Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ERGONOMI DAN FAAL KERJA

“POSTUR KERJA (WORKING PASTURE)”

Dosen Pengampu :
Dessy Laksyana Utami S.Km, M.K.K.K

Disusun Oleh :
1. ALDARIZMA (195050095)
2. PUJI RAHAYU (195050002)
3. M. IRFAN PRADANA (195050087)
4. SITI HALIMAHTUL F (195050021)
5. WULAN PURNAMA SARI (195050009)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA


Jalan Bambu Apus I No. 3 RT.7/RW.5 Bambu Apus, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur ,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13890
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “POSTUR
KERJA/WORKING PASTURE”
Terima kasih kami ucapkan kepada Dessy Laksyana Utami, S.Km, M.K.K.K selaku
dosen pengampu mata kuliah ergonomi dan faal kerja yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 04 Oktober 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................5
1.3 TUJUAN MASALAH......................................................................................................6
1.4 MANFAAT ……………………………………………………………………………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6

2.1 PENGERTIAN ERGONOMI..........................................................................................6


2.2 MANUAL MATERIAL HANDLING.................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................8

3.1 PENGERTIAN POSTUR KERJA...................................................................................8


3.2 PENGARUH POSTUR KERJA TERHADAP MUSCULOSKELETAL......................10
3.3 METODE POSTUR KERJA .........................................................................................11
3.4 ANALISIS KASUS METODE POSTUR KERJA MENURUT METODE REBA.......18

BAB IV PENUTUP...................................................................................................................23

4.1 KESIMPULAN...............................................................................................................23
4.2 SARAN...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan kerja. Sekitar
300 ribu kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena
penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja
masih dominan terutama pada kegiatan penanganan material secara manual. Pemilihan
manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah
tanpa sebab, penanganan material secara manual memiliki suatu keuntungan yaitu
fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang
terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

Pemindahan material secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis


dapat menimbulkan kecelakaan dalam industri yang dikenal sebagai “over exertion-
lifting and carrying”, yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh beban angkat
yang berlebihan. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan
pekerja mulai terganggu. Dengan keluhan pada musculoskeletal merupakan salah satu
indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu faktor penyebab
utama musculoskeletal disorders ini adalah postur kerja yang tidak baik selama
melakukan aktifitas ditempat kerja, oleh karena itu postur kerja lebih diperhatikan untuk
mencegah terjadinya musculoskeletal disorders.

Dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5%
penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan
yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12
kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan Muskuloskeletal Disorders

4
(MSDs) (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%)
dan gangguan THT (1.5%) (Depkes RI, 2005)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang di maksud dengan postur kerja?
2. Apa yang di maksud pengaruh postur kerja terhadap musculoskeletal?
3. Ada berapa macam metode postur kerja?
4. Bagaimana menganalisis salah satu metode postur kerja menurut metode REBA?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui pengertian postur kerja
2. Untuk mengetahui Postur Kerja terhadap Musculoskeletal
3. Untuk mengetahui berbagai macam Metode postur kerja
4. Untuk mengidentifikasi salah satu metode postur kerja menurut metode ERBA

1.4 MANFAAT
1. Penulis dapat mengetahui dan mempelajari berbagai metode postur kerja.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbaikan postur kerja
menggunakan metode REBA.
3. Dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai postur tubuh kerja dengan metode
reba.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN EROGONOMI


Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Kata “ergonomi”
berasal dari kata Yunani yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti hukum alam,
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang
ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan
dan desain (Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi
untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik
dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik
(Tarwaka, dkk, 2004).

Dilihat dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang
harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut (Tarwaka dkk, 2004).

Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai rancangan yang
qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang
simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain
final. Ergonomi merupakan ilmu perancangan berbasis manusia (Human Centered
Design). Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja menjadi lebih produktif dan
efisien. Menurut Sutalaksana (2011), pada dasarnya ergonomi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik yaitu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain)


ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti
misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat

6
kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong
(acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan
peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya:
desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station).

2.2 Manual Material Handling


U.S Department of Labor mendefinisikan Manual Material Handling (MMH)
sebagai kegiatan meraih, memegang, menggenggam, memutar, atau pekerjaan lainnya
yang menggunakan tangan, selain itu National Institute of Occupational Safety and
Health mendefinisikannya sebagai suatu aktivitas dengan menggunakan pergerakan
tangan pekerja untuk mengangkat, mengisi, mengosongkan, meletakkan atau membawa
(NIOSH, 2007). OSHA (1997) menyebutkan bahwa MMH meliputi semua pekerjaan
memindahkan material menggunakan tangan dengan cara mengangkat, menurunkan,
membawa, mendorong, menarik, menggeser, ataupun menyusun material. Dalam OH &
S (2003) dikatakan bahwa MMH tidak hanya berarti mengangkat atau membawa sesuatu
saja, namun MMH meliputi aktivitas mendorong, menggapai, memegang, dan tindakan
ringan yang berulang

7
BAB III

PEMBAHASAAN

3.1 PENGERTIAN POSTUR KERJA


Postur kerja adalah suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan
pekerjaannya (Nurmianto, 2004). Postur kerja sangat erat kaitannya dengan keilmuan
ergonomi, dimana ilmu ergonomi mempelajari bagaimana cara meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera akibat postur kerja
yang salah dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental.
Postur kerja yang baik harus dilakukan penelitian- penelitian serta memiliki
pengetahuan di bidang keilmuan ergonomi, supaya dapat menganalisis dan
mengevaluasi postur kerja yang salah. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah
atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah, konsentrasi dan tingkat ketelitiannya
menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, menyebabkan
beberapa gangguan otot seperti musculoskeletal disorder (MSDs) dan gangguan
lainnya yang dapat mengganggu proses kerja.(Musyarofah et al., 2019).
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang
berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya
postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera
muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah melakukan postur kerja
yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ
tubuh saat bekerja (Tarwaka, Sholichul, & Lilik. 2004). Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan organ tubuh tersebut
meliputi (Tayyari, 1997):
1. Flexion, yaitu gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan.
2. Extension, yaitu gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi
peningkatan sudut antara dua tulang.
3. Abduction, yaitu pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah
(the median plane) tubuh.

8
4. Adduction, yaitu pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median
plane).
5. Rotation, yaitu pergerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
6. Pronation, yaitu perputaran bagian tengah (menuju ke dalam) dari anggota
tubuh.
7. Supination, yaitu perputaran ke arah samping (menuju ke luar) dari
anggota tubuh.

Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal ini terbukti
dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Perjalanan metode analisis postur
diawali dengan diaplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977 metode OWAS
telah diaplikasikan di perusahaan besi baja Ovako Oy Finlandia. Institute of
Occupational Health menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk
dan berdiri (Chaffin, 1991). Tahun 1981, National Institute of Occupational Safety
and Health menemukan metode NIOSH yang mengalisis postur berdasarkan gaya
kompresi yang dihasilkan dan merekomendasikan beban yang aman untuk dikerjakan.
Kemudian pada tahun 1995 muncul metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)
dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993. Metode RULA
diperkenalkan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan
ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of
Occupational Ergonomics) (Lueder, 1996). Metode ini menganalisis postur tubuh
bagian atas secara detail (sudut-sudut yang dibentuk oleh postur kerja). Tulisan ini
akan menganalisis dan mengevaluasi metode-metode tersebut dengan
membandingkan input, proses, output, aplikasinya di dunia industri.

9
3.2 PENGARUH POSTUR KERJA TERHADAP MUSCULOSKELETAL
Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan
oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan
musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada system muskuloskeletal. Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):
1 Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2 Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut.

Faktor Risiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal Menurut Bridger


(1995) sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah risiko
cidera pada bagian sistem muskuloskeletal :

1. Sikap Kerja Berdiri


Salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu
pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki
ketika melakukan posisi berdiri.
2. Sikap Kerja Membungkuk
Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja
mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain)
bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama.
3. Pengangkatan Beban
Kegiatan ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja
pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan

10
manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over
exertion.
4. Membawa Beban
Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor
yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang
ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang dibawa
5. Kegiatan Mendorong Beban
Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tinggi
tangan pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong
beban dianjurkan dalam kegiatan ini
6. Menarik Beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban,
karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan
mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya.

3.3 METODE POSTUR KERJA


Analisis postur kerja untuk meminimalisasi terjadinya cidera pada punggung
(LBP) telah dilakukan dengan berbagai metode, yaitu sebagai berikut :
A. METODE OWAS
Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa
kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada bagian
musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian
punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki
klasifikasi sendiri-sendiri. Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri
empat digit, dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki
dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara
manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk
dianalisa dan dievaluasi (Karhu,1981) :
Sikap Punggung :
1. Lurus
2. Membungkuk

11
3. Memutar atau miring kesamping
4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk kedapan
dan menyamping

Gambar 1. Klasifikasi Sikap Punggung

Sikap Lengan :
1. Kedua lengan berada dibawah bahu
2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu
3. Kedua lengan pada atau diatas bahu

Gambar 2. Klasifikasi Sikap Lengan

Sikap Kaki :
1. Duduk
2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk
5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
6. Berlutut pada satu atau kedua lutut
7. Berjalan

12
Gambar 3. Klasifikasi Sikap Kaki

Berat Beban :
1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg)
2. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg < W ≤ 20 Kg)
3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg)

Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja
yang berbahaya bagi para pekerja.

B. METODE NIOSH (NASIONAL INSTITUTE FOR OCCUPATIONAL SAFETY


AND HELTH)
Pada tahun 1981, nasional institute for occupational safety and helth (NOISH)
mengidentifikasi adanya problem back injuries yang dipublikasikan dalam the work
practices guide for manual lifting. Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi di
punggung (L5S1). Ada 2 metode dalam NIOSH yaitu:
a. Metode MPL (Maximum Permisible Limit)
Pada metode MPL, input berupa rentang postur (posisi aktivitas ), ukuran
beban dan ukuran manusia yag dievaluasi. Proses analisis dimulai dengan
melakukan perhitungan gaya yang terjadi pada telapak tangan, lengan bawah,
lengan atas, dan punggung.
b. RWL(Recommended Weigh Limit)
Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban yang
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut
dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang lama.

13
C. METODE REBA
Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) digunakan untuk menghitung dan
menganalisis seluruh bagian tubuh manusia.
Metode REBA merupakan metode yang memberikan sistem penilaian aktivitas
otot yang disebabkan oleh postur tubuh yang tetap, dinamis, perubahan yang labil, serta
memberikan tingkat tindakan dengan indikasi darurat.

Berikut adalah range dan score pergerakan bagian tubuh berdasarkan metode
REBA (Rapid Entire Body Assessment):

Gambar 1 Range Pergerakan Punggung (batang tubuh) [1]

Gambar 2 Range Pergerakan Leher [1]

14
Gambar 3 Range Pergerakan Kaki [1]

Gambar 4 Range Pergerakan Lengan Atas [1]

15
Gambar 5 Range Pergerakan Lengan Bawah [1]

Gambar 6 Range Pergerakan Pergelangan Tangan [1]

D. METODE RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode penelitian untuk
menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini dirancang oleh
Lynn Mc Atamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan sebuah perhitungan
tingkatan beban muskuluskeletal di dalam sebuah pekerjaan yang memiliki resiko pada
bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan bagian atas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian
postur leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan di beri skor yang telah

16
ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja
yang merupakan faktor resiko. Metode didesain untuk menilai para pekerja dan
mengetahui beban musculoskletal yang kemungkinan menimbulkan gangguan pada
anggota badan atas.
Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi dijelaskan
oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal yaitu :

a. Jumlah pergerakan
b. Kerja otot statik
c. Tenaga/kekuatan
d. Penentuan postur kerja oleh peralatan
e. Waktu kerja tanpa istirahat.

Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja otot
statis, tenaga kekuatan dan postur), RULA dikembangkan untuk (Mc Atamney dan
Corlett, 1993):
a. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi ketja dengan cepat,
yang berhubungan dengan kerja yang beresiko yang menyebabkan gangguan
pada anggota badan bagian atas.
b. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja, penggunaan
tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat menimbulkan kelelahan otot.
c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian
ergonomi yaitu epidomiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.

Pengembangan dari RULA terdiri atas tiga tahapan yaitu :


a. Mengidentifikasi postur kerja
b. Sistem pemberian skor
c. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko
yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang melebihi detail
berkaitan dengan analisis yang yang didapat.

17
Ada empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA, yaitu untuk :
a. Mengukur resiko muskuluskeletal, biasanya sebagai bagian dari perbaikan yang
lebih luas dari ergonomi.
b. Membandingkan beban muskuluskeletal antara rancangan stasiun kerja yang
sekarang dengan yang telah dimodifikasi.
c. Mengevaluasi keluaran misalnya produktivitas atau kesesuaian penggunaan
peralatan.
d. Melatih pekerja tentang beban muskuluskeletal yang diakibatkan perbedaan
postur kerja.

3.4 ANALISIS KASUS METODE POSTUR KERJA MENURUT METODE


REBA
Kasus yang didapatkan dari jurnal yang di analisis dengan judul :
ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU
AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Untuk Bagian A, yang terdiri atas bagian Punggung, Leher dan kaki adalah sebagai berikut:
1. Punggung
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi
membungkuk dengan sudut 400 (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3 + 1
jika memutar atau miring kesamping = 4)

18
2. Leher
Dari gambar dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 40 derajat
terhadap sumbuh tubuh. (Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)

3. Kaki (Legs)
Dari gambar dapat diketahui bahwa posisi duduk, dan lutut menekuk dengan sudut
sebesar 38 derajat (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1 kaki tertopang = 2)

19
Adapun Skor REBA untuk Tabel A adalah sebagai berikut :

Untuk bagian B pada Skor REBA terdiri atas Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan.

1. Lengan Atas
Dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas ke depan sebesar 35 derajat terhadap
sumbu tubuh. (Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2+1 posisi lengan abducted = 3)

2. Lengan bawah (Lower arm)


Dapat diketahui bawah sudut pergerakan lengan bawah membentuk sudut 90 derajat
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah)

20
3. Pergelangan Tangan
Dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan kedepan (Flexion) terhadap lengan
bawah termasuk dalam range pergerakan 18 derajat flexion. (Skor REBA untuk pergerakan
pergelangan tangan adalah 2

Table skor REBA B

TABEL SKOR REBA C


Tabel skor reba c adalah skor gabungan dari tabel a dan b

21
Untuk berat beban dan Coupling adalah 0
Berdasarkan perhitungan Tabel REBA maka didapatlah bahwa skor postur tubuh berdasarkan
metode REBA adalah 3 dengan level tindakan sedang dan perlu diperbaiki.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan dari
jurnal adalah sebagai berikut :
1. berdasarkan hasil penelitian awal sebelum perbaikan postur kerja telah menghasilkan
postur kerja level 3 level tindakan sedang dan perlu diperbaiki postur kerja untuk
mengurangi resiko kerja.
2. Perhitungan Reba akan diperkuat untuk mengetahui posisi kerja yang termasuk dalam
katagori kerja berat dan sangat perlu berbaikan. dari hasil analisis perhitungan REBA
maka perlu usulan perbaikan sikap kerja pada pekerja pengasahan batu akik. Hal
tersebut perlu dilakukan agar memberikan perbaikan ergonomis bagi postur kerja
pekerja proses pengasahan batu akik

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda
akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur
dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera
muskuloskeletal.
2. Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan oleh
kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal
adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
3. Analisis postur kerja untuk meminimalisasi terjadinya cidera pada punggung
(LBP) telah dilakukan dengan berbagai metode, yaitu Metode OWAS, Metode
NIOSH, Metode REBA, Metode RULA. Keempat metode bertujuan untuk
mengidentifikasi postur kerja, menentukan apakah postur yang dilakukan sudah
aman dan nyaman serta memberikan rekomendasi perbaikan postur kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis jurnal didapatkan hasil penelitian awal sebelum
perbaikan postur kerja telah menghasilkan postur kerja level 3 level tindakan
sedang dan perlu diperbaiki postur kerja untuk mengurangi resiko kerja.

4.2 SARAN
1. Peneliti atau penulis diharapkan dapat membedakan dari ke 5 metode postur kerja
tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi lebih sempurna.
3. Diharapkan peneliti dapat mengevaluasi pencegahan dari kasus postur kerja yang
tidak sesuai.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Meri. "Identifikasi Postur Kerja Secara Ergonomi Untuk Menghindari Musculoskeletal
Disorders." Semin. Nas. Tek. Ind.[SNTI2017] Lhokseumawe-Aceh (2017): 13-14.

Rinawati, Seviana. "Analisis Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Di Bagian Pemilahan Dan
Penimbangan Linen Kotor Rs. X." Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health 1.1
(2016): 39-52.

Pramestari, D. (2017). Analisis postur tubuh pekerja menggunakan metode ovako work posture
analysis system (owas). IKRA-ITH TEKNOLOGI: Jurnal Sains & Teknologi, 1(2), 22-29.

Handika, F. S., & Yuslistyari, E. I. (2020). Analisis Beban Kerja Fisik Dan Mental Operator
Produksi Di Pd. Mitra Sari. Jurnal Intent: Jurnal Industri Dan Teknologi Terpadu, 3(2), 82-89.

Sinambela, Y. (2022). EVALUASI POSTUR KERJA BAGIAN ANGKAT BAL PAKAIAN


UNTUK PENCEGAHAN MUSCULOSKELETAL DISORDER. JURNAL EDUCATION AND
DEVELOPMENT, 10(3), 39-42.

Septyadi, E. (2018). ANALISA POSTUR KERJA YANG TERJADI PADA AKTIVITAS


DALAM PROSES PENJAHITAN DI KONVEKSI PAKAIAN DENGAN METODE RULA
(Studi Kasus UKM Safira Collection, Yogyakarta).

Sulaiman, Fahmi, and Yossi Purnama Sari. "Analisis postur kerja pekerja proses pengesahan
batu akik dengan menggunakan metode REBA." Jurnal Optimalisasi 1.1 (2018).

Putra, Widhi Adwitya Setiawan, and Sriyanto Sriyanto. "Analisis Postur Kerja Menggunakan
Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)(Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja
Transporter)." Industrial Engineering Online Journal 7.2 (2018).

Budiman, Edi, and Ratih Setyaningrum. "Perbandingan Metode-Metode Biomekanika Untuk


Menganalisis Postur Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH) Kajian Pustaka." J@ Ti
Undip: Jurnal Teknik Industri 1.3 (2012): 46-52.

24
Pratiwi, Palupi Adilia, Dzakiyah Widyaningrum, and Mohammad Jufriyanto. "ANALISIS
POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE REBA UNTUK MENGURANGI RISIKO
MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDs)." PROFISIENSI: Jurnal Program Studi Teknik
Industri 9.2 (2021): 205-214.

Wardani, Laksmi Kusuma. "Evaluasi ergonomi dalam perancangan desain." Dimensi Interior 1.1
(2003): 61-73.

Rochman, Taufiq, Rahmaniyah Dwi Astuti, and Nur Cahyo Saputro. "Perancangan Fasilitas
Fisik Operator SPBU dengan Pendekatan Ergonomi untuk Mengurangi Beban Kerja." Performa:
Media Ilmiah Teknik Industri 9.2 (2010).

SARI, NOVITA. Perbaikan Postur Kerja Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Waktu
Proses Pemahatan di Java Art Stone Yogyakarta. Diss. UAJY, 2014.

25

Anda mungkin juga menyukai