KESEHATAN OLAHRAGA
Penerbit
ISBN 978-602-73002-1-7
Penyunting
dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG
drg. Esti Cahyani Adiati
Penerbit
Rumah Sakit Olahraga Nasional
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
Jl. Jambore Raya No.1, Cibubur, Jakarta Timur
Cetakan Pertama, Desember 2015
KATA PENGANTAR
PENYUSUN
Dr. dr. BASUKI SUPARTONO, Sp.OT, FICS, MARS
Assalamualaikum Wr Wb
Salam Olahraga !!
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT – Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
kita masih diberi kesehatan dan kesempatan hingga hari
ini.
Rumah Sakit Olahraga Nasional di bawah Kementerian
Pemuda dan Olahraga telah banyak memberikan
terobosan-terobosan dalam upaya pelayanan kesehatan olahraga di Indonesia.
Pelayanan kesehatan terhadap Atlet Nasional di Rumah Sakit Olahraga Nasional
sudah berjalan dengan baik, pelatihan-pelatihan untuk mencegah terjadinya
cedera olahraga juga sudah banyak dilakukan, pemeriksaan kesehatan bagi
Atlet Nasional pun sering dilaksanakan di Rumah Sakit Olahraga Nasional.
Kehadiran Buku Bunga Rampai Kesehatan Olahraga ini merupakan
terobosan baru yang berguna untuk meberikan ilmu pengetahuan bagi
seluruh masyarakat Indonesia mengenai kesehatan olahraga. Kesehatan
dan Olahraga merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Kondisi kesehatan
atlet yang optimal berperan penting pada pencapaian prestasi atlet yang
maksimal, khususnya dalam perkembangan dunia olahraga di Indonesia.
Lebih jauh, Buku ini turut mendukung NAWACITA Kabinet Kerja saat ini yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Pada kesempatan ini pula saya mengajak kepada seluruh stakeholder di
Wassalamualaikum Wr Wb
Imam Nahrawi
Assalamualaikum Wr Wb
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas segala limpahan berkat dan nikmat-Nya kita
masih diberikan kesehatan hingga saat ini.
Kami merasa bangga dengan hadirnya Buku Bunga
Rampai Kesehatan Olahraga ini. Buku ini merupakan
sebuah karya yang kami sambut baik dan kami harapkan
dapat memberikan manfaat baik untuk masyarakat luas
maupun bagi insan olahraga Indonesia. Karena, pada
dasarnya kesehatan dan olahraga merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi positif kepada Rumah Sakit
Olahraga Nasional atas terbitnya hasil karya yang baik ini. Buku ini merupakan
salah satu bentuk sumbangsih Kementerian Pemuda dan Olahraga terhadap
dunia olahraga di Indonesia. Dengan hadirnya Buku ini kita juga dapat melihat
adanya potensi yang baik dalam hal penulisan karya ilmiah di Rumah Sakit
Olahraga Nasional. Potensi ini harus terus digali dan dikembangkan demi ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan olahraga.
Dengan adanya Buku Bunga Rampai Kesehatan olahraga ini, diharapkan
angka kejadian cedera olahraga di Indonesia dapat menurun. Selain itu,
pemanfaatan Rumah Sakit Olahraga Nasional sebagai rumah sakit dengan
unggulan kesehatan olahraga juga dapat meningkat. Semakin banyak angka
Wassalamualaikum Wr Wb
Sekretaris Kementerian
Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia
S
PENDAHULUAN
S etiap atlet pasti ingin berprestasi. Menjadi yang terbaik, menjadi juara
etiapidaman
adalah
menjadi
atlet tidak
pastihanya
juara
inginbagiberprestasi.
adalah idaman tidak
Menjadi
para atlet sendiri,
hanya
namunyang
bagi
pelatih, pengurus cabang olahraga, organisasi olahraga, insan olahraga,
terbaik,
juga bagi
para
para
atlet
dengan
atlet ditu
tinggi d
sendiri, namun juga bagi para pelatih, pengurus cabang
keluarga, bangsa dan negara. Menjadi juara adalah hasil proses latihan yang ber
olahraga, organisasi olahraga, insan olahraga, keluarga, bangsa dan
dan kompetisi yang baik. Proses yang baik membutuhkan masukan yang lagi pada
negara.
baik yangMenjadi juarabanyak
dipengaruhi adalah hasil diantaranya
variabel proses latihan
adalahdan kompetisi
mental, sosial, Pos
yang baik. Proses yang baik mem butuhkan masukan yang baik
spiritual, fisik dan medis. Semua struktur sel, jaringan, organ dan sistem yang menyeb
dipengaruhi banyak
tubuh atlet harus variabel
dapat diantaranya
berfungsi dengan baikadalah mental,
dan optimal agar sosial,
dapat
simetris
spiritual, fisik dan medis. Semua struktur sel, jaringan, organ dan (loading
menghasilkan performa terbaik sebagai jalan meraih prestasi tertinggi.
sistem tubuh atlet harus dapat berfungsi dengan baik dan optimal akan m
Banyak faktor yang memengaruhi fungsi tersebut agar berjalan dengan baik
agar dapat menghasilkan dan flek
dan optimal. Salah satu faktorperforma
yang pentingterbaik sebagai
dan utama adalahjalan
posturmeraih
tubuh
biasa ke
prestasi tertinggi.
yang baik. Banyak faktor yang memengaruhi fungsi tersebut
menjadi
agar berjalan dengan baik dan optimal. Salah satu faktor yang
dapat
penting dan utama adalah posturBUNGA
tubuh yangKESEHATAN
RAMPAI baik. OLAHRAGA 3
Edisi keempat Tahun
Urgensi Postur tubuh yang baik
Postur tubuh yang baik sangat penting bagi atlet karena postur yang baik
membuat tubuh menjadi simetris dan seimbang sehingga distribusi beban
tersebar merata ke seluruh tubuh membuat tubuh menjadi kokoh. Tubuh
seperti ini ideal bagi atlet untuk meraih prestasi. Tubuh yang simetris dan
kokoh akan memberikan stabilitas, keseimbangan, kekuatan, daya tahan, dan
kelenturan yang memungkinkan atlet melakukan seluruh aktifitas dan beban
tanpa gangguan. Berbeda dengan orang biasa (bukan atlet), atlet dituntut
melakukan aktifitas yang tinggi dan mampu menahan beban yang berat baik
di saat latihan terlebih lagi pada saat kompetisi.
Postur tubuh yang kurang baik menyebabkan tubuh menjadi tidak
simetris sehingga distribusi beban (loading) menjadi tidak merata yang
akan menurunkan stabilitas tubuh dan fleksibilitas gerakan. Bagi orang biasa
kelainan tubuh mungkin tidak menjadi masalah namun bagi atlet dapat
menjadi petaka. Kelainan postur membuat atlet mudah lelah (fatigue) dan
mudah cedera. Cedera atau trauma yang minimal saja namun bila berlangsung
terus menerus, dalam waktu lama sudah cukup untuk menimbulkan
kerusakan struktur jaringan tubuh dan anggota gerak. Jaringan tersebut
misalnya jaringan lunak seperti otot, syaraf, tulang rawan, meniskus, ligamen
dan jaringan keras seperti tulang dan persendian. Kerusakan struktur jaringan
tubuh akan menimbulkan penurunan aktifitas biokimia seluler yang pada
akhirnya menimbulkan penurunan fungsi tubuh dan menimbulkan penyakit.
Penyakit yang sering terjadi akibat kelainan postur tubuh adalah pengapuran
(osteoartritis) sekunder. Pengapuran adalah kerusakan jaringan pelapis sendi
(tulang rawan) disebut sekunder karena terjadi akibat beban berat, yang
berulang-ulang pada atlet dengan kelainan postur tubuh. Osteoarthritis
sekunder dapat mengenai leher, bahu, lutut dan persendian lainnya. (Gb.1)
Gambaran klinis yang sering terjadi adalah nyeri, kekakuan sendi dan gangguan
pergerakan, pembengkakan dan deformitas.1 Hal tersebut akan mengganggu
aktifitas latihan dan kompetisi serta menurunkan performa atlet. Kalau sudah
demikian atlet akan sering sakit dan prestasinya tidak akan stabil, naik - turun
dan sulit meraih prestasi terbaiknya.
Postur tubuh yang baik penting sebagai pertimbangan dalam pemanduan
bakat, penerimaan atlet, dan perencanaan latihan. Pemanduan bakat ini
momen yang penting dan perlu dilakukan sedini mungkin, prosesnya melalui
1.2. Pemeriksaan tulang belakang
Pemeriksaan postur tulang belakang bertujuan mencari ada tidaknya
kelainan bentuk yaitu skoliosis. Pemeriksaan dilakukan dalam dua posisi
yaitu posisi berdiri tegak dan membungkuk. Prosedur pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
Pemeriksa menjelaskan kepada atlet prosedur yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan pemeriksaan. Selanjutnya pemeriksa meminta
atlet membuka alas kaki, berdiri dengan posisi tegak dan anatomis dan
melepas baju. Baju dilepas dengan maksud agar pemeriksa dapat melihat
dengan jelas postur tulang belakang tanpa terhalang pakaian. Pemeriksa
melihat dari tiga arah yaitu dari belakang (posterior), depan (anterior)
dan samping atlet. Pemeriksa melihat tiga hal penting yaitu kesegarisan,
kesimetrisan dan ada tidaknya tonjolan di tulang belakang (rib hump). Dari
posterior kesegarisan dikenali dengan memperhatikan leher, punggung
Gb. 10. Pemeriksaan Ronsen Skoliosis Gb.11. a. Hasil Pemeriksaan form metri, b. Pemeriksaan form metri)
(koleksi pribadi)
ini sebenarnya mudah dengan memasang arch support di dalam sepatu atlet
(Gb.16). Sepatu yang telah diberi alat tersebut harus terus dipakai selama
atlet beraktifitas baik saat berlatih maupun kompetisi. Kelainan asimetris
pelvis menyebabkan atlet mudah lelah pada sendi panggul dan bahkan nyeri.
Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi peradangan jaringan lunak pada
otot paha dan punggung. Kelainan ini juga dapat menyebabkan efek kerusakan
bagian tubuh yang lain misalnya pengapuran sendi lutut atau persendian
tulang belakang. Koreksinya dengan memasang insole di dalam sepatu atlet
(Gb.17). Sepatu tersebut harus terus dipakai selama atlet beraktifitas.
Genu varum dapat menimbulkan keluhan nyeri di bagian dalam lutut
pasca berlatih dan bahkan nyeri. Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi
peradangan lapisan tulang rawan atau pengapuran sendi lutut. Kondisi ini
sangat mengganggu atlet, terutama pada cabor beladiri, permainan bola dan
lainnya. Lutut seperti ini sebaiknya diberi proteksi dengan memasang knee
support (Gb.18). Tulang belakang yang tidak simetris dapat menimbulkan
keluhan pegal atau nyeri. Nyeri dirasakan terutama bila telah terjadi
peradangan jaringan lunak fascia, otot, dan jaringan lunak lainnya pada
persendian tulang belakang. Kondisi ini bila dibiarkan dapat menyebabkan
efek kerusakan jaringan pada bagian tubuh lainnya seperti leher atau lutut.
Sebaiknya atlet mengantisipasinya dengan memakai sejenis korset yaitu
Penutup
Tulisan di atas telah mengulas mengenai postur tubuh atlet, urgensi,
peranannya, pengenalan, dan penyikapannya. Semoga tulisan singkat ini
dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita semua para insan olahraga
dalam upaya peningkatan prestasi olahraga Indonesia.
Daftar Pustaka
1. Supartono B. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan?. Majalah Media Informasi RSON.
Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
2. Khodaee M, Madden CC, Putukian M. The Preparticipation Physical Evaluation. In: Madden CC,
Putukian M, Young CC, McCarty E, editors. Netter’s Sports Medicine. Philadelphia: Saunders
Elsevie; 2010. p.10
3. Salter R. Common Normal Variation. In: Salter R. Textbook of Disorder and Injuries of The
Musculoskeletal System. 3rd ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 1999. p.117-29.
4. Solomon L, Wakeley C. Orthopaedic diagnosis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. p.3-28
5. Birch JG. The Orthopaedic Examination: Clinical Application. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s
Pediatric Orthopaedic. Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.61-8
6. Gamma R, Supartono B, Nurohowati N. Pengaruh Skoliosis Terhadap Timbulnya Osteoartritis Lutut
Sekunder Pada Atlet (Skripsi). Fakultas Kedokteran UPN “Veteran Jakarta”. 2015.
7. Czaprowski D, Kotwicki T, Pawloska P, Stolinski L. Joint Hypermobility in Children With Idiopathic
Scoliosis. Scoliosis Journal. 2011;6(22):1-10
8. Nejad T, Daneshmandi H. The Study of Knee Alignment in Elite Soccer Player. International Journal
of Sport Studies. 2013;3(3):242-45
9. Diers. Diers formetric 4D. Diers Biomedical Solutions; 2009.
10. Serodio K. What Brand of Footwear is Best? [Internet]. 2015 May. [Cited 2015 Nov 23]. Available
from: www.hamptonpt.com/what-brand-of-footwear-is-best/
11. Roy H, Bhattacharya K, Deb S, Ray K. Arch Index: An Easier Approach for Arch Height (A Regression
Analysis). Al Ameen J Med Sci.2012;5(2):137-46
12. Diers. Diers Pedoscan. Diers Biomedical Solutions; 2009.
13. Richards BS, Sucato DJ, Johnston CE. Scoliosis. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s Pediatric
Orthopaedic. Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.206-307
14. Johnston CE, Young M. Disorders of the leg. In: Herring JA, editor. Tachdjian’s Pediatric Orthopaedic.
Vol.1. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014. p.713-60
15. Thomson J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition. Saunders. Philadelphia. 2010. p.332
S alah satu kesuksesan atlet di negara maju berawal dari sumbangan ilmu
pengetahuan olahraga dan ilmu kedokteran serta ilmu lainnya. Tidak
disangsikan bahwa bermutunya pertandingan olahraga akibat dari ilmu
pengetahuan. Latihan di kalangan atlet andalan dalam mempersiapkan
pertandingan mengacu pada hasil penelitian dan kajian serta pengamatan
ilmiah.
Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan
olahraga yakni:
• Ilmu pengetahuan yang mengarah pada hubungan sebab akibat dari
prestasi rekor.
• Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan prestasi tinggi dalam arti
luas memusatkan perhatian kepada penelitian dan realisasi perkembangan
sejak usia muda sampai prestasi puncak hingga stabilisasi tingkat prestasi.
• Ilmu pengetahuan dalam usaha pengembangan metode terbaik dalam
menangani atlet dunia melalui upaya peningkatan prestasi sebagai
penjabaran dari program latihan efektif, adanya inovasi dari bidang
peralatan serta fasilitas
Genetik
Faktor genetik diperkirakan dapat mempengaruhi 20 - 30% dari nilai
VO2Max seseorang.
Usia
Faktor usia akan mempengaruhi nilai dari VO2Max. Pada anak-anak nilai
VO2Max akan sama pada jenis kelamin laki - laki maupun perempuan sampai
usia 12 Tahun, kemudian pada usia 14 Tahun nilai VO2Max laki - laki lebih
besar 25% daripada perempuan. Pada usia diatas 16 tahun nilai VO2Max laki
- laki dapat lebih besar hingga 50% daripada perempuan. Pada usia diatas 25
tahun jika tidak terlatih, VO2Max akan menurun bertahap sebesar 1%/Tahun.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran dengan menggunakan treadmill memiliki nilai yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan ergocycle. Tapi perlu
diperhatikan juga spesifisitas tes berdasarkan cabang olahraga atlet tersebut.
Jika atlet sepeda dilakukan tes dengan menggunakan ergocycle atau jika atlet
lari dilakukan tes menggunakan treadmill.
Ketinggian (Altitude)
Semakin tinggi lokasi seseorang berada, maka akan mempengaruhi nilai
dari VO2Max. Setiap 1000 m pada ketinggian diatas 1600 m, nilai VO2Max
diperkirakan akan berkurang sebesar 8-11%. Hal itu terjadi karena semakin
tinggi suatu lokasi akan membuat tekanan pasial O2 di atmosfer berkurang
yang membuat tekanan parsial O2 pada darah arteri berkurang sehingga
saturasi hemoglobin terhadap O2 berkurang.
Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh seseorang mempengaruhi nilai dari VO2Max, sebagai
contoh semakin meningkat persentase lemak tubuh, maka nilai VO2Max
A tlet mudah cedera. Itu pasti. Bukan hanya cedera. Atlet pun tidak terlepas
dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau sakit. Kalau sudah begitu,
siapa yang akan membayarkan biaya pengobatannya? Mengingat biaya
berobat itu mahal.
Inilah salah satu kenyataan hidup yang membuat Prof. dr. Hasbullah
Thabrany, MPH, Dr.PH, Pakar Ekonomi Kesehatan serta salah satu inisiator dari
program JKN, mengimbau betapa pentingnya asuransi kesehatan. Alasannya?
Pembiayaan kesehatan dengan sistem pembayaran tunai berdasarkan jumlah
dan jenis pelayanan (fee for service), seperti yang selama ini diterapkan di
Indonesia, dinilai kurang efektif. Sistem pembiayaan semacam itu, menurut
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia ini,
membuat sebagian masyarakat tidak bisa menjangkau pelayanan kesehatan.
Akan lebih baik kalau setiap orang diwajibkan menabung atau membayar
iuran asuransi atau jaminan kesehatan yang besarnya terjangkau sesuai
penghasilannya. Dengan demikian mereka tidak kesulitan bila sewaktu-waktu
sakit.
Menurut Hasbullah atlet harus dianggap sebagai pekerjaan. Seperti
karyawan di perusahaan atau pabrik yang memiliki jaminan kecelakaan
kerja. Pekerjaan atlet berisiko tinggi menderita cedera, sakit atau kecelakaan
lainnya. Maka cara yang terbaik harus ada jaminan kecelakaan kerja khusus
untuk atlet dimana iurannya bisa saja dibebankan biayanya dari gaji bulanan
atau bonus atlet. Jadi semacam asuransi sosial khusus untuk kecelakaan para
atlet. Namun bagaimana seandainya atlet tidak mendapat gaji bulanan?
Maka biaya diambil dari Pengurus Besarnya.
Di sisi lain, pertandingan yang diikuti atlet biasanya ramai didukung
C edera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, balk pada waktu
latihan, pertandingan dan sesudah pertandingan (Walker, 2007). Bila
terjadi cedera maka olahragawan memberikan respons psikologis dan fisik
sebagai mekanisme pertahanan untuk mencapai keseimbangan baru. Secara
psikologis olahragawan merasa bahwa dirinya dalam kondisi kesehatan yang
optimal sehingga ingin segera pulih dan secepat mungkin dapatbertandinglagi.
Bagi atlet cedera ringan saja sangat berarti karena berpotensi kehilangan
momentum untuk mencetak prestasi optimal. Cedera olahraga sebagian
besarterjadi pada saat berlatih dan waktu pemulihannya membuat atlet
kehilangan waktu tiga sampai dengan enam bulan untuk berlatih dan
bertanding (Supartono, B. 2010).
S
etiap atlet mempunyai risiko cedera baik saat berlatih maupun
saat bertanding1. Cedera akan menimbulkan kerusakan struktur
dan gangguan fungsi2. Walaupun tubuh mempunyai kemampuan
regenerasi untuk memperbaiki jaringan yang rusak namun beberapa jaringan
tubuh tertentu seperti ligamen, meniskus, tulang rawan, dan saraf, tidak
dapat melakukan regenerasi secara sempurna sehingga terbentuk jaringan
parut yang menyisakan keluhan dan problema. Masalahnya, baik terapi
dengan obat-obatan maupun tindakan bedah belum berhasil mengatasi
masalah tersebut. Maka alternatifnya adalah teknik rekayasa jaringan.
Gb 4: Bio Safety Cabinet, ruang kerja pembuatan Gb.5: Penulis Bersama Mesin Prodigy; mesin pem-
komponen rekayasa jaringan. buat sel punca, produksi Miltenyi, di Koln - Jerman.
seperti sel tulang rawan, tulang, lemak dan jaringan penyangga pembuluh
darah. 14,19,24,25,30,58
Sel punca mesenkim bentuk selnya sel fibroblas dan melekat pada
lempeng plastik. (Gb.3) Sel punca mesenkim memiliki kriteria a) melekat pada
lempeng plastik kultur, b) positif terhadap penanda CD 78, CD 95, CD 105, CD
146, c) negatif terhadap penanda CD 11 b, CD 14, CD 19, CD 34, CD 45, CD 84-
α, HLA-DR, d) dapat membentuk sel osteoblas, lemak dan kondroblas secara
in vitro (International Society for Cellular Therapy).22 Sifat plastis sel punca
mesenkim membuatnya dapat membentuk sel ginjal, jantung, saraf, hepar,
dan sel meniskus. 13,24,27,45 Sel punca mesenkim dibuat dengan membiakkan
sel MNC hasil isolasi dari cairan atau jaringan tubuh dalam medium dan
waktu tertentu.22,23,47,58,59
Pemanfaatan perancah
Salah satu perancah yang banyak dan telah digunakan pada pasien adalah
asam hialuronat. Perancah ini tersedia dalam bentuk cairan. Perancah untuk
sendi mempunyai sifat yang mirip dengan kualitas cairan sendi manusia
sehingga dapat digunakan untuk mengatasi defisit cairan sendi dan sekaligus
melapisi defek atau luka pada jaringan sendi. Sediaan ini digunakan untuk
mengobati gangguan akibat kerusakan lapisan di dalam sendi seperti tulang
rawan, meniskus atau ligamen.
Sediaan ini digunakan untuk mengobati gangguan akibat kerusakan
lapisan di dalam sendi seperti tulang rawan, meniskus atau ligamen. Sendi
yang sering membutuhkan pengobatan adalah sendi lutut, bahu, panggul,
dan pergelangan kaki.
GB. 9 Penyembuhan Defek Tulang Rawan Sendi Lutut Tikus dengan Teknik Rekayasa Jaringan
(infus), penghantaran ini dilakukan bila defek atau lokasi jaringan yang sakit
berada pada organ di dalam tubuh dan organ targetnya mempunyai akses
pembuluh darah yang memadai. Sedangkan rute intraartrikular adalah
pemberian sel punca dengan menyuntikkannya ke dalam rongga sendi. Hal
ini dilakukan bila jaringan yang rusak berada pada rongga sendi dan jaringan
tersebut tidak memiliki akses pembuluh darah yang memadai (avaskular).
Pemberian intra lesi adalah pemberian sel punca langsung pada jaringan
yang rusak (luka). Penggunaan sel punca dan pilihan rute penghantarannya
disesuaikan dengan kondisi penyakit, ketersediaan sel punca, kemudahan
teknik, aspek legal dan kesepakatan pasien.
Daftar Pustaka
1. Supartono,Basuki. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan Cedera 7. Chiang H, Jiang CC. Repair of articular cartilage defect: Review
Olahraga pada Olahragawan. Kementerian Pemuda dan and prespectives.J Formos Med Assoc. 2009;108(2):87-101.
Olahraga. 2010 8. Haleem AM, Chu CR. Advances in tissue engineering
2. Miller MD, Thompson SR. Delee & Drez’s Orthopaedic techniques for articular cartilage repair. Optechorthopaedics.
Sports Medicine: Principles and Practice, Fourth Edition. 2010;20(2):76-89. doi:10.1053/j.oto.2009. 10.004.
Philadelpia:Elsevier. 2015 9. Gelse K, Schneider H. Ex vivo gene therapy approaches to
3. Kim BS, Park KI, Hosiba T, et al. Design of artificial cartilage repair. J.Addr. 2006;58(2):259-84. doi:10.1016/j.
extracellular matrices for tissue engineering. J addr.2006.01.019.
Progpolymsci. 2011;36(2):238-68. doi:10.1016/j.prog- 10. Chen FH, Rousche KT, Tuan RS. Technology insight: adult
polymsci.2010.10.001. stem cells in cartilage regeneration and tissue engineering.
4. Khan WS, Malik AA, Hardingham TE. Stem cell applications Nat Clin Pract Rheumatol. 2006;2(7):373-82. doi:10.1038/
and tissue engineering approaches in surgical practice. J ncprheum0216.
Perioper Pract. 2009;19(4):130-5. 11. Murphy JM, Fink DJ, Hunziker EB, Barry FP. Stem cell therapy
5. Grayson LW, Martens PT, Eng MG, Radisic M, Vunjak GN. in a caprine model of osteoarthritis. Arthritis Rheum.
Biomimetic approach to tissue engineering. Semin Cell Dev 2003;48(12):3464- 74. doi:10.1002/art.11365.
Biol. 2009;20(6): 665-73. doi:10.1016/j.semcdb.2008.12.008 12. Kelly DJ, Prendergast PJ. Mechano regulation of stem cell
6. Burdick JA, Novakovic GV. Enginereed microenvirontments differentiation and tissue regeneration in osteochondral
for controlled stem cell differentiation. Tissue Eng Part A. defects.J Biomech. 2005;38(7):1413-22.
2009;15(2):205-19. doi:10.1089/ten.tea.2008.0131. doi:10.1016/j.jbiomech.2004.06.026.
PENDAHULUAN
Diantara pembaca atau keluarga
kita mungkin pernah mengalami
gangguan sendi lutut. Bangun dari
duduk susah, apalagi kalau sudah
terlalu lama duduk. Naik tangga nyeri
apalagi turun tangga, sholat susah
bahkan mungkin harus duduk. Semua
orang dapat terkena gangguan ini,
warga kota atau desa, kaya-miskin,
pegawai biasa-pejabat, tua-muda;
atlet atau masyarakat umum.
Gangguan terjadi akibat adanya
perubahan cairan dan struktur
jaringan sendi lutut, yaitu jaringan
tulang rawan. Penyakit ini sering
disebut dengan pengapuran, secara
medis disebut dengan osteoarthritis.
Penyakit ini menimpa 2 dari 3
orang lanjut usia dan satu dari lima orang muda dan kejadiannya cenderung
meningkat pada usia muda. Secara umum diperkirakan 15 % dari penduduk
dunia atau sekitar 200 juta penduduk dunia terkena penyakit ini. Satu dari
empat orang yang berusia 50 tahun dan setiap orang yang berusia 65 tahun
dipastikan mengalami pengapuran sendi lutut.1-7
Penyakit ini menyebabkan berbagai keluhan, gangguan gerak dan
penurunan fungsi sendi bahkan kecacatan. Mengganggu aktifitas kehidupan
Sendi lutut bagian medial (dalam) bila ditekan terasa sakit. Gerakan sendi
terbatas, bila lutut diluruskan atau ditekuk maksimal maka terasa nyeri
di sendi. Beberapa pasien tidak bisa menekuk lutut dengan mudah, bila
dipaksakan terasa nyeri dan kaku. Ruang lingkup gerakan sendi terbatas hanya
mencapai 90˚. Sendi lutut menjadi bengkok seperti huruf O (bowleg) sehingga
pasien sulit jongkok, dan menganggu gerakan sholat bahkan terpaksa sholat
duduk.
Keluhan dan tanda tersebut selanjutnya dikonfirmasi dengan pemeriksaan
penunjang atau tindakan teropong sendi lutut (artroskopi). Melalui
pemeriksaan tersebut dapat diketahui adanya penyakit osteoartritis dan
derajat keparahannya. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pemeriksaan ronsen sendi lutut.
Pemeriksaan ini bersifat non invasif. MRI dapat memberikan gambaran 3
dimensi seluruh lapisan tulang rawan, volume tulang rawan, kondisi defek
dan cairan sendi lutut. Pemeriksaan ini cukup mahal biayanya dan hanya dapat
dilakukan di beberapa rumah sakit tertentu seperti rumah sakit kelas A atau
Rumah Sakit Olahraga Nasional Cibubur. Pemeriksaan ronsen dilakukan dengan
posisi pasien berdiri untuk melihat efek tekanan pada sendi lutut. Gambaran
yang dihasilkan tidak sebaik MRI karena sinar ronsen tidak dapat ‘melihat’
tulang rawan namun hanya ‘melihat’ kondisi tulang. Hasil pencitraannya
tidak dapat memperlihatkan adanya kerusakan (defek) tulang rawan tetapi
hanya memperlihatkan efek kerusakan tulang rawan terhadap tulang
sendi lutut. Kellgreen–Lawrence menyebutkan tanda radiologis sendi lutut
penderita osteaoartritis yaitu sklerosis, osteofit, penyempitan celah sendi,
dan kelainan bentuk tulang. Tanda ini walaupun bukan konfirmasi diagnosis
(a) (b)
Gambar 9: (a) latihan otot paha, (b) penggunaan penyangga lutut (koleksi pribadi)
Daftar Pustaka
1. Khan WS, Johnson DS, Hardingham TE. The potential of stem cells in the treatment of knee
cartilage defect. Knee. 2010;17(6):369-74. doi:10.1016/j.knee.2009.12.003.
2. Minas T, Gomoll AH. What is the best treatment for chondral defects in the knee? In : Wright
JG, editor. Evidence-based orthopaedics The Best Answers to Clinical Questions. Philadelphia.
Saunders Elsevier; 2009.p.640-7
3. Schindler OS. (iv) Articular cartilage surgery in the knee. Mini-Symposium: Soft Tissue Surgery
in The Knee. Orthopaedics and Trauma Elsevier. 2010;24(2):107-20.
4. Eltawil NM, Bari CD, Achan P, Pitzalis C, Accio FD. A Novel in vivo murine model of cartilage
regeneration. Age and strain-dependent outcome after joint surface injury. OARSI.
2009;17(6):695-704.doi:10.1016/j.joca.2008.11.003.
5. Shenaq DS, Rastegar F, Petkovic D, et al. Mesenchymal progenitor cells and their
orthopedic application: forging a path towards clinical tials. Stem Cells Int. 2010;14 pages.
doi:10.4061/2010/519028.
6. Schulz RM, Bader A. Cartilage tissue engineering and bioreactor systems for the cultivation
and stimulation of chondrocytes. Eur Biophys J. 2007;36(4-5):539-68. doi:10.1007/s00249-
007-0139-1.
7. Solomon L. Osteoarthritis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S, editors. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures 9 th ed. London. Hodder Arnold; 2010.p.85-102
8. Gomoll AH, Minas T. Autologous chondrocyte implantation. In: Gill TJ,editor. Arthroscopic
Techniques of the knee a Visual Guide. Thorofare NJ. Slack Incorporated; 2009.p.83-91
9. Dabov GD. Miscellaneous non traumatic disorder. In: Canale ST, Beaty JH, editors. Campbell’s
Operative Orthopaedics vol.111 th ed. Philadelphia, Mosby Elsevier; 2008.p.999-1018
10. Erggelet C, Mandelbaum BR. Principal of Cartilage Repair. Germany: Steinkopff Verlag; 2008.
11. Hofmann GO, Marticke J, Grossstück R, et al. Detection and evaluation of initial cartilage
pathology in man: A comparison between MRT, arthroscopy and near-infrared spectroscopy
(NIR) in their relation to initial knee pain. J.Pathophys.2010;17(1):1-8. doi:10.1016/j.
Daftar Pustaka
1. American Academy of Family Physicians, American Academy of Pediatrics,
American College of Sports Medicine, American Medical Society for Sports
Medicine, American Orthopaedic Society for Sports Medicine. Preparticipation
Physical Evaluation. 2010
2. APB (AIBA Pro Boxing) Medical Check Form. 2014
3. Medical Commissions of AIBA. Medical Handbook for Boxing. 2013. Eighth
Edition.
PENDAHULUAN
“Olahragawan adalah manusia langka. Tidak gampang mencetak olahragawan
berprestasi. Makanya, kesehatan olahragawan, apalagi yang sudah berprestasi
harus dijaga. Jangan sampai karena kesalahan penanganan olahragawan kehilangan
masa depan di usia emasnya.” 1 (dr. Basuki Supartono, Staf Ahli Menpora, Kompas
7 Mei 2007)
Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu
latihan, saat pertandingan, dan sesudah pertandingan.2 Cedera adalah kerusakan
kulit, jaringan lunak, tulang rawan, tulang, dan atau organ tubuh lainnya akibat
adanya kontak atau datangnya energi dari luar; yang menganggu fungsi tubuh. 3-5
Penatalaksanaan di RSON
Penatalaksanaan di RSON meliputi penyiapan rumah sakit, review pasien,
diagnosis definitif dan terapi definitif. Penyiapan Rumah Sakit bertujuan
agar RSON dapat memberikan layanan yang aman, nyaman dan berkualitas.
Kegiatan penyiapan meliputi penyiapan personil, alat kesehatan, bahan
ronsen untuk cedera tulang sedangkan untuk cedera jaringan lunak digunakan
ultrasonografi (usg) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Terapi definitif mempunyai beberapa tujuan di antaranya menyelamatkan
nyawa, menyelamatkan bagian tubuh, memperbaiki fungsi dan kemampuan,
memperbaiki kecacatan, menghilangkan nyeri, menekan reaksi tubuh,
membantu atlet memahami kondisinya, memberikan dukungan psikologis,
memberikan semangat agar atlet tetap aktif mempertahankan fungsi sendi,
mencegah kecacatan, mengoreksi kecacatan, dan memulihkan atlet. Terapi
definitif dilakukan secara konservatif (tanpa operasi) atau operasi sesuai indikasi
dan kebutuhan pasien. Terapi konservatif menggunakan beberapa metoda
di antaranya terapi psikologis, terapi obat, terapi orthopaedic apparatus dan
appliances, terapi fisik dan okupasi. Terapi operasi menggunakan beberapa
metode di antaranya debridemant, evacuation, repair, release, resection,
reconstruction, dan replacement. Terapi operatif menggunakan prosedur
pembiusan secara lokal, regional dan umum, menggunakan teknik bedah
biasa atau minimal (minimal invasive surgery). Terapi definitif lainnya adalah
teknik rekayasa jaringan dengan menggunakan sel punca, faktor pertumbuhan
dan perancah.11 Dokter menjelaskan rencana terapi atlet, meliputi beberapa
hal di antaranya urgensi tindakan, proses pelaksanaaan, manfaat dan risiko.
PENUTUP
Tulisan di atas telah mengulas mengenai penatalaksanaan cedera olahraga
pada atlet, gambaran cedera olahraga secara umum, secara khusus di rumah
sakit olahraga nasional, Jakarta, bagaimana mengenalnya dan bagaiman
mensikapinya. Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan inspirasi dan
motivasi bagi kita semua khususnya para atlet dan insan olahraga dalam
upaya meningkatkan prestasi olahraga Indonesia.
Daftar Pustaka
1. Harian Kompas; 7 Mei 2010
2. Walker B. The Anatomy of Sports Injuries. England: Lotus Publishing; 2007.
3. Badudu Y, Zain SM. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan; 1994.
4. Kamus Istilah Kedokteran Indonesia. Universitas Indonesia.
5. Hoppenfeld S, Zeide MS. Orthopaedic Dictionary. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher;
1994.
6. Caine DJ, Caine CG, Lindner KJ. Epidemiology of Sports Injuries. Human Kinetics; 1996.
7. Supartono B. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan Cedera Olahraga pada Olahragawan. Jakarta:
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI; 2010.
8. Supartono B. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan?. Majalah Media Informasi
RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
9. Supartono B. Peranan Postur Tubuh Terhadap Prestasi Atlet. Majalah Media Informasi RSON.
Edisi Keempat Tahun II. 2015. 13-21
10. Supartono B. Buku Saku, Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan? Jakarta: Majalah
Media Informasi RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21
11. Supartono B. Teknik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olahraga. Majalah
Media Informasi RSON. Edisi Kedua Tahun II. 2015. 9-18
12. Khodaee M, Madden CC, Putukian M. The Preparticipation Physical Evaluation. In: Madden
CC, Putukian M, Young CC, McCarty E, editors. Netter’s Sports Medicine. Philadelphia:
Saunders Elsevie; 2010. p.10
Abstrak
Hasil. Selama tahun 2015, RSON menjadi tim medis pada penyelenggaraan
lima kompetisi olahraga yaitu Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Karate dan
Taekwondo. Jenjang kompetisi adalah nasional dan internasional. Jumlah
keseluruhan peserta 1390, yang cedera 87 orang. Angka kejadian cedera rata-
rata 6,3 %, terendah Sepeda Gunung (3%) dan tertinggi Karate (7,1%). Tidak
didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh. Cedera ringan
terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan berat hanya
terjadi pada Taekwondo dan Karate. Jumlah cedera berat 8 kasus (0,6 %),
cedera sedang 45 kasus (3,2 %) sedangkan cedera ringan 34 kasus (2,5%).
METODA
Analisis deskriptif. Penelitian menggunakan data laporan kegiatan Tim
Medis RSON pada beberapa kompetisi olahraga selama tahun 2015. Data
dianalisis secara deskriptif dan diolah menjadi tulisan.
Tidak didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh atlet.
Cedera ringan terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan
cedera berat terjadi pada Taekwondo dan Karate (Tabel 3).
Cedera terjadi pada semua regio tubuh, terbanyak pada anggota tubuh
bagian bawah yaitu sejumlah 47 kasus (54 %). Dilihat berdasarkan sendi /
tulang maka cedera tulang hidung berada di peringkat teratas yaitu 14 kasus
(16 %) dan sendi lutut berada di bawahnya dengan 13 kasus (15 %). Cedera
kepala, hidung, mata, rahang, gigi, leher, tulang belakang dan perut tidak terjadi
pada olahraga non kontak namun hanya terjadi pada olahraga Taekwondo
dan Karate. Taekwondo banyak menciderai lutut, karate mematahkan tulang
hidung (Tabel 5-6).
PEMBAHASAN
Kompetisi olahraga menimbulkan cedera dengan angka yang cukup tinggi
(6,3 %), hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggaraan kejuaraan
cabang olahraga berpotensi menimbulkan cedera. Cedera terjadi pada semua
cabang olahraga baik yang non kontak seperti Tenis, Sepak bola dan Sepeda
Gunung, maupun kontak seperti Taekwondo dan Karate. Perbedaan keduanya
terletak pada angka kejadian, derajat keparahan dan bagian tubuh yang
terkena. Angka kejadian cedera olahraga kontak lebih tinggi dari olahraga
non kontak, hal ini sesuai dengan literatur dan data epidemiologis di Amerika
Serikat.2 Pada olahraga kontak nilai kemenangan dihitung dari jumlah kontak
ke tubuh lawan, hal ini meyebabkan tingginya angka kejadian cedera.
KESIMPULAN
Angka kejadian cedera rata-rata pada kompetisi cabang olahraga Tenis,
Sepeda Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate mencapai 6,3 %.
Cedera menimpa seluruh bagian tubuh dengan distribusi terbanyak anggota
tubuh bagian bawah. Dibanding olahraga non kontak, olahraga kontak
menghasilkan angka kejadian cedera yang lebih tinggi, menimbulkan derajat
cedera yang lebih parah dan mencederai seluruh bagian tubuh dari kepala
sampai kaki. Seluruh cedera dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh tim
medis lapangan dan rumah sakit olahraga nasional (RSON).
SARAN
Perlu penelitian lanjutan dengan memperbanyak subjek dan jumlah cabor.
Para pengurus cabor di Indonesia perlu memanfaatkan RSON sebagi tim
medis dalam setiap penyelenggaraan kompetisinya .
Abstraksi
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak terjadi
pada atlet atekwondo saat kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional (PON)
2015 berlangsung serta cedera yang paling banyak dirujuk ke Rumah Sakit
Olahraga Nasional (RSON) dan pembagian cedera yang dirujuk ke Rumah Sakit
Olahraga Nasional berdasarkan anggota gerak tubuh dan jenis kelamin
Pendahuluan
Taekwondo adalah olahraga beladiri yang berasal dari Korea dan akhirnya
berkembang ke seluruh dunia dengan lebih dari 80 juta praktisinya di lebih
dari 184 negara di dunia saat ini (1). Taekwondo merupakan olahraga full
body contact yang banyak menggunakan kaki untuk menyerang lawan dan
mendapatkan point. Point didapat ketika menyerang badan dan kepala. 1 Point
dihasilkan ketika mengenai badan dan 3 point ketika mengenai kepala. Setiap
pertandingan berlangsung dalam 3 ronde. Tiap ronde berlangsung selama 2
menit (2). Untuk menjadi juara di final setiap atlet harus memenangkan 5-6
pertandingan dalam 1 hari . Oleh karenanya Atlet Taekwondo sangat rentan
dalam mendapat cedera (3).
Kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional ini diikuti oleh 365 atlet dari 34
Propinsi se Indonesia. Kompetisi ini bertujuan untuk menyaring atlet yang
dapat mengikuti Pekan Olahraga Nasional 2016 di Bandung. 8 besar atlet dari
tiap tiap kelas yang dapat lolos ke Pekan Olahraga Nasional 2016.
Cara Kerja
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis Pertandingan yang
beranggotakan 1 dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter
umum dan 3 paramedis pada event Kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional
Hasil
Selama 3 hari kompetisi berlangsung terdapat 37 atlet yang mengalami
cedera dan ditangani oleh tim medis RS Olahraga Nasional (tabel 3). Dari 37
orang yang ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, 3 kasus terbanyak
adalah cedera lutut (ankle sprain) sebanyak 10 kasus (27%), cedera ankle
(ankle sprain) sebanyak 7 kasus (18%) dan cedera hamstring sebanyak 4 kasus
(10%) .
Dari 37 atlet, terdapat 10 atlet (27%) yang dirujuk ke UGD RSON karena
membutuhkan penanganan lebih lanjut (tabel 4). 3 Kasus terbanyak yang
dirujuk adalah dislokasi jari sebanyak 3 kasus (30%) diikuti Mild Head Injury
beserta Trauma Nasal sebanyak 2 kasus (20%) dan Cedera Ankle (Ankle Sprain)
sebanyak 2 kasus (20%)
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis di
lokasi pertandingan adalah Anggota gerak bawah sebanyak 22 kasus (59%),
Anggota Gerak Atas sebanyak 6 kasus (16%), Kepala dan leher sebanyak 9
kasus (24 %)
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang dirujuk ke IGD RS Olahraga
Nasioanal adalah Anggota gerak bawah sebanyak 4 kasus (40 %), Anggota
Gerak Atas sebanyak 4 kasus (40%), Kepala dan leher sebanyak 2 kasus (20 %)
Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera dan dirujuk ke RS
Olahraga Nasional ialah kasus pada Atlet Laki laki sebanyak 8 kasus (80%) dan
kasus pada Atlet perempuan sebanyak 2 Kasus (20%).
Pembahasan
Seperti yang sudah ditampilkan pada hasil bahwa cedera yang
paling banyak ditemukan di lokasi pertandingan adalah knee sprain
dan ankle sprain hal ini tidak mengejutkan mengingat taekwondo
adalah olahraga yang lebih banyak menggunakan kaki sebagai
senjata untuk menyerang lawan dan mendapatkan point (4).
Kasus yang paling banyak dirujuk adalah kasus dislokasi jari
tangan hal ini cukup mengejutkan karena dari beberapa literatur
yang penulis baca, penulis tidak mendapatkan adanya data tentang
dislokasi jari tangan pada atlet taekwondo . menurut penulis cedera
ini disebabkan oleh kesalahan posisi tangan atlet pada pertandingan
yang menyebabkan terjadinya dislokasi akibat ditendang oleh kaki
lawan .
Jumlah atlet pria lebih banyak mengalami cedera dibanding
atlet perempuan, mengingat jumlah massa otot pria tentu lebih besar
daripada wanita sehingga energi yang dihasilkan tentu lebih besar
dan juga atlet pria lebih aggresif ketika sedang bertanding (5)(6)(7)
Jumlah pertandingan yang banyak dalam sehari juga berperan
mengingat ketika atlet sudah lelah dan tidak fokus sangat gampang
untuk mengalami cedera
Daftar Pustaka
1. World Taekwondo Federation (WTF) website, http://wtf.org/ (Date accessed:
Nopember 2015).
2. Kazemi M, Shearer H, Choung YS (2005) Pre-competition habits and injuries in
Taekwondo athletes. BMC Musculoskelet Disord 6: 26.
3. Kazemi M (2009) Nine year longitudinal retrospective study of Taekwondo Injuries.
JCCA 53:4
4. Comparison of Children and Youth Taekwondo Injuries Via Sport Medicine
Federation Injury Surveillance System in Iran, 2009-2010
5. Zemper ED, Pieter W (1989) Injury Rates During the 1988 US Olympic Team Trials
For Taekwondo. Br J Sports Med 23:161-164
6. Pieter W, van Ryssegem G, Lutfing R, Heijmans J (1995) Injury Situation and And
Injury Mechanisme at the 1993 European Taekwondo Cup . J Hum Movem Stud 28:
1-24
7. Pieter W, Zairatulnas W, Thung JS (2005) Competition Injuries and Their
Mechanisms in Malaysian Taekwondo Athletes. First Asia Pacific Sports Science
Conference, Kota Kinabalu, Malaysia
Abstraksi
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak
terjadi pada atlet karate saat kompetisi Asian Pacifics Karate-Do Gojukai
Championship 2015 berlangsung.
Pendahuluan
Karate secara kata berarti tangan kosong, secara harfiah berarti seni
beladiri untuk menaklukan lawan dengan menggunakan tangan kosong.
Olahraga beladiri ini berasal dari Jepang dan mempunyai banyak aliran
diantaranya Shotokan, Gojuryu, Shitoryu, Wadaryu dan Kyokushin . Karate
merupakan olahraga full body contact yang menggunakan kaki dan tangan
untuk menyerang lawan dan mendapatkan point. Point didapat ketika
menyerang badan dan kepala. 1 Point dihasilkan ketika mengenai badan
dan 3 point ketika mengenai kepala. Setiap pertandingan berlangsung dalam
1 ronde. Tiap ronde berlangsung selama 3 menit (1). Maka dari itu karate
merupakan salah satu olahraga beladiri yang rawan terhadap cedera (2)
Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship adalah event 4 tahunan
yang diadakan oleh International Karatedo Gojukai Association yang pada
tahun 2015 ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Event diikuti oleh 365
atlet dari 18 Negara se Asia Pasifik.
Cara Kerja
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis Pertandingan yang
beranggotakan 1 dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter
umum dan 2 paramedis pada event Asian Pacifics Karate-Do Gojukai
Hasil
Selama 3 hari kompetisi berlangsung terdapat 30 atlet yang mengalami
cedera dan ditangani oleh tim medis RS Olahraga Nasional (tabel 1). Dari 30
orang yang ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, kasus terbanyak
adalah epistaxis sebanyak 9 kasus (27%). Dari 30 atlet, terdapat 1 atlet (3 %)
yang dirujuk ke UGD RSON karena membutuhkan penanganan lebih lanjut
(tabel 2) .
Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis
di lokasi pertandingan adalah Kepala dan Leher sebanyak 20 kasus (67%),
Anggota Gerak Bawah sebanyak 7 kasus (23%), Anggota Gerak Atas sebanyak
3 kasus (10 %).
Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera Atlet Laki laki
sebanyak 21 kasus (80%) dan kasus pada Atlet perempuan sebanyak 9 Kasus
(20%).
Olahraga Nasional
Injury Wrist Sprain
3% 3%
Neck Soft
Pembahasan
Mandible Soft
Tissue Injury
6% Mild Head Injury
Hasil dari studi ini cedera yang
Ankle Sprain
17%
paling banyak terjadi ialah epistaksis.
Knee Sprain
7% 11%
Hal ini sesuai dengan beberapa studi
yang menyatakan epsitaksis sebagai
Gb.1: Cedera yang ditangani tim medis di lokasi
pertandingan salah satu cedera yang paling sering
terjadi pada atlet karate (3)(4),
Meskipun begitu tetap ada beberapa
penelitian yang tidak sesuai dengan
studi ini. Karena mereka menyatakan
cedera yang paling sering terjadi
adalah bruises, dislocation kemudian
strain (5)(6).
Cedera yang paling sering
adalah cedera di bagian head and
neck. Hal ini sesuai dengan beberapa
Gb.2: Cedera Berdasarkan Regio Badan
studi yang menyatakan bahwa
daerah head and neck merupakan
daerah yang paling sering terjadinya
cedera pada atlet karate (3)(4)(7)
Epistaxis dan Cedera di bagian
head and neck merupakan cedera
yang tersering dan terbanyak. Hal
ini dapat dipahami karena, karate
tidak menggunakan helm pelindung
Gb.3: Cedera Berdasarkan Umur
kepala sehingga penggunaan helm
sebagai pelindung kepala tentu akan
mengurangi angka cedera di masa
Kesimpulan
Berdasarkan studi ini cedera yang paling sering terjadi pada saat kompetisi
berlangsung adalah epistaksis dan cedera di bagian kepala dan leher. Perlu
dipertimbangkan kedepannya untuk menggunakan helm sebagai salah satu
cara untuk mengurangi resiko terjadinya cedera di bagian kepala dan leher
Daftar Pustaka
1. Rahimi M, Halabachi F, Alibakshi F, Kalali N (2012) Sport Injuries of Karatekas at International
Competition . IJMM Volume 13 Issue 4 ; 1-6
2. Bebary M (2009) Injury Profile in Competition of Non Contact Karate. 12 th Asian Federation
of Sport Medicine Congress, Amritsar, India
3. Halabachi F, Ziaee V, Lotfian S. (2007) Injury Profile in Woman Shotokan Karate Championship
in Iran 2005 . J Sportcs Sci Med 2007;6(2):5 2-7
4. Arriaza R, Leyes M (2005) Injury Profile in Competitive Karate: Prospective Analysis of
Three Consecutive World Karate Championships. Knee Surg Sports Traumatolo Arthrosc
2005;13(7):603-7
5. Daneshjoo A, Rahmana N, Bambaee E. Epidemic, Typeand Mechanisme of Injuries in Women
Professional Karate in Shotokan Style . Pakistan ; National Congress of Sports Science 2008
6. Rahimi M, Halabachi F, Ghasemi GH, Zolaktaf V. (2009). Prevalence of Karate Injuries in
Professional Karate Athletes in Isfahan . J Mil Med Sci Univ Iran . 2009;3(7):201-7[Persian]
7. Pieter W,. 2009 Competition Injury Rates in Young karate Athletes. Science and Sport Sci
25(1): 32-28
8. Deshtombe C, Lejeune L, Guillodo Y, Roudaut A, Jousse S, Devauchelle V, et al . Incidence and
Nature of Karate Injuries. Joint Bone Spine . 2006;73(2):182-8
9. Peeri M, Boostani MH, Boostani MA, Kohanpur A, Mirsepasi M. The Rate of Prevalence and
causes of Sport Injuries in Males karate Kumite Players. World Applied Sciences Journal .
2011. 15 (5) : 660-666
10. Boostani MH, Erfani M, Boostani MA, Zare N, Faghihi H, Rezaei AM. Sport Injuries in Karate
Competition. J Am Sci 2012;8 (12):637-639
T angan kita mempunyai 5 jari dan 14 tulang jari tangan. Masing masing jari
terdiri dari 3 ruas tulang jari yaitu tulang jari proksimal, medial dan distal
kecuali jempol tangan yang hanya tersusun dari 2 tulang jari yaitu proksimal
dan distal dan juga setiap jari terdiri dari dua persendian yaitu sendi proksimal
inter phalang (PIP) dan sendi distal inter phalang (DIP)
Dislokasi jari tangan adalah tulang jari yang bergeser atau mengalami
perpindahan lokasi dari tempatnya yang normal. Dislokasi ini dapat terjadi
pada ruas tulang jari proksimal, medial ataupun distal. Berpindahnya tulang
jari ini dapat disertai dengan patah tulang jari maupun tidak. Dislokasi
ini disebabkan karena ada tekanan hiperektensi besar yang dialami oleh
jari sehingga mengakibatkan tulang jari bergeser atau keluar dari tempat
persendiannya.
Dislokasi jari merupakan cedera yang umum terjadi pada atlet olahraga,
jari yang paling sering terkena adalah jari kelingking tangan yang dominan.
Gb.1: Dislokasi PIP Jari Kelingking Nn.A (pribadi) Gb.2: Dislokasi PIP jari manis Tn.O (pribadi)
Penanganan
Sesudah terkonfirmasi oleh pe
meriksaan radiologis, tentunya jari
yang mengalami dislokasi harus kita
kembalikan ke posisi yang normal
dengan cara close reduksi dengan
bius lokal dengan menggunakan Gb.5: Tampak rontgen ap lateral Tn.O menunjukkan
dislokasi pip jari manis yang mengarah ke dorsolateral
lidokain 2% didalam spuit 3 cc (pribadi)
Kita dapat menggunakan salah Gb.6: Tampak rontgen ap lateral Tn.B menunjukkan dislo-
kasi jari manis yang mengarah ke inferiomedial (pribadi)
Daftar Pustaka
1. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System
3rd Ed. Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins. 1999
2. Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th ed. Bristol.
2010
3. Hoshino Max, Tiberi III John, Harris G. Thomas. Orthopaedic Offices and
Emergency Procedures. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins. 2014
4. Tobing S. Dohar. Pemeriksaan Fisik Orthopaedi . Jakarta : Sagung Seto 2015.
I. Pendahuluan
Cedera olahraga (sport injury) adalah segala macam cedera yang timbul,
baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan)
ataupun sesudah pertandingan1. Cedera kepala pada atlet memang tidak
sebanyak cedera olahraga yang mengenai tulang, otot, tendo serta ligamen.
Tetapi cedera kepala ini bersifat fatal karena dapat menyebabkan kematian
ataupun kecacatan fisik atau mental yang menetap. Cedera kepala yang
disebabkan olahraga dan aktivitas rekreasi berjumlah sekitar 21% dari seluruh
kasus cedera kepala karena trauma pada anak-anak dan dewasa muda di
Amerika Serikat2.
Cedera kepala akibat trauma didefinisikan sebagai : pukulan atau benturan
pada kepala, atau cedera akibat luka tembus kepala yang mengganggu
fungsi otak normal. Cedera kepala akibat trauma dapat ditimbulkan karena
pukulan atau benturan kepala terhadap suatu benda yang terjadi tiba-tiba,
atau adanya suatu benda yang menembus tengkorak kepala dan masuk ke
jaringan otak. Gejala cedera kepala akibat trauma dapat ringan, sedang atau
berat, tergantung luasnya kerusakan pada otak. Pada kasus yang ringan (mild
traumatic brain injury atau mTBI) mungkin menyebabkan perubahan singkat
status mental atau kesadaran, sedangkan kasus berat dapat menyebabkan
penurunan kesadaran yang memanjang, koma atau bahkan kematian2.
Evaluasi dan tatalaksana cedera otak pada atlet termasuk : penilaian gejala,
pemeriksaan medis dan tes neurokognitif dengan evaluasi yang berkelanjutan
dalam beberapa hari, minggu, sampai bulan setelah kejadian3.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo H. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.
2. American Association of Neurological Surgeons. Sports-related Head Injury.
Updated August 2014. (diunduh 13 Desember 2015). Tersedia dari: http://www.
aans.org.
3. Sahler CS, Greenwald BD. Traumatic Brain Injury in Sports: A Review. Hindawi
Publishing Corporation. Rehabilitation Research and Practice. Volume 2012.
Article ID 659652. doi:10.1155/2012/659652.
4. Guskiewicz KM, McCrea M, Marshall SW et al. Cumulative Effects Associated
with Recurrent Concussion in Collegiate Football Players: the NCAA Concussion
Study. Journal of The American Medical Association. 2003;290(19):2549-2555.
5. Dvorak J, McCrory P, Aubry M, Molloy M, Engebretsen L. Concussion in Sport.
British Journal of Sports Medicine. 2009;43(1).
6. Alfa AY, Penatalaksanaan Medis (non bedah) Cedera Kepala: Kegawatdaruratan
Neurologi. Edisi ke-1. Bandung: Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf FK Unpad/
RSHS; 2009.
7. Soertidewi L, dkk. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Jakarta:
Bagian Neurologi FKUI/RSCM; 2006.
Daftar Pustaka
• Astarto, NW, Djuwantono,T, Permadi,W et al. (ed). Kupas Tuntas Kelainan Haid, Sagung
Seto, 2011, Jakarta
• Jones, Llewellyn. Fundamentals of Obstetric and Gynaecology, Mosby Elsevier, 2010
• Osayande, AS; Mehulic, S (1 March 2014). “Diagnosis and initial management of
dysmenorrhea.”. American family physician 89 (5): 341–6. PMID 24695505.
• Stanway, P. Natural Guide to Women’s Health, Kyle Cathy Limited, Great Britain, 2003
KEPUTIHAN FISIOLOGIS
Cairannya jernih atau putih, dan tidak bergumpal. Cairan ini juga tidak
berbau, tidak berbuih, tidak gatal, dan tidak pedih. Cairan keluar pada waktu-
waktu tertentu dan akan hilang dengan sendirinya setelah waktu-waktu
tersebut terlampaui. Sikap kita terhadap keputihan fisiologis ini adalah tetap
tenang dan menjaga kebersihan area genitalia dengan lebih seksama. Tidak
KEPUTIHAN PATOLOGIS
Berbeda dengan cairan yang normal, keputihan patologis menimbulkan
keluhan-keluhan penyerta. Misalnya, cairan berbau amis, atau terkesan
lebih menusuk. Cairan berbuih, berwarna kuning, kehijauan, atau bahkan
kecoklatan. Keluhannya biasanya gatal, pedih, atau panas. Semua gejala
tersebut menunjukkan adanya infeksi. Jangan mengobati sendiri. Karena tiap
sifat keputihan menunjukkan penyebab yang berbeda.
Kenali dulu penyebab keputihan patologis. Yang paling banyak adalah
infeksi jamur dari jenis Candida sp.
Daftar Pustaka
Klenk C. A. (2006). Psychological response to injury, recovery, and social support: A survey of
athletes at an NCAA Division I university. Senior Honors Projects, paper 9.
Austenfeld, J.L. & Stanton, A.L. 2004. Coping Through Emotional Approach : A New Look at
Emotion, Coping and Health Related Outcome. Journal of Personality December 2004.
Blackwell Publishing.
Sarafino, E.P. & Smith, T.W. 2012. Health Psychology; Biopsychosocial Interactions 7th Edition.
Asia : John Wiley & Sons, Ltd
Dwiariani, D. A. (2012). The role of mental training in decreasing re-injury Anxiety in women
Basketball Athlete. Universitas Indonesia. Tesis tidak diterbitkan
B anyak diantara kita yang masih asing dengan istilah Hidroterapi. Namun
ternyata Hidroterapi telah dikenal sejak tahun 2400 sebelum masehi
di Mesir. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan hidroterapi? Apa saja
manfaatnya?
Hidroterapi adalah penggunaan air secara eksternal untuk mengatasi
gangguan fisik atau untuk penyembuhan, sehingga disebut juga dengan “the
healing power of water/ water Cure”. Efek ini dicapai dengan memanfaatkan
sifat fisik air (daya apung, tekanan, relative density dan kekentalan), suhu
dan arus. Hidroterapi merupakan salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan zat cair sebagai sarana pengobatan. Hidroterapi dilakukan
menggunakan kolam air untuk program terapi yang didesain khusus untuk
individu guna memperbaiki fungsi neuromuscular dan tulang. Terapi dilakukan
dan diawasi oleh orang yang profesional. Hidroterapi berbentuk pelayanan
fisioterapi spesifik untuk anak dan dewasa yang dilakukan dalam kolam air
bertemperatur optimum yang bermanfaat untuk melebarkan pembuluh
darah dan mengurangi ketegangan otot (relaksasi otot).
Hidroterapi dapat dilakukan untuk terapi berbagai penyakit, yaitu
Parkinson, nyeri bahu, nyeri leher, nyeri pinggang, Osteoporosis, Osteoarthritis
(pengapuran), nyeri ketika masa kehamilan, syaraf terjepit, gangguan
koordinasi, total hip replacement, total knee replacement, gangguan ke
seimbangan, kelelahan berlebih dan kelumpuhan, cedera sendi, ligamen dan
otot serta gangguan diskus (bantalan sendi).
Whirlpool
Whirlpool adalah hidroterapi yang menggunakan suatu bak yang dapat
menampung air dan turbin yang menghasilkan gerakan air. Tujuannya untuk
mendapatkan keuntungan hidroterapi khususnya anggota gerak. Terdapat
tiga jenis prosedur Whirlpool, yaitu:
• Ekstremity tanks: untuk perendaman anggota gerak bagian distal (tangan
dan kaki)
• Low boy whirlpool: untuk perendaman anggota gerak yang lebih luas.
• High-boy whirlpool: untuk perendaman anggota gerak yang lebih luas dan
mungkin digunakan untuk perendaman sampai sebatas pinggang.
Contras Bath
Contras Bath merupakan hidroterapi dengan merendam gerak, umumnya
bagian distal secara bergantian, diawali dengan air hangat/ panas, kemudian
dingin/ es. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi edema dapat pula untuk
mengurangi dan desensitisasi nyeri. Indikasi perawatan ini pada pasien edema
Hubbart Tank
Hubbart Tank adalah hidroterapi yang memungkinkan perendaman
seluruh tubuh pasien. Terdiri dari bak besar yang di dalamnya terdapat turbin,
“Stretcher”, serta kerekan untuk mengatur strecher. Terapi ini bertujuan untuk
terapi luka bakar yang luas, nyeri yang mengenai daerah yang luas. Terapi
hubbart tank tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan sensasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi karena terapi ini yaitu efek sistemik panas
yang berlebihan.
Ÿ Tipe
ban
ini k
Ÿ Tipe
gera
sena
Ÿ Tipe
untu
digu
tida
mem
bert
Ÿ Inte
terg
B
Pentingnya Pemanasan
anyak yang berpendapat bahwa untuk mencapai puncak prestasi olahraga
harus terorganisir secara baik. Keadaan demikian dapat dicari kembali
melalui mekanisme yang dinamis serta modernisasi latihan. Proses latihan
cont
Ha
Sebelum Berlatih
selalu berkembang sepanjang zaman. karenanya proses latihan memerlukan dikatak
B
pengetahuan dan intelegensi dari individunya (Atlet).
tubuh
Latihan dapat menjadi masalah apabila tidak terkoordinasi dengan baik.
anyak yang berpendapat bahwa untuk mencapai
Sebelum melakukan latihan ada baiknya melakukan pemanasan (warm up )
Peman
terlebihpuncak
dahulu. prestasi olahraga harus terorganisir secara intensit
baik. Keadaan demikian dapat dicari kembali melalui setelah
mekanisme yang dinamis serta modernisasi latihan. Proses
pemana
latihan selalu
130 BUNGA berkembang
RAMPAI sepanjang zaman. karenanya
KESEHATAN OLAHRAGA
Ke
proses latihan memerlukan pengetahuan dan intelegensi dari
individunya (Atlet). baik fis
harus d
Tujuan pemanasan antara lain untuk:
• Peregangan (Streches) otot dan tali pengikat (Tendon)
• Meningkatkan suhu tubuh khususnya otot dan persendian.
• Mengkonsentrasikan pikiran dan mengulang kembali keterampilan dengan
keterampilan yang akan dihadapi kemudian.
• Tipe pasif adalah pemanasan yang dilakukan dengan bantuan dari luar
tubuh misalnya: mandi dengan air panas ini kurang efektif meskipun dapat
menaikkan suhu tubuh.
• Tipe Non Spesifik adalah suhu tubuh dinaikkan dengan gerakan–gerakan
kelompok otot besar yang aktif misalnya: senam cara ini lebih efektif dan
banyak digunakan
• Tipe Spesifik adalah pemanasan spesifik kecabangan atau untuk bagian
otot atau saraf tubuh tertentu yang akan digunakan misalnya: pada
angkat besi. Pemanasan ini tidak hanya menaikkan suhu tubuh tetapi
juga memberikan kesempatan melalukan percobaan sebelum bertanding,
Pemanasan ini biasanya dilakukan oleh atlet.
• Intensitas dan lama pemanasan sangat individual tergantung dari
kemampuan fisik atlet yang bersangkutan contoh: pemanasan 25 menit.
lari-lari
keluarga hingga
tingkat nasional maupun internasional
masyarakat dari seluruh kalangan. Banyak
adalah
lari yang
kegiatan
salah
diadakan satuMulai
di Ibukota.
yang dapat diikuti oleh seluruh anggota
kecil. Pada saat berjalan,
lari marathon
bentuk
fisik tersebut.
T u j u a n sering
dari olahraga
mempertahankan
n y a u ndiadakan
yangkesehatan,
t u k m e n i ndi
dilakukan
g kIbukota.
juga dengan
atkan dan
menurunkancara
badan. Untuk dewasa usia 18 - 65 tahun direkomendasikan
kaki menapak
tingkat nasional ke tanah
melakukan aktivitas secara
aerobik sedangbergantian.
berat
seperti berjalan
maupun internasional sering diadakan di Ibukota. selama minimal 30 menit sekurang - kurangnya 5 hari
Sedangkan menu rut weill, pada
adalah salah satu bentuk olahraga yang
jogging ada saat melayang dimana
setiap minggunya. Sedangkan untuk melakukan kedua
aktivitas
kaki tidak menyentuh tanah. Jogging termasuk olahraga yang murah minimal
dilakukan dengan cara lari-lari kecil. Pada saat berjalan, aerobik yang lebih berat seperti dilakukan dan
kaki menapak ke tanah secara bergantian. Sedangkan 20 menit sekurang - kurangnya 3 hari setiap minggunya.
bisa dilakukan
menurut weill, pada oleh siapapun baik
ada saat melayang dimana wanita maupun
Selain dapat pria disegala
mengurangi resiko umur.
terjadinya Dan
berbagai
kedua kaki tidak menyentuh tanah. termasuk penyakit kronik, juga memiliki manfaat lain
bermanfaat begitu besar bagi kesehatan
olahraga yang murah dan bisa dilakukan oleh siapapun
tubuh.
yaitu:
Warburton
baik wanita maupun di priadalam
disegalajurnal
umur. International
Dan Ÿ Journal of Exercise
dapat membantu menurunkanScienceberat
bermanfaat begitu besar bagi kesehatan tubuh. badan. Jogging sangat bermanfaat untuk membakar
mengatakan,
Warburton di dalam bahwa
jurnal aktifitas fisik secaralemak teratur
dan kalori merupakan
pada tubuh kita. peng obatan
Sehingga
mengatakan, bahwa aktifitas fisik sangat membantu bagi seseorang yang ingin
primer maupun sekunder
secara teratur merupakan pengobatan primer maupun
dari beberapa penyakit kronik.
menurunkan berat badannya. Seperti penyakit
kardiovaskular,
sekunder dari beberapa diabetes, kanker,
penyakit kronik. hipertensi,
Seperti Ÿ obesitas
menguatkan dan dapat
tulang mencegah
dan otot. Jogging akan
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, hipertensi, memperkuat otot dan densitas tulang dari kedua
terjadinya
obesitas dan dapat kematian
mencegah secara dini.kematian
terjadinya kaki, panggul dan punggung. atau lari tidak
secara dini. akan menghasilkan otot bulky seperti saat latihan
beban berat, tapi akan meningkatkan kekuatan kaki.
BUNGAContohnya, seorang pelari
RAMPAI KESEHATAN 137
jarak jauh badannya
OLAHRAGA
terlihat kurus, tetapi memiliki kaki yang sangat kuat.
J alan kaki adalah aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh semua orang dan
juga golongan umur. Semua orang bisa berjalan kaki kemanapun. Jalan kaki
juga merupakan jenis olahraga rekreasi yang dapat meningkatkan kebugaran,
karena bersifat olahraga aerobik. Meskipun olahraga ini merupakan jenis
olahraga sederhana, tapi banyak manfaatnya, murah, mudah dan aman.
Berjalan kaki adalah aktivitas fisik, menggunakan alat gerak dominan
yaitu kedua kaki diikuti dengan ayunan tangan dan bagian anggota tubuh
yang lain secara sinergis. (M. Harmer, 2008). Olahraga ini mempunyai manfaat
kurang lebih sama dengan jogging, tapi pembebanan pada badan lebih kecil.
Berikut tips agar latihan fisik ini bermanfaat bagi kesehatan :
• Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika dilakukan
secara kontinyu, minimum 30 menit setiap harinya.
• Gunakan pakaian yang senyaman mungkin. Pakaian yang ringan dan
menyerap keringat. Sepatu yang nyaman untuk jalan kaki, yaitu tidak
Membuat Bahagia.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Texas menyimpulkan, berjalan
kaki selama 30 menit dalam sehari bisa mengurangi depresi dan stres. Bahkan
studi Universitas Temple menyebutkan berjalan kaki 90 menit selama lima
kali dalam seminggu bisa membuat Anda merasa lebih bahagia. Karena tubuh
manusia memproduksi endorphin, yaitu semacam hormon yang membuat
orang menjadi bahagia.
Awet Muda.
Beberapa studi yang telah dilakukan menyarankan agar lansia lebih sering
berjalan kaki. Karena dapat mengurangi terkena risiko penyakit Alzheimer, yaitu
sejenis penyakit kemorosotan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif.
Berjalan kaki juga membuat otak menjadi aktif. Di saat berjalan kaki, terjadi
peningkatan asupan oksigen kedalam sirkulasi darah. Sehingga meningkatkan
kemampuan otak untuk berpikir dan berilusi dengan medan, atau lintasan yang
kita lihat selama berjalan kaki. (dr. Eva Mitrasari Nurjana)
G
Pencegahan
igi yang bersih dan kuat merupakan impian setiap orang. Maka untuk
Gigi Berlubang
menghindari sakit gigi diperlukan perawatan gigi secara berkala.
Terutama agar gigi tidak berlubang. Bukankah mencegah gigi berlubang lebih
baik daripada mengobati sakit gigi.
G
Walaupun tampak sederhana tapi perawatan gigi sering diabaikan.
igi yang bersih dan kuat merupakan impian 2. Karies Dentin, adalah karies yang sudah menca
Akibatnya gigi jadi mudah berlubang. Keadaan ini menyebabkan gigi terasa
setiap orang. Maka untuk menghindari sakit gigi dentin. Pada karies ini akan terasa ngilu ka
ngilu. Bahkan bisa sampai
diperlukan perawatan gigi secara berkala. ke tahap paroksisma(sakit
makan yang sangat
makanan manis, hebat)
asam atau dingin. R
tama agaryang gigidapat
tidakmengganggu
berlubang.aktivitas
Bukankah dan konsentrasi. Salah satubeberapa
ngilu bertahan penyebabwaktu.
gigi Sampai kura
berlubang
cegah gigi berlubang yaitu
lebih baikPlak. Plak mengobati
daripada itu sendiri merupakanlebih satu menit.
lapisan. Proses terjadinya
gigi. plak dimulai 20 menit setelah kita makan. Sisa 3. Karies Pulpa. Yaitu
sisa makanan karies yang sudah menca
yang menumpuk
Walaupun tampak sederhana tapi perawatan gigi jaringan pulpa. Sehingga terjadi peradangan pa
akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Bakteri ini cukup berbahaya
g diabaikan. Akibatnya gigi jadi mudah berlubang. pulpa. Rasa ngilunya terasa spontan, yang tid
karena mineral
aan ini menyebabkan gigi dapat
gigi terasa ngilu.larut
Bahkanatau luluh sehingga
bisa menimbulkan
terus menerus. karies. hilang timbul. Apa
Rasa sakitnya
pai ke tahap paroksisma(sakit yang sangat hebat) saat malam hari.
150
dapat mengganggu aktivitas
BUNGA dan
RAMPAI konsentrasi.
KESEHATAN OLAHRAGA
Salah satu penyebab gigi berlubang yaitu Plak. Plak Berikut beberapa tips untuk mencegah gigi berluban
endiri merupakan lapisan. Proses terjadinya plak 1. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta
lai 20 menit setelah kita makan. Sisa sisa makanan berflouride setelah makan dan sebelum tidur.
Ada tiga macam karies:
1. Karies Email. Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan
gigi yang terluar dan terkeras pada gigi). Pada karies ini akan terasa ngilu
kalau makan makanan manis, asam dan dingin. Rasa ngilu akan hilang bila
tidak menyantap makanan yang manis. asam atau dingin.
2. Karies Dentin, adalah karies yang sudah mencapai dentin. Pada karies ini
akan terasa ngilu kalau makan makanan manis, asam atau dingin. Rasa
ngilu bertahan beberapa waktu. Sampai kurang lebih satu menit.
3. Karies Pulpa. Yaitu karies yang sudah mencapai jaringan pulpa. Sehingga
terjadi peradangan pada pulpa. Rasa ngilunya terasa spontan, yang tidak
terus menerus. Rasa sakitnya hilang timbul. Apalagi saat malam hari.
Karbohidrat
Untuk kebutuhan karbohidrat, diperlukan 60-70% dari total energy dengan
komposisi 95% karbohidrat kompleks (kentang, nasi, mie, bihun, crackers) dan
10% dari karbohidrat sederhana.
Lemak
Lemak di dalam tubuh berupa triglikerida, kolesterol, dan asam lemak.
Lemak merupakan sumber energy paling efisien. Semakin terlatih seorang
Protein
Protein tidak memiliki dampak yang besar terhadap pembentukan energi,
namun diet atlet harus cukup protein untuk penyembuhan dan pertumbuhan
otot. Kebutuhan protein pada atlet sekitar 1,2 - 1,7 g/kg BB/hr, namun untuk
olahraga endurance diperlukan 1,2-1,4g/kg BB/hr. Pemberian protein hewani
dan nabati sebesar 50%:50%.
Daftar Pustaka
• Purba (2006) Kardiovaskular dan Faal Olahraga
• Clark N (1996) Petunjuk gizi Soekarman (1987) Dasar Olahraga untuk Pembina,Pelatih dan
Atlet Yessis dan Turbo (1993) Rahasia Kebugaran dan Pelatihan Olahraga
Madu asli
Seperti apa sih…madu asli itu ? Berikut ciri madu asli, hasil uji coba dari
Budidaya Lebah Madu Segar Shofi :
- Disukai semut. Madu asli akan didatangi semut. Karena binatang adalah
pendeteksi yang sensitif terhadap zat berbahaya. Binatang tidak akan
mengonsumsi madu yang dicampur zat kimia.
- Madu asli akan semakin mencair bila dibiarkan beberapa menit diudara
terbuka (minimal 5 menit). Karena sifat alami madu adalah mudah
menyerap kandungan air dalam udara atau disebut sifat higroskopis
(madu akan mengikat uap air diudara). Dan inilah alasan ilmiah mengapa
kemasan madu harus tertutup rapat. Cobalah ambil 1 sendok madu
dan letakan setengah jam diatas meja. Maka madu murni akan semakin
mencair/encer. Begitupun bila kita gunakan masker madu. Maka madu
diwajah akan banyak menetes karena makin encer dibandingkan saat
didalam toples.
Ingin sehat ? Mudah lho...Antara lain cukup minum air putih plus banyak
makan buah dan sayur. Ada cara praktis untuk mengonsumsi buah dan
sayur sekaligus air putih. Ini cara baru minum air putih yang dicampur
dengan potongan buah dan tanaman herbal. Namanya infused water.
Hmm...segarnya minum air putih yang telah dicampur dengan potongan
buah atau daun herbal. Infused water adalah minuman air putih yang
di dalamnya dimasukkan potongan buah - buahan dan tanaman herbal.
Kemudian direndam selama 30 menit, 2 jam, 4 jam hingga 6 jam. Supaya
sari buah dan tanaman herbal itu bercampur dengan air. Air yang digunakan
adalah air yang telah direbus sampai matang. Jangan menggunakan air panas.
Ingin tahu apa manfaat infused water dan bagaimana cara membuatnya
? Menurut Afin Murtie dan Marzuqi Yahya dalam bukunya yang berjudul
Infused Water, minuman yang menyehatkan ini menjadi alternatif praktis
dan menyenangkan. Terutama untuk Anda yang kurang menyukai minum air
putih. Dengan infused water, rasa air putih jadi lebih segar. Karena air putih
sudah bercampur dengan sari buah atau daun herbal. Rasa air putih tersebut
sesuai dengan buah atau daun herbal yang dicampur kedalam air putih.
Penyembuhan
Zat - zat yang terkandung di dalam buah dan tanaman herbal secara
khusus dapat mengurangi gejala penyakit. Berikut ini manfaat infused water ;
• Kesehatan ginjal dan usus dapat dijaga dengan rajin mengonsumsi infused
Perbedaan
Infused water atau jus ? Persamaannya, keduanya sama - sama terbuat
dari campuran air, buah, sayur atau tanaman herbal. Sama - sama sebagai
minuman yang menyehatkan.
Tapi ada juga perbedaannya. Infused water dibuat dengan cara meredam
buah dan tanaman herbal ke dalam air matang selama beberapa waktu. Baru
kemudian diminum. Berbeda dengan jus. Jus dibuat dengan cara mencampur
buah atau sayuran dengan air, biasanya ditambah gula, susu atau madu, lalu
diblender. Dari segi pembuatannya sudah berbeda.
Berbeda pula cara mengonsumsinya. Infused water dikonsumsi setelah
buah direndam selama beberapa waktu. Maksimal 48 jam, di dalam kulkas.
Berbeda dengan jus yang harus segera diminum setelah dibuat. Karena rasa
dan kualitas jus akan menurun jika didiamkan selama beberapa jam. Meskipun
Anti Penuaan/Anti-aging
Wortel mengandung banyak beta-karoten, yang berfungsi sebagai anti
oksidan yang membantu tubuh untuk melawan radikal bebas. Hal ini juga
membantu memperlambat penuaan sel dan berbagai efek negatif terkait
dengan penuaan.
Kesehatan Gigi
Wortel bahkan dapat membantu membersihkan gigi, dan merupakan cara
terbaik untuk menjaga mulut bersih setelah makan. Wortel bertindak sebagai
pembersih alami yang membantu menghilangkan kotoran dan wabah dari gigi
dan gusi. Wortel juga memicu banyak air liur, yang membantu menghilangkan
noda pada gigi. Mineral dalam wortel membantu membunuh kuman di mulut
dan mencegah kerusakan gigi.
Melihat uraian diatas bisa dipastikan jika wortel memang memiliki banyak
manfaat. Bagi Anda yang tidak menyukai wortel mulai sekarang sedikit demi
sedikit biasakan untuk mengkonsumsinya. Manfaat wortel akan terasa bagi
kesehatan jika dikonsumsi secara rutin. (dr. Rezki Permata Sari)
4. Topi
Direkomendasikan untuk meng
gunakan topi dengan lebar 4 inchi
sebagai pelindung kepala
5. Waktu Beraktifitas
Hindari aktifitas outdoor pada jam 10 pagi sampai jam 15.00 sore.
Rencanakan aktifitas outdoor pada awal pagi hari atau sore menjelang senja.
Sumber: Dr. Mark Herron, MD, board-certified in Dermatology and Pediatric Dermatology, www.
acms.org
B ulan Ramadhan segera tiba. Umat Islam akan menjalankan ibadah puasa
pada Bulan tersebut selama sebulan penuh. Selain untuk beribadah,
ternyata beberapa penelitian ilmiah berhasil membuktikan bahwa puasa
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat puasa bagi kesehatan:
• Puasa dapat menurunkan risiko kanker.
Menurut American Journal of Physiology Study, berpuasa dalam jangka
waktu tertentu memperlambat cell division. Hal ini menunjukkan bahwa
puasa berpeluang untuk mengurangi risiko kanker.
• Membantu kinerja jantung.
Berpuasa dapat mencegah penyakit jantung dan resistensi insulin.
Penelitian dari Utah’s Intermountain Medical Center menemukan bahwa
pada 200 orang laki-laki dan perempuan, kelompok yang berpuasa satu hari
dalam sebulan 58% lebih sedikit memiliki penyakit jantung dibandingkan
dengan yg tidak.
• Menormalkan insulin dan leptin.
Berpuasa menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber
energi utama. Tubuh yang lebih banyak menggunakan lemak sebagai
energi utama, dibandingkan dengan gula memiliki risiko penyakit kronis
yang lebih rendah.
• Merangsang hormon pertumbuhan.
Penelitian menunjukkan berpuasa dapat meningkatkan HGH yang
memiliki peranan penting pada kesehatan, fitness dan mengurangi proses
penuaan. HGH juga merupakan hormon yang membakar lemak.
• Menurunkan kadar kolesterol.
Sebuah penelitian di Uni Emirat Arab menyimpulkan bahwa saat berpuasa
terjadi penurunan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol rendah
meningkatkan kesehatan jantung, sehingga dapat mengurangi risiko
terserang penyakit jantung atau stroke.