota gerak. Terdapat
tiga jenis prosedur Whirlpool, yaitu:
• Ekstremity tanks: untuk perendaman anggota gerak bagian distal (tangan
dan kaki)
• Low boy whirlpool: untuk perendaman anggota gerak yang lebih luas.
• High-boy whirlpool: untuk perendaman anggota gerak yang lebih luas dan
mungkin digunakan untuk perendaman sampai sebatas pinggang.

Contras Bath
Contras Bath merupakan hidroterapi dengan merendam gerak, umumnya
bagian distal secara bergantian, diawali dengan air hangat/ panas, kemudian
dingin/ es. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi edema dapat pula untuk
mengurangi dan desensitisasi nyeri. Indikasi perawatan ini pada pasien edema

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 123


kronis, trauma fase sub akut, peradangan seperti sprain, strain atau tendinitis.
Perawatan ini tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan sensasi.
Terdapat komplikasi yang mungkin terjadi akibat terapi ini, antara lain posisi
gerak menggantung, yang memudahkan terjadinya edema dan sebagian
pasien tidak tahan perendaman dengan air dingin.

Hubbart Tank
Hubbart Tank adalah hidroterapi yang memungkinkan perendaman
seluruh tubuh pasien. Terdiri dari bak besar yang di dalamnya terdapat turbin,
“Stretcher”, serta kerekan untuk mengatur strecher. Terapi ini bertujuan untuk
terapi luka bakar yang luas, nyeri yang mengenai daerah yang luas. Terapi
hubbart tank tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan sensasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi karena terapi ini yaitu efek sistemik panas
yang berlebihan.

Kontraindikasi Hidroterapi yaitu:


1. Hirofobia (takut air)
2. Hipertensi tak terkontrol
3. Kelainan jantung yang tidak terkompensasi
4. Infeksi kulit terbuka
5. Infeksi menular (hepatitis, AIDS, dll)
6. Demam (>37⁰C)
7. Gangguan fungsi paru, sesak/ kapasitas paru-paru menurun.
8. Gangguan kesadaran
9. BAK dan BAB yang tidak terkontrol
10. Gangguan kognitif atau perilaku
11. Epilepsi tidak terkontrol

Efek Samping Hidroterapi antara lain:


• Tergantung pada kondisi individu, misal asma yang rentan dengan udara
dingin
• Suhu air yang ektrem panas (luka bakar)
• Suhu air ekstrim dingin (fostbite/ cedera dingin)
• Penularan penyakit jika air yang digunakan terkontaminasi.

124 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


HYDROPOOL
dr. Anang Basuki Maharjito
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

H ydropool merupakan salah satu modalitas terapi yang dimiliki Instalasi


Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Hydropool
adalah sebuah kolam buatan dengan aliran arus yang digerakkan oleh motor
penggerak. Hydropool di RSON merupakan Hydropool Swimex tipe Profesional
series T-700. Hydropool ini berbeda dengan kolam biasa karena Hydropool
memiliki arus yang digerakkan oleh motor penggerak sehingga arus di setiap
tempat besarnya sama. Selain itu, suhu air di dalamnya bisa diatur mencapai
40o C. Kedalaman lantai dari Hydropool ini juga berbeda-beda sehingga
memungkinkan banyak variasi gerakan didalamnya.
Hydropool merupakan salah satu fasilitas hidroterapi yang digunakan untuk
mengatasi nyeri otot/sendi pada penyakit osteoarthritis, osteoporosis, paska
operasi pergantian sendi serta penyakit sendi yang lain. Selain sebagai terapi
mengurangi bengkak dan nyeri sendi, hydropool juga digunakan untuk latihan
menjaga tonus otot atau latihan penguatan otot. Pemanfaatan hydropool
dibagi menjadi 3 bagian yaitu untuk tubuh bagian atas (upper body), tubuh
bagian bawah (lower body) dan tubuh secara keseluruhan atau total body.
Contoh penggunaan upper body antara lain latihan pull up di dalam
hydropool. Latihan ini dilakukan untuk menjaga tonus otot rhomboideus, bicep
brachii, trisep brachii. Berbeda dengan pull up di darat yang menggunakan
berat badan sebagai beban, pull up di dalam hydropool ini akan terasa lebih
ringan karena aliran arus yang diatur sedemikian rupa sehingga mengurangi
berat beban. Atlet yang mengalami cedera otot tetap dapat melakukan latihan
dengan bantuan hydropool ini. Misalnya atlet yang cedera pada otot bahu dan
harus latihan pull up, maka atlet bisa melakukan pull up di dalam hydropool
untuk tetap menjaga tonus ototnya tanpa menambah berat cederanya.
Hydropool ini juga bisa digunakan untuk melatih fungsi jantung (kardio)
dengan berlari di atas treadmill atau menggunakan sepeda statis di dalamnya.
Melalui mekanisme aliran arus air di dalam hydropool maka kecepatan dari

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 125


Fasilitas Hydropool di RSON

treadmill tergantung kecepatan arus airnya. Kecepatan maksimal arus air


hydropool bisa mencapai 10 km/jam.
Suhu air dalam hydropool bisa diatur mulai dari dingin hingga panas
mencapai 40oC. Hydropool sudah digunakan secara luas di Amerika oleh pemain
football Amerika untuk mengurangi
cedera paska bertanding. Hydropool
menggunakan media air sebagai
modalitas utama terapi. Sehingga
memiliki beberapa kontra indikasi
yaitu pasien dengan luka infeksi,
inkontinensia urin atau BAB serta
pasien dengan penurunan kesadaran.
Selain itu keamanan pasien menjadi
hal utama dimana fisioterapis yang
terlatih akan mendampingi pasien
dengan perbandingan 1:1 artinya 1
fisioterapis menangani 1 pasien. (dr.
Anang Basuki Maharjito)

Sepeda Statis yang dapat digunakan pada


Hydropool

126 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Continuous
Passive Motion (CPM)
dr. Anang Basuki Maharjito dan dr. Ika Handayani
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

V on Riemke, ketua asosiasi


ahli bedah Denmarks
pada tahun 1926 membuat
statement, “semua sendi harus
bergerak, pergerakan harus
dimulai sejak hari pertama,
harus secara perlahan
dan sebisa mungkin harus
kontinyu.” Salter, merupakan
konseptor Continous Passive
Movement, yang selanjutnya
disingkat “CPM”. Konsep
ini berdasarkan investigasi
eksperimental secara berkala
dan pemikiran rasional.
Salter dan Fiels, pada
tahun 1960 menunjukkan
imobilisasi pada sendi lutut
kelinci dibawah kompresi
berkelanjutan (continuous
compression), yang berasal
dari alat kompresi atau dari
posisi tertentu, hasilnya
terjadi nekrosis (kematian
sel) pada kartilago (tulang Penggunaan alat CPM di RSON

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 127


rawan). Pada tahun 1965, Salter dkk mela­porkan adanya efek merusak dari
imobilisasi pada tulang rawan sendi pada lutut kelinci dan menghasil­kan
jejas yang disebut “obliterative degeneration of articular cartilage”. Salter
meyakini bahwa “tempat relatif dari pergerakan maupun istirahat tidak
terlalu dipermasalah­kan dalam investigasi eksperimental diban­dingkan
pengalaman klinis.” Alasannya karena imobilisasi tidak menguntungkan untuk
sendi, dan jika pergerakan berselang (intermiten) baik untuk sendi yang sehat
maupun yang cedera, maka pergerakan yang kontinyu akan lebih baik untuk
sendi. Dikarenakan keterbatasan otot rangka, dan karena pasien tidak dapat
diharapkan untuk menggerakkan sendiri sendinya secara konstan, Salter
menyimpulkan bahwa pergerakan harus bersifat kontinyu dan harus bersifat
pasif. Dia juga percaya bahwa CPM dapat menambah keuntungan karena
dapat digunakan segera setelah cedera atau setelah tindakan pembedahan
tanpa memberikan tambahan rasa sakit pada pasien. Ide dari Salter inilah
yang melandasi “the gate-control theory of pain” oleh Melzack dan Wall,
bahwa dengan menyaingi stimulasi saraf aferen, maka stimulasi nyeri akan
terhambat. Konsep ini telah diujicoba pada pasien sejak tahun 1978 dengan
bantuan John Saringer (Insinyur) dibuatkan alatnya dan terbukti dapat
dilakukan.
CPM digunakan setelah pembe­dahan rekonstruksi sendi, contohnya seperti
pada knee replacement dan Anterior Cruciatum Ligamen reconstruction.
Mekanis­me kerjanya yaitu untuk membantu pemulihan sendi yang mengalami
pembedahan. Salah satu mekanismenya adalah menggerakkan cairan synovial
(cairan sendi) untuk memperbaiki difusi nutrien ke dalam kartilago yang rusak
dan difusi material lain keluar, seperti darah dan produk sisa metabolisme.
Mekanisme lainnya yaitu mencegah terbentuknya jaringan parut (fibrosis)
pada sendi, yang dapat mengurangi ROM pada sendi tersebut.
Instalasi rehabilitasi medik Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON)
dilengkapi dengan CPM device untuk ekstremitas atas. Alat ini bernama
FISIOTEK HP2. Fisiotek HP2 adalah alat serbaguna yang memberikan gerakan
pasif pada siku, bahu dan pergelangan tangan dengan berbagai jenis gerakan.
Bagian bawah terdapat 5 roda dengan rem, sehingga me­ mungkinkan
untuk memindahkan alat ini dan menguncinya pada posisi yang diinginkan.
Tingginya dapat disesuaikan dan bagian badan­nya dapat dimiringkan. Hal ini

128 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


memung­kinkan untuk melakukan gerakan pada seluruh ruang gerak sendi
pasien dalam keadaan duduk maupun berbaring. Berbagai aksesoris dapat
ditambahkan pada lengan mekanik tergantung dari jenis gerakan rehabilitasi
yang dibutuhkan.
Alat buatan Rimec, Italia ini telah dipelajari dengan maksud untuk
memfasilitasi ruang gerak yang luas dalam melakukan rehabilitasi pasif,
terutama sendi pada ekstremitas atas seperti bahu, siku dan pergelangan
tangan. Alat ini didesain untuk menangani kasus pasca pembedahan maupun
kelainan bukan karena pembedahan pada ekstremitas atas. Alat CPM ini
dapat digunakan pada pasien dalam keadaan duduk maupun berbaring. CPM
digunakan pada bahu untuk aduksi / abduksi dan internal maupun eksternal
rotasi, pada siku untuk fleksi / extensi dan pronasi/supinasi, sedangkan pada
pergelangan tangan untuk gerakan deviasi dan fleksi/ekstensi. (dr. Anang
Basuki Maharjito & dr. Ika Handayani)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 129


Pentingnya Pemanasan
Sebelum Berlatih
Tips Sehat
Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd
*Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

Ÿ Tipe
ban
ini k
Ÿ Tipe
gera
sena
Ÿ Tipe
untu
digu
tida
mem
bert
Ÿ Inte
terg
B
Pentingnya Pemanasan
anyak yang berpendapat bahwa untuk mencapai puncak prestasi olahraga
harus terorganisir secara baik. Keadaan demikian dapat dicari kembali
melalui mekanisme yang dinamis serta modernisasi latihan. Proses latihan
cont
Ha
Sebelum Berlatih
selalu berkembang sepanjang zaman. karenanya proses latihan memerlukan dikatak

B
pengetahuan dan intelegensi dari individunya (Atlet).
tubuh
Latihan dapat menjadi masalah apabila tidak terkoordinasi dengan baik.
anyak yang berpendapat bahwa untuk mencapai
Sebelum melakukan latihan ada baiknya melakukan pemanasan (warm up )
Peman
terlebihpuncak
dahulu. prestasi olahraga harus terorganisir secara intensit
baik. Keadaan demikian dapat dicari kembali melalui setelah
mekanisme yang dinamis serta modernisasi latihan. Proses
pemana
latihan selalu
130 BUNGA berkembang
RAMPAI sepanjang zaman. karenanya
KESEHATAN OLAHRAGA
Ke
proses latihan memerlukan pengetahuan dan intelegensi dari
individunya (Atlet). baik fis
harus d
Tujuan pemanasan antara lain untuk:
• Peregangan (Streches) otot dan tali pengikat (Tendon)
• Meningkatkan suhu tubuh khususnya otot dan persendian.
• Mengkonsentrasikan pikiran dan mengulang kembali keterampilan dengan
keterampilan yang akan dihadapi kemudian.

Pemanasan sangat penting. Terutama untuk penampilan fisik yang


membutuhkan kemampuan puncak
dalam waktu singkat. Contohnya: Lari Jarak Pendek, Angkat Besi atau
lainnya. Pemanasan yang cukup dan tepat dapat mencegah terjadinya
cedera (otot, tendo ligamen dan jaringan pengikat lainnya) Hasil penelitian
menyatakan bahwa Hemoglobin lebih cepat dan sempurna jika suhu tubuh
naik, dan proses oksidasi akan lebih meningkat pada otot yang aktif. Kenaikan
suhu tubuh merangsang pelebaran pembuluh darah dan mempercepat aliran
darah ke otot.
Agar terhindar dari cedera sebaiknya melakukan latihan. Dimulai dari
pemanasan, kemudian latihan dari intensitas rendah ke intensitas cukup
tinggi secara bertahap. sehingga kekurangan oksigen pada dinding jantung
dapat terhindar. Beberapa tipe pemanasan adalah sebagai berikut:

• Tipe pasif adalah pemanasan yang dilakukan dengan bantuan dari luar
tubuh misalnya: mandi dengan air panas ini kurang efektif meskipun dapat
menaikkan suhu tubuh.
• Tipe Non Spesifik adalah suhu tubuh dinaikkan dengan gerakan–gerakan
kelompok otot besar yang aktif misalnya: senam cara ini lebih efektif dan
banyak digunakan
• Tipe Spesifik adalah pemanasan spesifik kecabangan atau untuk bagian
otot atau saraf tubuh tertentu yang akan digunakan misalnya: pada
angkat besi. Pemanasan ini tidak hanya menaikkan suhu tubuh tetapi
juga memberikan kesempatan melalukan percobaan sebelum bertanding,
Pemanasan ini biasanya dilakukan oleh atlet.
• Intensitas dan lama pemanasan sangat individual tergantung dari
kemampuan fisik atlet yang bersangkutan contoh: pemanasan 25 menit.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 131


Hal penting yang harus diingat adalah pemanasan dikatakan cukup jika
diawali dengan keluarnya keringat suhu tubuh naik 1–2 ºC pada kondisi
lingkungan normal. Pemanasan disesuaikan dengan perimbangan antara
intensitas dan lama pemanasan. Suhu tubuh kembali normal setelah istirahat
± 45 menit. Jadi diperhitungkan antara
pemanasan dengan latihan ataupun pertandingan.
Keuntungan melakukan pema­nasan, atlet akan lebih siap baik fisik
ataupun mental. Setelah melakukan pemanasan harus diikuti dengan
pendinginan (Cool Down). Inipun sama pentingnya. Pemanasan dila­kukan
secara berurutan dari atas kebawah atau dari bawah keatas dan dari gerak
statis ke gerak dinamis. (Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd)

Aktivitas Tujuan Waktu (Min)

Lari ringan dengan Aerobik Meningkatkan suhu otot 5 menit

Latihan kelenturan Memperbaiki jangkauan gerak 10 menit

Latihan drill Koordinasi dan persiapan


10 menit
khusus kecabangan latihan kecabangan

132 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Mouthguards Mencegah
Cedera Gigi dan Mulut
drg. Afrida Aryani, MPH
*Dokter Gigi Rumah Sakit Olahraga Nasional

C edera gigi dan mulut (orofacial


injuries) sering terjadi pada
olahraga high contact, seperti
hockey, sepak bola, tinju dan rugby.
Dapat pula terjadi pada olahraga less
contact seperti basket dan baseball.
Risiko cedera terjadi 2 kali lebih besar
jika atlet tidak memakai mouthguards

Pemakaian mouthguards memberikan keuntungan sebagai berikut :


1. Mengurangi risiko :
• Cedera jaringan lunak intraoral
• Luksasi/dislokasi dan fraktur gigi, akar gigi dan tulang
• Fraktur rahang
• Disfungsi TMJ (sendi rahang)
2. Atlet akan merasa nyaman dan agresif dengan proteksi ini.
3. Biaya lebih murah jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan jika
terjadi cedera
4. Mengurangi risiko kehilangan kesempatan bertanding/berlatih

Dalam memilih mouthguards perlu diperhatikan hal-hal berikut :


1. Sesuai/pas di dalam mulut
2. Nyaman dipakai (tidak menimbulkan kesulitan bicara dan bernapas)
3. Tahan lama dan tidak mudah robek
4. Berwarna terang (agar mudah ditemukan jika terlepas dari rongga mulut)
5. Mudah dibersihkan

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 133


Mouthguards memiliki 3 tipe:
1. Stock
• Tersedia di toko olahraga/apotek
• Lebih murah
• Kurang pas di mulut
2. Mouth-formed
Mouthguards direndam dalam air panas hingga agak lunak lalu dimasukkan
ke dalam mulut. Kemudian ditekan-tekan untuk menyesuaikan kontur gigi
dan gusi.
3. Customized
Dibuat oleh dokter gigi sesuai kontur gigi dan gusi masing-masing orang.
Tipe ini memang menimbulkan biaya yang lebih mahal. Namun lebih sesuai
dan pas di dalam rongga mulut. Karena dibuat dengan cara mencetak
rongga mulut secara individual. Mouthguards harus sering dibersihkan
untuk mencegah timbunan bakteri dan plak makanan.

Cara membersihkan mouthguards adalah :


1. Bersihkan dengan air dingin atau obat kumur sebelum dan setelah
pemakaian
2. Dapat pula dibersihkan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi
3. Simpan dalam wadah yang mempunyai lubang sirkulasi untuk mencegah
pertumbuhan bakteri

Berikut tips agar mouthguards dapat awet dan tahan lama :


1. Hindari terkena suhu tinggi (seperti air panas dan cahaya matahari
langsung)
2. Jangan memakai mouthguards bergantian dengan orang lain
3. Hindari mengunyah makanan saat memakai mouthguards
4. Periksa secara rutin bila terjadi distorsi atau robekan
5. Ganti mouthguards jika pemakaian sudah melebihi 2 tahun (Drg. Afrida
Aryani)

134 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


bab
2
ARTIKEL POPULER

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 135


136 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA
Jogging untuk Tubuh Sehat
dan Segar
dr. Danarto Hari Adhimukti
Tips Sehat *Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

SJogging Untuk Tubuh Sehat dan Segar


aat ini olahraga lari semakin banyak digemari oleh masyarakat dari seluruh
kalangan. Banyak kegiatan lari yang diadakan di Ibukota. Mulai dari Fun
Running yang dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga hingga kegiatan lari

S aat ini olahraga lari semakin banyak digemari oleh


marathon
Jogging
kegiatan

lari-lari
keluarga hingga
tingkat nasional maupun internasional
masyarakat dari seluruh kalangan. Banyak
adalah
lari yang

kegiatan
salah
diadakan satuMulai
di Ibukota.
yang dapat diikuti oleh seluruh anggota
kecil. Pada saat berjalan,
lari marathon
bentuk
fisik tersebut.
T u j u a n sering
dari olahraga
mempertahankan
n y a u ndiadakan
yangkesehatan,
t u k m e n i ndi
dilakukan
g kIbukota.
juga dengan
atkan dan
menurunkancara
badan. Untuk dewasa usia 18 - 65 tahun direkomendasikan
kaki menapak
tingkat nasional ke tanah
melakukan aktivitas secara
aerobik sedangbergantian.
berat

seperti berjalan
maupun internasional sering diadakan di Ibukota. selama minimal 30 menit sekurang - kurangnya 5 hari
Sedangkan menu rut weill, pada
adalah salah satu bentuk olahraga yang
jogging ada saat melayang dimana
setiap minggunya. Sedangkan untuk melakukan kedua
aktivitas
kaki tidak menyentuh tanah. Jogging termasuk olahraga yang murah minimal
dilakukan dengan cara lari-lari kecil. Pada saat berjalan, aerobik yang lebih berat seperti dilakukan dan
kaki menapak ke tanah secara bergantian. Sedangkan 20 menit sekurang - kurangnya 3 hari setiap minggunya.
bisa dilakukan
menurut weill, pada oleh siapapun baik
ada saat melayang dimana wanita maupun
Selain dapat pria disegala
mengurangi resiko umur.
terjadinya Dan
berbagai
kedua kaki tidak menyentuh tanah. termasuk penyakit kronik, juga memiliki manfaat lain
bermanfaat begitu besar bagi kesehatan
olahraga yang murah dan bisa dilakukan oleh siapapun
tubuh.
yaitu:
Warburton
baik wanita maupun di priadalam
disegalajurnal
umur. International
Dan Ÿ Journal of Exercise
dapat membantu menurunkanScienceberat
bermanfaat begitu besar bagi kesehatan tubuh. badan. Jogging sangat bermanfaat untuk membakar
mengatakan,
Warburton di dalam bahwa
jurnal aktifitas fisik secaralemak teratur
dan kalori merupakan
pada tubuh kita. peng­ obatan
Sehingga
mengatakan, bahwa aktifitas fisik sangat membantu bagi seseorang yang ingin
primer maupun sekunder
secara teratur merupakan pengobatan primer maupun
dari beberapa penyakit kronik.
menurunkan berat badannya. Seperti penyakit
kardiovaskular,
sekunder dari beberapa diabetes, kanker,
penyakit kronik. hipertensi,
Seperti Ÿ obesitas
menguatkan dan dapat
tulang mencegah
dan otot. Jogging akan
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, hipertensi, memperkuat otot dan densitas tulang dari kedua
terjadinya
obesitas dan dapat kematian
mencegah secara dini.kematian
terjadinya kaki, panggul dan punggung. atau lari tidak
secara dini. akan menghasilkan otot bulky seperti saat latihan
beban berat, tapi akan meningkatkan kekuatan kaki.
BUNGAContohnya, seorang pelari
RAMPAI KESEHATAN 137
jarak jauh badannya
OLAHRAGA
terlihat kurus, tetapi memiliki kaki yang sangat kuat.

34 Edisi Kedua - Tahun II | Januari - Maret 2015


Mengingat banyak keuntungan dari aktivitas fisik secara teratur, maka
American College of Sport
Medicine dan American Heart Association merekomendasikan jumlah dan
intensitas dari aktivitas fisik tersebut.
Tujuannya untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, juga
menurunkan berat badan. Untuk dewasa usia 18-65 tahun direkomendasikan
melakukan aktivitas aerobik sedang seperti berjalan selama minimal 30 menit
sekurang - kurangnya 5 hari setiap minggunya. Sedangkan untuk melakukan
aktivitas aerobik yang lebih berat seperti jogging dilakukan minimal 20 menit
sekurang - kurangnya 3 hari setiap minggunya.
Selain dapat mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit kronik,
jogging juga memiliki manfaat lain yaitu:
• Jogging dapat membantu menurunkan berat badan. Jogging sangat
bermanfaat untuk membakar lemak dan kalori pada tubuh kita. Sehingga
jogging sangat membantu bagi seseorang yang ingin menurunkan berat
badannya.
• Jogging menguatkan tulang dan otot. Jogging akan memperkuat otot dan
densitas tulang dari kedua kaki, panggul dan punggung. Jogging atau lari
tidak akan menghasilkan otot bulky seperti saat latihan beban berat, tapi
akan meningkatkan kekuatan kaki. Contohnya, seorang pelari jarak jauh
badannya terlihat kurus, tetapi memiliki kaki yang sangat kuat.
• Jogging membuat kualitas tidur lebih balk. Jogging secara rutin akan
membuat tidur lebih mullah dan kualitastidur lebih baik.
• Jogging meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian yang dilakukan
oleh Professor Mike Gleeson dari Universitas Loughborough dan
dipresentasikan dalam Konferensi Association for Science Education (ASE)
tahun 2011 menyatakan, bahwa aktivitas aerobik seperti jogging dapat
membantu menangkal terjadinya influenza sampai diatas 33%.
Jogging terbukti dapat meningkatkan daya tahantubuh.
• Jogging meningkatkan kesehatan mental. Jogging secara rutin dapat
mencegah terjadinya depresi. Sehingga dapat meningkatkan I kapasitas
kerja dan kehidupan yang lebih aktif

138 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Dalam melakukan jogging ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelumnya, yaitu:
• Konsultasi ke dokter untuk mengetahui kondisi medis diri kita sebelum
melakukan
• Memakai sepatu yang sesuai pada kaki
• Melakukan pemanasan sebelum melakukan aktifitas dan pendinginan
setelah melakukan aktivitas.
• Mencukupi kebutuhan cairan tubuh sebelum, saat dan sesudah jogging.
• Menyediakan waktu kosong selama sekurang-kurangnya 2 hari untuk
istirahat. Agar tidak terjadi overtraining yang dapat menimbulkan cidera.
• Melakukan jogging tidak melebihi 80% dari detak jantung maksimal. Detak
jantung maksimal (220 dikurangi usia).
• Segera menghentikan jogging, jika terjadi cedera saat jogging. Dari
pembahasan diatas sudah terbukti bahwa jogging memiliki banyak manfaat
dalam menjaga kesehatan dan kebugaran. Memiliki tubuh yang sehat dan
bugar adalah impian dari setiap individu. Jogging adalah salah satu solusi
olahraga mullah dan murah untuk mewujudkan impian tersebut.
(dr. Danarto HariAdhimukti)

“...Jogging sangat bermanfaat untuk


membakar lemak dan kalori pada tubuh kita.
Sehingga jogging sangat membantu bagi
seseorang yang ingin menurunkan berat
badannya....”

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 139


Olahraga Melancarkan
Sirkulasi Darah
drg. Afrida Aryani, MPH
*Dokter Gigi Rumah Sakit Olahraga Nasional

R umah Sakit Olahraga Nasional


(RSON) baru – baru ini kedatangan
tamu istimewa. Seorang pakar
ilmu kedokteran olahraga, dr. Hario
Tilarso, Sp.KO, FACSM. Beliau datang
untuk membagikan ilmunya dalam
Acara Ilmiah Rutin yang dilaksanakan
oleh RSON setiap minggu. Dalam
kesempatan kali ini dokter spesialis
Kedokteran Olahraga ini memaparkan
mengenai Sport Science kepada
seluruh staf RSON. dr. Hario Tilarso, Sp.KO, FACSM
Menurutnya, Sport Medicine
(Ilmu Kedokteran Olahraga) adalah bagian dari Sport Science (Ilmu Olahraga).
Ilmu ini mempelajari semua efek kegiatan berolahraga dan tidak berolahraga
terhadap tubuh manusia. Menurut Kepala Bagian IPTEK Kesehatan Olahraga
di Satlak PRIMA ini, olahraga memberi banyak manfaat bagi tubuh manusia,
diantaranya :
1. Meningkatkan kemampuan jan­tung dan paru- paru,
2. Mengurangi lemak tubuh,
3. Menurunkan berat badan,
4. Menurunkan tekanan darah,
5. Menurunkan gula darah,
6. Menurunkan risiko penyakit jantung koroner,
7. Mengurangi risiko Osteoporosis,

140 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


8. Menguatkan tulang, ligament dan tendon, serta
9. Meningkatkan kekebalan tubuh.

Beliau mengingatkan, tanda-tanda seseorang mempunyai jantung yang


kuat yaitu tidak mudah lelah, seperti dapat menaiki tangga 4 lantai tanpa
merasa terlalu lelah. Jika jantung sehat, pompa jantung akan semakin lambat.
Olahraga dapat melebarkan pembuluh darah sehingga melancarkan sirkulasi
darah dan mengurangi risiko serangan jantung. Olahraga terutama latihan
beban dapat memadatkan tulang.
Orang-orang yang memiliki kondisi tubuh yang fit tidak akan mudah
terserang penyakit. Kondisi tubuh dapat dikatakan fit jika tubuh kita dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berarti.
Olahraga perlu dimasyarakatkan. Cara melakukannya adalah dengan
melakukan olahraga yang tidak terlalu melelahkan selama 20 menit (3 – 5 kali
seminggu). Tujuannya untuk menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Bagi
masyarakat yang ingin menurunkan berat badan, caranya dengan berjalan
kaki, senam dan aerobik selama minimal 1 – 1,5 jam (3 – 5 kali seminggu).
Semakin sering latihan, semakin banyak lemak yang terbakar di dalam tubuh.
Saat berolahraga dapat terjadi cedera. Cedera disebabkan oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal contohnya suhu udara yang
panas dan lembab menyebabkan produksi keringat meningkat kemudian
meningkatkan suhu tubuh dan mengakibatkan orang jatuh pingsan. Cedera
ini disebut heat stroke (sengatan panas). Faktor internal contohnya gerakan
yang berulang-ulang, teknik yang salah, peralatan yang tidak sesuai dan
kondisi fisik yang kurang baik. Kadar gula darah yang menurun dalam tubuh
juga dapat menyebabkan seseorang jatuh pingsan. (drg. Afrida Aryani)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 141


Jalan Kaki
Olahraga yang Mudah & Aman
dr. Eva Mitrasari Nurjana
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

J alan kaki adalah aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh semua orang dan
juga golongan umur. Semua orang bisa berjalan kaki kemanapun. Jalan kaki
juga merupakan jenis olahraga rekreasi yang dapat meningkatkan kebugaran,
karena bersifat olahraga aerobik. Meskipun olahraga ini merupakan jenis
olahraga sederhana, tapi banyak manfaatnya, murah, mudah dan aman.
Berjalan kaki adalah aktivitas fisik, menggunakan alat gerak dominan
yaitu kedua kaki diikuti dengan ayunan tangan dan bagian anggota tubuh
yang lain secara sinergis. (M. Harmer, 2008). Olahraga ini mempunyai manfaat
kurang lebih sama dengan jogging, tapi pembebanan pada badan lebih kecil.
Berikut tips agar latihan fisik ini bermanfaat bagi kesehatan :
• Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika dilakukan
secara kontinyu, minimum 30 menit setiap harinya.
• Gunakan pakaian yang senyaman mungkin. Pakaian yang ringan dan
menyerap keringat. Sepatu yang nyaman untuk jalan kaki, yaitu tidak

142 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


sempit dan tidak terasa berat dengan bagian dalam yang lembut.
• Mengukur denyut nadi sebelum jalan kaki. Sesuaikan intensitas dan tujuan
latihan.
• Jalan kaki untuk latihan jantung, perhitungan zona latihannya adalah 60-
80 % dari denyut nadi maksimum (DNM). Angka DNM diambil dari 220 –
umur. Jadi, misalnya Anda berusia 40 tahun, DNM-nya adalah 220 – 40 =
180, maka denyut nadi latihan Anda antara 60% x 180 = 108 dpm (denyut
per menit) sampai dengan 80% x 180 = 144 dpm.
• Agar latihan lebih efektif dan bisa masuk zona latihan, sebaiknya
intensitasnya ditambah, baik itu kecepatan, jarak tempuh, waktu dan juga
medannya (misalnya jalan yang menanjak/menurun). Latihan pun bisa
dimulai dari sekali dalam seminggu, dua kali dalam seminggu, tiga kali
dalam seminggu, sampai nantinya bisa dilakukan setiap hari.
• Rata-rata, kecepatan yang diperlukan sedikit lebih cepat dari 6 km per jam.
Banyak diantara kita hanya jalan kaki dengan kecepatan kurang dari 4 km
per jam. Karenanya, kita harus sedikit mempercepat jalan kakinya, agar
lebih bermanfaat untuk mendapatkan cukup nilai aerobik.
• Untuk dapat melakukan latihan dengan aman, sebaiknya kita memulai
latihan dengan pemanasan, dilanjutkan dengan latihan inti, dan diakhiri
dengan pendinginan (cooling down).

Saat pemanasan kita mulai dengan jalan pelan-pelan selama 3 – 5
menit. Tujuannya, untuk membantu badan melonggarkan kekakuan dengan
meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan denyut jantung secara
bertahap hingga mencapai zona latihan, dan mengurangi hambatan-
hambatan pada jantung.
Menit-menit awal jalan kaki ini juga untuk memberi waktu melakukan
persiapan mental. Selanjutnya, kita lakukan peregangan ringan selama
beberapa menit. Lakukan peregangan di bagian dominan yaitu bagian kaki.
Peregangan dilakukan perlahan-lahan tanpa memantul-mantul. Selama
peregangan, bernafaslah secara teratur. Peregangan dilakukan sampai otot
terasa tertarik tapi tidak sampai sakit. Bila terasa kurang enak, peregangan
segera dihentikan.
Usai peregangan, barulah kita melakukan latihan inti, yakni jalan kaki

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 143


dengan kecepatan zona latihan.
Setelah lama latihan dalam zona latihan dianggap cukup, akhiri latihan
dengan pendinginan. Caranya, jalan perlahan-lahan dan melakukan
peregangan selama sekitar 10 menit, seperti sebelum latihan inti. Pendinginan
ini membantu agar darah tidak berkumpul di kaki, dan mencegah pusing-
pusing dan ritme jantung yang abnormal (aritmia). Juga untuk menjaga agar
otot-otot tidak menjadi kaku, yang dapat menimbulkan rasa sakit.
Lakukan jalan kaki dengan kecepatan yang teratur, atur nafas, dan jangan
biasakan berbicara terus sambil berjalan. (Richard Wiseman, 2007)

Ingin tahu apa saja manfaat berjalan kaki Ini manfaatnya:

Mengurangi Metabolic Syndrome.


Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Duke University Medical Center
baru-baru ini ditemukan, bahwa berjalan kaki 30 menit dalam sehari dapat
mengurangi metabolic syndrome. Yaitu salah satu penyebab tingginya risiko
terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke yang akan menyebabkan
kematian. Sebanyak 24 juta perempuan di Amerika menderita metabolic
syndrome. Dalam sebuah penelitian di Inggris menyebutkan, bahwa dengan
berjalan kaki selama setengah jam dalam sehari dapat mengurangi bahaya
penyakit jantung sebesar 11%, terutama bagi perempuan.(Noda & Team,
2005). Terutama menekan risiko serangan jantung. Otot jantung membutuhkan
aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya suplai) agar
bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot
jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan
demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga
untuk bisa tetap cukup berdetak. Bukan hanya itu, kelenturan pembuluh
darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu
oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh
darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil
akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antar
sel darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh
juga akan berkurang. (Dede Kusuma, 2006)

144 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Mengurangi Berat Badan.
Berjalan kaki selama 30-40 menit/hari pun dapat mengurangi berat badan.
Latihan fisik yang bersifat endurance ini dapat membakar kalori dan trigliserida
dalam tubuh. Pada olahraga intensitas rendah (±25 VO max) dengan waktu
durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran
lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Bahkan dalam
sebuah penelitian Brown University dan University of Pittsburgh menye­butkan,
bahwa perempuan yang berjalan kaki satu jam selama lima hari dalam satu
mingu dan mengkonsumsi 1.500 kalori tiap hari, dapat mengurangi berat
badan sebanyak 11,3 kilogram dalam setahun. Jadi dengan jalan kaki anda bisa
menghindari obesitas yang sering memicu berbagai penyakit. (Bumgardner,
2009)

Mengurangi Gejala Osteo-porosis.


Berjalan kaki selama 30 menit sebanyak tiga kali seminggu dapat mencegah
dan mengurangi keropos tulang. Berjalan kaki yang menggunakan 95% otot
tubuh akan membuat tulang lebih kuat untuk menahan beban tubuh. Dengan
gerak badan dan berjalan kaki cepat, tulang dan otot semakin kuat. Gerak
badan dengan cara berjalan kaki ditambah paparan cahaya matahari pagi
diperlukan untuk metabolisme kalsium. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin
D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga
membutuhkan gerak badan plus paling kurang 15 menit terpapar matahari
pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis.(M.Nelson dkk, 1991). Mereka
yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium,
sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman
pengeroposan tulang. Dengan berjalan kaki 10.000 langkah sebagai salah
satu terobosan menuju Indonesia Sehat, adalah salah satu upaya untuk
mengurangi risiko osteoporosis. (National Institute of Health (NIH), 2000)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 145


Mencegah Diabetes.
Berjalan kaki sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit,
ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2,
khususnya pada mereka yang ber­tubuh gemuk (National Institute of Diabetes
and Digestive & Kidney Diseases). Diabetes Prevention Program pada tahun
2001 mem­publikasikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa berjalan
kaki 30 menit, lima kali seminggu, diikuti dengan mengatur porsi makan, dapat
mengurangi risiko diabetes sampai 50% pada partisipan yang kelebihan bobot
badan disertai kadar gula darah tinggi. Mereka juga mengalami penurunan
bobot badan rata-rata 7,5 kg dalam setahun. Rutin berjalan kaki memang
sangat baik dilakukan bagi penderita diabetes. Karena bisa meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memproses gula. Sehingga tidak menumpuk
berlebihan di dalam darah. Hasilnya, kadar gula dalam darah bisa turun, jadi
bisa mengurangi risiko Anda menderita penyakit jantung dan ginjal. Sebelum
dan sesudah berjalan kaki, cek kadar gula darah Anda. Jika terlalu rendah,
di bawah 100 mg/dl, Anda harus menambah asupan karbohidrat sekitar 15-
30 gram. Jika terlalu tinggi, di atas 200 mg/dl, maka sebaiknya tunda dulu
olahraga Anda sampai kadar gula darahnya turun. Penting untuk para diabetisi
untuk selalu melakukan pengecekan kadar gula darah dengan interval yang
rutin jika ingin mencoba berjalan kaki dengan jarak tempuh yang jauh. Waktu
yang paling baik untuk diabetisi melakukan olahraga jalan kaki adalah sekitar
1-2 jam setelah makan, saat insulin
dan kadar gula darah mulai stabil.
“berjalan kaki Paling disarankan jika dilakukan di

selama 30 pagi hari, terutama untuk penderita


diabetes tipe 1.(Bumgardner, 2009).
menit Untuk menghindari terjadinya

dalam penurunan kadar gula terlalu rendah


saat berjalan kaki, sebaiknya bawalah
sehari bisa makanan ringan yang mengandung

mengurangi karbohidrat. Setelah selesai berjalan


kaki, anda mungkin butuh asupan
depresi dan karbohidrat sedikit lebih banyak dari

stres.” biasanya untuk mencegah terjadinya

146 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


hipoglikemia. Kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa
dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa
terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak
diperlukan.(WHO, 2000). Itu berarti berjalan kaki sama manfaatnya dengan
obat antidiabetes.

Memperbaiki Kualitas Tidur.


National Sleep Foundation menyebutkan, berjalan cepat di sore hari
akan membuat tidur lebih nyenyak. Para ahli mengatakan, berjalan kaki akan
meningkatkan hormon serotonin yang membuat anda akan merasa lebih
nyaman. Tapi hindari berjalan kaki dua jam sebelum tidur. Latihan jalan kaki
cepat juga membantu pasien yang menderita depresi. Berjalan kaki tergopoh-
gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin.

Membuat Bahagia.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Texas menyimpulkan, berjalan
kaki selama 30 menit dalam sehari bisa mengurangi depresi dan stres. Bahkan
studi Universitas Temple menyebutkan berjalan kaki 90 menit selama lima
kali dalam seminggu bisa membuat Anda merasa lebih bahagia. Karena tubuh
manusia memproduksi endorphin, yaitu semacam hormon yang membuat
orang menjadi bahagia.

Awet Muda.
Beberapa studi yang telah dilakukan menyarankan agar lansia lebih sering
berjalan kaki. Karena dapat mengurangi terkena risiko penyakit Alzheimer, yaitu
sejenis penyakit kemorosotan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif.
Berjalan kaki juga membuat otak menjadi aktif. Di saat berjalan kaki, terjadi
peningkatan asupan oksigen kedalam sirkulasi darah. Sehingga meningkatkan
kemam­puan otak untuk berpikir dan berilusi dengan medan, atau lintasan yang
kita lihat selama berjalan kaki. (dr. Eva Mitrasari Nurjana)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 147


Salah Menyikat Gigi
Menyebabkan Gigi Sensitif
drg. Esti Cahyani Adiati
*Dokter Gigi Rumah Sakit Olahraga Nasional

G igi sensitif sering dialami oleh


banyak orang. Gigi sensitif
adalah rasa tidak nyaman pada gigi
yang ditandai dengan timbulnya
rasa ngilu atau nyeri tajam pada
gigi saat terkena rangsangan
panas, dingin, manis atau asam.
Gigi sensitif terjadi apabila lapisan
dentin gigi terbuka. Dentin gigi
memiliki ribuan tabung kecil yang berisi cairan dan mengarah langsung
ke ruang pulpa yang merupakan pusat saraf pada gigi. Dentin gigi
yang tidak terlindungi akan menyebabkan gigi semakin peka terhadap
rangsangan yang diterima.

Penyebab Gigi Sensitif


Gigi sensitif dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain:
1. Cara menyikat gigi yang salah. Penyikatan gigi yang dilakukan dengan keras
atau menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang terlalu keras dapat
merusak lapisan enamel pada gigi, sehingga lapisan dentin terbuka.
2. Kebiasaan menggertak-gertakan gigi. Kebiasan menggertak-gertak gigi
dapat menyebabkan terkikisnya permukaan enamel gigi.
3. Kerusakan pada gigi. Adanya kerusakan pada gigi berupa lubang pada gigi
(karies) serta gigi yang retak atau patah dapat menyebabkan terbukanya
lapisan dentin gigi, sehingga menyebabkan gigi sensitif.
4. Turunnya permukaan gusi. Radang pada gusi (gingivitis) dapat menye­

148 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


babkan turunnya permukaan gusi, sehingga akar gigi yang seharusnya
tertutup gusi menjadi terbuka. Selain itu, menyikat gigi terlalu keras juga
dapat menyebabkan turunnya permukaan gusi.
5. Makanan atau minuman yang bersifat asam. Kebiasaan mengkonsumsi
makanan atau minuman yang mengandung asam seperti cuka dan
minuman bersoda dapat melarutkan mineral-mineral gigi sehingga
merusak lapisan enamel gigi.

Cara Mengatasi Gigi Sensitif


Masalah gigi sensitif dapat diatasi. Berikut ini beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi dan mencegah gigi sensitif:
1. Gunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut. Hal ini berguna untuk
mengurangi pengikisan pada permukaan gigi dan menghindari iritasi pada
gusi.
2. Gunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif. Dengan menggunakan
pasta gigi yang mengandung bahan desensitasi (bahan untuk mengatasi
hipersensitifitas gigi) secara teratur, masalah gigi sensitif akan berkurang
secara perlahan.
3. Hentikan kebiasaan yang merusak gigi. Seperti menggertak-gertakan gigi
serta menggigit benda yang terlalu keras dapat mencegah terjadinya gigi
sensitif.
4. Hindari makanan yang dapat merangsang sensitivitas gigi. Apabila Anda
mengalami gigi sensitif, sebaiknya hindari makanan dan minuman yang
terlalu panas atau dingin, begitu pula yang terlalu asam atau terlalu manis.
5. Menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menyikat gigi secara rutin serta
rajin membersihkan sela-sela gigi menggunakan benang gigi dapat
mencegah terjadinya kerusakan gigi. Selain itu, jangan lupa untuk
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut Anda ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali. ( drg. Esti Cahyani Adiati)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 149


Pencegahan
Gigi Berlubang
drg. Sri Maryani
ps Sehat *Dokter Gigi Rumah Sakit Olahraga Nasional

G
Pencegahan
igi yang bersih dan kuat merupakan impian setiap orang. Maka untuk

Gigi Berlubang
menghindari sakit gigi diperlukan perawatan gigi secara berkala.
Terutama agar gigi tidak berlubang. Bukankah mencegah gigi berlubang lebih
baik daripada mengobati sakit gigi.

G
Walaupun tampak sederhana tapi perawatan gigi sering diabaikan.
igi yang bersih dan kuat merupakan impian 2. Karies Dentin, adalah karies yang sudah menca
Akibatnya gigi jadi mudah berlubang. Keadaan ini menyebabkan gigi terasa
setiap orang. Maka untuk menghindari sakit gigi dentin. Pada karies ini akan terasa ngilu ka
ngilu. Bahkan bisa sampai
diperlukan perawatan gigi secara berkala. ke tahap paroksisma(sakit
makan yang sangat
makanan manis, hebat)
asam atau dingin. R
tama agaryang gigidapat
tidakmengganggu
berlubang.aktivitas
Bukankah dan konsentrasi. Salah satubeberapa
ngilu bertahan penyebabwaktu.
gigi Sampai kura
berlubang
cegah gigi berlubang yaitu
lebih baikPlak. Plak mengobati
daripada itu sendiri merupakanlebih satu menit.
lapisan. Proses terjadinya
gigi. plak dimulai 20 menit setelah kita makan. Sisa 3. Karies Pulpa. Yaitu
sisa makanan karies yang sudah menca
yang menumpuk
Walaupun tampak sederhana tapi perawatan gigi jaringan pulpa. Sehingga terjadi peradangan pa
akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Bakteri ini cukup berbahaya
g diabaikan. Akibatnya gigi jadi mudah berlubang. pulpa. Rasa ngilunya terasa spontan, yang tid
karena mineral
aan ini menyebabkan gigi dapat
gigi terasa ngilu.larut
Bahkanatau luluh sehingga
bisa menimbulkan
terus menerus. karies. hilang timbul. Apa
Rasa sakitnya
pai ke tahap paroksisma(sakit yang sangat hebat) saat malam hari.
150
dapat mengganggu aktivitas
BUNGA dan
RAMPAI konsentrasi.
KESEHATAN OLAHRAGA
Salah satu penyebab gigi berlubang yaitu Plak. Plak Berikut beberapa tips untuk mencegah gigi berluban
endiri merupakan lapisan. Proses terjadinya plak 1. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta
lai 20 menit setelah kita makan. Sisa sisa makanan berflouride setelah makan dan sebelum tidur.
Ada tiga macam karies:
1. Karies Email. Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan
gigi yang terluar dan terkeras pada gigi). Pada karies ini akan terasa ngilu
kalau makan makanan manis, asam dan dingin. Rasa ngilu akan hilang bila
tidak menyantap makanan yang manis. asam atau dingin.
2. Karies Dentin, adalah karies yang sudah mencapai dentin. Pada karies ini
akan terasa ngilu kalau makan makanan manis, asam atau dingin. Rasa
ngilu bertahan beberapa waktu. Sampai kurang lebih satu menit.
3. Karies Pulpa. Yaitu karies yang sudah mencapai jaringan pulpa. Sehingga
terjadi peradangan pada pulpa. Rasa ngilunya terasa spontan, yang tidak
terus menerus. Rasa sakitnya hilang timbul. Apalagi saat malam hari.

Berikut beberapa tips untuk mence­gah gigi berlubang:


1. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berflouride setelah makan
dan sebelum tidur.
2. Pilihlah sikat gigi yang tepat, untuk membersihkan gigi. Pilihlah sikat gigi
yang memiliki kepala sikat yang kecil dan bulu sikat menyilang, sehingga
mudah menjangkau bagian dalam gigi.
3. Makan makanan yang bergizi. Hindari makanan yang manis dan lengket
4. Menggunakan benang gigi. Benang gigi atau dental floss bisa membantu
menghilangkan partikel kecil yang tersangkut di celah– celah gigi
5. Periksa gigi ke dokter gigi secara teratur 6 bulan sekali. Meskipun sedang
atau tidak sedang sakit gigi. (drg. Sri Maryani)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 151


Peran Gizi
Dalam Olahraga
Erfita Anasha Wiraida
*Staf Unit Gizi Rumah Sakit Olahraga Nasional

Nutrisi pada olahragawan penting pada saat


1. Masa awal di pusat latihan
2. Masa pertandingan
3. Saat hari-hari pertandingan
4. Setelah pertandingan

P restasi olahraga yang tinggi perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Salah


satu faktor yang penting untuk mewujudkannya adalah melalui gizi
yang balk, berkualitas, dan tepat sasaran. Pemberian makanan yang bergizi
tinggi mempengaruhi energi pada olahragawan. Penggunaan zat gizi pada
metabolisme anaerobik energi utama berasal dari karbohidrat. Sedangkan
pada metabolisme aerobik energi utama didapatkan pada karbohidrat dan
lemak.
Tahapan pemberian zat gizi disesuaikan dengan pemberian zat gizi pada
waktu di pusat latihan, masa pertandingan, hark hari pertandingan dan
setelah pertandingan. Mempersiapkan nutrisi pada olahragawan dimulai
dengan merencanakan kebutuhan zat gizi berupa karbohidrat, lemak, protein,
dan vitamin.

Karbohidrat
Untuk kebutuhan karbohidrat, diperlukan 60-70% dari total energy dengan
komposisi 95% karbohidrat kompleks (kentang, nasi, mie, bihun, crackers) dan
10% dari karbohidrat sederhana.

Lemak
Lemak di dalam tubuh berupa triglikerida, kolesterol, dan asam lemak.
Lemak merupakan sumber energy paling efisien. Semakin terlatih seorang

152 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


atlet maka semakin banyak lemak yang dimanfaatkan sehingga glikogen
lebih dihemat. Kebutuhan lemak sekitar 2030%. Asam lemak esensial harus
terdapat di dalam diet, sedangkan lemakjenuh harus direstrisi kurang dari
10%. Olahraga endurance memerlukan lemak yang cukup untuk sumber
energi.

Protein
Protein tidak memiliki dampak yang besar terhadap pembentukan energi,
namun diet atlet harus cukup protein untuk penyembuhan dan pertumbuhan
otot. Kebutuhan protein pada atlet sekitar 1,2 - 1,7 g/kg BB/hr, namun untuk
olahraga endurance diperlukan 1,2-1,4g/kg BB/hr. Pemberian protein hewani
dan nabati sebesar 50%:50%.

Vitamin dan Mineral


Vitamin dan mineral berperan sebagai koenzim dan kofaktor pada
pembentukan energi. Kebutuhan vitamin larut air (Vitamin B dan C) akan
meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi.

Kebutuhan Gizi Atlet


Kebutuhan kalori atlet dimulai dari masa latihan hingga setelah
pertandingan seharusnya direncanakan dan diberikan secara individu. Hal ini
diperlukan untuk memberikan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan dan cita
rasa seorang atlet.
Atlet pada masa di pusat latihan dengan cabang olahraga sedang, usia 27
tahun dan BBI 55 kg, wanita memerlukan kalori per hari sebesar 2530 kalori
dengan rincian protein (80 gram), lemak (70 gram), karbohidrat (395 gram).
Contoh menu makan slang Nasi 250 g
Sup timlo isi sayur 200 g Steak daging lada hitam 75 g
Mix tempe macaroni schotell 75 g Melon 200 g
(Erfita Anasha Wiraida)

Daftar Pustaka
• Purba (2006) Kardiovaskular dan Faal Olahraga
• Clark N (1996) Petunjuk gizi Soekarman (1987) Dasar Olahraga untuk Pembina,Pelatih dan
Atlet Yessis dan Turbo (1993) Rahasia Kebugaran dan Pelatihan Olahraga

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 153


Madu,Yang Menyehatkan
Ratih Sayidun
*Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

Ingin sehat ? Mudah saja. Cobalah rutin minum


madu. Si manis yang satu ini sungguh banyak
manfaatnya. Sekaligus menjadi obat pula.

M enurut Kang Dwin, pendiri


Budidaya Lebah Madu Segar
Shofi, madu memiliki komposisi
nutrisi dan enzym yang terbentuk
secara alami. Minuman manis tapi
menyehatkan ini dapat membantu
memperbaiki sel tubuh yang rusak.
Sel yang sehat dapat menghasilkan
zat imunitas, yang berfungsi untuk
melawan penyakit.

Madu asli
Seperti apa sih…madu asli itu ? Berikut ciri madu asli, hasil uji coba dari
Budidaya Lebah Madu Segar Shofi :
- Disukai semut. Madu asli akan didatangi semut. Karena binatang adalah
pendeteksi yang sensitif terhadap zat berbahaya. Binatang tidak akan
mengonsumsi madu yang dicampur zat kimia.
- Madu asli akan semakin mencair bila dibiarkan beberapa menit diudara
terbuka (minimal 5 menit). Karena sifat alami madu adalah mudah
menyerap kandungan air dalam udara atau disebut sifat higroskopis
(madu akan mengikat uap air diudara). Dan inilah alasan ilmiah mengapa
kemasan madu harus tertutup rapat. Cobalah ambil 1 sendok madu
dan letakan setengah jam diatas meja. Maka madu murni akan semakin
mencair/encer. Begitupun bila kita gunakan masker madu. Maka madu
diwajah akan banyak menetes karena makin encer dibandingkan saat
didalam toples.

154 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Manis yang menyehatkan
Ahli madu ini mengingatkan, mengonsumsi madu murni secara rutin
selama minimal 3 hari akan meningkatkan vitalitas tubuh. Caranya, minum
madu setiap pagi dan menjelang tidur, dalam kondisi perut kosong atau
sebelum makan. Cara terbaik minum madu, yaitu minum campuran madu
dengan air hangat. Atau lulur wajah dengan madu murni selama minimal
setengah jam, menghasilkan kulit wajah yang terasa lembab.
Madu tersusun dari protein, berbagai zat gula yaitu fruktosa, glukosa dan
sukrosa, beberapa mineral seperti besi, tembaga, mangan, kalsium, sodium,
belerang, potassium dan fosfor. Juga vitamin seperti vitamin B1 thiamin,
vitamin B2 flavin (Riboflavin), vitamin C, Vitamin A, vitamin B6, vitamin B3
dan vitamin B5. Vitamin – vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh
dan perlindungan dari penyakit. Madu banyak mengandung vitamin B2 flavin,
setara dengan kandungan flavin dalam daging ayam, 17 kali lipat lebih banyak
dibandingkan sari buah anggur dan apel segar, dan lima kali lipat lebih banyak
dibandingkan keju rendah lemak, strawberi dan wortel.

Madu juga diyakini sebagai sumber alami terbesar vitamin C. Bahkan


lebih banyak mengandung vitamin C dibandingkan sayuran hijau dan buah –
buahan. Karena serbuk sari (pollen) di dalam madu sangat kaya akan vitamin
C. Vitamin C berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh terhadap racun,
membantu tubuh menyerap zat besi, membentuk butiran sel darah merah
dan memelihara sel – sel hati. Kekurangan vitamin ini dapat melemahkan
daya tahan tubuh. Sehingga tubuh mudah diserang bakteri.
Sejak ribuan tahun lalu, madu sudah dimanfaatkan sebagai pemanis
alami. Madu merupakan asupan karbohidrat lengkap yang paling cepat
dapat diserap tubuh manusia. Sehingga menghasilkan energi , lebih cepat
dibandingkan dengan tepung dan gula. Hebatnya lagi, madu dengan cepat
menghasilkan energi di dalam tubuh. Tanpa harus melelahkan organ
pencernaan. Bahkan rasa manis yang terdapat pada madu itu, dua kali lipat
lebih manis dibandingkan gula tebu. Rasa manis pada madu, dihasilkan dari
gula buah (fruktosa), bukan dari gula sukrosa (gula tebu). (Ratih Sayidun)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 155


Infused Water
Minuman Menyehatkan
Ratih Sayidun
*Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional

Ingin sehat ? Mudah lho...Antara lain cukup minum air putih plus banyak
makan buah dan sayur. Ada cara praktis untuk mengonsumsi buah dan
sayur sekaligus air putih. Ini cara baru minum air putih yang dicampur
dengan potongan buah dan tanaman herbal. Namanya infused water.
Hmm...segarnya minum air putih yang telah dicampur dengan potongan
buah atau daun herbal. Infused water adalah minuman air putih yang
di dalamnya dimasukkan potongan buah - buahan dan tanaman herbal.
Kemudian direndam selama 30 menit, 2 jam, 4 jam hingga 6 jam. Supaya
sari buah dan tanaman herbal itu bercampur dengan air. Air yang digunakan
adalah air yang telah direbus sampai matang. Jangan menggunakan air panas.
Ingin tahu apa manfaat infused water dan bagaimana cara membuatnya
? Menurut Afin Murtie dan Marzuqi Yahya dalam bukunya yang berjudul
Infused Water, minuman yang menyehatkan ini menjadi alternatif praktis
dan menyenangkan. Terutama untuk Anda yang kurang menyukai minum air
putih. Dengan infused water, rasa air putih jadi lebih segar. Karena air putih
sudah bercampur dengan sari buah atau daun herbal. Rasa air putih tersebut
sesuai dengan buah atau daun herbal yang dicampur kedalam air putih.

156 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Manfaat
Sebenarnya bisa saja minum air putih saja dan makan buah segar. Namun
sebagian dari kita bisa jadi kurang suka minum air putih. Atau tidak suka
makan buah segar. Keadaan ini yang memicu berkembangnya infused water.
Apalagi negeri kita beriklim panas. Jadi sering haus terutama di siang
hari. Infused water bisa menjadi pilihan minuman yang menyehatkan. Karena
tidak mengandung gula tambahan, selain gula yang berasal dari buah -
buahan. Dengan mengonsumsi infused water, berarti kita mendapatkan dua
keuntungan. Yaitu manfaat minum air putih dan manfaat makan buah. Sensasi
minum air rasa buah yang segar ini menghasilkan manfaat ganda. Manfaat
air putih yaitu menghilangkan dehidrasi, menyegarkan tubuh, menyehatkan
ginjal dan meluruhkan racun. Dan manfaat buah sebagai sumber serat.
Buah - buahan yang digunakan adalah buah - buahan yang rasanya asam
atau bersifat acid. Rasa asam ini yang menciptakan sensasi segar pada infused
water. Biasanya buah yang digunakan adalah jeruk, lemon, strawberi, anggur,
aprikot, belimbing, ceri, delima, jamblang, jambu biji, buah naga, tomat, aneka
jenis buah beri dan mentimun. Dan tanaman herbal seperti jahe, kayumanis,
daun mint, akar alang - alang, daun binahong, cengkeh, daun jati belanda,
daun jeruk purut, daun salam, kemangi, daun pandan, sereh dan seledri.
Salah satu manfaat air dan buah - buahan adalah detoksifikasi dan
antioksidan. Artinya, membuang racun - racun dari dalam tubuh serta
melindungi tubuh dari pengaruh buruk polusi dan radikal bebas. Polusi
menyebabkan masuknya radikal bebas ke dalam tubuh. Seperti asap rokok,
asap kendaraan, asap pabrik dan sinar ultra violet matahari yang berlebihan.
Penderita asam lambung atau sering disebut maag, sebaiknya hati - hati
minum infused water. Pasalnya buah yang digunakan untuk membuat infused
water umumnya buah yang rasanya asam. Buah yang merangsang produksi
asam lambung yang menyebabkan sakit maag, sepertri jeruk, anggur,
semangka dan delima.

Penyembuhan
Zat - zat yang terkandung di dalam buah dan tanaman herbal secara
khusus dapat mengurangi gejala penyakit. Berikut ini manfaat infused water ;
• Kesehatan ginjal dan usus dapat dijaga dengan rajin mengonsumsi infused

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 157


water dicampur potongan buah anggur.
• Batuk berdahak bisa diredakan dengan
infused water yang mencampur buah
anggur dan irisan jahe.
• Gejala stroke dapat diredakan dengan
minum infused water yang mencampur
buah strawberi.
• Tekanan darah tinggi dan rematik bisa
diredakan dengan minum infused water
yang dicampur dengan irisan lemon.
• Sakit kepala dan mood yang kurang baik
bisa ditanggulangi dengan minum infused
water yang mencampur daun mint dan
jeruk lemon.
• Penyakit jantung dan diabetes dicegah
dengan rajin minum infused water yang
mencampur strawberi dan kiwi.
• Sembelit bisa dicegah dengan rajin minum
infused water yang mencampur daun mint,
jeruk nipis dan teh hijau.

Perbedaan
Infused water atau jus ? Persamaannya, keduanya sama - sama terbuat
dari campuran air, buah, sayur atau tanaman herbal. Sama - sama sebagai
minuman yang menyehatkan.
Tapi ada juga perbedaannya. Infused water dibuat dengan cara meredam
buah dan tanaman herbal ke dalam air matang selama beberapa waktu. Baru
kemudian diminum. Berbeda dengan jus. Jus dibuat dengan cara mencampur
buah atau sayuran dengan air, biasanya ditambah gula, susu atau madu, lalu
diblender. Dari segi pembuatannya sudah berbeda.
Berbeda pula cara mengonsumsinya. Infused water dikonsumsi setelah
buah direndam selama beberapa waktu. Maksimal 48 jam, di dalam kulkas.
Berbeda dengan jus yang harus segera diminum setelah dibuat. Karena rasa
dan kualitas jus akan menurun jika didiamkan selama beberapa jam. Meskipun

158 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


di dalam kulkas.
Juga berbeda bahan pembuatnya.
Bahan untuk membuat infused water
adalah buah yang rasanya asam/acid.
Tanaman herbal yang digunakan antara
lain jahe dan kayumanis. Berbeda
dengan jus yang menggunakan buah
yang rasanya manis. Infused water tidak
menggunakan bahan tambahan apapun selain air matang dicampur potongan
buah-buahan atau tanaman herbal. Sebaliknya, jus seringkali menggunakan
bahan tambahan seperti gula, susu dan madu.Tujuannya untuk memperkaya
rasa dan menambah nilai nutrisinya. Keunggulan infused water terletak pada
rasanya yang lebih segar tanpa adanya bahan tambahan lain.
Kendati demikian infused water dan jus adalah minuman yang
menyehatkan yang dapat dikonsumsi secara bergantian. Karena saling
melengkapi. Misalnya, infused water tidak mengandung serat buah. Karena
air rendaman yang diminum hanya menyerap sari buah saja. Sedangkan jus
mengandung serat dan terasa lezat karena dicampur susu, gula atau madu.

Infused water dan obat kimia


Infused water mengandung zat - zat yang terdapat dalam buah - buah
yang direndam bersama air putih. Ada beberapa jenis buah yang tidak
cocok bila diminum bersamaan dengan obat yang diresepkan dokter.
Karena dikhawatirkan akan membahayakan atau meniadakan khasiat obat
tersebut. Sebaiknya infused water tidak diminum bersamaan dengan obat
kimia. Beri jangka waktu sekitar 3 jam untuk minum infused water. Setelah
minum obat kimia. Berikut zat yang harus waspadai ;
Kafein . Kafein terdapat pada kopi dan teh. Infused water menggunakan
teh hijau sebagai salah satu campurannya. Untuk Anda yang sedang minum
obat jenis antibiotik enoxacin, ciprofloksasin atau norfloksasin sebaiknya
jangan minum teh dan minuman lain yang mengandung kafein. Karena bisa
memicu overdosis. Efeknya tubuh banyak berkeringat, jantung berdebar
dan gemetaran.
Vitamin C. Vitamin C banyak terdapat pada hampir semua buah -

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 159


buahan yang digunakan sebagai bahan membuat infused water. Karenanya
obat diminum jangan bersamaan dengan buah yang mengandung vitamin
C. Sebab akan menghambat proses metabolisme obat kimia dari jenis
antiinflamasi atau aspirin. Vitamin C yang dikonsumsi bersamaan dengan
obat - obat tersebut bisa menimbulkan rasa panas dan asam di perut.
Vitamin C banyak terdapat pada jeruk, semangka dan delima.
Tyramin. Zat ini ada dalam anggur merah, pisang dan alpukat. Zat ini
berbahaya kalau dimakan bersamaan dengan obat - obat antidepresi.
Dosis yang disarankan dalam pembuatan infused water adalah 100 gram
buah potong berbanding 100 ml air. Kalau ingin menggunakan 200 ml air,
Anda perlu menyiapkan 200 gram buah potong.
Dalam sehari kita membutuhkan 8 - 10 gelas air putih. Ini juga dosis
maksimal konsumsi infused water dalam sehari. Jika Anda dalam keadaan
sehat, tidak sedang minum obat kimia dan tidak memiliki penyakit yang
harus pantang buah, sayur atau herbal tertentu, boleh - boleh saja minum
8 gelas infused water. Namun sebaiknya mengonsumsi tidak lebih dari 4
gelas infused water dalam sehari. Bagaimanapun kita tetap membutuhkan
air putih biasa. (Ratih Sayidun )

160 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Khasiat Wortel
Bagi Kesehatan
dr. Rezki Permata Sari*
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

W ortel (Daucus carota) adalah sayuran yang ditanam sepanjang tahun,


terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan
lembab, kira-kira di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Wortel
makanan yang sangat bermanfaat penting untuk kesehatan, dikenal sebagai
sayuran yang mudah tumbuh, lezat dan bergizi tinggi. Baik anak-anak dan
orang dewasa menyukai wortel karena mempunyai rasa manis dan teksturnya
yang renyah.
Khasiat wortel boleh dibilang sangat banyak dikarenakan kandungan
didalamnya. Beberapa dari kandungan gizi atau nutrisi pada wortel tersebut
adalah: vitamin A, karbohidrat, kalsium, zat besi, fosfor, kalium, sodium,
magnesium, vitamin B, vitamin C.
Jika dibandingkan dengan jenis sayuran lain wortel tidak kalah memiliki
banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan, setidaknya dengan mengkonsumsi
wortel secara berkala maka manfaatnya pun dapat dirasakan oleh tubuh.
Berikut ini manfaat wortel bagi kesehatan.

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 161


Mencegah Kanker
Banyak penelitian menunjukkan bahwa makan wortel dapat membantu
menurunkan resiko kanker payudara, kanker paru-paru dan kanker usus. Baru-
baru ini, peneliti telah mengisolasi senyawa yang disebut falcarinol dalam
wortel yang mungkin sebagian besar bertanggung jawab untuk manfaat
anti-kanker. Falcarinol adalah pestisida alami yang ditemukan dalam wortel
yang melindungi akar dari penyakit jamur. Dalam makanan sehari-hari, wortel
hampir satu-satunya sumber dari senyawa ini.

Meningkatkan Penglihatan Mata


Retina mata membutuhkan vitamin A untuk berfungsi. Kekurangan vitamin
A menye­bab­kan kebutaan malam. Wortel kaya akan beta-karoten, zat yang
diubah menjadi vitamin A dalam hati. Pada retina, vitamin A berubah menjadi
rhodopsin, pigmen ungu yang diperlukan untuk penglihatan malam. Selain
itu, beta-karoten membantu melindungi terhadap degenerasi macular dan
mencegah katarak. Sebuah studi menemukan bahwa orang yang makan lebih
banyak mengandung Beta-karoten memiliki risiko 40 persen lebih rendah dari
degenerasi macular dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit.

Mencegah Penyakit Jantung


Studi menunjukkan bahwa diet tinggi karotenoid berhubungan dengan
rendahnya resiko penyakit jantung. Juga, diyakini bahwa konsumsi secara
teratur wortel mengurangi kadar kolesterol. Serat larut dalam wortel dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol darah dengan mengikat dan
menghilangkan asam empedu, kolesterol pemicu akan ditarik keluar dari
aliran darah.

Mengurangi Risiko Stroke


Menurut penelitian dari Harvard University, orang yang makan lebih dari
enam wortel seminggu sangat kecil kemungkinannya untuk menderita stroke
dibanding mereka yang makan hanya satu wortel sebulan atau lebih.

162 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Memelihara Kulit
Wortel memiliki sifat pembersihan yang kuat yang efektif dalam
mendetoksifikasi hati, sehingga sangat efektif untuk jerawat yang disebabkan
oleh racun dari darah. Wortel juga berguna untuk mengobati warna kulit tidak
merata akibat pigmentasi. Vitamin A dan zat gizi lainnya yang terkandung
dalam wortel efisien memelihara kulit, mencegah kulit kering dan noda kulit
lainnya.

Anti Penuaan/Anti-aging
Wortel mengandung banyak beta-karoten, yang berfungsi sebagai anti
oksidan yang membantu tubuh untuk melawan radikal bebas. Hal ini juga
membantu memperlambat penuaan sel dan berbagai efek negatif terkait
dengan penuaan.

Kesehatan Gigi
Wortel bahkan dapat membantu mem­bersih­kan gigi, dan merupakan cara
terbaik untuk menjaga mulut bersih setelah makan. Wortel bertindak sebagai
pembersih alami yang membantu menghilangkan kotoran dan wabah dari gigi
dan gusi. Wortel juga memicu banyak air liur, yang membantu menghilangkan
noda pada gigi. Mineral dalam wortel membantu membunuh kuman di mulut
dan mencegah kerusakan gigi.
Melihat uraian diatas bisa dipastikan jika wortel memang memiliki banyak
manfaat. Bagi Anda yang tidak menyukai wortel mulai sekarang sedikit demi
sedikit biasakan untuk mengkonsumsinya. Manfaat wortel akan terasa bagi
kesehatan jika dikonsumsi secara rutin. (dr. Rezki Permata Sari)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 163


CURCUMIN:
suplemen pencegah
cedera otot pada atlet?
dr. Lastri Diyani Siregar
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

L atihan fisik yang berat dapat menyebabkan hipoksia. Keadaan hipoksia


akan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan metabolisme
aerob melalui fosforilasi oksidatif menjadi metabolisme anaerob melalui
jalur glikosis dengan meng­gunakan cadangan glikogen untuk menghasilkan
glukosa. Cadangan glikogen akan menurun dan berakibat penumpukan asam
laktat.
Latihan berat juga dapat meningkatkan radikal bebas. Hal ini karena
dalam keadaan normal dapat terjadi kebocoran elektron sepanjang rantai
pernafasan sel dan menghasilkan radikal bebas yang masih bisa dilawan

164 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


dengan antioksidan endogen tubuh. Namun dalam keadaan hipoksia,
terjadi peningkatan proses respirasi sel karena energi (ATP) berkurang dan
jumlah radikal bebas yang terbentuk meningkat. Ketidakseimbangan ke­
mampuan antioksidan alami tubuh menyebabkan stress oksidatif, sehing­ga
tubuh memerlukan antio­ksidan eksogen dari luar tubuh untuk mencukupi
kebutuhan antioksidan melawan radikal bebas, agar tidak terjadi cedera otot.
Pencegahan cedera otot saat ini masih bertumpu pada upaya conditioning
pre exercise. Conditioning meningkatkan kapasitas otot secara bertahap
untuk menahan beban stress fisik setinggi mungkin dan selama mungkin.
Namun conditioning tidak melindungi otot dari kerusakan. Conditioning
dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas seperti trapping, rolling, dan
warming up. Kelemahan dari konsep conditioning adalah cadangan energi
yang dibutuhkan saat bertanding terkuras lebih dini dan bila tidak dilakukan
dengan metode yang tepat, conditioning berpotensi menyebabkan cedera
otot pra pertandingan.
Melakukan pemanasan atau conditioning sebelum berolahraga sebenarnya
penting dilakukan. Dengan begitu otot tidak sampai mengalami kerusakan.
Sayangnya tak sedikit dari kita bahkan setingkat atlet profesional di Indonesia
yang ternyata mengabaikan hal ini. Mereka tahu resikonya, namun enggan
melakukannya.
Ekstrak curcumin pada kunyit dan temulawak ternyata berpotensi
melindungi otot dari kerusakan akibat radikal bebas. Tanaman temulawak
dan kunyit mengandung curcumin yang merupakan tanaman herbal yang
mempunyai efek antioksidan. Curcumin diusulkan sebagai pelindung otot dari
kerusakan (muscle protector), diberikan melalui suplemen sebelum olahraga.
Curcumin merupakan herbal asli orang Indonesia yang mudah ditemukan,
dikonsumsi dari generasi ke generasi, aman dan tidak termasuk bahan yang
dilarang dikonsumsi oleh LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia).
Aspek hayati curcumin telah lama diketahui kinerjanya sebagai anti­
inflamasi, antimikroba, dan antihe­pato­toksik. Dan saat ini penelitian terha­
dap manfaat penggunaan curcumin terus berkembang. Bahkan tidak hanya
pada atlet saja namun juga pengg­unaanya sebagai anti kanker memberi
pandangan baru untuk terus diteliti.
Dari suatu penelitian terhadap atlet sepak bola didapatkan bahwa

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 165


pemberian ekstrak temulawak dengan kadar cucurmin 750mg terbaik dalam
menurunkan kadar asam laktat secara signifikan pada atlet. Sedangkan dari
penelitian berbeda yang dilakukan terhadap atlet balap sepeda didapatkan
hasil yang sama yaitu performa atlet meningkat karena curcumin melindungi
otot dari kerusakan akibat radikal bebas. Curcumin yang diberikan 24 jam
sebelum olahraga dapat melindungi protein otot dari aktivitas oksidasi protein
yang dekstruktif melalui mekanisme inhibisi oksidasi protein.
Dari aspek farmakologinya, curcumin, apabila diberikan secara oral,
maka didalam tubuh dia akan mencapai dosis puncak dalam waktu 1-2
jam, kemudian turun drastis kadarnya dalam darah dengan distribusi ke
jaringan sangat sedikit. Namun curcumin terakumulasi banyak dalam mukosa
usus dan ini menjadi keuntungan bagi atlet dengan masalah radang pada
saluran cerna. Untuk menghindari penurunan kadar drastis, ini maka dalam
prosesnya, ekstrak curcumin dimurnikan menggunakan pelarut khusus,
kemudian dikeringkan sampai menjadi bubuk. Minuman ini disajikan dengan
cara menggunakan pelarut dari minyak jagung.
Apabila mengkonsumsi kunyit atau temulawak langsung, maka kandungan
curcumin adalah sekitar 2% dari berat kunyit atau temulawak tersebut. Jadi
misalnya dalam 1sendok makan kunyit atau temulawak (6,8gr) maka terdapat
136mg curcumin. Zat curcumin tidak beracun dan dapat dikonsumsi hingga
12gr/hari secara aman. Namun perlu diingat bahwa zat ini juga merupakan
antikoagulan potensial sehingga orang dalam pemakaian obat antikoagulan
perlu berhati-hati dan konsultasi dengan dokter sebelum menggunakan
suplemen curcumin.
Sampai saat ini telah banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh
dari zat curcumin yang telah diketahui dari dulu ataupun dari berbagai
banyaknya penelitian yang masih terus berkembang. Oleh karena itu
sangatlah perlu untuk menjadikan curcumin dalam kunyit dan temulawak
sebagai suplemen wajib yang dikonsumsi pada pusat pelatihan atau klub
olahraga dan masyarakat luas. (dr. Lastri Diyani Siregar)

166 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


Melindungi Kulit
Saat Aktifitas Outdoor
dr. Anang Basuki Maharjito
*Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional

O lahraga/aktifitas di luar ruangan


(outdoor) memang menye­
nangkan dan bermanfaat bagi
kesehatan. Tetapi kebanyakan orang
beraktifitas di luar ruangan hanya
mengenakan baju yang minimal
sehingga meningkatkan resiko
kerusakan kulit karena paparan sinar
matahari.
Menurut penelitian, lebih dari 25
persen kasus kerusakan kulit akibat
paparan sinar matahari terjadi pada
masa anak-anak. Kerusakan kulit
karena paparan sinar matahari disebabkan oleh sinar ultraviolet B (UVB)
dan sinar ultra violet A (UVA). UVB dengan panjang gelombang 290-390 nm
menyebabkan kerusakan kulit hingga kanker kulit, dimana 90 % kasus kanker
kulit terjadi pada area yang terpapar sinar matahari. Padahal, kanker kulit
merupakan jenis kanker yang paling memungkinkan untuk bisa dicegah. UVA
dengan panjang gelombang 320-400 nm menyebabkan keriput dan penuaan
kulit lebih cepat. Tanning atau perubahan warna kulit menjadi kecoklatan
merupakan tanda awal dari kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari.

Bagaimana cara pencegahan kerusakan akibat paparan sinar matahari ?


Untuk dapat beraktifitas outdoor dengan tenang dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari, berikut beberapa tipsnya:

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 167


1. Pakaian
Pakaian merupakan lini pertama pertahanan terhadap paparan sinar
matahari. Semakin banyak area yang tertutup pakaian, maka semakin balk.
T-Shirt dengan lengan panjang lebih baik dibanding lengan pendek,
khususnya jika berkerah panjang yang menutupi leher bagian belakang.
Begitu juga celana panjang lebih baik digunakan dibanding celana pendek.
Beberapa merk pakaian menyer­takan UPF pada labelnya. UPF (Ultraviolet
Protection Factor) merupakan satuan yang menunjukkan seberapa besar
fraksi radiasi sinar UV yang bisa menembus pakaian. Semakin tinggi UPF
maka perlindungannya semakin bagus. Misalnya pakaian dengan UPF 50
maka hanya 1/50 dari radiasi sinar matahari yang akan mencapai kulit.
Tshirt berbahan katun dengan warna putih mempunyai UPF 3. Pakaian
warna gelap lebih baik dalam memblok radiasi UV

2. Sunblock / tabir surya


Tabir surya /sunblock merupakan
faktor penting dalam perlindungan
kulit akibat paparan sinar matahari.
Cara memilih dan memakai sunblock:
• Pilih sunblock dengan spektrum
luas yang meliputi perlindungan
untuk UVA dan UVB.
• Gunakan sunblock dengan SPF
30-50. Penelitian menunjukkan
bahwa pemakaian SPF diatas 50
tidak menunjukkan manfaat.
• Sunblock dioleskan secara merata
pada kulit 1,5 jam sebelum aktifitas outdoor
• Dosis rata-rata pada orang dewasa yaitu 1-2 ons untuk sekali ales
• Oleskan kembali sunblok tiap 1-2 jam saat beraktifitas
• Untuk aktifitas renang, gunakan sunblock yang tahan air (water ressistant)

168 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


3. Kacamata UV
Katarak sebagai penyebab utama
kebutaan juga merupakan akibat yang
bisa ditimbulkan dari paparan sinar
matahari. Pakailah kaca mata dengan
UV protection untuk menghindari
paparan langsung sinar matahari.

4. Topi
Direkomendasikan untuk meng­
gu­nakan topi dengan lebar 4 inchi
sebagai pelindung kepala

5. Waktu Beraktifitas
Hindari aktifitas outdoor pada jam 10 pagi sampai jam 15.00 sore.
Rencanakan aktifitas outdoor pada awal pagi hari atau sore menjelang senja.

6. Minum Cukup Cairan


Dianjurkan minum cairan setiap maksimal 2 jam sekali pada aktifitas
outdoor. Cairan akan menjaga kelembapan kulit dan mengurangi resiko
dehidrasi.
Mengingat banyaknya akibat yang bisa
timbul oleh paparan sinar matahari, maka pencegahan menjadi hal utama
yang praktis untuk dilakukan. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada
mengobati. (dr. Anang Basuki Maharjito)

Sumber: Dr. Mark Herron, MD, board-certified in Dermatology and Pediatric Dermatology, www.
acms.org

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 169


Puasa
Yang Menyehatkan
drg. Esti Cahyani Adiati
*Dokter Gigi Rumah Sakit Olahraga Nasional

B ulan Ramadhan segera tiba. Umat Islam akan menjalankan ibadah puasa
pada Bulan tersebut selama sebulan penuh. Selain untuk beribadah,
ternyata beberapa pene­liti­an ilmiah berhasil membuk­tikan bahwa puasa
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat puasa bagi kesehatan:
• Puasa dapat menurunkan risiko kanker.
Menurut American Journal of Physiology Study, berpuasa dalam jangka
waktu tertentu memperlambat cell division. Hal ini menunjukkan bahwa
puasa berpeluang untuk mengurangi risiko kanker.
• Membantu kinerja jantung.
Berpuasa dapat mencegah penyakit jantung dan resistensi insulin.
Penelitian dari Utah’s Intermountain Medical Center menemukan bahwa
pada 200 orang laki-laki dan perempuan, kelompok yang berpuasa satu hari
dalam sebulan 58% lebih sedikit memiliki penyakit jantung dibandingkan
dengan yg tidak.
• Menormalkan insulin dan leptin.
Berpuasa menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber
energi utama. Tubuh yang lebih banyak menggunakan lemak sebagai
energi utama, dibandingkan dengan gula memiliki risiko penyakit kronis
yang lebih rendah.
• Merangsang hormon pertumbuhan.
Penelitian menunjukkan berpuasa dapat mening­katkan HGH yang
memiliki peranan penting pada kesehatan, fitness dan mengurangi proses
penuaan. HGH juga merupakan hormon yang membakar lemak.
• Menurunkan kadar kolesterol.
Sebuah penelitian di Uni Emirat Arab menyimpulkan bahwa saat berpuasa
terjadi penurunan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol rendah
meningkatkan kesehatan jantung, sehingga dapat mengurangi risiko
terserang penyakit jantung atau stroke.

170 BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA


• Mengurangi radikal bebas pada sel.
Puasa juga menghambat kerusak­an oksidatif pada protein seluler, lipid
serta asam nukleat yang berhubungan dengan penuaan dan penyakit.
• Mengurangi kebiasaan buruk.
Berpuasa adalah salah satu cara yang tepat untuk mengubah gaya hidup
yang tidak sehat. Berpuasa dapat menghentikan kebiasaan seperti
merokok dan pola makan yang tidak teratur.
• Mencegah penyakit diabetes.
Diabetes dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dan kolesterol yang
terdapat dalam tubuh. Saat berpuasa konsumsi gula dan makanan yang
berlemak akan lebih terkontrol, sehingga pada akhirnya dapat mencegah
diabetes dan penyakit turunannya.

Berikut ini adalah beberapa tips sehat dalam menjalankan puasa:


1. Jangan lupakan makan sahur.
Agar tubuh dapat menjalankan fungsi dengan baik saat berpuasa, sel-sel
tubuh membutuhkan gizi dan energi dalam jumlah cukup. Saat sahur,
pilih makanan berserat dan berprotein tinggi, dan hindari terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang manis-manis.
2. Segerakan berbuka puasa.
Untuk memulihkan energi setelah berpuasa, makanlah karbohidrat
sederhana yang terdapat dalam makanan manis. Makanan yang mengan­
dung gula mengembalikan energi kita yang terkuras seharian. Usahakan
menghindari minum es atau yang bersoda, karena jenis minuman ini
dapat membuat pencernaan tak berfungsi secara normal.
3. Makanlah secara bertahap setelah berbuka.
Hindari langsung menyantap habis hidangan yang disediakan saat berbuka
puasa. Setelah seharian berpuasa, sebaiknya jangan langsung menyantap
hidangan dalam jumlah besar. Makanlah makanan manis, seperti kolak,
atau minum teh hangat. Istirahatkan sesaat sambil memberi waktu organ
cerna kita menyesuaikan. Setelahnya, Anda dapat melanjutkan kembali
makan makanan yang lebih berat seperti nasi dan lauk-pauknya. Setelah
Tarawih dilanjutkan lagi dengan makanan kecil atau camilan.
4. Konsumsi cukup air.
Tubuh membutuhkan air untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Agar
kebutuhan tubuh tercukupi, aturlah agar Anda minum delapan gelas air
sebelum menjalani puasa esok hari. (drg.Esti Cahyani Adiati)

BUNGA RAMPAI KESEHATAN OLAHRAGA 171

Anda mungkin juga menyukai