KELOMPOK 9
Dosen Pembimbing : drg. Putri Erlyn,M.Kes
Nama Anggota:
Sinta Julia Liona Putria 702021013
Leni Winda Sari 702021029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa Proposal Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini jauh dari
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
drg. Putri Erlyn,M.Kes dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga proposal tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam perlindungan
Allah SWT. Aamiin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Blok ketiga tentang struktur dasar tubuh manusia di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang terdapat Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
yang dilaksanakan sebagai syarat mengikuti ujian akhir blok. Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) adalah suatu upaya terstruktur di dalam blok melalui tugas mandiri
untuk menyiapkan mahasiswa memahami peran sebagai profesional dokter dan
memahami kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dan administrasi layanan
kesehatan.
Pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) kali ini mahasiswa kelompok
9 TPP mendapat tugas Mengamati Bentuk-Bentuk Tubuh Secara
Anatomi/Anthropometri (Astenicus, Picnicus, Atleticus) Pada Dewasa Muda. Anatomi
merupakan ilmu mengenai struktur tubuh yang sehat. Tanpa pengetahuan mengenai
anatomi, tidak ada fungsi yang dapat dihasilkan dan tanpa pengetahuan mengenai
struktur dan fungsi, tidak ada perubahan patologis yang dapat dipahami. (Paulsen F
dan Waschke J, Sobotta, 2019)
Oleh karena itu, dengan adanya Tugas Pengenalan Profesi (TPP) pada blok ini
mengenai Mengamati Bentuk-Bentuk Tubuh Secara Anatomi/Anthropometri
(Astenicus, Picnicus, Atleticus) Pada Dewasa Muda.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi
2.1.1 Definisi Anatomi
Anatomi merupakan ilmu dasar yang sangat penting bagi mahasiswa kedokteran.
Anatomi mempelajari struktur tubuh yang normal mulai dari bentuk, ukuran lokasi,
hal-hal yang mendukung dan hubungan dengan struktur sekitarnya. Anatomi juga
merupakan dasar mengenal fisiologi tubuh dan patologi atau perubahan struktur
hubungannya dengan penyakit. Tanpa mengetahui struktur akan sulit memahami
proses fisiologi tubuh orang yang sehat. Patofisiologi penyakit didasarkan pada
perubahan fisiologi dan anatomi. Tanpa pemahaman anatomi yang kuat, mahasiswa
tidak dapat melakukan pemeriksaan fisik yang merupakan prosedur utama dalam
menentukan diagnosis penyakit (Nugraha, 2019).
5
2.1.2 Posisi Anatomi
Posisi anatomi (berdiri) pada posisi ini tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan
mata juga memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi-sisi tubuh dan
menghadap ke depan. Telapak kaki juga menunjuk ke depan dan tungkai kaki lurus
sempurna . posisi anatomi sangat penting karna hubungan semua struktur digambarkan
dengan asumsi berada pada posisi antomi (Dafriani, 2019).
Posisi anatomi juga bisa dideskripsikan sebagai posisi seseorang yang berdiri
tegak atau berbaring pada punggungnya seolah-olah tegak dengan kepala, kedua mata
dan jari-jari kaki terarah kedepan; mengatur kedua ekstrimitas superior di sisi tubuh
dengan kedua ekstremitas inferior merapat dan kedua kaki mengarah ke depan (Pearce,
2016).
6
2.2 Anthropometri
2.2.1 Pengertian Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata ”anthro” yang artinya manusia dan “metri” yang
berarti ukuran. Antropometri merupakan ilmu yang berhubungan dengan aspek ukuran
fisik manusia. Pengukuran anthropometri manusia dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu usia,
jenis kelamin, ras dan etnis, pekerjaan dan aktivitasnya dan kondisi sosio-ekonomi
(Setyaningsih, dkk, 2016). Anthropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh, untuk
mengetahui ukuran dari masing-masing objek penelitian. Pengukuran anthropometri
bentuk tubuh yang diambil meliputi panjang kepala, lebar kepala, dagu ke puncak kepala,
lebar telapak tangan, lebar maksimum telapak tangan, panjang pangkal telapak tangan,
lebar kaki, panjang telapak kaki, dan lebar bahu (Wijaya, dkk, 2016). Dimana hal ini juga
dapat dilakukan sebagai indikator status gizi seseorang (Yunieswati dan Briawan, 2014).
Keragaman individu akan ukuran dan dimensi tubuh manusia yang berbeda-beda
yang menjadi basis data anthropometri. Data anthropometri dikelompokkan atas dimensi
linear (jarak), lingkar tubuh, ketebalan lapisan kulit, sudut, bentuk dan kontur tubuh, dan
bobot terutama bobot tubuh secara keseluruhan. Dalam aplikasi perancangannya, data
anthropometri biasanya dalam bentuk persentil kemudian dilanjutkan dengan pengolahan
data (Setyaningsih, dkk, 2016).
7
2. Asthenicus
Ukuran menegak lebih dari keadaan biasa, sehingga tubuh kelihatan jangkung,
maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan langsing kurus, rongga dada kecil-
sempit, rusuknya mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki
kurus, tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas,
muka bulat telur, berat relatif kurang dan sebagainya.
3. Athleticus
8
menerus dalam keadaan bergerak
Contoh : pengukuran sudut putaran tangan ( Purnomo, 2013).
b) Jenis Kelamin
Dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki score lebih tinggi
wanita dari pada laki-laki. Selain itu pola pikir yang berpengaruh terhadap
strategi koping dan aktifitas sosial yang dilakukan wanita lebih cenderung
memiliki kemampuan interpersonal yang lebih baik dari pada laki-laki.
9
d) Faktor Dukungan Sosial
Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian,
penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seseorang individu yang
didapat dari orang lain atau kelompok. Dukungan dapat datang dari siapa saja,
termasuk keluarga, teman, rekan kerja ataupun lingkungan sekitar.
e) Religiusitas
Lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukan tingkatan yang lebih
tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain
menyatakan bahwa praktisi religi dan perasaan religius berhubungan dengan
sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun.
Seperti yang dikatakan oleh Pargament, agama dan spiritualitas dapat
dinyatakan secara individual dan sosial, dan keduanya memiliki kapasitas untuk
mendorong atau menghambat kesejahteraan.
f) Kepribadian
Schumutte dan Ryff telah melakukan penelitian mengenai hubungan
antara lima tipe kepribadian dengan dimensi-dimensi psychological well being.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang termasuk kategori ekstraversion,
conscientiousness, dan low neuroticism mempunya skor tinggi pada dimensi
pertumbuhan pribadi; individu yang termasuk dalam kategori agreeabless dan
ekstraversion mempunyai skor tinggi pada dimensi hubungan positif dengan
orang lain dan individu yang termasuk kategori low neuriticism mempunya skor
tinggi pada dimensi otonomi (Kartikasari, 2013).
1. Sampel diminta untuk melepaskan alas kaki, pakaian luar yang berat dan aksesoris
rambut.
2. Antropometris menentukan vertex padas ampel.
3. Sampel diminta untuk berdiri lurus dengan bagian belakang badan menempel
pada dinding yang terdapat alat pengukur tinggi badan.
4. Tarik alat pengukur sampai menyentuh puncak kepala(vertex).
5. Catat hasil pengukuran sebanyak 3 kali dan hitung rata-ratanya.
10
b. Pengukuran Berat Badan:
11
tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
5. Masukkan ujung pita dilubang yang ada pada pita LILA.
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA (ke arah angka
yang lebih besar).
Parameter antropometri lainnya adalah berat badan yang berhubungan nilai arus
puncak ekspirasi (PEFR). Penelitian ini mendapatkan hasil hubungan yang
bermakna antara berat badan dan nilai arus puncak ekspirasi (PEFR) dengan sifat
hubungannya negatif. Hasil tersebut serupa dengan penelitian oleh Abraham dkk
yang melaporkan hasil hubungan antara berat badan nilai arus puncak ekspirasi
(PEFR) (Putra, 2019). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak,
air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh
12
beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan. Berat
badan merupakan salah satu ukuran anhtropometri yang memberikan gambaran
masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan
keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya
nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB
merupakan ukuran anthropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin,
berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal.
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah
lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan
merupakan anthropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan
ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status
gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan.
13
4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
14
2.3.2 Ciri-Ciri Dewasa Muda
Masa dewasa juga dikatakan sebagai masa sulit bagi seorang individu karena pada
masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua
dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa muda yaitu :
1. Masa Pengaturan (Settle Down)
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang
sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola
hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan
mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
2. Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-
masa yang cocok dalam menentukan pasangan hidup, menikah, dan
berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini, organ reproduksi sangat produktif
dalam menghasilkan keturunan (anak).
3. Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah.
Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran
barunya (perkawinan vs pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya, maka akan
menimbulkan masalah. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan
tidak dapat menyesuaikan dengan babak/peran baru ini. Kedua karena kurang
persiapan, maka ia kaget dengan dua peran/lebih yang harus diembannya secara
serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapa pun dalam
menyelesaikan masalah.
4. Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak
terkendali.
Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi
seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam
pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun,
ketika ia telah berumur 30-an, maka seseorang akan cenderung stabil dan tenang
dalam emosi.
5. Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa di mana seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena
15
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya
dan juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
6. Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia
mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.
7. Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya
ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instansi yang mengikatnya.
8. Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada dalam masa dewasa dini berubah
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai
dipandang dengan kacamata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat
meningkatkan kesadaran positif alasan kenapa seseorang berubah nilai-nilainya
dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara
mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini seseorang akan lebih
menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme
akan berubah menjadi sosial ketika ia sudah menikah.
9. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggung
jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang
tua dan pekerja).
10. Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas dalam
berbuat apa yang diinginkan. Namun kreativitas tergantung pada minat, potensi, dan
kesempatan. Menurut Dr. Harold Shyrock dari Amerika Serikat, ada lima faktor
yang dapat menunjukkan kedewasaan yaitu : ciri fisik, kemampuan mental,
pertumbuhan sosial, emosi, dan pertumbuhan spiritual, dan moral.
16
seseorang menunjukkan jenis kelamin mereka sebagai bagian yang mencolok dari diri
mereka.
Seks disebut juga jenis kelamin, merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Alat-alat secara biologis tidak dapat dipertukarkan antara alat biologis yang
melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Jika didefinisikan secara seks laki- laki
adalah manusia yang memiliki penis, jakun, kantong zakar (scotrum), buah zakar
(testis), memproduksi sperma , dan prostat (kelenjar pengatur pengeluaran sperma dan
air seni atau kelenjar kemih). Sedangkan secara Seks perempuan adalah manusia yang
memiliki alat reproduksi, seperti rahim (uterus) dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur (ovum), memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. 3 Hal
tersebut adalah ketentuan biologis yang secara permanen tidak berubah dan atau sering
dikatakan sebagai ketentuan Tuhan (kodrat).
17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
c) Sampel diminta untuk berdiri lurus dengan bagian belakang badan menempel
pada dinding.
c) Sampel diminta untuk duduk tegak lurus dan mata menatap lurus ke depan
menghadap anthropometri.
b) Menentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke
arah perut.
c) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita LILA atau meteran dan diberi tanda dengan pulpen/spidol.
d) Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan pasien sesuai
tanda.
a) Sampel diminta untuk melepaskan pakaian yang tebal dan ikat pinggang,
kemudian berdiri tegak.
b) Anhtropometri menentukan SIAS.
c) Ukur lingkar perut dengan tali meteran berskala flexible dan non-stretchable.
c) Ukur lingkar panggul dengan tali meteran berskala flexible dan non-
stretchable. Pengukuran dilakukan pada bidang horizontal badan.
d) Melakukan pengukuran lingkar panggul sebanyak 3 kali
20
DAFTAR PUSTAKA
Artaria, M. D. (2016). Dasar Biologis Variasi Jenis kelamin, Gender, dan Orientasi
Seksual. Jurnal Bio Kultur. 5(2).
Dafriani, P., & Prima, B. (2019). BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI untuk Mahasiswa
Kesehatan.
Indriati. (2019). Penerapan Learning Vector Quantization (LVQ) untuk Klasifikasi Status Gizi
Anak.Indonesian Journal of Computing and Cybernetics.2(7).
Kartikasari, (2013). Body Dissatisfaction terhadap Psychologigal Well Being pada Karyawati.
Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang.
Maheswari, J., dan Dwiutami, L. (2013). Pola PerilakuDewasa Muda yang
KecenduranganKecanduan Situs Jejaring Sosial. JurnalPenelitian dan
PengukuranPsikolagi. 2(1), 51-62.
Maulidya, F., & Adelina, M. (2018). Periodesasi Perkembangan Dewasa. Periodesasi
Perkembangan Dewasa, 1-10.
Mustafa. (2016). Perkembangan Jiwa Beragama Pada Masa Dewasa. Jurnal Edukasi, 2(1), 77-
90.
Tempat,
Jenis Bentuk
No Nama Tanggal Ciri – Ciri Tubuh
Kelamin Tubuh
Lahir
22
Tabel ceklist Pengukuran Anatomi/Anthropometri
23