LAPORAN PEMINATAN K3
OLEH
OLEH
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
I GEDE LINGGA SEPUTRA
202020641011074
Diajukan Pada Tanggal 8 April 2021
Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Profesi Stase Pilihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini dengan judul
bertujuan untuk memenuhi salah satu penugasan dalam Stase Pilihan yaitu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Program Studi Profesi Fisioterapi
memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dalam penyusunan laporan ini
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dan terlibat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Berpikir 27
Skema 4.1 Desain Penelitian 29
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 42
Lampiran 2 43
Lampiran 3 53
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melakukan aktivitas kerja, karena keselamatan kerja tidak hanya ditimbulkan oleh
sistem yang telah diterapkan tetapi juga kesadaran setiap individu untuk
menghindari kecelakaan kerja. Hal yang perlu diperhatikan saat bekerja yang
peralatan perlindungan diri, waktu kerja, lingkungan kerja, faktor manusia yang
tertinggi penyakit yang dialami pekerja yaitu sebanyak (40,5%). Posisi kerja yang
tidak benar dalam waktu lama dapat mengakibatkan pekerja mengalami masalah
sehingga cidera dan kesakitan kerja dapat diminimalisir (Munir, 2012). Sikap
tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan, kepala dan
anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh
tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor- faktor yang paling berpengaruh
meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta
faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja
(Pangaribuan, 2009).
1
2
Pegawai administrasi rumah sakit adalah ujung tombak rumah sakit dan
merupakan tenaga yang sering kontak dengan pasien maupun pekerja rumah sakit
lainnya. Hal ini akan menyebabkan stressor yang kuat pada pegawai administrasi
pada jaringan lunak seperti otot, tendon, sendi, ligamen serta sistem syaraf. Paling
keluhan yang terjadi pada otot rangka yang dialami oleh seseorang mulai dari
keluhan yang ringan sampai dengan keluhan yang sangat berat (Tarwaka 2014).
shift. Terdapat perbedaan tingkat kelelahan antar kedua shift, antara shift sore dan
shift malam juga terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja. Tingkat kelelahan
kerja pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan kerja
shift sore lebih rendah dari pada shift malam. Tingkat kelelahan kerja pada shift
pagi lebih rendah dari pada shift malam. Ini dikarenakan beban kerja yang
berbeda disetiap shift. Apabila waktu kerja yang ditanggung pegawai administrasi
melebihi dari kapasitasnya juga akan mengalami kelelahan, maka akan berdampak
jam/hari (hari ke1-5), 5 jam/hari (hari ke-6), 40 jam/minggu. Untuk 5 hari kerja:
3
rumah sakit termasuk pekerja yang bekerja terus menerus, termasuk pada hari
libur resmi, hal ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-
233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan
Secara Terus Menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu “Apakah
ada Faktor Risiko Kerja Duduk dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pegawai
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bangli.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Teoritis
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
a. Definisi ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang berarti kerja
dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga
2004).
Ergonomi merupakan salah satu hal yang mengarah pada peningkatan kualitas
dalam hal ini sebagai objek makhluk pekerja yang bekerja untuk memenuhi
peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan kerja
6
7
Wignjosoebroto, 2003).
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun
pada sector tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi
dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan yang tepat
adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Pada sektor
serta dalam sikap- sikap badan dan cara-cara kerja yang secara ergonomi dapat
sehat, dan selamat dalam bekerja. Sikap tersebut dapat dilakukan dengan:
3. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan
penggunanya.
bergantian.
b. Tujuan Ergonomi
c. Aspek Ergonomi
antara lain:
1. Faktor manusia
Ada beberapa faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu: faktor dari dalam (internal
factors) dan faktor dari luar (external factors). Tergolong dalam faktor
dari dalam (internal factors) ini adalah yang berasal dari dalam diri
manusia seperti: umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran
9
mempengaruhi kerja atau berasal dari luar manusia, seperti: penyakit, gizi,
2. Faktor Anthropometri
manusia, terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh
alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak
nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan
pekerjaan.
Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap
dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang
yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang
kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat.
B. Administrasi
keterangan secara sistematis dan pencatatan secara tertulis semua kegiatan yang
mengatur semua kegiatan organisasi di dalam mencapai tujuan secara tertib dan
Banyak orang beranggapan bahwa administrasi itu sama dengan juru ketik,
tata usaha atau pekerjaan yang bersangkutan dengan tulis menulis. Administrasi
adalah upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan
orang-orang dalam suatu pola kerjasama. Efektif dalam arti hasil yang dicapai
upaya itu sama dengan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan efisien berhubungan
adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber
daya manusia. SDM di rumah sakit terdiri dari banyak macam profesi, salah
karena sebagai ujung tombak rumah sakit dan merupakan tenaga yang sering
kontak dengan pasien maupun pekerja rumah sakit lainnya. Hal ini akan
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang berbeda-
belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri
ataupun berbaring. Jika diasumsikan, tekanan tersebut sekitar 100%, cara duduk
12
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut
mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih
banyak memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang daripada sikap duduk yang
Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskeletal) dan tulang belakang terutama
pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa
nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat
dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar (Eko Nurmianto,
2008).
Namun begitu, terdapat pula kerugian sebagai akibat bekerja sambil duduk
2. Melengkungnya punggung
Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam
waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-
lain.
4. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,
bongkok).
gerak, arah dan kekuatan). Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja
yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan
dengan cara:
14
3. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana kerja
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk
diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. setelah itu
tegakkan badan buatlah lengkungan lebih sebisa mungkin, tahan untuk beberapa
detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi
duduk inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih
tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua kaki tungkai tidak
saling menyilang. Jaga agar ke 2 kaki tidak menggantung dan hindari duduk
dengan posisi sama lebih dari 20 – 30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan
lengan pada kursi, juga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto, 2008).
Sikap kerja duduk yang kurang baik atau keliru menurut Wahyu Purwanto
tulang belakang, karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk, bila dibandingkan dengan saat berdiri maupun berbaring. Jika tekanan
tersebut diasumsikan sekitar 100%, maka besarnya tekanan pada posisi duduk
yang tegang (erect posture) adalah 140% dan posisi duduk mengbungkuk ke
depan tekanannya adalah 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak
memerlukan aktivitas otot atau urat syaraf belakang daripada sikap duduk yang
15
condong kedepan. Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab
syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat (Eko Nurmianto, 2003).
D. Keluhan Muskuloskeletal
nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas
pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat
ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara
berulang dan dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
pembebanan dihentikan.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih berlanjut.
16
Sakit pinggang terjadi karena kesalahan dan lamanya waktu duduk. Saat
bekerja tubuh dituntut untuk berada dalam posisi yang sama untuk waktu yang
lama terutama pekerja dalam bidang manufaktur. Jika kondisi tidak nyaman
terjadi, maka tubuh akan tertekan dan berakibat timbulnya sakit pinggang atau
pegal-pegal.
Kursi yang ergonomi adalah kursi yang dapat diatur agar sesuai dengan
kondisi badan baik tinggi maupun sandarannya. Hal ini akan membuat bagian
menggunakan bantalan atau pijakan untuk kaki agar kaki kita tidak
meletakkan busa pada letak dudukan. Ini akan menyebabkan pinggang kita
sandaran tangan kita harus memperhatikan bentuk sandaran itu agar posisi
tangan tidak ketinggian. Dalam bekerja faktor tempat duduk sangat penting
karena dengan tempat duduk yang nyaman kita akan dapat bekerja dengan
berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga
2. Aktivitas berulang
terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus
adalah tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, getaran dan
mikroklimat.
5. Penyebab kombinasi
1. Umur
Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai pertama dirasakan pada umur
bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan
dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot
2. Jenis kelamin
kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi
daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan
19
otot pria, sehingga daya tahan otot priapun lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Dari uraian tersebut, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam
3. Kebiasaan Merokok
terhadap risiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli,
meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat
memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi
tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah
4. Kesegaran Jasmani
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang
waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat
kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady,
dkk. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah,
maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang
adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga
diperkuat Betti’e, dkk (1989) yang menyatakan hasil penelitian terhadap para
kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko yang sangat kecil terhadap
risiko cedera otot. Berdasarkan uraian di atas dapat digaris bawahi bahwa,
fisik.
5. Kekuatan Fisik
tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara
fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik
lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang
otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap
6. Ukuran Tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan masssa
struktur rangka di dalam menerima beban, baik berat tubuh maupun beban
Seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40 - 50 jam. Lebih
dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu
Jumlah 40 jam kerja. Seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung
jam kerja dari 81/4 ke 8 jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan
2. Posisi Kerja
22
Posisi kerja merupakan postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh
yang digunakan untuk menunjang pekerja saat dia bekerja dan saling
mencegah keluhan penyakit akibat posisi kerja (Ramdani, 2018). Postur kerja
posisi normal tubuh yang dapat mengakibatkan stres pada otot, ligamen dan
mengakibatkan cidera pada tubuh saat bekerja (Ismawati, 2017). Beban kerja
yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini
tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya
kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada
keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya
b. Depresi
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan subjektif sehingga sulit
1. Tahap 1 atau awal: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan pafa bagian tubuh
yang tertentu selama jam kerja tapi biasanya menghilang setelah waktu
kerja usai atau di malam hari. Tidak berpengaruh terhadap performa kerja.
2. Tahap 2 atau intermediate: Gejala tetap ada setelah melewati waktu satu
malam setelah bekerja atau sakit dan kelelahan pada bagian tubuh tertentu
yang muncul pada awal shift kerja dan bertahan di malam hari. Tidur
3. Tahap 3 atau akhir: Gejala atau sakit, kelelahan dan kelemahan tidak
melewati tahap ini dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk
Nordic Body Map (NBM) berupa kuesioner yang paling sering digunakan
mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada
bagian area tubuh tersebut menurut Kroemer pada Dewi (2020). NBM ditujukan
untuk mengetahui lebih detil bagian tubuh yang mengalami gangguan atau rasa
sakit saat bekerja. Dengan NBM dapat melakukan identifikasi dan memberikan
penilaian terhadap keluhan rasa sakit yang dialami. Kuesioner Nordic Body Map
rapi.
disorder (MSDs) yang dirasakan pekerja. Keluhan MSDs tersebut akan diketahui
dengan menggunakan kuesioner yang berupa beberapa jenis keluhan MSDs pada
peta tubuh manusia. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang
25
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit, Agak Sakit,
Sakit dan Sangat Sakit. Hasil NBM dapat mengestimasi jenis dan tingkat keluhan,
melihat dan menganalisis peta tubuh yang diambil dari pengisian kuesioner NBM
mulai dari rasa yang tidak nyaman sampai sangat sakit. Menurut Santoso et al
(2014), untuk mengetahui lebih detil bagian tubuh yang mengalami gangguan atau
rasa sakit saat bekerja dapat digunakan metode Nordic body map, meskipun
bersifat subjektif, namun kuesioner ini sudah terstandarisasi dan valid untuk
tubuhnya yang dirasakan sakit selama melakukan aktivitas kerja sesuai dengan
skala likert yang telah ditentukan. Kemudian responden mengisi pada formular
kuesioner Nordic Body Map, responden cukup memberi tanda ceklis (√) pada
bagian tubuh
26
body map yang diberikan kepada responden. Kemudian dari hasil yang telah di
dapat selanjutnya melakukan skoring terhadap individu dengan skala likert yang
telah di tetapkan. Skala tersebut berupa keterangan yang ada di dalam kuesioner
yaitu tidak sakit (tidak merasakan gangguan pada bagian tertentu) dengan skor 1,
agak sakit (merasakan sedikit gangguan atau rasa nyeri pada bagian tertentu)
dengan skor 3, dan sangat sakit (merasakan ketidaknyamanan pada bagian tertentu
Pada tanggal 6 April 2021 tepatnya hari selasa dilakukan observasi untuk
Bangli. Pegawai administrasi RSUD Kabupaten Bangli ini, bekerja dengan duduk
statis selama jam kerja. Dalam sehari para pegawai administrasi bekerja selama 8
jam, salah satunya yaitu pada pegawai administrasi yang berada di loket
pendaftaran dan pembayaran yang lebih sering bekerja dengan posisi duduk statis.
Hal ini membuat para pegawai administrasi harus berlama-lama dalam suatu
kuesioner Nordic Body Map (NBM). Pegawai administrasi dalam sehari bekerja
selama 8 jam. Rata-rata para pegawai administrasi sudah bekerja lebih dari 15
tahun. Serta yang terakhir adalah pemberian edukasi pada pegawai administrasi
28
Administrasi
BAB III
KERANGKA BERPIKIR
A. Kerangka Berpikir
Pegawai Administrasi
Faktor Internal:
Umur Faktor Eksternal:
Jenis kelamin Lama kerja/masa kerja
Kebiasaan Merokok Posisi Kerja
Kesegaran Jasmani
Kekuatan Fisik
Ukuran Tubuh
Keluhan Muskuloskeletal
= Diteliti
= Tidak Diteliti
yang statis dalam jangka waktu yang lama. Posisi kerja yang tidak tepat dapat
dapat memicu terjadinya keluhan musculoskeletal yaitu faktor internal dan faktor
ekternal. Faktor internal terdiri dari: umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, kekuatan fisik dan ukuran tubuh. Sedangkan faktor eksternal
29
30
terdiri dari; lama kerja/masa kerja dan tekanan melalui fisik (beban kerja). Dalam
hal ini terjadinya keluhan muskuloskeletal dikarenakan posisi kerja yang tidak
ergonomi dan statis yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot secara
terus menerus sehingga aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otot
menjadi tidak lancar serta rasa tidak nyaman. Maka dari itu peneliti ingin
HASIL
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil dari analisa yang berjudul
dimulai dari tanggal 5 April 2021 sampai dengan diambilnya data responden pada
19 April 2021. Jumlah responden dalam analisa ini adalah sebanyak 10 orang.
A. Hasil Indentifikasi
1. Desain Identifikasi
Studi Literatur
Identifikasi
Masalah
Perumusan
Masalah
Pengisian
Melakukan
Kuesioner Nordic
Observasi
Body Map
Pengolahan Data:
melakukan skoring
terhadap hasil
kuesioner Nordic
Body Map
Analisis
31
32
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu mulai dari studi
administrasi rumah sakit pada saat bekerja, setelah dilakukan identifikasi masalah,
Bangli, tahap selanjutnya yaitu melakukan skoring terhadap kuesioner yang telah
diisi dengan tujuan untuk mengetahui total skor individu dari pegawai yang akan
dijadikan acuan dalam menetapkan tingkatan risiko keluhan nantinya, dan tahap
Berikut salah satu hasil kuisioner Nordic Body Map (NBM) pegawai administrasi
telah didapatkan bisa di lihat pada tabel 4.1 dari hasil tersebut di dapatkan total
skor pada pegawai administrasi RSUD Kabupaten Bangli 28-49 sebanyak 6 orang
Dari hasil skoring yang telah didapatkan pada tabel 4.1 didapatkan pula
diperlukan adanya tindakan perbaikan”. Tetapi meskipun dari skor tersebut belum
2. Tempat
Kabupaten Bangli.
3. Waktu
35
Waktu penelitian ini pada bulan April 2021. Observasi dilakukan tanggal 5
April 2021, dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 April 2021.
BAB V
PEMBAHASAN
dan diskusi hasil dengan membandingkan hasil dari penelitian yang lain,
Berdasarkan usia dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia pada
yang akan menjadi pemicu munculnya rasa nyeri sebagai respon akan
pada sendi dan terjadinya degenerasi pada jaringan yang membuat jaringan
parut yang membuat fleksibilas sendi serta kestabilan otot dan tulang juga
36
37
orang. Jenis kelamin adalah faktor yang berkaitan dengan ketahanan otot
antara perempuan dan laki-laki. Terkait hal itu, jenis kelamin berkaitan erat
Kekuatan atau kemampuan otot yang dimiliki perempuan hanya sekitar dua
per tiga dari kekuatan otot laki-laki, sehingga kapasitas otot perempuan lebih
kecil jika dibandingkan dengan kapasitas otot laki-laki (Tarwaka, 2014 dalam
Helmina, 2019).
kekuatan otot perempuan hanya 65% dari kekuatan otot laki-laki sehingga
Dari hasil penelitian ini terdapat masa kerja pegawai administrasi yaitu 10-
harinya kecuali hari libur hal ini dapat menyebabkan overload pada jaringan
jari tangan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Penelitian
bahwa masa kerja adalah salah satu faktor resiko keluhan muskuloskeletal
dipertahankan dalam posisi statis dengan postur yang salah dalam jangka
waktu yang cukup lama, dimana otot-otot yang digunakan akan berkontraksi
semua jenis pekerjaan pegawai menggunakan posisi duduk statis (Riza, 2016).
Analisa ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi fisioterapi dalam bidang
dilakukan.
39
Bangli” ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan baru dan dapat diterapkan
JURNAL PENDUKUNG
42
43
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46
Ramdani, A. (2018). Hubungan Antara Posisi Kerja dan Masa Kerja Terhadap
Kejadian Low Back Pain pada Penambang Belerang di Gunung Ijen.
(Skripsi). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Riza, M N. (2016). Hubungan Masa Kerja Dan Sikap Kerja Terhadap Kejadian
Low Back PainPada Penenun Di Kampoeng BNI Kab.Wajo. (Skripsi).
Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Santoso et al. 2014. Perancangan Metode Kerja untuk Mengurangi Kelelahan
Kerja pada Aktivitas Mesin Bor di Workshop Bubut PT. Cahaya Samudra
Shipyard. Profesiensi. Vol. 2(2) :155-164.
Suma’mur PK (2009). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Jakarta: CV Sagung Seto.
Sutalaksana, Iftikar Z. (2006), Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara
Kerja & Ergonomi, Departemen Teknik Industri ITB, Bandung.
Sutrisno dan Kusmawan. (2006). Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Ghalia Indo.
Tarwaka, S.S. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
Tarwaka, S.S. (2010). Dasar–Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasinya di
Tempat Kerja. Solo: Harapan Press.
Tarwaka, S.S. (2013). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.
Trimurangga, K. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back
Pain pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enserval Putera
Megatrading Jakarta Tahun 2010. (Skripsi). Jakarta: Universitas Syarif
Hidayatullah.
Wanri, A. Rahayu, S. Trigono, A. (2018). Analisis Kebutuhan Tenaga
Administrasi Berdasarkan Beban Kerja Dengan Teknik Work Sampling
Menggunakan Metode Wisn Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pelayanan
Unit Rawat Jalan Rs. Dr. Bratanata Jambi Tahun 2018. Jurnal Kesmas Jambi
(JMKJ). Vol. 2(2): 20-32.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Pengantar Teknik dan Manajemen Industri.
Guna Widya. Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Nordic Body Map
47
48
Lampiran 2
Hasil Kuesioner Nordic Body Map
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
Lampiran 3
Dokumentasi