Anda di halaman 1dari 12

SISTEM ENERGI PADA OLAHRAGA

AEROBIK DAN ANAEROBIK

Oleh: M. IC HSA N
RAMADHA N SU GA RA
Latar Belakang
Latihan berdasarkan sumber tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem,
yaitu: 1. Sistem aerobik. 2. Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid system) dan 3. Sistem
fosfat kreatin.
Latihan aerobik dapat di defenisikan sebagai latihan di bawah titik di mana kadar asam
laktat darah naik dengan cepat, di bawah ambang laktat. Metabolisme aerobik jauh
lebih
efisien dari pada nonaerobik yang menghasilkan 38 molekul ATP per molekul glukosa dan
hanya 2 molekul melalui rute nonaerobik, karena menghasilkan sedikit asam laktat
latihan
aerobik relatif menyenangkan (Sharkey, 2011).
Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benarmenyediakan seluruh energi ATP yang
dibutuhkan oleh otot. Ini dapat terjadi karena dalamkeadaan seperti ini sistem pernafasan dan jantung dapat menggerakkan oksigen
ke otot secarateratur. Peran oksigen dalam metabolisme aerobik sangat penting yang akan dipakai di dalammitokondria.
Selama latihan metabolisme aerobik selalu menyediakan energi sesuai dengan seluruhkebutuhan otot. Besarnya energi ini tergantung pada
kecepatan penyaluran oksigen kepadaotot yang bekerja. Dalam berbagai bentuk latihan khususnya dengan intensitas
tinggi,metabolisme aerobik tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi karena adanyaketerbatasan sistem penyaluran
oksigen. Dalam hal ini proses anaerobik melengkapimetabolisme aerobik sehingga kebutuhan energi otot dapat dipenuhi.
Aktivitas aerobik biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendahsampai sedang yang dapat dilakukan secara
kontinu dalam waktu yang cukup lama, sepertijalan kaki, bersepeda atau juga jogging. Selain itu ada beberapa cabang olahraga
sepertisepakbola, bola basket atau juga tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahragadengan kombinasi antara aktivitas
aerobik dan anaerobik.
Sistem Energi Aerobik dan
Anaerobik
Sistem energi anaerobik, selama proses pemenuhan kebutuhan energi menggunakan
energi yang tersimpan di dalam otot. Sedangkan sistem energi aerobik dalam
proses
pemenuhan kebutuhan energi harus menggunakan bantuan oksigen (O2) yang
diperoleh
melalui sistem pernapasan. Atlet yang terlatih biasanya memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sistem yang diperlukan untuk mengisi ATP yang sedang digunakan. Tiga
komponen utama: ATP/ CP, LA dan oksigen memiliki kemampuan untuk mendukung
berbagai kegiatan dalam berbagai intensitas dan durasi latihan. Semua atlet
memiliki
kemampuan untuk menghasilkan tenaga kerja dan intensitas yang melebihi kemampuannya
untuk meresintesis ATP
Sistem energi anaerobik
Sistem energi anaerobik dapat dibedakan menjadi dua,
sistem energi anaerobik
alaktik dan sistem energi anaerobik laktik. Sistem energi
anaerobik alaktik disediakan
oleh sistem ATP- PC sedangkan sistem energi anaerobik laktik
disediakan oleh sistem
asam laktat (Bompa, 1994: 22). Proses pemenuhan kedua
jenis sistem energi tersebut
tidak memerlukan bantuan oksigen (O2). Semua energi yang
dibutuhkan untuk
menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP, yang hanya
menopang kerja kira-kira 6
(enam) detik bila tidak ada sistem energi yang lain (Soekarman,
1991: 29)
Proses terjadinya pembentukan ATP adalah dengan pemecahan creatin danphosphate. Proses tersebut akan menghasilkanenergi yang
digunakan untuk meresintesis ADP+P menjadi ATP, dan selanjutnya akandirubah lagi menjadi ADP+P yang menyebabkan terjadinya
pelepasan energi yangdibutuhkan untuk kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak mengahsilkan tenagayang dapat digunakan langsung
untuk kontraksi otot, melainkan digunakan untukmeresintesis ADP+P menjadi ATP (Awan Hariono, 2006: 29).

Sistem anaerobikmerespon pelatihan dengan intensitas tinggi melalui biokimia, saraf, dan adaptasianatomi. Salah satu faktor
penting yang membedakan latihan bersifat anaerobik danlatihan bersifat aerobik yaitu intensitas dosis latihan. Untuk latihan yang
bersifatanaerobik dosis latihan tinggi dan dilakukan mendekati kelelahan. Disamping itusistem anaerobik dapat langsung dinilai
dengan tes kinerja yang dilakukan pada sebuah gerakan (Cahill, dkk. 1997: 1). Pelatihan yang tepat dan spesifik akan
menentukan kemampuan untuk mengeksekusi gerakan secara efisien. Bentuk pelatihan
untuk kinerja yang kurang dari 10 detik yaitu dengan pengulangan yang spesifik dan
jarak yang pendek (Shepard, R. J. 1978: 9-15).
Sistem energi aerobik
Aerobik berarti menggunakan bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobik
adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan bantuan
oksigen.
Setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka
asam
laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi (Sukadiyanto,
2011:
39). Sistem energi tubuh yang utama adalah metabolisme aerobik. Sistem ini memberi
energi bagi pembaharuan ATP dengan oksidasi karbohidrat, lemak dan protein
yang
disimpan dalam sel. Tidak seperti sistem anaerobik, metabolisme aerobik sangat efisien
dan pada akhirnya tidak mengahasilkan kelelahan.
Sebelum merencanakan untuk melakukan latihan olahraga aerobik perlu memperhatikankriteria-kriteria yang berkaitan
dengan dosis latihan, sebagai berikut:
1. Frekuensi ialah jumlah ulangan latihan yang dilakukan selama satuminggu. Frekuensi latihan olahraga aerobic
adalah dua kali, tiga kali,atau enam kali
2. Intensitas latihan olahraga aerobik diukur dengan cara mengukur denyut
jantung maksimal. Intensitas latihan olahraga aerobik adalah enam
puluh sampai delapan puluh persen berat ringannya suatu beban latihan.
3. Durasi ialah jangka waktu atau lamanya latihan yang diberikan agar
memberikan manfaat. Durasi latihan olahraga aerobik adalah dua puluh
sampai enam puluh menit.
4. Jenis latihan: Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan
latihan. Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan
kardiorespirasi ada bermacam-macam seperti: lari, sepeda, jogging,
berenang, dan jalan kaki
Keuntungan Dan Kekurangan Produksi Energi
Proses Metabolisme
Aerobik Saat Melakukan Latihan
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yanglebih cepat jika dibandingkan dengan
metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untukgerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam
waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat
namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ± 90 detik. Walaupun prosesnya
dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik hanya menghasilkan
molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik
(2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses
metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam
laktat yang apabila
terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada otot.
KESIMPULAN
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat
berjalan
secara aerobik (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua
proses ini dapat
berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Pada aktivitas-
aktivitas olahraga
yang membutuhkan energi besar dalam waktu yang cepat atau pada
olahraga dengan
intenistas tinggi. Pada cabang-cabang olahraga dengan intensitas rendah-
sedang yang memilki
komponen aerobik tinggi seperti jogging, maraton, triathlon atau juga
bersepeda jarak jauh,
metabolisme energi tubuh akan berjalan secara aerobik dengan kehadiran
oksigen melalui
pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
Pada olahraga beregu yang merupakan kombinasi antara aktivitas intensitas tinggi danaktivitas intensitas rendah, metabolisme
energi juga akan berjalan secara aerobik dananaerobik dan juga mengunakan sumber-sumber energi yang sama yaitu
phospocreatine(PCr), karbohidrat, lemak dan juga protein. Diantara semua bentuk simpanan energi yangterdapat di dalam tubuh,
simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber zat gizi utamayang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot.
Keduanya akan menjadisumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang persentase kontribusinya terhadapproduksi energi
akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya waktu berolahraga

Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa pada saatberolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat
diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitumelalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui
glikolisisglukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemakyang terdapat di dalam tubuh
hanya dapat diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP,dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan
karbohidrat agar prosespembakarannya menjadi sempurna

Anda mungkin juga menyukai