NIM 201640047
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan dihadapan Tim penguji
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
Menyetujui
Penguji 1 Penguji 2
Penguji 3
Mengetahui, Mengesahkan,
=========================================================
NIM : 201640047
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak STIKes IMC Bintaro
Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non-exlusive Royalty-Free Right) atas
skripsi saya yang berjudul :
NIM 201640048
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
KATA PENGANTAR
10. Kepada sahabat saya Nukeu, Lola, Anggit yang selalu memberikan
keceriaan dan dukungan, meski terkadang banyak nyusahin nya, tapi tanpa
kalian selama perkuliahan ini terasa sepi, terimakasih yang selalu ada dan
memberikan tumpangan kemanapun.
11. Kepada Ratna Nurkamilah yang telah membantu dalam menyusun
penulisan skripsi ini, memberikan dukungan, yang selalu ada dikala
penulis butuh, yang selalu ada dikala senang dan sedih
12. Kepada Pa Hendra teman satu kelas dan bimbingan yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi.
Penuli
8
DAFTAR ISI
E. Instrumen Penelitian...................................................................................33
F. Etika Penelitian...........................................................................................34
G. Teknik dan Analisis Data............................................................................35
H. Analisis Data...............................................................................................36
I. Penyajian Data............................................................................................37
BAB 5....................................................................................................................38
PEMBAHASAN...................................................................................................38
A. Lokasi Penelitian.........................................................................................38
B. Alur Penelitian............................................................................................38
C. Analisa Univariat........................................................................................39
D. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................42
E. Keterbatasan Penelitian...............................................................................45
BAB 6....................................................................................................................46
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
11
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2014) gizi adalah ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup
untuk kembali dan mengolah zat-zat padat dan cair dari makanan yang
diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya
organ tubuh dan menghasilkan energi.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan social ekonomi yang
baik, keadaan lingkungan yang baik dan status gizi yang baik. Status gizi
merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan
optimal. Namun pada masyarakat masih ditemui brbagai penderita
penyakit yang berhubungan dengan kekuangan gizi. Masalah gizi pada
umumnya merupakan redleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi
kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila
asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang
dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang
yang mempunyai asupan gizi berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi
status gizi adalah gamaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-
hari (Netty. T, 2017)
Gizi merupakan faktor yang terpenting dalam indikator kesehatan
pada manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan maupun
kelebihan gizi akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Usia
remaja merupakan periode rentan gizi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kebutuhan zat gizi meningkat usia 17 – 19 tahun sebesar 2675 kkal untuk
laki-laki dan 2125 kkal untuk perempuan, perubahan gaya hidup dan
aktivitas fisik remaja itu sendiri. Remaja memerlukan zat gizi yang lebih
13
gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang baik jumlahnya,
frekuensi dan jenis makanan yang di konsumsi harus sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Dengan pola makan yang benar akan mempunyai status
gizi yang normal. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan
kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.
Frekuensi makan merupakan perilaku yang paling penting yang
dapat mempengaruhi status gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi. Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembang fisik, gizi baik membuat berat badan normalmdan sehat serta
terhindar dari penyakit dan gizi yang tidak optimal berkaitan dengan
kesehatan yang buruk (Depkes, 2014)
Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami masalah gizi
seperti gizi kurang maupun gizi lebih. Status gizi seseorang menunjukan
seberapa besar kebutuhan fisiologis kebutuhan individu tersebut tekah
terpenuhi. Keseimbangan antara gizi yang masuk dan gizi yang
dibutuhkan untuk kesehatan optimal adalah penting. Saat kebutuhan gizi
seseorang tercukupi untuk menyokong kebutuhan tubuh sehari-hari dan
setiap peningkatan kebutuhan metabolisme, mka individu tersebut akan
mencapai status gizi yang optimal.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap body image mahasiswi
STIKES IMC Bintaro saat berada diarea kampus terlihat frekuensi makan
yang tidak teratur hal ini beresiko terhadap berat badan yang tidak
proposional. Namun jika diperhatikan oleh peneliti dari jenis makanan
yang dikonsumsi adalah jenis makanan berkarbohidrat. hal tersebut
membuat peneliti ingin mengetahui apakah hal ini terkait dengan frekuensi
makan. Secara pengamatan peneliti sebagian besar mahasiswi STIKES
15
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan frekuensi makan dengan status gizi pada remaja putri di STIKes
IMC Bintaro ?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi makan
dengan status gizi pada remaja putri di STIKes IMC Bintaro.
2. Tujuan khusus.
D. Manfaat penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Frekuensi makan
2. Pangan
Pangan adalah segla sesuatu yang berasal dari sumbernya hayati
dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan yang lain yang digunakan dlam proses penyiapan, pengolahan
dan atau pembuatan makanan dan minuman (Sirajuddin, dkk. 2018)
3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah aneka ragam kelompok pangan
yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk sayur dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
(Sirajuddin, dkk. 2018)
4. Makanan beragam
Berbagai makanan beragam yang dikonsumsi beragam baik
antarkelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah)
maupun dalam setiap kelompok pangan. (Sirajuddin, dkk. 2018)
B. Remaja
1. Definisi remaja.
(Merry.K, 2017) Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam
rentan usia 10-19 tahun, menurut Mentri Kesehatan RI No. 25 Tahun
2014 remaja dalah penduduk dalam rentang 10-18 tahun, dan menueut
21
2. Periode remaja
Menurut Asrori (2005) dalam Nisa (2018) Secara garis besar masa
remaja dengan karakteristiknya dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu ;
1) Pra – remaja
Selama periode ini terjadi gejala hampir sama antara pria
dan wanita yaitu perubahan fisik belum tampak jelas tetapi pada
remja putri memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat.
2) Remaja awal
Pada periode ini perkembangan gejala fisik semakin tampak jelas,
oleh karena itu remaja sering kali mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Akibatnya tidak
jarang mereka cenderung menyendiri sehingga sering terasa
terasingkan. Kontrol terhadap dirinya semakin sulit dan cepat
marah dengan cara yang tidak wajar. Perilaku tersebut terjadi
karena adanya kecemasn terhadap dirinya sendiri sehingga muncul
reaksi yang kadang tidak wajar.
3) Remaja tengah
Tidak jarang masyarakat menjadi faktor penyebab masalah remaja,
remaja sering meragukan tentang apa yang disebut baik dan buruk.
Akibatnya sring kali remaja ingin membentuk nilai merka sendiri
yang mereka anggap benar untuk diterapkan pada dirinya dan bisa
jadi pada periode ini remaja sering tidak konsisten.
22
4) Remaja akhir
Pada periode ini remaja memandang dirinya sebagai orang dewasa
dan mulai mampu menunjukan kemampuan pemikiran, sikap, serta
perilaku yang semakin dewasa sehingga orang tua dan masyarakat
mulai memberikan kepercayaan kepada mereka.
Semua masa perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus.
1) Gangguan makan
Ada dua macam gangguan makan pada remaja yang biasa terjadi
yaitu bulimia dan anoreksia. Kedua gangguan ini biasanya terjadi
karena karena obsesi untuk membentuk tubuh langsing dengan cara
menguruskan badan. Ciri-ciri orang dengan gngguan ini biasanya
sangat mengontrol asupan makanannya, kehilangan berat badan
secara drastis tetapi tetap melarang dirinya untuk mengkonsumsi
makanan berat.
2) Obesitas
Sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi
kebutuhannya sehingga menjadi gemuk.
3) Kurang energi kronis
Pada remaja badan kurus atau dengan kurang energi kronis tidak
selalu berakibat terlalu banyak olahraga atau aktivitas fisik. Pada
umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan
23
C. Gizi
1. Definisi gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
di konsumsi secara formal melalui proses absopsi, transportasi,
penyimpangan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan
fungsi normal dari organ-organ, serta mengahasilkan energi (Koes
Irianto, 2014).
Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
28
3. Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan klasifikasi,
yaitu status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier 2004 Dalam
Ari Istiany, 2013). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbang
dalam bentuk variabel tertentu. Ini sering dijadikan sebagai indikator
baik atau buruknya penyediaan makanan. Status gizi yang baik sangat
dibutuhkan untuk mmertahankan kebugaran dan kesehatan, membantu
pertumbuhan bagi anak, serta menunjang pembinaan prestasi
olahragawan (Djoko Irianto, 2017).
Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Pada Remaja Berdasarkan AKG 2013.
Golongan Usia BB TB Energi Protein Lemak Omega6 Omega3 Karbohidra Serat Air
(Kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (g) t (g) (ml)
(g)
Perempuan 10 – 12 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800
tahun
Perempuan 13 – 15 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
tahun
Perempuan 16 – 18 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100
tahun
Perempuan 19 – 29 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300
tahun
34
1. Pemeriksaan langsung
a) Antropometri
Penilaian Antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi
fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap
berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), lingkar lengan atas, dan
tebal lemak tubuh. Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013,
berat badan standart untuk perempuan umur 16-18 tahun adalah
50 kg sedangkan untuk laki-laki adalah 60 kg. Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2013, tinggi badan standart untuk
perempuan umur 16-18 tahun adalah 158 cm sedangkan untuk
laki-laki adalah 165 cm.
Berikut adalah pengukuran status gizi dengan menggunakan
parameter antropometri yaiu menggunakan Indeks Masa
Tubuh (IMT) :
b) Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan dengan
pemeriksaan spesimen jaringan tubuh seperti (darah, urine,
tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama
untuk mengetahi kadar hemoglobin, feritin, glikosa, dan
kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui
kekurangan gizi spesifik.
c) Klinis
35
3. Faktor ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang
dipengaruhi oleh faktor ekologi seperti tanah dan irigasi
1. Definisi IMT
IMT adalah petunjuk untuk menentukan kelebihan beratbadan
berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter). Interpretasi IMT
tergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena anak lelaki dan
perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda.
BAB 3
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang
akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmojo, 2010).
Variabel adalah suatu yang digunakan sebgai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep
pengertian tertentu. Variabel independet adalah variabel resiko atau sebab
sedangkan variabel dependent adalah variabel akibat efek (Notoatmojo,
2010).
B. Definisi operasional
Definisi operasional definisi variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan
pada pelaksanaan pengumpulan data dan pngolahan data. Pada saat akan
melaukukan pengumpulan data, definisi operasional mengarah dalam
pembuatan dan pengembangan instrument penelitian. Sementara dalam
pengeolahan dan analisa data, definisi operasional dapat memudahkan
karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap untuk diolah dan
dianalisis. Dengan definisin operasional yang tepat maka baasan ruang
lingkup penelitian atau pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan
lebih fokus (Notoatmojo, 2010)
opersional
Frekuensi Frekuensi Lembar Mengisi Kriteria Ordinal
makan makan dalam Food formulir food penilaian
sehari terdiri frequency frequency 1. Frekuensi
dari tiga makan yang makan
utama yaitu didalamnya baik
makan pagi, sudah (>485)
makan siang terdapat 2. Frekuensi
dan makan pilihan jenis makan
malam makanan, buruk
frekuensi (<485)
makan dan
jumlah
makanan.
Status gizi Keadaan yang Alat ukur Pengukuran Kriteria Ordinal
mneggambarkan tinggi badan Antropometri penilaian
kondisi sepanjang 2 dengan cara 1. 17,0 >18,5
Mahasiswa meter dan mengukur (Kurang)
STIKes IMC timbangan timggi badan 2. 18,5 - 25,0
Bintaro yang yang sudah dan berat (Normal )
diukur dengan di kalibrasi badan 3. >25.0 - 27, 0
perbandingan (Lebih)
ert badan dan
tinggi badan
C. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori
yang belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan
dengan hasil pengujian dengan uji statistik. Hasil pengujian dapat
disimpulkan benar atau salah, berhubungan atau tidak, di terima atau
ditolak. Hasil akhir penelitian tersebut merupakan kesimpulan peneliti
sebagai generalisasi dan representasi dari populasi secara keseluruhan
(Notoatmojo, 2010).
39
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
40
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
digunakan untuk memperoleh bukti – bukti empiris dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian (McMillan, dalam Lampau, Buchari
2012).
Jenis penelitian ini adalah penelitian Corralation studyyaitu
penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antata variabel yang satu
dengan variabel yang lain dengan menggunakan food frequency yaitu
dengan mencatat makanan yang dikonsumsi dan dihubungan degan status
gizi sehingga dapat diketahui hubungan frekuensi makan dan status gizi
remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approch) (Notoatmodjo, 2010).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlahdan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 62, untuk menghindari bias dalam penelitian ini,
41
Keterangan :
n : Jumlah minimal sample
Z1−α / 2 : 5% derajat kemaknaan
Z1- β: 95% kekuatan uji
P1 : 0, 83 Frekuensi makan normal terhadap status gizi remaja
P2 : 0,76 frekuensi makan tidak normal terhadap status gizi remaja
Kriteria inklusi :
Kriteria ekslusi :
3. Metode Sampling
Metode sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti
untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya.
Peneliti menggunakan metode Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi,
alasannya mengambil total sampling karena jumlah populasi yang
42
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini menggunakan
instrument penelitian lembar kuesioner yaitu, food frequensy.
Instrumen pada variabel penelitian ini perlu adanya perhitungan dalam
pengolahan data. Adapun pengolahan data pada masing-masing variabel,
antara lain:
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan diukur dengan menggunakan metode food
frequency. Food frequency adalah cara memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Daftar isian digunakan untuk
mengungkap pola makan yang dilihat dari frekuensi terhadap beberapa
jenismakanan yang dikonsumsi. Daftar isian, yang berisi nama bahan
makanan danskala diambil dari contoh (I Dewa Nyoman Supariasa,
dkk., 2014 dalam Dewi Masitoh, 2017) dan food frequency (> 1x/hari,
4-6x/minggu, 1-3x/minggu,1x/bulan, 1x/tahun).
Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan seluruh hasil dari
pemilihan responden terhadap fomulir food frequency, kemudian Data
food Frequensysiswa yang diperoleh dari tahap penelitian dikode dan
diubah menjadi data presentase.
Menurut (Anas Sudijono, 2011 dalam Dewi Masitoh, 2017 ), untuk
menghitung frekuensi relative (%) menggunakan rumus sebagai
berikut:
P = f x 100%
N
Keterangan:
P: Angka Presentase
f: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N: Banyaknya individu
44
F. Etika Penelitian
a) Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian diberikan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek menegrti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peniliti harus menghargai hak pasien.
b) Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang disajikan.
c) Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah –
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
45
H. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain yang membacanya (Sugiyono,2012).
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dari masing –
masing variabel yang diteliti, variabel independen (hubungan
pola makan) dan variabel dependen (status gizi remaja putri).
Untuk melakukan analisa univariate, peneliti menggunakan
teknik frekuensi dan persentase.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis dua variabel yang di duga berhubungan
(Notoatmodjo, 2010). Dalam analisis bivariat ini dilakukan
beberapa tahap, anatara lain:
a) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan
silang antara dua variabel yang bersangkutan.
b) Analisis dari uji statistik (Chi square test) melihat dari hasil
uji statistik akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua
variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.
Hasil akhir uji statistik ini dilakukan dengan menggunakan
komputerisasi untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang bermakna
anatara variable independen dengan variabel dependen dengan
ketentuan. Penelitian ini menggunakan alpha 5% jika X²hitung & lt;
X²tabel dan pValue & gt;alpha (0,05) maka tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan variable dependen.
Sedangkan jika X²hitung & gt;X²tabel dan pValue & lt;alpha (0,05)
47
I. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukani melalui berbagai bentuk,
pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam
bentuk teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian
dalam bentuk grafik, secara umum penggunaan ketiga bentuk
penyajian ini berbeda. Penyajian secara textular biasanya digunakan
untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian dengan tabel digunakan
untuk data yang sudah diklasifikasikan dan ditabulasi. Tetapi apabila
data akan diperlihatkan atau dibandingkan secara kuantitatif, maka
lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Meskipun demikian pada
praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama-sama,
karena memang saling melengkapi (Notoatmodjo, 2010).
48
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di STIkes IMC Bintaro pada bulan Februari 2020
dan telah mendapatkan hasil penelitian yang akan diuraikan pada bab ini dan akan
dijelaskan melalui pembahasan berdasarkan analisis univariat untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat adanya
perbedaan antara variabel independet dan dependent.
A. Lokasi Penelitian
1. Data Geografi
STIKes IMC Bintaro berlokasi di JL. Jombang Raya No. 56, Bintaro
Jaya Sek XI, Ciputat, Tangerang Selatan.
2. Data Demografi
Berdasarkan data pada tahun pada tahun 2019 di STIKes IMC Bintaro
tercatat jumlah mahasiswi tingkat 2 terdapat 70 orang yang bersedia
untuk dijadikan responden pada penelitian.
B. Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengajukan permohonan
surat ke STIKes IMC Bintaro, selanjutnya setelah mendapatkan izin lalu
peneliatian dilakukan selama 1 hari di bulan Februari 2020 mengajukan
surat ijin penelitian di STIKes IMC Bintaro, mendatangi responden yang
sesuai dengan sampel yang sudah ditentukam, memerikan penjelasan
kepada responden mengenai tujuan dari penelitian, memberikan informed
consent dan meminta mengisi daftar hadir kepada responden. Kemudian
responden diminta untuk mengisi lembar kuesioner tentang frekuensi
makan.
49
C. Analisa Univariat
Responden penelitian ini meliputi mahasiswi angkatan 2018-2019
di STIKes IMC Bintaro yang mensurvei status gizi pada pasien remaja di
STIKes IMC Bintaro. Dalam penelitian ini responden yang menjadi
sample sebanyak 70 pasien. Analisa univariat ini bertujuan untuk
menggambarkan hasil dari pengambilan data responden meliputi: jenis
kelamin, pendidikan, usia, . Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.1
Usia
Usia Frekuensi %
19 tahun 14 20.0
20 tahun 34 48.6
21 tahun 22 31.4
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik usia responden
terbanyak adalah 20 tahun sebanyak 34 responden dengan jumlah proporsi
48.6% dan terendah berusia 19 tahun sebanyak 14 responden dengan
jumlah proporsi 20.0%
Tabel 5.2
Pendidikan
Pendidikan Frekuensi %
SMA 32 45.7
SMK kesehatan 38 54.3
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik pendidikan
responden terbanyak yaitu responden dengan pendidikan tamatan SMK
kesehatan dengan 38 responden (54.3%), dan yang berpendidikan SMA
sebanyak 32 responden (45.7%).
50
Tabel 5.3
Ekonomi
Ekonomi Frekuensi %
Kurang 30 42.9
Lebih 40 57.1
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik ekonomi
responden lebih dari setengahnya adalah lebih dengan jumlah 40
responden (57.1%) dibanding dengan ekonomi yang kurang sebanyak 30
responden (42.9%).
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Normal 39 55.7
Lebih 23 32.9
Total 70 100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 39 responden (55.7%)
memiliki IMT normal dan 23 responden (32.9%) memiliki IMT lebih.
A. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dapat dilihat adanya hubungan antara variabel
independen (frekuensi makan mahasiswi) dengan variabel dependen
(status gizi). Prosedur analisis data dilakukan dengan sesuai dengan
rencana analisis data yang telah dijadikan pada BAB 4 sebelumnya.
Tabel 5.6
Buruk 6 21 5 32 0.010
Baik 2 18 18 38
Total 8 39 23 70
Hasil tabel silang antara frekuensi makan dengan status gizi gizi
remaja putri diketahui dari 32 responden yang menunjukan frekuensi
makan buruk didapatkan 6 responden memiliki IMT kurang, 21 responden
memiliki IMT normal dan 5 respondeng memiliki IMT lebih, sementara
itu dari 38 responden menunjukan frekuensi makan baik dengan IMT
kurang sebanyak 2 responden, IMT normal 18 responden dan IMT lebih
18 responden.
Hal ini sejalan dengan teori (Dwi A dan Slamet S, 2017) yang
mengatakan bahwa umur sangat berpengaruh dalam menentukan status
gizi, kesalahan dalam penentuan akan menyebabkan interprestasi status
gizi yang salah. (Sulistyoningsih,2011) mengatakan kebutuhan zat gizi
pada dewasa berbeda dengan kebutuhan gizi saat balita. Semakin
bertambah umur kebutuhan zat gizi seseorang semakin lebih rendah
untuksetiap kilogram berat badan orang dewasa.(Netty Tamaria,2017)
mengatakan pertumbuhan tubuh sangat berkaitan denan umur, makan
umur menjadi sangat penting dalam penentuan status gizi, perhitungan
umur harus dilakukan dengan sangat teliti, karena bertumbuhan tubuh
berhubunan dengan bertambahnya umur dengan kecepatan tumbuhtidak
sama sepanjang masa pertumbuhan.(Dwi A dan Slamet S, 2017)
mengatakan bahwa umur sangat memegang peranan penting dalam
penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interprestasi status gizi yang salah.
2. Ekonomi
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat karakteristik ekonomi
responden lebih dari setengahnya adalah dengan ekonomi lebih
dengan jumlah 40 responden (57.1%) dibanding dengan ekonomi
yang kurang sebanyak 30 responden (42.9%).Menurut (Atika. P dan
Erna K, 2017) mengatakan bila wanita yang tingkat ekoniminya tinggi
tentunya akan berbeda gizinya dengan wanita yang tingkat
ekoniminya rendah. Kemudian (Sandra Fikawati, dkk, 2017) juga
mengungkapkan keterbatasan ekonomi sering berhubungan dengan
pengetahuan yang kurang dan kemampuan untuk mengakses makanan
bergizi kurang. Umumnya keluarga yang hidup dengan ekonomi
rendah kurang mendapatkan asupan gizi yang cukup.(Lisbeth RS,dkk,
2014) mengatakan bahwa pada umumnya ekonomi menduduki posisi
utama sebagai penyebab gizi kurang, kekurangan gizi berhubungan
dengan syndrome kemiskinan. Tanda-tanda syndrome kemiskinan
antara lain berupa : penghasilan yang sangat rendah, sehingga tidak
53
3. Pendidikan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik pendidikan
responden terbanyak yaitu responden dengan pendidikan tamatan
SMK kesehatan dengan 38 responden (54.3%), dan yang
berpendidikan SMA sebanyak 32 responden (45.7%).
Hal ini sejalan dengan teori (Rulliyanti. N, 2017) yang mengatakan
bahwa pendidikan merupakan faktor eksternal dan menentukan
besarnya perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan makanan
dan gizi, pengenalan akan resiko diet yang tidak sehat, relevansinya
bagi seseorang dan kemampuan untuk menindaklunjutinya dengan
pemilihan makanan merupakan prasyarat kunci. Kemudian
(Sandrawati,2017) mengatakan banyak remaja yang kurang
mengetahui pentingnya zat gizi yang tekandung dalam makanan serta
fungsinya terhadap tubuh. Remaja kadang tidak peduli terhadap
kandungan zat gizi dalam makanan, hal ini dapat menyebabkan
kurangnya zat gizi tertentu.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang belum memuaskan
bagi peneliti. Sehingga bahan koreksi dari dasar penelitian selanjutnya
agar hasil yang didapatkan belum secara maksimal. Peneliti menampilkan
keterbatasan penelitian ini sebagai berikut :
1. Teori-teori yang didapatkan belum memadai sehingga bagi para
peneliti sulit mendapatkan referensi atau informasi yang secara terbaru.
2. Tempat melakukan penelitian kurang memadai buat melakukan tugas
ilmiah bagi para peneliti.
3. Keterbatasan peneliti dalam mengambil data dan wawancara dengan
responden
55
BAB 6
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian mengenai hubungan
frekuensi makan dengan status gizi remaja putri di STIKes IMC Bintaro
pada bulan Februari 2020, maka dapat disimpulkan bahwa :
56
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
a. Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan referensi atau
tambahan informasi pustakaan dan sumber bacaan sehingga
menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya mengenai
frekuensi makanan dan status gizi.
b. Sebagai tambahan program sistem terkait tentang frekuensi makan
pada mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang diserapkan agar
merubah dan memperbaiki frekuensi makan demi status gizi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, D. & Slamet, S. (2015) . Hubungan Pola Makan (Jenis, Jumlah Dan
Frekuensi) Status Gizi (Antropometri Dan Survey Konsumsi) Dengan Keteraturan
Haid Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015, Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol 2, No.1, Maret 2017.
58
Cahyaning Dwi R.C, dkk (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makan Dan
AKtivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja Putra Di SMPN Kota Malang. Jurnal
Sport And Health Vol 1, No 1, 2019
Erma, T. (2015). Hubungan Pola Makan Seimbang Dengan Status Gizi Remaja
Putri Di SMK Negeri 2 Ponorogo. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Etikah, P. & Erna, K. Wati. (2017). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.
Faradiba. (2012). Hubungan Anatara Pola Makan Dengan Status Gizi Anak
Prasekolah Di Wilayah Puskesmas Samata Kabupaten Gowa. Makassar :
Universitas Islam Negeri Alauddin
Fikawati, S.dkk. (2017). Gizi Anak Dan Remaja. Depok : PT. Rajagrafindo
Persada.
Husnah, H. (2012). Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Mahasiswa Kuliah
Klinik Senior (KKS) Di Bagian Obgyin RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 12, No 1, April 2012.
Masitoh Dewi. (2017). Hubungan Pola Makan Dan Status Gizi Siswa Program
Keahlian Jasa Boga Di SMK Negeri 1 Kalasan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Miko Ampera& Putri Bela Dina (2016). Hubungan Pola Makan Pagi Dengan
Status Gizi Pada Mahasiswa Poltekes Kemenkes Aceh. Jurnal AcTion Vol 2, No
2, November 2016.
Nissa. (2017). Hubungan Pola Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan
Status Gizi Remaja Di SMPN 01 Dan 06 Kota Yogyakarta. Yogyakarta :
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Ramadani, A. (2017). Hubungan jenis, jumlah dan frekuensi makan dengan pola
buang air besar dan keluhan pencernaan pada hamasiswa muslim saat puasa
ramadhan.