Definisi :
Energi secara umum diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.
Aktivitas aerobik
merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas ringan-sedang yang dapat dilakukan
secara kontinue dan dalam waktu yang cukup lama.
Contohnya : jogging, senam renang dan lainnya (Wiarto, 2013 : 140).
Aktivitas anaerobik
merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat
dalam waktu yang singkat tetapi tidak dapat dilakukan secara kontinue dalam waktu
yang lama. Aktivitas ini membutuhkan recovery agar ATP dapat di regenerasi kembali
sehingga dapat melakukan aktivitas fisik kembali.
Contohnya : lari 100, lompat jauh dan lainnya (Wiarto, 2013 : 139).
Aktivitas Kombinasi antara Aerobik dan Anaerobik.
Aktivitas ini merupakan aktivitas yang menggabungkan antara aerobik dan anaerobik.
Contohnya : sepak bola, polo air dan lainnya (Wiarto, 2013 : 140).
Adenosine triphosphate (ATP)
adalah bentuk penggunaan langsung dari energi kimia untuk kerja biologis, termasuk
aktivitas biologis otot dan tersimpan dalam sel-sel terutama sel-sel otot. Peranan ATP
sebagai sumber energi untuk proses biologik berlangsung secara siklus (Shadiqin,
2012: 22).
Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terdapat dalam tubuh, meliputi produksi
energy yang berasal dari makanan yang dicerna (seperti perubahan dan
penyimpanannya), pertumbuhan dan kerusakan pada jaringan, energi yang terpakai, dan
berbagai proses kimia lainnya (Shadiqin, 2012: 23).
Metabolisme Anaerobik
Metabolisme anaerobik adalah suatu proses metabolisme energi yang tidak
membutuhkan oksigen. Proses metabolisme anaerobik berlangsung di sitoplasma.
A. Sistem Fosfagen (Sistem ATP-PC) (Shadiqin, 2012: 25).
B. Sistem Asam Laktat/Glikolisis (Wiarto, 2013 : 142).
Metabolisme Aerobik
metabolisme aerobik adalah proses metabolisme energi yang membutuhkan oksigen
dan prosesnya terjadi di dalam mitokondria. Sistem ini menghasilkan energi yang besar
yang digunakan untuk aktivitas yang berdurasi lama (Wiarto, 2013 : 143).
Klasifikasi Sumber Energi dan Durasi Waktu Penggunaan Energi
(Wiarto, 2013 : 143)
Kasifikasi
No. Durasi Penyedia Energi Keterangan
Sumber Energi
1 - 4 detik ATP -
1. Anaerobik alaktik
4 - 20 detik ATP - PC -
Anaerobik alaktik 20 – 45 ATP, PC, Terbentuk asam
2.
+ laktik detik Glikogen otot laktat
45 – 120 Asam laktat
3. Anaerobik alaktik Glikogen otot
detik berkurang
Anaerobik alaktik 120 – 240 Asam laktat
4. Glikogen otot
+ aerobik detik berkurang
240 – 600 Glikogen otot, Penggunaan lemak
5. Aerobik
detik lemak semakin banyak.
Perbandingan antara Sistem Energi Aerobik dan Anaerobik (Wiarto, 2013 : 144)
Aerobik Anaerobik
Penyediaan energi lebih lambat Penyediaan energi lebih cepat
Energi yang dihasilkan banyak Jumlah energinya sedikit
Energinya dapat digunakan dalam Energinya hanya dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama waktu singkat antara 3-10 detik
Keseimbangan Energi
Metabolisme basal adalah kebutuhan energi yang minimal yang dibutuhkan tubuh
untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Metabolisme basal dibutuhkan untuk
pernapasan, peredaran darah, kerja ginjal dan organ-organ lain tubuh. Metabolisme
basal dinyatakan dalam kilokalori per kilogram (Wiarto, 2013 : 149).
Metabolisme basal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Komposisi tubuh
2. Ukuran tubuh
3. Jenis kelamin
4. Umur
5. Suhu tubuh
6. Suhu lingkungan
7. Status gizi
8. Tidur
Komponen Biomotorik
Definisi :
Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi sistem-
sistem organ dalam. Sistem organ dalam yang dimaksud di antaranya adalah sistem
neuromuskuler, pernapasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang, dan
persendian. (Bompa, 1994).
Komponen Biomotorik :
Menurut Bompa (1994) komponen dasar dari biomotor olahragawan meliputi
kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas. Adapun komponen-
komponen yang lain merupakan perpaduan dari beberapa komponen sehingga
membentuk satu peristilahan sendiri. Di antaranya, seperti: power merupakan
gambungan dari kekuatan dan kecepatan, kelincahan merupakan gabungan dari
kecepatan dan koordinasi
Ketahanan (Daya Tahan/Endurance) :
Pengertian Ketahanan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau
sekelompok otot dalam jangka waktu yang tertentu, sedangkan pengertian ketahanan
dari system energi adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dałam jangka waktu
tertentu.
Tujuan : untuk meningkatkan kemampuan olahragawan agar dapat mengatasí kelelahan
selama aktivitas kerja berlangsung. (McArdle, dkk 1986).
Macam Ketahanan :
1. Menurut Jenis:
a. Ketahanan unum (dasar) adalah ketahanan olahragawan dalam melakukan
kerja dengan melibatkan beberapa kelompok otot dan atau seluruh kelompok
otot, sistem pusat syaraf, sistem neurouskuler, dan sistem kardiorespirasi
dalam jangka waktu yang lama.
b. Ketahanan khusus adalah ketahanan yang hanya melibatkan sekelompok otot
lokal.
2. Menurut Jangka Waktu:
a. Ketahanan jangka panjang adalah ketahanan yang diperlukan selama aktivitas
kerja dalamı waktu lebih dari 8 menit.
b. Ketahanan jangka menengah adalah aktivitas olahraga yang memerlukan
waktu antara 2 sampai 6 menit.
c. Ketahanan jangka pendek adalah aktivitas olahraga yang memerlukan waktu
antara 45 detik sampai dengan 2 menit.
3. Sistem energi yang digunakan:
a. Ketahanan otot adalah kemampuan sekelompok otot atau seluruh otot untuk
mengatasí beban latihan dalam jangka waktu tertentu.
b. Ketahanan kecepatan atau stamina adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan serangkaian gerak dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu
yang lebih lama.
c. Ketahanan yang berdasarkan atas penggunaan sistem energi dibedakan
menjadi, ketahanan aerobik, ketahanan anaerobik alaktik, dan ketahanan
anaerobik laktik.
menurut Bompa (1994) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: sistem
pusat syaraf, kemauan olahragawan, kapasitas aerobik, kapasitas anaerobik, dan
kecepatan cadangan. Sedangkan Bowers dan Fox (1992) menambahkan faktor
yang mempengaruhi latihan ketahanan adalah intensitas, frekuensi, durasi Jatihan,
faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
Metode Latihan Ketahanan
1. Latihan Aerobik
2. Latihan Ambang Rangsang Anaerobik (anaerobic threshold)
3. Metode Latihan Kontinyu
4. Metode Fartlek (memainkan kecepatan)
5. Metode Latihan Interval
6. Latihan Anaerobik
7. Latihan Anaerobik Alaktik Maksimal
8. Latihan Anaerobik Laktik Maksimal
9. Latihan Toleransi Asam Laktat
Latihan VO2 Maksimal
Kekuatan (Strength)
Kekuatan (strength) merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan
dalam setiap cabang olahraga. Sasaran pada latihan kekuatan adalah untuk
meningkatkan daya otot dalam mengatasi beban selama aktivitas olahraga berlangsung.
Macam-Macam Kekuatan
1. kekuatan umum.
2. kekuatan khusus
3. kekuatan maksimal
4. kekuatan ketahanan (ketahanan otot),
5. kekuatan kecepat-an (kekuatan elastis atau power).
6. kekuatan absolut,
7. kekuatan relatif, dan
8. kekuatan cadangan.
Kekuatan otot sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: potensi otot, pemanfaatan potensi
otot, dan teknik (Bompa, 1994).
Kecepatan (Speed)
Kecepatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam
setiap cabang olahraga. latihan kecepatan dilakukan setelah olahragawan dilatih
ketahanan atau memiliki landasan (fondasi) aerobik yang memadai, dilanjutkan dengan
latihan kemampuan ambang rangsang anaerobik, dan kemampuan anaerobik yang baik
baru dilatih kecepatan.
Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan
1. Keturunan,
2. Waktu reaksi,
3. Kekuatan (Kemampuan Mengatasi Beban Pemberat)
4. Teknik Kecepatan
5. Eastisitas Otot
6. Jenis Otot
Fleksibilitas
Fleksibilitas yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam
fleksibilitas, yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2) fleksibilitas dinamis.
Koordinasi
sasaran utama pada latihan koordinasi adalah untuk meningkatkan kemampuan
penguasaarn gerak. Oleh karena itu koordinasi selalu terkait dengan biomotor yang lain,
terutama kelincahan dan ketangkasan (Crespo dan Miley, 1998: 176, dan Bornemann,
et.al, 2000: 117)
Macam-Macam Koordinasi
Dibagi menjadi Koordinasi umum dan koordinasi Khusus (Bompa, 1994: 322).
Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan
mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak (Sage, 1984: 279).
Kebugaran Jasmani
Definisi :
Kesegaran jasmani adalah satu aspek fisik dan kesegaran yang menyeluruh (total
fitness), yang memberi kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang
produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap-tiap pembebanan (stress) fisik yang
layak. (Kleden, 2013).
1. Kapasitas anaerobik
a. Anaerobik alaktasid.
Contoh gerakan – gerakan ledak :
1) Vertical jump,
2) Standing board jump,
3) Sprint 30 M maximal,
4) Lempar bola medicine (3kg), dsan sejenisnya
b. Anaerobik laktasid .
Contoh gerakan untuk daya tahan anaerobik :
1) Lari dengan kecepatan maksimal selama antara 1-2 menit.
2) Lari kijang (speed bound) sejauh 300 meter.
3) Berenang dengan kecepatan maksimal sejauh 200 m.
4) Push up dengan irama cepat selama 1 menit.
5) Lompat tinggi angkat paha dengan irama cepat selama 1 menit 30 detik,
dan sejenisnya.
2. Kapasitas aerobic
Contohnya adalah lari dengan kecepatan maksimal :
a. 12 menit (Cooper),
b. 15 menit,
c. 2400 m (Cooper),
d. 3200 m
e. 5000 m (Cooper: jalan cepat), dan sejenisnya
Cedera Olahraga
Definisi :
Sport injuries atau cedera olahraga adalah segala macam/bentuk cedera yang timbul,
baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (bertanding) ataupun
sesudah bertanding. Yang bisa terkena adalah tulang, otot, tendon serta ligamentum
(Komaini.A 2012).
Penyebab Terjadinya Cedera :
Berdasarkan macam cederanya, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-sebab
cedera :
1. Ekternal violence (sebab-sebab yang berasal dari luar)
2. Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam)
3. Over-use (pemakaian terus menerus/terlalu lelah)
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan benda keras
pada jaringan lunak tubuh.
1. Sprain
Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada Iigamentum,
hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
a) Sprain Tingkat I
terdapat sedikit hematoma dalam Iigamentum dan hanya beberapa serabut
yang putus.
b) Sprain Tingkat II
lebih banyak serabut dari Iigamentum yang putus, tetapi lebih separuh
serabut Iigamentum yang utuh.
c) Sprain Tingkat III
seluruh Iigamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
2. Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan
yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
a) Strain Tingkat I
terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada
jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
terdapat robekan pada unit musculo tendineus.
c) Strain Tingkat III
terjadi robekan total pada unit musculo tendineus (Graha 2008).
c. Dislokasi
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reposisi
ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu
memanjang, imobilisasi dengan spalk, di bawa kerumah sakit jika terjadi fraktur.
(Graha. 2008)
d. Patah Tulang
adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada
tulang maupun tulang rawan.
adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot
dan mengakibatkan rasa nyeri.
f. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma
pukulan atau terjatuh.
g. Luka
Takaran Olahraga
Definisi Olahraga:
Dari sudut pandang fisiologi olahraga, Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan
kemampuan funsionalnya, sesuai dengan tujuan melakukan olahraga.
Sasaran Olahraga
Dosis
Dosis (volume) olahraga adalah sejumlah tertentu kegiatan raga yang harus dilakukan
seseorang; jadi berarti juga sejumlah tertentu daya (energi) yang harus dilakukan
seseorang melalui proses olah daya (metabolism) dalam tubuhnya.
Terdapat tiga cara mengatur dosis olahraga, yaitu :
1. Meningkatkan intensitas
2. Meningkatkan durasi
3. Meningkatkan intensitas disertai juga dengan meningkatkan durasi
Latihan
Definisi:
Latihan fisik merupakan aktivitas olah-raga secara sistematik dalam waktu yang lama,
ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi dan
psi- kologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
(Bafirman, 2013).
Takaran Latihan
menetapkan tentang ukuran beban latihan yang harus dilakukan oleh atlet untuk jangka
waktu tertentu (Cahyanto, 2014).
Beban latihan dapat dikatakan sebagai dosis latihan fisik. Yang dimaksud dosis latihan
antara lain (Cahyanto, 2018):
a. Intensitas latihan dapat diartikan sebagai kualitas beban (ringan, sedang, berat atau
low moderate, sub maximal, maximal, super maximal),
b. Frekuensi latihan merupakan jumlah kejadian/ ulangan,
c. Durasi latihan diartikan sebagai lamanya latihan dilaksanakan. Durasi latihan juga
akan mempengaruhi perubahan adaptasi tubuh,
d. Jenis latihan atau bentuk latihan. Yang dimaksud jenis adalah karakteristik latihan
dari intensitas, frekuensi dan durasi latihan.
Intesitas Latihan
adalah berat ringannya beban latihan yang menjadi pertimbangan berikutnya, setelah
memperhatikan tipe latihan yang tepat. (Bafirman, 2013)
Rentangan denyut nadi olahraga kesehatan ialah denyut nadi istirahat sampai kurang
lebih 80% denyut nadi maksimal sesuai usia. Khusus untuk Or-Kes S-3 ada batas
minimal denyut nadi yaitu kurang lebih 65% denyut nadi maksimal sesuai usia (Cooper,
1994) serta batas waktu minimal 10 menit. (Giriwijoyo, 2017)
Denyut Nadi Maksimal (DNM) dalam naskah ini dihitung berdasarkan rumus:
Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan yang dapat dilakukan dapat beberapa kali dalam sehari sampai dengan
5 kali dalam seminggu tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan tujuan latihan.
(Bafirman, 2013)
Durasi Latihan
Durasi latihan inti berkisar antara 15 sampai dengan 60 menit. Durasi waktu ini
dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh.(Bafirman, 2013)
Jenis Latihan
Tipe latihan aerobik lebih dominan meningkatkan kapasitas aerobik, mioglobin,
mitokondria sel (jumlah dan ukurannya), maupun cadangan glikogen otot, serta
meningkatkan konsentrasi enzim-enzim oksidatif atlet.
Tipe latihan anaerobik lebih dominan meningkatkan kapasitas anaerobik, sitem energi
ATP-PC dan glikolisis anaerobik atlet. (Bafirman, 2013)