Anda di halaman 1dari 77

i

SEMINAR HASIL PENELITIAN

DAYA TAHAN OTOT GASTROCNEMIUS DENGAN


LATIHAN ANKLE HOPS PADA PENGEMUDI TRUK PASIR DI
DESA SUSUT, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI

Oleh :

I GEDE LINGGA SEPUTRA


16121001052

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
TAHUN 2020
i

SEMINAR HASIL PENELITIAN

DAYA TAHAN OTOT GASTROCNEMIUS DENGAN


LATIHAN ANKLE HOPS PADA PENGEMUDI TRUK PASIR DI
DESA SUSUT, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI

Oleh :

I GEDE LINGGA SEPUTRA


16121001052

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
TAHUN 2020

i
ii

SEMINAR HASIL PENELITIAN

DAYA TAHAN OTOT GASTROCNEMIUS DENGAN


LATIHAN ANKLE HOPS PADA PENGEMUDI TRUK PASIR DI
DESA SUSUT, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana fisioterapi

OLEH

I GEDE LINGGA SEPUTRA

NIM : 16121001052

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BALI
TAHUN 2020

ii
iii

HALAMAN PENGESAHAN

SEMINAR HASIL PENELITIAN

DAYA TAHAN OTOT GASTROCNEMIUS DENGAN


LATIHAN ANKLE HOPS PADA PENGEMUDI TRUK PASIR DI
DESA SUSUT, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI

OLEH:
I GEDE LINGGA SEPUTRA
NIM : 16121001052

Telah disetujui pada tanggal 11 Juli 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Indah Pramita, SST., FT., M.Fis) (I Made Astika Yasa, S.Ft., M.Erg)
NIP : 02198916 NIDN. 0810108801
NIDN : 0817018901

Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi
Universitas Dhyana Pura

(Antonius Tri Wahyudi, S.Pd, M.Erg)


NIP.01235513
NIDK: 0806045501

iii
iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Gede Lingga Seputra

NIM : 16121001052

Program Studi : Fisioterapi

Judul Skripsi : Daya Tahan Otot Gastrocnemius Dengan Latihan Ankle

Hops Pada Pengemudi Truk Pasir di Desa Susut, Kecamatan

Susut, Kabupaten Bangli

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tulisan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

Badung, Juli 2020

Yang Membuat Pernyataan

(I Gede Lingga Seputra)

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena

atas berkat dan rahmat-Nya, serta tuntunan dan bimbingannya, kami dapat

menyelesaikan proposal ini meskipun sangat sederhana. Penulisan proposal dengan

judul “Daya Tahan Otot Gastrocnemius Dengan Latihan Ankle Hops Pada Pengemudi

Truk Pasir di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli”, kami menyadari

bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari

kata sempurna.Oleh sebab itu kami mengharapkan sumbangan pikiran berupa kritik

dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan dan pengetahuan yang lebih

untuk kami.

Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pentunjuk dan bimbingannya

dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini

penulis mengucapkan terimakasih.

Badung 10 Maret 2020

v
vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan serta

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Daya Tahan Otot Gastrocnemius Dengan

Latihan Ankle Hops Pada Pengemudi Truk Pasir di Desa Susut, Kecamatan Susut,

Kabupaten Bangli” tepat pada waktunya.

Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui, latihan ankle hops dapat

meningkatkan daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi truk pasir di Desa

Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Fisioterapi di Universitas Dhyana Pura,

Bali.

Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulisan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. Bapak Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA. Selaku Rektor

Universitas Dhyana Pura yang telah member kesempatan pada penulis untuk

menyusun skripsi guna menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Fisioterapi

Universitas Dhyana Pura.

2. Bapak Dr. Rahmadi Prasetyo, S.T., M.T Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura.

3. Bapak Antonius Tri Wahyudi, SPD., M.Erg, Selaku ketua Program Studi

Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi Universitas Dhyana

Pura.

vi
vii

4. Bapak Ir. I Gede Arya Sena, M.Kes, Selaku Sekretasi Progran Studi

Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi Universitas Dhyana

Pura.

5. Ibu Indah Pramita, SST., FT., M.Fis Selaku pembimbing utama skripsi.

6. Bapak I Made Astika Yasa, S.Ft., M.Erg selaku pembimbing pendamping

skripsi.

7. I Made Adi Septiana Saputra, S.Fis sebagai pendamping selama penelitian.

8. Keluarga, beserta rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Fisioterapi

Universitas Dhyana Pura dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, karena

kurangnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk tulisan ini. Akhirnya penulis

berharap kiranya skripsi ini dapat berguna untuk sekarang dan masa yang akan dating

bagi semua pihak yang membaca dan memanfaatkan tulisan ini.

Badung,Juli 2020

Penulis,

vii
viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
PRASYARAT GELAR................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
SURAT BEBAS PLAGIAT......................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………............ 1


1.1Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3Tujuan ........................................................................................ 3
1.4Manfaat....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4


2.1 Pengertian Truk......................................................................... 4
2.1.1Mengemudi...................................................................... 5
2.1.2Pengemudi....................................................................... 5
2.2 Kelelahan Otot .......................................................................... 12
2.3 Anatomi dan Fisiologi Otot Gastrocnemius.............................. 13
2.4 Mekanisme Kontraksi Otot ...................................................... 13
2.5 Biomekanik Ankle..................................................................... 15
2.4.1 Ankle Joint (Talo Crural Joint)....................................... 15
2.4.2 Gerak Plantar Flexion.................................................... 15
2.4.3 Gerakan Dorsal Flexion.................................................. 15
2.6 Daya TahanOtot........................................................................ 16
2.5.1 Pengertian Daya Tahan Otot........................................... 16
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi............................................ 17
2.7 Calf Raises Repetition Maximum.............................................. 17
2.8 LatihanAnkle Hops.................................................................... 18
2.7.1 Definisi............................................................................ 18
2.7.3 Mekanisme Latihan......................................................... 19
2.7.4 Adaptasi Otot Terhadap Latihan..................................... 19

BAB III KERANGKA KONSEP …………………………………........... 21


3.1 Kerangka Konsep...................................................................... 21
3.2 Hipotesis.................................................................................... 22
3.3 Variabel..................................................................................... 22
3.4 Definisi Operasional.................................................................. 23

viii
ix

BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………......... 26


4.1 Rancangan Penelitian................................................................ 26
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 26
4.2.1 Tempat Penelitian........................................................... 26
4.2.2 Waktu Penelitian............................................................. 26
4.3 Populasi da Sampel Penelitian.................................................... 27
4.3.1 Populasi Penelitian.......................................................... 27
4.3.2 Sampel Penelitian............................................................ 27
4.4 Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 27
4.5 Bahan Penelitian........................................................................ 27
4.6 Instrumen Pengumpula Data..................................................... 28
4.7 Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 28
4.8 Analisis Data............................................................................. 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 40


5.1 Hasil Penelitian........................................................................... 40
5.1.1 Gambaran Umum Penelitian........................................... 40
5.1.2 Karakteristik Sampel....................................................... 41
5.1.3 Analisis Deskriptif ......................................................... 42
5.1.4 Uji Normalitas ............................................................... 44
5.1.5 Uji Hipotesis ................................................................. 44
5.2Pembahasan ................................................................................. 45
5.2.1 Karakteristik Sampel....................................................... 46
5.2.2 Pengaruh Latihan Terhadap Daya Tahan Otot
Gastrocnemius................................................................ 47
5.3 Keterbatasan Penelitian............................................................... 49

BAB VISIMPULAN DAN SARAN............................................................. 50


6.1 Simpulan .................................................................................... 50
6.2Saran............................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

ix
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Gerakan Menginjak Pedal.................................................................7
Gambar 2.2 Otot Gastrocnemius...........................................................................9
Gambar 2.3Dorso dan Plantar Fleksi...................................................................16
Gambar 2.4Calf Raises Repetition Maximum.......................................................20
Gambar 2.5 Ankle Hops.........................................................................................21

x
xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kerangka konsep...................................................................................24
Tabel 3.2 Definisi Operasional..............................................................................23
Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian................................................................................32
Tabel 5.1 Data Distribusi Frekuensi Umur Sampel Penelitian..............................40
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Daya Tahan Otot Gastrocnemius.............................41
Tabel 5.3 Deskriptif Statistik Daya Tahan Otot Gastrocnemius Sebelum dan
Sesudah Latihan Ankle Hops..................................................................42
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas..............................................................................43
Tabel 5.5 Data Uji t Berpasangan (paired sample t test).....................................43
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jasa pengangkutan menjadi sangat penting untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan yang berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan

pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan. Di dalam supply chain perlu alat

transportasi untuk suatu distribusi barang atau produk. Lima sarana distribusi

yang utama adalah truk, kereta api, saluran pipa, moda udara, dan moda laut.

Sebagian besar barang produksi dipindahkan dengan truk.Salah satu kelebihan

yang dimiliki oleh truk adalah fleksibilitas pengirimannya. Truk merupakan

sebuah kendaraan transportasi yang juga masuk kategori alat berat. Truk adalah

kendaraan angkutan jalanraya dengan spesifikasi tertentu yang dipergunakan

untuk mengangkut barang dalam ukuran besar dan berat.

Pekerjaan pengemudi atau supir merupakan pekerjaan yang memerlukan

konsentrasi tinggi karena membutuhkan kordinasi yang tepat antara otak, tangan,

kaki, dan mata dengan jam kerja berdurasi 8-10 jam setiap hari (Yogisutanti dkk,

2013:55).Kegiatan yang paling membebani pengemudi adalah menginjak gas, rem

dan ganti kopling. Posisi pergerakan ankle saat dipedal remdan kopling ketika

dalam kedaan normal yaitu plantar fleksi ankle 20º-30º dengan tekanan yang

berbeda. Gerakan menginjak pedal pada saat mengemudi yaitu gerakan plantar

fleksi yang digerakan oleh otot utama yaitu otot gastrocnemius. Pekerjaan sebagai

pengemudi truk akan menimbulkan gerakan yang secara terus menerus dan

berulang pada otot gastrocnemius yang menjadi otot penggerak pada saat gerakan

1
2

plantar fleksi. Otot yang berkontraksi secara terus menerus memerlukan daya

tahan otot yang maksimal. Daya tahan otot tungkai bawah berperan penting dalam

gerakan menginjak pedal secara terus menerus dan berulang. Kondisi ini

diperparah dengan gaya hidupkurang sehat seperti pola makan dan istirahat yang

tidak teratur, tingginya kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman

beralkohol darisetiap pengemudi sehingga sangat memungkinkan terjadinya

kelelahan dan gangguan kesehatan seperti gangguan musculoskeletal (Namira dan

Nurhayati, 2014:22).

Gangguan musculoskeletal yang dapat terjadi yaitu pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit (Tarwaka dkk, 2004:72). Apabila otot menerima beban statis secara

berulang dan dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan gangguan berupa

kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Agustin ,2012 : 63). Gangguan

musculoskeletal muncul akibat postur kerja yang terdiri dari posisi tubuh yang

janggal, gerakan repetitif atau berulang, gaya berlebih pada bagian kecil tubuh

seperti pada bagian pergelangan dan pada pekerjaan dengan gerakan kecepatan

tinggi tanpa jeda. Penyebab gangguan musculoskeletal pada tungkai bawah adalah

durasi kerja atau frekuensi yang sangat berpengaruh pada timbulnya keluhan.

Berdasarkan hal tersebut maka pada postur kerja secara terus menerus akan

meningkatkan keluhan pada tungkai bawah.

Pemberian latihan Ankle Hops bertujuan untuk meningkatkan daya tahan otot

gastrocnemius, pada latihan tersebut terjadi gerakan loncatan yang bersamaan

pada kedua kaki yang diharapkan terjadi perubahan biomekanik pada saat
3

melakukan latihan pergerakan yang banyak berulang – ulang dengan setiap latiha

nmengalami kenaikan intensitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putra

(2015) pemberian latihan Ankle Hops, yang dilakukan selama 5 minggu pada 20

orang berpengaruh pada peningkatan daya tahan otot gastrocnemius. Sedangkan

penelitian Irnawati (2018) pemberian latihan ankle hops dapat memberi pengaruh

terhadap peningkatan daya tahanotot gastrocnemius, serta terdapat perbedaan

pengaruh antara latihan calf raises dan latihan ankle hops dalam peningkatan daya

tahan otot gastrocnemius, latihan tersebut dilakukan 3 kaliseminggu selama 5

minggu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengalikasikan

pemberian latihan Ankle Hops untuk daya tahan otot gastrocnemius pada

pengemudi truk pasir di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, rumusan masalah yang

disampaikan adalah apakah latihan ankle hops dapat meningkatkan daya tahan

otot gastrocnemius pada pengemudi truk pasir di Desa Susut, Kecamatan Susut,

Kabupaten Bangli? .

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui latihan ankle hops dapat

meningkatkan daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi truk pasir di Desa

Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.


4

1.4 Manfaat Penelititan

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat mengetahui pengaruh pemberian latihan ankle hops terhadap

peningkatan daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi truk di Desa

Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Selain itu, dapat

menjadipengalaman baru yang diharapkan dapat memberikan manfaat di

bidang fisioterapi.

2. Manfaat Bagi Fisioterapis

Dengan adanya hasil penelitian ini, dapat memberikan tambahan

wawasan dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan agar

fisioterapis memberikan metode latihan dengan menggunakan latihan

ankle hops dalam peningkatan daya tahan otot gastrocnemius.

3. Manfaat Bagi Institusi

Dapat menjadi bahan masukan dan referensi tambahan dalam proses

belajar mengajar.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Truk

Truk merupakan sebuah kendaraan transportasi yang juga masuk kategori alat

berat. Truk adalah kendaraan angkutan jalan raya dengan spesifikasi tertentu

yang dipergunakan untuk mengangkut barang dalam ukuran besar dan berat.

Supply chain perlu alat transportasi dalam suatu distribusi barang atau produk.

Lima sarana distribusi yang utama adalah truk, kereta api, saluran pipa, moda

udara, dan moda laut. Sebagian besar barang produksi dipindahkan dengan truk.

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh truk adalah fleksibilitas pengirimannya.

Truk sebagai alat angkut memiliki daya angkut maksimal yang diijinkan. Daya

angkut setiap truk dipertimbangkan berdasarkan beberapa variabel antara lain

kekuatan ban, jumlah ban, muatan sumbu, jumlah sumbu dan daya dukung jalan.

Maka jika daya dukung jalan sebuah truk memungkinkan, maka daya angkut

maksimal truk semakin bertambah sesuai dengan jumlah sumbu. Semakin banyak

jumlah sumbunya, semakin besar pula daya angkutnya (Heizer dan Render, 2011).

2.1.1 Mengemudi

Mengemudi adalah kegatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

bermotor di jalan. Jalan merupakan ruang/tempat berlalu lintas segala jenis

kendaraan bermotor, dengan berbagai dimensi, berbagai karakteristik

kendaraan maupun pegemudinya, berbagai kondisi lintasan, berbagai aturan,

dan kondisi cuaca yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu mengemudi

sebenarnya merupakan kegiatan yang mengandung resiko tinggi seperti

5
6

kerugian, kerusakan, kehilangan, kecelakaan bahkan kematian, dengan

demikian pekerjaan mengemudi membutuhkan perhatianpenuh dengan

konsentrasi sangat tinggi bagi seorang pengemudi. Pengemudi wajib

mengemudikan kendaraanya dengan wajar dan penuh konsentrasi. Hal ini

karena pengemudi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keselamatan

dirinya, penumpang, muatan yang dibawa, maupun pengguna jalan lainnya

(Sari dkk, 2015:2).

Menurut Yogisutanti (dalam Prastuti 2017:66) pekerjaan mengemudi

adalah suatu pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi karena

membutuhkan perpaduan yangtepat dan cepat antara otak, tangan, kaki, dan

mata, sehingga mengemudi merupakan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi

mengalami kelelahan kerja dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Mengemudi adalah kegiatan mengontrol operasi dari sebuah kendaraan

sepertimobil, truk atau bus. Sejak abad 20-an, industri transportasi jalan telah

mengalami pertumbuhan yang pesat. Pekerjaan transportasi jalan meliputi

perkerja yang bertanggung jawab secara teknik dan administratif terhadap

kendaraan (Hakim, 2011).

2.1.2 Pengemudi

Supir atau pengemudi merupakan jenis pekerjaan sektor informal yang

memiliki risiko gangguan kesehatan yang memiliki kemampuan dalam

mengendalikan suatu kendaraan (Fitrianingsih dan Hariyono 2011:67).

Kegiatan yang paling membebani pengemudi adalah mengegas dan ganti

kopling. Posisi kaki saat dipedal remdan kopling ketika dalam kedaan normal
7

yaitu fleksi ankle 20º-30º dengan tekanan yang berbeda (Ismail, 2003:14) .

Posisi kaki kanan mengikuti pedal rem yang berada di sebelah kanan, untuk

menekan kopling menggunakan kaki kiri. Pada saat menginjak pedal ada

gerakan plantar fleksi dari ankle yang melibatkan otot m gastrocnemius, m

soleus, dan m plantaris yang terus berkontraksi pada saat pergantian kopling,

rem, dan juga gas.

Gambar 2.1Gerakan Menginjak Pedal

Sumber :Dokumen Pribadi

2.2 Kelelahan Otot

Kelelahan ada dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan

umum ditandai dengan berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang

penyebabnya adalah perasaan atau psikis. Sedangkan kelelahan otot adalah

ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan memetabolisme bahan – bahan

yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengeluaran kerja yang sama, walaupun


8

impuls saraf berjalan secara normal dan potensial aksi menyebar ke serat otot.

Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot yang kuat dan lama. Kelelahan

dapat menghasilkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat pada

pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Indriana,2010:32).

Dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, dimana kontraksi

otot rangka yang lama dan kuat dan proses metabolisme tidak mampu lagi

meneruskan supplay energi yang dibutuhkan serta untuk membuang

metabolism,khusus asam laktat. Jika asam laktat yang banyak (dari penyodium

ATP) terkumpul, otot akan kehilangan kemampuan. Aliran darah terbatas pada

otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen

juga semakin memungkinkan terjadi kelelahan (Santoso, 2004:47).

2.3 Anatomi dan Fisiologi Otot Gastrocnemius

Otot berfungsi dalam berbagai aktivitas sebagai generator produksi paksa dan

decelerator eksesntrik / peredam kejut terutama karena sifat aktif dan elastik di

dalam otot. Sifat elastik ini membentuk dasar mekanis mekanika otto dan

disebabkan oleh tiga komponen structural di dalam otot yaitu komponen

kontraktil (CC), komponen elastis seri (SEC),dan komponen elastis pararel

(PEC). Ketiga komponen tersebut berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan

gaya. Aktivitas otot meningkat selama aktivitas seperti berjalan, berlari, dan

melompat.

Pada ekstremitas bawah, kelompok otot triceps surae terdiri dari otot soleus,

kepala medial dan lateral gasrocnemius. Kepala medial gastrocnemius (GM)


9

berasal dari epicondilus lateral femur, sedangkan kepala lateral gastrocnemius

(GL) berasal dari epicondilus lateral femur. Otot-otot tersebut termasuk dalam

tendon achilles. Tendon achilles merupakan tendon terbesar dan terkuat dalam

tubuh manusia. Otot soleus menghasilkan momentum sudut ke depan, sedangkan

otot gastrocnemius menghasilkan momentum sudut ke belakang. Perbedaan

antara kedua otot tersebut adalah memiliki masing-masing peran dalam

pembentukan gaya reaksi tanah (ground reaction forces) secara horizontal dan

vertikal. Triceps surae memiliki dua peran penting, yaitu memberi kontribusi pada

torsi plantar fleksi yang besar serta menstabilkan ankle dan memungkinkan

rolling ke depan dari total massa kaki tungkai bawah, dan tubuh selama fase

stance dari gaya berjalan.

Gambar 2.2 Otot Gastrocnemius

Sumber : Kirwan, 2009


10

Otot berfungsi dalam berbagai aktvitas sebagai generator produksi paksa

dan decelerator eksentrik / peredam kejut terutama karena sifat aktif dan

elastik di dalam otot. Sifat elastis ini membentuk dasar mekanis mekanika otot

dan disebabkan oleh tiga komponen structural di dalam otot yaitu komponen

kontraktil (CC), komponen elastikseri (SEC), dan komponen elastik parallel

(PEC). Ketiga komponen tersebut berinteraksi satu sama lain untuk

menghasilkan gaya (Davies et al, 2015:763).

Pada ekstremitas bawah, kelompok otot triceps surae terdiri dari otot

soleus, kepala medial dan lateral gastrocnemius. Kepala medial

gastrocnemius (GM) berasal dari epicondilus medial femur, sedangkan kepala

lateral gastrocnemius (GL) berasal dari epicondilus lateral femur. Otot-otot

tersebut termasuk dalam tendon achiles.Tendon achiles merupakan tendon

terbesar dan terkuat pada tubuh manusia. Otot soleus menghasilkan

momentum sudut ke depan, sedangkan otot gastrocnemius menghasilkan

momentum sudut ke belakang. Perbedaan antara kedua otot tersebut adalah

masing – masing memiliki peran dalam pembentukan gaya reaksi tanah

(ground reaction forces) secara horizontal dan vertical. Triceps surae

memiliki dua peran yang penting, yaitu member kontribusi pada torsi plantar

fleksi yang lebih besar serta menstabilkan ankle dan memungkinkan rolling ke

depan dari total massa kaki, tungkai bawah, dan tubuh selama fase stance dari

gaya berjalan (Kubo et al, 2015:3764).


11

Berikut adalah tipe-tipe otot :

a. Tipe Otot Serabut

 Tipe I (slow twitch fiber) atau otot tonik menghasilkan sedikit

tegangan dan di lakukan lebih lambat. Otot gastrocnemius

termasuk otot tipe ini. Otot yang banyak mengandung serat tipe I

dinamakan otot merah karena tampak lebih gelap dari otot-otot

lain. Otot merah yang berespon lambat dan mempunyai masa

laten panjang, dapat beradaptasi pada kontraksi yang lama,

lambat, serabut ototnya kecil. Lebih banyak mengandung

mitokondria sehingga lebih lambat untuk mengalami kelelahan

dan memungkinkan untuk dapat menghasilkan energi yang lebih

banyak, metabolic aerobic (oxidative), berfungsi untuk

mempertahankan sikap tubuh. Patologi pada otot tipe ini

cenderung tegang dan memendek diantaranya adalah otot – otot

postural untuk mempertahankan sikap tubuh(Lesmana, 2008).

 Tipe II (fast twitch fiber) atau otot phasik dibandingkan dengan

tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan/ fatigue.

Disebut juga otot putih, karena berwarna lebih pucat. Yang

mempunyai lama kontraksi yang singkat, serabut otot besar

sedikit mengandung mitokondria sehingga cepat mengalami

kelelahan, metabolisme dengan anaerob. Berfungsi sebagai

mobilisasi dan khusus untuk gerakan halus dan terampil. Otot-

otot ekstraktor dan beberapa otot tangan mengandung banyak


12

serat tipe II dan umumnya digolongkan kedalam otot putih.

Sedangkan otot soleus memiliki tipe otot ini.

b. Mekanisme Kontraksi Otot

Menurut teori filamen geser, kontraksi otot terjadi melalui relative

geser dua set filamen (aktin dan myosin). Menurut geser ini

diproduksi oleh interaksi siklik dari sidepieces dari filament myosin

(cross-bridges) dengan situs tertentu pada filamen aktin. Setiap

interaksi tersebut dikaitkan dengan cross-bridge power stroke yang

energinya berasal dari hidrolisis adenosine triphosphate ( ATP ),

satu ATP per cross-bridge cycle (Herzog, 2014:824).

c. Jenis Kontraksi Otot

 Isokinetik

Kontraksi isokinetik adalah suatu kontraksi dimana otot

memanjang dan ketegangan naik, berfungsi untuk memperbesar

otot.

 Isometrik

Kontraksi otot dimana panjang otot tetap dan ketegangan naik.

Berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.

 Isotonik

Kontraksi ini merupakan latihan dinamik yangdilakukan dengan

prinsip resisten/ beban yang konstan dan ada perubahan panjang

otot.
13

 Isotonik Eksentrik

Merupakan tipe kerja otot dimana kedua ujung/perlekatan otot

(origo insersio) saling menjauh, atau otot dalam keadaan

kontraksi memanjang.

 Isotonik Konsentrik

Merupakan tipe kerja otot dimana kedua ujung atau perlekatan

otot (origo insersio) saling mendekat atau otot dalam keadaan

memendek.

Otot gastrocnemius merupakan otot yang lebih sering mengalami

kerobekan ketika terjadi trauma pada tungkai bawah dan beresiko tinggi

mengalami cedera karena posisinya berada pada dua sendi, yaitu knee dan

ankle dank arena kepadatan yang tinggi dari serabut otot tipe II fast twich.

Otot gastrocnemius juga dianggap beresiko tinggi terhadap strain karena

melewati dua sendi. Peregangan yang berlebihan dan kontraksi yang kuat dari

serabut otot tipe II yang menghasilkan ketegangan (Dixion, 2009:75).

2.4 Mekanisme Kontraksi Otot

a. Mekanisme Penggelinciran Filamen ( Filament – Sliding Mechanism)

Kontraksi otot terjadi oleh adanya mekanisme penggelinciran filament.

Panjang filament aktin dan myosin masing-masing tidak berubah. Selama

peristiwa kontraksi CB melekat pada aktin, kemudian CB melakukan

gerakan mengayuh seperti pada gerakan mendayung. Gerakan itu

menyebabkan aktin tertarik ke arah pusat sarkomer. Satu gerakan CB


14

menghasilkan gerakan aktin yang sangat kecil. Untuk gerakan yang kuat CB

harus bergerak berulang – ulang .

Kontraksi otot terjadi oleh adanya interaksi antar protein kontraktil aktin

dan myosin serta adanya daya (energi) ATP. Aktin adalah protein globiun

yang berpolimerisasi, yang berpilin satu sama lain menjadi inti filament tipis.

Myosin di bagian ujungnya membulat membentuk kepala myosin yang

disebut Cross Bridge (CB). Bagian ekornya berjalan sejajar satu sama lain

membentuk sumbu filament tebal. Pada setiap CB terdapat lokasi/situs tertentu

untuk melekatnya filamen aktin, dan di sebelahnya terdapat situs enzim ATP-

ase, yang merupaka katalisator untuk memecah ATP → ADP + Pi +E.

Molekul-molekul myosin ekornya menghadap ke tengah dan melekat pada

garis M. Pada kontraksi filament aktin ditarik ke tengah sehingga kedua ujung

sarkomer tertarik kea rah garis M maka pada kontraksi otot, sarkomer

memendek.

Kontraksi otot merupakan peristiwa siklus. Satu siklus CB terdiri dari 4

langkah sebagai berikut :

1. CB melekat pada filament tipis

2. Gerakan mengayuh CB → Filament-Sliding Mechanism

3. Terlepasnya CB dari filament tipis

4. CB kembali ke posisi semula


15

b. Teori Terjadinya Kontraksi Otot (Sliding Mechanism)

1. Pada istirahat, rantai molekul tropomyosin menutupi tempat

melekatnya myosin (Cross Bridge) pada aktin sehingga mecegah

terjadinya perlekatan CB kepada siklusnya di aktin.

2. Posisi t….rpomiosin yang demikian dijaga oleh Troponin yang

melekat pada tropomiosin dan pada aktin.

3. 1 molekul troponin mengikat 1 molekul tropomiosin, 1 molekul

tropomiosin menutupi 7 situs perlekatan myosin = 7 molekul aktin.

c. Urutan Peristiwa Rangsangan dan Kejadian Kontraksi Otot

Satu kesatuan (siklus) rangsangan-kontraksi adalah urutan dari mulai

timbulnya potensial aksi pada membrane sel otot sampai dengan terjadinya

aktivitas CB.

Perilaku membrane sel otot adalah sama dengan perilaku membrane sel

saraf. Potensial aksi pada sel otot berlangsung selama 1-2 milisecond, dan

sudah berakhir sebelum terjadinya respons mekanik. Gerak mekanis yang

dihasilkan oleh 1 potensial aksi berlangsung ≥ 100 milisecond. Pengaruh

listrik pada membrane sel otot tidak berpengaruh langsung kepada protein

kontraktil, akan tetapi meningkatkan kadar Ca2+ dalam sarkoplasma dan baru

kemudian terjadi aktivasi apparat kontraktil (Giriwijoyo, S. 2017:83).

2.5 Biomekanik Ankle

Ankle and foot merupakan distal ekstremitas bawah yang berfungsi sebagai

stabilisator dan penggerak. Secara gerakan sendi ini dapat melakukan gerakan
16

dorsofleksi, plantarfleksi, inversi dan eversi. ROM (Range of Motion) dalam

keadaan normal untuk dorso fleksi adalah 20˚, plantar fleksi adalah 50˚, gerakan

eversi adalah 20˚, dangerakan inversi adalah 40˚. Penulisan yang disesuaikan

dengan standar ISOM (Internaional Standard Orthopaedic Meassurement) untuk

gerak dorso fleksi dan plantar fleksi akan tertulis (S) 20-0-50 dan gerak inversi

dan eversi tertulis (S) 20-0-40 (Russe, 1975 dalam Nugroho, 2016 : 30).

Berdasarkan dari bentuk persendiannya, Pieter dan Gino (2014)

mengklasifikasikan sendi ankle sebagai sendi ginglimus dengan gerakan yang

mungkin terjadi adalah dorso fleksi (fleksi) dan plantar fleksi (ekstensi) dengan

jangkauan gerakan yang bervariasi untuk dorso fleksi antara 13-33˚ dan plantar

fleksi 23-56˚.Sementara Christy Cael (2010) menggambarkan jangakauan gerak

sendi ankle adalah dorso fleksi 20˚ dan plantar fleksi 50˚.

Gerakan menginjak pedal gas dan rem pada saat mengemudi merupakan

gerakan plantar fleksi pada ankle dengan otot-otot penggerak seperti m

gastrocnemius, m soleus, dan m plantaris.


17

Gambar 2.3Dorso dan Plantar Fleksi

Sumber : Russe, 1957

2.5.1 Ankle Joint (Talo Crural Joint)

Ini merupakan hinge joint yang dibentuk oleh cruris (tibia dan fibula)

dan os talus. Diperkuat oleh ligament tibio fibular ligamen sisi superior juga

posterior, inferior dan anterior tibiotalar ligamen, serta posterior, inferior dan

anterior talofibular ligament.

2.5.2 Gerak Plantar Flexion

Gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki. Gerakan

kearah atas atau plantar fleksi. Otot yang bekerja pada saat gerakan ini yaitu

m gastrocnemius, m soleus, dan m plantaris.

2.5.3 Gerakan Dorsal Flexion

Gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan kaki kearah depan

(meninggalkan bagian dorsal kaki). Gerakan kearah bawah atau dorsal fleksi.

Otot yang bekerjapada saat gerakan ini yaitu anterior tibial m, exs. M
18

digitorum longus, m ext halluxis longus dan eperoneus (Kirnanoro, H,

2017:72).

2.6 Daya Tahan Otot

2.6.1 Pengertian Daya Tahan Otot

Daya tahan merupakan istilah yang luas yang mengacu pada kemampuan

otot untuk melakukan aktivitas dengan intensitas rendah, berulang atau

berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Daya tahan otot adalah

kemampuan sekelompok otot melakukan aktifitas gerak dengan jangka waktu

yang cukup lama. Hal tersebut diperkuat dari teori yang dikemukakan Astra

Parahita (2009:13) yaitu “Daya tahan otot adalah kemampuan otot rangka

atau sekelompok otot untuk meneruskan kontraksi pada periode atau jangka

waktu yang lama dan mampu pulih dengan cepat setelah lelah”.

Daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi

berulang kali terhadap beban (resistance) yang menghasilkan dan

mempertahankan ketegangan, serta menahan kelelahan selama periode yang

lama (Kisner & Colby, 2007:198). Daya tahan otot merupakan suatu

kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu tertentu

(Bostick et al, 2010:346). Jadi yang dimaksud dengan daya tahan otot di sini

adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sekelompok otot

tungkainya untuk berkontraksi secara terus menerus dengan beban tertentu dan

dalam waktu yang relatif lama.


19

Latihan daya tahan ditandai dengan adanya kontraksi otot dan

mengangkat atau menurunkan sebuah beban ringan untuk pengulangan yang

banyak atau mempertahankan kontraksi otot untuk waktu yang lama. Elemen

penting dalam latihan daya tahan adalah kontraksi otot dengan intensitas

rendah (low-intensity), pengulangan yang banyak, dan dipertahankan dalam

jangka waktu yang lama. Otot-otot yang terlibat dalam latihan ini,beradaptasi

dengan cara meningkatkan kapasitas oksidatif dan metabolisme yang

memungkinkan penyampaian dan penggunaan oksigen lebih baik (Kisner &

Colby, 2007:159).

Daya tahan otot betis dapat diukur sebagai jumlah maksimal dari heel

raise yang dapat dilakukan pada posisi tumpuan penuh atau full weight

bearing. Daya tahan otot betis yang diukur dengan hell raise lebih menyerupai

fungsi harian otot betis sehingga dapat menjadi ukuran klinis yang berguna.

Kelemahan daya tahan otot gastrocnemius dapat meningkatkan resiko cidera

pada ankle seperti AchillesTendon Rupture (ATR). Dengan mengasumsikan

bahwa pemulihan daya tahan otot betis penting dalam mencegah tendinopati

dan meningkatkan kinerja (Bostick et al, 2010:347).

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Otot

Latihan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan lokal melibatkan

banyak pengulangan latihan terhadap beban submaksimal. Selain itu latihan

daya tahan juga dilakukan dengan mempertahanlan kontraksi otot isometric

dalam jangka waktu yang lebih lama, serta dilakukan terhadap tingkat

resistensi yang sangat rendah (Kisner & Colby, 2007:160).


20

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan otot gastrocnemius yaitu :

1. Kekuatan otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan

tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis

maupun statis.

2. Fleksibilitas

Kemampuan sendi untuk melakukan suatu gerakan dalam ruang

gerak sendi secara maksimal. Kelenturan diarahkankepada

kebebasan luas gerak sendi atau range of motion (ROM).

3. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi

tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat

melakukan gerakan (dynamic balance).

2.7 Calf Raises Repetition Maximum

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kali otot gastrocnemius

mampu berkontraksi selama 1 menit. Hasil yang diperoleh dikatakan baik apabila

dalam 1 menit subjek mampu melakukan pengulangan sebanyak 60 kali (Hebert-

Loiser, 2009:597). Prosedur pengukuran ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek berdiri tegak di permukaan lantai yang datar.

2. Kedua kaki dibuka selebar bahu dan posisi kaki lurus, kedua tangan subjek

berada disamping badan, dan pandangan mata subjek ke depan.


21

3. Subjek mengangkat kedua tumit (calf raises) secara berulang selama 1

menit setelah diberikan aba-aba.

4. Peneliti memulai perhitungan dengan menggunakan stopwatch.

5. Peneliti memperhatikan alignment subjek dan mencatat hasilnya.

Gambar 2.4Calf Raises Repetition Maximum

Sumber : Hazel, 2014

2.8 LatihanAnkle Hops

2.8.1 Definisi

Ankle hops adalah suatu lompatan submaksimal dengan komponen

terarah yang dilakukan oleh pergelangan kaki. Latihan ini berguna untuk

mengkondisikan otot dan jaringan pada tungkai bawah. Ankle hops terdiri dari

beberapa jenis lompatan,yaitu, melompat di tempat, melompat ke depan

(forwards), melompat ke belakang (backwards), melompat lateral dan

melompat secara diagonal. Latihan ankle hops dilakukan dengan gerakan


22

plantar fleksi ankle dan berkonsentrasi untuk cepat melompat. Pada penelitian

kali ini yang digunakan adalah ankle hops jenis melompat ke depan (forward).

Latihan ankle hops dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu

dan posisi badan tegak, digunakan hanya untuk momentum, lompatan hop

pada satu tempat. Pergelangan kaki memanjang secara maksimal pada satu

lompatan hop ke atas. Usahakan mendarat pada posisi semula seperti pada

awal gerakan kemudian bersiap melompat lagi.

Gambar 2.5Ankle Hops

Sumber :Potach and Chu, 2008

Dosis aplikasi latihan ankle hopsjenis melompat ke depan (forward)

yang akan diterapkan yaitu selama 4 minggu, 3 kali per minggu dilakukan 2 -

3 set dengan jumlah pengulangan 8 - 12 kali dengan periode istirahat 2 - 3

menit di sela - sela set (Desliana, 2011:71). Gerakan lompat ke depan dengan

garis yang dibuat menggunakan tepung dengan jarak yang sama dan
23

menggunakan irama metronom. Hitungan ganjil lompat ke atas dan ketika

hitungan genap turun.

2.8.2 Mekanisme Peningkatan Daya Tahan Otot dengan Ankle Hops

Menurut Markovic & Jaric (2007:1360) posisi awal dan ketika

melompat pada latihan tersebut akan terjadi kontraksi eksentrik dan

konsentrik secara bergantian. Otot – otot yang bekerja dalam latihan ankle

hops pada fase awalan adalah otot rectus femoris dan otot gastrocnemius

yang berkontraksi secara konsentrik serta otot hamstring yang bekerja secara

eksentrik. Kontraksi tersebut dipertahankan hingga terjadi lompatan dengan

stretch reflex yang bertujuan untuk mengirim rangsangan neuromuscular ke

spinal cord agar dapat melakukan lompatan, otot yang bekerja adalah otot

rectus femoris dan otot gastrocnemius yang berkontraksi secara eksentrik

serta otot hamstring yang berkontraksi secara konsentrik. Sedangkan pada

fase mendarat, otot rectusfemoris, otot hamstring, dan otot gastrocnemius

mengirimkan energi mekanik untuk kembalinya gerakan hip.

2.8.3 Adaptasi Otot Terhadap Latihan

a. Terjadi Hipertrofi Otot

Latihan resistance training yang ditujukan untuk meningkatkan

keuatan dan daya tahan otot akan menyebabkan terjadinya hipertrofi

otot. Hipertrofi otot tersebut terjadi karena bertambahnya unsur

kontraktil di dalam serabut otot (kekuatan kontraksi aktif otot),

menebalnya sarkolema dan bertambahnya jaringan ikat diantara serabur

– serabut otot yang menyebabkan menigkatnya kekuatan pasif otot.


24

Hipertrofi serabut-serabut otot dengan demikian menyebabkan

meningkatnya kekuatan aktif otot dan meningkatnya kekuatan pasif

otot, yaitu otot menjadi lebih kuat dan tahan terhadap regangan dan

semakin terpeliharanya kondisi homeostasis yangmenyebabkan

meningkatnya daya tahan otot (Giriwijoyo, 2017:102).

b. Adaptasi Jenis Serabut Otot

Serabut otot tipe II lebih sering terjadi hipertrofi dengan latihan

resistance training yang berat. Selain itu, sejumlah plastisitas terdapat

pada otot sehubungan dengan sifat kontraktil dan metabolik. Selama

seminggu latihan resistance training yang berat dapat membuat

serabut tipe II lebih tahan terhadap kelelahan (Kisner & Colby,

2007:208).

c. Adaptasi Jaringan Lunak

Peningkatan kekuatan pada tendon terjadi pada sambungan

musculotendinous, sedangkan penngkatan kekuatan ligamen dapat

terjadi pada antarmuka tulang – ligament. Hal ini mendukung bahwa

tendon dan daya tarik ligamen meningkat dalam merespon resistance

training untuk mendukung kekuatan adaptif dan terjadinya perubahan

ukuran otot. Jaringan ikat pada otot juga mengalami penebalan,

sehingga memberikan lebih banyak dukungan pada serabut yang

membesar. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan resiko cedera

pada ligamen dan tendon yang kuat (Kisner & Colby, 2007:211).
25

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Pengemudi truk yang harus memiliki daya tahan otot gastrocnemius yang

bagus untuk menunjang pekerjaan.Ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, dan

indeks masa tubuh (IMT). Sedangkan faktor eksternal meliputi waktu kerja, sikap

dan posisi bekerja, merokok, jenis pekerjaan, upah kerja, dan asupan makan. Pada

saat menginjak pedal ada gerakan plantar fleksi yang melibatkan otot

gastrocnemius, gerakan terus menerus pada saat menginjak pedal memerlukan

daya tahan otot gastrocnemius yang baik. Pemeberian latihan Ankle Hops

diharapkan dapat meningkatkan daya tahan otot dari pengemudi truk di Desa

Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

25
26

Dibawah ini adalah bagan dari Kerangka Konsep di atas

Factor Internal : Faktor Eksternal :


Pengemudi
 Usia  waktu kerja
 Jenis  Sikap dan
kelamin posisibekerja
 IMT  Merokok
Daya Tahan Otot
 Jenis
Gastrocnemius
pekerjaan
Latihan Menurun
 Upah kerja
Ankle Hops  Asupan
makanan
Peningkatan
Daya Tahan Otot
Gastrocnemius

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur berpikir

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah latihan ankle hops dapat meningkatkan

daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi truk di Desa Susut, Kecamatan

Susut, Kabupaten Bangli.

3.3 Variabel

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau

obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu

obyek yang lain (Nasir dkk, 2014:234).


27

Variabel dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel Bebas

Adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan

variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor risiko, prediktor,

kausa/penyebab (Nasir dkk, 2014:234). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Latihan Ankle Hops

2. Variabel Terikat

Adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat disebut juga

kejadian, luaran, manfaat, efek, atau dampak. Variabel terikat juga disebut

penyakit/outcome (Saryono. 2011;125). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah Daya Tahan Otot Gastrocnemius

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang

diggunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Nasir dkk 2014:245).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Kriteria Skala


Mengumpulkan Hasil Ukur
Data
Pengemudi Supir atau Wawancara dan Interval
Truk pengemudi melihat KTP
merupakan jenis maupun SIM
pekerjaan sektor
informal yang
memiliki risiko
gangguan kesehatan
yang memiliki
28

kemampuan dalam
mengendalikan
suatu kendaraan.
Latihan Ankle Ankle hops adalah Latihan ankle -
Hops suatu lompatan hops dimulai
submaksimal dengan dengan berdiri
komponen terarah pada dua kaki
yang dilakukan oleh selebar bahu dan
pergelangan kaki. posisi badan
Latihan ini berguna tegak, digunakan
untuk hanya untuk
mengkondisikan otot momentum,
dan jaringan pada lompatan hop
tungkai bawah. pada satu tempat.
Ankle hops terdiri Pergelangan kaki
dari beberapa jenis memanjang
lompatan,yaitu secara maksimal
,melompat di pada satu
tempat, melompat ke lompatan hop ke
depan atas. Usahakan
(forwards),melompat mendarat pada
ke belakang posisi semula
(backwards), seperti pada awal
melompat lateral dan gerakan kemudian
melompat secara bersiap melompat
diagonal. Latihan lagi.
ankle hops
dilakukan dengan
gerakan plantar
fleksi ankle dan
berkonsentrasi untuk
cepat
melompat.Dosis
aplikasi latihan
ankle hops yang
akan diterapkan
sama dengan squat
jump yaitu selama 4
minggu, 3 kali per
minggu dilakukan 2
- 3 set dengan
jumlah pengulangan
8 - 12 kali dengan
periode istirahat 2 -
3 menit di sela - sela
set.
29

Daya Tahan Daya tahan Daya tahan otot Ordinal


Otot merupakan istilah Gastrocnemuis
Gastrocnemiu yang luas yang diukur
s mengacu pada menggunakan
kemampuan otot Calf Raises
untuk melakukan Repetition
aktivitas dengan Maximumt.
intensitas rendah, Pemeriksaan ini
berulang atau bertujuan untuk
berkelanjutan dalam mengetahui
jangka waktu yang berapa kali otot
lama. Daya tahan gastrocnemius
otot merupakan mampu
kemampuan otot berkontraksi
untuk berkontraksi selama 1 menit.
berulang kali Hasil yang
terhadap beban diperoleh
(resistance) yang dikatakan baik
menghasilkan dan apabila dalam 1
mempertahankan menit subjek
ketegangan, serta mampu
menahan kelelahan melakukan
selama periode yang pengulangan
lama. Daya tahan sebanyak 60 kali
otot merupakan Prosedur
suatu kemampuan pengukuran ini
kerja otot atau adalah sebagai
sekelompok otot berikut :
dalam jangka waktu 1. Subjek berdiri
tertentu. tegak di
permukaan
lantai yang
datar.
2. Kedua kaki
dibuka
selebar bahu
dan posisi
kaki lurus,
kedua tangan
subjek berada
disamping
badan, dan
pandangan
mata subjek
ke depan.
3. Subjek
30

mengangkat
kedua tumit
(calf raises)
secara
berulang
selama 1
menit setelah
diberikan aba-
aba.
4. Peneliti
memulai
perhitungan
dengan
menggunakan
stopwatch.
5. Peneliti
memperhatika
n alignment
subjek dan
mencatat
hasilnya.

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN
31

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperimental dengan one

grup pre and post test. Rancangan ini hanya menggunakan satu kelompok subjek

pengukuran yang dilakukan sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil

pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan (Saryono dan Anggraeni 2013:165).

Alur dalam penelitian ini yaitu:

P S O1 O2

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian (Sugiyono, 2018)

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

X : Pemberian Latihan Ankle Hops

O1 : Daya Tahan Otot Gastricnemius sebelum perlakuan

O2 : Daya Tahan Otot Gastricnemius sesudah perlakuan

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.


31
4.2.1 Tempat Penelitian
32

Penelitian dilakukan di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten

Bangli

4.2.2 Waktu Penelitian

Penulisan proposal dimulai dari bulan April 2020, kemudian studi

pendahuluan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2020. Selanjutnya dilakukan

penelitian pada tanggal 3 Juni hingga 28 Juni hingga pengmpulan data

dilakukan tanggal 28 Juni 2020. Analisis data dilakukan 29 Juni 2020 dan

penulisan hasil penelitian dilakukan mulai tanggal 30 Juni 2020.

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian

Bulan
Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus
Penulisan
Proposal
Study
Pendahuluan
Penelitian
Pengumpulan
Data
Analisi Data
Penulisan Hasil
Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian
Sidang Skripsi

Keterangan : Pelaksanaan kegiatan =

Tidak ada pelaksanaan kegiatan =

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian


33

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nasir dkk, 2014 : 188). Populasi penelitian ini adalah seluruh

pengemudi truk yang berada di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten

Bangli yang berjumlah 16 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Populasi yang akan diteliti terkadang jumlahnya sangat melimpah,

tempatnya sangat luas dan berasal dari strata/tingkatan yang berbeda.

Sebagian dari populasi yang mewakili populasi disebut sebagai sampel (Nasir

dkk, 2014:191). Sampel penelitian di dapat berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi :

1. Kriteria inklusi

a. Memiliki daya tahan otot gastrocnemius dibawah normal.

b. Berusia 25 tahun ke atas sesuai KTP

c. Jenis kelamin laki-laki

d. Mampu mengikuti instruksi yang diberikan.

2. Kriteria eksklusi

a. Terdapat internal fiksasi pada tungkai bawah

b. Terdapat deformitas pada tungkai bawah

c. Kondisi sampel memburuk pada saat mengikuti latihan

3. Kriteria drop out


34

a. Responden tidak hadir selama 3 kali berturut – turut selama

penelitian

b. Subjek yang menolak diberikan perlakuan ketika mengikuti

kegiatan penelitian

4.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada fisioterapi yang khusus untuk

mengetahui apakah peningkatan daya tahan otot gastrocnemius pada pengemudi

truk di Desa Susut Kaja, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

4.5 Bahan Penelitian

Bahan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

buku dan jurnal yang memiliki hubungan dan memiliki tujuan yang sama dengan

penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui proses

pengukuran menggunakan Calf Raises Repetition Maximum.

4.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini adalah segala peralatan yang digunakan untuk

meperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para sampel yang

dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk,2014:249).

1. Stopwatch
35

Untuk mengukur waktu penelitian.

2. Kamera

Digunakan untuk mendokumentasikan penelitian.

3. Alat tulis

Untuk mencatat hasil pengukuran penelitian.

4. Hand Sanitizer

Untuk mencuci tangan

5. Sphygmomanometer

Untuk mengukur tekanan darah.

6. Stetoskop

Untuk mengukur tekanan darah

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Melakukan studi kepustakaan

b. Melakukan observasi tempat penelitian

c. Melakukan proses perijinan dengan instansi terkait

d. Menyiapkan formulir penelitian

e. Membuat jadwal penelitian

2. Tahap pemeriksaan
36

a. Menjelaskan kepada sampel mengenai prosedur pelaksanaan

penelitian

b. Melakukan pengukuran daya tahan otot gastrocnemius dengan

calf raises repetition maximum

c. Memberikan intervensi berupa latihan ankle hops

d. Melakukan pemeriksaan terhadap sampel sebelum dan sesudah

diberikan intervensi

3. Tahap akhir

a. Mengumpulkan data pemeriksaan sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi

b. Mengumpulkan segala jenis dokumentasi

c. Mengolah data dan menganalisis data

4.8 Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki

nilaisosial, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis (Siyoto, 2015 : 109).

1. Analisis Statistik Deskriptif


37

Analisis statistik deskriptif merupakan analisis yang dilakukan untuk

menggambarkan karakteristik data seperti mean, minimum, maximum,

median, modus dan standar deviasi (Sujarweni, 2015:6). Analisa deskriptif

dilakukan terhadap hasil pengukuran daya tahan otot gastrocnemius pada

sopir truk sebelum dan sesudah latihan.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas data merupakan pengujian data secara statistik untuk

mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Jika data

berdistribusi normal maka dapat menggunakan uji statistik parametrik.

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan uji

statistik non parametrik (Oktaviani dan Notobroto, 2014:128). Penggunaan

uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk Test

karena sampel penelitian <50. Shapiro Wilk Test merupakan tes yang baik

untuk menguji sampel <50 dibandingkan Anderson-Darling dan

Kolmogorof Smirnof (Rozali dan Wah, 2011:32).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah membandingkan hasil statistik sampel dengan nilai

hipotesis. Apabila terdapat perbedaan antara nilai statistik sampel dengan

nilai hipotesis cukup besar maka hipotesis ditolak. Namun perbedaan

tersebut kecil maka hipotesis diterima (Budiarto, 2015:178). Dalam

penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik karena data yang sudah

diuji normalitas berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu uji Paired Sample T-test. Menurut Sujarweni (2015:100)
38

menyatakan uji Paired Sampel T-Test bertujuan untuk menentukan

perbedaan rata-rata sampel yang sama dengan memiliki dua data berbeda.

BAB V
39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Susut Kaja, Desa Susut,

Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli terhadap pengemudi truk pasir.

Penelitian dilakukan 12 kali pertemuan selama sebulan ysng dimulai dari

tanggal 3 Juni hingga 28 Juni 2020.Jadwal penelitian dilakukan 3 kali

seminggu pada hari rabu, hari jumat dan hari minggu yang dimulai dari pukul

16.00 WITA sampai 17.00 WITA pada pengemudi truk pasir. Populasi

penelitian merupakan seluruh pengemudi truk pasir di Banjar Susut Kaja,

Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengambilan data adalah

survey awal untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai

pengemudi truk yang berjumlah 16 orang. Setelah mendapatkan data terkait

jumlah populasi, dilanjutkan dengan pengisian inform consent dan

wawancara untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan

ekslusi yang telah ditentukan. Dari 16 orang populasi, didapatkan 5 orang

untuk dijadikan subjek penelitian yang sudah dieliminasi berdasarkan kriteria

inklusi, eksklusi dan drop out. Selanjutnya melakukan pengukuran sebelum

latihan (pretest) dengan Calf Raises Repetition Maximum untuk mengetahui

nilai daya tahan otot gastrocnemius. Setelah dilakukan pengukuran awal

39
40

selanjutnya sampel melakukan latihan Ankle Hops selama 12 kali pertemuan.

Selanjutnya melakukan pengukuran sesudah latihan (post test) untuk

mengetahui nilai daya tahan otot gastrocnemius setelah diberikan latihan.

Hasil penelitian yang akan ditampilkan yaitu dalam bentuk tabel, data

distribusi frekuensi, data deskriptif, uji normalitas, uji hipotesis dan tabel

persentase peningkatan.

5.1.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dibuat dalam tabel distribusi frekuensi yang

merupakan data tersebar yang dikelompokkan berdasarkan jumlahnya.

1. Umur

Data distribusi usia yang diperoleh pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabelberikut ini:

Tabel 5.1 Data Distribusi Frekuensi Umur Sampel Penelitian

Umur (Tahun) Frekuensi Presentase


35 2 40%
42 1 20%
52 1 20%
54 1 20%
Total 5 100%

Dari tabel diatas, didapatkan data distribusi frekuensi pada

karakteristik subjek berdasarkan usia dapat disimpulkan bahwa usia

sampel yang paling sering muncul (modus) dalam penelitian ini yaitu

usia 35 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 40%, usia 42 tahun

sebanyak 1 orang dengan persentase 20%, usia 52 tahun sebanyak 1


41

orang dengan persentase 20% dan usia 54 tahun sebanyak 1 orang

dengan presentase 20%.

2. Distribusi Daya Tahan Otot Gastrocnemius

Berdasarkan data yang dikumpulkan, didapatkan nilai daya tahan

otot gastrocnemius sebelum (pre test) dan sesudah (post test)

dilakukannya latihan Ankle Hops yang diukur menggunakan

CalfRaises Repetition Maximum. Nilai tersebut dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Daya Tahan Otot Gastrocnemius

Pre-test (skor Calf Post-test (skor Calf


Inisial Umu Raises Repetition Raises Repetition
Nama r Maximum) Maximum)
GHW 35 th 54 64
WA 52 th 51 62
MS 54 th 55 62
NS 35 th 53 66
WA 42 th 54 69

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas terdapat

peningkatan daya tahan otot gastrocnemius yang terlihat pada hasil

pengukuran sebelum diberikan latihan ankle hops dan pada hasil

pengukuran setelah diberikan latihan ankle hops.

5.1.3 Analisis Deskriptif

Berdasarkan data yang dikumpulkan, peneliti memperoleh nilai daya

tahan otot sebelum (Pre test) dan sesudah (Post test) dilakukan latihan ankle

hops. Nilai tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis deskriptif sebagai

berikut :
42

Tabel 5.3 Deskriptif Statistik Daya Tahan Otot Gastrocnemus

Sebelum dan Sesudah Latihan Ankle Hops

Daya Tahan
Otot Minimu Maximu Mea Std.
N Persentase
Gastrocnemiu m m n Deviation
s

Pre-test 5 51,00 55,00 53,40 1,51658


20 %
Post-test 5 62,00 69,00 64,60 2,96648

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada

pengukuran pre test dengan jumlah sampel 5 orang memperoleh hasil rata-

rata 53,40. Dengan skor terendah adalah 51,00, nilai tertinggi adalah 55,00.

Pada pengukuran pre test, standar deviasi diperoleh hasil 1,51658.

Sedangkan nilai rata-rata daya tahan otot gastrocnemius pada pengukuran

post test dengan jumlah sampel 5 orang memperoleh hasil 64,60. Dengan

skor terendah adalah 62,00, skor tertinggi adalah 69,00. Pada pengukuran

post test, standar deviasi diperoleh hasil 2,96648. Persentase peningkatan

setelah diberikan latihan ankle hops memperoleh hasil peningkatan sebesar

20%. Perhitungan peningkatan daya tahan otot gastrocnemius pada

pengemudi truk didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

Rumus :Persentase peningkatan = Mean different x 100%

Mean pretest

5.1.4 Uji Normalitas

Data hasil uji normalitas yang diperoleh dari penelitian menggunakan

uji Shapiro Wilk Test dengan nilai signifikan dari Pre-test 0,492 data

berdistribusi normal dan nilai Post-test 0,391 data berdistribusi normal. Data
43

disebut berdistribusi normal karena nilai signifikan lebih dari 0,05 (p>0,05).

Nilai tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis deskriptif sebagai berikut:

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Data

Shapiro Wilk Test


Daya Tahan Otot
Gastrocnemius Statistics N Sig
Pretest 0,914 5 0,492
Post test 0,897 5 0,391

5.1.5 Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji paired sample t-test karena hasil uji

normalitas p>0,05. Uji paired sample t-test bertujuan untuk mengetahui ada

atau tidaknya perbedaan nilai rata-rata pada data yang diambil saat pre test

dan post test yang akan membuktikan hipotesis yang dibuat oleh peneliti.

Berikut tabel hasil uji paired sample t-test dari data yang diperoleh peneliti.

Tabel 5.5 Data Uji t Berpasangan (paired sample t test)

Uji Paired Sampel T-Test


Mean Std.Deviation Df T Sign.(2-
tailed)
PreTest 53,40 1,51658 4 -8257 0,001
PostTest 64,60 2,96648

Berdasarkan tabel diatas diperoleh uji paired sample t-test

menunjukkan nilai rata – rata pre test 53,40 dan post test 64,60 dari jumlah

sampel 5 orang nilai signifikan dari data yang diperoleh adalah 0,001 yang

artinya terdapat perbedaan nilairata-rata signifikan antara data pre test dan

post-test. Hal tersebut juga menjawab hipotesis yang dibuat oleh peneliti
44

bahwa latihan ankle hops dapat meningkatkan daya tahan otot gastrocnemius

pada pengemudi truk di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Sampel

Dalam penelitian inipeneliti mengambil sebanyak 5 sampel penelitian

yang merupakan pengemudi truk yang berumur 35 tahun sampai 54 tahun

yang merupakan usia produktif (15 tahun – 64 tahun) (Rajagukguk 2018:1).

Semakin bertambahnya usia semakin rendahnya daya tahan otot hal ini

ditandai dengan penurunan otot kaki dan punggung sekitar 60% dari usia 20 -

30 tahun dan penurunan otot lengan dari usia 30 – 80 tahun. Penurunan ini

disebabkan oleh penurunan massa otot pada usia tertentu. Perubahan

komposisi ini berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik, asupan makanan dan

perubahan hormon khususnya pada wanita. Kehilangan massa otot dan

mineral juga diikuti dengan kehilangan cairan tubuh (Brown, et all, 2005).

Aktivitas fisik seperti bekerja sebagai pengemudi truk pasir

memerlukan daya tahan otot gastrocnemius yang baik. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian dari Jammes et all (2017:1) yang menyatakan bahwa

mengemudi bisa menjadi sumber masalah pada kaki dan pergelangan kaki.

Pertama, kelelahan otot – otot kaki yang ikut serta dalam tugas mengemudi

bisa terjadi selama mengemudi berkepanjangan untuk kegiatan pekerjaan.

Gerakan plantar fleksi yang otot penggeraknya adalah otot gastrocnemius dan

soleus memainkan peran penting menyesuaikan tekanan yang diberikan kaki

pada pedal gas. Sedangkan dalam penelitian Rahmadi (2015:171-175) yang


45

berjudul Gambaran Kelelahan Umum dan Keluhan Musculoskeletal pada

Pegemudi Bus Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya menyatakan keluhan

dirasakan sebagian besar pengemudi adalah keluhan sakit pada betis kaki

sebelah kanan, hal ini dikarenakan pekerjaan mengemudi adalah pekerjaan

yang mengoordinasikan kemampuan otak, mata, tangan, dan kaki, serta

membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi pada kaki.

Pada pekerjaan mengemudi kaki kanan memainkan peranan untuk laju

kendaraan dengan digunakan untuk menginjak pedal gas dan rem. Sehingga

beban kerja kaki kanan lebih tinggi daripada beban kerja kaki kiri dan kaki

kanan akan lebih berpotensi mengalami keluhan musculoskeletal. Dari hasil

distribusi daya tahan otot gastrocnemius sebelum dilakukan latihan ankle hops

dengan nilai rata-rata 53,40 yang berarti nilai daya tahan otot gastrocnemius

dibawah nilai normal.

5.2.2 Pengaruh Latihan Ankle Hops Terhadap Peningkatan Daya Tahan Otot

Gastrocnemius

Berdasarkan hasil perhitungan analisis deskriptif yang dapat dilihat

pada tabel 5.3 terhadap data nilai daya tahan otot gastrocnemius sebelum

latihan sebesar 53,40 dan nilai rata-rata daya tahan otot gastrocnemius

sesudah dilakukan latihan yaitu 64,60. Hal iniberarti terjadinya peningkatan

daya tahan otot gastrocnemius dari kategori dibawah nilai normal ke diatas

nilai normal dengan persentasi peningkatan sebelum dan susudah latihan

sebesar 20%. Setelah dilakukan analisis deskriptif kemudian dilakukan uji

hipotesisdengan menggunakan paired sample t-test yang dapat dilihat pada


46

tabel 5.5 antara sebelum dan sesudah latihan maka didapatkan hasil signifikan

0,001. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan daya tahan otot

gastrocnemius antara sebelum latihan dan sesudah latihan yang dilakukan

selama 3x seminggu selama 4 minggu.

Untuk meningkatkan daya tahan otot gastrocnemius dapat dilakukan

dengan latihan ankle hops. Pada penelitian Putra 2015 latihan ankle hops

diberikan 3x seminggu selama 5. Peningkatan daya tahan otot tungkai dapat

dicapai dengan baik apabila dalam melakukan latihan dilakukan secara

intensif dan berkesinambungan. Dalam pengembangan latihan fisik ini

terdapat beberapa cara untuk melatih daya tahan otottungkai, yaitu salah

satunya dengan Ankle Hops (Widodo2007:54). Ankle hops adalah salah

satulatihan dari plyometric drill, latihan ini ditujukan untuk penguatan,

kelincahan dan daya tahan otot dimana pada gerakan tersebut terjadi gerakan

loncatan yang bersamaan pada kedua kaki (Desliana, 2011:71). Mekanisme

peningkatan daya tahanotot dengan ankle hops. Pada latihan ankle hops ini

tidak ada perubahan biomekanik dimana pada saat melakukan latihan

pergerakan yang banyak berulang – ulang dengan setiap latihan mengalami

kenaikan intensitas dan dilakukan istirahat 30 detik akan terjadi peningkatan

kontraksi tetanic dengan latihan ini gerakan yang akan mengalami fatique

(ringrate) maka terjadilah adaptasi. Untuk pencapaian adaptasi membutuhkan

waktu yang sedikit yakni sehari dikarenakan padatahap peningkatan sumasi

pada kontraksi tetanik tidak kembali kearah normalnya (Putra, 2015:5).


47

Dalam penelitian ini didapatkan peningkatan pada daya tahan otot

gastrocnemius pada pre test nilai rata – rata yaitu 53,40 yang berada pada

kategori dibawah normal. Pada post test daya tahan otot gastrocnemius yang

didapat yaitu 64,60 yang berada pada kategori diatas normal setelah diberikan

latihan ankle hops presentase peningkatan sebesar 20%. Peningkatan dari

daya tahan otot gastrocnemius tersebut akibat adaptasi otot terhadap latihan

yang diberikan. Menurut Markovic & Jaric (2007:1360) posisi awal dan

ketika melompat pada latihan tersebut akan terjadi kontraksi eksentrik dan

konsentrik secara bergantian. Otot – otot yang bekerja dalam latihan ankle

hops pada fase awalan adalah otot rectus femoris dan otot gastrocnemius

yang berkontraksi secara konsentrik serta otot hamstring yang bekerja secara

eksentrik. Kontraksi tersebut dipertahankan hingga terjadi lompatan dengan

stretch reflex yang bertujuan untuk mengirim rangsangan neuromuscular ke

spinal cord agar dapat melakukan lompatan, otot yang bekerja adalah otot

rectus femoris dan otot gastrocnemius yang berkontraksi secara eksentrik

serta otot hamstring yang berkontraksi secara konsentrik. Sedangkan pada

fase mendarat, otot rectusfemoris, otot hamstring, dan otot gastrocnemius

mengirimkan energi mekanik untuk kembalinya gerakan hip.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan

di dalamnya. Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain:


48

1. Dalam penelitian ini hanya terbatas fokus pada daya tahan otot

gastrocnemius pada pengemudi truk pasir di Desa Susut, Kecamatan

Susut, Kabupaten Bangli.

2. Keterbatasan dalam mengumpulkan pengemudi truk agar tepat waktu.

3. Keterbatasan mengumpulkan sampel penelitian karena adanya pandemic

Covid-19
49

BAB VI

SIMPULAN DAN PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pengemudi truk pasir di

Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, maka dapat disimpulkan bahwa

terjadinya peningkatan daya tahan otot gastrocnemius setelah latihan ankle hops. Hal

ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata (mean) daya tahan otot gastrocnemius sebelum

(pre-test) dilakukan latihan yaitu53,40 yang menandakan bahwa daya tahan otot

gastrocnemius dalam kategori dibawah normal. Setelah diberikan latihan ankle hops

dengan frekuensi 3 kali seminggu selama4 minggu dilakukan 2 - 3 set dengan jumlah

pengulangan 8 - 12 kali dengan periode istirahat 2 - 3 menit di sela - sela set

didapatkan nilai rata-rata (mean) sesudah (post-test)diberikan latihan adalah 64,60

yang menunjukkan nilai daya tahan otot gastrocnemius dalam kategori diatas normal

dengan persentase peningkatan sebesar 20%.

6.2 Saran

Dari kesimpulan yang terdapat di atas, peneliti memberikan saran:

1. Kepada pengemudi truk pasir di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten

Bangli dapat melakukan kembali latihan ankle hops untuk daya tahan otot

gastrocnemius secara mandiri. Agar daya tahan otot gastrocnemius tetap

terjaga sehingga mampu untuk melakukan pekerjaan mengemudi dengan

efektif.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi dari keterbatasan

penelitian yang ada.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Winda. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan


Muskuloskeletal pada Pekerja Angkat-Angkut Industri Pemecahan Batu Di
Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
1(2), hal.63-64.
Bostick, G. P., Jomha, N. M., Suchak, A. A., & Beaupre, L. A.2010.Factors
Associated With Calf Muscle Endurance Recovery 1 Year After Achilles
Tendon Rupture Repair.Journal of Orthopedic & Sport Physical
Therapy,40(6), hal.345-351.https://doi.org/10.2519/jostpt.2010.3204 [diakses
21 Maret 2020]
Budiarto, Eko. 2015. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat.Jakarta : EGC
Brown, Judith E. et.all. 2005. Nutrition Through The Life Cycle, Second Edition.
California, USA:Thomson Wadwort Inc.
Cael, Christy. 2010.Functional Anatomy.Lippincott Williams&Wilkins. Philadelphia
Davies. G., Rieman, B. L., & Manske, R. 2015.Current Concepts of Plyometric
Exercise.International Journal of Sports Physical Therapy, 10(6), hal.760-
860. https://10.1080/00754170500221345 [diakses tanggal 03 Mei 2020]
Desliana, Indah Suci. 2011. Penambahan Traksi Osilasi Pada Intervensi Transverse
Friction& Latihan Fungsional Ankle Dapat Meningkatkan Kemampuan
Hop Jump Sprained Ankle Kronis.Jakarta : Universitas Esa Unggul.
Dixion, J. B.2009. Gastrocnemius vs. Soleus Strain: How to Differentiate and Deal
With Calf Muscle Injuries. Current Reviews in Musculoskeletal Medicine.2
(2), hal. 74-77. Htpps://doi.org/10.1007/sl2178-009-9045-8 [diakses tanggal
15 Maret 2020]
Fitrianingsih dan Hariyono W. 2011.Hubungan Umur, Beban Kerja dan Posisi
Duduk Saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemudi
Angkutan Kota di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. 5(2) hal.64-70.
Giriwijoyo, Santosa. 2017. Fisiologi Kerja dan Olahraga : Fungsi Tubuh Manusia
pada Kerja dan Olahraga. Edisi 1.Cetakan 1.Jakarta : Rajawali Pers.
Hakim, 2011.Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Pada Tempat Duduk Sopir
Dengan Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Sopir Truk Di Ptaln
Sidoarjo. Surabaya; UniversitasAirlangga Fakultas Kesehatan
Hazel, Louise. Top 3 Exercises For TheWorkplace. Available at
:www.honestlyhealthyfood.com [diakses tanggal 3 Februari 2020]
51

Hebert-Losier, K., Newsham-West, R. J., Schneiders, A. G., & Sullivan, S. J.


2009.Raising The Standards Of The Calf-Raises Test: A Systematic Review.
Journal of Science and Medicine in Sport, 12(6), hal.594-
602.https://doi.org/10.1016/j.jsams.2008.12.628. [diakses tanggal 5 Maret
2020]
Heizer Jay & Render Barry. 2015. Operation Management (Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai Pasokan). (11th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Herzog, Walter. 2014. Encyclopedia of Neuroscience. Available at
:www.springerreference.com. [diakses tanggal 03 Mei 2020]
Indriana, T. 2010. Pengaruh Kelelahan Otot Terhadap Ketelitian Kerja. Jurnal
Kedokteran Gigi, 7(3), hal. 30-44.
Ismail, Farzana. 2003. Engineering Design Solutions: Future Consideration Bus
Drivers Cab. A Compilation of Several Resources.2(3), hal.10-18.
Jammes Y, Weber JP, dan Behr M. 2017.Consequences of Car Driving on Foot and
Ankle Mobility and Reflexes.Clin Resource Foot Ankle 2(5), hal.1-233.
doi:10.4172/2329-910X.1000233 [diakses tanggal 26 April 2020]
Kirnanoro, H. & Maryana. 2017. Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kirwan, Morwenna. 2009. Muscle Origins Insertions and Actions. Unless stated :
Central Queensland Institute of Tafe. Available at :www.thansworld.com
[diakses tanggal 1 Juni 2020]
Kisner, C. dan Colby, LA. 2012. Therapeutic Exercise Foundations And Techniques
Sixth Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Kubo, S., Hisada, T., & Sato, T.2015.Determination of the Fascicle Length of the
Gastrocnemius Muscle During Calf Raises Exercise Using
Ultrasonography.Journal of Physical Therapy and Science, 27(12), hal.
3763-3766.
Markovic, g., & Jaric, S. 2007.Is Vertical Jump Height A Body Size-Independent
Measure Of Muscle Power?.Journal of Sport Science, 25(12), hal. 1355-
1363.https://doi.org/10.1080/02640410601021713. [diakses tanggal 5 Juni
2020]
Namira, Sangadji W., Nurhayati. 2014. Hipertensi pada Pramudi Bus Transjakarta
di PT. Bianglala
Nugroho Bimantoro dan Rahma Laksi.2016.Tingkat Pengetahuan Tentang Cidera
Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepakbola Telaga Utama.Jurnal
Medikora. 15(1),hal.23-38.
Oktaviani, Mitha dan Basuki Notobroto, 2019.Perbandingan Tingkat Konsistensi
Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov Smirnov, Liliefors, Shapiro Wilk
52

dan Skewness-Kurtosis. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 3 (2), hal.


127-135
Parahita,Astra. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Daya Tahan
Otot Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 9-12 Tahun.
Laporan Penelitian. Semarang:UniversitasDiponegoro
Semarang.http://www.jurnal-dayatahanotot.com, [diakses tanggal 09 Maret
2020].
Pieter P.R.N. and Gino M.M.J. Kerkhoffs. 2014. The Ankle In Football. Paris:
Springer-Verlag
Putra, S.S. 2015. Calf Raises Exercise dan Ankle Hops Sama Baiknya Terhadap
Peningkatan Daya Tahan Otot Gastrocnemius. Universitas Esa Unggul.
Rahmadi, F. 2015. Gambaran Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal pada
Pengemudi BUS Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya. the Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health, 4 (2), hal.167–176
Rajagukguk, W. 2018.Kontribusi Penduduk (Bonus Demografi) Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jakarta:UKI Press.ISSBN:978-979-
8148-69-9
Rozali, Nornadiah dan Yap bee Wah, 2011.Power Comparisons of Shapiro Wilk ,
Kolmogorov-Smirnov, Liliefors and Anderson-Darling Tests. Journal of
Statistical Modeling and Analysis, 2(1), hal. 21-33
Santoso, Gempur. 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Sari, W.P., Mahyuni, E.L., & Salmah, U. 2015.Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Potensi ecelakaan Kerja Pada Pengemudi Truk Di Pt Berkatnugraha
Sinarlestari Belawan Tahun 2015. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Saryono dan Anggraeni.,2013. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif.Yogyakarta: Nuha Medika. ISBN: 978-602-17607-9-6
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi
Pemula.Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
ISBN:978-602-1018-18-7
Sujarweni, Wiratna, 2015. SPSS Untuk Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Tarwaka, Solikhul HA., Bakri, Sudiajeng L. 2004.Ergonomi Untuk Kesehatan,
Keselamatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
53

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan


JalanWarpani, Suwardjoko. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.Bandung: Penerbit ITB
Widodo, Achmad. 2007. Pengembangan Tes Rangkaian Fisik untuk Pemain
Sepakbola. Disertasi Tidak Diterbitkan.Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya.
Yogisutanti, Gurdani., Kusnanto, Hari., Setyawati,Lientje., Otsuka, Yasumasa.2013.
Kebiasaan Makan Pagi, Lama Tidur dan Kelelahan Kerja (Fatigue) Pada
Dosen. Jurnal Kesehatan Masyarakat.9(1), hal. 53–57.Semarang:
Universitas Negeri Semarang
54

LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

xii
55

Lampiran 2. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Sampel Penelitian


LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SAMPEL

PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : P / L

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia atas berpartisi untuk menjadi

sampel penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan dan saya bersedia

mendampingi proses pengambilan data penelitian ini dari awal hingga

akhir.

Bangli, ........................2020

(.........................................)

xiii
56

Lampiran 3. Identitas Pendamping Penelitian

Lampiran 4. Hasil Uji SPSS


xiv Summary
Case Processing
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
57

Pre-Test 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%


Post-Test 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Pre-Test Mean 53.4000 .67823
95% Confidence Lower Bound 51.5169
Interval for Mean
Upper Bound 55.2831
5% Trimmed Mean 53.4444
Median 54.0000
Variance 2.300
Std. Deviation 1.51658
Minimum 51.00
Maximum 55.00
Range 4.00
Interquartile Range 2.50
Skewness -1.118 .913
Kurtosis 1.456 2.000
Post-Test Mean 64.6000 1.32665
95% Confidence Lower Bound 60.9166
Interval for Mean
Upper Bound 68.2834
5% Trimmed Mean 64.5000
Median 64.0000
Variance 8.800
Std. Deviation 2.96648
Minimum 62.00
58

Maximum 69.00
Range 7.00
Interquartile Range xv 5.50
Skewness .839 .913
Kurtosis -.411 2.000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
*
Pre-Test .254 5 .200 .914 5 .492
*
Post-Test .210 5 .200 .897 5 .391
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Paired Sampel T-Test


Mean Std.Deviation Df T Sig.(2-
tailed)
Pre-Test 53.4000 1.51658 4 -8257 0,001
Post-Test 64.6000 2.96648
59

Lampiran 5. Biodata Penulis

xvi

Identitas Diri :
Nama I Gede Lingga Seputra
Tempat/Tanggal Lahir Gianyar/27-Juli-1998
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Hindu
Alamat Br. Susut Kaja, Desa Susut, Kec. Susut, Kab. Bangli
Kewarganegaraan Indonesia
No. Telp/HP 081339682652
Email linggaseputra09@gmail.com

No. Pendidikan Tahun


1. SDN 1 Susut 2004-2010
2. SMP 1 Bangli 2010-2013
3. SMA 1 Bangli 2013-2016
4. Universitas Dhyana Pura 2016-2020

Lampiran 6. Pengabdian Masyarakat Yang Pernah Diikuti Penulis

xvii
KINEMATIKA VII di Desa Susut, Bangli 2017
KINEMATIKA VIII di Universitas Dhyana Pura, Kab. Badung 2017
Pelayanan Kesehatan di Desa Tibubeneng, Kab. Badung 2017
60

KINEMATIKA IX di Desa Timpag, Kab. Tabanan 2018


KINEMATIKA X di Desa Blimbingsari, Kab. Jembrana 2018
KINEMATIKA XI di Desa Bebandem, Kab. Karangasem 2019
KINEMATIKA XII di Desa Catur, Kab. Bangli 2019
KINEMATIKA XIII di Desa Bongancina, Kab. Buleleng 2020

Lampiran 7. Gambar Pengukuran Tekanan


xviiiDarah
61

Lampiran 8. Gambar Pengukuran Denyut Nadi

Lampiran 9. Gambar Pengukuran Daya Tahan Otot Gastrocnemius

xix
62

Lampiran 10. Gambar Latihan Ankle Hops

xx
63

Lampiran 11. Pengunaan Hand Sanitizer

Lampiran 12. Gambar Stopwatch

xxi
64

Lampiran 13. Gambar Alat Tulis

Lampiran 14.Hand Sanitizer

xxii
65

Lampiran 15. Gambar Sphygmomanometer

Lampiran 16. Gambar Stetoskop

xxiii

Anda mungkin juga menyukai