Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. Pada masa inilah terjadi

pertumbuhan dari anak-anak menuju proses kematangan menjadi dewasa.

Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologi yang sangat

unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik yang terjadi akan mempengaruhi

kesehatan dan nutrisinya. Ketidak seimbangan antara asupan zat gizi dan

kebutuhannya akan menimbulkan masalah gizi lebih maupun gizi kurang

(Briawan, 2014).

Kurang energi kronis (KEK) adalah salah satu dari empat masalah gizi

utama di Indonesia, KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan

pada ibu hamil (bumil). Ibu hamil dan remaja putri adalah golongan yang

rawan terkena KEK. Bila ibu mengalami kekurangan energi selama hamil

akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya,

antara lain anemia, pendarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara

normal (Lubis, 2005).

Dampak jangka panjang dari masalah gizi pada remaja/WUS yang

mengalami KEK adalah mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan

bayi dengan BBLR. KEK pada wanita apabila tidak tertangani dengan baik

dapat berkelanjutan saat hamil, yaitu selain dapat melahirkan bayi BBLR,

juga akan membawa risiko kematian (Sofiyani, 2017). Untuk menanggulangi

resiko melahirkan BBLR, sebelum kehamilan WUS sudah harus mempunyai

1
gizi yang baik, misalnya dengan LiLA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila

LiLA WUS sebelum hamil kurang dari angka ini, sebaiknya kehamilan

ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Adriani & Wirjatmadi,

2012).

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di SMA Negeri 1

kota Bengkulu remaja usia 15 – 18 tahun menunjukan pravelensi kurus 20% ,

gemuk 10% untuk kategori IMT/U, sedangkan pravelensi KEK untuk

kategori LILA ada 80%. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif

misalnya penurunan konsentrasi belajar dan penurunan kebugaran jasmani.

status gizi yang kurang akan mencerminkan fisik yang rendah dan akan

memberikan dampak pada tingkat kebugaran jasmani (Ridwanda, 2013).

Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang

didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (AsDI,2015).

Satus gizi dapat dilihat dari keadaan fisik yang dapat dikategorikan menjadi

lima katagori indeks masa tubuh berdasarkan umur yaitu sangat kurus, kurus,

normal, gemuk, dan obes (Sitti, 2017).

Telah banyak dilakukan penelitian terkait LiLA dan IMT dengan status

gizi mengenai KEK, namun prevalensi KEK pada WUS masih cukup tinggi.

Penelitian mengenai gambaran status gizi berdasarkan LiLA dan IMT sebagai

faktor KEK perlu dilakukan pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kota

Bengkulu, karena belum pernah dilakukan penelitian terkait hal tersebut

sehingga belum terdapat informasi yang memadai terkait status gizi remaja

putri di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu Tahun 2020.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukan, rumusan

masalah dalam penilitian ini adalah bagaimana gambaran status gizi

berdasarkan lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh pada remaja putri di

SMA Negeri 1 Kota Bengkulu tahun 2020 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan lingkar lengan atas

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu.

b. Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Diharapkan pada hasil Penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi dan menambah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan

untuk Peneliti selanjutnya.

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam pengembangan

program pendidikan, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan

pada masyarakat.

3
1.4.3 Bagi Penyusun

Proses penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat

berharga, dimana proses ini dapat menambah pengetahuan tentang

metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan serta

menambah wawasan yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan

lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh pada remaja putri.

4
1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian


No Nama dan Judul Persamaan Perbedaan
Tahun penelitian
1 Melian palallo Hubungan Antara Status Gizi Hubungan antara
dkk., (2015) Asupan Energi asupan energi pada
Dengan Status Gizi wanita usia subur
Pada Wanita Usia
Subur Di Desa
Kema Ii
Kecamatan Kema
Kabupaten
Minahasa Utara
2 Agnes isti harjanti Studi Komparatif LILA (lingkar Berat badan
dkk., (2016) Pengukuran LILA lengan atas) pada ibu
(Lingkar Lengan dan IMT hamil
Atas) dan (indeks masa kek(kekuran
IMT(Indeks Masa tubuh) gan energi
Tubuh)Dengan kronik)
Berat Badan Pada
Ibu Hamil
Kek(Kekurangan
Energi Kronik)

3 Diny eva ariyani Validitas Lingkar Lingkar Mendeteksi Risiko


dkk., (2012) Lengan Atas Lengan Atas Kekurangan Energi
Mendeteksi Risiko Kronis Pada
Kekurangan Energi Wanita Indonesia
Kronis Pada
Wanita Indonesia
4 Indri Mulyasari Lingkar Lengan Lingkar Panjang ulna
Purbowati., (2018) Atas Dan Panjang Lengan Atas sebagai parameter
Ulna Sebagai antropometri untuk
Parameter memperkirakan
Antropometri berat badan dan
Untuk tinggi badan orang
Memperkirakan dewasa
Berat Badan Dan
Tinggi Badan
Orang Dewasa
5 Chyntia Nurul Gambaran status Gambaran mahasiswi fikes
Adha dkk., (2019) gizi berdasarkan status gizi uika bogor tahun
lingkar lengan atas berdasarkan 2019
dan indeks massa lingkar lengan
tubuh pada atas dan indeks
mahasiswi fikes massa tubuh
uika bogor tahun
2019
6 Herawati, Usmira Gambaran status Gambaran wilayah kota luwuk
Putri., (2019) gizi anak remaja di status gizi
wilayah kota luwuk anak remaja

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa. Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki-

laki dan 10 tahun pada perempuan. Pada masa ini remaja mengalami

banyak perubahan diantaranya perubahan fisik, menyangkut

pertumbuhan dan kematangan organ produksi, perubahan intelektual,

perubahan saat bersosialisasi dan perubahan kematangan kepribadian

termasuk emosi (Judy More, 2013).

Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena

berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan dramatis.

Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja

mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja

yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam

kegiatan olahraga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan

diet secara berlebihan, pecandu alkohol, obat terlarang (Soetardjo,

2011).

6
2.1.2 Tahapan Perkembangan Remaja

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan

kematangan psikososial dan seksual, semua Remaja akan melewati

tahapan berikut :

a. Masa Remaja Awal (early adolescence): umur 11–13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,

dan mudah terangsang secara ertis. Dengan dipegang bahunya saja

oleh lawan jenis, mereka sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”.

Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti

orang dewasa (Sarwono, 2007).

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada

kecenderungan “neircistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan

dirinya. selain itu, pada tahap ini remaja berada dalam kondisi

kebingungan karena tidak tau harus memilih yang mana: peka atau

tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis

atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan

perasaan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri

7
pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan

kawan-kawan dari lain jenis (Sarwono, 2007)

c. Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17-20 tahun

Tahap ini adalah konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan lima pencapaian dibawah ini:

1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2. Egonya mencari kesempatan untuk besatu dengan orang-orang lain

dalam pengalaman-pengalaman baru.

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4. Egosentrisme (terlalu memuaskan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)

dan masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2007)

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing

individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak

mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan

secara berkesinambungan (Soetjiningsih, 2004).

Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan

kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm), sekitar 2 tahun setelah mulainya

pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya dengan

kecepatan sekitar 8 cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal

dicapai 6-12 bulan sebelum menarche dan ini dipertahankan hanya

8
untuk beberapa bulan. Kemudian kecepatan linier mengalami

deselerasi untuk 2 tahun berikutnya atau lebih, keadaan ini sesuai

dengan TKS 4.

Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena

berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih

tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan

dramatis. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja

mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga,

remaja yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, yaitu remaja yang

aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit kronis, sedang

hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol, obat

terlarang (Soetardjo, 2011).

2.1.3 Masalah Gizi pada Remaja

a. Kurus (kurang energi kronis/KEK)

Remaja dengan badan kurus atau disebut kurang energi kronis

(KEK) tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olahraga atau

aktivitas fisik. Pada umumnya, faktor yang menyebabkan adalah

karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan

berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional,

seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang

seksi (Sitoyo dan Peristyowati, 2014).

9
b. Anemia

Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum

dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk

membentuk sel-sel darah merah, kemudian dikonversi menjadi

haemoglobin, lalu beredar keseluruh jaringan tubuh yang berfungsi

sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan membutuhkan lebih

banyak zat gizi dari pada remaja laki-laki agar zat besi yang diabsorpsi

lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan

yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, dan ayam

juga bahan makanan yang mengandung tinggi vitamin C membantu

dalam penyerapan zat besi (Sitoyo dan Peristyowati, 2014).

c. Obesitas

Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada

remaja dari pada dewasa, akan tetapi ada sebagian remaja yang

makanan nya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga gemuk.

Aktif berolahraga dan pola makan yang teratur adalah cara

menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para

remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Disamping

itu, serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat

menghindari ngemil makanan/kue (Sitoyo dan Peristyowati, 2014).

10
2.2 Status Gizi

2.2.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi

merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari.

status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak dan pengeluaran

energi dipihak lain yang terlihat memalui indikator berat badan dan

tinggi badan (Arisman, 2008)

Penilaian status gizi ada dasarnya merupakan proses pemeriksaan

keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting baik

yang bersifat objektif maupun subjektif. Status gizi merupakan suatu

keadaan seseorang sebagai akibat dari mengkonsumsi dan proses

makanan dalam tubuh dan kesesuaian gizi yang dikonsumsi dengan

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Status gizi yang baik diperlukan

untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu

pertumbuhan bagi seseorang serta menunjang pembinaan prestasi

olahragawan (Rismayanthi, 2012).

2.2.2 Penilaian Status Gizi dengan Antropometri

Antropometri berasal dari kata Anthropos dan metros. Anthropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri adalah ukuran

dari tubuh. Dapat disimpulkan antropometri berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

11
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh

antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal

lemak dibawah kulit. Antropometri secara umum digunakan untuk

melihat ketidak seimbangan asupan energi dan protein. Ketidak

seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh

(Supariasa dkk., 2002).

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang

penyakit infeksi, penurunan nafsu makan, atau jumlah makanan

yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang

sangat stabil (Supariasa, dkk, 2016).

Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak


Berdasarkan BB/U
Indeks Kategori Ambang batas z-score
status gizi
Berat badan Gizi buruk <-3 SD
menurut umur Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2
(BB/U) anak SD
umur 0-60 bulan Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Sumber : Keputusan Mentri Kesehatan RI, 2010
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

12
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, dimana lebih

bersifat dan kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi

dalam waktu yang singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap

tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut, indeks antropometri ini

menggambarkan status gizi masa lalu (Supariasa, dkk, 2016).

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Berdasarkan TB/U
Indeks Kategori Ambang batas
Status gizi z-score
Panjang badan Sangat pendek <-3 SD
menurut umur Pendek -3 SD sampai dengan
(PB/U) atau tinggi <-2 SD
badan menurut umur Normal -2 SD sampai dengan
(TB/U) anak umur 2 SD
0-60 bulan Tinggi >2 SD
Sumber : Keputusan mentri kesehatan RI, 2010
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini

untuk mengidentifikasi status gizi saat ini (sekarang). Indeks

BB/TB adalah indeks yang independen terhadap umur (Supariasa,

dkk. 2016).

13
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan BB/TB
Indeks Kategori Ambang batas
status gizi z-score
Berat badan menurut Sangat kurus <-3 SD
panjang badan Kurus -3 SD sampai dengan <-2
(BB/PB) atau berat SD
badan menurut Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
panjang badan Gemuk >2 SD
(BB/TB) anak umur
0-60 bulan
Sumber : Keputusan Mentri Kesehatan RI, 2010
1. Keunggulan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi

yaitu:

a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam

jumlah sampel yang besar.

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh

tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat.

c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan atau

dibuat di daerah setempat.

d. Metode tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa

lampau.

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang,

dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.

g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi

pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

14
h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan

terhadap gizi.

2. Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi

yaitu:

a. Tidak sensitif karena metode ini tidak dapat mendeteksi status

gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat

membedakan kekurangan zat gizi tertentu.

b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan

penggunaan energi) dapat menurunkan spesifitas dan

sensitivitas pengukuran, dapat mempengaruhi presisi, akurasi

dan validitas pengukuran antropometri gizi (Supariasa dkk.,

2002).

Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur

remaja didasarkan pada pengukuran antropometri berat badan

(BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk

tinggi badan menrut umur (TB/U) dan indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U). Menggunakan buku antropometri

anak 5-19 tahun WHO 2007 dapat dihitung nilai Z-Score TB/U

dan IMT/U anak remaja.

15
Tabel 2.4 Ambang Batas Z-Score
Kategori status gizi Ambang batas (Z-score)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD
Sumber: Direktorat Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu dan Anak,
2011

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Secara Umum, status gizi dipengaruhi oleh konsumsi zat dari

makanan dan penyakit infeksi yang mengganggu proses metabolisme,

absorpsi, dan utilitas zat gizi oleh tubuh. UNICEF (1998)

mengembangkan sebuah kerangka yang memperkenalkan penyebab

dasar dari kekuranan gizi, termasuk faktor lingkungan, ekonomi, dan

konteks sosial politik dengan kemiskinan yang mempunyai peran

sentral.

Kekurangan gizi meliputi stunting, wasting dan kekurangan

beberapa vitamin dan mineral (gizi mikro) sebagai beberapa bentuk dari

beberapa kondisi yang dikenal dengan malnutrisi, dengan obesitas atau

kelebihan konsumsi zat-zat gizi sebagai bentuk lain dari malnutrisi,

(Sitti, 2017)

Status gizi remaja merupakan kondisi tubuh yang muncul

diakibatkan adanya keseimbangan antara konsumsi dan pengeluaran zat

gizi. Masalah gizi yang terjadi pada remaja merupakan kelanjutan dari

masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia kekurangan besi serta

16
kekurangan dan kelebihan berat badan. Perempuan yang secara fisik

tidak pernah tumbuh sempurna berisiko normal, jalan lahir kemudian

menjadi bermasalah karena ukuran panggul yang sempit dapat

menyebabkan partus macet. Ketidak berhasilan janin melewati lorong

kelahiran secara alami tidak jarang menyebabkan kematian (sitti, 2017)

2.3 Lingkar Lengan Atas (LILA)

2.3.1 Definisi LILA

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dimaksudkan untuk

mengetahui pravalensi wanita usia subur umur 15-45 tahun dan Ibu

Hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronik (Depkes RI, 2007)

LILA pada ibu/wanita bertujuan untuk:

a. Mengetahui status gizi wanita usia subur, baik Ibu Hamil maupun

calon ibu untuk mengidentifikasi wanita yang mempunyai resiko

melahirkan bayi dengan berat rendah (BBLR).

b. Meningkatkan perhatian masyarakat serta sistem pelayanan

kesehatan terhadap gizi wanita.

c. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran resiko

tinggi.

d. Mengembangkan inisiatif-inisiatif baru dikalangan masyarakat

dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan wanita

(Aritonang, 2010)

17
2.3.2 Cara Pengukuran LILA

pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dimaksudkan untuk

mengetahui pravelensi wanita usia subur 14-45 tahun dan ibu hamil

(KEK).

Sebelum pengukuran, dengan sopan meminta izin kepada

responden bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri

responden sampai pangkal bahu. Bila responden keberatan, minta izin

pengukuran dilakukan di dalam ruangan tertutup.

a. Tentukan posisi pangkal bahu.

b. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan

telapak tangan kearah perut.

c. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan

menggunakan pita LILA atau meteran, beri tanda dengan pulpen

atau spidol (sebelumnya meminta izin dengan sopan kepada

responden). Bila menggunakan pita LILA perhatikan titik nol nya.

d. Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen disekeliling lengan

atas responden sesuai tanda (dipertengahan pangkal bahu dan

siku).

e. Masukan ujung pita dilubang yang ada pada pita LILA.

f. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.

g. Baca angka yang ditunjukan oleh tanda panah pada pita LILA

(kearah angka lebih besar).

h. Tulis angka pembaca pada kuesioner.

18
2.3.3 Ambang Batas Pengukuran LILA

Dalam pengukuran LILA dapat melihat perubahan secara pararel

dalam masa otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosa pada saat

kekurangan gizi. Hasil pengukuran lingkar lengan atas ( LILA) ada

dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm atau sama dengan 23,5

cm apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti beresiko KEK dan ≥

23,5 cm tidak beresiko KEK (Gibson, 2005)

Batas ambang hasil pengukuran LILA adalah 23,5 cm. apabila

ditemukan hasil pengukuran LILA dibawah 23,5 cm dan / atau

didalam bagian merah dari pita tapis berarti wanita tersebut menderita

kekurangan energi kronis (KEK). Dengan demikian wanita tersebut

membutuhkan perhatian khusus baik dari masyarakat maupun dari

system pelayanan kesehatan. Pengukuran LILA dilakukan pada

tengah-tengah bagian antara bahu dan siku sebelah kiri .Lengan harus

berada dalam keadaan bebas, otot tidak dalam keadaan tegang. Alat

ukur / pita dilingkarkan pada lengan atas, jangan terlalu kencang atau

longgar, hal ini akan mempengaruhi hasil pengukuran (Aritonang,

2010).

2.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh merupakan alat yang yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan

19
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup lebih

panjang (Supariasa, 2002).

Word Health Organization (WHO)/United Nation University (UNU)

menentukan batasan berat badan normal terhadap tinggi badan orang dewasa

berdasarkan nilai indeks massa tubuh (IMT)/body mass index (BMI). IMT

dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi

badan dalam meter kuadrat (m2) dan tidak terikat dengan jenis kelamin. Di

berbagai negara, ambang batas IMT yang digunakan merujuk ketentuan

FAO/WHO. Penggunaan IMT hanya dapat berlaku pada usia dewasa (> 18

tahun) dan tidak sedang hamil. Penggunaan IMT pada remaja dipengaruhi

oleh umur sehingga pengukuran yang dapat dilakukan adalah indeks massa

tubuh per usia (IMT/U).

rumus perhitungan IMT adalah :

IMT=

20
2.5 kerangka Teori

Antropometri

BB TB LILA

Status gizi

Klasifikasi status gizi:


1. Underweight
2. Normoweught Klasifikasi LILA:
3. Overweight < 23,5 = KEK
4. obese

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran

status gizi berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar lengan atas pada

remaja putri di SMA N 1 Kota Bengkulu tahun 2020.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah lingkar lengan atas, dan indeks

massa tubuh pada remaja putri di SMA N 1 Kota Bengkulu tahun 2020.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Alat Hasil ukur skala

ukur ukur

1 IMT Parameter Pengukuran Timbangan SD Rasio


yang dapat tinggi injak/digital
memperkir badan dan , microtois
akan status berat badan
gizi
seseorang
2 LILA Gambaran Pengukuran Pita LILA Cm Rasio
tentang lingkar
keadaan lengan atas
jaringan
otot dan
lapisan
lemak
bawah
kulit

22
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoadmojo, 2012) dalam penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah remaja putri kelas X dan XI di SMA N 1 Lempuing

Kota Bengkulu sebanyak 351 siswa.

3.4.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja putri

kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu. Besar perhitungan

sampel menggunakan rumus Lemeshow (1990) jika populasi (N)

diketahui:

n=

Dimana :

n = besar sampel

N = besar populasi

Z21-α/2 = nilai besaran normal baku yang besarnya tergantung α

P = proporsi kejadian

d = besar penyimpangan (absolut) yang diterima

Adapun pehitungan sampel sebagai berikut :

n=

n =

n =

23
n =

n =56,9 orang (dibulatkan 57 orang)

Ditambah 10% sampel drop out (DO)

n = 10% . 57 = 5,7 orang

n = 57 + 6 = 63 orang

3.4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

sistematic random sampling lalu dilanjutkan dengan simple random

sampling. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Menentukan besar sampel penelitian pada setiap kelas

Keterangan :

ni : Jumlah sampel per kelas

n : Jumlah sampel

Ni : Jumlah Populasi per kelas

N : Jumlah Populasi

X IPA

X IPS

24
16

XI IPA

17

XI IPS

13

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Bengkulu

3.6 Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan angket/kuesioner, yaitu menggunakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada subjek penelitian sebagai

responden memberi informasi yang diperlukan sesuai dengan

permasalahan penelitian yang dihadapi (Rachmat, 2016).

3.7 Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik nonstatistik, yaitu pengolahan data

yang tidak menggunakan analisis statistik, melainkan teknik kualitatif atau

sering disebut teknik deskriptif. Langkah pengolahan data diantaranya

adalah:

25
a. Penyusunan Data

Untuk memudahkan melakukan penilaian dan pengecekan terhadap

kelengkapan data dalam rangka menguji hipotesis dan mencapai tujuan

penelitian, perlu dilakukan langkah seleksi dan penyusunan data

b. Klasifikasi Data

Kegiatan untuk mengelompokkan atau menggolongkan data

disebut klasifikasi data. Klasifikasi didasarkan pada kategori yang dibuat

berdasarkan pertimbangan peneliti sesuai tujuan konteks penelitian.

c. Analisis Data

Setelah data diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah analisis

data dengan menggunakan teknik tertentu. Data kualitatif diolah secara

kualitatif atau deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan

teknik kuantitatif atau secara analitik. Pada dasarnya, analisis data terdiri

atas analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat

d. Pengujian Hipotesis

Tujuan utama penelitian kuantitatif adalah menguji hipotesis yang

dibangun atas dasar permasalahan penelitian yang dihadapi. Hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan uji hipotesis adalah menyesuaikan

antara karakteristik data, rumusan hipotesis, dan teknik statistik yang

digunakan

e. Penafsiran dan Penyimpulan

Penafsiran hasil penelitian ditujukan untuk memperoleh pengertian

atau interpretasi terhadap hasil pengolahan dan analisis data sehingga

26
menemukan kebenaran ilmiah. Dalam melakukan penafsiran hasil

penelitian, peneliti dapat menggunakan asumsi-asumsi atau pemikiran

sendiri. Kesimpulan merupakan hasil dari proses berpikir induktif dari

temuan penelitian tersebut(Rachmat, 2016).

3.8 Analisis Data

Hasil dari data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

dan analisis secara univariat. Analisis bertujuan untuk mengetahui gambaran

distribusi variabel yang akan diteliti.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana

Arisman, M, B. 2008 Gizi dalam daur kehidupan, jakrta: EGC

Aritonang I. 2010. Menilai status gizi untuk mencapai sehat optimal. Jakarta: PT
Gramedia

Asosiasi Dietesien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Gizi.
2015. Penuntun diet anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Edisi 3.

Briawan, D.2014. Anemia masalah gizi pada remaja putri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Departemen kesehatan RI . 2007. Pedoman pengukuran dan pemeriksaan.


Jakarta: Departemen kesehatan RI

Gibson, R, S. 2005. Principles of nutritional assessment. New York: oxford


university Press. Second Edition.

Judy more. 2013. ,gizi bayi, anak dan remaja.

Kusumaredi, L.A. (2011). Fenomena Kenakalan Remaja di Indonesia. http://ntb.


bkkn.go.id/rubrik/691/.

Lubis, Zulhaida. 2005. Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi
yang dilahirkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Pattimah, S. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Bandung: PT Refika Aditama.

Rachmat, m. 2016. Metodologi penelitian gizi dan kesehatan. Egc : Jakarta

Ridwanda, A. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran


Jasmani Pada Siswi SMK Negeri 1 Surabaya Kelas X Tahun Ajaran
2012-2013. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Volume 01.
Nomor 02.

Rismayanthi C. 2012.Hubungan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Jasmani


Terhadap Prestasi Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal kependidikan.
Volume 42. Nomor 1.

28
Sarwono, S. W. 2007. Psikologi remaja. jakarta: pt. Raja Grafindo.
Sitoyo, Peristyowati., 2014. Gizi pemanfaatan gizi, diet, dan obesitas.
Yogyakarta: Nuha Medika

Soetardjo, S. 2011. Gizi seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama

Soetjiningsih, 2004. tumbuh kembang remaja dan permasalalahannya

Sofiyani, F. A. (2017). Gambaran Status Gizi Remaja Berdasarkan Indeks Massa


Tubuh dan Lingkar Lengan Atas di Pondok Pesantren Al - Islam
Kota Yogyakarta Tahun 2017. Yogyakarta: STIK Jenderal Ahmad
Yani.

Supariasa, DN, Bachyar, Bakri, Ibnu, Fajar. 2002. penilaian status gizi.
Jakarta:penerbit buku kedokteran.

29
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN STATUS GIZI BERDASARKAN LINGKAR LENGAN ATAS


DAN INDEKS MASA TUBUH PADA REMAJA PUTRI
DI SMA NEGERI 1 KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

I. FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

Kode Responden :

Nama :

Kelas :

Alamat :

Jenis kelamin :

Tanggal Lahir :

Tanggal pengukuran :

Umur :

II. DATA ANTROPOMETRI

Tinggi badan : cm

Berat badan : kg

Status Gizi :

LILA :

rumus perhitungan IMT adalah :

IMT=

30
31

Anda mungkin juga menyukai