Anda di halaman 1dari 60

1

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA


REMAJA PUTRI DI STIKES IMC BINTARO TAHUN 2020

Dibuat untuk melengkapi salah satu pensyaratan menjadi Sarjana Keperawatan


pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC
Bintaro, sejauh ini yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan
gelar sarjana di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro maupun
perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
di cantumkan sebagaimana mestinya.

Tangerang Selatan, Agustus 2020

Mustika Eka Pebriyanti

NIM 201640047
2

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN FREKUESNI MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA


REMAJA PUTRI DI STIKES IMC BINTARO TAHUN 2020

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan dihadapan Tim penguji
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro

Tangerang Selatan, Agustus 2020

Menyetujui,

Pembimbing

Ns.Beata Rivani. S.Kep., MM

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKes IMC Bintaro

Ns. Oryza Intan Suri. S.Kep., M.Kep


3

LEMBAR PENGESAHAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN FREKUESNI MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA


REMAJA PUTRI DI STIKES IMC BINTARO TAHUN 2020

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan


pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC
BINTARO. Skripsi ini telah diujikan pada sidang ujian skripsi pada tanggal 07
Agustus 2020 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC BINTARO.

Tangerang Selatan, Agustus 2020

Menyetujui

Penguji 1 Penguji 2

(Hadi Nugroho, M.Epid) (Ns Royani, M.Kep)

Penguji 3

Mengetahui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan Ketua STIKes IMC Bintaro

STIKes IMC Bintaro

Ns.Oryza Intan Suri. S.Kep., M.Kep Ir. Peters M. Simanjuntak. MBA


4

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

=========================================================

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mustika Eka Pebriyanti

NIM : 201640047

Program Studi : S1 Keperawatan

STIKes : STIKes IMC Bintaro

Jenis Karya :Skripsi

Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak STIKes IMC Bintaro
Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non-exlusive Royalty-Free Right) atas
skripsi saya yang berjudul :

HUBUNGAN FREKUESNI MAKAN DENGAN STATUS GIZI


PADA REMAJA PUTRI DI STIKES IMC BINTARO TAHUN
2020
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). STIKes IMC Bintaro berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan dan menampilkan atau mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tangerang Selatan, Agustus 2020

Mustika Eka Pebriyanti


5

NIM 201640048

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mustika Eka Pebriyanti

Tempat, TanggalLahir : Wonogiri, Februari1995

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Gg. Damai RT.002/ RW.006, Jombang Rawa lele,


Ciputat, Tangerang Selatan

Pendidikan : TK Al-Quraniyah (2000 - 2001)

SDN Jombang 01 (2001 - 2007)

SMPN 06 Kota Tangerang Selatan (2007 - 2010)

SMK Kesehatan Riksa Indrya (2010 - 2013)

STIKes IMC Bintaro (2016 - Sekarang)


6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan judul “Hubungan Frekuensi Makan Dengan Status
gizi Tahun 2019” disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1, untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Selama dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan


bimbingan serta dukungan moril dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Ani Yuliani selaku Ketua Yayasan ICHSAN


2. Bapak Ir.Peters M. Simanjuntka, MBA selaku ketua STIKes IMC Bintaro.
3. Bapak Daelami Ahmad, S.Ag, M.Si selaku Wakil Ketua II STIKes IMC
Bintaro.
4. Ibu Ns. Royani, M.Kep selaku Wakil Ketua I STIKes IMC Bintaro.
5. Ibu Ns. Beata Rivani, S.Kep, M.M selaku Pembimbing penyusunan skripsi
ini yang selalu memberikan dan meluangkan waktu, tenaga, kasih sayang,
motivasi, perhatian, kesabaran selama membimbing penulis menjadikan
penulis untuk bersemangat dan berusaha menyelesaikan penelitian ini,
semoga Allah SWT membalaskan segala bentuk perbuatan baik beliau dan
memberikan kemudahan dalam segala urusan beliau.
6. Ibu Ns.Oryza Intan Suri, M.Kep selaku Ka.Prodi S1 Keperawatan yang
selalu memberikan motivasi dan kasih sayang.
7. Seluruh Dosen pengajar STIKes IMC Bintaro yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama pendidikan.
8. Kepada orang tua tercinta yang selalu ada, yang selalu mendukung dan
yang paling tersagalanya dari yang lain, karena tenpa dukungan,ridho,
kasih sayang dan cinta dari kalian penulis tidak akan bisa sampai seperti
ini. Terimakasih dalam lubuk hati yang paling dalam dari anakmu.
9. Kepada suami dan anak-anak saya Ruri dan Daffa yang selalu mengerti
dan memberikan semangat.
7

10. Kepada sahabat saya Nukeu, Lola, Anggit yang selalu memberikan
keceriaan dan dukungan, meski terkadang banyak nyusahin nya, tapi tanpa
kalian selama perkuliahan ini terasa sepi, terimakasih yang selalu ada dan
memberikan tumpangan kemanapun.
11. Kepada Ratna Nurkamilah yang telah membantu dalam menyusun
penulisan skripsi ini, memberikan dukungan, yang selalu ada dikala
penulis butuh, yang selalu ada dikala senang dan sedih
12. Kepada Pa Hendra teman satu kelas dan bimbingan yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi.

Terimakasih untuk semua yang telah memberikan doa, motivasi dan


bantuan bagi kelancaran penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan semua dengan yang lebih baik dan barokah.

Tangerang Selatan, Agustus 2020

Penuli
8

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan penelitian...........................................................................................4
1. Tujuan Umum............................................................................................4
2. Tujuan khusus............................................................................................5
D. Manfaat penelitian.........................................................................................5
1. Bagi institusi pendidikan...........................................................................5
2. Bagi institusi tempat penelitian.................................................................5
3. Bagi mahasiswa dan umum.......................................................................5
BAB 2......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Frekuensi makan...........................................................................................6
1. Definisi frekuensi makan...........................................................................6
2. Pangan.......................................................................................................7
3. Keanekaragaman pangan...........................................................................7
4. Makanan beragam.....................................................................................7
5. Komponen frekuensi makan......................................................................7
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi makan................................8
7. Metode pengukuran food frequency (FFQ)...............................................9
B. Remaja........................................................................................................10
1. Definisi remaja........................................................................................10
2. Periode remaja.........................................................................................10
9

3. Karakteristik perilaku makan remaja (Sulistyoningsih, 2011)................11


4. Masalah gizi pada remaja (Pritasari, dkk 2017)......................................11
5. Klasifikasi status gizi pada remaja..........................................................12
6. Kebutuhan gizi remaja (Djoko Sutopo, 2019).........................................13
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.............................14
8. Status gizi remaja dan faktor-faktor yang berhubungan.........................15
9. Penyebab yang mempengaruhi gizi remaja antara lain :.........................15
C. Gizi..............................................................................................................17
1. Definisi gizi.............................................................................................17
2. Prinsip gizi seimbang..............................................................................18
3. Status gizi................................................................................................20
4. Klasifikasi status gizi...............................................................................21
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Asia............................................................21
5. Angka Kecukupan Gizi (AKG)...............................................................21
Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Pada Remaja Berdasarkan AKG
2013................................................................................................................23
8. Penilaian status gizi.................................................................................24
9. (Indeks Massa Tubuh) IMT.....................................................................25
Tabel 2.4 klasifikasi IMT menurut WHO Depkes RI, 2014...........................26
BAB 3....................................................................................................................27
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN.......................................................................................................27
A. Kerangka konsep.........................................................................................27
B. Definisi operasional....................................................................................27
Tabel 3.2 Definisi operasional........................................................................28
C. Hipotesis penelitian.....................................................................................29
BAB 4....................................................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................30
A. Desain Penelitian.........................................................................................30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................30
C. Populasi, Sampel dan Metode Sampling.....................................................30
D. Metode pengumpulan data..........................................................................32
10

E. Instrumen Penelitian...................................................................................33
F. Etika Penelitian...........................................................................................34
G. Teknik dan Analisis Data............................................................................35
H. Analisis Data...............................................................................................36
I. Penyajian Data............................................................................................37
BAB 5....................................................................................................................38
PEMBAHASAN...................................................................................................38
A. Lokasi Penelitian.........................................................................................38
B. Alur Penelitian............................................................................................38
C. Analisa Univariat........................................................................................39
D. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................42
E. Keterbatasan Penelitian...............................................................................45
BAB 6....................................................................................................................46
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
11

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Menu Makanan Untuk Remaja..........................................................16


Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Asia................................................................21
Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Pada Remaja Berdasarkan AKG
2013....................................................................................................................23
Tabel 2.4 klasifikasi IMT menurut WHO Depkes RI, 2014..............................26
Tabel 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................27
Tabel 3.2 Definisi operasional............................................................................28
Tabel 5.1Usia......................................................................................................39
Tabel 5.2Pendidikan...........................................................................................39
Tabel 5.3Ekonomi..............................................................................................40
Tabel 5.4Distribusi Karakteristik Frekuensi Makan Remaja Putri Terhadap
Status Gizi Di STIKes IMC Bintaro...................................................................40
Tabel 5.5 Ditribusi Karakteristik Status Gizi Terhadap Frekuensi Makan Remaja
Putri Di STIKes IMC Bintaro............................................................................41
Tabel 5.6Hubungan Frekuensi Makan Berpengaruh Terhadap Status Gizi Di
STIKes IMC Bintaro..........................................................................................42
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2014) gizi adalah ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup
untuk kembali dan mengolah zat-zat padat dan cair dari makanan yang
diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya
organ tubuh dan menghasilkan energi.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan social ekonomi yang
baik, keadaan lingkungan yang baik dan status gizi yang baik. Status gizi
merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan
optimal. Namun pada masyarakat masih ditemui brbagai penderita
penyakit yang berhubungan dengan kekuangan gizi. Masalah gizi pada
umumnya merupakan redleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi
kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila
asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang
dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang
yang mempunyai asupan gizi berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi
status gizi adalah gamaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-
hari (Netty. T, 2017)
Gizi merupakan faktor yang terpenting dalam indikator kesehatan
pada manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan maupun
kelebihan gizi akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Usia
remaja merupakan periode rentan gizi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kebutuhan zat gizi meningkat usia 17 – 19 tahun sebesar 2675 kkal untuk
laki-laki dan 2125 kkal untuk perempuan, perubahan gaya hidup dan
aktivitas fisik remaja itu sendiri. Remaja memerlukan zat gizi yang lebih
13

tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan


tubuh yang signifikan. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja
mempengaruhi sedikit banyak baik asupan maupun kebutuhan gizinya
dapat meningkat maupun berkurang (Depkes, 2014).
Status gizi pada kelompok dewasa diatas 18 tahun didominasi
dengan masalah obesitas, walupun masalah kurus juga masih cukup tinggi.
Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-
laki. Berdasarkan karakteritik masalah obesitas cenderung lebih tinggi

pada penduduk yamg tinggal diperkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan


pada kelompok status ekonomi yang tinggi pula (A. Miko dan B. Putri
2016).
Berdasarkan RISKESDAS 2013 prevalensi gizi kurus menurut
Indeks masa tubuh (IMT) pada remaja adalah 13,1% pada laki-laki dan
5,7% pada perempuan dan prevalensi gizi lebih pada laki-laki 6,6% dan
perempuan 8,1%. Remaja diindonesia terjadi peningkatan status gizi
sangat kurus dan kurus. Namun prevalensi pada status gizi gemuk
memiliki hasil yang berbeda signifikan dibandingan dengan status gizi
sangat kurus dan kurus. Pada tahun 2010 prevalensi gizi gemuk adalah
1,4% dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 7,3%.
Dalam data RISKESDAS 2010 selama kurun waktu lima tahun,
penyandang obesitas dengan usia >18 tahun terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 angka obesitas mencapai 10.5%, pada tahun 2013 14,8%
atau meningkat 4,3 %. Namun angka obesitas di tahun 2018 meroket
menjadi 21.8% atau naik 7% dari tahun 2013. Jika dihitung peningkatan
pertahun sejak 2013 menuju 2018 terdapat peningkatan 1,4% angka
kejadian obesitas pertahun. Untuk diketahui secara umum obesitas
disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor perilaku, lingkungan dan genetik.
Faktor genetik memiliki porsi 10-30%, sementara faktor perilaku dan
lingkungandapat mencapai 70%.
Dalam Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1 April
2012. Status gizi merupakan refleksi dari apa yang kita konsumsi. Status
14

gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang baik jumlahnya,
frekuensi dan jenis makanan yang di konsumsi harus sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Dengan pola makan yang benar akan mempunyai status
gizi yang normal. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan
kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.
Frekuensi makan merupakan perilaku yang paling penting yang
dapat mempengaruhi status gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi. Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembang fisik, gizi baik membuat berat badan normalmdan sehat serta
terhindar dari penyakit dan gizi yang tidak optimal berkaitan dengan
kesehatan yang buruk (Depkes, 2014)
Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami masalah gizi
seperti gizi kurang maupun gizi lebih. Status gizi seseorang menunjukan
seberapa besar kebutuhan fisiologis kebutuhan individu tersebut tekah
terpenuhi. Keseimbangan antara gizi yang masuk dan gizi yang
dibutuhkan untuk kesehatan optimal adalah penting. Saat kebutuhan gizi
seseorang tercukupi untuk menyokong kebutuhan tubuh sehari-hari dan
setiap peningkatan kebutuhan metabolisme, mka individu tersebut akan
mencapai status gizi yang optimal.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap body image mahasiswi
STIKES IMC Bintaro saat berada diarea kampus terlihat frekuensi makan
yang tidak teratur hal ini beresiko terhadap berat badan yang tidak
proposional. Namun jika diperhatikan oleh peneliti dari jenis makanan
yang dikonsumsi adalah jenis makanan berkarbohidrat. hal tersebut
membuat peneliti ingin mengetahui apakah hal ini terkait dengan frekuensi
makan. Secara pengamatan peneliti sebagian besar mahasiswi STIKES
15

IMC Bintaro setelah makan makanan utama terlihat masih menyiapkan


makanan, seperti : lontong, gorengan, roti, dll.
Dengan data pengamatan tersebut maka penulis untuk lebih
memastikan akan kebenarannya penulis melanjutkan pengamatan terkait
dengan pola makan mahasiswi STIKES IMC Bintaro dengan duduk
dikantin saat jam istirahat selama 3 hari dan didapatkan data bahwa untuk
sarapan pagi hanya minum susu jika ada persediaan dan memakan cemilan
seperti gorengan, biskuit dan kadang lontong satuan, kemudian siang hari
memakan makanan berjenis karbohidrat seperti : bakso, mie ayam, atau
nasi padang, sedangkan pada malam hari terkadang mereka tidak makan.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara pada mahasiswi di
STIKes IMC Bintaro, Tingkat 2 semester 4, dari hasil wawancara
didapatkan 18 (26%) mahasiswi yaitu 5 (7,2 %) memiliki IMT kurus, 10
(14%) orang memiliki IMT gemuk, dan 3 (4,3%) orang memiliki IMT
normal dari jumlah keseluruhan 65 mahasiswi.
Terkait studi pendahuluan yang diperoleh tersebut, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui “Hubungan Frekuensi Makan dengan Status
Gizi pada Remaja Putri di STIKes IMC Bintaro Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan frekuensi makan dengan status gizi pada remaja putri di STIKes
IMC Bintaro ?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi makan
dengan status gizi pada remaja putri di STIKes IMC Bintaro.

2. Tujuan khusus.

a. Mengetahui karakteristik remaja putri di STIKes IMC Bintaro.


16

b. Mengetahui gambaran frekuensi makan remaja putri STIKes IMC


Bintaro
c. Mengetahui status gizi pada remaja putri STIKes IMC Bintaro.
d. Mengetahui hubungan frekuensi makan dengan status gizi remaja
putri di STIKes IMC Bintaro.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi institusi pendidikan


Diharapkan peneliti ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan
dan menambah jumlah penelitian dalam bidang ilmu keperawatan.

2. Bagi institusi tempat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
memberikan pengetahuan mengenai asupan gizi untuk pemeliharaan
kesehatan sumber daya manusia sebagai salah satu upaya pencapaian
visi, misi dan tujuan instansi.

3. Bagi mahasiswa dan umum


Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi, pengawasan, dan ilmu
pengetahuan terhadap pola konsumsi makan dan status gizi yang
dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat umum sehingga diharapkan
dapat memperbaiki pola makan dan meningkatkan asupan gizi.
17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Frekuensi makan

1. Definisi frekuensi makan


Frekuensi makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan, dan pemilihan makanan, yang terbentuk sebagai hasil
dari pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Sulistyoningsih,
2011)
Frekuensi makan pada pola makan seimbang yaitu sesuai dengan
kebutuhan disertai pemilihan bahan makanan yang tepat akan
melahirkan status gizi yang yang baik (Sulistyoningsih, 2011).
Frekuensi makan seimbang yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai
pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang
yang baik (Sulistyoningsih, 2011).
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari
meliputi makan pagi, makan siang, maka malam dan makan selingan
(Depkes, 2013).
Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari 3 makan utama yaitu
makan pagi, makan siang, dan makan malam. Jadwal makan sehari
dibagi menjadi makan pagi ( sebelum pukul 09.00), makan siang
( pukul 12.00-13.00), dan makan malam (pukul 18.00-19.00), jadwal
makan ini disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4
jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu
tersebut sehingga lambung tidak dibiarkan kosong terutama pada
waktu lama (Oktaviani 2011 dalam Ramdani 2017).

Dalam frekuensi makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering


tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda makan bahkan
18

tidak makan. Frekuensi makan adalah susunan makanan yang


mencangkup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang dalam
sehari atau dalam jangka waktu tertentu (Sirajuddin, dkk. 2018).

2. Pangan
Pangan adalah segla sesuatu yang berasal dari sumbernya hayati
dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan yang lain yang digunakan dlam proses penyiapan, pengolahan
dan atau pembuatan makanan dan minuman (Sirajuddin, dkk. 2018)

3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah aneka ragam kelompok pangan
yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk sayur dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
(Sirajuddin, dkk. 2018)

4. Makanan beragam
Berbagai makanan beragam yang dikonsumsi beragam baik
antarkelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah)
maupun dalam setiap kelompok pangan. (Sirajuddin, dkk. 2018)

5. Komponen frekuensi makan

Secara umum frekuensi makan memiliki komponen untuk mengukur


frekuensi makan seseorang yaitu :
a) Jenis makan
Jenis makan adalah sejeneis makananpokok yang dimakan setip
hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran,
dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah
sumber makanan utama di Indonesia yang dikonsumsi setiap orang
atau sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-
umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).
b) Jumlah makanan.
19

Jumlah makanan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam


setiap individu dalam kelompok.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi makan


Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan
adalah ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan
(Sulistyoningsih,2011).
a) Faktor ekonomi
Variebal ekonomi mencangkup dalam peningkatan peluang untuk
daya beli pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan
menururnnnya daya beli pangan secara kuantitas mauoun kualitas
masyarakat. Pendapatan yang tinggi dapat mencangkup kurangnya
daya beli dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga
suatu bahan makanan lenih di dasarkan dalam pertimbangan selera
dibandingkan aspek gizi.
b) Faktor budaya
Pantang dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi
oleh faktor udaya sosial dalam kepercayaan buadaya adat daerah
yang menjadi kebiasaan atau ada kebudayaan di masyarakat
memiliki cara mengkonsumsi pola makan degan sendirinya.
c) Agama
Adanya pantangan terhadap makanan/ minuman tertentu dari sisi
agama dikarenakan membahayakan unuk jasmani dan rohaninya.
d) Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya berkaitan dengan pengetahuan
yang akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
emenuhan status gizi.
e) Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar perngaruhnya terhadap
pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui
media elektronik maupun cetak.
20

7. Metode pengukuran food frequency (FFQ)

(Sirajuddin, dkk. 2018) mengatakanbahwa Food frequency


merupakan metodesemi kualitatif, dimana informasi tentang bahan
makanan yang dikonsumsi hanya berupa nama sedangkan jumlahnya
tidak secara tegas dibedakan. Setiap subjek yang mengatakan sering
mengonsumsi makanan tertentu, tidak selalu harus diuraikan lebih
lanjut menjadi ukuran dan porsi yang dikonsumsi. Metode FFQ hanya
memerlukan data bahwa jenis makanan tertentu sering atau tidak
sering dikonsumsi dan berapa kerapan konsumsinya.
Kemudahan penggunaan FFQ adalah karena jenis makanan yang
ada dalam daftar sudah disusun dengan teratur menurut sumbernya
yang diduga kuat berhubungan dengan kasus yang sedang di
investigasi, adapun makanannya yaitu : makanan pokok, lauk nabati,
lauk hewani, sayuran dan buah.
Metode FFQ memberikan keuntungan lebih baik, pada aspek
keterwakilan karakter konsumsi. Penilaian asupan makanan yang
dilakukan secara singkat. Sifatnya yang dapat menggambarkan asupan
makanan dalam periode yang lebih lama adalah alasan untuk memakai
data dasar makanan dan minuman.
Cara menilai FFQ adalah dengan menjulahkan skor konsumsi
pangan subjek berdasarkan jumlah skor kolom konsumsi untuk setiap
pangan yang dikonsumsi. Total skor ditulis pada barisan paling
bawah , interprestasi skor ini harus didasarkan pada nilai rerata skor
konsumsi pangan pada populasi. Jika nilai skor diatas median rata-rata
makan dikaan baik,.

B. Remaja

1. Definisi remaja.
(Merry.K, 2017) Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam
rentan usia 10-19 tahun, menurut Mentri Kesehatan RI No. 25 Tahun
2014 remaja dalah penduduk dalam rentang 10-18 tahun, dan menueut
21

badan kependudukan dan keluarga berencana (BKKBN) rentang usia


remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah
Remaja adalah kondisi peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Pada masia ini remaja mengalami perubahan fisik seperti
pertambahan tinggi badan hingga 25 cm, perubahan bentuk tubuh dan
masa menstruasi, bagi remaja putri daya tarik seksualitas merupakan
faktor yang kuat dan berpengaruh dalam kebidupannya. Remaja
termasuk kelompok yang rentan mengalami masalah gangguan gizi
seperti kurang gizi dan kelebihan gizi (Sutopo, 2019)

2. Periode remaja
Menurut Asrori (2005) dalam Nisa (2018) Secara garis besar masa
remaja dengan karakteristiknya dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu ;
1) Pra – remaja
Selama periode ini terjadi gejala hampir sama antara pria
dan wanita yaitu perubahan fisik belum tampak jelas tetapi pada
remja putri memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat.
2) Remaja awal
Pada periode ini perkembangan gejala fisik semakin tampak jelas,
oleh karena itu remaja sering kali mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Akibatnya tidak
jarang mereka cenderung menyendiri sehingga sering terasa
terasingkan. Kontrol terhadap dirinya semakin sulit dan cepat
marah dengan cara yang tidak wajar. Perilaku tersebut terjadi
karena adanya kecemasn terhadap dirinya sendiri sehingga muncul
reaksi yang kadang tidak wajar.
3) Remaja tengah
Tidak jarang masyarakat menjadi faktor penyebab masalah remaja,
remaja sering meragukan tentang apa yang disebut baik dan buruk.
Akibatnya sring kali remaja ingin membentuk nilai merka sendiri
yang mereka anggap benar untuk diterapkan pada dirinya dan bisa
jadi pada periode ini remaja sering tidak konsisten.
22

4) Remaja akhir
Pada periode ini remaja memandang dirinya sebagai orang dewasa
dan mulai mampu menunjukan kemampuan pemikiran, sikap, serta
perilaku yang semakin dewasa sehingga orang tua dan masyarakat
mulai memberikan kepercayaan kepada mereka.
Semua masa perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus.

3. Karakteristik perilaku makan remaja (Sulistyoningsih, 2011)

a) Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.


b) Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan yang tidak sehat.
c) Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein,
vitamin, dan mineral.
d) Kebiasaan makan makanan siap saji yang komposisinya tidak
seimbang gizinya.

4. Masalah gizi pada remaja (Pritasari, dkk 2017)

1) Gangguan makan
Ada dua macam gangguan makan pada remaja yang biasa terjadi
yaitu bulimia dan anoreksia. Kedua gangguan ini biasanya terjadi
karena karena obsesi untuk membentuk tubuh langsing dengan cara
menguruskan badan. Ciri-ciri orang dengan gngguan ini biasanya
sangat mengontrol asupan makanannya, kehilangan berat badan
secara drastis tetapi tetap melarang dirinya untuk mengkonsumsi
makanan berat.
2) Obesitas
Sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi
kebutuhannya sehingga menjadi gemuk.
3) Kurang energi kronis
Pada remaja badan kurus atau dengan kurang energi kronis tidak
selalu berakibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik. Pada
umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan
23

yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya


dengan factor emosional seperti takut gemuk.
4) Anemia
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi
dibandingkan dengan laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih
banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang
berkualitas tinggi, seperti : daging ayam, hati, ikan, selain itu bahan
makanan yang mengandung vitamin C membantu penyerapan zat
gizi.

5. Klasifikasi status gizi pada remaja.


(Merryana Adrianai, 2012). Remaja memiliki kebutuhan gizi yang
relatif besar dan unik, apabila ditinjau dari sudut pandang biologi,
psikologi, sosial. Secara biologi kebutuhan mereka salaras dengan
aktivitas mereka,. Remaja lebih membutuhkan banyak protein,
vitamin dan mineral. Adapun ditinjau dari sudut pandang sosial
dan psikologi, remaja meyakini bahwa mereka tidak terlalu
memperhatikan faktor kesehatan dalam menjatuhkan pilihan
makanannya.

Pada masa remaja kebutuhan nutrisi dan gizi perlu mendapatkan


perhatian karena :
a) Kebutuhan akan nutrisi yang meningkat karena adanya
peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
b) Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada kebutuhan
dan asupan zat gizi.
c) Kebutuhan khusus zat gizi perlu diperhatikan pada kelompok
remaja yang memiliki aktivitas olahraga, mengalami
kehamilan, gangguan perilaku makan, konsumsi alhkohol dan
obat-obatan maupun hal lain yang biasa terjadi pada remaja..

6. Kebutuhan gizi remaja (Djoko Sutopo, 2019)


1) Karbohidrat
24

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh yang bila


dicerna akan menghasilkan energi 4kkal/gram. Para akar
menetapkan rentang konsumsi karbohidrat yang dapat diterima
sebesar 45-65% energi total.
2) Lemak
Sama halnya dengan karbohidrat, lemak merupakan zat gizi
maksro sumber energi (9kkal/gram), dibagi atas lemak tak
jenuh seperti : biji-bijian, sedangkan lemak jenuh : jeroan,
santan, mentega. Namun lemak berlebihan dapat mendorong
terjadinya masalah kesehatan.
3) Protein
Dibandingkan dengan karbohidrat protein merupakan zat
sumber energi makro (4kkal/gram), protein dibagi menjadi 2
yaitu : protein hewani dan protein nabati.
4) Vitamin dan mineral
Merupakan zat gizi mikro yang memperlancar proses
pembuatan energi dan proses biologis lainnya yang diperlukan
untuk memperthatankan kesehatan.
5) Air
Air merupakan zat gizi unsur yang paling banyak dalam tbuh.
Makin muda seseorang, makin banyak kandungan air dalam
tubuh. Kebutuhan air dipengaruhi oleh umur, aktivitas fisik,
suhu, pola makan dan status kesehatan.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja


Menurut (Sandra Fikawati, dkk 2017) faktor yang mempengaruhi
status gizi antara lain:
a) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan remaja perempuan dan laki-laki berbeda, secara
umum pertumbuhan perempuan dimuli lebih cepat dibanding
laki-laki, namun durasi pertumbuhan fisik perempuan lebih
pendek dibanding dengan lai-laki, oleh karena itu laki-laki
25

lebih membutuhkan lebih banyak energi yang harus


mencukupi.
b) Pengetahuan dan pendidikan
Banyak remaja yang kurang mengetahui pentingnya zat gizi
yang tekandung dalam makanan serta fungsinya terhadap
tubuh. Remaja kadang tidak peduli terhadap kandungan zat gizi
dalam makanan, hal ini dapat menyebabkan kurangnya zat gizi
tertentu.
c) Kebebasan
Remaja mulai memiliki kebebasan dalam memilih makanan,
tetapi harus diperhatikan juga aspek apa saja yang dapat
mempengaruhinya, aspek yang mempengaruhinya adalah aspek
waktu dan uang.
d) Aspek waktu
Masalah pada remaja adalah sulitnya menemukan waktu untuk
makam terutama untuk makan bersama keluarga. Gaya hisup
remaja memerlukan banyak waktu sehingga perlu dilakukan
management yang baik agar remaja dapat memperkirakan
apakah kebutuhannya dan kebutuhan keluarga dapat tercapai.
e) Aspek keuangan
Keterbatasn ekonomi sering berhubungan dengan pengetahuan
yang kurang dan kemampuan untuk mengakses makanan
bergizi kurang. Umumnya keluarga yang hidup dengan
ekonomi rendah kurang mendapatkan asupan gizi yang cukup.

8. Status gizi remaja dan faktor-faktor yang berhubungan.


Menurut Atika. P dan Erna K (2017) faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap gizi remaja diantaranya :
a) Status individu
Biasanya wanita remaja atau wanita remaja yang tlah menikah
akan kesulitan memilih bahan makanan yang akan
dihidangkan. Wanita remaja yang telah berumah tangga
26

biasanya akan lebih memilih mengkonsumsi makanan yang


tidak dihabiskan oleh keluarga karena ia merasa sayang bila
makanan dibuang
b) Status ekonomi
Wanita dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi tentunya
akan berbeda gizinya dengan orang dari tingkat ekonomi
rendah.
c) Anatomi tubuh individu
Ukuran pelvis individu berhubungan erat dengan tinggi badan
seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain
kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau
penegtahuan tentang gizi. Bnyak wanita karier cenderung lebih
mengkonsumsi makanan diet tanpa lemak atau hanya
mengkonsumsi buah-buahan dari pada makanan sehat.

9. Penyebab yang mempengaruhi gizi remaja antara lain :


a) Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk timbul pada kebiasaan makan
keluarga yang tidak baik sudah tertanam sejak kecil dan akan
terus terjadi pada usia remaja. Mereka akan makan seadanya
tanpa mengethui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak
tidak dipenuhinya kebtuhan zat gizi tersebut bagi kesehatan.
b) Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing akan menjadi idama bagi para remaja
wanita, hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk
mempertahankan kelangsingan mereka menerpkan pembatasan
makanan yang keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tidak
terpenuhi dan akan menakibatkan terjadinya gangguan gizi.
c) Kesukaan makanan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi.
Keadaan seperti ini biasanya terkait dengan “mode” yang
tengah marak.
27

d) Masuknya produk-produk makanan baru


Makanan siap santap seperti junk food, fast food, french fries
dsb sering dianggap lambang kehidupan yang modern
dikalangan remaja. Demi kepraktisan dan kelezatan nilai gizi
sering diabaikan oleh konsumen dan produsen makanan,
kebanyakan makanan tersebut sedikit mengandung vitamin dan
mineral, tinggi garam, lebih banyak lemak dan gula.

Table 2.1 Menu Makanan Untuk Remaja


Menu makan pagi Menu selingan pagi
Nasi putih, telur orak arik, Bakwan jagung
tumis sayur dan jus jeruk.
Manu makan siang Menu selingan siang
Nasi putih, telur sambal, Puding buah
perkedel tempe, tumis
kangkung, sate buah.
Menu makan malam Menu selingan malam
Nasi putih, sup telur, bola-bola Susu
tempe, capcay, dan jus pepaya.

C. Gizi

1. Definisi gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
di konsumsi secara formal melalui proses absopsi, transportasi,
penyimpangan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan
fungsi normal dari organ-organ, serta mengahasilkan energi (Koes
Irianto, 2014).
Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
28

variasi makanan, aktifitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.


(Djoko Irianto, 2017). Gizi seimbang dapat ditentukan dengan
menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), gizi seimbang apabila skor
berada diangka 18,5-25 (Depkes, 2014)

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang Depkes RI :2014

2. Prinsip gizi seimbang.


Prinsip asupan gizi seimbang untuk mengatur kesimbangan gizi
yang didapatkan dari makanan Kemenkes RI memberikan pedoman 13
prinsip dasar yaitu :
a) Mengonsumsi makanan beragam.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, atau makanan yang mengandung makanan yang
mengandung zat tenaga (karbohidrat, lemak), pembangun (protein)
dan zat pengatur (vitamin dan mineral).
b) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan.
29

Konsumsi makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi


harian. Kecukupankebutuhan energi ditunjukkan dengan berat
badan yang normal.
c) Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan
energi.
Makanan pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan
energi, sisanya dari makanan lain yang mengandung protein dan
lemak seperti daging, telor, susu dan sebagainya.
d) Batasi konsumsi lemak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kebutuhan energi. Hal ini untuk menghindari resiko penyempitan
pembuluh darah arteri dan jantung koroner.
e) Gunakan garam beryodium.
Garam beriodium adalah garam yang sudah diperkaya dengan
kalium iodiat untuk mencegah berbagai penyakit akibat
kekurangan yodium, seperti gondok dan kretin. Kekurangan unsur
yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat
kecerdasan seseorang.
f) Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi adalah unsur penting dalam pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara
berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia atau penyakit
kurang darah.
g) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan tidak ada satu pun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI. ASI memiliki
kelebihan karena meliputi 3 aspek, yaitu aspek gizi, aspek
kekebalan dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang
penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak.
h) Biasakan sarapan pagi.
Sarapan atau makan pagi sangat bermanfaat bagi semua orang,
karena dapat memelihara ketahanan fisik, dan produktivitas kerja.
30

Bagi anak-anak, terutama usia sekolah sarapan dapat meningkatkan


konsentrasi belajar dan memudahkan dalam menyerap pelajaran.
i) Minumlah air bersih yag aman dan cukup jumlah ya.
Tubuh membutuhkan 2 liter atau setara dengan 8 gelas air per hari.
Hal ini bermanfaat untuk mencegah dehidrasi dan melancarkan
metabolisme tubuh.
j) Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
organ tubuh dan memperlambat proses penuaan.
k) Hindari minuman berakohol.
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi
yang penting, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf
otak dan jaringan.
l) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Selain bergizi lengkap dan seimbang, konsumsilah makanan yang
layak dan aman bagi kesehatan. Yaitu makanan yang bebas dari
kuman dan bahan berbahaya, serta tidak bertentangan dengan
keyakinan masyarakat.

Secara umum, kekurangan gizi menyebab beberapa gangguan


dalam proses pertumbuhan, mengurangi produktifitas kerja dan
kemampuan berkonsentrasi, struktur dan otak, pertahanan tubuh serta
perilaku. Gizi kurang dapat ditentukan dengan meggunakan IMT
(Indeks Masa Tubuh), gizi kurang di angka 17-18,5 dan kurang dari 17
(Depkes, 2014).

Gizi lebih (Overnutrition) merupakan Ketidak seimbangan antara


asupan gizi dengan kebutuhan gizi mempengaruhi status gizi seseorang.
Ketidak seimbangan positif terjadi apabila asupan energi lebih besar
dari pada kebutuhan sehingga mengakibatkan kelebihan berat badan
atau gizi lebih, (Guthrine Helen A dalam Agnes Grace Florane 2017).
31

Gizi lebih dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks


MasaTubuh, gizi lebih di angka 25-27 dan lebih dari 27 dikatakan
obesitas (Depkes, 2014).

3. Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan klasifikasi,
yaitu status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier 2004 Dalam
Ari Istiany, 2013). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbang
dalam bentuk variabel tertentu. Ini sering dijadikan sebagai indikator
baik atau buruknya penyediaan makanan. Status gizi yang baik sangat
dibutuhkan untuk mmertahankan kebugaran dan kesehatan, membantu
pertumbuhan bagi anak, serta menunjang pembinaan prestasi
olahragawan (Djoko Irianto, 2017).

4. Klasifikasi status gizi

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Asia


Kelompok BMI Asia – pasifik Amerika – eropa
(kriteria WHO, kg/m2
BB kurang <18.5 <18.5
BB normal 18.5 – 22.9 18.5 – 24.9
BB berlebihan/ Pra 23.0 – 24.0 25.0 – 29.9
obesitas
BB obesitas I (ringan) 25.0 – 29.9 30.0 – 34.9
BB obesitas II ( berat) <30.0 35.0 – 39.9
BB obesitas III (sangat - >39.9
berat)
Sumber: Depkes RI, 2014

5. Angka Kecukupan Gizi (AKG)


AKG adalah standar berisi kebutuhan rata-rata zat gizi perhari yang
dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hisup sehat. AKG
merupakan angka kecukupan pada tingkat konsumsi, sedangkan pada
32

tingkat produksi dan penyediaan pangan perlu diperhitungkan


kehilangan dan penggunaan lainnya dari tingkat produksi dan
konsumsi.(Sutopo, 2019)
Kemenkes 2013 Saat ini angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan
AKG untuk mengetahui kebutuhan gizi pada remaja masih mengacu
pada kecepatan pertumbuhan berdasarkan usia kronoligis. Untuk
energi dan zat gizi. Seperti vit B1 ( tiamin), Vit. B2 (riboflavin), Vit.
B3 (niasin), Vit. B6 dan mineral Seng (Zn), kebutuhannya lebih tinggi
pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan, sedangkan
kebutuhan zat besi (Fe) lebih tinggi pada perempuan (Sandra Fikawati,
dkk 2017 ).

Kegunaan AKG yang dianjurkan antara lain sebagai berikut:


a) AKG berguna untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat
nasional.
b) AKG berguna untuk menilai data konsumsi makanan
perorangan dan kelompok masyarakat.
c) AKG berguna untuk oerencanaan pemberian makanan bagi
institusi.
d) AKG berguna untuk menetapkan standar bantuan pangan
dalam keadaan darurat.
e) AKG berguna untuk menetapkan pedoman keperluan label gizi
makanan yang dikemas.
f) AKG berguna untuk bahan penyuluhan atau pendidikan gizi.
33

Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Pada Remaja Berdasarkan AKG 2013.

Golongan Usia BB TB Energi Protein Lemak Omega6 Omega3 Karbohidra Serat Air
(Kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (g) t (g) (ml)
(g)
Perempuan 10 – 12 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800
tahun
Perempuan 13 – 15 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
tahun
Perempuan 16 – 18 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100
tahun
Perempuan 19 – 29 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300
tahun
34

8. Penilaian status gizi


Menurut (Djoko Irianto, 2017) status gizi dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya :

1. Pemeriksaan langsung
a) Antropometri
Penilaian Antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi
fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap
berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), lingkar lengan atas, dan
tebal lemak tubuh. Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013,
berat badan standart untuk perempuan umur 16-18 tahun adalah
50 kg sedangkan untuk laki-laki adalah 60 kg. Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2013, tinggi badan standart untuk
perempuan umur 16-18 tahun adalah 158 cm sedangkan untuk
laki-laki adalah 165 cm.
Berikut adalah pengukuran status gizi dengan menggunakan
parameter antropometri yaiu menggunakan Indeks Masa
Tubuh (IMT) :

b) Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan dengan
pemeriksaan spesimen jaringan tubuh seperti (darah, urine,
tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama
untuk mengetahi kadar hemoglobin, feritin, glikosa, dan
kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui
kekurangan gizi spesifik.
c) Klinis
35

Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel seperti : kulit,


mata. Rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan
mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda
khusus.
d) Biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi
serta perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik
bertujuan mengetahui situasi tertentu.

2. Pemeriksaan tidak langsung


a) Survei konsumsi
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara
kebiasaan makan dan perhitungan makanan sehari-hari, dengan
tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan gizi.
b) Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan
seperti angka kematian, kesakitan, dan kemtian akibat hal-hal
yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan
menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat.

3. Faktor ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang
dipengaruhi oleh faktor ekologi seperti tanah dan irigasi

9. (Indeks Massa Tubuh) IMT

1. Definisi IMT
IMT adalah petunjuk untuk menentukan kelebihan beratbadan
berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter). Interpretasi IMT
tergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena anak lelaki dan
perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda.

2. Klasifikasi pengukuran IMT

Tabel 2.4 klasifikasi IMT menurut WHO Depkes RI, 2014


Katagori IMT (kg/m2) N
36

Kekurangan berat < 17,0 Sangat kurus


badan tingkat berat
Kekurangan berat 17,0 >18,5 Kurus
badan tingkat ringan 18,5 - 25,0 Normal
Kelebihan berat badan >25.0 - 27, 0 Overweight
ti ngkat ringan
Kelebihan berat badan > 27,0 Obesitas
tingkat berat
Sumber: Depkes RI, 2014

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan tentang kerangka konsep, definisi operasional, dan
hipotesis penelitian
37

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang
akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmojo, 2010).
Variabel adalah suatu yang digunakan sebgai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep
pengertian tertentu. Variabel independet adalah variabel resiko atau sebab
sedangkan variabel dependent adalah variabel akibat efek (Notoatmojo,
2010).

Tabel 3.1 Kerangka Konsep

Variabe dependent variabel independent

Hubungan Frekuensi Status Gizi Remaja


Makan Putri

B. Definisi operasional
Definisi operasional definisi variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan
pada pelaksanaan pengumpulan data dan pngolahan data. Pada saat akan
melaukukan pengumpulan data, definisi operasional mengarah dalam
pembuatan dan pengembangan instrument penelitian. Sementara dalam
pengeolahan dan analisa data, definisi operasional dapat memudahkan
karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap untuk diolah dan
dianalisis. Dengan definisin operasional yang tepat maka baasan ruang
lingkup penelitian atau pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan
lebih fokus (Notoatmojo, 2010)

Tabel 3.2 Definisi operasional


Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala
38

opersional
Frekuensi Frekuensi Lembar Mengisi Kriteria Ordinal
makan makan dalam Food formulir food penilaian
sehari terdiri frequency frequency 1. Frekuensi
dari tiga makan yang makan
utama yaitu didalamnya baik
makan pagi, sudah (>485)
makan siang terdapat 2. Frekuensi
dan makan pilihan jenis makan
malam makanan, buruk
frekuensi (<485)
makan dan
jumlah
makanan.
Status gizi Keadaan yang Alat ukur Pengukuran Kriteria Ordinal
mneggambarkan tinggi badan Antropometri penilaian
kondisi sepanjang 2 dengan cara 1. 17,0 >18,5
Mahasiswa meter dan mengukur (Kurang)
STIKes IMC timbangan timggi badan 2. 18,5 - 25,0
Bintaro yang yang sudah dan berat (Normal )
diukur dengan di kalibrasi badan 3. >25.0 - 27, 0
perbandingan (Lebih)
ert badan dan
tinggi badan

C. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori
yang belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan
dengan hasil pengujian dengan uji statistik. Hasil pengujian dapat
disimpulkan benar atau salah, berhubungan atau tidak, di terima atau
ditolak. Hasil akhir penelitian tersebut merupakan kesimpulan peneliti
sebagai generalisasi dan representasi dari populasi secara keseluruhan
(Notoatmojo, 2010).
39

Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara frekuensi makan dengan


status gizi remaja.
Hipotesis nol (H0) dalam : tidak ada hubungan antara frekuensi makan
dengan status gizi remaja.

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN
40

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
digunakan untuk memperoleh bukti – bukti empiris dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian (McMillan, dalam Lampau, Buchari
2012).
Jenis penelitian ini adalah penelitian Corralation studyyaitu
penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antata variabel yang satu
dengan variabel yang lain dengan menggunakan food frequency yaitu
dengan mencatat makanan yang dikonsumsi dan dihubungan degan status
gizi sehingga dapat diketahui hubungan frekuensi makan dan status gizi
remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approch) (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk remaja putri yang berstatus
mahasiswa di STIkes IMC Bintaro. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
Februari 2020.

C. Populasi, Sampel dan Metode Sampling


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang memounyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa Semester 1 Tingkat 2 STIKes IMC Bintaro berjumlah 65
orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlahdan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 62, untuk menghindari bias dalam penelitian ini,
41

maka peneliti menambahkan 10% dari total sample sehingga total


sampel menjadi 70 sample. Sampel didapatkan dari perhitungan rumus
lameshow.

Keterangan :
n : Jumlah minimal sample
Z1−α / 2 : 5% derajat kemaknaan
Z1- β: 95% kekuatan uji
P1 : 0, 83 Frekuensi makan normal terhadap status gizi remaja
P2 : 0,76 frekuensi makan tidak normal terhadap status gizi remaja

Kriteria inklusi :

a. Terdaftar sebagai mahasiswi STIKES IMC Bintaro


b. Usia 19 tahun sampai 21 tahun
c. Berjenis kelamin perempuan
d. Bersedia menandatangani informed consent.

Kriteria ekslusi :

a. Tidak terdaftar sebagai mahasiswi STIKes IMC Bintaro


b. Usia 19 tahun sampai 21 tahun berjenis kelamin laki-laki.
c. Berjenis kelamin laki-laki
d. Tidak bersedia menandatangani informed consent

3. Metode Sampling
Metode sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti
untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya.
Peneliti menggunakan metode Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi,
alasannya mengambil total sampling karena jumlah populasi yang
42

kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel pene;itian


semuanya (Sugiyono, 2011 dalam C.I. Kurniasari 2015)

D. Metode pengumpulan data


1. Pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara: meminta izin kepada Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES IMC Bintaro untuk melakukan penelitian, mengajukan surat
izin penelitian di STIKES IMC Bintaro, mendatangi responden yang
sesuai dengan sampel yang sudah ditentukan, memberikan penjelasan
pada responden mengenai tujuan dari penelitian.
2. Teknik- teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Data primer terdiri dari data identitas meliputi nama, umur, alamat
dan data berat badan, data tinggi badan, dan data food frequensy.
2) Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum
lokasi penelitian dan jumlah populasi yang diperoleh dari bagian
akademik STIKES IMC Bintaro.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara


lain:
1) Metode food frequency
Food frequency merupakan catatan untuk mengetahui seberapa
sering responden makan jenis makanan tertentu yang dinyatakan
dengan hari, minggu, bulan, dan tahun yang diisi dengan cara
mencentang daftar yang telah disediakan.
2) Antropometri
Antropometri untuk mengetahui status gizi remaja putri di
STIKES IMC Bintaro mahasiswa akan diukur dan ditimbang berat
badannya. Kemudian hasil IMT akan dipadukan dengan kategori
ambang batas usia yang diambil dari SK Kementrian 2011. Hal ini
dilakukan untuk mengelompokkan status gizi remaja putri di
STIKES IMC Bintaro.
43

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini menggunakan
instrument penelitian lembar kuesioner yaitu, food frequensy.
Instrumen pada variabel penelitian ini perlu adanya perhitungan dalam
pengolahan data. Adapun pengolahan data pada masing-masing variabel,
antara lain:
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan diukur dengan menggunakan metode food
frequency. Food frequency adalah cara memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Daftar isian digunakan untuk
mengungkap pola makan yang dilihat dari frekuensi terhadap beberapa
jenismakanan yang dikonsumsi. Daftar isian, yang berisi nama bahan
makanan danskala diambil dari contoh (I Dewa Nyoman Supariasa,
dkk., 2014 dalam Dewi Masitoh, 2017) dan food frequency (> 1x/hari,
4-6x/minggu, 1-3x/minggu,1x/bulan, 1x/tahun).
Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan seluruh hasil dari
pemilihan responden terhadap fomulir food frequency, kemudian Data
food Frequensysiswa yang diperoleh dari tahap penelitian dikode dan
diubah menjadi data presentase.
Menurut (Anas Sudijono, 2011 dalam Dewi Masitoh, 2017 ), untuk
menghitung frekuensi relative (%) menggunakan rumus sebagai
berikut:
P = f x 100%
N
Keterangan:
P: Angka Presentase
f: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N: Banyaknya individu
44

Setelah data hasil penelitian dipresentasekan kemudian data


didistribusikan menjadi dalam tabel yang dijelaskan secara deskriptif
agar lebih mudah dibaca dan dipahami.
2. Status Gizi
Pengelompokan status gizi dapat diketehaui terlebih dahulu
dilakukan penilaian antropometri. Pada penelitian ini akan
menggunakan penilaian antropometri dengan teknik IMT (Indeks Masa
Tubuh), dimana setelah diketahui berat badan dan tinggi badan, maka
akan dilakukan perhitungan menggunakan rumus IMT.

F. Etika Penelitian
a) Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian diberikan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek menegrti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peniliti harus menghargai hak pasien.
b) Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang disajikan.
c) Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah –
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
45

G. Teknik dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data melalui langkah –
langkah sebagai berikut
a) Editing
Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Pada
tahap ini, peneliti memastikan bahwa data yang diperoleh sudah
lengkap terisi semua dan dapat terbaca dengan baik. Cara yang
dilakukan adalah dengan mengoreksi data yang telah diperoleh.
b) Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini
sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). Kode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kode responden yang
diawali nomor 1k untuk responden pertama sampai nomor 15k
untuk responden terakhir pada kelompok kontrol dan 1i pada
responden pertama sampai 15i pada responden terakhir pada
kelompok intervensi.
c) Data Entry atau Processing
Data, yakni jawaban – jawaban dari masing – masing responden
yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke
dalam program atau “software” computer. Dalam proses ini juga
dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini.
Apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya
memasukkan data saja.
d) Cleaning
Pada tahap ini kegiatan yang peneliti lakukan adalah perlu cek
kembali untuk melihat kemungkinan – kemungkinan adanya
kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
46

H. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain yang membacanya (Sugiyono,2012).
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dari masing –
masing variabel yang diteliti, variabel independen (hubungan
pola makan) dan variabel dependen (status gizi remaja putri).
Untuk melakukan analisa univariate, peneliti menggunakan
teknik frekuensi dan persentase.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis dua variabel yang di duga berhubungan
(Notoatmodjo, 2010). Dalam analisis bivariat ini dilakukan
beberapa tahap, anatara lain:
a) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan
silang antara dua variabel yang bersangkutan.
b) Analisis dari uji statistik (Chi square test) melihat dari hasil
uji statistik akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua
variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.
Hasil akhir uji statistik ini dilakukan dengan menggunakan
komputerisasi untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang bermakna
anatara variable independen dengan variabel dependen dengan
ketentuan. Penelitian ini menggunakan alpha 5% jika X²hitung & lt;
X²tabel dan pValue & gt;alpha (0,05) maka tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan variable dependen.
Sedangkan jika X²hitung & gt;X²tabel dan pValue & lt;alpha (0,05)
47

maka ada pengaruh yang bermakna anatara variabel independen


dengan variabel dependen.

I. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukani melalui berbagai bentuk,
pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam
bentuk teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian
dalam bentuk grafik, secara umum penggunaan ketiga bentuk
penyajian ini berbeda. Penyajian secara textular biasanya digunakan
untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian dengan tabel digunakan
untuk data yang sudah diklasifikasikan dan ditabulasi. Tetapi apabila
data akan diperlihatkan atau dibandingkan secara kuantitatif, maka
lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Meskipun demikian pada
praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama-sama,
karena memang saling melengkapi (Notoatmodjo, 2010).
48

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di STIkes IMC Bintaro pada bulan Februari 2020
dan telah mendapatkan hasil penelitian yang akan diuraikan pada bab ini dan akan
dijelaskan melalui pembahasan berdasarkan analisis univariat untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat adanya
perbedaan antara variabel independet dan dependent.

A. Lokasi Penelitian
1. Data Geografi
STIKes IMC Bintaro berlokasi di JL. Jombang Raya No. 56, Bintaro
Jaya Sek XI, Ciputat, Tangerang Selatan.
2. Data Demografi
Berdasarkan data pada tahun pada tahun 2019 di STIKes IMC Bintaro
tercatat jumlah mahasiswi tingkat 2 terdapat 70 orang yang bersedia
untuk dijadikan responden pada penelitian.

B. Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengajukan permohonan
surat ke STIKes IMC Bintaro, selanjutnya setelah mendapatkan izin lalu
peneliatian dilakukan selama 1 hari di bulan Februari 2020 mengajukan
surat ijin penelitian di STIKes IMC Bintaro, mendatangi responden yang
sesuai dengan sampel yang sudah ditentukam, memerikan penjelasan
kepada responden mengenai tujuan dari penelitian, memberikan informed
consent dan meminta mengisi daftar hadir kepada responden. Kemudian
responden diminta untuk mengisi lembar kuesioner tentang frekuensi
makan.
49

C. Analisa Univariat
Responden penelitian ini meliputi mahasiswi angkatan 2018-2019
di STIKes IMC Bintaro yang mensurvei status gizi pada pasien remaja di
STIKes IMC Bintaro. Dalam penelitian ini responden yang menjadi
sample sebanyak 70 pasien. Analisa univariat ini bertujuan untuk
menggambarkan hasil dari pengambilan data responden meliputi: jenis
kelamin, pendidikan, usia, . Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Ekonomi

Tabel 5.1

Usia
Usia Frekuensi %
19 tahun 14 20.0
20 tahun 34 48.6
21 tahun 22 31.4
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik usia responden
terbanyak adalah 20 tahun sebanyak 34 responden dengan jumlah proporsi
48.6% dan terendah berusia 19 tahun sebanyak 14 responden dengan
jumlah proporsi 20.0%

Tabel 5.2

Pendidikan

Pendidikan Frekuensi %
SMA 32 45.7
SMK kesehatan 38 54.3
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik pendidikan
responden terbanyak yaitu responden dengan pendidikan tamatan SMK
kesehatan dengan 38 responden (54.3%), dan yang berpendidikan SMA
sebanyak 32 responden (45.7%).
50

Tabel 5.3

Ekonomi

Ekonomi Frekuensi %
Kurang 30 42.9
Lebih 40 57.1
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik ekonomi
responden lebih dari setengahnya adalah lebih dengan jumlah 40
responden (57.1%) dibanding dengan ekonomi yang kurang sebanyak 30
responden (42.9%).

Tabel 5.4

Distribusi Karakteristik Frekuensi Makan Remaja Putri Terhadap Status


Gizi Di STIKes IMC Bintaro

Frekuensi makan Frekuensi %


Baik 32 45.7
Buruk 38 54.3
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bhawa sampel ini, untuk
mengetahui frekuensi makan remaja putri di STIKes IMC Bintaro
terbanyak mempunyai frekuensi makan yang buruk sebesar 38 orang
dengan jumlah proporsi sebesar 54.3% dan untuk frekuensi makan yang
baik sebesar 32 orang dengan jumlah proporsi sebasar 45.7 %. Sehingga
terlihat jelas bahwa frekuensi makan remaja putri di STIKes IMC Bintaro
buruk.

Tabel 5.5

Ditribusi Karakteristik Status Gizi Terhadap Frekuensi Makan Remaja


Putri Di STIKes IMC Bintaro

Indeks Masa Tubuh Frekuensi %


Kurang 8 11.4
51

Normal 39 55.7
Lebih 23 32.9
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 39 responden (55.7%)
memiliki IMT normal dan 23 responden (32.9%) memiliki IMT lebih.

A. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dapat dilihat adanya hubungan antara variabel
independen (frekuensi makan mahasiswi) dengan variabel dependen
(status gizi). Prosedur analisis data dilakukan dengan sesuai dengan
rencana analisis data yang telah dijadikan pada BAB 4 sebelumnya.

Tabel 5.6

Hubungan Frekuensi Makan Berpengaruh Terhadap Status Gizi Di STIKes


IMC Bintaro

Frekuensi Indeks masa tubuh Total P value


makan Kurang Normal Lebih
N n N n

Buruk 6 21 5 32 0.010

Baik 2 18 18 38

Total 8 39 23 70

Hasil tabel silang antara frekuensi makan dengan status gizi gizi
remaja putri diketahui dari 32 responden yang menunjukan frekuensi
makan buruk didapatkan 6 responden memiliki IMT kurang, 21 responden
memiliki IMT normal dan 5 respondeng memiliki IMT lebih, sementara
itu dari 38 responden menunjukan frekuensi makan baik dengan IMT
kurang sebanyak 2 responden, IMT normal 18 responden dan IMT lebih
18 responden.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Usia
52

Hal ini sejalan dengan teori (Dwi A dan Slamet S, 2017) yang
mengatakan bahwa umur sangat berpengaruh dalam menentukan status
gizi, kesalahan dalam penentuan akan menyebabkan interprestasi status
gizi yang salah. (Sulistyoningsih,2011) mengatakan kebutuhan zat gizi
pada dewasa berbeda dengan kebutuhan gizi saat balita. Semakin
bertambah umur kebutuhan zat gizi seseorang semakin lebih rendah
untuksetiap kilogram berat badan orang dewasa.(Netty Tamaria,2017)
mengatakan pertumbuhan tubuh sangat berkaitan denan umur, makan
umur menjadi sangat penting dalam penentuan status gizi, perhitungan
umur harus dilakukan dengan sangat teliti, karena bertumbuhan tubuh
berhubunan dengan bertambahnya umur dengan kecepatan tumbuhtidak
sama sepanjang masa pertumbuhan.(Dwi A dan Slamet S, 2017)
mengatakan bahwa umur sangat memegang peranan penting dalam
penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interprestasi status gizi yang salah.

2. Ekonomi
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat karakteristik ekonomi
responden lebih dari setengahnya adalah dengan ekonomi lebih
dengan jumlah 40 responden (57.1%) dibanding dengan ekonomi
yang kurang sebanyak 30 responden (42.9%).Menurut (Atika. P dan
Erna K, 2017) mengatakan bila wanita yang tingkat ekoniminya tinggi
tentunya akan berbeda gizinya dengan wanita yang tingkat
ekoniminya rendah. Kemudian (Sandra Fikawati, dkk, 2017) juga
mengungkapkan keterbatasan ekonomi sering berhubungan dengan
pengetahuan yang kurang dan kemampuan untuk mengakses makanan
bergizi kurang. Umumnya keluarga yang hidup dengan ekonomi
rendah kurang mendapatkan asupan gizi yang cukup.(Lisbeth RS,dkk,
2014) mengatakan bahwa pada umumnya ekonomi menduduki posisi
utama sebagai penyebab gizi kurang, kekurangan gizi berhubungan
dengan syndrome kemiskinan. Tanda-tanda syndrome kemiskinan
antara lain berupa : penghasilan yang sangat rendah, sehingga tidak
53

mencukupi sandang, pangan maupun kuantitas dan kuantitas gizi


makanan

3. Pendidikan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik pendidikan
responden terbanyak yaitu responden dengan pendidikan tamatan
SMK kesehatan dengan 38 responden (54.3%), dan yang
berpendidikan SMA sebanyak 32 responden (45.7%).
Hal ini sejalan dengan teori (Rulliyanti. N, 2017) yang mengatakan
bahwa pendidikan merupakan faktor eksternal dan menentukan
besarnya perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan makanan
dan gizi, pengenalan akan resiko diet yang tidak sehat, relevansinya
bagi seseorang dan kemampuan untuk menindaklunjutinya dengan
pemilihan makanan merupakan prasyarat kunci. Kemudian
(Sandrawati,2017) mengatakan banyak remaja yang kurang
mengetahui pentingnya zat gizi yang tekandung dalam makanan serta
fungsinya terhadap tubuh. Remaja kadang tidak peduli terhadap
kandungan zat gizi dalam makanan, hal ini dapat menyebabkan
kurangnya zat gizi tertentu.

4. Hubungan Frekuensi Makan Berpengaruh Signifikan terhadap


Status Gizi
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan hasil analisa hubungan
frekuensi makan dengan status gizi remaja putri didapatkan bahwa dari
32 responden yang menunjukan frekuensi makan yang buruk
didapatkan 6 responden memiliki IMT kurang, 21 responden memiliki
IMT normal dan 5 respondeng memiliki IMT lebih, sementara itu dari
38 responden menunjukan frekuensi makan yang baik dengan IMT
kurang sebanyak 2 responden, IMT normal 18 responden dan IMT
lebih 18 responden. Hasil uji chi square diperoleh nilai (p=0.010<0.05)
lebih kecil dari 5% maka Ho ditolak dan Ha gagal ditolak, maka dapat
54

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuesni makan dengan


status gizi remaja putri di STIKes IMC Bintaro.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Maria, 2019) yang menunjukan


bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan
dengan status gizi remaja putri, didukung dengan penelitian (Wiwied
Dwi. O, 2012) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang antara
kebiasaan konsumsi karbohidrat, protein dan konsumsi lemak dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Kemudian (Rizky C. Dwi Cahyaning,
dkk. 2019) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pola
konsumsi makan dengan status gizi remaja di SMPN Kota Malang.
(Etik, K. dkk, 2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan akan mempengaruhi
asupan makanan yang berdampak pada status gizi.

Menurut (Ampera dan Putri, 2016) menyatakan hal berbeda bahwa


tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi. Kemudian
(Faradiba. E, 2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pola makan dengan status gizi, dikarenakan status
gzizi tidak hanya dipengaruhi oleh pola makan saja tetapi dipengaruhi
oleh beberapa faktor..

E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang belum memuaskan
bagi peneliti. Sehingga bahan koreksi dari dasar penelitian selanjutnya
agar hasil yang didapatkan belum secara maksimal. Peneliti menampilkan
keterbatasan penelitian ini sebagai berikut :
1. Teori-teori yang didapatkan belum memadai sehingga bagi para
peneliti sulit mendapatkan referensi atau informasi yang secara terbaru.
2. Tempat melakukan penelitian kurang memadai buat melakukan tugas
ilmiah bagi para peneliti.
3. Keterbatasan peneliti dalam mengambil data dan wawancara dengan
responden
55

4. Kurangnya pengetahuan peneliti tentang frekuensi makan secara


langsung.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian mengenai hubungan
frekuensi makan dengan status gizi remaja putri di STIKes IMC Bintaro
pada bulan Februari 2020, maka dapat disimpulkan bahwa :
56

1. Dari 70 responden terbanyak adalah 20 tahun sebanyak 34 responden


dengan jumlah proporsi (48.6%) dan yang berusia 19 tahun sebanyak
14 responden dengan jumlah proporsi (20.0%).
2. Dari 70 responden lebih dari setengahnya adalah lebih dengan jumlah
40 responden (57.1%) dibanding dengan ekonomi yang kurang
sebanyak 30 responden (42.9%).
3. Dari 70 responden terbanyak yaitu responden dengan pendidikan
tamatan SMK kesehatan dengan 38 responden (54.3%), dan yang
berpendidikan SMA sebanyak 32 responden (45.7%).
4. Dari 70 responden mempunyai frekuensi makan yang buruk sebesar 38
orang (54.3%) dan untuk frekuensi makan yang baik sebesar 32 orang
(45.7 %)..
5. Dari 70 responden 39 responden (55.7%) memiliki IMT normal dan 23
responden (32.9%) memiliki IMT lebih.
6. Terdapat hubungan antara frekuensi makan dengan status gizi remaja
putri di STIKes IMC Bintaro dengan nilai p0,010 < α (0.05).

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
a. Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan referensi atau
tambahan informasi pustakaan dan sumber bacaan sehingga
menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya mengenai
frekuensi makanan dan status gizi.
b. Sebagai tambahan program sistem terkait tentang frekuensi makan
pada mahasiswa.

2. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang diserapkan agar
merubah dan memperbaiki frekuensi makan demi status gizi yang baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya


57

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk


melalkukan penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya
menambahkan variabel lain ataupun mengganti rancangan
penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, D. & Slamet, S. (2015) . Hubungan Pola Makan (Jenis, Jumlah Dan
Frekuensi) Status Gizi (Antropometri Dan Survey Konsumsi) Dengan Keteraturan
Haid Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015, Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol 2, No.1, Maret 2017.
58

Cahyaning Dwi R.C, dkk (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makan Dan
AKtivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja Putra Di SMPN Kota Malang. Jurnal
Sport And Health Vol 1, No 1, 2019

Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta:Depkes RI

Departemen Kesehatan RI (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta:Depkes RI

Erma, T. (2015). Hubungan Pola Makan Seimbang Dengan Status Gizi Remaja
Putri Di SMK Negeri 2 Ponorogo. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Etikah, P. & Erna, K. Wati. (2017). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.

Faradiba. (2012). Hubungan Anatara Pola Makan Dengan Status Gizi Anak
Prasekolah Di Wilayah Puskesmas Samata Kabupaten Gowa. Makassar :
Universitas Islam Negeri Alauddin

Fikawati, S.dkk. (2017). Gizi Anak Dan Remaja. Depok : PT. Rajagrafindo
Persada.

Florance, G. Agnes. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Pola Konsumsi


Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa TPB Sekolah Bisnis Menajemen Institut
Teknologi Bandung. Bandung: Universitas Pasundan Bandung.

Husnah, H. (2012). Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Mahasiswa Kuliah
Klinik Senior (KKS) Di Bagian Obgyin RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 12, No 1, April 2012.

Irianto, D. Pekik. (2014). Pedoman Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan.


Yogyakarta : CV Andi Offset.
59

Irianto, K . (2014). Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi . Bandung :


Penerbit Alfabeta.

Khusniyati Etik, dkk. (2015).Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dengan Status


Gizi SantriPondok Pesantren Roudlatul Hidayah Desa Pakis Kecamatan
TrowulanKabupaten Mojokerto. Jurnal Kebidanan Midwiferia Vol 2, No 2,
Februari 2016, Hal 23-29.

Kurniasari, C. I. (2015). Pengaruh Gabungan Sugesti Dan Musik Instrumental Di


Griya Santo Yosep Kota Surabaya : Jawa Timur : Universitas Airlangga

Kusuma Merry. (2017). Prioritaskan Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk Bonus


Demografi. Jakarta : Universitas Indonesia

Masitoh Dewi. (2017). Hubungan Pola Makan Dan Status Gizi Siswa Program
Keahlian Jasa Boga Di SMK Negeri 1 Kalasan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Merryana, A. & Bambang,W. (2012). Pernan Gizi Dalma Siklus Kehidupan.


Jakarta: Preneda Media Gruop.

Miko Ampera& Putri Bela Dina (2016). Hubungan Pola Makan Pagi Dengan
Status Gizi Pada Mahasiswa Poltekes Kemenkes Aceh. Jurnal AcTion Vol 2, No
2, November 2016.

Nissa. (2017). Hubungan Pola Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan
Status Gizi Remaja Di SMPN 01 Dan 06 Kota Yogyakarta. Yogyakarta :
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Nurjannah Rulliyanti. (2017). Faktor-Faktor Pola Makan Pada Remaja Di SMK


NEGERI 4 Yogyakarta : Yogyakarta :Universitas Negeri Yogyakarta

Notoatmojo, Sukidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Asdi


Mahasatya.
60

Pantaleon Maria. G. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kebiasaan Makan


Dengan Status Gizi Remaja Putri DI SMA NEGERI II Kota Kupang. CHMK
Health Journal Vol, 3, No 3, Sepetember 2019.

Ramadani, A. (2017). Hubungan jenis, jumlah dan frekuensi makan dengan pola
buang air besar dan keluhan pencernaan pada hamasiswa muslim saat puasa
ramadhan.

Riskesdas. (2013). Laporan riskesdas,badan penelitian dan pengembangan


kementrian kesehatan ri. Jakarta: http:/www.litbang.kemkes.go.id.

Sirajuddin, dkk. (2018). Survey Komsumsi Pangan. Jakarta : Kemenkes RI

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif,


Kualitatif, Dan R&D). Bandung : Cv. Alfabetha

Sutopo, Djoko. (2019). Fungtional food. Jakarta : PT. Gramedia

Tamaria, Netty. (2017). Penilaian Status Gizi.Jakarta : Kemenkes R1

Anda mungkin juga menyukai